Tumgik
#seni berpikir
diksibising · 16 days
Text
Aku jujur-sejujurnya buat manteman yang ada di jejaring biru. Sungguh kamu sangat mahir dalam menulis dan mengolah kata menjadi sebuah paragraf yang indah apalagi sambil diresapi. Menjadi penawar disaat dilanda sepi, dan menjadi teman bikin hati jadi Heppy.
Bukan hanya itu jika aku tuangkan, masih banyak pelajaran-pelajaran yang kudapatkan. Dari kisah dan pengalaman yang manteman bagikan, serta dari isi kepala yang manteman salurkan lewat tulisan.
Banyak kata dan tulisan yang membuat aku tertampar, bahkan tak sedikit menusuk hati yang paling dalam terlempar.
Sehingga aku sadar bahwa kehidupan ini manusia itu seperti sebuah karya seni. Dimana kehidupan itu membutuhkan begitu banyak warna. Agar setiap warna yang kita salmai menjadikan hidup kita lebih bermakna. Daripada kita hidup hanya dengan satu warna.
Akan tetapi janganlah menjadikan sebuah perbedaan di antara kita merasa paling benar secara bertindak dan berpikir. Yang membuat melemahnya dan terpecahnya sebuah ikatan dan kekuatan di dalam persatuan. Apalagi kita tercipta dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sama.
Islam itu satu tubuh, harusnya kita bersatu untuk tumbuh.
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
13 notes · View notes
chaerilakbar · 4 months
Text
Kita itu seringkali punya ekspetasi luar biasa terhadap kita sendiri. Ekspetasi tersebut membuat kita takut mencoba, takut gagal karena pada kenyataannya tidak ada mimpi yang benar-benar hancur ketika kamu tidak mencoba.
Yang seringkali saya katakan kepada diri sendiri kalau saya takut mencoba, saya bilang "coba dulu 100x, kalau selama waktu itu belum bisa, maka tempatmu memang bukan disitu".
Pada kenyataannya kita ini punya banyak hal yang ingin kita coba, tapi selalu takut karena yang mau kita capai serasa bukan "kita".
Saya ingat, di 2019 saya dikatakan orang yang tidak bisa mengajar, tidak pandai bicara dengan orang. Saya juga ingat, dikatakan saya ini tidak punya banyak kemampuan —talentless tidak seperti orang lain.
Dan memang di 2019 itu apa yang disampaikan orang-orang memang benar apa adanya. Saya di 2019 memang tidak bisa.
Tapi di kemampuan memilih, keesokan harinya dibandingkan sekedar bermain sosial media. Saya download buku, dan mulai baca buku. Mulai dari kebiasaan kecil ini ternyata banyak berubah.
Perlahan-lahan yang tidak bisa bagi saya —yang dikatakan orang-orang telah menjadi saya.
Sudah dua tahun saya lepas keinginan saya untuk membuat video edukasi karena saya selalu takut, tapi pada akhirnya hal itu tidak bisa terlupakan di saya.
Saya tetap kembali, tetap berpikir kalau ada banyak hal-hal yang telah saya baca —ilmu yang bisa saya bagi ke dunia luas.
Saya ingat teman-teman saya, murid saya, semua mengatakan kalau saya ini sebaiknya tidak hanya sekedar mengajarkan Bahasa. Apa yang saya tahu diluar bahasa sebaiknya juga diajarkan.
Dan pada akhirnya, saya kembali terpikir tentang keputusan saya untuk memulai channel youtube —yang bagi saya sebenarnya benar-benar menakutkan.
Saya takut gagal, takut cringe, takut editan jelek —dikarenakan setiap hari apa yang saya saksikan adalah orang-orang hebat yang terlihat seperti tidak memiliki kekurangan. Walaupun saya tahu mereka mulai dari nol, dan mulai belajar sampai seni yang mereka buat terasa tidak ada kekurangan, tetap saya takut.
Di kepala saya, saya selalu punya mimpi untuk mendidik. Mendidik ke banyak orang dan lebih luas, saya mau bisa menyentuh perasaan mereka dan menyampaikan apa yang telah membuat saya bisa lolos hingga sekarang.
Namun, saya masih bergelut. Kapan saya akan bangun dan mulai bekerja? Kapan saya akan menerima realita kalau semua dimulai dari nol, dan rencana tidak ada sempurna?
Mungkin saya terlalu takut hari ini, dan mimpi itu akan tetap jadi mimpi kalau saya tetap sama hari ini.
Berarti, sebagai catatan adalah agar saya menjadi bisa. Besok saya harus punya rencana berbeda, alih-alih menghindar sebaiknya menghadapi apa yang saya takuti.
Yaitu memulai, dan melepaskan apa yang telah saya buat ke khalayak. Siap menerima resiko, siap belajar, siap bersabar, dan siap jatuh bangkit.
25 May 2024
15 notes · View notes
lilanathania · 6 months
Text
Buat apa Hemat?
Hemat waktu, hemat uang, hemat tenaga. Kita selalu diimbau untuk berhemat. Apakah memang penting?
Tumblr media
Pola pikir berhemat biasanya sudah ditanamkan sejak dini pada anak. Jangan boros ya, ayo nabung. Jangan tidur terlalu malam ya, nanti kecapekan. Jangan menunda-nunda pekerjaan, hasilnya tidak akan maksimal. Secara logika, kita tahu bahwa menghemat waktu, tenaga, dan pikiran adalah hal yang logis dan baik untuk dilakukan.
Lantas, ketika sudah punya waktu luang, tabungan yang cukup, energi yang banyak, apa yang ingin Anda lakukan? Lucu bahwa kita selalu dianjurkan untuk melakukan penghematan tapi tidak diajari tentang menggunakan dengan bijak.
Ada yang punya banyak uang lalu tidak tahu bagaimana menggunakannya dengan baik. Shopping baju sebanyak mungkin, beli makanan enak, liburan ke tempat-tempat mahal, apapun itu untuk memuaskan keinginan. Anehnya, menuruti keinginan itu tidak membawa kebahagiaan juga. Mengapa masih terasa kosong dan kurang?
Ada yang punya banyak energi tapi tidak tahu mau diapakan. Akhinya disalurkan untuk kegiatan yang tidak baik, merugikan orang lain, bahkan melanggar hukum. Orang berkomentar, "Ya begitu kalau orang tidak punya kerjaan!" Mungkin sebetulnya punya, tapi ia tidak pernah diajari menggunakan energinya untuk hal-hal yang positif.
Ada orang yang punya banyak waktu luang kemudian malah bingung. Mau ngapain ya? Karena tidak ada kegiatan, akhirnya ia mindlessly scrolling media sosial. Hal yang seakan-akan tidak buruk, tapi tiba-tiba sudah 1 jam lebih terbuang. Setelah itu baru menyesal, aku ngapain sih sejam ini?
Seperti biasa, saya iseng berdialog dengan diri. Apa sebetulnya yang bisa kita lakukan setelah menjalankan semua upaya penghematan?
Sepertinya kita perlu mencari tahu apa yang benar-benar memberi makna dalam hidup. Berhemat jelas perlu, tetapi bagaimana kita menggunakan uang-waktu-pikiran juga tak kalah penting. Rencanakan kesenangan apa yang positif dan rewarding untuk diri sendiri. Setiap orang tentu berbeda, tergantung kesenangan dan preferensi masing-masing.
Salah satu contohnya, alih-alih membeli (lagi) benda-benda yang sudah dimiliki atau kurang penting, coba alihkan pengeluaran untuk hobi dan pengalaman. Kurangi beli baju/sepatu/tas, gunakan uang untuk mengasah skill tertentu, mencoba hobi baru, atau melakukan olahraga untuk kebugaran. Daripada makan segala macam junk food secara berlebihan karena mengikuti nafsu, gunakan uang untuk beli makanan yang lebih mahal tapi bergizi.
Dalam kegiatan menghemat - menggunakan, kita juga perlu berhenti berpikir secara biner atau ekstrem. Hidup sangat jauh dari situasi hitam-putih, kebanyakan berada di ranah abu-abu.
Berhemat bukan berarti tidak menggunakan uang sepeser pun, tapi bukan juga menghambur-hamburkan tabungan untuk kesenangan duniawi. Sesekali memanjakan diri boleh, tapi jangan terbawa arus budaya konsumtif dengan dalih self reward. Bekerja jangan terlalu serius hingga tak pernah mengambil cuti untuk menunjukkan dedikasi, tetapi jangan juga mencuri-curi kesempatan untuk mangkir dari jam kerja. Temukan keseimbangan di antara keduanya. Ada waktu untuk mencintai diri, ada juga waktu untuk menahan diri.
Mungkin anjuran berhemat sebetulnya mencoba mengajak kita menjadi sosok yang lebih baik. Manusia bukan sekadar seonggok daging yang selalu disetir oleh nafsu akan kekayaan, kelezatan, atau kenikmatan lain yang bersifat duniawi. Di sisi lain, menggunakan juga merupakan seni yang perlu dipelajari setiap hari. Kita pasti akan menjadi orang yang lebih baik jika tahu bagaimana menghemat dan menggunakan dengan bijak.
9 notes · View notes
sekadarnya · 7 months
Text
Kehilangan Diri Sendiri
Bismillah..
jika sebelumnya aku membahas tentang kita yg berubah dan berbeda itu tidak apa-apa, maka kali ini aku membahas tentang batasan kita berubah.
diambil dari kisahku sendiri yang baru saja tersadarkan bahwa kita berubah tetap ada batasan sebagaimana kita tetap tak kehilangan diri kita sendiri yang dulu.
seperti selalu berupaya mendekat diri kepada-Nya, berbuat kebaikan tanpa pikir panjang, dan selalu menerima segala keadaan yang sudah menjadi ketetapan-Nya.
sekarang aku merasa kehilangan itu semua hanya karena aku tak bisa menolak orang lain. sekarang aku jadi berpikir, "oh ternyata, seni menolak ajakan orang lain itu harus ada juga ya..."
kita boleh jadi lebih pede, tapi tetep jangan sampai pede kita menjerumuskan diri kita sendiri ke kubangan buruk itu sendiri. kita boleh jadi aktif di kelas saat matkul, tapi tetap kasih kesempatan untuk teman yg lain agar bisa aktif juga.
selain itu, kehilangan teman pengingat juga semenyakitkan itu. aku bahkan sangat membutuhkan teman yang seperti itu. karena aku sadar jika aku kehilangan diri sendiri ketika aku diingatkan oleh temanku meskipun ia secara tersirat dan beda permasalahannya. Alhamdulillah, aku tiba-tiba kepikiran banget soal pernyataannya "kamu sekarang beda banget" dan aku mulai berpikir dan Alhamdulillah menemukan jawabannya.
tentu semakin dewasa, semakin merasa kita hidup sendiri-sendiri. tidak akan dicampuri urusan orang lain. senenarnya, pernyataan ini ada benarnya sih, tapi kalau kita cuek dan bomat sampai teman dekat kita terjerumus kepada keburukan, bukankah kita yang akan ditanya juga?
"Kenapa kamu tidak mengingatkannya padahal kamu tahu itu salah?"
aku juga belum bisa menjadi baik dan membaikkan orang lain, tapi masih berusaha sebisa aku menjangkau🙏
semoga bermanfaat🫶
anyway, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1445 H✨️
12 notes · View notes
lebensmoode · 1 year
Text
Gunting Kuku Kaki
Gw bukan mau ceritain tutorial gunting kuku kaki ya, ato gw pake gunting jenis apa, gak. Ini adalah hasil perjalanan otak gw yang suka melalang buana ketika gw ngelakuin sesuatu, seperti mandi, solat, atau di atas motor ojol. Maklum, tante ini ovt-nya udah mendarah tulang, gadak daging soalnya 🙃
Pas gunting kuku kaki yg telunjuk kalo gak salah inget, melintas tiba-tiba pemikiran gini,
Mungkin manusia tuh diciptakan oleh Tuhan untuk gabisa hidup dengan tenang di dunia kali ya? Dengan sifat-sifat manusia yang pendengki, tukang iri, tukang halu, susah ngontrol nafsu, susah ngeliat orang seneng, egois, tamak, suka kepo, lemah, dan lain-lain. Sebisa-bisanya seseorang ngeklaim kalo hidupnya udah tenang, bukan berarti masalah berhenti datang kan? Emosi bakal diuji lagi, keyakinan, iman, prinsip hidup, cara berpikir, semua diuji terus dari segala sisi.
Udah sampe situ, gak sadar gw udah pindah ke kaki kiri buat digunting kukunya. Trus, otak jagung ini bekerja lagi,
Jadi, emang bener kata Ayah. Dunia ini bukan tempatnya manusia bisa hidup dengan tenang. Gak bisa. Ceunah yg solat pun, gw lah misalnya pake pengalaman sendiri aja gausah orang lain. Memang, ada sebagian diri gw yang merasa solat itu nenangin, but not 100%. Bisa jadi itu hanya perasaan lega karena udah menunaikan kewajiban, bisa jadi juga karena udah berdoa jadi gak merasa sombong lagi, dan perasaan lain sebagainya. But still, gw masih mikirin sampe kapan yak gw miskin, kenapa ya gw gak nikah-nikah, ngapa yak orang di luaran gampang bgt idupnya, kapan ya gw bisa beli mobil Raize warna khaki, dll. Intinya, apa itu ketenangan?
Tanpa sadar lagi udah nyampe di jari kaki kelingking. Terus gw nyeletuk, waw tumben bener otak lu jalannya lurus hw, biasanya isinya kerukan sampah wkwk.
Gw juga gatau ya, solat tapi masih gak tenang tuh berarti ada yg salah gak sih? Gw akui iya, gw masih belum khusyuk alias ✨mindful✨ ketika solat. Masih suka bercabang pikirannya, eh tau-tau udah ruku, eh tau-tau lupa ini teh rakaat ke berapa. Pas berdoa juga gak bener-bener di situ hatinya untuk meminta, baca doa utk kedua orang tua aja udah kayak nyebutin pancasila yg di luar kepala. Jadi yg salah bukan solatnya sih, tapi gw. Bukan ibadahnya, tapi yang mengerjakannya. Bukan Tuhannya, tapi manusianya. Ya masa mau nyalahin Pencipta. Se-perfect ini alam semesta, sesempurna ini cara kerja organ dalam manusia, mau disalahin tuh berarti ada yg salah sama empedu gw :’)
Udah, udah kelar gw gunting kuku. Lama amat perjalanan tante ini gunting kuku yaa hm
Yang bisa gw simpulkan dari pemikiran tadi adalah, well kalo cari ketenangan hqq juga sepertinya mustahil selama bernapas di dunia ini, make sense sih kalo Allah menawarkan surga sebagai transaksi yg ditukar dengan keimanan, amal, dan ketaqwaan? Toh naluri manusia utk bisa hidup tenang, damai, free-ovt akan didapat di sana. Gak perlu hopeless, ga perlu takut gapunya duit, ga perlu takut wish-nya gak terkabul. Just follow My rules and you’ll get the access to live peacefully and to have everything you want. Beneran ada harga ada kualitas, kan?
Berat? Ya pasti. Selain bukan tempat untuk merasa tenang, dunia juga bukan tempatnya bermudah-mudahan. Cuan aja kudu dicari baru dapet, jodoh juga, pendidikan juga, mobil Raize juga. Tapi kenapa kalo soal agama dan ibadah ini tuh kek level beratnya beda gitu looh, ketauan bgt emang berat di dosha 🥹
Hush ah, jangan ngomongin dosa dan pahala. Pamali, ntar gw disangka asisten Tuhan lagi, atau si paling penghuni syurga wkwk. Gw pribadi sebenernya juga menghindari topik ini sih, pahala dan dosa. Award and punishment. Sama aja kan, ya? Kalo mau diobrolin mau aja sih, agak panjang tapi jatohnya. Trus agak nunggu moodnya bagus juga. Ehe
Yap, mari kita melanjutkan membaca novel lagi karena sistem otak gw udah ketularan bahasa terjemahan yang nauzubillah kaku banget twoloooong. Pas nyoba nulis cerita berasa banget kaya mesin, gak ada seni dan jiwanya. Oh ya happy weekend cingudeuul 💃🥂
29 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Mental Pengemis
Dulu masih ingat, sebuah memori saat kelas 6 SD. Waktu itu aku sedang bermain di rumah teman yang juga tetanggaku. Aku bercerita layaknya teman sebaya, karena mau diadakan ujian praktik seni budaya di sekolah, yaitu menghidangkan makanan. Bagianku saat itu membawa buah-buahan dan sop buah
Di tengah bercerita, ibu temanku ini mendengar pembicaraan kami. Kemudian menawarkan untuk meminjamkan barangnya berupa keranjang buah. "San, ini tante punya keranjang buah yang lucu. Pakai aja buat ujian praktiknya. Biar tambah cantik, nanti nilainya bagus". Aku saat itu hanya mengangguk dan mengiyakan
Sesampainya di rumah, aku bercerita pada mamaku kalau aku dipinjami keranjang buah. Saat ayahku tau, beliau marah luar biasa. "Siapa suruh kamu pinjam orang? Gak boleh kamu pinjam-pinjam punya orang lain. Kembalikan! Ayah nggak suka kamu pinjam-pinjam. Pakai punya sendiri. Harus bersyukur sama barang sendiri"
Saat itu aku menangis, aku benar-benar kesal pada ayahku dan bingung, kenapa ayah bisa semarah itu padaku? Padahal hanya dipinjami keranjang buah :')
Sejak saat itu, aku hampir tidak pernah lagi meminjam barang pada orang lain, kecuali mendesak, apalagi meminta-minta. Dulu selama di pesantren yang mana sangat lumrah pinjam-meminjam, aku hampir tidak pernah meminjam barang teman. Apalagi nanti kalau ketahuan ayah, pasti dimarahi habis-habisan
Sampai hari ini, aku tidak pernah sekalipun. Meminta tolong pun aku sungkan dan merasa berhutang budi. Aku paling tidak bisa merepotkan orang lain, kalau bisa kukerjakan sendiri. Bahkan dulu awal menikah, aku sampai tidak enakan meminta bantuan suami. Hampir semua kukerjakan sendiri😅
Sekarang mencoba belajar untuk meminta bantuan orang lain saat benar-benar butuh. Tentu tidak dengan cuma-cuma, karena ayah selalu mengajarkanku demikian
Sampai akhirnya aku sadar, alasan beliau berlaku demikian. Kini, saat dewasa bertemu dengan orang-orang yang dengan mudah meminta sesuatu pada orang lain, jadi geleng-geleng
Beneran ga habis pikir, saat kami pindahan, barang yang jelas kami jual, diminta. Dan ga cuma satu dua orang. Apa mereka tidak berpikir, nantinya di tempat baru kami juga membeli barang2 yang kami perlukan lagi? 😌
Justru aku lebih respect pada teman yang membantu untuk membelinya atau dia tidak meminta-minta. Kalau begitu aku bahkan bisa ngasih barang dengan cuma-cuma
Kalau ngasih orang yang suka meminta-minta biasanya nggak tau diri, malah minta-minta yang lain lagi
Atau juga melihat orang lain yang hobi minta traktiran, minta diadakan syukuran, dll. Mungkin terlihat sepele, tapi kita tidak pernah tau keadaan seseorang saat dibercandai seperti itu. Dia berjuang mati-matian, eh dimintai traktiran. Bongko! Wkwkwk
Ternyata ini tentang harga diri, bahkan Islam pun mengajarkan demikian. Jangan suka meminta-minta! Berusahalah dengan jerih payah sendiri, itu jauh lebih baik. Kalau dikasih ya alhamdulillah
Kalau ada orang berbuat baik pada kita, balas kebaikannya dengan lebih. Jangan sampai kita meminta. Namun ketika kita memberi, jangan pernah mengharap balasan. Justru banyak-banyaklah memberi karena itu juga tabungan kita kelak
Namun kembali lagi, begitulah kehidupan, kita masing-masing tentu membawa kebiasaan yang berbeda. Tugas kita ialah memilih dan memilah; banyak memberi udzur pada orang lain; menjaga jarak dengan konflik; juga banyak-banyaklah menebar kebaikan tanpa pamrih
41 notes · View notes
careerclass · 2 years
Text
Setiap teman itu ada waktunya,
Dan disetiap perjalanan pasti ada temannya.
Rasanya kalimat tersebut memang benar adanya. Pada usia yang bisa dikatakan akan tidak mudah mendapat teman bermain, teman berbagi sambatan, Career class seperti karpet merah saat krisis teman perjalanan semakin sedikit.
Ternyata "Open Minded" anak CC sudah harum dan ramah ditelinga teman yang dahulu merupakan kakak tingkatku ditempat kuliah.
Setelah dua tahun tak berkomunikasi secara langsung akhirnya kami bertemu. Tak disangka alasan dia awet berteman denganku karena dia berpikir "sayang sekali kalau tidak berdiskusi denganku, karena aku suka berdiskusi dan aku tau anak-anak CC pada open minded"
Aku tertegun sebentar,
Melihat diri? Apa benar aku seperti itu?
Sejauh ini aku adalah peserta receh yang tidak rajin.Kapasitasku pun terbatas saat kelas, hobiku mencatat kalimat yang sekiranya akan memotivasiku saja. Tidak pernah mendetail hingga sesi tanya jawab ku tulis.
Entah, mungkin perjalanan waktu setahun yang didampingi career class dengan segala jungkir baliknya membuatku semakin pandai mengambil pelajaran.
Perubahanku, hampir setengahnya mengambil hikmah, dan seni mempelajari hikmah salah satunya aku dapat di career class.
Pada sisa-sisa minggu kita bersama, akankah aku rindu riuhnya akhir pekan yang diisi insight berisi daging semua di tahun depan?
Aku si sang pemalas ini masih termenung dengan pikiran yang sangat dalam.
Tahun depan, aku tanpa career class bagaimana?
40 notes · View notes
desyilmi · 2 years
Text
Changemaker: Bagaimana Awalnya?
Dalam sebuah kesempatan memandu sesi berjudul “Build Impactful Movement: Be Changemaker!”, ada pelajaran menarik yang disampaikan. Pembicaranya merupakan seorang perempuan seumuran saya, dengan kiprah yang luar biasa: Ara Kusuma. Ara adalah seorang changemaker yang sudah mulai debut dengan berbagai project sejak usia 10 tahun. Dan berikut kristalisasi sharing-nya.
Siapa sih yang tidak ingin menjadi pembawa perubahan? Yang memiliki dampak dan luas manfaatnya. Kata Ara, perjalanan membawa perubahan bukanlah proses yang mendadak. Itu membutuhkan latihan yang sebenarnya bisa kita mulai sedini mungkin. 
“Changemaking itu seperti menyanyi, sebenarnya semua orang bisa. Namun jika semakin diasah, akan semakin bagus dan merdu, orang-orang juga semakin merasakan dampaknya. Tentu ada naik turunnya, ada gagalnya. Tapi itulah seni membawa perubahan.”  - Ara Kusuma
Karena bukanlah proses yang instan, tentu ada peran penting orang tua di dalamnya, kan? Ara menyebutkan dua insights utama yang dapat kita pelajari dari Pak Dodik dan Bu Septi, kedua orang tua Ara. 
Pertama. Orang tua harus menghargai semua pendapat dan ide-ide yang anak utarakan, bahkan imajinasi mustahil sekalipun. Kemerdekaan berpikir anak tidak boleh dimatikan, karena hal itulah yang akan menjadi bekal mereka lebih mengeksplorasi pola pikir.
Kedua, prinsip ‘ketimbang belajar menjawab pertanyaan, bagaimana kalau kita belajar membuat pertanyaan itu?’.  Pertanyaan lah yang akan membuat empati anak muncul dan imajinasinya berkembang. Ketika duduk merenung dalam perjalanan, mengajak anak membuat sebanyak mungkin pertanyaan ternyata penting. Kalau orang tua tidak bisa menjawab, akui saja, kemudian cari tahu bersama anak.
Ada yang menarik lagi dari bagaimana Bu Septi dan Pak Dodik mendidik anak-anak. Berupaya mewujudkan rumah sebagai tempat pembelajaran utama, terciptalah project based learning kecil-kecilan yang dikelola di rumah. Sebagai contoh, kesukaan Ara dalam aktivitas membersihkan diri, membuatnya diangkat menjadi manajer toilet di rumah, dan kakaknya menjadi manajer sarapan. Project ini akan berjalan seminggu sebelum akhirnya berganti lagi dengan project yang lain.
Orang tua harus mengidentifikasi celah mana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagi kebahagiaan bersama anak. Ingat! Konsepnya berbagi ‘kebahagiaan’, bukan ‘beban’, ya! 😊. Nah, dari sinilah akhirnya muncul proyek-proyek yang lebih serius. Bagaimana? Tertarik mencobanya di keluarga masing-masing?
Anyway, tulisan ini akan berlanjut ke part penjelasan Ara mengenai langkah membawa perubahan. Gimana tuh? Ditunggu saja hehe.
--------------------------
Di depan laptop, 10/01/2023 | 7:53 WIB
12 notes · View notes
putriraha · 2 years
Text
Memaafkan
Sebagai seorang manusia biasa yang jauh dari kata sempurna, memaafkan adalah salah satu perihal sulit bagiku. Apalagi memaafkan diri sendiri. Yah, ada memang beberapa manusia yang terlahir keras kepala sepertiku. Perihal memaafkan membuatku dulu berpikir seperti ini, mungkin ketika kita berfokus pada hal baik yang pernah dia lakukan, kita akan lebih mudah memaafkan. Tapi seringnya itu tidak ada pengaruhnya sama sekali. Yasudah, jengkel ya jengkel saja, sekalipun yang bersangkutan telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya, seolah bekas itu masih ada, tertancap di hati yang entah akan hilang kapan. Entah apakah kamu juga pernah mengalaminya, membenci orang lain, jengkel pada orang lain tanpa tahu alasannya apa? Astaghfirullah. Kata temanku hanya hati yang di ridhoi Allah yang akan mudah memaafkan kesalahan, baik orang lain pun diri sendiri. Semoga Allah meridhoi kita semua ya aamiin.
Kalian juga bisa bercerita, apa yang kalian rasakan ketika rasa benci itu datang menggerogoti hati kalian? Kalau boleh bercerita, seringkali untukku yang tidak terlalu ekspresif mengutarakan marah, seringkali diamku terasa seolah membuat kepala mendidih dan jantung berdetak kencang sekali, ditambah lagi kadang badan terasa panas entah datang darimana asalnya. Hal itu sangat tidak nyaman, seringkali setelah itu aku memilih untuk mengambil ruang sendiri. Bertanya apa positif negatifnya ketika amarah itu bisa kuluapkan, puaskah ketika mungkin kata-kata yang menyakiti hati orang lain terucapkan? Legakah jika mungkin aku akan membentak dan melotot kedua mata supaya tahu betapa jengkel dan kecewanya aku dengan sikapnya?
Biasanya setelah itu aku akan menjawab dengan sendirinya, bahwa semua itu tidak perlu. Tidak perlu marah sekalipun bisa. Tidak perlu melakukan itu semua sekalipun sangat pantas dilakukan sebagai orang yang dibuat kecewa. Pada akhirnya aku mengerti, bahwa seni memaafkan adalah solusi terbaik untuk kebaikan diri. Kebencian yang terus menerus menggerogoti diri hanya akan menumbuhkan prasangka buruk hari demi hari. Ibarat kertas yang terbakar api, akan menjadi arang yang sia-sia. Entah sesulit apa, belajarlah memaafkan, ketika hatimu penuh dengan damai dan tenang, insyaAllah takdir baik juga akan datang. Kemarahan dan kebencian yang membekas hanya akan membuatmu dipenuhi dengan hal-hal buruk.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari prasangka buruk, kerasnya hati dan sempitnya pandangan terhadap apa-apa yang dihadirkan dalam hidup kita. Selamat memaafkan :)
7 notes · View notes
uraphrodhite · 1 year
Text
ITS ME AND MY PROBLEM!
Tumblr media
Setelah sekian lama memikirkan "Sebenernya aku di dunia ini mau melakukan apa, ya?" Kemudian teringat hasil talent mapping ini dan semakin membuatku berpikir tentang apa yang seharusnya aku lakukan dengan kemampuan yang aku miliki.
Setelah tes talent mapping, hasil yang aku dapat adalah ini.
Tumblr media
Saat sesi konsultasi, praktisi talent mapping mengatakan bahwa urutan 1-7 itu bakat dominan dan yang ada titiknya itu yang nilai kekuatan bakatnya sama.
Ini gimana deh urutan 1-7 nya nilainya 'kok sama semua. Rasanya jadi lebih sulit buat milih karena ke-tujuh-tujuhnya sama-sama semua, makanya selama ini bingung cocoknya mau jadi apaa😭🙏🏻
Rasanya sama kaya galaunya Harry Potter waktu milih minta ditempatin di Gryffindor padahal juga berdarah Slytherin (correct me if I'm wrong, guys). Sambil was-was apakah yang dipilih adalah benar, karena di hal-hal lain juga kok kayanya bisa :(
And here wo go.
Bakat itu ga semata-mata hal-hal yang berbau seni dan olahraga 'kaya yang umumnya selama ini sering orang sebut-sebut, kok.
Ada yang bilang bakat itu ibarat ikut lomba lari tapi dengan garis start jauh di depan pelari lain. Artinya, dengan usaha yang sama, kemungkinan buat memenangkan lomba bakal lebih besar. Tapi, punya bakat juga bisa percuma kalau gak diasah pakai usaha dan kerja keras.
Jadii, kalau mau lebih leluasa mengaktualisasikan diri, ada baiknya tau bakat diri dari sekarang. Arah hidupnya mau kemana itu jadi keliatan jelas sehingga tugas kita sebagai khalifah di bumi juga bisa lebih maksimal. Pelayanan yang diberikan juga maksimal karena sesuai bidang keahlian masing-masing✨
Pada akhirnya, aku memilih mengabdikan diri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bismillah ya, semoga langkah aku senantiasa dimudahkan dan diiringi keberkahan dari Allah. Mendidik pemuda menjadi generasi yang berbudi pekerti luhur dan cerdas secara pengetahuan itu juga bukan hal yang mudah. Meskipun begitu, itu hal yang harus diperjuangkan.
3 notes · View notes
ifadhilaa · 2 years
Text
Seribu Bahasa Cinta
Kebaikan itu disampaikan lewat cinta; dan bahasa cinta menyentuh hingga titik paling dalam manusia.
Bahasa cinta setiap manusia berbeda satu sama lainnya. Satu tergugah dengan orasi penuh motivasi, sementara satu lagi terketuk dengan untaian kata penuh kelembutan. Lainnya terbuka karena perlakuan baik, sementara satu lagi cukup dengan didengarkan dan ditemani. Satunya menyenangi hadiah, lainnya merasa hadiah adalah hal berlebihan. Bahasa cinta manusia, berbeda-beda.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang teman. Antusiasme-nya tinggi, mau belajar, dan kita berdiskusi beberapa hal. Lalu di akhir aku bertanya, "Berat ya tadi?" dan "Iya" jawabnya.
Sesaat aku terdiam dan berpikir. Seolah kita sudah berusaha menyampaikan seluruh ilmu dan kemampuan yang kita bisa untuk menggerakkan hati manusia.
Lain hari, seseorang datang dan berkata bahwa dia "Cukup sampai sini aja ya" katanya. Awalnya kukira hanya sebatas candaan. Lalu satu dua obrolan ditumpahkan dan dia menangis. Sayang waktu itu ada janji lain yang harus ditunaikan, jadi cerita itu belum selesai. Semoga hari ini, esok, dan hari-hari kedepan dia baik-baik saja.
Atau pada ungkapan-ungkapan "Aku terkesima dengan perbuatannya", itupun bahasa cinta.
Lalu pada harap-harap cemas lainnya: kakak kepada adiknya, ayah dan ibu kepada anak-anaknya, guru terhadap muridnya, juga kepada teman-teman sebaya, bahasa cinta lebih sering dilangitkan melintasi ruang dan waktu karena terlampau besar untuk diungkapkan.
Bumi Cinta, adalah judul dari novel yang aku sukai, bahkan sebelum membaca keseluruhan ceritanya –karena keindahan pilihan katanya. Bumi Cinta.
Barangkali, bumi memang diciptakan untuk menumpahkan cinta. Cinta-Nya kepada makhluk dengan segala bentuk pemberian, cinta yang saling mengasihi, cinta yang saling mengoreksi, cinta yang –akhirnya mencipta harmoni.
Seribu bahasa cinta, adalah bagaimana cinta itu disampaikan dan ditangkap oleh dua yang berinteraksi. Seribu bahasa cinta, akhirnya adalah seni menyampaikan isi hati, menyampaikan pesan-pesan kebaikan –bahwa satu sama lainnya saling mengasihi.
Seribu bahasa cinta, karena banyaknya cara untuk menyampaikan rasa. Bahwa bahasa cinta, tidak selalu bunga dan kata-kata.
Seribu Bahasa Cinta, 25 Desember 2022
8 notes · View notes
arinauli · 1 year
Text
Kehidupan, Keluarga, dan Keinginan.
Toba adalah wilayah yang berlokasi di Pulau Samosir, Sumatra Utara. Sejauh mata memandang, Toba diselimuti oleh pohon-pohon menjulang dan rerumputan yang hijau, serta dihiasi oleh kicauan burung yang menggema di sore hari. Toba merupakan tempat yang hangat dan nyaman untuk kembali, sebuah tempat di mana keluarga berkumpul dan bercanda sambil menikmati tipa-tipa—cemilan khas Toba—bersama dengan seluruh anggota keluarga. Akan tetapi, suasana tersebut tidak berlaku dalam keluarga Bapak, ayah dari dua anak perempuan, Saulina dan Arinauli, dan juga satu-satunya lelaki di dalam keluarganya.
Masyarakat Toba dikenal dengan budaya Bataknya yang kuat, di mana patriarki sangat dihargai, menjadikan laki-laki sebagai fondasi utama dalam meneruskan garis keturunan. Sebagai keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, situasi ini membuat kami seringkali dipandang sebelah mata oleh Opung—terlebih lagi karena garis keturunan marga berakhir di Bapak.
Situasi menjadi semakin rumit ketika Bapak menderita penyakit yang akhirnya merenggut nyawanya. Sejak kepergian Bapak, rumah menjadi semakin sepi, hingga suara jangkrik dapat terdengar begitu jelas di malam hari, seolah-olah rumah telah kehilangan fondasi terkuatnya. Mamak bekerja siang dan malam untuk menafkahi kedua putrinya agar mereka dapat melanjutkan sekolah. Menurut Bapak dan Mamak, lebih baik mereka tidak makan daripada anak-anak tidak bisa sekolah.
Sosok keluarga seperti Opung hampir tidak ada semenjak Bapak meninggal. Salah satu alasan mengapa keluarga kami semakin terasing adalah karena Mamak harus bekerja keras, berkelana ke berbagai wilayah untuk melakukan transaksi jual beli barang yang dapat menghasilkan uang, semua ini hanya demi memenuhi kewajibannya sebagai orang tua tunggal. Namun, dalam pandangan Opung, hal ini menjadi tabu—seorang janda yang harus pulang larut malam, berjumpa dengan orang-orang yang bukan keluarga, terlebih lagi mayoritas dari mereka adalah laki-laki.
Opung sesekali datang ke rumah, terkadang dengan alasan ingin melihat aktivitas Mamak, mengantarkan makanan, atau hanya ingin menyampaikan pendapat tentang pekerjaan Mamak yang semakin membuatnya terjepit. Pada hari ke-100 setelah kepergian Bapak, Opung menawarkan bantuan kepada keluarga kami dengan syarat anak pertama, Saulina, harus segera menikah dengan anak lelaki kerabatnya setelah ia lulus kuliah. Tawaran tersebut sangat menggiurkan dan bisa membuat status keluarga kami terangkat. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh Mamak, dia tahu bahwa Saulina memiliki cita-cita besar untuk merantau ke ibu kota. Pernyataan tersebut, yang disampaikan dalam waktu 10 menit, berhasil membuat amarah Opung meningkat. Sejak hari itu, Opung tidak pernah lagi mengunjungi rumah, atau mungkin kami sudah dihapus dari daftar anggota keluarga besar.
....
Saulina adalah cahaya bagi Mamak dan adiknya. Sejak ia lahir, Bapak dan Mamak memiliki harapan besar agar Saulina dapat bersekolah setinggi mungkin, bahkan jika perlu hingga ke ujung dunia akan disanggupi oleh Bapak dan Mamak. Saulina memiliki bakat dalam seni, khususnya melukis. Entah darimana ia mendapatkan bakat itu, namun namanya selalu ada dalam daftar juara dalam kompetisi melukis sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Saulina, yang dijuluki si 'tangan emas', adalah murid yang selalu dipuji oleh guru ketika melihat hasil karyanya. Sebaliknya saat ia menunjukkan salah satu karya kepada Opung, lukisan tentang rumahnya yang dikelilingi oleh sawah, kolam ikan, dan halaman yang penuh dengan batu-batu kecil. Bukan pujian yang ia dapatkan, melainkan kritikan, "Mau jadi apa kamu besar nanti kalau hanya melukis, Nak?" Saulina tersenyum, ia berpikir bahwa Opung memang tidak menyukai lukisan. Saulina bercita-cita untuk membuat galeri seni seperti Vincent van Gogh, tempat di mana ia bisa mengekspresikan perasaannya melalui goresan kuas dan warna di kanvas kosong, tempat ia bercerita, juga tempat ia menyalurkan amarah yang terpendam.
....
Ketika hujan deras menyerang Toba, Mamak mengumpulkan kami berdua di ruang tamu dengan menawarkan teh hangat dan cemilan, ia memberi tahu bahwa salah satu dari kami; Saulina atau Arinauli, harus berhenti sekolah karena Mamak hanya mampu membayar biaya sekolah untuk satu anak. Hal ini membuat Saulina terpukul hingga kesedihan tidak bisa disembunyikan dari wajahnya, karena hanya satu langkah lagi ia bisa meraih cita-citanya dan pergi ke ibu kota. Adik bungsunya, Arinauli, tersenyum melihat kekecewaan di wajah kakaknya itu, “Biarkan saja adik yang tidak sekolah, Mak. Kakak akan segera lulus, nanti adik bisa sekolah setelah kakak lulus.”
Pernyataan dari anak yang baru berusia 16 tahun itu berhasil membuat kakaknya menangis, entah dari mana adiknya bisa bersikap seperti orang dewasa, padahal orang dewasa di sekeliling mereka malah bersikap sebaliknya.
....
Sejak masa kecilnya, Arinauli telah dikenal karena kepribadiannya yang ramah dan kemampuannya untuk berbaur dengan semua orang, baik tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin. Bahkan ketika ada pendatang di Toba, Arinauli selalu siap menjadi pemandu wisata pribadi. Teman dan tetangga kami menggambarkan Arinauli sebagai sosok yang penuh warna—ia mampu mengubah suasana monoton menjadi penuh semarak, secerah warna pelangi. Jiwa sosial yang tinggi telah tertanam dalam diri Arinauli sejak kecil, yang membuatnya menguasai beberapa bahasa di luar bahasa Batak. Selain itu, Arinauli juga memiliki cinta yang mendalam terhadap musik. Setiap sore, melodinya yang diambil dari sonata Beethoven terdengar bergema sampai ke halaman rumahnya. Arinauli memimpikan menjadi guru musik, namun ia sadar bahwa sejak kepergian Bapak, kepentingan kakaknya, Saulina, harus menjadi prioritas. Selain itu, dalam adat Batak, anak bungsu memiliki kewajiban untuk merawat orang tua di rumah mereka—ini menjadi alasan utama Arinauli merelakan cita-citanya. Jika bukan dia, siapa lagi yang akan merawat Mamak?
....
Suatu hari, ketika kami tengah membersihkan halaman rumah, kami menerima sepucuk surat dari tukang pos. Ini adalah peristiwa yang langka, surat pertama yang kami terima dalam beberapa bulan terakhir. Surat yang ditulis dengan nama lengkap Saulina dan Arinauli membangkitkan rasa penasaran. Tanpa menunggu Mamak pulang, kami membuka surat tersebut—surat yang kemudian mengubah kehidupan kami sepenuhnya.
2 notes · View notes
house-mantap168 · 1 year
Text
Rebecca Klopper Video: Kontroversi dalam Dunia Seni
Tumblr media
Rebecca Klopper, seorang seniman dan aktivis seni dari New York, baru-baru ini menuai sorotan atas karyanya yang sangat kontroversial. Video seni buatannya dengan judul "The Limitations of Human Freedom" atau "Batasan-batasan Kebebasan Manusia" telah menjadi bahan perbincangan hangat di dunia seni. Video ini dianggap memicu kontroversi karena dianggap sebagai bagian dari norma-norma sosial yang tidak wajar dan dianggap sebagai tipuan.
Dalam video berdurasi 10 menit tersebut, Klopper menampilkan adegan di mana dirinya dimasukkan ke dalam sebuah kotak dan diberi batas-batas serta aturan yang harus diikuti secara ketat. Video tersebut menunjukkan Klopper terperangkap di dalam kotak kecil yang hanya memungkinkan dia untuk bergerak dalam batasan tertentu. Sementara itu, melalui percakapan dengan seorang pria di luar kotak, Klopper menyuarakan keterbatasan yang muncul akibat adanya batasan dan aturan dalam masyarakat.
Dalam video itu, Klopper mengekspresikan pemikirannya tentang efek dari batasan yang seringkali diberikan oleh masyarakat kita pada individu. Ia menyatakan bahwa batasan tersebut seringkali memaksakan manusia untuk hidup di dalam "kotak" dan membawa dampak buruk terhadap pertumbuhan pribadi dan masyarakat. Tujuan Klopper adalah untuk mengajak penonton untuk berpikir kritis tentang pemahaman mereka terhadap kebebasan dan batasan dalam kehidupan.
Bagi sebagian besar penonton, video ini sangat kontroversial dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang maksud dan tujuan dari video tersebut. Sebagian orang menilai bahwa video Klopper hanya bertujuan untuk menciptakan sensasi, sedangkan yang lain menganggap Klopper melangkah terlalu jauh demi menyampaikan pesan yang ia ingin sampaikan.
Di sisi lain, banyak pihak yang menganggap video ini sebagai sebuah karya seni yang benar-benar mencerminkan perjuangan seseorang untuk meraih kebebasan, baik dari peraturan dan norma-norma sosial yang ada. Beberapa kritikus bahkan mempertanyakan apakah rekaman Klopper adalah sebuah karya seni, atau tidak ada yang lain selain pengejaran sensasi kontroversial.
Namun, Klopper sendiri mengklaim bahwa video ini bukanlah tipuan atau bahkan hanya untuk menciptakan sensasi di media sosial. Ia menjelaskan bahwa video tersebut adalah karya seninya yang sangat penting bagi kebebasan berekspresi dan nekad untuk memberikan pandangan baru tentang dunia kita yang dinamis dalam hal batasan dan kebebasan.
Kontroversi yang muncul dari video Klopper penting untuk membuka diskusi tentang kebebasan berekspresi dalam dunia seni. Bagaimana kita memahami kebebasan artistik? Dalam sistem yang sangat berbeda, bagaimana kita memandang norma-norma sosial dan batasan yang diberikan kepada kita sebagai individu? Semua pertanyaan ini sangat penting bagi seni dan masyarakat kita. Menurut Klopper, melalui karya seni nya, dia menekankan pentingnya individualitas dan kebebasan manusia dalam berpikir, mendiskusikan, dan bertindak.
Dalam karya seninya yang kontroversial ini, Klopper mempekerjakan pengambilan gambar dramatis dan penggunaan teknologi modern untuk memperkuat pesan yang ia ingin sampaikan. Video ini adalah masterpiece yang memperlihatkan Klopper sebagai seorang seniman yang sangat berpengalaman dan kreatif.
Dalam video ini, Klopper menunjukkan kepiawaiannya dalam memadukan teknologi dengan seni. Dalam proses pembuatannya, video tersebut juga dapat menginspirasi generasi baru seniman untuk mempertanyakan batasan dalam keyakinan dan peraturan dalam seni, sekaligus membuka pandangan baru tentang dunia kita yang berubah dengan pesat.
Karya seni dari Rebecca Klopper, meskipun didiskusikan secara kontroversial, menunjukkan betapa vitalnya peran seni dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan melestarikan kritik dan sikap kritis pada dunia kita. Seni adalah sarana untuk mengekspresikan dan menunjukkan kecantikan, kebenaran, dan kenyataan yang terkadang mustahil untuk diungkapkan melalui kata-kata atau bentuk media lainnya. Pelepasan imajinasi dan kreativitas melalui seni sangatlah penting untuk menciptakan perubahan dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Melalui karya seninya, Rebecca Klopper membawa kita untuk melihat kenyataan sosial yang tidak sempurna dan memberikan inspirasi untuk melakukan langkah lebih besar dalam meraih kebebasan yang diinginkan. Karya itu menunjukkan pentingnya berpikir kritis dan berpendapat tentang bagaimana kita memandang kebebasan dan batasan dalam kehidupan. Dan meskipun terdapat kontroversi, karya ini akan tetap menjadi karya yang sangat penting dan dipandang bernilai dalam dunia seni.
3 notes · View notes
paradigmanonymous · 2 years
Text
notes
kadangkala saya berpikir. saya merindukan suara keyboard laptop toshiba lama saya, gesekan serbuk pensil diatas kertas ataupun lamunan saya ketika dipenuhi ide. saya sungguh merindukannya. ada dimana ketika umur saya terlalu muda untuk menghargai sebuah anugerah yang seperti diciptakan menjadi bagian dari karya seni Tuhan pada saya. kadangkala saya berpikir. bagaimana dulu saya bisa seperti itu? menulis dengan lancar, membawa semua emosi saya kedalam bentuk karakter yang diperankan secara fiktif oleh 2 dimensi yang berbeda
satu hal inti dari note sedang ini. saya rindu menulis. menulis yang sebenarnya. menghasilkan karya. berbagi emosi saya kepada para penikmat aksara. saya benar-benar merindukannya
2 notes · View notes
khoridohidayat · 2 years
Text
“Rido, kamu kerjanya kapan?”
Tanya eyangku tiba-tiba ketika aku pamitan dari rumahnya.
Aku sedikit kaget dan tersedak ketika ingin menjawab pertanyaan “formalitasnya”. Maklum, ketika itu aku juga sedang riweh sedang menggunakan helm, memasang masker dan sedikit menyeimbangkan diri untuk duduk di motor tuaku.
Aku bingung bukan karena tidak ada jawaban. I have that. Tapi ternyata jawaban itu belum memuaskan harapan kakekku ketika itu. Ternyata betul kata orang diluar sana bahwa kita akan dianggap mapan ketika kita sudah bekerja, syukur-syukur berseragam. Tak peduli gajinya mepet UMR, atau bahkan hanya setengah gaji UMR kota itu. Once you have been working in an office, you succeed.
Sekali lagi, aku punya jawaban itu. I have been accepted by the government scholarship to study again. And, it’s my big dream that I always pray for.
Menurutku, aku sudah sukses.
Tetapi menurut eyangku, aku belum sukses.
Terkadang aku bingung harus memenuhi ekspetasi yang mana.
Mungkin kamu bisa bilang “ya ikuti aja apa yang kamu inginkan Do, tutup telinga dari orang sekitar”. Ya, aku tahu teorinya. Tapi ternyata akan sulit ketika sudah masuk ke perkara praktik. Mengalamlkan ilmu perlu kekuatan dan kerendahan hati.
Aku mengatur nafas untuk menjawab pertanyaan kakekku. Tersedak dari sebuah pertanyaan ternyata cukup menyulitkan aku untuk berpikir secara panjang.
“Insya Allah, Eyang. Semoga segera sukses dan kerja di tempat yang baik ya”
Menjawab pertanyaan orangtua memang perlu seni. Kita perlu benar isi jawabannya, dan benar dalam cara kita menjawab pertanyaannya.
Semoga kamu juga dimudahkan menjawab pertanyaanmu.
@langitlangit.yk @careerclass @bentangpustaka-blog
4 notes · View notes
putriutamidewi · 2 years
Text
Badai Pasti Berlalu
3 hari berlalu, sejak tragedi kabar Ayah Alea yang jatuh sakit. Kini di kamar kontrakan Inaya, ada Alea yang sedari tadi terpaku di depan laptop.
Layarnya terpampang gambar 3D desain furnitur tugas akhirnya yang belum terevisi.
Namun kepala Alea dipenuhi pikiran.
Bagaimana cara agar aku bisa tetap kuliah tanpa ambil cuti namun juga bisa bayar UKT?
Bagaimana cara agar aku bisa membantu biaya pengobatan ayah?
Bagaimana cara agar aku bisa mengurangi hutang ayah?
Bagaimana cara agar aku bisa kuliah dengan bahagia layaknya teman-temanku, bisa nonton bioskop bareng temen seusai kelas misalnya!
Alea mengeluarkan sketchbook di ranselnya. Bukan untuk menggambar sketsa tugas akhirnya, melainkan breakdown masalah hidupnya.
Ia memulai dengan Bagimana cara agar aku bisa tetap kuliah tanpa ambil cuti namun juga bisa bayar UKT?
“Apa aku itu banding UKT saja yaa, tapi kan aku semester 8? apa bisa? Coba kalau aku bisa dapat beasiswa BDMS mungkin aku tidak perlu pusing. Dan yang paling menyiksa sebenernya adalah biaya pembuatan produk tugas akhir ini yang mahal, astaga. Aku ga sanggup kalo molor kuliah. Coba nanti aku tanya anak kesma —kesejahteraan mahasiswa,” gerutu Alea seorang diri
“Aleaa, kamu ngga ke kampus hari ini?” seru Inaya dari luar kamar. Jam menunjukkan pukul 9.45, sedang kuliah dimulai pukul 10.00. Jarak kontrakan ke kampus butuh 20 menit.
Alea lekas bergegas, Semoga masih sampai sebelum kelas mulai. Sesampainya di kelas, mahasiswa sudah berhamburan. Alea bertanya dengan teman yang baru saja keluar kelas.
“Lah udah selesai Nis?” tanya Alea
“Enggak jadi kelas, Al. Pak Bandi lagi sakit. Tapi ada titipan tugas nih Al, sini aku jelasin. Ke ruang baca yuk!” ajak Nisa
“oke! eh kamu anak kesma kan ya, Nis?”
“Iya bener, Ada apa Al emangnya?”
“Ada yang mau aku aku tanyain,Nis”
Mereka berdua akhirnya duduk berhadapan dan Alea menceritakan tentang kesulitan membayar UKT. Alea menceritakan sebagian, tidak dengan hutang dan biaya pengobatan ayahnya.
“Wah, tidak bisa berkata-kata Al. Tapi kalo kasus kayak kamu itu masih bisa dibantu. Tinggal nanti pihak kemahasiswaan mutusinnya gimana. Pas banget Al, ini lagi ada slot banding UKT dan beasiswa BDMS juga sekarang range 2,5juta kebawah bisa masuk. Kasusmu bisa aku bawa ke kemahasiswaan, dan aku yakin Bu Anies —Ketua Kemahasiswaan dan Advokasi bisa bantuin nyari solusi. Untuk sementara kamu siapin beberapa berkas yaa Al. Nanti aku chat apa aja yang harus aku disiapin,” terang Nisa
Mata Alea berkaca-kaca dan dia bersyukur sekali keberuntungan memihaknya. Dia peluk Nisa erat-erat. “Makasih yaa Nis, makasih banyak! Semoga Allah membalas kebaikanmu berkali lipat.”
“hehehe iyaa, Al sama-sama. Kamu yang semangat yaa, ayo lulus barengg. Aku menemui Bu Anies dulu yaa” ucap Nisa sekaligus pamit.
Kini tinggal Alea duduk lesehan di belakang meja berukuran 2x1 meter. Hatinya sedikit lega, satu masalah ada harapan untuk selesai.
Kini ia berpikir, Bagaimana cara agar aku bisa membantu biaya pengobatan ayah dan mengurangi hutangnya? Menjadi part time bimbel seni tidak cukup. Ia harus menambah keran pemasukan lagi.
Dia buka laptopnya, lalu menjelajahi situs linked*n. Dia mengangis-ngangis barangkali ada pekerjaan freelance yang cocok dengan skillnya. Mata Alea tertuju pada salah satu lowongan project membuat 3D desain furniture custom.
Alea mengontak pihak pemilik postingan tersebut, Alea mengirimkan portfolio tugas akhirnya yang selesai setengah untuk melamar. Cepat sekali mendapat balasan. Lalu mendapat tawaran 200 pound untuk satu desain furnitur. Alea diberikan proyek membuat 10 desain furnitur dalam waktu 2 minggu.
“Wah, kalo gini caranya aku bisa gampang buat mengurangi hutang ayah, dan aku bisa membantu biaya pengobatan juga,” gumam Alea dengan tersenyum
Kini rutinitas Alea semakin padat, pagi sampai siang dia mengerjakan pekerjaan dari client Inggrisnya, siang sampai sore dia mengerjakan TA, dan sore sampai maghrib dia mengajar di bimbel seni. Malam hari sampai dini hari, ia mengerjakan revisi dari client inggrisnya.
Disuatu pagi, usai Inaya menyiapkan sarapan, ia mengetuk kamar Alea.
“Al, sarapan dulu gih, hari ini katanya ada bimbingan?”
Hening, tidak ada jawaban
“oh, masih tidur”
sudah pukul 09.00, Alea masih di kamarnya. ”Al, nanti telat bimbingan lagi kamuu, Buruan bangun gih!”
Masih tidak ada respon. Inaya cemas, karena tidak biasanya Alea begini. Dia selalu tepat waktu, apalagi soal janji bimbingan dengan dosen.
Dia buka pintunya, dan mendekat ke ranjang sambil menggoyangkan badan Alea, namun dia kaget. Tubuh Alea demam tinggi. Diambillah thermo gun dan ia tembakkan ke kening Alea.
“40 derajat? Astaga” Inaya mendapati Alea yang lemas, ternyata sedari tadi dia bangun namun tidak terdengar responnya saking badannya lemas. Segera Inaya memesan ojek online, lalu membawa Alea ke IGD setempat.
Di kampus, Nisa sedang duduk di kursi tunggu depan ruang dosen untuk antri bimbingan tugas akhir. Ia berharap bertemu Alea, karena ada yang perlu disampaikan terkait pemberkasan banding UKT dan soal slot beasiswa bidikmisi. Namun pagi itu tidak ia dapati Alea. “Kemana ya dia, aku telfon engga diangkat, Apa aku samperin ke kontrakannya aja ya,” batin Nisa.
Usai bimbingan Nisa pergi ke kontrakannya Alea. Dia terkejut karena kosong.
“Mbak, mbak cari siapa?” tanya tetangga yang sedang menyapu depan rumah.
“Cari Alea buu, kemana yaa yaa kok kosong rumahnya, dia tadi ngga berangkat kuliah juga”
“Di rumah sakit sana mbak, tadi pagi ga bisa bangun”
Nisa bergegas pergi kerumah sakit menemui Alea. Sesampainya di rumah sakit, dia bertanya pada bagian administrasi ttg pasien Alea. Namun belum sempat bertanya, ia dikejutkan oleh seseorang yang mengurus berkas Alea —Inaya sepupu Alea. Siapa orang ini, kok Alea ga pernah cerita kalo tinggal sama walinya? Bukannya dia tinggal sendiri ya?
— kira-kira apa yang terjadi selanjutnya? Nantikan kelanjutannya yaa di #5ccday14 besok!
5 notes · View notes