#rasulullah
Explore tagged Tumblr posts
herricahyadi · 8 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
70 notes · View notes
darul-hadis · 1 month ago
Text
Tumblr media
22 notes · View notes
chillinaris · 4 months ago
Text
You don’t need to be Muslim to stand for Palestine, you just need to be human.
HUMAN!
Maybe they are not human, MAYBE!
28 notes · View notes
frommydiary · 1 year ago
Text
Shaykh al-Islam Ibn Taymiyyah رحمه الله said:
"If you:
- Fear Allah.
- Repent from your sins.
- Seek His forgiveness.
Nobody can overpower you.”
مجموع الفتاوى ١٧٨/١
92 notes · View notes
kafabillahisyahida · 5 months ago
Text
YANG PALING SAKIT DAN HARU
Sering kita dengar, dan pasti kita semua juga tahu bahwa nikmat terbesar, dan termahal dalam hidup ini adalah Hidayah Tauhid. Ianya jaminan keselamatan di dunia dan akhirat, yang diinginkan semua makhlukNya. Hanya saja tidak semua orang diberikan nikmat tersebut. Bahkan paman Rasulullah sendiri yang amat besar rasa sayang juga pengorbanannya bagi Nabi tidak mendapatkannya.
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepadasiapapun yang dikehendaki oleh-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan meninggalnya Abu Thalib dalam keadaan tetap memeluk agama Abdul Muththalib (musyrik, mengimani Allah sebagai Tuhan namun menyekutukannya dengan mengadakan tandingan berupa berhala dan ruh - ruh orang soleh sebagai perantara Allah). Adapun mengenai Abu Thalib, Allah SWT kembali berfirman:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki“. [Al Qashash/28 : 56].
Dia-lah yang memiliki hikmah yang mendalam dan hujjah yang mengalahkan. Yang lebih tau mengenai kecenderungan dan kelayakan hambanya dalam memperoleh hidayah. Hal ini sesuai dengan kandungan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
‘Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat hidayah, akan tetapi Allah-lah yang memberi hidayah (memberi taufiq) kepada siapa yang Dia kehendaki. [Al Baqarah/2 : 272]
Begitu juga firmanNya:
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. [Yusuf/12 :103].”
Ini ayat - ayat yang masih terasa menyakitkan bagiku sekaligus haru yang paling haru. Semakin aku hijrah kepada Al- Quran dan Sunnah, itu seperti menginstal ulang keislaman yang sedari kecil aku yakini, karena tenyata begitu banyak keyakinan bahkan ibadah2 yang bertentangan dengan apa yang Allah dan Rasulnya wayukan/ syariatkan. Awalnya berat memang dibenturkan pada kondisi seperti " ternyata ini salah " ternyata ini ga boleh, ternyata dalil ini palsu, ternyata rasul melarangnya" tapi kewajiban kita bila Allah dan Rasullnya sudah menetapkan adalah "samina waatho na" meskipun begitu banyak menyelisihi hati kita, budaya, dan kebiasaan nenek moyang kita. Untuk diri kita sendiri saja terkadang amat sulit menerimanya. Maka apatah untuk orang - orang lainnya yang tidak menalar sebagaimana Rasulullah menalar, dan menafsir sebagaimana para salaf (para sahabat, tabiit, tabiin generasi terdahulu khususnya yang sezaman dengan rasul dan para sahabat) menafsir, sebagai generasi terbaik.
Dan yang masih terasa menyakitkan diantara orang - orang itu adalah orang - orang terdekat kita terutama keluarga kita sendiri, bahkan diantaranya ada yang sudah meninggal dunia sebelum mereka mendapat hidayah tauhid dan sunnah itu, bahkan disaat keyakinan mereka masih bencampur dengan kepercayaan nenek moyang, bahkan dalam keadaan mereka masih membenarkan syariat2 yang bertentangan dengan ajaran tauhid yang diajarkan Rasul. Semoga Allah mengampuni mereka.
Menyampaikan kebenaran kepada orang - orang yang kita sayangi, itu sangat sulit dan berat, terutama ketika kita tidak tahu caranya, dan terlalu khawatir bahwa hubungan bisa rusak karenanya, terlalu takut ditolak, dibenci, dboikot, bahkan dilaknat sebagai anak durhaka.
Maka benar2 melakukannya dengan halus, sabar dan susah payah, dengan selalu meminta pertolongan dari Allah.
Itulah mengapa setelah berhijrah , setiap moment kebersamaan dengan keluarga selalu menjadi kebahagiaan yang semu, karena ada kesedihan dan kekhawatiran tidak bisa langgeng sampai ke surga jika semua tidak bisa beriringan bersama di jalan yang Lurus. Semua itu apa lagi kalau bukan karena terlalu sayang hingga kita bukan hanya peduli kepada mereka di dunia ini tapi pada kehidupan setelahnya juga di akhirat.
Di sisi lain nikmat tauhid dan sunnah yang merupakan hidayah termahal itu menjadi haru yang paling haru, mengapa kepada orang sepertiku Allah melembutkan hatinya dengan terus memberi ilmu hingga pada akhirnya mau dan perlahan mampu menerimanya. Sementara diluar sana bahkan diantara keluargaku sendiri aku melihat dari sudut pandangku banyak orang yang lebih pantas karena lebih giat beribadah, lebih dermawan, lebih baik akhlaknya, namun hidayah itu belumlah sampai kepadanya. Diantara mereka masih ada yang percaya dengan khurafat, takhayul, memiliki jimat, ghuluw dan taqlid, berdoa dan ngalap berkah di kuburan misalnya atau hal - hal lain yang jelas jelas Allah dan Rasul melarangnya. Yang diantaranya dikategorikan sebagai dosa Syirik yang karenanya bisa menggugurkan keislaman dan amalan-amalan seseorang.
Menyesal karena sekalipun aku mengetahuinya aku belum berani frontal meluruskannya, karena Sungguh dulu akupun adalah bagiannya, bahkan setelah ada orang - orang yang memberitahku kebenaran itu dulu aku menolaknya dengan berbagai dalih dan alasan yang penting baik atau karena adanya kitab2 dan rujukan ulama meskipun itu tidak sampai kepada Rasulullah. Bahkan karenanya aku menjadi orang yang paling depan menentangnya. Hingga hidayah itu datang dengan sendirinya dan dijadikannya aku sadar sesadar - sadarnya, bahwa Islam itu agama yang satu teladannya, satu rujukannya, sudah sempurna tuntunannya, jelas benar dan salahnya halal dan haramnya tidak terpecah kecuali karena hawa nafsu manusia itu sendiri. Sehingga menurutku menyampaikan kebenaran itu harus sangat penuh strategi dan perhitungan. Itupun tanpa jaminan akan diterima. Bagaimana akan diterima, sementara orang sesempurna Rasulullah saja dakwahnya banyak yang menolaknya.
Dan telah sampailah diri ini pada fase tersulit, terberat, terpayah untuk dirinya sendiri yaitu istiqomah dan bertahan diatas hidayah tauhid dan sunnah. Apalagi di jalan ini masih sangat sunyi dan kadangkala merasa sendirian juga kesepian. Hanya Kabar rasul yang menguatkan bahwa kita jangan tertipu dengan jumlah, bahkan sunnah di zaman ini akan kembali asing, dakwah kebenaran akan dituduh pemecah belah. Dakwah benar akan dianggap salah dan dakwah salah akan dianggap benar itu sudah dikabarkan nabi jauh jauh abad sebelumnya.
Semoga kelak kesedihan ini akan kembali berubah menjadi haru yang terharu untuk semua orang, karena pada akhirnya Allah kabulkan semua doa doaku, Allah wujudkan semua ikhtiar dan mimpiku agar semua orang yang aku sayangi mendapat hidayah kepada satusatunya dan sebenar2nya tauhid dan sunnah yang Allah Ridhoi sejak zaman azali hingga selamanya. Semoga Allah selalu merahmati menjaga dan memberi pertolongan kepada kita semua Aamiin
15 notes · View notes
izmons · 11 months ago
Text
Tumblr media
22 notes · View notes
heihellothere · 4 months ago
Text
Forgive & Heal
Sering kali, manusia sibuk merasa paling tersakiti. Paling dikhianati, paling punya alasan buat marah. Tapi dunia ini nggak berputar di satu sudut pandang. Bisa jadi, di sisi lain, ada yang sedang merasakan hal yang sama—karena kita.
Manusia nggak pernah luput dari salah. Kita menyakiti, kita disakiti. Tapi saat jadi korban, kita ingin dimengerti. Sementara saat jadi tersangka, kita ingin dimaafkan.
Dan di situlah ujian sebenarnya. Memaafkan bukan tentang membenarkan yang salah, tapi tentang memilih untuk nggak membawa luka ke mana-mana.
It’s not always easy, but maybe, we can start from somewhere. And this is how I forgive, one step at a time~
1️⃣ No One’s Perfect, Not Even Us
Kadang kita sibuk notice kesalahan orang lain, tapi lupa kalau di cerita lain, kita juga pernah di posisi mereka.
Pernah nggak sih, flashback ke momen di mana kita ngelakuin sesuatu yang nyakitin orang—dan saat itu kita merasa punya alasan yang valid? Tapi pas giliran kita yang disakitin, semua terasa unforgivable?
See? Kita tuh bukan makhluk suci. If we want to be understood for our mistakes, why is it so hard to give the same grace to others?
2️⃣ Forgiveness Takes Time, and That’s Okay
Jujur aja, forgiving someone itu nggak segampang “udah, lupain aja!” Kalau bisa semudah itu, dunia nggak akan penuh sama orang-orang yang masih kepikiran omongan nyakitin dari bertahun-tahun lalu.
Scientifically speaking, ada bagian otak yang berperan dalam hal ini—amigdala. Ini tuh bagian yang langsung kasih alarm ke tubuh kalau kita merasa threatened atau disakiti. Makanya, refleks pertama kita bukan “Oh, nggak papa, aku maafin.” Tapi lebih ke “Gila sih, ini orang nggak banget.”
Dan itu valid. Sometimes, our brain needs time to process pain before it can let go. So, no rush.
3️⃣ Seeing the Bigger Picture
Kadang kita terlalu fokus sama perasaan sendiri, sampai lupa kalau setiap orang punya sisi lain dari ceritanya.
Rasulullah SAW pernah dilempari batu sampai berdarah, tapi yang keluar dari mulut beliau bukan sumpah serapah, melainkan doa, “Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak tahu.”
Kalau manusia paling mulia aja bisa see beyond the pain, masa kita nggak bisa coba sedikit aja buat lihat perspektif lain?
4️⃣ Choose Your Level of Forgiveness
Islam ngajarin bahwa forgiveness itu ada levelnya:
Shafh – Let it slide, nggak bales, tapi juga nggak fully forgive.
Afw – Memaafkan tanpa dendam, clean slate vibes.
Ihsan – Memaafkan sambil tetap berbuat baik ke orang yang nyakitin kita.
Tapi real talk, nggak semua orang bisa langsung sampai level ihsan. And that’s okay. Sometimes, just not retaliating is already a huge step forward.
5️⃣ Forgiving ≠ Forgetting
Ada yang bilang “Maafin aja biar lega.” Tapi realitanya, some wounds leave scars. Dan itu nggak apa-apa.
Memaafkan bukan berarti harus pura-pura nggak pernah sakit. It’s okay to set boundaries, to step back, to protect your peace. Memaafkan bukan tentang kembali seperti dulu, tapi tentang melepaskan beban yang nggak perlu dibawa-bawa.
6️⃣ We Need Forgiveness Too
Let’s be honest, seberapa sering kita berharap orang lain memaklumi kita? Seberapa sering kita minta Allah nutupin aib dan kesalahan kita?
Kalau kita pengen diampuni, shouldn’t we try to give that same chance to others?
●●●
At the end of the day, forgiveness is less about them, and more about us.
Tentang kita yang nggak mau stuck di masa lalu. Tentang kita yang milih untuk move forward.
Kadang berhasil, kadang masih belajar. But hey, at least we’re trying. 💫
:: 15 Ramadan 1446H
9 notes · View notes
learning-islam-together · 5 months ago
Text
“Allahumma laka sumtu wa ala rizq-ika-aftartu.” The meaning of this Dua is “O Allah! For You, I have fasted and upon your provision, I have broken my fast.”
8 notes · View notes
teneres · 17 days ago
Text
Tumblr media
5 notes · View notes
aksarahumaira · 1 year ago
Text
Bukti Perlindungan Allah pada Rasul-Nya
Tumblr media
Suatu hari, sekelompok orang Yahudi mengangkat sebongkah batu besar ke atas dinding. Saat itu Rasulullah sedang berteduh di bawahnya. Mereka akan menjatuhkan batu itu tepat di kepala Rasulullah, tapi niat jahat itu gagal karena Allah lebih dulu memberitahu beliau melalui wahyu. Rasulullah segera beralih dari tempatnya dan batu itu pun jatuh menimpa tanah. Allah menyelamatkan Nabi dari perbuatan makar orang Yahudi, karena beliau selalu berada dalam lindungan Allah.
Rasulullah menghadapi gelombang penderitaan yang datang bertubi-tubi dengan sabar dan tabah, agar beliau menjadi panutan umat. Kepala beliau pernah dicederai, giginya terluka dan dijatuhkan dari atas punggung kuda hingga tubuhnya cedera. Nama baik dan martabatnya dicemarkan, para sahabat dekatnya dihina dan hak hidup mereka dirampas. Cobaan yang datang silih berganti itu tidak lain merupakan langkah awal menuju tercapainya derajat tertinggi dan kedudukan mulia di sisi Allah.
Rasulullah mendapat penjagaan Allah; tidak akan pernah ada sesuatupun yang mampu memperdayai dirinya. Allah berfirman,
"Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia" (QS. Al-Maidah: 67)
----
Catatan Sirah Insight
Story of The Message - 'Aidh bin 'Abdullah Al-Qarni
Tangsel, 11 April 2024, 21.48
19 notes · View notes
herricahyadi · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Bergantung.
45 notes · View notes
darul-hadis · 3 months ago
Text
Tumblr media
22 notes · View notes
chillinaris · 4 months ago
Text
JANGAN MUDAH MENGHAKIMI DAN MENGHUKUMI ORANG LAIN
Sebelum menilai orang lain, tanyakan terlebih dahulu pada diri: apakah kita benar-benar tahu seluruh kisahnya? Jangan mudah menghakimi, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati.
*) Reposted from @gapaikemuliaan. Saksikan program Gapai Kemuliaan hanya di @cnnindonesiatv
7 notes · View notes
frommydiary · 1 year ago
Text
Tumblr media
The True Love For The Messenger ﷺ
Sh. Salih al-Fawzan حفظه الله إيمانه said:
The proof upon loving the Messenger ﷺ is not just mere claims people make, or celebrations that are done rather the proof upon it is in 4 affairs:
• Obedience to him in what he commanded.
• Refraining from what he prohibited.
• Believing in all of that which he informed.
• Worshipping Allah only in the manner he legislated.                                
● [‎إعانة المستفيد ٤٢/٢]
83 notes · View notes
kafabillahisyahida · 2 years ago
Text
Ikhlas itu berat sebab menjaganya sepanjang hayat, ujiannya tidak selalu di awal tapi bisa ditengah atau diakhir. Kadang diawal kita ikhlas beramal, tapi setelah sekian lama keikhlasan mulai diuji ketika ada yang meremehkan atau ketika tidak dihargai, kita semua pasti pernah mengalami hingga ingin mengungkit. Tapi itu tidak menjadikan kita mulia, malah akan menyesal setelahnya. Mengertilah ternyata menahan lisan kita dari membela diri meski benar itulah yang lebih mulia daripada mengutarakan isi hati. Yang paling menyedihkan di dunia ini bila kita berusaha menunjukan siapa kita yang kadang itupun tidak benar semuanya hingga kita bisa dekat dengan manusia tapi dari Allah kita jadi jauh. Yang menakutkan di dunia ini bila kita sampai berdusta agar dipuji2 manusia. Tapi di hadapan Allah kita jadi tiada artinya.
(Diringkas dari berbagai kajian)
72 notes · View notes
hi-reflection · 1 year ago
Text
So subtle is His kindness towards us, that we are unable to perceive it.
–Syeikh Ali Hammuda
Pagi kemarin, saya di pertemukan lagi dalam agenda sharing kecil bersama Mbak Nenny dan Shofie. Kami lanjut membahas salah satu Asmaul Husna, berangkat dari buku Li Annakallah karangan Ali bin Jabir Al-Faifi.
Teringat, waktu kecil, ada sebuah buku anak di rumah saya, yang masih terbekas jelas memori ini atas sampul warna hijaunya: Buku tentang 99 Nama-Nama Allah.
Tapi di weekly sharing yang Alhamdulillah sudah tiga pertemuan ini, ada yang berbeda rasanya.
Ntah mengapa, setelah 23 tahun digempur dengan jatuh-bangun kehidupan, diperkenalkan kembali dengan 99 Nama-Nya, membuat saya lebih bisa merasa rendah hati (baca: menyadari bahwa se-begitu butuhnya manusia dengan Rabb-Nya).
Ya, rendah hati.
Karena untuk bisa kembali mencoba mengenal Nama-Nama Ini saja, yang rasanya seharusnya sudah sedari dulu harusnya saya hapal, butuh kerendahan hati. Butuh mengosongkan bejana hati kembali, bahwa masih banyak lo Han, yang belum kamu tau tentang Allah :".
Ya Allah, kemana saja saya selama ini?
Dan di pertemuan itu, kami sampai di Nama Allah:
Al-Lathiif, Yang Maha Lembut.
Dari kata Al Luthf, cara atau perilaku yang tersembunyi dan detail. Dengan secara tersembunyi, tertutup, dari arah yang tidak kita ketahui, dari arah yang tidak diduga.
Ketika ada sesuatu yang terjadi pada kita, Allah Yang Maha Lembut, tak langsung memberi tahu kita tentang takdir kita.
Kita mikir kalau mau hasilnya A, harus B dulu. Padahal bisa aja pake C dulu, baru ke D, baru ke A.
Seperti ketika Nabi Yusuf 'alaihissalam mengalami berbagai kejadian yang menggoyahkan jiwa dan iman.
Dari terjebak di sumur, hingga bisa menjadi orang yang disegani di Mesir. Rasanya gak mungkin. Gak ketebak. Bahkan ketika ditakdirkan harus masuk penjara atas ketidakbersalahannya pun, Nabi Yusuf gak langsung dikeluarkan.
But Allah is So Subtle, that all of those trials finally made it to His beautiful decree: berjumpanya Nabi Yusuf dengan takwil mimpinya.
Bersujudnya matahari, bulan, 11 bintang kepadanya. He finally reunited with his family.
Seperti ketika Nabi Musa 'alaihissalam yang dibuang ke sungai, dirawat Fir'aun,
Allah menyelamatkan Nabi Musa gak dengan cara langsung. Betapa sedihnya sang Ibu ketika harus menghanyutkan Nabi Musa ke sungai. Bagaimana mungkin bisa kembali?
Tapi Maha Lembutnya Allah, membuat Nabi Musa gak mau minum ASI dari wanita lain, hingga akhirnya kembali ke pangkuan sang Ibu.
Seperti ketika Allah mengeluarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dan para sahabat dari siksaan pemboikotan Syi'ib Bani Hasyim.
Tiga tahun diboikot terisolir. Tidak boleh ada yang berbicara, berteman, berdagang, dengan Bani Hasyim, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Sang Nabi untuk dibunuh.
Bagaimana bisa pemboikotan ini dihentikan?
Hingga lima pemuda akhirnya menemukan satu sama lain untuk bersepakat menggagalkan piagam pemboikotan. Dan ternyata ketika dibuka piagam itu, rayap memang sudah menggerogoti piagam kejahatan itu, kecuali pada tulisan-tulisan Nama Allah.
Bahkan seperti ketika kami sedang sharing pagi itu,
Gak sengaja ngepas Mbak Nenny memutuskan akhirnya bahas Al Lathif, padahal awalnya gak mau bahas itu.
Dan kebetulan ngepas daku baru baca kisah pemboikotan yang dihadapi para sahabat Nabi.
Dan ngepas malam sebelumnya baru aja overthinking tentang takdir-Nya.
Atau hingga tulisan ini hadir di hadapan sang pembaca.
Semua tiba-tiba, tanpa kita sadari, membawa kita pada takdir menemukan dan merasakan makna Nama Al Lathiif ini 🥀.
Kadang kita mikir, apa yang terjadi ke kita itu hal yang biasa. Padahal Allah menjadikan sesuatu dengan sebab-sebabnya. Hanya saja kita tidak sadar.
Karena saking lembutnya Allah. 🥺
Begitu pula tentang Mimpi.
Kadang, kita punya impian, cita-cita yang besar tapi merasa pesimis dengan diri sendiri. Maka yang harus kita ingat adalah, kita punya Allah.
Jangan lupa, bahwa Allah Maha Lembut. Kita gak tau sebab kecil mana yang mengantarkan kita pada impian kita tersebut.
Maka sejatinya, setiap kita melihat semua takdir kita, pasti ada kelembutan. Maka Amatilah.
Semoga, kita akan selalu bisa mendapati kelembutan-kelembutan dari Allah Yang Al Lathiif.🥀
– Senin, 6 Mei 2024
(ditulis pukul 7.00 pagi)
9 notes · View notes