Text
Dimana ya?
Jujur, tema menulis kali ini, aku kebingungan. Jika ditanya, tempat mana yang ingin kamu kunjungi? Aku sendiri tak tahu, Dimana ya?
Bukan sama sekali tak ada, saking banyaknya, aku tak tahu dimana tempat yang ingin aku kunjungi. Sepertinya, aku perlu menguraikan kebingungan aku dengan sebuah pertimbangan.
Aku anak Rantau
Sudah pasti sebagai anak rantau yang sangat lama jauh dari orang tua, jika ada tanggal merah nasional berentet dengan kebaikan cuti bersama, aku akan memilih 'Rumah' sebagai tempat yang ingin aku datangi. Jika harus lebih jauh lagi 'Rumah' yg ingin aku datangi adalah pangkuan dan pelukan ibu saat aku masih kecil. Dimana sibuk dan jahatnya dunia blm aku rasakan.
Perintis Mushola
Entah, saat tema ini kubaca berkali-kali, kupikirkan berkali-kali, ku pertimbangkan berkali-kali, perasaanku dan memoriku kembali pada masa dimana dulu, aku menjadi mahasantri. Kampus yang belum sempurna fasilitasnya, khususnya Mushola. Tapi, malah disana yang ingin aku datangi lagi. Shalat malam di atas sajadah, sajadah yang beralaskan terpal, tempat sujud yang belum berkeramik, hanya berpaving dengan banyaknya retakan, menimbulkan debu yang terkadang perlu kita kibaskan sebelum shalat. Malam-malam yang terkadang kuhabiskan untuk menangis, meminta dunia dan hal-hal kecil, yang mudah sekali Tuhan mengabulkannya.
Mushola ini tak sempurna, namun menjadi tempat dimana peradaban ada didalamnya. Ibadah, diskusi, kajian, muroja'ah, ada semua.
Ka'bah
Umat muslim mana yang tak ingin kesana, bahkan banyak yang memimpikan untuk berkediaman abadi disana. Tempat dimana kiblat tak lagi diperdebatkan arahnya. Tempat dimana doa dalam sujud dan tadah tanganmu dikabulkan Tuhan. Tempat dimana orang-orang merindukannya setelah berkunjung kesana. Hal yang ingin sekali aku lakukan saat disana, banyak mengobrol dengan Tuhan. MemelukNya. Ternyata ada ya perasaan rindu walaupun memorinya belum pernah dirasakan.
3 notes
·
View notes
Text
Bagaimana aku menyebutnya bahwa ini rasa bahagia?
Perasaan bahagia itu yang bagaimana? Apakah sama dengan rasa senang?
Sedewasa ini, setelah melalui berbagai macam perasaan. Ternyata perasaan bahagia itu ada rasa penuh di dada, seperti rasa hangat, semangat, senang, dan rasa puas. Ya, bahagia mengandung banyak perasaan. Dibeberapa momen, bahagia mengandung rasa haru.
Kini, aku ingin mengurai hal-hal yang membuatku bahagia
Empat tahun terakhir, jika pulang dari perantauan, aku pulang diam-diam tak memberitahu ibu. Membawakan oleh-oleh, lalu membuatnya terkejut dengan kehadiranku. Melihat ekspresi senang ibu. Itu membuatku bahagia.
Bertiga. Ya, sedari kecil, kami sering bertiga. Kemanapun. Tapi, ibu pernah laaammaaa sendiri saat kami; aku dan kakakku berada di pondok. Kami sudah memiliki kamar masing-masing, tapi tetap saja, kami lebih suka di kamar ibu. Tidur di ranjang kasur ibu, kadang bertiga, kadang satu mengalah di bawah.
Di kamar ibu, ada saja obrolan-obrolan yang kami bahas, dari yang penting sampai sama sekali tidak penting; jika dipikir-pikir, kenapa mesti diobrolin?. Terkadang, obrolan itu mencuat perdebatan. Tapi, kerapkali menimbulkan gelak tawa yang sampai suara tawa pun tak kami dengar, rasa tawa yang menekan perut dan dada sulit kami kendalikan hentinya. Bahkan, suara tawa itu masuk ke kuping tetangga.
24 Desember. Aku tak pernah menunggu momen tanggal ulang tahunku. Yang selalu aku tunggu tanggal ulang tahun ibu. Aku selalu memikirkan, apa yang harus aku berikan untuk ibu? Kejutan apalagi? Yang pasti, harus berbeda dari tahun lalu.
Teman-teman baik. "Tuhan, dimanapun perjalananku, temani aku ya? Pertemukan aku dengan orang-orang baik." Itu yang selalu aku minta pada Tuhan, bertemu orang-orang baik yang sedikit banyaknya kini menjadi teman. Saat menulis ini, kuingat-ingat ternyata banyak ya? Teman-teman ku wkwkwk. Jauh-jauh pula rumahnya. Ya, tak bisa aku sebutkan satu persatu dan belum mampu kutemui satu-satu, namun hangat diingatan. Celetukku dalam batin berkali-kali, jika aku banyak uang, aku yang akan menghampiri mereka satu per satu. Hanya sekedar ingin bertemu dan berbagi energi.
"Bahagia menurut ku ternyata, moments sederhana yang jika diingat, ingin lagi rasanya kembali."
#quotes#writing#bahagia#happiness#wrtblr#writers on tumblr#writeblr#30haribercerita#30 day challenge
2 notes
·
View notes
Text
3 Kata Tentangku
Lama tidak menulis, ternyata membuat pikiranku lama juga mencari prolog. Sepertinya aku harus mulai dengan perkenalan.
Hai, aku HaHa. Itu nama penaku. Yang aku pahami tentangku sendiri, ternyata selama ini aku seorang yang; Ekstrovert, Visual, dan Sensitif.
Ekstrovert
Ya, aku seorang ekstrovert. Bertemu orang-orang, entah berinteraksi atau tidak, entah orang baru atau teman lama, jika bertemu rasanya sudah mengisi tanki energiku. Jika ada obrolan yang nyambung energi itu rasanya fast charging. Aku senang kalangan pertemananku meluas, yang awalnya hanya seputar karakter teman-teman asrama, sekarang teman-teman baik yg pernah kutemui bertambah, ada yg lebih tua, seumuran, bahkan jauh umurnya dibawahku. Teman yang entah dulunya punya masa lalu kelam, atau pun sekarang aku punya teman anak punk. Seru sekali berteman dengan mereka. Lebih tepatnya bersyukur sekali mengenal mereka.
Diperjalanan kehidupan sosialku ini, yg telat aku sadari adalah, aku tidak begitu cepat mengenali orang-orang mana yang benar-benar ingin berteman atau hanya memanfaatkan. Sedikit-lebihnya berteman dengan orang-orang yang suka memanfaatkan ada pasti ruginya, banyaknya rugi waktu dan materil. Tapi, itu semua kuanggap sebagai pengalaman dan pelajaran. Lepas bagaimana pun wataknya, aku harap pada diriku sendiri setelah mengenali orang-orang yang seperti itu, aku meminimalisir interaksi tanpa mengurangi ketertarikan.
Pengalam buruk bagi diriku atau bahkan sebagian banyak orang adalah bertemu dengan manusia NPD (Narsistic Personal Disorder). Selain itu, bertemu dengan manusia yang rasa irinya tinggi.
Memang benar bounderies pertemanan itu perlu sekali. Membatasi postingan atau bahkan menyembunyikannya dari manusia-manusia seperti mereka itu perlu sekali.
Visual
Ya, aku adalah manusia visual. Aku suka gambaran-gambaran, illustrasi-illustrasi, lukisan-lukisan, dan apapun itu yang membentuk gambar, warna, dan bentuk.
Dalam belajar pun, aku terkadang sulit memahami guru atau dosen yang menceritakan tentang sejarah, tentang senyawa-senyawa, atau pun teori-teori.
Jika sejarah, aku lebih bisa memahaminya lewat buku cerita atau komik, itu lebih menarik. Jika tentang senyawa kimia, jujur aku tak bisa membayangkannya hingga saat ini, hahahahha. Jika teori-teori itu, aku lebih suka melihat langsung ke lapangan atau mempraktekkannya langsung.
Merangkum catatan apapun itu, aku nyaman membacanya kembali jika ada warna di buku catatanku.
Namun, kelemahan aku adalah, mewarnai. Entah aku masih minim ilmu dan pengalaman dalam menggradasikan warna. Aku jadi lebih suka mewarnai hitam-putih daripada warna. Hal ini menantang ku untuk belajar lebih.
Sensitif
Rasanya aku ingin tertawa jika membahas sifatku yang sangat sensitif. Hahahahaha. Entah bagaimana aku menanggapi sifatku yang satu ini. Terkadang sifat ini timbul baik, terkadang tidak. Dalam artian, saat timbul baik, sensitif itu menimbulkan akar simpati dan empati yang tinggi, sehingga aku mudah sekali iba ke orang. Sedikit-sedikit mau bantu orang, padahal aku sendiri sedang butuh bantuan. Tapi, pelan-pelan sifat ini sedang aku pelajari untuk aku kendalikan. Artian timbul tidak baiknya adalah aku mudah sekali berpikir berlebihan atas omongan orang lain, entah komentar, tingkah laku, dan mimik wajah mereka yang terbaca terkadang membuatku tersinggung atau berpikir. Apalagi kalau ada masalah. Hahhaahhaa. Bisanya aku nggak bisa menyembunyikan mimik wajahku yg overthinking.
Jadi, sifat sensitif ini yg aku pelajari ada baik tidaknya. Perihal overthinking itu, aku mulai belajar dengan orang-orang yang punya karakter bodo amat. Karena memang benar, ada beberapa hal yang tak perlu kita pikirkan berlebihan, harus kita eliminasi dan lebih mencintai diri sendiri.
2 notes
·
View notes
Text
My Birth Fighter
Hai Bu...
Setelah sekian lama aku tidak menulis lagi, akhirnya, aku ingin menulis tentang dirimu bagaimana perasaanku setiap harinya
Aku ingin membawa ingatanku kembali ke sekitar belasan tahun lalu. Saat ditanggal tujuh, disaat aku berharap mendapatkan kejutan dari teman-temanku, disaat aku mengharap mendapat ucapan dan doa dari mereka, dan ketika sore sudah tiba dan aku semakin kecewa. Ibu, memberikanku kue ulang tahun-ucapan-dan doa.
Aku ingin membawa ingatanku kembali sekitar delapan tahun lalu. Saat aku sakit, ibu pagi-pagi buta rela menyambung nyawa demi menjengukku dan membawaku ke rumah sakit. Demi memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Aku ingin membawa ingatanku kembali sekitar enam tahun lalu. Saat aku berharap ibu membawakanku martabak dari pulang kerja, ibu malah terkulai lemas. Semua panik dan langsung memijat ibu. Saat itu yang belum aku sadari ibu benar-benar sakit. Gejala stroke yang hampir membuat ibu tidak bisa berbicara jelas. Ketika itu ibu mengeluarkan lelucon “nduk, nduk, ibu ngomongnya kaya sinchan ya.” Dengan nada gejala strokenya yang memang mirip sinchan. Seketika aku tertawa tak henti-henti dengan ibu. Lalu, ibu merasa syarafnya enak kembali dan meminta kami untuk tertawa lagi. Saat itu yang sudah aku sadari, bahwa ibu benar-benar sakit.
Aku ingin membawa ingatanku kembali sekitar dua tahun lalu. Saat ibu masih ingin bersamaku lebih lama di rumah, setelah sekian lama aku merantau belajar. Aku malah memilih merantau lagi untuk bekerja. Pagi itu dengan suara getirnya ibu menyalahkan bapak, bahwa bapak mengusirku dari rumah. Ya, kala itu aku memang tersulut orasi dari bapak, untuk mencari pengalaman dan belajar. Dan keputusanku membuatnya sedih.
Aku ingin membawa ingatanku kembali sekitar 11 bulan kemarin. Saat sebuah pesan memberi kabar bahwa ibu tidak baik-baik saja. Membuatku menangis setiap malam, setiap sembayang, setiap waktu luang. Mendapat kabar itu, aku tak siap kehilangannya. Aku ingin memeluk ibu. Membagi sakitnya padaku.
Perjalanan pulang aku sangat menata hati, agar saat bertemu ibu aku tak menangis. Entah kenapa aku tak mau terlihat menangis di depan ibu.
Malam itu aku baru bisa tiba. Melihat ibu sudah di ruang ICU sedang terbangun. Baiknya lagi, perawat mengizinkanku menemui ibu. Membuat ibu hahahihi. Mimik wajahnya yang bahagia ketika melihat kehadiranku, itu yang tak akan aku lupa. Ibu adalah pasien yang membuat perawatnya bahagia, karna ibu selalu senang saat jam makan tiba, selalu membuat lelucon saat jam periksa.
Hai bu... Lekas sehat, kita ketawa-ketawa lagi. Menertawakan hidup yang begitu lucu kita hadapi.
Setiap hari ketika aku berdoa, aku ingin Allah tahu ibu manusia hebat. Walaupun Allah lebih tahu kehebatan-kehebatan lainnya yang tak aku ketahui.
Ibu yang tak pernah lepas dari tasbih pink nya,
i want to you know my birth fighter, my life is so meaningful because i have you.
Ibu, jangan sakit lagi. Ada banyak mimpiku yang tak pernah aku sampaikan tapi aku ingin ibu melihat hasilnya saat semua itu sudah terwujud.
Aku masih butuh doamu bu...
1 note
·
View note
Text
Buku ini mengajak kita ke persinggahan cinta yg sesungguhnya. Buku ini pun mengajari kita bahwa ketika kening menyatu pada lantai'nya'. Harusnya kita paham bahwa ketinggian'Nya' mengatasi segala sesuatu dan Ia berkuasa. Kalo kalian baca buku ini. Satu saran saia. Cari tempat paling sepi, waktu paling tenang, dan jauh dari kerumitan pikiran. Karena di dalam buku ini banyak kata2 yg membuat anda bertanya2 tentang diri anda sendiri.

5 notes
·
View notes
Text
Nanti Ya atau Besok Aja
Hai! Aku Haha!
Pernah gak sih diajakin hal-hal baik tapi jawabannya ‘nanti ya, nanti dulu, besok deh besok, besok aja ya atau hm.. iyah entar.’ Sering apa keseringan?? Hahaha ((keseringan nii..)). Jadi gini, ada kata-kata motivasi mengatakan:
“Orang gagal mencari-cari alasan untuk berhenti, sedangkan orang sukses berhenti mencari-cari alasan”
Kata-kata motivasi itu salah satu dorongan aku bisa sampai dititik dimana aku merasa bahagia hingga saat ini ataupun nanti.
Sederhananya itu, kalo kamu mau jadi orang sukses jangan menunda-nunda kebaikan dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Nah beda lagi kalo kamu mau pilih menjadi orang gagal, tunda-tunda aja semua hal-hal baik dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.
Sebenarnya apa sih yang melekat pada sebuah alasan sampai dia bisa menjadikan kita sukses atau gagal?
Jadi, seringkali jalan hidup kita bergantung pada keputusan-keputusan kecil yang kita lakukan setiap harinya. Keputusan-keputusan itu yang menuntut dan menentukan diri kita menjadi manusia yang sukses atau gagal dimasa depan nanti. Apalagi era millenial kaya gini mudah banget jadi orang gagal, semisal nih,
“Lan, Fulan, maghriban ke masjid yuk!” lalu dengan mudahnya si Fulan menjawab “Nanti dulu, gamenya masih seru.” Tiba-tiba layar hapenya.. ((Game Over)). Yap! Dalam sehari itu kamu sudah game over dengan hidupmu. Kamu sudah menabung kegagalan tanpa kamu sadari. Atau “Fulanah, pergi kajian islamisasi yuk!” lalu dengan wajah tanpa dosa si Fulanah menjawab “Hm, besok deh, eh minggu depan aja ane ikut. Lagi episode terakhir nih drakornya.” Tiba-tiba layar laptopnya.. ((Blue Screen)). Yeay! Dalam sehari itu kamu sudah menyia-nyiakan waktu.
Kamu sudah menabung kegagalan kamu tanpa disadari. Mudah banget kan era gadget kaya gini buat jadi orang gagal?
Terkadang kita nemuin beberapa temen yang kaya gini. Bukan kita akan mendefinisikan dia sebagai orang yang telah gagal, bukan. Tapi, kita mencoba merubah definisi itu untuk menjadikan dia orang sukses.
Gimana caranya?
Berikan dorongan untuk dia tidak melakukan alasan-alasan itu. Semisal nih, Fulanah yang udah ngeles buat gak ikut kajian, sebagai teman berikan dorongan kepada Fulanah biar dia mau ikut kajian. “Fulanah, drakornya masih bisa ditonton nanti, kalo tema kajian keren hari ini gak bisa nanti-nanti.”, jadi sebagai teman kita membantu menghentikan alasan-alasan dia.
Apa dong yang bisa buat kita jadi manusia sukses era milenial gini?
Menjadi manusia sukses itu mudah.
Jangan tunda keputusan-keputusan yang membawa kebaikan untuk kita. Apalagi kita adalah pemuda bumi (millenial lagi) yang dirindukan peradaban.
Keputusanmu untuk membaca buku-buku atau membaca komentar-komentar netizen yang budiman? Hadir kuliah atau menitip absen? mengunduh jurnal-jurnal atau drama-drama terbaru? memilih rebahan atau ikut kajian? pergi ke masjid atau angkringan? makan-minum duduk dengan tangan kanan atau makan-minum berdiri dengan tangan kiri? Bersuara untuk negeri dengan memaki-maki atau memberikan solusi?
Keputusan-keputusan itu menentukan masa depan.
Jika Peringatan Hari Kebangkitan Nasional diperingati setahun sekali, maka Hari Kebangkitanmu harus diperingati setiap hari!
Ayo Bangkit dan Sukses Pemuda Millenial!!
0 notes
Text
Bahagia Akan Lupa
Hai! Aku HaHa!
Pernah gak sih kita merasa sebal dengan keadaan “Lupa”? Lupa materi kuliah, lupa hafalan quran, lupa nama temen, lupa jawaban ujian, lupa seseorang bahkan kenangannya, mungkin (hahaha).
Saat semester 2 selesai UTS, aku ngegerutu ke diri aku sendiri pas selesai ujian. Jalan balik ke asrama tuh kaya masih kebawa sebel, ‘ih kok tadi bisa lupa sih. Padahal loh jawabannya itu. Ntar nilai aku jadi berapa ya? tadi jawabannya ngarang semua.’ Keadaan lupa bisa aja bikin kita mikir kemana-mana. Sampai mau pergi jama’ah sholat maghrib ke mushola tuh masih kepikiran (alay banget sih). Selesai sholat ustadz Fajar ceramah. Namanya Ustadz Achmad Fajaruddin (Dosen Ekonomi Islam). Ceramahnya tentang “Bahagia akan Lupa”. Wah, seketika aku rasanya ‘deg’ banget waktu itu. ‘Allah tahu banget sih yang aku pikirin’.
Intinya, Ustadz Fajar bilang. Lupa itu satu keadaan yang patut kita syukuri. Keadaan lupa itu seringkali malah disepelekan bahkan tidak banyak orang yang mampu menyadari keadaan tersebut untuk disyukuri.
Semisal, hari ini saya makan bakso, lalu saya masih ingat rasa baksonya sampai saat ini. Ya saya gak akan makan bakso lagi, orang saya masih ingat rasa baksonya.
Sama halnya kalian menghafal Al-qur’an. Kenapa udah hafal, kemarin lancar-lancar aja ngehafalnya trus hari ini lupa lagi? Biar apa? Biar kalian Muroja’ah, biar dibuka lagi Al-Qur’annya, dibaca lagi artinya, ditadaburi maknanya, Terus dihafalin lagi. Nggak ada hafidzah yang gak Muroja’ah.
Dari ceramah beliau aku sambung-sambung sendiri dengan keadaan aku saat itu. ‘Oh Allah mau aku belajar lagi.’
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 152, yang artinya: “Maka ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu ingkar kepadaKu.”
Dari ayat itu, Allah menciptakan keadaan lupa agar kita kembali mengingat Allah dan Allah akan mengingat kita dalam keadaan apapun. Maka bersyukurlah dengan keadaan tersebut.
0 notes
Text
Lomba Estafet Kebaikan
Hai! Aku HaHa.
Beberapa bulan lalu aku bertemu dengan Pak Usman. Sambil mengukur-ukur papan triplek beliau bercerita.
“Saya kerja disini udah 27 tahun. Dari gaji delapan ribu sampai sekarang yang sudah Alhamdulillah selalu cukup untuk kebutuhan keluarga. Kalo saya memilih untuk kerja di luar tempat ini, wah bisa saja gaji saya dua kali lipat dari tempat ini. Tapi saya nggak nyari materi, saya nyari bahagia dan surga.”
Beliau bekerja di suatu pondok pesantren dekat perbatasan jawa tengah-jawa timur.
Beliau melanjutkan lagi ceritanya,
“Dulu, Pak Zar (Bapak Pimpinan) suka mengumpulkan kami-kami (para pekerja), ditanyai berapa gaji kalian? Kita sebut saja delapan ribu. Bukan delapan ribu, sanggah Pak Zar, tapi enam belas ribu. Delapan ribu yang dikasih pondok, delapan ribu yang ngasih Allah nanti disana (di akhirat).”
Walaupun cerita ini haru, rasanya aku bahagiaaaaa sekali mendengar cerita dari beliau.
Ada banyak pekerja disini. Setiap hari ada saja yang dikerjakan tanpa memperhitungkan upah. Ada banyak pekerja yang baik hati dan ringan tangan jika dimintai bantuan. Jika ada pekerja baru, satu sama lain membantu untuk mengajari, bukan membully.
Selama 27 tahun beliau telah lomba estafet kebaikan. Kebaikan-kebaikannya beliau tularkan pada pekerja baru, pada kami yang sedang menuntut ilmu, dan pada guru-guru kami yang di sini.
Aku HaHa, entah umurku sekarang sudah berapa. Tapi rasanya aku belom banyak mengikuti lomba estafet kebaikan ini.
Rasanya, aku harus bangkit, berlatih segala kebaikan, lalu aku estafetkan dan aku ingin menjadi pemenang.
Jadi ingat, salah satu hadits yang menyebutkan bahwa amal jariyah salah satunya ilmu yang bermanfaat dan mengingat pesan seorang guru yang beliau selalu mengatakan “dimanapun kalian berada, mengajarlah."
Seperti yang dilakukan Pak Usman bukan? Mengajar para pekerja-pekerja baru dan mendidik mereka agar berjiwa ikhlas, sabar, dan sederhana.
Aku HaHa! Aku ingin mengajak kalian lomba estafet kebaikan! Selamat bergabung!
0 notes
Text
Ada Yang Dilupa
Hai! Aku HaHa!
Pernah nggak kalian merasa buntu dalam mendapatkan bahan buat alur cerita atau bahan tulisan?
Hehe, termasuk aku. Aku juga sering mendapatkan permasalahan yang sama. Sampai-sampai suatu hari ada suatu event menulis yang mempertemukan aku dengan Mas Gun (Kurniawan Gunadai) dan Mbak Aji (Aji Nur Afifah) istri Mas Gun.
Jadi, menulis itu pelampiasan rasa bahagia, rasa sedih, rasa kecewa dan rasa syukur. Ada karunia Tuhan yg terkadang lupa kita syukuri.
Apa itu? Yg sering kali kita lupa syukuri? Yg sering kita lupa syukuri adalah IDE.
Di event menulis tersebut, beliau menyampaikan bahwa hal yang paling beliau syukuri adalah sebuah IDE.
Terkadang kita tak mampu untuk memulai, bingung mau memulai darimana, padahal ide sudah ada. Akhirnya saat bingung untuk memulai. Semua jadi tidak terjalankan.
Terkadang pula kita tak mampu untuk mengakhiri, bingung gimana mau mengakhiri suatu tulisan atau cerita, padahal ide udah ketulis panjang–lebar. Akhirnya bingung untuk mengakhiri dan tulisan yang sudah tertulis panjang-lebar akhirnya hanya tertimbun.
Dua masalah tersebut perihal IDE. Apa yang tiba-tiba terlintas dipikiran kita hingga tertuang dalam sebuah tulisan narasi ataupun puisi bukan tahu-menahu dari diri kita, namun dari Tuhan.
Jadi, jika mengalami masalah dalam memulai ataupun mengakhiri cerita, maka bersyukurlah. Sejauh itu kamu masih diberi kesempatan memiliki sebuah ide untuk jadi bahan tulisan. Bisa jadi, kebingungan dalam mengakhiri ataupun memulai tulisan adalah ujian dari Tuhan. Bahwa bagaimana kita mengusahakan ide yang Tuhan berikan dengan menuangnya dalam bentuk tulisan.
Jika kamu berada dititik bingung memulai atau sulit mengakhiri, maka kembalilah untuk bersyukur, mungkin selama kamu menulis, kita lupa untuk bersyukur.
Jika kita selalu dalam keadaan mengingat Allah, maka pikiran kita dipengaruhi oleh Allah dan kita akan selalu diingat Allah, seperti dalam QS Al Baqarah yang berbunyi “Ingatlah aku maka aku akan mengingatmu.”
Siapapun membutuhkan tulisan dan mampu menulis.
1 note
·
View note
Text
Hai!! Aku HaHa
Hai.. perkenalkan. Aku HaHa. Aku lahir sebagai manusia yg kerap ditertawakan dan menertawakan. Tepat ditanggal tujuh dan aku lupa ditahun berapa, aku lahir ke dunia. Umurku selalu sama. Masuk golongan anak muda selagi masih ada yang lebih tua.
Aku punya banyak hobi. Bertemu orang-orang baru, bercerita, diskusi, menggambar, membaca, dan “menulis”.
Hm, kenapa harus menulis ya?
Dulu, ada malaikat yang pernah bilang bahwa tulisan itu sebuah “Ikatan”. Ikatan antara hati dan pikiran. Jadi, menulis itu sebuah seni.
Menulis itu sebuah seni. Seni menggerakkan dan menyatukan apa yang ada dipikiran, apa yang dilihat, dan apa yang ada di hati. Lalu, tersalurkan menjadi tulisan.
Menulis itu sebuah gerakan menata pikiran, menolak lupa, dan mengalihkan khayalan.
Mari berkenalan, saling bercerita, dan bertukar energi. Jika dengan berkenalan denganmu membuatku bahagia, maka dengan mendengar ceritamu menambah energiku.
Sesederhana itu bahagia.... sekali lagi. Hai!! Aku HaHa.
1 note
·
View note