Text
Sudah lah kamu sudah tahu betul sejak dulu, mengapa masih saja berharap? Coba pikirkan lagi
Baru saja retak sedikit :)
6 notes
·
View notes
Text
Sedang Apa Kita di Malam Pergantian Tahun Nanti?
Jika ada suatu bangsa yang paling takut akan datangnya bencana, maka bangsa kitalah yang paling layak untuk khawatir. Gempa bumi, puting beliung, tsunami, gunung meletus, likuifaksi tanah, bisa tiba-tiba terjadi begitu saja.
Di bawah tanah tempat kita berdiri ada perbatasan lempeng bumi yang saling bertumbuk dan pulau kita dikelilingi samudera besar. Kita tak sadar bahwa sebenarnya kita tengah dikelilingi bencana yang siap menghantam kapan saja. Tanpa bermaksud menakuti, bencana-bencana ini sedang ‘menunggu perintah’ untuk datang.
Bumi sudah tua. Akibat ulah kita sendiri, sakitnya semakin parah. Umat akhir zaman ini semakin mendekati hari akhir. Hitung saja, semakin banyak bencana terjadi dan semakin banyak pula macamnya.
Belum ada teknologi yang mampu mencegah dan memprediksi dengan tepat datangnya bencana-bencana itu. Berharap terlalu banyak kepada pemerintah, militer, atau institusi terkait rasanya juga tak ada yang mampu mencegah datangnya bencana itu. Lalu kepada siapa kita meminta pertolongan?
Seharusnya bangsa kitalah yang paling beriman. Paling banyak dan paling khusyuk ibadahnya. Paling bersih hatinya. Dan paling jauh dari maksiat daripada kebanyakan manusia di muka bumi.
Namun kita memilih larut dalam dunia dan lalai akan akhirat. Kita dekat dengan maksiat dan lupa dari mengingat-Nya. Bangsa macam apa kita ini? Terancam banyak bencana, tapi jauh dari-Nya.
Ada dua jenis manusia menyikapi bencana. Jenis pertama, mereka percaya bahwa bencana adalah kehendak sekaligus teguran Allah kepada manusia. Jenis kedua, mereka hanya menganggap bencana sebagai peristiwa alam dan tak percaya bahwa bencana juga datang sebagai bentuk kemurkaan-Nya. Jika kamu jenis kedua, abaikan saja tulisan ini.
Menjelang tahun baru, ada pertanyaan yang layak untuk kita renungkan. Sedang apa kita di malam pergantian tahun nanti? Sedang lalai atau sedang mendekat kepada-Nya? Karena yang paling menyedihkan sekaligus mengerikan adalah bencana yang datang kepada orang yang sedang lalai dari mengingat-Nya dan larut dalam kesenangan dunia.
— Taufik Aulia

548 notes
·
View notes
Text
Allaah memenuhi kebutuhan seorang hamba yang bertawakal penuh kepada-Nya. Jika kau merasa kesulitanmu bertambah-tambah, sampai-sampai kau hampir berputus asa sebab tidak menemukan jalan keluar. Maka gantungkanlah hatimu pada Allaah semata. Sungguh, Dia akan menolongmu. Dia tidak mengecewakanmu. Tidak akan.
((Perempuan dalam dekapan Tuhannya - diriku))
253 notes
·
View notes
Text
Padahal sering loh baca/liat postingan islami gitu. Iya sih, pas baca tersentuh gitu kaya dalem hati tuh "oke, gue tobat gabakal gini gitu lagi mo mulai sholat tepat waktu mo ngurang2in maksiat mo ngulang hapalan juga". Tapi itu cuman beberapa saat doang sadar nya. Giliran udah liat postingan lain yang beda tema eeeh udah ilang tuh niat buat benerin diri. Pada gitu juga ga sih? :'(
2 notes
·
View notes
Text
Apa kabar, Ramadhanku?
Masih ingat tidak seperti apa perasaan kita kala kita ditinggal bulan ramadhan pergi? Sedih, bahagia atau biasa aja?
Masih ingat juga tidak, perihal janji-janji untuk berbenah selepas ramadhan? Kala itu, barangkali diri kita pernah berjanji, akan berbenah dan menuju baik selepas ramadhan.
Kini, ramadhan tinggal menghitung beberapa hari. Bukan pada lama atau sebentar menunggunya. Tapi lebih kepada dalam masa menunggu itu persiapan seperti apa yang sudah kita persiapkan. Sesiapa saja yang sedang merindu pasti paham perasaan ini.
Dalam masa menunggu biasanya seseorang itu akan melakukan yang terbaik. Barangkali diri kitapun bisa melakukan yang demikian. Melatih diri yang biasanya lebih emosi, senggol bacok. Sekarang lebih melatih jiwa untuk lebih sabar. Apalagi dalam sholat, yang biasanya secepat kilat. Semoga dilakukan dengan thuma'ninah dan lebih khusyu. Lebih tenang, dengan perasaan bahagia tentunya.
Barangkali bisa kita latih mulai sekarang, melatih untuk sholat sunnah setelah sholat wajib kita dirikan dengan tepat waktu. Sholat sunnah qobliah dan ba'diyah. 2 rokaat sebelum Shubuh. 4 rokaat sebelum Dzuhur. 2 rokaat setelah Dzuhur. 2 rokaat setelah Maghrib. Dan 2 rokaat setelah Isya…
Jangan lupa sholat witirnya juga. Ini yang cukup sulit ya biasanya. Gpp, dipaksa dulu. Nantinya akan terbiasa.
Dan mencoba melatih pula untuk membiasakan diri bangun disepertiga malam. Atau jika belum bisa setidaknya bangun sebelum adzan shubuh. Caranya? Pasang alarm dimana-mana ya.
Cara ini pula sesungguhnya ampuh bagi yang belum menikah, sebagai tips n trik melatih diri sebagai ibu yang baik yang mana nantinya akan bangun pagi dan mempersiapkan kebutuhan keluarga di pagi hari*ceileh
Paksa, dipaksa ya. Dan memang berat diawalnya. Huhu. Bangun dengan kemampuan mata yang berat. Dan kalau sudah melek (buka mata), duduk sebentar, jangan lupa napas. Baca doa dulu, lalu ambil wudhu trus lanjut sholat.
Untuk diawal jangan ngoyo ya, santai dulu. Tidak perlu langsung dengan rokaat banyak. Dua rokaat cukup untuk permulaan. Dan niatkan untuk istiqoma. Caranya? Ya minta sama Allah supaya diberi keistiqomahan dalam menjalankannya.
Huaa banyak banget yang harus dilatih. Katanya rindu, maka sebaik-baik rindu adalah temu. Dan sebaik-baik temu adalah pertemuan yang membaikkan.. masih rindukan? Masih ingin bertemu ramadhan dengan kualitas pribadi yang baikkan?
Nah kalau iya, mari kita lanjutkan.
Mulai saat ini, bisa dicoba juga. Membiasakan diri dekat dengan Al-Qur'an. Yang biasanya jauh-jauhan ni ya, kita coba untuk memperbaikinya kembali. Gak usah malu, apalagi malu-maluin.
Setiap habis sholat maghrib atau sholat shubuh. Coba untuk membaca 8 - 9 ayat atau 2 lembar Qur'an. Alhamdulillah kalau sudah terbiasa 1 juz per hari. Atau terbiasa pula membacanya setelah sholat wajib. Ini ampuh untuk melatih kepekaan dan kelembutan hati kita.
Ini semua semata buat apa sih? Buat persiapan diri dan jiwa kita untuk menyambut bulan ramadhan. Supaya Allah lihat kesungguhan kita, kecintaan kita. Dan semoga Allah ridha atas apa yang kita upayakan ini.
Jangan lupa juga belajar berbagi, punya kelebihan sedikit saja. Coba untuk belajar shodaqoh senyum, shodaqoh masakan, ilmu, atau apa saja yang bermanfaat . Supaya nanti terbiasa ketika di bulan yang semua amalan dilipat gandakan. Kita bisa berbagi sepenuh hati. Ikhlas karena-Nya.
Ah iya, satu lagi. Persiapkan semua keperluan di bulan ramadhan. Semisal baju baru, kebutuhan makanan, buat roti kering dan semacamnya. Agar nanti ketika sudah memasuki bulan ramadhan apalagi di 10 hari terakhir ramadhan kita bisa fokus tanpa di pusingkan lagi dengan persiapan lebaran semisal kue dam semacamnya. Dan ini lebih meguntungkan juga sih, lebih murah, hemat dan bisa santai nantinya.
Ah ramadhan. Tinggal menghitung beberapa hari dari sekarang. Persiapkan dengan sebaik-baik persiapan ya. Semoga dalam penantian menyambutnya kita bisa berbenah mulai dari sekarang..
- Ibn Syams
1K notes
·
View notes
Text
Kalau kita berkecukupan kemudian sering memberi itu namanya sebuah kewajaran, yang luar biasa itu adalah yang dirinya juga terbatas jauh dari kecukupan namun sering memberi, itu baru namanya juara !
Jadi juara yuk :))
114 notes
·
View notes
Text
Duh, bagaimana ini? Kematian semakin dekat, tapi kita semakin jauh dari Allah.
— Taufik Aulia
804 notes
·
View notes
Text
Bagi sebagian orang, semakin tua berarti semakin panik perihal jodoh. Cemas boleh, hilang akal jangan. Ikhtiar boleh, genit jangan. Realistis boleh, banting harga jangan.
— Taufik Aulia
2K notes
·
View notes
Text
Mengkalkulasi Masa Depan
Kalau saja berani jujur pada diri sendiri, kita akan mampu mengkalkulasi nasib kita di masa depan. Karena, masa depan adalah akibat dari hari ini yang kita buat sendiri.
Hitung-hitunglah apa cita-citamu hari ini, bagaimana kau menghabiskan waktu hari ini, aktivitas apa yang paling kau gandrungi hari ini, serta pikiran-pikiran apa yang sering melintasi hati dan benakmu hari ini. Ya, masa depanmu tak akan jauh-jauh dari situ. Kecuali, ada keajaiban yang turun dari langit.
Salah satu kunci bernasib baik di masa depan adalah jujur pada diri sendiri. Karena, begitu banyak orang yang mengerti bagaimana cara mengejar sukses, tapi tanpa sadar membelot ke jalan lain yang penuh kesia-siaan.
Jam berapa kita bangun pagi ini? Berapa halaman buku sudah kita baca hari ini? Berapa do'a telah terlantunkan hari ini? Berapa jam kita streaming youtube, buka feed instagram, bermain game online, dan haha-hihi bersama teman-teman hari ini? Berapa banyak progres kehidupan yang kita buat hari ini? Nah, masa depan tak akan jauh-jauh dari sini.
Jangan merasa tergurui, karena tulisan ini adalah tamparan buat saya sendiri.
Bismillah untuk hari ini.
— Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Photo




Happy Birthday @i-trust-you-baby-96
“May your adventures be joyful and your joy full of adventures” I wish you all the best and I hope that you had an amazing, lovely birthday. Know that sooner or later everything you want will happen, so never give up on the things you desire.
416 notes
·
View notes
Text
Aku bisa gila jika menerus seperti ini Seolah tak pernah lelah, aku mengurung rasaku pada sebuah kata diam Yang berarti bahwa aku tak mengingini engkau menahu tentang itu Ah tetapi bukan begitu, Perihal rasa ini Aku hanya ingin kau tahu pada saatnya nanti Ketika benar-benar kau jadikan aku sebagai penyempurna agamamu Lalu bagaimana jika itu sama sekali tidak terjadi? Apakah aku lantas benar menjadi gila? Entahlah, Jikapun harus seperti itu Aku akan tetap memilih gila dan diam seribu bahasa.
8 notes
·
View notes
Quote
Bila sekarang sedang dipusingkan oleh urusan hati. Maka percayalah, nanti akan ada saatnya kamu memilih untuk memprioritaskan hal lain selain itu.
Jika bukan saat ini, maka nikmatilah jatuh serta patah yang silih berganti. Sebab esok, ada sesuatu yang akan menyadarkanmu bahwa perasaan terhadap lawan jenis tak selamanya berada di puncak prioritas hidup.
Hujan Mimpi
(via hujanmimpi)
1K notes
·
View notes
Photo
Ini kenapa pas bgt sama aku :)
Pertanyaan nya adalah apakah kita yang akan terbawa arus kemaksiatan atau malah kita yang mengajak kebaikan? :))

Ringan Diucapkan, Berat Ditimbangan
Ku pernah berada di lingkungan yang gaya ngobrolnya gini, “bla bla..anjir, bla bla..anjing…, bla bla..bego.., bla bla..tolol”
Seneng banget jadiin kata kata kotor jadi titik koma.
Ku pernah juga berada di lingkungan yang gaya ngomongnya gini, “bla bla..masya Allah, bla bla..Alhamdulillah, bla bla..barakallah, bla..blaa..Subhanallah” Kalimat-kalimat Allah, dan doa menjadi titik koma. Adem.
Lidah memang tidak bertulang. Rahang memang ringan membuka dan mengatup. Kata kata mengalir dengan lancar dan mudah dilupakan.
Tapi Allah tawarkan satu penawaran menggiurkan. “Kesucian adalah sebagian dari iman, Al Hamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah dan Al Hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi.” (HR. Muslim No. 223)
Keduanya punya usaha yang sama untuk diucapkannya. Tapi pilihan menyelip-nyelipkan kalimat Allah ternyata punya dampak yang luar biasa. Cobain gaya baru baru ngobrol! Ringan diucapkan, berat ditimbangan!
- Farah Qoonita - 📷: pinterest.com
115 notes
·
View notes
Text
Yang Paling
Orang yang paling sedih saat tahu kita bersedih adalah orang tua kita. Yang lebih khawatir saat kita khawatir. Yang sangat bahagia saat kita bahagia. Bukankah sebenarnya sederhana bagi kita untuk berbakti? Hanya saja, kita terjebak pada gaya hidup, tren, pada hal-hal kekinian yang membuat kita resah karena sibuk membandingkan pencapaian, penampilan, kekayaan, dan atribut lainnya.
Kita bingung pada diri kita sendiri dan orang tua lebih bingung pada anaknya yang tidak bisa menjelaskan hidupnya. Seakan mereka merasa gagal mendidik kita padahal kita yang gagal mendefinisikan diri sendiri, kita gagal meletakkan sumber-sumber kebahagiaan dan rasa syukur. Kita menjadikan cita-cita orang lain menjadi cita-cita kita tanpa kita sadari bahwa kapasitas kita berbeda. Kita sibuk merawat penampilan tapi lupa merawat akal sehat.
©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Quote
Kebaikan dari para pria sepertinya sudah sangat langka sehingga para wanita sering salah mengartikan dengan menganggap pria itu menyimpan rasa lebih untuknya.
Padahal pria tersebut hanya dibesarkan dengan sangat baik oleh orang tuanya. // A. W.
(via surat-pendek)
*emot hati retak*
2K notes
·
View notes
Text
#UYM Struktur Doa… Punya beban berat? Punya hajat? Siapa yang bisa meringankan dan siapa yang bisa menolong? Selain Allah? Doa dah. Yang rutin. Yang rajin. Yang yakin. Pagi siang sore malem. Setidaknya, doa yang serius, sekali dah dalam sehari. Dan doa yang sesering mungkin. Jangan hanya 1-2hr. Ikutin nih buat yang pengen doanya dikabul banget sama Allah. Ikutin struktur doa berikut ini: Al Faatihah… 100 istighfar: اسثغفر الله العظيم ولجيع المسلمين والمسلمات Astaghfirullaahal ‘adzhiim walijamii'il muslimiina walmuslimaat. 100x 100x Subhaanawlloohi wabihamdih. سبحان الله وبحمده 100x sholawat Awlloohumma sholli wasallim wabaarik, 'alaa sayyidinaa Muhammadiwwa-aalih. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وآله Trus doa dah. Pake hati. Fokus. Penuh harap. Jangan keganggu sama HP dll. Yang gembira. Di hadapan ada Allah. Kemudian tutup dengan: Al Faatihah 1x. Istighfar 1x. Sholawat 1x. Untuk semua hajat dan doa, saya doain bisa dikabul Allah. Yang sabar dan rajin dalam jalanin doa. Allah aja sabar nunggu kita. Masa kita ga sabar nunggu Allah. Hajar dah 3hr, 7hr, 14hr, 21hr, 40hr, 100hr, 1th, 2th dst nya perjalanan mengetuk Pintu Allah. Selama doa dipanjatkan, jaga diri. Dan kalo dah dikabul, jangan lupa diri. Salam, @Yusuf_Mansur. Sempurnakan dengan sedekah dan baca baca Qur'an ya. Daaaaannn… Shalat wajibnya jangan ditinggal.
20 notes
·
View notes
Quote
Syukurlah apabila hatimu merasa salah dengan dosa. Itu tanda hatimu masih hidup. Cuma perlu dirawat.
(via thethoughtcupboard)
Cuma perlu di rawat 😢
589 notes
·
View notes