Tumgik
#tulisanrasa
domingguslintang · 5 years
Text
Hati tak pernah berdusta
Rasa yg sudah lama ingin ku hapus, ternyata tidak benar benar pupus Pikiranku masih ingin mencabik rasaku Ragaku masih sibuk menghempas fokusku
Namun sungguh benar, hati tak bisa berdusta Rasaku masih merintih mengharap hadirmu Ia terus meronta memimpikan bayangmu Mengharap melawan sang waktu untuk kembali ke masa itu Menghapus kesalahan-kesalahanku Sehingga bukan hanya kenangan yang tersisa untuk masa depan, namun langkah yang cerah bersamamu Bukan hanya kekecewaan yang meraung raung menggerogoti kalbu, namun peluk mesra dalam dekapanmu
Tak sanggup ku melawan sang waktu Pun ku tak berani menanyakan kabarmu Apalagi meminta hadirmu di sampingku Hanya semoga yang kulayangkan dalam doa-doaku Semoga kebahagiaan melingkupi dan terus mendampingimu selalu
Aku akan tetap di sini, menantimu Datanglah, jika kau sedang sendu atau pun rapuh Sapalah, meski hanya menanyakan kabarku Dan ingatlah aku, meski aku hanya sekadar temanmu
Surakarta, 14 Februari 2019
2 notes · View notes
simalamsepi · 5 years
Text
Catatan Meditasi #2
Rasanya ragu. Entah. Bimbang.
Aku kembali bertemu dengan-Nya, di bawah kesadaranku. Berusaha keras menemui-Nya, menghasilkan hal sebaliknya.
Aku menanyakan banyak hal dari perenungan pertamaku. Sehingga sekarang aku hidup dalam berbagai kebimbangan sampai aku ada di titik menulis ini.
Tulisan tanpa konsep. 9 Maret 2019. 10.12
Mempertanyakan tentang kehadiran Tuhan melalui orang lain, membuatku berpikir tentang bagaimana bersikap kepada-Nya. Ketika dihadapkan dengan orang yang baik kita cenderung berbuat baik, dan itulah sikap kita kepada Tuhan. Namun, ketika kita kesal dengan orang lain apakah kita juga bersikap demikian kepada Tuhan? Dan jawabanku adalah iya.
Terkadang Tuhan itu menyebalkan, Ia mempermainkan manusia dan alam semesta seperti mainannya. Namun, belakangan aku merasa ada yg aneh. Dia tdk serta merta mempermainkannya begitu saja. Aku tdk percaya dengan takdir, namun aku percaya jalan apa pun yg ku pilih di sana juga akan ada rintangan dan konsekuensi yg menantiku. Berangkat dari inilah aku sadar, Tuhan menunjukkan konsekuensi dan juga kejutan dr setiap jalan yg ku pilih. Aku diarahkan untuk mencapai jawaban dari perenunganku yang pertama.
Selain itu, aku juga mengalami kegundahan besar dalam hidupku saat ini. Persoalan cinta. Ya, memang rumit dan membosankan membicarakan soal ini. Namun, cukup membuat hidupku stuck beberapa minggu.
Kisahku, berawal sekitar 5 tahun yang lalu (2014). Cukup panjang, tidak akan ku tulis semuanya. Atau mungkin akan ku buat tulisan mengenai itu, kelak.
Singkatnya, aku terlalu takut mengungkapkan cinta yg kupendam selama 5 tahun (kepada si E) sampai akhirnya dia bersama orang lain (bukan dlm ikatan pernikahan). Selain itu, aku selalu melampiaskan perasaanku ke org lain yang sama (kepada si A) secara berulang. Sampai aku tersadar apa yg kulakukan keduanya salah dan menyakiti hati keduanya, krn aku merasa org yang aku cintai selama 5 tahun itu juga merasakan cintaku dan org yg kulampiaskan juga merasakan pelampiasanku.
Setiap #tulisanrasa yang kulayangkan di tumblr domingguslintang benar2 memuat rasa yang ku miliki kepada si E. Dan dalam masa pelampiasanku aku juga sempat menulis untuk si A. Sehingga benar saja, pelampiasan tidak berlangsung lama.
Sekarang aku ada dalam kebimbangan. Bertahan menanti si E dengan konsekuensi menanti entah sampai kapan, apakah dia juga benar2 tau perasaanku ke dia, dan krn aku pernah mengungkapkan perasaanku di waktu yang salah apakah dia masih mau menerimaku. Atau mencoba kembali mencintai dengan tulus si A, meski dia tau aku belum sepenuhnya tulus mencintainya, selain itu aku terlanjur mengungkapkan perasaanku ke dia, dan dengan kemungkinan aku masih melampiaskan perasaanku ke dia.
Sampai tulisan ini dipost, aku masih belum memutuskan bagaimana aku ke depan. Antara aku harus berusaha keras move on dr si E dan membuka hatiku lagi, atau menanti si E dengan konsekuensi seperti itu tadi.
Dari perenungan kedua yg bukan secara resmi ini, aku menyimpulakan bahwa sikapku ke manusia menunjukkan bagaimana aku harus bersikap ke Tuhan. Termasuk ketika aku membenci orang lain, shg jangan sampai aku terlalu membenci orang lain. Dan juga termasuk sikap mencintai orang lain, yang bagiku masih menjadi pertanyaan dan akan berlanjut di perenunganku selanjutnya.
0 notes
hanyatulisan · 10 years
Text
Sekali saja...
dan apakah kamu tau? aku masih saja selalu menginginkan itu. berdoa agar bisa seperti yang aku mau. dan kini, aku semakin dekat dengan tempat itu. tempat yang istimewa tuk ungkapkan sebuah rasa. apakah bisa kita berjumpa? sekali saja..
1 note · View note
domingguslintang · 6 years
Text
Rindu dalam Haru
Menari ria aku dalam merdu rintik hujan Merajut anyaman angan dalam fana Berdansa aku dalam mendung rindu Beralunkan lantunan lirih lagu sendu
Tuhan hadir dalam senduku Melebur di dalam piluku Mencoba menghibur Mengalunkan nada-nada rindu
Ku pupuk begitu dalam rinduku Ku biarkan dia lebur dalam senduku Berharap dia memudar dalam kalbuku Menghilang ditelan pilu dan haru
“Rindu dalam haru” Surakarta, 12 Desember 2018
4 notes · View notes
domingguslintang · 6 years
Text
Jarak Sang Rindu
Maaf
Aku tak pandai berretorika
Aku tak pandai menulis
Aku tak pandai berucap manis
Aku tak pernah bisa meramu kata yang pas untuk dirimu
Sukmaku kembali pulang
Kepada sang rumah
Dari tualang tak berarah
Sekarang benar-benar berpulang
Waktuku termakan sesak
Rinduku terpupus jarak
Pikiranku terjerumus ragu
Namun percayalah, rasaku menembus semuanya itu.
Untukmu.
Surakarta, 9 Oktober 2018
1 note · View note
domingguslintang · 3 years
Text
Pulang
Lebat hujan semalam menyisakan udara dingin dan kesejukan. Diramu dengan mendung di pagi ini sukses membawaku kepada banyak kenangan, sebuah kenangan yang ternyata hanya sebuah angan. Semu.
Setelah jauh aku menapaki petualangan, menyusuri langkah untuk menyibak lika-liku kehidupan, aku menemukan jalanku pulang. Setelah lama menganggap arti perjalananku adalah menuju kepulangan, aku menyadari kesalahanku; ternyata jalanku pulang tidak pernah jauh.
Kenangan yang kuhidupi selama ini tak jauh dan tak bukan hanya sebuah angan semu. Sebuah harapan kosong yang berubah menjadi sebuah ambisi. Obsesiku terlalu berlebihan untuk sebuah kenangan. Wanita yang selama ini aku idam-idamkan dan menjadi alasanku hidup adalah sebuah kebodohan dan kesalahanku. Dia bukanlah apa yang aku butuhkan, pun dia bukanlah apa yang sejatinya aku inginkan, dirinya hanya sebagai alasan dan tidak lebih. Setiap kenangan itu, setiap perasaan itu, tak luput hanyalah sebuah kesemuan.
Sekarang, aku telah menyusuri jalan pulang, setidaknya meyakini bahwa ini kepulanganku, sampai pada aku mendirikan rumahku di ujung jalan ini. Sedikit demi sedikit.
-
Setelah aku kembali padamu, banyak hal yang tak kusadari, terlalu banyak “ternyata” dalam kehidupanku setelah ku bersamamu. Seperti halnya ternyata dirimulah yang selama ini ku cari, ternyata dirimulah yang mengisi kenangan masa laluku, ternyata aku hanya menampik fakta bahwa aku sejujurnya tidak mampu berpaling darimu, dan ternyata-ternyata yang lain.
Sayangku, saatnya aku melangkah, menapaki perjalanan masa lalu kita menuju masa depan kita. Menikmati kebahagiaan, melalui kesenduan, saling bergandengan menyusuri kelamnya dunia sampai kepada kita merengkuh pagi bersama sang fajar dengan kita saling berdekapan.
Kau adalah wanita dimana aku yakin untuk membahagiakanmu, melayakkan diriku untuk menyandingmu, memberikan seluruh hidupku, perasaanku, nafsuku, dan semua sisi dalam diriku. Sekalipun kau masih belum yakin kepadaku, aku yang akan berusaha sekuat-kuatnya untuk memberimu keyakinan itu. Kau-lah asa yang menghidupi tulisan ini, menghidupi lika-liku kehidupanku selanjutnya dan selamanya.
Aku nyaman bersamamu. Kau adalah anugerah indah yang membawa kebahagiaan menggantikan kesenduanku.
0 notes
domingguslintang · 6 years
Text
Sendu di balik senja
Aku tahu, senja itu indah,
Tapi mungkin hari ini tidak.
Senja tertutup mendung.
Sendu.
 Aku memilih untuk sendiri
Dilahap sendu dalam imaji,
Di kala senja yang menguning
Dibalik rintik hujan yang gerimis.
 Aku tak lagi tentu,
Apakah senja masih jujur
Atau kah ia juga penipu
Sama seperti malam dahulu.
 Malam tak selalu menipu,
Mungkin ia hanya melebur,
Larut dalam senja yang sendu,
Yang membawa gelisah dan risau,
Menanti sang syamsu.
 Fajar pagi bak mengangkut asa
Meski masih terbesit was-was,
Ia seakan membawa harapan anyar
Namun faktanya,
Hanya hari lain dari sebuah keresahan.
  Kembali pada senja,
Menguning di ufuk barat
Tersingkap mentari yang lelah,
Merekah mewarnai gulungan awan.
  Senja masih jujur.
Aku yang tak pernah jujur.
Bersembunyi di balik awan kuningnya,
Berharap dia menyibaknya.
    “Sendu dibalik senja”
Surakarta, 22 Januari 2018
2 notes · View notes
domingguslintang · 6 years
Text
Terperangkap Rasa
Bagiku, Cinta adalah hal terumit dan termulya. Namun aku paham, Cinta bukan tentang mengapa Juga bukan tentang seberapa Cinta lebih dari padanya.
Aku manusia, pernah bangkit, pernah jatuh, pernah bahagia, pernah berkabung, pernah terperangkap, tertarik, terbuai, pernah menolak, menerima, membuai, dan yang terbodoh adalah menanti.
Bagiku, Cinta tidak membimbangkan. Cinta juga tidak membutakan. Pun cinta tidak mengekang.
Manusia yang bimbang, Manusia yang buta Manusia yang mengekang Dan kadang terkekang.
Cinta itu bebas, Bak sayap yang membawa manusia terbang Membawa rasa, menikmati asa. Membawa sukma, menembus jagat
Namun aku juga menyadari, Cinta terkadang membawa pedih Menusuk perih tak tertahan Saat ia terpatahkan.
Bagiku, Cinta adalah hal tertinggi dan termulya. Ketika pertanyaan “mengapa” sudah terjawab, Ia membawa kita pada pertanyaan “bagaimana” Intensitas tidak membuktikan seberapa besar, Konsistensilah yang menjaga cinta itu terus meluap.
Bodoh memang mengharapkanmu, Tak sadar tajamnya pedang yang menusukku, Angan yang terbalut impian semu, hanya menjadi asa Sayap terkoyak oleh rasa yang tak kunjung terbalas
Hadirmu tak pernah kusangka Kau membawa rasa yang tak tersapa Meninggalkan hati yang tersayat Menyisakan pilu yang masih terasa
Satu nama kan terus ku ucap Tak kan terlewat di setiap doa Mencintaimu adalah wajib Akan ku ukir di dalam nadi
Cinta adalah kebebasan hati Meski itu berarti menanti Meski itu tiada berarti Sampai nanti, sampai kita bisa memulai lagi Mungkin.
Teruntuk dikau, jiwa yg riang. Dari hamba, jiwa yang terbuang.
1 note · View note
domingguslintang · 5 years
Text
Perjalanan
Jelajah tanpa arah membawaku pada suatu kebutaan. Sebuah titik kosong tanpa rasa
Setelah mencoba menghilangkan rasaku kepadamu, aku pergi mencari pulang. Membawa bekal kesedihan dan membawa harap pertemuan
Mencari jalan yang tepat untuk pergi menjauh darimu bukan hal yang mudah,sering kali aku menemukan bayangmu ada di setiap langkahku
Seakan kau mengikutiku kemana pun aku melangkah, padahal aku saja yang diam-diam berharap kau menghentikan langkahku lalu mendekapku. Benar, bodoh memang.
Namun memang itu yang kuharapkan dari perjalananku, jelajah tanpa arah. Berputar-putar tanpa tentu, menyelam, menyusur, menyibak lika liku hidup.
jelajah tanpa arah 
berbekal pilu berkawan harap 
menapaki setiap jalan setapak demi setapak 
mengayunkan kaki tanpa tujuan
bertahan memutari angan 
dan berlahan menjadi lara 
ditemani buaian merdu nada “sampai jadi debu” milik banda neira, ku tulis setiap kata ini dengan jujur. Mendambamu, mengharapkanmu, dan menantimu sudah jadi kebiasaan hidupku selama 6 tahun ini. Namun, aku tak pernah berani mencarimu, bukan karena aku pengecut, namun aku tak mau kau sedih dan paling buruk menghilang. Ya, meskipun kau kini telah menghilang.
Playlist sudah berputar, menggeser alunan sendu banda neira. 
bukan kau yang menghilang, tapi kita berdua yang tak ingin dipertemukan.
0 notes
domingguslintang · 6 years
Text
Kemana?
Kepadamu, Ku kira jiwaku tlah pulang Ku kira sukmaku tlah menetap Ku kira hatiku tlah berlabuh
Kau pergi dan aku tahu Kau pergi dan aku diam Kau pergi dan aku terpaku Sampai akhirnya aku juga pergi
Semua sekarang pudar Warnaku memucat! Pandanganku hampa! Kuning tak lagi cerah
Perih kutelan sendiri Lara kugenggam sendiri Sapa yang tak kau sambut Membuat harapku pupus
Aku rindu pulang Aku benci tualang Aku tak mau bertandang Aku mencintaimu, sayang
Namun, Sekarang kau jauh Asaku sudah pupus Jiwaku meranggas rapuh
Rumah yang kubangun ternyata bukan tempatku bernaung Asa yang kutanam ternyata tak pernah tumbuh Kepergianku sekarang mungkin tanpa pulang Atau mungkin belum Entah, akankah ada rumah untukku menetap Akankah ada rumah untuk menyimpan hatiku Rumah untuk jiwaku yang mulai merapuh "Kemana?" Surakarta, 9/6/2018
0 notes
domingguslintang · 6 years
Text
Senja dalam Rintik
Sore ini rintik menghampiri Ia membawa kenanganku kembali Setiap kenangan Mereka bergilir, berputar di dalam kepala Di dalam angan rasaku bergelora
Senjaku tak menguning Ia terbalut rintik di sore ini Anganku tentangmu terus terngiang Kau terus berputar dalam bising rintik tak menentu Dalam angan, ku hanya terdiam
Aku menyepi dari hiruk pikuk Bercumbu dengan bayangmu dalam anganku Sampai tak sadar rintik mulai menjauh Malam pun hadir membawa ragu Membuatku gusar dan takut kehilanganmu
Sekarang, rintik telah lenyap Begitupun kenangan yang tadi menggunung Dan  benar memang, Sekarang aku sedang merindukanmu
“senja dalam rintik” Surakarta, 19 September 2018
0 notes
domingguslintang · 6 years
Text
Aku Kembali
Jauh rasanya langkah yang telah kuayunkan Tak terhitung waktu yang telah kusiasiakan Belasan sajak yang telah kulayangkan Banyak rasa, asa, dan karsa yang telah kutuangkan
Aku telah bertualang bertualang mengarungi rasa bertualang menembus asa bertualang diantara angan Aku bertualang di dalam diam
Aku tak pernah sadar Aku telah jauh melangkah Aku bahkan tak sadar aku telah tersesat Aku tak sadar aku telah terbutakan Dan ketika aku sadar, Aku telah terjatuh
Di saat aku berpikir aku mencari tempat untuk tinggal, aku terbutakan arah, dan menetap di perantauan Aku terlanjur nyaman dengan rasaku, rasa yang ternyata menjerumuskanku Tak pernah sadar akan kebodohan diriku, selalu ku memaksa menetap Sampai pada titik aku sadar, itu bukan rumahku
Sekarang Aku telah berpulang Meninggalkan petualangan Sisa-sisa kenangan
“Aku Kembali” Surakarta, 21 Agustus 2018
0 notes
hanyatulisan · 10 years
Quote
Bukan, kamu bukan masa depanku. kamu terlalu sering menghilang, bahkan mungkin lebih sering dari senja di musim penghujan. Kamu bukan masa depanku, kamu hanya seseorang yang sebentar singgah, kemudian hilang di persimpangan berikutnya, tanpa sepatah kata perpisahan.
Entah ini tulisan siapa. aku terasa tak asing dengan kalimat  ini. ku temukan kalimat ini di note lepi ku. dan terasa sangat cocok buat mu yang telah pergi dengan meninggalkan bekas luka di hatiku.
0 notes
hanyatulisan · 10 years
Quote
Kamu tak tau, bahwa waktu telah membuatku ingin tau segala tentangmu.
2 notes · View notes