Tumgik
uhanifr · 2 years
Text
Untung
Sebelumnya ku kira kan jadi minggu yang indah.
Mulai shaum dan ibadah lain lagi, mulai produktif kerjaan lagi, mulai olahraga lagi.
Agenda begitu berderet. Weekend dan weekday. Siang dan malam.
Ditambah mulai ada pikiran ultah anak, yang sebetulnya ga pernah dirayakan sebelumnya sekali pun.
Lalu, JDAR!; semua sakit.
Ditengah sedih, random buka rekaman ceramah.
Alm. Syeikh Ali Jaber.
Judulnya, bahagia dunia akhirat. Khas Indonesia sekali, katanya. Ibadah dan materi agama semuanya harus ada tentang dunianya.
Lalu ternyata isinya?
Tentang takdir! Ahahahaaa :) :) :)
Ku sungguh beruntung.
4 notes · View notes
uhanifr · 2 years
Text
Where were we?
Where were we?
PhD, supervision meeting yang terundur, insyaAllah jadi rabu. Hasil ada, walau belum ditambah. Sing penting jangan sampai tercecer. Progres, sekecil apapun, tiap harinya, wajib. Uppsala mengaji, insyaAllah minggu depan di tempat kami. Pengajian offline indoor pertama kami sejak awal 2020! Hampir 2 tahun! Alhamdulillah.. Terus, dapet materi kajian manajemen Masjid, konsep umumnya 3: pemetaan, pelayanan, pemberdayaan. Bismillah, kita terapkan sedikit-sedikit... Standup show, 20 November. Tiket sudah terjual hampir 120! Materi belum dicoba lagi, tapi ada waktu, insyaAllah.. Lagi memupuk niat menghibur, menginspirasi, dan mentransfer energi. Bukan ingin terlihat bla bla bla, bismillah.. Bendahara sekolahnya Hafsah, alhamdulillah udah nemu ritme dan metode yang lebih sesuai. Tinggal financial plan tahun depan, gimanaa? Proses seleksi dosen tetap UGM, SELESAI! Alhamdulillah, saya puas dengan proses di tahapan akhirnya. Mungkin saya bukan orang yang tepat buat mereka, tapi saya yakin saya telah meninggalkan kesan. Buktinya? Diminta standup di akhir! Ahahahaa, mereka ga tau aja bahwa itu bakal masuk antrian premis jokes saya. Mohon doanya agar diberkahi apapun hasilnya! Yang lagi jadi pikiran adalah kesehatan anak. Setelah ke UGD summer lalu karena sesaknya, dia jadi gampang sakit. Ini sudah cycle ke 4 dia menjalani pola 2 minggu sehat seminggu sakit :( :( Terkoyak-kayak rasanya tiap dia sakit. To do: kontak RS, walaupun dengan sistem di Swedia akan baru dapet jadwal beberapa bulan lagi, ga masalah.
Anda merasa overwhelmed? Tuliskan semua! Baca tulisan anda kelak! Breakdown semuanya hingga potongan kecil yang terasa ringan, masukan tenggat waktu di setiap potongannya! Biidznillah, insyaAllah Allah mampukan!
2 notes · View notes
uhanifr · 2 years
Text
Karena buku agenda atau jadwal harian sedang tidak berjalan baik untuk menjabarkan keruwetan dalam pikiran ini, mari kita coba tool yang hits banget dekade lalu: Tumblr!
Jadi saya sedang PhD, tahun ketiga. Tugasnya riset, kuliah, ngajar, dan department duty. Saya ada utang riset yang mentok, tugas akhir dari course, periksa lab dan exam student, dan breakfast seminar setiap minggu. Dan bulan depan ada conference juga dari sponsor. Cuma ini kegiatan yang saya dibayar, harusnya yang paling profesional kerjainnya :(
Di luar itu, alhamdulillah masih urus-urus Uppsala Mengaji dan Swedia Mengaji. Kajian tiap bulan, dan update konten di IG. Ini yang paling ga boleh lepas, karena ini yang paling bikin saya ‘hidup’.
Untuk hobi, lagi ada amanah besar dengan show stand up comedy tanggal 20 November nanti. Nulis materi, latihan, promo sana sini, dan urusin tiket juga. Arrgh, abis show ini saya akan rehat stand up dulu.
Di sekolah anak, lagi diamanahin jadi bendahara juga. Bayar tagihan-tagihan, bayar pajak yang njelimet, bayar gaji guru-guru, reimburse pengeluaran staff, dan juga tracking pengeluaran. Most documents are in Swedish! Super melelahkan, bisa dihindarkan, tapi rasanya pelajaran dan pengalamnya ko berharga sekali ya.
Di waktu yang bersamaan, lagi apply dosen juga di UGM. Ebuset, isinya ada psikotest, FGD, wawancara psikolog, SKD yang isinya TKW TIU dan ke-UGM-an, dan SKB yang isinya ujian tulis, micro teaching, dan wawancara. Barusan TU nya ngeWA pula, “tolong bikin video perkenalan ya, max 15 menit.” Ebuset, saya show aja cuma 20 menit Bu! Ahahahaa. Tantangan tambahannya, perbedaan waktu! Saya pagi ini mulai psikotest jam 2 pagi, selesai jam 12 siang, Allahu akbar.
Dan saya paling ga mau kecewain istri dan anak di rumah, dengan segala hak-hak mereka akan hadirnya sosok ayah yang utuh di rumah ini.
Waw, saya kehilangan feeling untuk bisa menceritakan semua ini dengan cara dan alur Tumblr-able, wkwkwkwk. Tapi sepertinya bermanfaat, saya bisa mendengar gimana saya menarasikan ke overwhelmed-an saya akhir-akhir ini, berasa mahasiswa S1 lagi, dengan segala ke-sok-sibukannya. Ehehehee.
Sering kali saya hanya bisa bengong mengisi hari, berharap semua bisa terselesaikan dengan sendirinya. Percis ketika menjelang dihantamnya diri ini dengan amanah-amanah waktu S1 dulu. Takut.
Padahal saya tau, banyak di luar sana orang yang lebih sulit kondisinya, atau lebih tidak beruntung keadannya, atau keduanya.
Saya hampir lupa harus berbuat apa, mungkin saatnya scroll Tumblr sendiri dan lihat, pelajaran apa yang bisa saya ambil dari diri ini di dekade lalu.
Udah, gitu aja, nuhun pisan.
2 notes · View notes
uhanifr · 3 years
Photo
Akhir tahun 2016, tiba-tiba ada email masuk. Terkait aplikasi S2 saya di TU Berlin, katanya. Hahahaa, saya ga akan pernah ke Berlin, ujar saya yang baru menyelesaikan semester pertama di ANU, Australia. Segera saya tutup dan berusaha melupakannya.
Sampai sekarang, email itu masih tersimpan.
Karena tiga tahun sebelumnya, ketika dokter menyebut kata ‘Jerman’ di ‘campak Jerman’ yang sedang saya lalui saja, rasanya ingin senyum-senyum sendiri, dan buat postingan ini di Tumblr.
Kombinasi sadarnya diri ini akan kurangnya keahlian yang diperoleh selama kuliah, dan kebutuhan cari pengalaman setelah 20 tahun hanya hidup di Bandung, saya yang waktu itu baru memulai rangkaian tugas akhir, bertekad bulat untuk meneruskan S2 di luar negri. 
Dasar saya tidak pernah terpapar info apa-apa terkait kuliah di luar negri, saya tidak tau banyak opsi saat itu. Mahasiswa kuliah engineering di luar negri? Yang ada di pikiran kita hanya Pak Habibie. Sudah, itu aja alasannya. Australia? Mana kebayang. Swedia? Apalagi! Ahahahaa
Qadarullah, akhir September 2021, sekitar delapan tahun sejak mulai memimpikannya, saya ada kesempatan untuk mengunjungi tampat di foto ini. Walaupun posisinya sungguh jauh berbeda dengan bayangan: sebagai mahasiswa S3 dari Swedia yang sedang mampir untuk conference.
Maka, percayalah, semua doa yang sifatnya positif, insyaAllah Allah kabulkan. Entah dalam bentuk apa.... dan kapan :)
Tumblr media
S2 kesananya aja bahkan belum dicari, eh penyakitnya udah nyampe duluan aja :))
3 notes · View notes
uhanifr · 3 years
Text
Been an extremely rough week. Kesehatan keluarga emang nikmat yang sangat underappreciated. Will be back
0 notes
uhanifr · 3 years
Text
Saya tak pernah terbersit untuk cari penghidupan di luar negri. 
Tujuh tahun ini murni hanya diniatkan untuk studi.
Tapi kenapa hati ngilu liat perkembangan berita akhir-akhir ini.
Untuk kali pertama, rasanya terlintas pikiran tuk kan tetap tinggal di sini.
Menikmati konsep keadilan sosial yang tak hanya berjejal di teori.
Atau kehidupan yang dekat dengan alam, penuh harmoni.
Oh zat pendosa, sungguh semua jawabnya kau sudah tau sendiri.
Setiap sistem memiliki lubangnya yang tak terhindari.
Jua kau harus berdamai dengan rindu yang tak terperi.
Sungguh, jebakan gegar budaya rupanya tak kunjung menyepi.
Pada hati-hati yang larut dalam kehidupan duniawi.
Maka bangun lah, berkaca pada bayangmu sendiri.
Hidup bukan tentang meninggalkan sejarah yang abadi.
Apalagi menghimpun kesenangan yang seolah tak boleh sunyi.
Semuanya, oh anak Adam, tak lebih dari adu kesiapan menjemput mati.
- Catatan tuk sendiri yang ditulis di gelapnya utara bumi
1 note · View note
uhanifr · 3 years
Text
Harus kuakui ku tak punya kemampuan dan pengetahuan memadai untuk PhD di bidang ini.
Yang membawaku kesini cuma keinginan sang mamah.
Ku harap berkahnya aja. Aamiin.
Doakan.
fyuuuh
0 notes
uhanifr · 4 years
Text
The presentation was promising. But after that, there was too many mistakes and errors. So, the decision is not pass.
A PhD student failing a master-level course. Wkwkwkwk.
I’ll leave it here for a memory, anyway. Sweet memory, perhaps! :)
0 notes
uhanifr · 4 years
Text
Tentang menjadi ayah yang baik
Sejujurnya, sebelum menikah dulu, saya yakin saya akan jadi ayah baik.
Pede sekali ya?
Ahahahaa, habis gimana ya. Walau ketika kuliah dulu menghabiskan waktu di berbagai organisasi, jiwa saya hanya benar-benar ada di organisasi atau kegiatan yang mengharuskan saya berinteraksi dengan anak-anak.
Tumblr media
Ketika hari-hari kuliah terasa mumet dan terlalu menekan, saya menghibur diri dengan berinteraksi dengan anak-anak di PAS Salman. Sekontra-kontranya saya dengan kegiatan di himpunan, mengajar anak-anak tetap pernah saya geluti. Bersama rekan-rekan dari berbagai latar belakang, saya pun turut membidani Bandung Bermajar, dengan kegiatan utama mendelivery value pada anak-anak melalui beragam permainan.
Penghasilan pertama saya pun dimulai dari mengajar anak-anak. Ketika merantau kuliah s2 dulu, kegiatan sampingan utama saya pun adalah mengajar anak-anak. Bahkan ketika Hafsah baru-baru lahir dan kami hanya mengurusnya berdua, saya tidak pernah meninggalkan Hafsah kecuali untuk bimbingan ke supervisor, belanja, masjid, dan mengajar anak-anak. Ya, itu semua yang buat dengan sombongnya saya yakin saya akan jadi ayah (Hafsah panggil saya Apa) yang baik.
Dimensi bergulir baik secara temporal maupun spatial, berlalu hingga baru-baru ini saya membawa Hafsah kontrol perkembangan aýang diwajibkan pemerintah untuk anak 2,5 tahun. Setelah 2x ubah jadwal terkait kondisi covid sekarang ini, akhirnya saya dan Hafsah berangkat juga hari itu walaupun harus menggeser jadwal-jadwal karena memang sedang padat-padatnya. Semua kegiatan sudah kami sounding, mood sudah kami jaga dalam kondisi baik, bahkan sampai detik-detik terakhir sebelum masuk ruangan, Hafsah dan saya masih tertawa bersama melihat mainan yang dipajang di sekitar ruangan.
Kami pun lalu masuk ke ruangan yang sebetulnya sudah pernah Hafsah masuki sebelumnya.
Detik pertama, pundaknya menegang dan punggungnya melenting menahan diri untuk bersandar.
Detik ke lima, nurse menyapa dan kini mulutnya seolah terkunci tak ingin menyapa balik sedikit pun.
Detik ke sepuluh, meronta keras menolak lepas sepatu dan jaket.
Detik ke tiga puluh, lorong bagian anak sudah dipenuhi tangisan nyaringnya yang menolak keras untuk sekedar menginjakkan kaki ke timbangan yang sudah biasa dilakukan sehari-hari di rumah. JBerikutnya, jngankan untuk melanjutkan pemeriksaan, sekedar untuk duduk tenang pun sudah tidak bisa.
Berbagai negosiasi yang biasanya selalu ampuh sudah dicoba hanya untuk sekedar enendang sebuah bola. Pelukan, ditunggu agar tenang, hingga video call ibunya pun sudah dicoba tanpa menghasilkan secuil pun perkembangan. Akhirnya, terpaksa kami memilih jadwal untuk keempat kalinya.
Runtuh sudah pertahanan saya sebagai ayah saat itu. Di bus jalan pulang, saya biarkan tanpa ajak bicara hingga sampai rumah. Di rumah, saya serahkan dulu pada ibunya dan saya memilih menenangkan diri untuk sementara waktu. Saya menjaga jarak dulu untuk sekian waktu.
Ini hanyalah satu cuplikan dari berbagai episode “jadi ayah itu tidak semudah itu” yang saya hadapi. Walaupun saya menaruh standar yang rendah dalam perihal grafik pertumbuhan anak dkk, sesungguhnya saya menaruh harapan yang tinggi dalam berbagai hal lainnya sebagai ayah. Tapi nyatanya, saya yang menggeluti dunia anak dari dulu pun begitu kewalahan menangani anak sendiri. Sungguh, tanpa pertolongan Allah semua hal tidaklah bisa kita selesaikan.
Akhirnya, setelah perasaan bersalah menyelimuti dan kesempatannya datang, kupeluk erat Hafsah, dan meminta maaf langsung.
“maaf ya nak, Apa belum bisa jadi ayah yang baik. Doain Apa ya sayang..”
0 notes
uhanifr · 4 years
Text
Yang ditolak
Sejak kuliah s1 dulu, kayanya ga pernah denger lagi ada cowo (apalagi cewe) yang ditolak. Minimal di lingkungan saya. Antara hubungan itu terbangun dengan lebih kasual, atau orang-orang makin pandai mengukur diri. Kalaupun ada yang berproses lalu kemudian ditolak, rasanya penolakan itu penolakan yang terhormat. Publik tidak tau, dan alasan penolakannya pun dijelaskan secara runut, terperinci, dan seadil mungkin.
Tumblr media
Kaya yang satu ini nih, ehehee. Ditunggu seratus hari lebih ga ada kabar sama sekali, taunya tiba-tiba datang membawa secarik surat penolakan. Berisi catatan chief editor plus empat reviewer kaliber dunia.
Isinya? Sungguh tidak terbayangkan sebelumnya. Gimana ya...
Berlembar-lembar, tapi tidak memutar.
Terperinci, tapi penuh akurasi.
Tegas, tapi sungguh tidak terasa panas.
Bagi mereka mungkin saya bukanlah siapa-siapa, tapi sungguh saya malah jadi merasa terhormat menerima penolakan ini. Malah merasa ilmu saya sedikit meningkat seketika.
Saya jadi teringat ketika tahun lalu diminta satu kampus swasta kecil untuk menjadi editor conferencenya. Rasanya gataaal sekali mata dan tangan ini melihat tulisan-tulisan yang secara akademik maupun bahasa sangat menyayat hati. Entah berapa banyak bagian tulisan yang saya tandai dan komentari, semata-mata untuk memenuhi ego atas standar diri yang merasa tinggi. Padahal ternyata, ketika kritikan itu dituturkan secara hormat dan beradab, bernas dan pada kadar yang tepat, betul-betul dapat berimbas baik pada yang menerima.
Astagfirullah... betapa bahaya kesombongan itu yang terlalu mudah menyelip atas setiap nikmat dan amalan kita. Karena iblis yang sombong pun bukan makhluk yang hampa amalan sebelumnya bukan?
Maka di tahun kedua PhD ini barulah saya sekali lagi sadar, bahwa saya sebetulnya belumlah mampu belajar tentang alam, tapi masih harus belajar dari alam. Belumlah mampu belajar menulis jurnal, tapi masih harus belajar dari menulis jurnal. Belum mampu jadi orang berilmu, setidaknya harus belajar dari orang-orang berilmu.
Maka, ya Allah, bimbing dan kuatkan lah langkah hamba...
Aamiin
4 notes · View notes
uhanifr · 4 years
Text
DIreblog sebagai pengingat.
Daaan, kok bisa-bisanya tools terbaik untuk mendengar rintihan diri ini ditinggalkan bertahun-tahun Nif? Welcome home, yang konsisten ya!
Sunyinya sang ibu kota di selatan bumi ini kerap membantuku untuk lebih peka mendengar apa yang isi hatiku pikirkan. Angin lembah yang menusuk, langkah hening di jantung kota, alam yang terpadu dengan kehidupan, turut membantu mengingatkan bahwa yang teraih kan selalu tiada, yang tiada kelak kan selalu ada, dan yang tersisa tentu kan berujung.
lalu, liku mana yang kau mau?
yang terjaga, hanyalah ketidakpasrahanmu yang menjulang, hanyalah ego kusammu yang gemilang, hanyalah niat rancammu
hingga merindu kefanaan, kelak jadi kebiasaan. dan yang bergelegak, hanyalah ketiadaan
- yang terdengar kembali, di musim semi yang sedikit merajuk, 
5 notes · View notes
uhanifr · 4 years
Text
Dibersamai kebaikan
Tumblr media
Salah satu hal yang kerap cukup berhasil membuat hamba yang sungguh angkuh ini untuk mulai belajar bersyukur pada hal-hal lampau adalah dibersamainya diri ini dengan kebaikan-kebaikan yang tak berdependensi pada kondisi diri.
Itu salah satu bentuk terbaik dikabulkannya doa-doa orang terdekat, mungkin. Karena impaknya sunggguh kadang bagai tak berskenario.
Yang terbaru, adalah patahan-patahan nasihat dari grup pengajian istri yang terkuping barang lalu saja. Begitu menelisik ke relung-relung yang mungkin memang sedang hampa; ke hati yang kerap tak terjaga.
Maka kawan, mengupayakan lingkungan terbaik untuk pasangan ternyata adalah salah satu investasi terbesar dalam pernikahan. Menakjubkan!
4 notes · View notes
uhanifr · 4 years
Text
Api Dunia
Tumblr media
Tujuh mobil bersirine datang riuh beriringan ke kompleks apartemen kami yang biasanya sunyi: dua pemadam kebakaran, dua ambulance, dua mobil polisi, dan satu mobil pemerintah kota. Orang-orang mulai berkumpul dan saling bertanya apa yang terjadi.
Tak jauh dari sana seorang ibu muda kecil berkurudung masih menangis setengah histeris. Anaknya yang masih berumur dua tahun justru tampak lebih tegar dan hanya berempati pada ibunya. Masih bercelana pendek dan lengan penuh coretan abu hitam, bapak anak itu masih mondar-mandir menjawab pertanyaan petugas dan mencoba menghubungi kerabat.
Saat itu sudah jam 9 malam lewat, tapi di puncak summer negara itu masih tampak begitu benderang. Puncak summer yang tidak akan pernah kami lupakan.
.
.
.
Beberapa puluh menit sebelumnya kami; ibu, anak, dan ayah tadi, sedang asik bercengkrama di rumah keluarga. Menyambut hari libur nasional esoknya, kami bermain dengan tenang dan tak terbersit sedikit pun apa yang akan terjadi di kepala kami.
Hingga tak lama kemudian, istri mendengar bunyi dentuman kecil dan saya melihat kepulan asap cukup pekat. Secepat mungkin kami lari ke dapur dan meilhat minyak dalam wajan yang sedang dipanaskan untuk memasak kudapan malam itu sudah berubah menjadi api yang menyala hingga menyambar exhaust fan diatasnya. Tak pernah kami meilhat api sebesar itu dalam dapur sebelumnya. Alarm yang terpasang di rumah pun kemudian berbunyi nyaring.
Suasana seketika menegang. Istri mencoba menyiramkan air sambil berteriak histeris dan saya mencoba fokus mengumpulkan handuk-handuk untuk dibasahi dan ditutupkan pada semburan api. Baju yang dipakai pun tak luput dari pengorbanan untuk dibasahi dan dilemparkan ke wajan tadi. Setelah beberapa balikan, api dalam wajan tampak padam dan alarm tampak sudah bisa dimatikan. Untuk sepersekian detik kami mengira semuanya telah usai. 
Lalu saya buka kabinet bumbu yang berada tepat diatas fan dan BLAR! Ternyata api sudah merembet keatas. Dan karena berisikan wadah-wadah bumbu dalam plastik, asap kali ini jauh lebih menyengat dan menyakitkan hidung tenggorokan. Anak yang ditinggal di ruang keluarga sudah mulai menangis. Istri bawa ke balkon untuk mendapat udara segar dan tetangga mulai bersahutan bertanya. Walaupun api yang menjalar keatas tampak sudah mulai bisa diatasi, kami sepakat untuk memanggil pemadam kebakaran yang segera ditelfon oleh tetangga kami.
Tak lama kemudian, tujuh mobil berisirine tadi pun dengan sigap datang.
.
.
.
Sungguh, di bagian bumi mana pun kita hidup, tantangan itu akan selalu ada, tak pernah ada titik yang sempurna. Tinggal di negara maju dengan tingkat keamanan dan upah minimum yang tinggi, misalnya, ternyata tetap bisa jadi pedang bermata dua. Urusuan terkait keamanan dan jasa pekerja, aduhai rumitnya. 
Tahun lalu kami kehilangan satu dari dua set kunci apartemen lama kami. Yang biasanya di Bandung hanya mengabiskan puluhan ribu rupiah dan seremeh waktu, disini menghabiskan sekitar enam juta rupiah plus waktu yang tidak sedikit. Seorang teman membunyikan alarm sekedar dari roti yang sedang dimasak dalam pengawasan, menghabiskan uang lebih dari sejuta rupiah pula. Memanggil rombongan petugas bersirine tadi di malam libur nasional dan segala kerusakan yang kami buat? Kami hanya bisa berdoa sambil menunggu ketetapan Allah :) Tentu, semua tak pernah lepas dari perhitungan Allah. Insya Allah.
.
.
Tapi tiap musibah memang selalu berhasil menghentak jiwa dan pandangan kita yang seolah abai di fasa normal: apa yang sesungguhnya berharga dalam hidup ini? 
Mengapa terkait urusan dunia singguh berat rasanya setiap potongan kehilangan, padahal amal-amalan berguguran berantakan di depan mata setiap saat. 
Apa benar dunia yang selama ini Allah limpahkan betul-betul hanya singgah di tangan?
Atau ia sudah jauh merasuk menggerogoti hati, pikiran, dan imanmu?
Hingga ia kini jadi bagian utama mimpi dan rencana hidupmu?
Demi Allah yang kamu rasakan saat ini adalah cerminan hal yang kau susun sendiri di setiap amanah waktumu.
.
.
Saat ini, kami hanya bisa bersyukur;
Bahwa kejadian ini tidak seburuk yang sebenarnya bisa terjadi. 
Bahwa esoknya kami sudah bisa berkumpul bersama lagi di atap ini dengan aman dan nyaman, dipenuhi bantuan dan kekuatan orang-orang terdekat yang Allah kirim untuk kami. 
Bahwa tulisan ini tersusun sambil terselingi tetesan air mata yang tak terasa mengalir tipis tapi tak tertahan.
.
.
Bahwa tumblr ini bangkit kembali dari kuburnya :p
.
.
.
Uppsala, Midsommar 2020 yang tak mungkin akan kami lupakan.
0 notes
uhanifr · 6 years
Text
Review Jan-Des 2017: Tentang Kematian, Kelahiran, dan Segala di Antaranya
Tumblr media
Januari
Kabar yang begitu mencekat bagi kami semua. Kami yang sejak tahun baru 2009 biasa menghabiskan tahun baru bersama, yang kami biasa lanjutkan bahkan setelah kami berpencar berbeda kampus dan kota. Malam itu terasa begitu hampa, alam kami seolah tiada. Sejak beberapa hari sebelumnya, kami mendapat kabar sahabat terbaik kami hilang dalam perjalanan tugasnya membangun PLTA di daerah terpencil di wilayah Aceh. Sebelumnya kami telah mengadakan doa bersama, tapi Allah tetap lah yang Maha Kuasa, dan kita hanyalah seorang hamba.
Sekitar subuh pertama di tahun ini, kami mendapat kabar bahwa jenazahnya sudah ditemukan. Perasaan yang sungguh asing bagi saya, yang baru pertama kali kelihangan teman dekat selama 23 tahun umur saya waktu itu. Baru terlelap 2-3 jam, kami langsung bersegera menuju rumah almarhum, rumah tempat kami pertama kali mengadakan rutinitas tahun baru bersama itu. Terasa berbeda memang, walau sekedar candaan lama tetap kami keluarkan tanpa sadar, sebagai usaha terbaik kami untuk saling menguatkan. Tapi suasana begitu syahdu, rekan sejawat seperjuangan begitu memenuhi jalanan yang tak biasanya begitu ramai di hari pertama tahun berjalan. Setelah menyiapkan berbagai keperluan untuk keberlangsungan shalat jenazah dan tamu yang tak hentinya datang, kami pun melihat mobil jenazah yang akhirnya muncul dengan seolah menghisap semua perasaan kami, sembari memunculkan segala memori bersamanya, dengan segala kenang tentang kebaikannya. Sadar tak ingin merepotkan keluarga, kami pun membubarkan diri ketika jenazah akan dibawa ke kampung halamannya. Bukan awal tahun yang diharapkan, tapi sungguh rasanya tidak ternilai. Saya pun merasa beruntung menyempatkan pulang ke Indonesia saat itu untuk kembali lagi di akhir bulannya.
Februari
Awal mula rangkaian rutinitas melewatkan pernikahan-pernikahan teman di tahun ini, dimulai dari salah satu yang terdekat, yang paling terikuti dalam prosesnya, yang sesungguhnya paling berat welewatkannya. Tapi apa daya, kuliah saat itu terlampau wajib dengan segala persiapannya. Meninggalkan Canberra dalam keadaan sejuk, kami datang disambut dengan suhu diatas 40 C di hari setalahnya. Wisata singkat di NASA Deep Space Communication Complex jadi salah satu yang berkenang. Perjalanan kami pun dimulai kembali, kami tidak pulang lagi sampai akhir tahun itu.
Maret
Bulan festival di Canberra. Australian day dengan fireworks terbesarnya (padahal cuma gitu-gitu aja, emang kota yang tak ramah dengan keramaian sih ya), hot air balloon festival (yang bagus banget sebetulnya, tapi sayang cuma berhasil terbang dua kali dalam seminggu itu), dan Canberra light festival (yang paling bagus secara eksekusi, surprisingly, tapi sayangnya hujan). Festival-festival yang kelak diperbincangkan ketika lonely planet secara mengejutkan mencantumkan kota ini di top 3 city to visit in 2018 nya. Bulan ini kami pun merayakan ulang tahun kami masing-masing lagi di bulan ini, secara makin sederhana setiap tahunnya.
April
Bulan ketika Indonesia sedang gaduh-gaduhnya tahun ini. Kubu satu mencalonkan gubernur favorit media (yang kelak jadi narapidana) yang kebetulan naik gara-gara gubernur sebelumnya gagal menuntaskan periodenya secara full disandingkan dengan plt gurbernur yang menerbitkan begitu banyak aturan dan rotasi kepemimpinan di masa jabatan super singkatnya itu. Kubu dua menjagokan last minute deal mantan favorit presiden yang gagal mempertahankan posisi mentri pendidikannya dengan pengusaha ganteng yang saya jarang dengar sebelumnya. Yang buat saya mikir lagi tentang makna demokrasi saat ini. Tapi, saya memilih disibukan dengan salah satu kuliah favorit saya disini: integration of renewable energy into power system and microgrids. Kuliah yang jadi fondasi thesis saya dan insyaAllah, karir saya kedepannya.
Mei
Dimulai ketika istri merasa melihat tikus di unit kami, yang saat itu saya tenangkan dengan mengaggap itu halusinasi semata. Sampai akhirnya si tikus melewati kaki saya sendiri. Ditambah kecoa-kecoa yang sudah menjadi rekan baik kami selama disana dan lingkungan yang makin kurang kondusif, kami pun membulatkan tekad untuk pindah akomodasi saat itu juga. Kebut apply di berbagai situs akomodasi, sampai akhirnya dapat lungsuran dari orang Indonesia juga. Tua dan berjamur memang, tapi rumah dua tingkat ini terasa nyaman dan luas, dengan halamannya yang bisa dipakai futsal dan observasi bintang. Kami pun secara kilat memproses perpindahan kami walau menghanguskan beberapa week unit lama yang terlanjur dibayar.
Awal ramadhan pun kami lewatkan di tempat baru hingga kami sadar bahwa istri tercinta terus ikut shaum bersama padahal sudah bukan saatnya. Untuk mencegah kemurungan yang biasa muncul sebelumnya, saya pun menyarankannya untuk jangan test pack dulu. Tapi kemampuan lobbying nya yang begitu meningkat membuat somehow saya pun menyerah, mengizinkannya untuk tes. Dan ternyata, betul positive. Tak ada keriuhan sama sekali, karena semua terasa begitu asing. Kami yang sudah melewati 30 periode siklus sebelumnya, yang sudah mencoba berbagai saran tips dan trick dari berbagai sumber, hingga titik saya seolah menyerah untuk berbuat lebih dan merasa ini semua bukan lagi tentang usaha. Malam harinya pun kami membeli another test pack yang ternyata menunjukan hasil yang serupa. Menjaga segala informasi ini cukup bagi kami dulu, hingga akhirnya kami mengunjungi dokter, melakukan test darah, dan secara medis betul-betul sudah dinyatakan hamil. Yang kerap membuat saya tergeleng mengingatnya hingga saat ini, seolah ditampakan berkali-kali tentang konsep sabar, syukur, dan tawakal dalam kehidupan. Yang saya coba dengan segala kerendahan hati untuk terapkan dalam harap saya tentang proses kelahiran dan mebesarkannya kelak. Laa haula wa laa kuwwata illa billah.
Juni
Rencana ramadhan kami pun berubah total. Biidzinillah, rumah ini berlokasi lebih dekat ke masjid. Masih diatas 9 km memang, tapi sudah cukup untuk masuk jarak jaminan 15 menit waktu tempuh di Canberra. Rindu masjid habiburrahman di Bandung pun terobati. Walau tidak sepenuh itu, tapi suasana multicultural dengan bacaan imam yang didatangkan langsung dari Madinah cukup membangkitkan lagi semangat Ramadhan kami. Hikmah lain rumah baru kami adalah mempermudahya kunjungan keluarga yang datang beberapa hari setelah lebaran. Satu kamar yang belum berpenghuni cukup sebagai tambahan ruang buat keluarga yang berkunjung. Selanjutnya adalah perjalanan luar biasa, salah satu yang paling berkenang. Menginap di resort salju dengan segala aktivitasnya, mengitari Canberra yang walaupun sepi tetap mebuat kita merasa waktu tak jua cukup, dan lima hari di Sydney yang menjadi hiburan luar biasa tapi juga sambil memantapkan perasaan kami bahwa ketenangan Canberra begitu mewah buat kami. Metropolitan bukanlah habitat alami kami.
Juli
Di awal juli, mereka pun pulang. Perpisahan sederhana di bandara, sebetulnya. Tapi mengingat entah kapan kami akan bertemu lagi cukup mebuat rasa haru kami membuncah kembali. Kami pun pulang melewati perjalanan ratusan kilometer bus dengan persaan bercampur aduk. Senang, tenang, rindu, haru, berdendang begitu syahdu. Ah ya, dede bayi sayang begitu supportive sekali di perjalanan ini. Masih trimester awal yang rawan, tapi ibunya tidak mabok berarti, dan kondisi cukup bugar untuk bermain salju, perjalanan total diatas 500 km, dan jalan kaki jauh tempo cepat ala metropolitan Sydney. Selalu merasa diingatkan, Laa haula wa laa kuwwata illa billah.
Agustus
Semester terakhir menyicip perkuliahan disini, sebelum full thesis di semester berikutnya. Ambil 4 kuliah yang super berbeda semester ini: programming, climate science, science communication, dan energy policy. Dengan ekspektasi awal programming sekedar tau, climate science akan berdarah-darah untuk sekedar credit demi keilmuan yang diincar, science communication sekedar selingan kuliah gampang, dan energy policy selayaknya kuliah policy lain yang saya tidak begitu aktif. Kadarullah, semua begitu terbolak-balik. Saya mencoba mendalami lebih kuliah Python dengan tugas besar saya putuskan kerjakan sendiri instead of berkelompok sesuai anjuran. Climate science justru jadi kuliah favorit dan yang berhasil dapet grade terbaik dan malah saya kelabakan di science communication yang super menitikberatkan pada kemampuan writing bersanding dengan native yang memenuhi kelas. Dan kuliah energy policy pun lebih mampu saya nikmati daripada perkiraan sebelumnya.
September
Mendengar kata pembenan dakwah, mustahil buat saya untuk mencegah nostalgia tahun-tahun saya di Gamais. Diangkut dari serak-serak kampus yang tak bernilai, tiba-tiba beban syiar islam di kampus sudah ada di pundak. Sedikit nostalgia itu yang terbersit ketika diminta untuk mengisi amanah dakwah lain disini: coordinator pengajian remaja atau kepala sekolah TPA. Dengan berbagai pertimbangan, pengajian remaja yang saya pilih sambil tetap aktif memenuhi kebutuhan rohani di TPA. Tak semewah perjuangan dulu memang, tapi lebih dari cukup untuk mengembalikan lagi kenangan itu.
Oktober
Kandungan istri udh lebih dari setengah jalan, dan segala persiapan penyambutannya mulai dilakukan. Selain barang-barang yang didominasi lungsuran komunitas indonesia disini, kami pun semakin rajin mengisi memori-memori indah disini. Bersyukur, tempat hiburan di Canberra begitu melimpah, murah, dan mudah bagi kami. Canberra yang tahun lalu kami kenal, betul-betul sudah ada di hati kami.
November
Perkuliahan semester ini resmi berakhir. Dan tepat dihari terakhir ujian, malamnya saya langsung tancap gas nyetir ratusan km menuju Sydney. Yup, pertandingan kedua terakhir sebelum rangkaian piala dunia dimulai dilangsungkan di Sydney antara tim dari dua benua yang super barjauhan: Australia dan Honduras. 77 ribu penonton hadir di stadion, sekitar dua kali lipat kapasitas stadion si jalak harupat. Istri yang masuk trimester akhir begitu enjoy menyaksikan pertandingan dan ketiga gol Australia yang secara live kita liat di depan mata (gol Honduras jauh, liat via layar, wkwkwk). Pulang stadion pun harus jalan kaki berkilometer ke akomodasi melewati jalanan dan kolam. entah apa itu. Ya Allah, malam itu lagi-lagi aku jatuh cinta sama wanita ini, dan tentu juga dengan yang dikandungnya.
Desember
Daaan, tiba lah di penghujung tahun. Diingatkan oleh Allah melalui ujian terkait persoalan thesis, pergantian supervisor, dan data-data penelitian yang tak kunjung jelas. Juga merasakan ikatan aneh antara saya dan keilmuan ini: begitu merasa bodoh, tapi begitu merasa ingin tahu dan ingin menerapkannya sesegera mungkin. Rumah di renovasi di minggu terakhir tahun ini untuk kemudian diakhiri dengan kembang api jam 9 malam yang kami saksikan di pinggir danau kampus tercinta di akhir tahun. Untuk kemudian pulang dengan berbagai kecambuk perasaan, dan pemutaran memori yang lalu saya tumpahkan dalam tulisan ini.
Sekali lagi mengulang perkataan di tahun lalu bahwa sejarah hanya akan jadi kesia-siaan tanpa kemauan dan keinginan untuk mengambil pelajaran didalamnya. Maka izinkan saya berbagi tulisan ini dengan harapan sebagai penguat dan sumber pelajaran bagi saya pribadi di perjalanan tahun berikutnya seperti yang tulisan tahun lalu telah lakukan. Ssykur-syukur kalau juga mampu berguna bagi yang juga ingin sekedar mengambil hikmah dari perjalanan singkat kami dari belahan selata dunia.
Diawali dengan kematian, lalu kemudian kabar tentang potensi kelahiran, membuat tahun ini tak kalah berkenang. Tahun yang datang pun tak akan jauh dari kedua itu, karena sekarang kita betul-betul berada diantara keduanya.
0 notes
uhanifr · 7 years
Text
Letih
Letih yang menindih kelak akan menjadi dasar fondasi yang gigih
Walau perih
Selama tampak kebaikan dari sang Maha Pengasih
Maka mungkin itu sarana yang Allah pilih
Walau tertatih
Mari kuiring kita berlatih
Hingga saatnya, insyaAllah Ia akan kasih
0 notes
uhanifr · 7 years
Text
#PersibDay Tentang fanatisme dan perbedaan
Dulu kalau ditanya apa tim sepakbola terbaik di dunia? Saya akan dengan mudah dan yakin menjawab PERSIB!
Dan kalau dulu ditanya juga, apa tim sepakbola terburuk di dunia? Secara spontan saya mungkin akan jawab P*RS*J*!
Fanatisme. Itu yang terkadang membutakan, menulikan, dan membisukan kita semua. Saya Hanif, si bobotoh radikal lulusan SMA 3 dan ITB, perusuh di GAMAIS ITB yang seneng main sama bocah-bocah, pegiat nikah muda yang nikah sebelum lulus, dan berbagai label yang sebenernya semua saya buat sendiri (even buat nama, toh saya bisa pilih nama panggilan lain).
Untuk lalu kemudian lupa, tentang para koruptor lulusan almamaternya
Untuk lalu kemudian abai, terhadap perjuangan saudara muslim lainnya
Untuk lalu kemudian alpa, kepada kondisi-kondisi dan latar belakang sahabatnya.
Usaha perbaikan diri ternyata bersinggungan erat dengan perbedaan. Perbaikan ibadah berarti mendalami perbedaan-perbedaan yang bersumber dari kebaikan. Perbaikan dakwah berarti mempelajari metode-metode yang dibangun dengan azas-azas yang mulia. Perbaikan jalan hidup berarti memaklumi pandangan-pandangan negatif atas setiap hasta perubahan diri kita.
Lalu esok, kerabat kita akan wafat
Lalu esok, keluarga kita akan wafat
Lalu esok, kita sendiri yang akan wafat
Lantas, identitas apa yang ingin kita bawa ketika wafat? Knowledge is power but character is more? In harmonia progressio? Karena sejatinya, hanya kalimat syahadat yang akan menyelamatkan kita.
Jadi, kalau sekarang ditanya apa tim sepakbola terbaik di dunia? 
Saya akan tetap dengan mudah dan yakin menjawab PERSIB!
Dan kalau sekarang ditanya juga, apa tim sepakbola terburuk di dunia? Secara spontan saya mungkin masih akan jawab P*RS*J*!
*laah, ga berubah
1 note · View note
uhanifr · 7 years
Text
Review Jan-Des 2016: Awal Perjalanan Mengagumkan
Mengawali tahun dengan perjuangan untuk IELTS yang tak kunjung dapat, Universitas yang tanpa kabar, dan izin dari pihak beasiswa yang belum terpikirkan. Alhamdulillah, bisa mengakhiri tahun dengan menamatkan semester pertama kuliah Master dilanjut dengan riset yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sedikit review tahun 2016, tahun... awal perjalanan?
Januari
Ditengah target sales Miliyaran, menjalani hari dengan belajar IELTS mandiri - antar istri - kerja ampe sore - kelas malam IELTS - jemput istri - pulang. Istri terpaksa geser jam kerja hingga jam 9 malam. Semangat menggebu demi hasil maksimal di Tes IELTS di akhir bulannya.
Februari
Hasil IELTS keluar! Alhamdulillah, hasilnya melebihi ekspektasi. Harapan meninggi, rencana migrasi ke rumah ortu untuk sementara pun disiapkan. Untuk kemudian dijatuhkan seketika: LPDP menolak rencana perpindahan Universitas tujuan ke ANU.
Maret
Kinerja di kantor terganggu dengan ketidakpastian rencana kuliah. Berbagai upaya dikerahkan dengan satu misi: meyakinkan pihak LPDP mengenai rencana kepindahan ini. Kredit besar buat Bu Esti dan Kenneth Baldwin, atas rekomendasinya. Juga Mas Rasyid dkk, atas izin dan supportnya. Tepat di akhir Bulan, perpindahan ini akhirnya direstui.
April
Kebut segala upaya urusan administrasi. Kuliah Juli harga mati.
Mei
Akhirnya, LoA keluar dan Visa bisa mulai diurus. Awal Mei bayar aplikasi Visa. Tengah Mei medcheck sambil proyek di Bintaro. Akhir Mei, Alhamdulillah Visa keluar..
Juni
Beli tiket pesawat menuju Canberra, kota yang hanya pernah diliat lewat Instagram yang baru berapa bulan belakangan difollow. Semua urusan kerjaan dialihkan, dan farewell dengan kantor pun akhirnya terlaksana. Berbagai persiapan dibeli, sebelum ditutup dengan awal Itikaf di Masjid Habiburahman yang sangat menenangkan.
Juli
Berangkat menuju Canberra! Dianter keluarga dan dilepas dengan pelukan yang begitu hangat dan berat dari Istri tercinta. Ya, akhirnya kami terpaksa berpisah jarak untuk satu setengah bulan. Sampai di Canberra yang dingin dijemput Bos PPIACT, dan dibantu banyak bos PPIAustralia. Peta kampus dan kota, Skype keluarga, acara welcoming, dan inspeksi akomodasi adalah rutinitas sehari-hari di bulan ini. Kuliah dimulai. Dan jujur, seminggu pertama saya ga bisa nangkep apa pun yang dosen omongin. Tapi saya paham, saya ada di tempat yang paling tepat.
Agustus
Cari akomodasi jauh lebih susah dari yang dikira. satu bulan cari dari berbagai situs, inspeksi ampe bosen, apply sampai lupa which is which, justru nemu malah dari Gumtree, situs jual beli umum. Pemiliknya milih saya cuma karena saya muslim, alhamdulillah. Setidaknya punya tempat ketika istri dateng. Mejelajah kota Canberra demi mencari barang limpahan untuk ngisi flat agar semakin nyaman. Oh ya, akhirnya saya lihat salju!
September
Istri datang! MasyaAllah, perasaan yang begitu menggelora yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Bahagia yang terbuncah, namun disertai rindu yang tak ingin terulang. Di saat teach break, saya masih ambil kuliah sambil mengorientasi istri tentang kampus dan Canberra. Kami pun berkesempatan tampil di Floriade, festival bunga terbesar di bumi bagian selatan. Di akhir bulan, satu kuliah ENGN 6516 yang menghadirkan dosen tamu kelahiran Amerika, menggugah renjana yang terpendam. Mungkin ini salah satu alasan utama Allah kasih saya jalan untuk kuliah disini. Begitu banyak yang terjadi di Bulan ini. Saya seperti telah melewati 10 minggu berisi bulan September yang masih dingin. Bahkan, di bulan ini juga kami mencoba jualan Batagor untuk pertama kalinya.
Oktober
Bulannya akademik! Beban-beban kuliah menumpuk, tugas besar berdatangan. Ditambah, Alhamdulillah dapat kesempatan field trip seminggu ke Cairns, ribuan kilometer dari Canberra. Di bulan ini juga mulai join dengan club AFL 9 lokal (social version of Australian Football League). Di Oktober ini kami memutuskan untuk akan pulang di bulan berikutnya.
November
Ujian pertama dan satu-satunya di semester ini. Alhamdulillah, cukup nyaman untuk menutup semester ini. Lalu, besoknya kami pun langsung pulang. Menempuh Canberra - Sydney - KL - Jakarta - Bandung yang totalnya dengan waktu menunggu lebih dari 24 jam. Disambut pengapnya Jakarta, dimanjakan nikmatnya kuliner yang dimulai dengan sate maranggi cibubur, akhirnya kami tumbang seminggu kemudian karena radang hasil dari makanan yang tak terjaga. SIlaturahim kejutan kemana-mana, dan dengan bantuan Teh Iva Rofiatun, saya untuk pertama kalinya bener-bener melakukan research yang real, yang masalahnya saya temukan dan formulasikan sendiri. Terima kasih juga buat Mas Fajar dan Kang Kharisma di SEI.
Desember
Gagal ikut aksi 411, tapi akhirnya tubuh pulih untuk lakuin berbagai aktivitas yang ga jauh dari kulineran, ketemu temen, belanja, dan riset. Alhamdulillah, di bulan ini juga berkenalan dengan orang hebat lagi: Pak Armi Susandi. Beliau insyaAllah akan jadi supervisor thesis saya juga. Bulan ini juga Alhamdulillah dapet kesempatan untuk liburan di Kuningan (keluarga Dago Jati) dan Tanjung Lesung (keluarga Dago Barat), yang entah kenapa terasa jauh lebih spesial dibanding liburan-liburan saya tahun sebelumnya.
Tadinya ingin masukin foto-foto juga tapi entah kenapa ngerasa terlalu baper jadinya. Katanya sejarah akan jadi kesia-siaan tanpa kemauan dan keinginan untuk mengambil pelajaran didalamnya. Begitu banyak yang terjadi baik secara fisik, beban, pikiran, pengalaman, dan pembelajaran yang diberikan oleh tahun ini.
Entah, apa tahun depan masih Allah izinkan menulis catatan seperti atau tidak. Yang pasti, keridhaanNya lah yang utama. Hatur nuhun Gusti, Alhamdulillah...
1 note · View note