Tumgik
#tengkleng
kbanews · 1 year
Text
Sapa Warga Boyolali, Anies Gunakan Bahasa Jawa Halus
JATENG | KBA – Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Baswedan mengunjungi Kabupaten Boyolali, Minggu siang, 13 Agustus 2023. Acara silaturahmi dengan tuan rumah Ki Dalang Sri Susilo Tengkleng itu diselenggarakan di kediaman pribadi setempat, Dukuh Klayutan, Kelurahan Ketitang, Kecamatan Nogosari, Boyolali. Ketika memberikan sambutan di hadapan sekitar 1.000 warga Boyolali dan Solo Raya, Anies…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bungajurang · 9 months
Text
Bertemu kawan baik di Jakarta
Ia menempuh perjalanan selama 40 menit ke tempatku menginap. Ia mengendarai Yamaha Mio yang sama dengan yang ia gunakan di Jogja. Wajah yang familiar. Senyum dan mata yang sama. Terakhir kali kami bertemu di Jogja tahun 2020–tidak lama kemudian pandemi. Lalu kami menjalani hidup masing-masing. Jarang bertukar kabar, hanya sesekali mengomentari unggahan di Instagram Story atau WhatsApp Status, terkadang kami bertukar Reels kucing lucu.
Aku tidak merasa canggung sama sekali, meski sudah (hampir) 4 tahun tidak bertemu. Rasanya seperti hanya tidak ketemu selama beberapa minggu saja. Hal pertama yang ia tanyakan padaku adalah agendaku di Jakarta. Lalu ia menanyakan soal pekerjaan secara singkat. Lalu ia membuka aplikasi Google Maps dan mengetik tujuan kami. Earphone ia pakai di kedua telinganya. Duduk di bangku belakang mengenakan helm yang kacanya sudah kendor, membonceng orang Jakarta yang memiliki mindset naik motor ‘yang penting segera sampai tujuan’, aku sempat bingung mau pegangan apa. Pegangan pinggangnya tidak mungkin karena pasti canggung; akhirnya tiap ia mengerem mendadak aku berpegangan pada behel motornya, dan jaketnya.  
Baru setelah kami sampai di warung makan dan duduk tenang, kami bertukar kabar satu sama lain.
"Gimana kabarmu?" tanyanya.
"Ya begini." jawabku sambil membentuk huruf V di bawah dagu dengan kedua tanganku. "Kami gimana?"
"Ya begini-begini aja." jawabnya. Lalu kami tertawa.
Ia mengajakku makan soto betawi. Ia baru pertama kali ke sini, dan katanya banyak yang bilang soto di sini enak. “Aku mau ngajak kamu makan sesuatu yang nggak bisa kamu temui di Jogja.” katanya. DAN, soto betawinya enak. Banget. Kuahnya kental, rasanya gurih dan pas. Tomatnya enak, kentangnya enak. DAGINGnya enak, lembut dan banyak. Harganya 31 ribu.... belum termasuk nasi. Worth it!
Dari warung makan, kami pergi ke kawasan Blok M. Kami parkir di salah satu penyedia parkir (saat akan pulang, waktu menunjukkan pukul 12.15 WIB, dan Kang Parkir bilang, “10 ribu bang. Udah lewat jam 12 soalnya). Kami jalan kaki memutari taman Blok M. Sayang sekali, lampu di area kolam tidak nyala. Kami jadi tidak bisa melihat kolam. Lalu kami jalan di blok Little Tokyo yang penuh dengan restoran dan kafe bertema Jepang. 
Kami mampir beli rokok–aku beli rokok yang sama dengannya, Esse. Kami berniat nongkrong di tempat duduk warung itu, namun ternyata sudah mau tutup. “Bang, sorry ya dah mau tutup nih. Kursi sama mejanya mau dirantai, biar gak ilang.” kata penjualnya. Bingung juga aku; tadi di area taman kami diusir dua kali karena sudah malam, duduk di salah satu sudut pertokoan tidak nyaman karena kena lampu sorot yang menyilaukan. Akhirnya kami jalan kaki lagi, dan memutuskan duduk di trotoar, sambil mengamati orang-orang. Ia ahli mengamati orang. Mungkin itu kebiasaannya, mungkin itu adalah kebiasaan yang terbentuk selama kuliah antropologi, mungkin itu adalah karakternya.
Kami mengingat-ingat saat akhir tahun 2019 lalu pergi ke Solo. Naik motorku, Yamaha Mio-GT. Kalau diingat lagi, perjalanan waktu itu termasuk sebagai kemewahan, apalagi buat kami yang masih mahasiswa. Uang bensin, lalu makan tengkleng, beli printilan seperti masker dan rokok, lalu malamnya makan bebek goreng di Klaten. Senangnya, kami bergantian membawa motor. Waktu aku gantian di depan, hari sudah sore dan langit berubah menjadi oranye dan ungu. Aku berkali-kali bilang, “Langitnya cantik!” dan ia menimpali dengan, “Iya tahu, berisik!” Lalu kami tertawa. 
“Apa first impression-mu ke aku?” tanyaku. “Cewek pinter.” katanya. “Waw. Kalau aku dulu melihatmu sebagai orang yang brilian; mungkin dari sorot matamu dan caramu ngomong, sih.” kataku.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB lebih. Lama sekali kami mengobrol; soal kabar, soal pekerjaan, soal isu gerakan lingkungan, soal isu agraria, soal bagaimana ia sangat bangga dengan ruang terbuka dan transportasi publik di Jakarta–Jogja mana punya ruang terbuka kaya gini, ujarnya–meski ia ke mana-mana masih naik motor karena menurutnya lebih ekonomis dan efisien, soal sampah, soal hubungan romansa masing-masing, soal ketakutan akan masa depan, soal betapa pahitnya realita pasca kuliah, soal kabar teman-teman yang kami kenal.
Dalam perjalanan pulang, ia tanya apakah aku menganggapnya sebagai teman. Kujawab dengan sebal, "Ya iyalah. Kalau enggak buat apa aku mau ketemu!" Sambil memukul bahunya. Dia lalu lanjut bertanya, memangnya apa kriteria teman bagimu. Kujawab begini. Yang pasti aku tidak melihat kuantitas seperti frekuensi bertemu, hal-hal material seperti memberi hadiah atau mentraktir, sebagai ukuran pertemanan yang dekat. Aku memandang pertemanan melalui kualitasnya. Meski jarang bertemu atau berinteraksi di dunia maya, aku merasa lebih dekat dengan beberapa temanku karena ketika bertemu, rasanya tidak asing, tidak canggung dan tidak merasa seperti bertemu orang asing. Sementara ada beberapa orang yang sering aku jumpai, atau hanya sesekali juga, namun tiap bertemu aku merasa asing.
“Oooh gitu.” jawabnya. Aku lupa bertanya balik padanya, apakah ia juga menganggapku sebagai teman? Aku menjawab sendiri pertanyaanku dengan asumsi. Ya. Kalau tidak dianggap teman, sepertinya ia tidak akan menempuh hampir 2 jam pergi-pulang untuk menjemputku, mentraktir makan dan mengajak keliling jalan kaki. Ah, ya, jalan kaki–hal yang ia sukai. 
Obrolan yang hangat. Sehat-sehat selalu. Sampai ketemu lagi, Han.
Jakarta, 16-17 Desember 2023
2 notes · View notes
omegaaworld · 1 year
Text
Tumblr media
Hari ini masak tengkleng, enak bgt bumbunya tapi ... tapi dagingnya keras wkwk pdhl udh di rebus dulu. Tau dah yang penting enak bumbunya masalah keras sampe gigi mau copot masalah belakangan, karena ada yang namanya di anget, semoga besok bisa lebih lembek dagingnya.
2 notes · View notes
itsme-isme · 8 days
Text
Sejak menjajaki dunia masak memasak, jadi kenal banyaakk bgt jenis rempah, gak cuma rempah2 lokal, tapi juga rempah luar (italian). Dari situ beneran sadar, betapaa spesialnya rempah nusantara. Yaa... Pantas aja dulu jadi incaran bangsa2 barat, emg senikmat itu kalau udah diracik jadi bumbu...
Buat rempah italian, baru sempat nyoba beberapa jenis... kayak mint, oregano, parsley, sama rosemary... Sama kayak rempah kebanyakan, rempah italian emg bikin makanan jadi lebih enak, terutama aromanya... Tapii... Krn belum akrab2 bgt, jadi agak bingung buat mengaplikasikan rempah2 jenis ini ke masakan... Ya krn emg cocoknya buat masakan ala2 sana, sejenis pizza dan aneka roti2 an. Krn keterbatasan kemampuan diri, pemanfaatan jenis rempah ini sgt terbatas... Dan banyak dianggurin malah 😂
Beda cerita kalau rempah lokal nusantara, sekali nemu rempah baru cepet pahamnya... Rempah jenis itu cocok buat bumbu masakan apa aja.... Semakin komplit rempahnya, semakin wow bgt hasil masakannya... Asalkaaann pas penempatannya 😂
Sampai sejauh ini, kalau buat makanan lokal, hasil masakan dari racikan bumbu rempah yg paling enak jatuh ke RENDANG dan SOTO KUAH BENING 🤤🤤 Masakan lain kayak gulai, kare, opor, tengkleng, dll juga enak, tapi yg THE BEST tetep Rendang sama Soto Bening!! Pantas lah ya, rendang dinobatkan jadi makanan terenak... Ya krn emg seenak itu, apalagi kalau racikan rempah nya pas dan komplit... Woww bgtt!!! Rendang yg terkenal krn proses masaknya yg super lama, tapi hasilnya beneran sgt sgt memuaskan enaknya 😍😍
Emang sekarang udah banyak bumbu2 instan untuk masakan sejenis rendang dkk, tapi rasanya tetep lebih mantep kalau ngeracik sendiri... Krn lebih bebas juga mau ngasih rempah apa aja dalam masakan itu. Krn akhirnya, rempah ini lah yg menghasilkan rasa dan aroma khas dari masakan.
Setelah kenal berbagai jenis masakan yg kaya rempah, makin heran knp orang2 ngebet dan tergila2 sama makanan2 hambar ala korea2 gitu 😂 Krn lidah yg udah terlanjur kenal sama masakan kaya rempah lokal, kalau makan makanan yg minim bumbu, itu rasanya hambar bgt 🤦🏻‍♀️😂
Ngomong2 masakan korea... Dulu... Krn masakan korea sering bgt lewat TL, dirikupun penasaran gimana rasanya... Krn kepo, nekat lah beli bahan buat bikin masakan ala2 korea... Dan setelah jadi?? Gak cocok di lidah kampungku ini 🤣🤣 jadilah akhirnya malah dimodif bumbunya biar lebih mudah diterima sama lidah kampung🤣 modifnya pakai apa? Ya pakai bumbu lokal lah... Rempah lokal 🤣
0 notes
eperwitasarilisa · 17 days
Text
Tumblr media Tumblr media
Sate kambing n tengkleng
0 notes
hanifcreative · 2 months
Text
Resep Tengkleng Kambing Khas Jawa Tengah
Jangan ragu untuk berantakan bila sedang menghabiskan tengkleng kambing khas Jawa Tengah.
0 notes
rookiesdays · 6 months
Text
Sacred Games Ch1: Policeman's Day
First time reading and it opened with a dog got hurt? well okay bro, that's unexpected I thought it would be like in a calm environment but no straight to the let's hurt anything that's alive in this earth. Oh there's domestic violence not graphic but still make me shocked? Since I never read books with Indian setting kinda hard to remember the character's name.
"There was a promise in the grim arches, in the thickness of the walls and the uncompromising weight of the façades, there was the reassurance of bulky power, and so law and order" (Page 7)
Okaaay as an architecture student? I could visualize this one and I love the quote.
So inspector Sartaj is the main character, he's having some crisis about his own future, on his word 'he is past forty, divorced and barely have achievement like the rest.
Anyway I love it when a writer describe foods the character eat, it will make it more memorable like tengkleng that Laut Biru always eat with his family from the book The Sea Speaks His Name. Now on this chapter Sartaj eat uttapam, I search the recipe looks delish buuuuut bruh I don't understand the ingredients and where to get it. Anywaaaaayyyy back to the topic.
Okayyyyy? I never really read something like this before but I like the writing style, as someone who have a hard time visualizing when I read fiction books this one? this one is kinda different since I can visualize it clearly on my head. Another scene is where a thirteen years old boy doesn't want to go to school, shout at his parents, the mother of this boy take him to the police, she's damn tired of him, now how the scene unfold is easy to understand, easy to visualize it, somehow I could create movies on my head when reading it, even though usually I couldn't imagine anything everytime I read fiction books.
Another interaction. is this will be another character that I like I wonder? a manager of restaurant and bar, Shambhu if I remember correctly he's 24 at the first glance, as if you could glance at a fictional written character, anywayyy the first impression of him is he probably the type of a character that too chill in every situation with his swaggery persona.
I love the humor in this book, match my own, I'm cackling here and there. Some found family trope, Sartaj interaction with Majid family aaaawwww. Then another case, happened someone died after drinking with their friends. I listen to playlist for traveling in empty places by nobody, the vibes match makes me feel somber while reading it.
Aaaan done, I'm done reading the first chapter. It's character driven, I guess? we can see much later is it plot driver on character one. The vibe is immaculate, I feel like watching movies without really doing it, imagination and scenario start to filled my heads up. I love the vibe, this is something that I enjoy reading.
0 notes
paketaqiqah2kambing · 6 months
Text
FREE TEST FOOD, WA 0852-5814-1212 Catering Aqiqah Surabaya Potong Kambing Surabaya Barat
Tumblr media
FREE TEST FOOD, WA 0852-5814-1212 Catering Aqiqah Surabaya Potong Kambing Surabaya Barat
Tersedia Berbagai Menu Unggulan Yaitu Sate Kambing, Gule Kambing, Kebuli, Soto Betawi, Tengkleng, Krengsengan, Rendang, Tongseng, Sop Kambing.
WA 0852-5814-1212
Catering Aqiqah Surabaya Potong Kambing Surabaya Barat
#CateringAqiqahSurabayaPotongKambingSurabayaBarat
0 notes
banyumanik-05 · 11 months
Text
Babinsa Kel. Sumurboto (Pelda Sanyoto dan Koptu Atut) memantau kegiatan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Susilo Tengkleng dari Boyolali di Depan Kel. Sumurboto jln prof Soedarto no 71 Kel. Sumurboto Kec. Banyumanik.
1 note · View note
writtenformyselfonly · 11 months
Text
Tumblr media
lagi kesel kesel nya, Allah kasih mood booster. Alhamdulillah! Terimakasih Yaa Allah
-------
an additional mood booster and happiness from Allah through Happy heheh after long long long discussion and begging, the magerest lovely person I've ever known finally decided yes to go out with me makan tengkleng yang aga jauh ituu. thank you & love you py!
Tumblr media
0 notes
jurnalatif · 1 year
Text
Momen Iduladha jadi agak repot gara-gara punya eksim yang kambuhan tiap makan protein berlebih. Dulu, pas SMP pernah periksa, disaranin buat ngurangin makan yang amis-amis. Sempet sembuh, eh beberapa tahun kemudian balik lagi. Sembuh lagi, dan balik lagi beberapa waktu terakhir. Emang katanya eksim ga bisa sembuh total ya(?) Ini yang terakhir terpicu stress juga kayanya. Terus, kuperhatiin, eksim ini bakal gatel banget kalo aku habis makan ikan, daging, telur, dsb, terlalu sering.
Kemarin, semingguan ngevent nginep di luar rumah, makan 3 kali sehari selalu ada ayam dan sejenisnya. Dah mulai gatel dah itu di hari keempat. Mau ngehindarin, tapi ga bisa heu, enak soalnya menunya wkwk (dasar aqqqq). Aku mikirnya, gapapa laaah sekali-kali, mingdep bisa ngurangin lauk-lauk hewani, rajin ngasih salep, bismillah reda lagi. Mana waktu itu konsepnya nasi box yang sayurnya dikit, jadi kalo ga pake ayam ya ga habis itu nasi :')
Pas di sana, ga terlalu gatel. Pulang-pulang baru kerasa tersiksaaa. Ditambah salepnya habis. Terus baru inget, kalo mepet iduladha juga. HAAAH KENAPAAAA BERURUTAN 😭
Nah, hari ini hari pertama iduladha, dah siap war dengan stok salepku, karena ya mau bagaimana pun, lebaran daging tetap tidak bisa dilewatkan. Apalagi rumah ini punya konsep: lauk nasi saat iduladha adalah olahan daging, the one and only. Bertujuan biar ga mubazir lauk/sayur.
Jadinya, aku yang suka makan ini cuma bisa mengurangi konsumsi protein hewani. Tadi bapak bikin tengkleng, aku cuma makan sepotong kecil hasil minta adekku. Padahal enak bgt ya Allah. Habis itu makan nasi pake bakso pedes tok.
Malemnya udah gatel-gatel nih kaki 🥲
Tiap ngoles salep sambil kuiringi doa. Ya Allah mau sembuuuh dari eksim ini 😭😭😭
1 note · View note
kbanews · 1 year
Text
Anies akan Bertemu Ki Dalang Tengkleng, 1.000 Relawan Siap Menyambut
JATENG | KBA – Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan dijadwalkan akan berkunjung ke Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Minggu, 13 Agustus 2023. Di Kota Susu ini, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bakal bertemu Ki Dalang Tengkleng. Ketua DPD Sobat Anies Kabupaten Boyolali, Titik Agustin menjelaskan, jajaran struktur pengurus dan relawan Sobat Anies Solo Raya dan Jawa Tengah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
senjarka · 1 year
Text
Cerita Tentang Solo
01/12/18
Seminggu telah berlalu. Tapi segala perasaan itu masih begitu segar dalam ingatanku. Seolah semuanya baru saja benar-benar berlalu. 
Aneh rasanya, mengunjungi sebuah kota untuk pertama kali nyatanya mampu membuatmu bernostalgia sejauh ini. Mengingatkanmu pada mimpi-mimpi masa kecil yang pernah kau janjikan pada dirimu sendiri. Hal-hal sederhana yang pernah membuatmu begitu bahagia sampai-sampai kau tak yakin akan bisa sedih lagi. 
Solo hari itu memberiku berjuta kenangan manis. Bukan hanya tentang dirinya sendiri, tapi juga tentang kenangan-kenangan lain yang telah aku punya selama ini. Seolah membuktikan bahwa perjalananmu ke tempat asing pada akhirnya akan mengingatkanmu pada perjalanan-perjalanan yang lain. 
Sebagaimana lorong-lorong PGS yang mengingatkanku pada lorong-lorong Tanah Abang yang sering kulewati bersama Bapak. Atau Tengkleng Bu Galak yang mengingatkanku pada warung sop & sate dekat rumah. Dan juga tas hitam impianku yang akhirnya kubeli juga setelah menginginkannya sejak remaja.
Ya, pada akhirnya semua perjalanan memang bermuara pada kenangan. 
0 notes
itsme-isme · 1 year
Text
Masih jadi cara terbaik buat ngolah daging kambing...
Tengkleng, dengan segala macam rempah yang berhasil mengaburkan bau khas kambing 😂
Thanks banyak2 untuk pencipta resep tengkleng 🙏🏻😂
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
turisiancom · 1 year
Text
TURISIAN.com - Tiga destinasi baru Surakarta, Solo, Jawa Tengah berkontribusi besar dalam mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan di musim libur lebaran 2023 lalu. Ketiga destinasi baru tersebut adalah Masjid Sheikh Zayed, Solo Safari, dan Pracima Tuin. Angka kunjungan wisatawan domestik ke Kota Solo, dari tanggal 17-29 April 2023 tercatat sebanyak 337.725 orang. Sedangkan pada kurun waktu yang sama jumlah wisatawan mancanegara mencapai 119 orang. Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata Kota Surakarta Gembong Hadi, di Solo, Selasa 2 Mei 2023 mengatakan, angka ini meningkat dibandingkan periode Lebaran bulan Mei 2022. BACA JUGA: Makanan Khas Solo Legendaris, Cicipi Rekomendasi 7 Kuliner Ini Dimana selama satu bulan jumlah wisatawan domestik sebanyak 337.943 orang, dengan jumlah wisatawan asing sebanyak 404 orang. "Dibandingkan dengan tahun lalu lebih meningkat ya. Tahun lalu belum ada tiga destinasi yang menjadi in saat ini, belum ada Pracima Tuin, Solo Safari, Masjid Sheikh Zayed," katanya pula. Mengenai target jumlah wisatawan pada tahun ini, katanya pula, meningkat sebesar 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. BACA JUGA: Keraton Surakarta Dipastikan Bakal Direnovasi, Apakah Ada Pembatasan Wisatawan? Pihaknya mencatat pada tahun 2023 untuk wisatawan domestik ditargetkan mampu mencapai sebanyak 1.427.477 wisatawan, sedangkan jumlah wisatawan asing diharapkan sebanyak 4.945 orang. Lama Menginap Sementara itu, mengenai length of stay atau lama menginap di Solo, katanya pula, hingga saat ini kenaikannya masih diupayakan oleh Pemkot Surakarta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menambah atraksi pada malam hari. "Kalau mengacu dari tahun lalu, itu wisatawan domestiknya ada 1,35 hari rata-rata. Sedang wisatawan mancanegaranya ada 2,51 hari," katanya lagi. BACA JUGA: Asyiknya Jalan-jalan ke Taman Jaya Wijaya Surakarta Disamping itu, menambah titik-titik kuliner yang mampu menarik pengunjung. Solo sendiri, sebetulnya sudah memiliki pusat kuliner. Diantaranya  adalah sebagai berikut : Warung Soto Gading: Warung soto yang terkenal dengan kuah beningnya yang segar dan daging ayamnya yang empuk. Terletak di Jl. Gadingan No. 39, Serengan, Solo. Sate Kambing Pak Janto: Terkenal dengan sate kambingnya yang empuk dan bumbu kacangnya yang lezat. Terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani No.10, Sriwedari, Solo. Tengkleng Hohah: Warung makan tengkleng yang terkenal dengan citarasa kuahnya yang gurih dan lezat. Terletak di Jl. Dr. Radjiman No. 98, Jebres, Solo. Nasi Liwet Wongso Lemu: Menyajikan nasi liwet dengan aneka lauk pauk khas Solo seperti ayam goreng kremes, telur pindang, sambal goreng ati, dan masih banyak lagi. Terletak di Jl. Drono No. 4, Jebres, Solo. Gudeg Mbah Lindu: Menyajikan gudeg yang lezat dengan cita rasa khas Jawa Tengah. Terletak di Jl. Kestalan No. 22, Kerten, Solo  ***
0 notes
salmonmentai · 2 years
Text
Artjog 2022 (Part 2)
Hari minggu itu adalah hari terakhir pameran Artjog 2022 dan itulah tujuan kami ke Jogja. Tidak banyak ruang pameran yang pernah kukunjungi, tapi Artjog punya karakter ruang pamer yang memenangkan hatiku: meriah.
Tumblr media
Pameran di Pakuncen
Hanya dua kali aku datang ke Artjog yang berlokasi di Museum Nasional Jogja (JMN), tapi di dua kali itu pula aku mendapati Artjog dalam keadaan ramai sekali hingga para pengunjung senggol menyenggol. Meriah, seperti pasar seni. Seingatku, Museum Macan (Jakarta Barat) juga ramai, instalasi Yayoi Kusama selalu mengantri, tapi kenapa tidak ada kesan meriah di dalam sana?
Kemudian aku sadar, tinggi langit-langit JMN itu cuma 3 meter. Secara proporsional, museum itu juga memiliki sekat-sekat ruangan yang juga kecil (mungkin modulnya 4x4 meter). Peter Zumthor bilang, untuk memahami atmosfer suatu ruangan, manusia butuh skala perantara, yaitu ukuran yang paling dekat dengan ukuran manusia. Di Artjog, ruang kecil dan pendek itulah skala perantara yang memudahkan kita (pengunjung) untuk memahami atmosfer karyanya. Selain itu, ruang-ruang kecil memberi masing-masing instalasi ruang yang cukup untuk membangun atmosfernya. Berbeda dengan Museum Macan yang tinggi ruangannya sampai 6 meter, sehingga secara proporsional membutuhkan ruang gerak yang lebih besar daripada JMN. Ruang-ruang besar itu memberikan spotlight yang utuh pada karya, karena kita bisa mengakses karya dari jauh sekaligus dari dekat juga. Kesan yang didapat dari pameran di sana memang indah dan megah, kalau disandingkan dengan Artjog di JMN yang kesannya meriah dan intim.
Artjog 2022 dibuka dengan narasi dari karya seniman Bandung yang diposisikan di lantai dan membuat pengunjung menunduk untuk membacanya. Masih dalam posisi menunduk, aku menemui sumber suara dengung di ruangan ini, di bawah kaki monster mikroskopis raksasa. Setelah berkeliling di lantai satu, di lantai dua ponselku mati kehabisan baterai dan aku terpisah dengan Jovani. Tapi sudah kepalang terpisah, sekalian saja melompat dari satu rombongan ke rombongan lain di dalam pameran. Ponsel yang mati juga meniadakan keperluan untuk mengabadikan pamerannya, membuat aku berjalan lebih lambat dari satu karya ke karya lain. Aku tersesat sambil menguping penjelasan tour guide tentang tradisi pemakaman manusia buaya, melihat karya bertema gender fluidity, dan duduk di depan video slow motion dari tentara-tentara yang berjoget Terpesona secara serempak. Sebelum menemui Jovani, aku duduk di depan pohon beringin di belakang museum. Pohon beringin yang berdiri sendiri dalam diam di tengah riuh rendah pengunjung. Atmosfer yang kurasa tepat untuk menutup rangkaian pameran di dalam museum.
Kombucha di Sleman
Tumblr media
Sambil makan pecel dan tengkleng gajah, aku dan Jovani melanjutkan perjalanan 20 km ke Sleman. Melaju di Jalan Kaliurang yang panjang ke utara Jogja, kami menuju ke sebuah kafe bernama Swara Dewandaru. Setelah melewati plang “Wisata Merapi”, rasa skeptisku terhadap tempat itu timbul. Siapa lagi ya, selain kami yang masuk jauh ke dalam perkampungan untuk duduk-duduk?
Tanda tanya itu membesar hingga kami tiba di terowongan yang terbuat dari bambu dan disorot lampu-lampu. Hingga aku menyesap kombucha enak yang diminum sambil mendengarkan musik yang dikurasi oleh operator. Operator kafe menyapa pengunjung satu persatu dan memastikan kami menikmati waktu kami di sana. Di perjalanan pulang, aku merenungi perkenalan ulangku dengan Jogja di hari itu. Hari itu, tidak hanya titik-titik destinasinya yang menyenangkan buatku. Perpindahan dari satu titik ke titik lainnya juga menjadi bintang acara hari itu, aku bernostalgia atas obsesi lamaku akan mobilisasi jarak jauh. 
Akhirnya ada yang beda di Minggu malam itu. Aku rebahan tanpa scroll instagram karena sibuk dengan pinggul yang kesemutan. Jovani pun diam tanpa kata-kata karena terlalu lelah.
Tumblr media
1 note · View note