Tumgik
bookiwanttoshare · 3 years
Text
The Midnight Library: Let’s Undo The Regrets and Try Another Life
Tumblr media
Judul buku                  : The Midnight Library
Penulis                         : Matt Haig
Penerbit                       : Canongate Books Ltd
Jumlah Halaman          : 196
Tahun terbit                 : 2020
Nora’s life has been going from bad to worst. Then at the stroke of midnight on her last day on earth she finds herself transported to a library. There she is given the chance to undo her regrets and try out each of the other lives she might have lived.
Which raises the ultimate question:
With infinite choice, what is the best way to live?
***
Sinopsis
Sebagai salah satu buku best selling versi new york times dan goodreads choice award 2020 kategori best fiction, Matt Haig tidak main-main dengan alur the midnight library. Buku ini menceritakan kisah hidup seorang Nora Seed yang dari awal tidak memiliki episode yang bagus. Hidup Nora Seed sangat lah menarik, tapi dalam tanda kutip “ia mengalami terlalu banyak hal yang membuatnya putus asa” hingga pada suatu malam, Nora memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, bukan akhirat, surga atau neraka yang menyambutnya, tapi sebuah perpustakaan misterius yang hadir diantara hidup dan mati. Perpustakaan itu disebut midnight library. Rak-rak buku disana berderet dan menjulang tak berujung. Perpustakaan ini berisi buku dengan jumlah yang tak terhingga. Mrs Elm, wanita penjaga perpustakaan SMA Nora tiba–tiba berada disana dan membantunya. Membantu Nora memilih buku mana yang perlu ia pilih.
Setiap buku mewakili kehidupan yang berbeda yang membantu Nora untuk menghapuskan seluruh rasa penyesalan yang pernah ia rasakan. Ada terlalu banyak penyesalan yang Nora miliki. Nora menyesal telah putus dengan mantan pacaranya, maka ia memilih sebuah buku dimana ia setuju menikahi mantan pacarnya. Tapi tentu saja hal tersebut tidak seperti yang ia pikirkan. Kehidupan pernikahannya dengan Dan nyatanya tidak seharmonis hubungan mereka layaknya pasangan kekasih. Nora mencoba kehidupan lain dimana ia menjadi seorang atlet renang yang merupakan satu-satunya keahlian yang dia miliki dan bukannya memilih berfilsafat di bangku perkuliahan seperti saat ini. Namun dikehidupan itu, Nora kehilangan kakaknya. Ada kehidupan dimana Nora tinggal di Australia, tapi sahabat satu-satunya yang membuatnya ingin hidup disana telah mengalami kecelakaan setahun silam. Nora mencoba berbagai macam hidup yang sebelumnya ia inginkan. Nora menjadi penyanyi band, dosen filsafat, tergabung dalam tim national geographic dan menjelajahi kutub utara, semua ia lakukan, tapi tidak satupun yang berjalan sebagaimana mestinya, semuanya berakhir dengan dirinya yang kembali ke midnight library dan mencoba kehidupan lain yang mungkin berhasil. Nora terus mengulang hidup lain, ia mencari keberhasilan, kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Beberapa kali nampak berhasil, seperti di kehidupan dimana ia enjadi dosen filsafat yang disegani banyak murid. Atau di kehidupan dimana ia menikah dengan pria yang ia tolak. Dia hidup bahagia dengan Ash dan keluarga kecilnya, Nora bahkan memiliki putri kecil yang cantik. itu adalah kehidupan yang sempurna. Tapi pikiran Nora menunjukkan hal yang berbeda, ia mulai memikirkan bahwa kehidupan yang sedang ia coba jalani rasanya tidak seperti kehidupannya yang asli. Ketika Nora menyiapkan sarapan untuk putrinya ia mulai berpikir bahwa dia sedang merenggut kehidupan Nora lain yang seharusnya ada di posisi itu. Nora ingin kembali ke kehidupan aslinya. Namun ia justru bertemu penjelajah lain yang mengatakan bahwa ia telah melakukan hal itu selama 10 tahun. Nora semakin frustasi, akankah Nora berhasil kembali ke kehidupan asalnya dan menemukan makna hidupnya? yuk simak kelanjutannya didalam buku ini 😊
Cover
Sepengetahuanku, ada beberapa versi sampul yang dipakai dalam buku ini. Namun, semuanya memiliki struktur warna yang sama yakni gold-white-navy. Susunan warna ini membuat sampul buku terlihat elegan dan misterius disaat bersamaan. Illustrasi yang digambarkan juga tidak jauh-jauh dari hal-hal seputar buku. Dalam cover yang terlampir misalnya yang menggambarkan bangunan perpustakaan sebagai interprestasi the midnight library. Selain itu, adapula gambar kucing Nora yang merupakan sosok yang muncul dalam salah satu adegan penting dalam buku. Di versi lain, illustrasi digambarkan dengan adegan dimana Nora mengakhiri hidupnya atau interpretasi lain menganggap bahwa itu adalah Nora yang baru saja datang di midnight library atau juga digambarkan dengan jendela-jendela perpustakaan yang tiap kotaknya menggambarkan adegan-adegan di dalam buku. Terlepas dari sampul mana yang lebih baik, semua sampul tersebut sangat cocok dengan buku the midnight library itu sendiri.
Genre
Siapapun yang membaca blurb atau synopsis buku ini sudah pasti bisa menyimpulkan bahwa genre buku the midnight library ini adalah fiksi jenis fantasy. Sebab, cerita didalam buku merupakan sesuatu yang tidak nyata dan tidak mungkin terjadi. Namun, penyampaian pesan didalam buku membuat buku ini dipenuhi dengan banyak insight yang menginspirasi pembacanya.
Plot
Pada dasarnya, cerita yang disajikan dalam buku ini memiliki plot maju, akan tetapi adegan dimana Nora menjalani kehidupannya yang lain sedikit membuat hawa plot masa lampau hadir kedalam tengah-tengah cerita.
POV
Point of view atau sudut pandang penyampaian cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga yang mana membuat cerita terkesan lebih terbuka sebab dengan sudut pandang orang ketiga membuat pembaca bisa ikut menilai dari berbagai sisi yang dihadirkan dalam alur cerita.
Character
Karakter yang hadir dalam buku ini tidak lain adalah orang-orang disekitar Nora Seed yang merupakan tokoh utama dalam buku ini. Nora Seed sendiri digambarkan sebagai seorang wanita yang mudah putus asa dan mengasihani diri sendiri atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Berikut adalah pesan Nora sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dear Whoever, I had all the chances to make something of my life, and I blew every one of them. Through my own carelessness and misfortune, the world has retreated from me, and so now it makes perfect sense that I should retreat from the world . If I felt it was possible to stay, I would. But I don’t. And so I can’t. I make life worse for people . I have nothing to give. I’m sorry . Be kind to each other . Bye, Nora –hlm 28
Karekter lain yang juga kehadirannya sangat berpengaruh dalam buku ini adalah Mrs Elm. Mrs Elm adalah sosok wanita tua bijak yang selalu memandang positif kehidupan. Adapun salah satu kutipan yang menunjukkan kebesaran hati Mrs Elm.
‘Nora dear, it’s natural to worry about your future,’ said the librarian, Mrs Elm, her eyes twinkling. – hlm 13
Selain itu, dalam setiap kemunculannya, Mrs Elm selalu membawa petuah yang membuat penbaca langsung memikirkan makna dari ucapan tersebut. Beberapa ucapan Mrs Elm yang paling sering muncul adalah berikut ini :
Mrs Elm repeated something she said earlier. ‘Never underestimate the big importance of small things. - 138
Karakter sisanya merupakan orang-orang yang secara langsung berada dalam kehidupan Nora itu sendiri seperti ibunya, ayahnya, kakaknya, dan orang-orang lain yang berperan dalam hidup Nora.
Feeling
Feeling atau perasaan yang aku rasakan selama membaca buku ini bisa dikatakan bercampur aduk. Terkadang, aku mengikuti bagaiamana cara Nora Seed berpikir akan keputusannya. Ketika Nora memutuskan untuk mencoba hidup lain yang ia kira akan berhasil, aku tanpa sadar juga mengamini hal yang sama. Namun, ketika karakter atau suasana lain datang aku juga akan mengikuti arusnya. seperti ketika Mrs Elm yang datang secara tiba-tiba memberikan nasihat-nasihat kecil kepada Nora, aku tanpa sadar juga ikut memikirkannya. Aku ikut mencari apa makna yang terkandung dalam ucapan tersebut dan terkadang mulai menyalahkan Nora akan keputusannya. Simpelnya, terkadang aku mengikuti cara berpikir Nora namun juga kadang menentang apa yang Nora lakukan.
Ending
Ending cerita ini termasuk ending yang paling dinanti-nanti pembaca, yakni ending yang memberikan potongan puzzle terakhir. Setelah ending, pembaca akan bisa merasakan insight dan pesan yang terkandung didalam buku ini.
Moral Value
Dari keseluruhan cerita, ada satu pesan yang paling penting dalam buku ini, bahwa
The game wasn’t over. No player should give up if there were pieces still left on the board. In chess, as in life, possibility is the basis of everything. Every hope, every dream, every regret, every moment of living. – hlm 138
Buku ini menyampaikan sebuah pesan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, seberapa kecil kesuksesan yang kita gapai, atau seberapa buruk kemalangan yang kita dapatkan, hal yang paling penting adalah kenyataan bahwa diri kita masih HIDUP. Semua kemungkinan, dari sukses kecil menjadi sukses besar, dari gagal menjadi sukses, semua itu masih mungkin terjadi ketika kita masih memijak bumi dan berjalan diatasnya. Jadi, selama kita masih hidup, itu artinya kehidupan kita masih akan terus berjalan dan segala kemungkinan dapat terus terjadi. Sekian review buku kali ini, semoga pesan yang disampaikan buku ini melalui ku bisa sampai dilubuk hati terdalam kalian. The last, Kehidupan kita adalah yang paling berharga dibanding apapun didunia ini, karna hanya diri kita sendirilah yang bisa kita miliki seutuhnya.
3 notes · View notes
bookiwanttoshare · 3 years
Text
Berani Tidak Disukai: Mengenal Lebih Jauh Tentang Teori Psikologi Adler
Tumblr media
Judul buku                  : Berani Tidak Disukai
Penulis                         : Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman          : 323
Tahun terbit                 : 2017
Apakah kebahagiaan adalah sesuatu yang anda pilih? Berani Tidak Disukai menyajikan jawaban secara sederhana dan langsung. Berdasarkan teori Alfred Adler, satu dari tiga psikolog terkemuka abad kesembilan belas selain Freud dan Jung, buku ini mengikuti percakapan yang menggugah antara seorang filsuf dan seorang pemuda. Dalam lima percakapan yang terjalin, sang filsuf membantu muridnya memahami bagaimana masing-masing dari kita mampu menentukan arah hidup kita, bebas dari belenggu trauma masa lalu dan beban ekspektasi orang lain.
***
Review Buku
Pola pembahasan di dalam buku ini cukup berbeda dengan kebanyakan buku nonfiksi yang pernah kubaca. Di buku nonfiksi lain, pembahasan difokuskan pada sub bab tertentu dengan penjelasan narasi yang ringan dan mudah dipahami. Namun, didalam buku ini, meski tetep terbagi dalam beberapa bab dan sub bab, tapi buku ini menyajikan penjelasan berupa dialog antara dua orang yakni “Pemuda” dan “Filsuf”. Jadi, saat mambaca buku ini kita seolah-olah sedang menyimak percakapan diantara keduanya. Karena penyajian yang demikian inilah penjelasan didalam buku ini cenderung mengalir. Selain itu, sanggahan dari sang pemuda nampaknya sangat mewakili isi pikiran dan perasaan pembaca sehingga pembaca seolah-olah berada pada posisi sang pemuada yang haus akan pencerahan dan pemahaman  dari sang filsuf. Overall, buku ini memang membahas sesuatu yang cukup berat. Namun, melalui kacamata sang pemuda, pembaca dapat mengikuti alurnya dengan pasti.
Resume Buku
Dasar pembahasan pada buku ini berdasar pada teori psikologi Alfred Adler. Buku ini mengajak kita untuk memahami lebih dalam lagi tentang teori Adler yang kurang tersoroti dibanding teori lain seperti yang dikemukakan oleh Freud dan Jung. Teori Adler ini terkenal dengan sebutan Teori Psikologi Individual, yakni teori yang mempercayai sesuatu yang disebut teleologi.
Teleologi adalah ilmu yang mempelajari tujuan dari suatu fenomena tertentu, ketimbang penyebabnya. - hlm 11
Atau dengan kata lain, teori Adler tidak menyoroti masalah sebagai suatu bentuk sebab akibat. Trauma tidak muncul akibat dari kejadian yang kita alami dimasa lalu, namun muncul akibat makna yang kita berikan terhadap pengalaman masa lalu tersebut.
Teori psikologi Adler bukanlah teori “psikologi kepemilikan, namun teori “psikologi manfaat”. Jadi, pernyataannya adalah “yang penting bukanlah apa yang menyertai seseorang sejak lahir, tapi bagaimana orang itu memanfaatkannya.” –hlm 122
Dalam buku ini pula, akan digali sedalam-dalamnya mengenai konsep inferior dan superioritas Adler. Dijelaskan bahwa perasaan inferior adalah perasaan seseorang dimana ia selalu merasa bahwa dirinya lebih rendah dan tidak berharga dibanding orang lain. Atau dalam kata lain minder. Sedangkan rasa superior adalah kebalikannya. Diantara kedua kata tersebut nyatanya memiliki beragam kekurangan dan kelebihan yang saling berhubungan.
Memiliki rasa Inferioritas memang terdengar sangat merugikan karena mencerminkan diri yang tidak berharga. Namun nyatanya, rasa ini justru dapat menjadi pendorong seseorang untuk mau berkembang. Karena merasa minder, seseorang akan berusaha untuk merubah dirinya menjadi superior.
Upaya meraih superioritas dan perasaan inferior bukanlah penyakit, namun memacu kerja keras dan pertumbuhan yang normal dan sehat. –hlm 69
Namun ada istilah lain yang dapat dikatakan sebagai kondisi abnormal dari rasa inferior. Istilah itu disebut kompleks inferioritas. Komplek inferioritas adalah kondisi dimana seseorang menggunakan rasa inferiornya sebagai alasan bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu.
Aku tidak punya pendidikan tinggi, jadi aku tidak bisa sukses –hlm 72
Seseorang menggunakan kondisi A sebagai pencegah bahwa ia tidak bisa melakukan B. Itulah komples inferioritas. Namun, disamping itu, sebagaimana ada inferior dan superior, maka ada juga kompleks inferioritas dan kompleks superioritas.
Kompleks superioritas ini muncul akibat orang tersebut memiliki kompleks inferioritas yang intens sehingga ia mulai menyangkal dirinya. Ia meyakini bahwa dirinya yang inferior adalah superior. Orang seperti ini biasanya terjebak pada perasaan superior yang semu. Orang dengan kompleks superior biasanya lebih sering membanggakan diri atas pencapaiannya dimasa lalu atau justru menyeret orang-orang yang menurutnya spesial disekelilingnya sebagai bukti bahwa dirinya superior.
Dalam masalah dikehidupan, sebenarnya inti permasalah setiap manusia terletak pada hubungan interpersonal. Bahkan perasaan yang muncul dari dalam diri individu sekalipun, disebabkan karena adanya hubungan interpersonal. Manusia secara alami tidak dapat hidup tanpa adanya hubungan intrapersonal tersebut kecuali dia hidup sendirian dialam semesta ini. Tentu itu hal yang mustahil. Lalu, apa sebenarnya tujuan dari hubungan intrapersonal tersebut?
Tujuan akhir hubungan intrapersonal ini adalah perasaan sosial. – hlm 240.
Ada 3 tahapan agar seseorang dapat mencapai perasaan sosial. Yang pertama adalah Penerimaan diri,
Jika seseorang tidak bisa melakukan sesuatu, dia bisa langsung menerima “dirinya yang tidak mampu” apaadanya, dan melangkah maju agar bisa melakukan apa yang bisa dilakukannya. – hlm 247
Yang kedua adalah keyakinan pada orang lain. Keyakinan disini sifatnya lebih dalam, keyakinan ini merujuk pada rasa yakin tanpa syarat sehingga seseorang dapat menganggap bahwa orang lain adalah kawannya dan bukan lawannya.
Dan, yang terakhir adalah kontribusi terhadap orang lain. Salah satu cara mencapai perasaan sosial adalah dengan membuat diri merasa berguna bagi orang disekitar.
Perasaan bahwa “aku bermanfaat bagi komunitasku” atau “aku berguna bagi orang lain” adalah satu-satunya hal yang bisa memberi orang kesadaran yang sesungguhnya bahwa dia bernilai. - 277
Terlepas dari teori-teori yang disampaikan dalam buku tersebut, dipaparkan pula terkait esensi dari rasa bahagia. Dalam buku berani tidak disukai ini ada beberapa langkah yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup dapat membahagiakan.
1.      Percaya bahwa mengakui kesalahan bukan berarti mengakui kekalahan
Banyak orang memiliki pemikiran sempit yang menyamakan mengakui kesalahan adalah bentuk mengakui kekalahan, padahal hal tersebut jelas salah. Pemikiran sempit tersebut justru akan membuat kita semakin terperosok kedalam lubang yang salah. Dengan mengakui kesalahan, kita dapat memperbaiki diri kita dan mendapat pelajaran agar kita tidak kembali melakukan kesalahan.
Hanya ketika melepaskan kacamata persaingan dan hal menang-kalah inilah kita bisa mulai mengoreksi dan mengubah diri kita sendiri –hlm 104
2.      Jangan Hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain
Kalau engkau tidak menjalani hidup demi dirimu sendiri, siapa yang akan menjalaninya demi dirimu? Engkau hanya bisa menjalani hidupmu sendiri. Dalam hal ini untuk siapa engkau menjalaninya, tentu saja, itu adalah dirimu. Lalu, kalau engkau tidak menjalani hidup untuk dirimu sendiri, siapa yang bisa menjalaninya selain dirimu? Pada akhirnya, kita hidup dengan memikirkan “Aku”. – hlm 135
3.      Pahami tugas hidupmu
Pahamilah mana sesuatu yang merupakan tugasmu dan mana yang bukan. Bagaimana caranya untuk dapat membedakan kedua hal tersebut?
Pikirkan, siapa yang nanti akan menerima hasil akhir yang muncul akibat pilihan yang diambil. -hlm 142
Ada juga cara lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan membedakan mana urusan yang dapat kita kendalikan dan mana yang bukan.
Apa yang orang lain pikirkan saat mereka melihat wajahmu—itu tugas orang lain, dan bukan sesuatu yang bisa kaukendalikan. –hlm 150
Hal terpenting demi hidup yang bahagia adalah menyederhanakan hidup. Atau, membuat hidup terasa lebih ringan. Salah satunya adalah dengan menyisihkan tugas diri kita dengan tugas orang lain.
4.      Jangan takut dibenci
Nyatanya, untuk merasa bebas, kita harus menjadi orang yang tidak disukai orang lain. Bagaimana pendapat mereka tentang apa yang kita lakukan adalah tugas mereka. Sekali kita bisa melepaskan diri dari kekhawatiran dibenci orang lain, sekali kita bisa melangkah lebih bebas, jauh, dan maju.
“Tidak ingin dibenci” barangkali adalah tugasku, tapi apakah orang ini atau orang itu menyukaiku atau tidak bukanlah tugasku. –hlm 171
5.      Anggap semua orang adalah kawan seperjuangan
Pahamilah bahwa hidupku, hidupmu dan hidup mereka itu berbeda. Kita tidak seharusnya membandingkannya apalagi menganggap hal tersebut adalah sebuah persaiangan dan selalu ada yang menang dan kalah. Hidup bukan hanya soal pencapaian, tapi juga tentang siapa yang bisa menikmati setiap prosesnya.
Akhir kata, penjelasan singkat dari buku ini pada dasarnya merujuk pada satu kalimat yang merupakan judul buku.
Kebebasan berarti berani tidak disukai orang lain. –hlm 168
Dan kebebasan dapat mendorong hidup yang sederhana dan membahagiakan. Selamat membaca, See you.
Tentang Penulis
Ichiro Kishimi lahir pada tahun 1956 di Kyoto, sekaligus tempat tinggalnya hingga saat ini. Ichiro telah bercita-cita menjadi seorang filsuf sejak ia SMA. Pada tahun 1989 saat mengambil spesialiasasi pada bidang studi filosofi klasik barat dengan berfokus pada filosofi plato, ia sudah meneliti tentang teori psikologi Adler, dia membuat berbagai tulisan dan makalha tentang topic ini serta memberikan konseling untuk anak-anak muda di klnik kejiwaan sebagai konselor bersertifikat dan menjadi konsultan bagi Perhimpunan Psikologi Adler di Jepang. Dia juga menerjemahkan beberapa karya terpilih Adler ke bahasa Jepang serta menulis beberapa buku.
Fumitake Koga lahir pada tahun 1973, dia adalah seorang penulis professional pemenang penghargaan yang telah merilis banyak karya tulid dibidang bisnis dan nonfiksi umum. Dia mengenal teori psikologi Adler di usia duapuluhan dan merasa sangat terpengaruhi. Setelahnya, Koga menemui Ichiro di Kyoto dan bersama-sama mengumpulkan esensi teori psikologi Adler dan mencatatnnya dalam bentuk dialog ala filsuf klasik seperti yang yang tersaji didalam buku ini.
0 notes
bookiwanttoshare · 3 years
Text
Am I There Yet?: Menelisik Perjalanan Liku Menuju Dunia Dewasa
Tumblr media
Judul buku : Am I There Yet?
Penulis                         : Mari Andrew
Penerbit                       : PT Bentang Pustaka
Jumlah Halaman          : 188
Tahun terbit                 : 2018
Dalam perjalanan menuju kedewasaan, Mari Andrew-seorang illustrator yang berbasis di New York, dengan lebih dari 840.000 followers di Instagram-melihat sekitar dan beberapa teman sebaya yang tampaknya sudah menemukan tujuan hidup mereka. Dia lalu bertanya kepada dirinya sendiri: Akankah kutemukan tujuan hidupku di kelas kuliah S-2? Di kantor? Di kota lain?
Sepanjang usia kepala dua, Mari selalu cemas tentang menemukan tujuan hidup, seolah-olah semua itu terkubur dalam sebuah peti harta karun, lengkap dengan peta untuk menemukannya. Namun, bagaimana jika tidak ada peta untuk memandu kearah yang dituju?
***
Review Buku
Umur 20, adalah umur diambang batas kedewasaan. Umur dimana euphoria keceriaan masa anak-anak dan remaja digantikan dengan pertanyaan-pertanyaan sakral seperti aku siapa? Apa yang akan aku lakukan? dan  bagaimana aku melakukannya? Umur 20 adalah sebuah perjalanan berbatu dan penuh liku. Dalam buku ini, Mari Andrew berbagi kisahnya kepada kita semua tentang bagaimana ia melewati umur krisis itu. Penyampaian cerita dalam buku ini sangat orisinil berdasarkan pengalaman hidup Mari Andrew. Melalui bukunya, Mari Andrew mengajak kita semua berpetualang dari satu tempat ketempat lain, bertemu banyak orang dan mendapatkan pelajaran dari setiap kejadian. Tak ketinggalan pula, buku ini dilengkapi dengan illutrasi karya Mari Andrew yang membuat suasana buku menjadi berwarna dan menarik. Selain itu, kita juga akan seringkali mengucap “Ah, aku juga kayak gitu” ketika membaca atau mengamati illustrasi karya Mari Andrew tersebut. Intinya, buku ini sangat menarik, menggungah pembaca dan penuh makna.
Resume Buku
Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang petualangan Mari yang dimulai dari menentukan “rumah”. Mari berpetualang ditempat-tempat baru untuk merasakan mana tempat yang akan dijadikannya “rumah”. Dari Mexico ke Lisbon, dari Berlin ke Granada, semua ia lakukan. Melalui petualangan itulah Mari mendapatkan banyak pelajaran. Dalam perjalanan itu Mari belajar istilah baru yaitu saudade dari seorang gitaris jalanan di Lisbon.
Saudade adalah perasaan syukur dan bahagia atas terjadinya sesuatu, tetapi pada saat yang sama muncul rasa dukacita karena sesuatu itu akan segera pergi dan tak akan terjadi lagi. –hlm 62
Tidak ada yang abadi di dunia ini, cepat atau lambat barang akan rusak dan silih berganti orang-orag disekitar kitapun pergi dan hilang. Setiap momen dalam hidup adalah saudade, maka dari itu kita harus mulai menghargai setiap momen yang kita jalani di setiap waktunya.
Saya mencintai hidup ini bukan karena saya harus mencapai sesuatu, melainkan mengalaminya. Hlm-44
Terkadang dalam hidup kita hanya terpaku pada tujuan yang ingin kita capai. Namun, sadarlah bahwa tujuan hidup itu tidak ada batasnya. Daripada memikirkan apa tujuan hidup kita, lebih baik kita cukup menjalani hidup ini. Lalu, saat menoleh kebelakang, kita akan menyadari sudah seberapa jauh kita melangkah.
I’m thankful everything sweet is sweet because it is finite. –hlm 121
Hal yang indah adalah hal yang terbatas. Sesuatu tidak akan nampak berharga sebelum kita kehilangannya. Atau, sesuatu itu nampak berharga ketika kita menyadari bahwa sebentar lagi sesuatu itu kan hilang.
Tahap akhir dari perkabungan adalah penerimaan. Penerimaan bukan berarti rasa dukamu hilang, melainkan pemahaman dan kesadaran bahwa kamu akan membawa duka it uterus sepanjang hidupmu. –hlm 102
Mari meluapkan rasa kehilangan Ayahnya untuk mencari teman kencan baru, berharap kehadirannya dapat menggantikan posisi Ayah dihatinya. Namun nyatanya, yang dibutuhkan Mari bukanlah kalimat penghibur, melainkan rasa penerimaan.
Pilihan adalah sebuah kemewahan dan andilnya besar untuk membuat kita bahagia. –hlm 123
Selama di Granada, Mari menderita kelumpuhan akan tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak sama sekali. Ketika itu ia baru menyadari bahwa kita seringkali mengabaikan esensi rasa syukur yang kita miliki. Seperti bersyukur karna bisa berjalan dengan kedua kaki atau bersyukur karna bisa melihat keindahan dunia. Dalam masa pemulihannya, Mari menyadari bahwa pilihan adalah sebuah kemewahan. Dalam kondisinya tersebut ia bahkan tidak bisa memilih antara harus mulai menulis atau menggambar sesuatu sebab ia bahkan tidak bisa memegang pena.
Terakhir, dalam buku ini Mari menuliskan beberapa hal yang ia pelajari dalam petualangannya menuju dunia orang dewasa
1. Tentukan gayamu sendiri
2. Bertemanlah dengan sakit hati
3. Berbuatlah sesuatu saat krisis melanda
4. Temukan batasmu. Yang paling penting adalah, kamu tidak akan pernah menemukan batasmu sebelum kamu jatuh
5. Hadirlah pada hari-hari penting sahabat atau rekanmu. Meski sepele namun hal itu akan membuatmu dihargai hingga selamanya
6. Temukan hobi untuk selamanya
Tentang Penulis
Mari Andrew adalah seorang seniman asal Seattle. Namun, baru-baru ini ia tinggal di New York City. Untuk lebih lanjutnya, kita bisa mengunjungi akun Instagram Mari Andrew yaitu @bymariandrew untuk mengenal sosoknya lebih dalam terutama tentang karya-karya tulis dan gambar ilustrasinya.
0 notes
bookiwanttoshare · 3 years
Text
Harry Potter and The Cursed Child
Tumblr media
Judul buku                  : Harry Potter and The Cursed Child
Penulis                         : J.K Rowling, John Tiffany & Jack Thorne
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman          : 384
Tahun terbit                 : 2018
Menjadi Harry Potter memang sulit dan sekarang pun tidak lebih mudah ketika ia menjadi pegawai Kementerian Sihir yang kelelahan, suami, dan ayah tiga anak usia sekolah.
Sementara Harry berjuang menghadapi masa lalu yang mengikutinya, putra bungsunya, Albus, harus berjuang menghadapi beban warisan keluarga yang tak pernah ia inginkan. Ketika masa lalu dan masa sekarang melebur, ayah dan anak pun mengetahui fakta yang tidak menyenangkan: terkadang kegelapan datang dari tempat-tempat yang tak terduga
***
Sinopsis
Buku kedelapan dari serial Harry Potter ini menceritakan kehidupan Harry dewasa dengan berbagai macam persoalan termasuk urusan pekerjaan, keluarga, serta kegelapan masa lalu. Cerita dimulai ketika Albus Severus Potter menempuh tahun pertamanya di Hogwart. Dengan menyandang nama Potter dibelakang namanya, Albus menjadi salah seorang yang paling dikenal. Namun, hal tersebut justru membuat Albus kecil tertekan, sebab semua orang mengira dirinya adalah kloning ayahnya. Situasi kian memburuk saat topi penentuan menyatakan bahwa Albus akan masuk ke kamar Slytherin. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu murid disana,
“ Wah! Seorang Potter? Di Slytherine.” – hlm 21
Hari-hari Albus di Hogwart nampaknya tidak pernah menarik. Bahkan saat ia pulang di hari libur pun tak pernah baik. Hubungan ayah dan anak itu semakin merenggang saat Harry Potter tanpa sengaja mengatakan sesuatu yang cukup untuk meluruhkan hati kecil Albus.
“Yah, Kadang kala aku berharap kau bukan anakku.” Hening. Albus mengangguk. Terdiam Sebentar. Harry menyadari apa yang telah dikatakannya. – hlm 45
Selain masalah keluarga, Harry Potter juga mengalami beberapa masalah pekerjaan. Sebagai pegawai Kementerian sihir bersama Harmonie Granger sebagai Menteri sihir, keduanya bertanggungjawab atas keamanan seluruh penyihir, termasuk memberantas para pemilik sihir hitam serta benda-benda terlarang seperti alat pembalik waktu yang dapat membahayakan apabila berada ditangan yang salah. Selain itu, bayangan masa lalu Harry potter juga masih terus mengikutinya. Meski Harry dikenal sebagai seorang pahlawan karena berhasil melenyapkan Voldemort. Namun, masih ada beberapa pihak yang tidak bisa menerimanya. Salah satunya adalah ayah Cedric Diggory, Amos Diggory yang tiba-tiba datang menemuinya dan meminta pertanggungjawaban Harry atas kematian putranya itu. Entah bagaimana berita mengenai pembalik waktu tersebut telah meluas dan Amos ingin Harry menggunakannnya untuk kembali ke masa lalu dan menyelamatkan Cedric. Lagi, Harry Potter juga kembali merasakan nyeri pada luka didahinya, pertanda bahwa kegelapan bisa saja kembali muncul.
Harry terbangun tiba-tiba. Menghela napas dalam-dalam di tengah malam. Dia menunggu sebentar. Menenangkan diri. Kemudian dia merasakan rasa sakit yang amat sangat, di keningnya. Di bekas lukanya. Disekelilingnya Sihir Hitam Bergerak. – hlm 51
Singkat cerita, permasalahan Harry dan Amos tersebut telah diketahui oleh Albus. Albus, bersama sahabat dekatnya, Scorpius Malfoy, anak Draco Malfoy beserta Delphi, keponakan Amos Diggory, mencoba mencuri pembalik waktu untuk menyelamatkan Cedric Diggory atas kemalangannya dimasa lalu.
Dari sini petualangan yang sesungguhnya baru dimulai. Adegan-adegan inti baru akan disuguhkan. Untuk mengetahui bagaimana petualangan Albus, Scorpius, dan Delphi dimasa lalu, dan bagimana kelanjutan ceritanya, teman-teman bisa baca dibukunya.
Tentang Penulis
Masih sama, hak cipta kisah Harry Potter ini di pegang oleh J.K Rowling. Hanya saja, buku kedelapan ini dirilis sebagai “edisi khusus latihan” bersama pementasan perdana di West End London pada musim panas 2016 yang disutradarai Jack Thorne dan penulis naskah John Tiffany. Oleh karena itu, buku ini berisi seperti adegan atau sin-sin didalam sebuah drama. Tidak banyak narasi latar yang disuguhkan didalamnya, cukup isi percakapan dan penjelsan situasinya saja. Jika anda adalah penggemar setia Harry Potter maka tanpa ada narasi latar pun anda pasti sudah mengetahui gambarannya didalam otak anda.
Cover
Pada dasarnya, cover buku serial Harry Potter yang sebelum-sebelumnya memiliki warna artistic yang menyerupai. Namun, khusus untuk buku kedelapan ini sampul bukunya bisa dikatakan agak dan bahkan berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Mungkin karena cerita dalam buku ini bisa dikatakan sebagai episode tambahan atau episode bonus. But overall, illustrasi dalam sampul buku ini cukup mewakili aura dari judul buku , lengkap dengan penulisan “Harry Potter” yang dihightlight seperti biasanya.
Genre
Sama seperti serial sebelum-sebelumnya, genre buku ini adalah fiksi fantasy. Sebab menceritakan dunia yang berbeda, yakni dunia sihir. Dunia dalam buku ini digambarkan memiliki alat-alat yang diluar nalar seperti pembalik waktu. Serta kemampuan sihir yang jelas tidak mungkin dimiliki manusia.
Plot
Masa kini, masa lalu, masa kini lagi, masa lalu lagi, begitu seterusnya. Ya, alur dari buku ini adalah campuran. Inti cerita buku ini adalah mengenai pembalik waktu. Jadi, sudah jelas bahwa alur dalam ceritanya adalah maju mundur.
POV
Dalam hal sudut pandang, seperti yang telah disebutkan bahwa buku ini layaknya naskah skrip drama, maka sudut pandangnya adalah orang ketiga. Seolah-olah penulis adalah penata panggung dan scene dalam cerita tersebut.
Character
Karakter-karakter dalam buku ini seperti Harry Potter, Ron Weasley, Harmonie Granger, Ginny Weasley, dan Draco Malfoy nampaknya tidak jauh berbeda bahkan sama seperti buku-buku sebelumnya hanya saja mereka menjadi agak lebih dewasa, tentu saja. Kecuali hubungan Draco Malfoy yang menjadi baik dengan Harry Potter karena anak mereka terjebak dalam lingkaran persahabatan serta berbagi insiden yang sama. Yang menjadi sorotan disini adalah kemunculan tokoh-tokoh baru yang belum pernah muncul sebelumnya. Seperti Albus Severus Potter dan Scorpius Malfoy. Keduanya adalah sahabat akrab sekaligus tokoh penggerak dalam cerita ini. Berikut ini adalah bukti yang saling bertolak belakang diantara mereka
Albus
“Kami siap menghadapi bahaya.”
Scorpius
“Benarkah kita siap?” – hlm 74
Meskipun begitu, Scorpius tetap akan mengikuti apapun keputusan Albus meski dengan enggan. Yang tentunya akan berujung pada masalah besar. Selain itu, tokoh lain yang tak kalah eksis dalam buku ini adalah Delphi Diggory. Wanita ini juga ikut Albus dan Scorpius menjelajah ke masa lalu untuk menyelamatkan sepupunya, Cedric Diggory. Sisanya, adalah tokoh lama dalam buku serial Harry Potter.
Gaya bahasa
Penggunaan bahasa dalam buku ini cukup mudah dimengerti. Selayaknya buku terjemahan, suasana pemaparan cerita agaknya terasa berbeda. Namun, terlepas dari hal tersebut, buku ini sangat nyaman untuk dibaca.
Feeling
Perasaan yang disalurkan dalam buku ini adalah perasaan-perasaan seperti kebencian, ambisi, dan keinginan untuk diakui yang secara jelas digambarkan dalam tokoh Albus. Serta suasana dunia sihir yang agaknya terasa mencekam seolah terbayang-bayang bahaya yang entah datang dari mana dan kapan saja. Selain itu, perasaan seperti perasaan keakraban persahabatan serta kehangatan keluarga juga tidak hilang begitu saja didalamnya.
Ending
Ending dalam cerita ini bisa dikatakan memuaskan. Yah, aku yakin itu. Siapapun yang membaca buku ini hingga tamat akan merasa lega tanpa ada keganjilan. Oleh karena itu, aku yakin kalian tidak akan menyesal membaca buku ini. Selamat membaca. See you.
3 notes · View notes
bookiwanttoshare · 4 years
Text
Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 : Sebuah Kisah Misoginis
Tumblr media
Judul buku                  : Kim Ji-yeong Lahir 1982
Penulis                         : Cho Nam-joo
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman          : 192
Tahun terbit                 : 2019
Kim Ji-yeong adalah anak perempuan yang terlahir dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki, yang menjadi bulan-bulanan para guru pria di sekolah, dan yang disalahkan ayahnya ketika ia diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.
Kim Ji-yeong adalah mahasiswi yang tidak pernah direkomendasikan dosen untuk pekerjaan magang di perusahaan ternama, karyawan teladan yang tidak pernah mendapat promosi, dan istri yang melepaskan karir serta kebebasannya demi mengasuh anak.
Kim Ji-yeong mulai bertingkah aneh.
Kim Ji-yeong mulai mengalami depresi.
Kim Ji-yeong adalah manusia yang memiliki jati dirinya sendiri.
Namun, Kim Ji-yeong adalah bagian dari semua perempuan di dunia.
***
Sinopsis
Kim Ji-yeong, Jeong Dae-hyeon dan Jeong Ji-won, adalah sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah apartemen dengan biaya sewa bulanan yang tidak bisa dikatakan murah. Ditambah, semenjak mereka memiliki Jeong Ji-won, Kim Ji-yeong diharuskan meninggalkan pekerjaan yang amat disukainya untuk merawat dan mengasuh Jeong Ji-won.
"Selain itu, praktik umum selama ini adalah suami bekerja dan istri membesarkan anak."  - hlm 143
Meski menjadi ibu rumah tangga kelihatan menyenangkan karena tidak perlu bekerja banting tulang, Kim Ji-yeong justru merasa tertekan. Pada nyatanya, menjadi Ibu rumah tangga bukan berarti hanya akan bermain-main dengan anak dirumah. Melainkan mengganti popok, memandikan, memberi makan, menidurkan dan menyusui. Belum lagi ada banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan secara bersamaan seperti mencuci baju, mengepel, menyapu, mencuci piring, dan masih banyak lagi. Kim Ji-yeong sangat-sangat menyayangkan pekerjaannya sehingga semua yang ia lakukan sekarang nampak memberatkannya. Dari sanalah kemudian Kim Ji-yeong mulai bertingkah aneh. Ia seringkali berperilaku layaknya orang tua, anak kecil atau bahkan orang lain.
"Sejenak Jeong Dae-hyeon menatap istrinya dengan perasaan geli sekaligus heran, lalu ia menarik tangan istrinya,  mengeluarkan jarinya dari mulut. Kim Ji-yeong mengecap-ngecapkan lidah seperti anak kecil, dan tetap tertidur pulas." -hlm 10
Pada puncaknya, yaitu pada saat perayaan chuseok, di rumah Jeong Dae-hyoen, Kim Ji-yeong kembali berperilaku aneh dan bahkan menyinggung orang tua Jeong Dae-hyoen dengan berkata kasar. Dari kejadian itu, Jeong Dae-hyeon pun kemudian meminta Kim Ji-yeong menemui psikiater dengan alasan bahwa ia kesulitan tidur. Kim Ji-yeong pun menyetujuinya.
Kemudian, dari sini kita akan langsung dibawa untuk menyelami masa lalu Kim Ji-yeong. Ayah Kim Ji-yeong adalah seorang pegawai PNS rendahan. Sedang Ibunya adalah ibu rumah tangga yang mengurus tiga orang anak, Kim Ji-yeong, kakak perempuannya, adik laki-lakinya, sekaligus juga ibu mertua alias nenek Kim Ji-yeong. Melalui kisah masa lalu ini kita akan diajak untuk menyadari bagaimana laki-laki selalu lebih diistimewakan ketimbang perempuan. Lebih mirisnya lagi, praktik ini seolah-olah telah terjadi secara turun temurun sehingga banyak para nenek yang pada dasarnya adalah bagian dari kaum perempuan juga ikut melakukan hal serupa.
“Sulit sekali menggambarkan nada suara, sorot mata, gerakan kepala, posisi bahu, dan tarikan napas nenek mereka menjadi satu kalimat, tetapi gambaran yang paling mendekati adalah nenek mereka seolah-olah menyatakan, Berani-beraninya kau mengambil barang milik cucu laki-laki kesayanganku?" - hlm 22
"Banyak guru yang memilih lima atau enam orang anak perempuan yang pintar untuk melakukan tugas-tugas tertentu, menilai, atau memeriksa PR semua orang ..., tetapi ketika mereka memilih ketua kelas, mereka selalu memilih anak laki-laki."  - hlm 44
Selain itu, dalam buku ini pula kita akan diberitahu aspek-aspek lain seperti kondisi ekonomi, lingkungan sosial serta ranah pendidikan yang ditempuh Kim Ji-yeong. Bagaimana perjuangan Kim Ji-yeong sampai ia bisa diterima bekerja pada salah satu agensi humas. Dan bagaimana pada akhirnya Kim Ji-yeong harus melepas semuanya untuk menjadi Ibu rumah tangga dan merawat anaknya.
“Walaupun pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, tidak mengubah dunia, dan tidak membuatnya berhasil mendapatkan apa pun yang diinginkannya, ia tetap merasa masa-masa itu adalah masa-masa yang menyenangkan”  - hlm 145
Sedang pada bab terakhir buku ini, sudut pandang akan dialihkan pada sudut pandang sang penulis buku yang berprofesi sebagai psikiater yang menangani kasus Kim Ji-yeong. Bagaimanakah akhir dari cerita Kim Ji-yeong? Kalian harus membacanya dibuku ya teman-teman. XD
Tentang Penulis
Untuk bagian ini aku cukup ambil info di halaman akhir buku ya teman-teman. Jadi, Cho Nam-joo ini lahir pada tahun 1978 di Seoul. Setelah lulus dari fakultas sosiologi, Universitas Ewha, ia bekerja selama sepuluh tahun sebagai penulis program TV terkait isu-isu terkini seperti PD Note, Consumer Report (Complaint Zero),  Live This Morning.
Cover
Satu hal yang bisa aku katakan saat pertama kali melihat sampul buku ini yaitu, lelah. Emosi yang ditunjukkan dalam sampul ini adalah emosi seolah kita telah melakukan pekerjaan berat, tapi tak satupun orang yang menghargai kerja keras kita. Garis mata yang redup dan garis bibir yang datar membuat kita ikut merasakan bagaimana rasanya kehilangan harapan. Lagi, menurutku, sampul buku ini sudah sangat relevan dengan isi buku. Gambar wanita pada sampul itu secara tidak langsung telah menggambarkan paras Kim Ji-yoeng. Sampul buku dengan gambar abstrak face women ini benar-benar seperti karya seni watercolor art yang sangat menawan dan penuh perasaan. Jika saja sampul ini ada pada  pameran seni, mungkin aku akan menawarnya untuk dibeli.
Genre
Bagiku buku ini bukan sekedar buku fiksi dengan kisah menarik, tapi juga mengandung makna-makna mendalam serta topik-topik yang menarik. Bisa kukatakan genre dari buku ini adalah fiksi dengan sub genre kesehatan mental, feminisme, seksisme, misoginis dan partiarki. Namun, terkadang aku menganggap buku ini adalah biografi Kim Ji-yeong, karena buku ini sebagian besar mengisahkan perjalanan hidup Kim Ji-yeong dari saat ia kecil hingga saat ini.
Plot
Campuran, adalah plot yang digunakan penulis dalam menuliskan karya ini. Dalam bab awal kita akan langsung disuguhkan klimaks cerita mengenai kehidupan Kim Ji-yeong yang ia jalani saat ini. Namun kemudian, kita akan dibawa kembali ke masa lalu. Pada masa kecil Kim Ji-yeong dan bagaimana kehidupan Kim Ji-yeong sebelum ia menjadi Kim Ji-yeong yang sekarang ini. Kita akan diajak bernostalgia menapaki setiap perjalanan hidup yang dijalani Kim Ji-yeong atau bahkan keluarganya. Barulah, diakhir cerita kita akan kembali difokuskan pada konflik yang terjadi dan penyelesaiannya.
POV
Untuk sudut pandang, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga yang mana dalam buku ini penulis berperan sebagai psikiater yang menangani kasus Kim Ji-yeong. Jadi, secara keseluruhan, kita seolah mendengar kisah hidup Kim Ji-yeong dari cerita yang disampaikan oleh sang psikiater tersebut. Kim Ji-yeong yang menuruti suaminya untuk bertemu psikiater, meski tidak mudah untuk membuka kisah masa lalunya, tetap menceritakan hal tersebut kepada sang psikiater yang kemudian kita bisa mendengar kisah Kim Ji-yeong ini dari psikiater tersebut. Asyik sekali, kita merasa seolah-olah sedang membaca orang yang sedang menceritakan sebuah kisah. Apa kalian pernah melihat kontes story telling? Jika pernah, bayangkan saja seorang psikiater sedang mengikuti kontes itu dan berdiri diatas panggung seraya membawakan kisah Kim Ji-yeong. Apa kalian tertawa membayangkannya? Aku sih sedikit.
Character
Titik fokus dari buku ini jelas saja Kim Ji-yeong sendiri. Semua tokoh yang ada didalamnya merupakan orang-orang yang berada di lingkaran hidup Kim Ji-yeong sendiri. Keluarganya, teman-temannya, suaminya, anaknya, dan orang-orang lain yang Kim Ji-yeong pernah temui. Di buku ini, karakter Kim Ji-yeong digambarkan sangat umum sehingga pembaca bisa menyamakan diri mereka dengan watak yang dicerminkan Kim Ji-yeong.
Sedangkan tokoh laki-laki dalam buku ini dikisahkan memiliki watak yang buruk, meskipun dalam waktu tertentu mereka nampak baik. Tentu saja hal ini relevan dengan topik yang dibahas dalam buku ini. Keadaan dibuat sedemikian rupa sehingga laki-laki selalu dibuat lebih unggul dan perempuan selalu disalahkan atau diremehkan.
"Hati-hati dengan ucapanmu, karena itu bisa menjadi kenyataan. Tidur saja. Jangan berkata tidak-tidak" -hlm 26
Ucap Ayah Kim Ji-Yeong saat Ibu Kim Ji-yeong bertanya tentang bagaimana jika anak ke empat mereka tetap perempuan.
Juga, ketika perusahaan tempat Kim Ji-yeong dulu bekerja terkena masalah pemasangan kamera dikamar mandi wanita, seorang karyawan wanita menegur sang direktur untuk meminta keadilan dan supaya pekerja lelaki yang melakukan pelecehan tersebut dilaporkan. Sang direktur yang adalah seorang pria mengatakan,
"Apa yang akan terjadi pada perusahaan ini kalau semua orang sampai tahu? Semua karyawan pria memiliki keluarga dan orang tua. Kita tidak mungkin merusak kehidupan mereka, bukan? Bagaimanapun, kalian para wanita juga akan dirugikan apabila semua orang tahu foto-foto klian tersebar luas." -hlm 156
Saat Kim Ji-yeong duduk menikmati waktu luangnya sambil menunggui Jeong Ji-won yang tidur di kereta dorong sambil minum kopi, seorang pria duduk tidak jauh dan mengatakan,
"Aku juga mau punya suami yang bekerja sehingga aku bisa berjalan-jalan santai sambil minum kopi" - hlm 164
Tokoh lain yang menjadi sorotan adalah nenek Kim Ji-yeong. Dalam buku ini nenek digambarkan sebagai sosok yang konservartif dan masih berpegangan pada budaya lama, termasuk lebih mengunggulkan kaum laki-laki dibanding kaumnya sendiri.
"Aku punya empat anak laki-laki, karena itu aku bisa makan makanan yang diberikan anakku dan bisa tidur di rumah yang disediakan anakku. Walaupun anakku mungkin tidak kaya, aku tetap bisa mendapatkan semua itu karena aku punya empat putra." - hlm 25 (padahal anak perempuannyalah yang bekerja banting tulang membiayai pendidikan putra-putranya)
Sedang tokoh perempuan lain dalam buku ini menjadi tokoh yang paling bermasalah dan banyak dirugikan. Saat itu, ketika Kim Ji-yeong pulang dari kursus dan diikuti oleh seorang lelaki yang tidak dikenalnya, Kim Ji-yeong justru dimarahi ayahnya.
"Kenapa ia harus kursus ditempat sejauh itu? Kenapa ia berbicara kepada sembarang orang? Kenapa ia memakai rok sependek itu? Ia harus banyak belajar. Ia harus berhati-hati, harus berpakaian pantas, harus bersikap pantas. Ia harus menghindari jalan yang berbahaya, waktu yang berbahaya, dan orang yang berbahaya. Kalau ia sampai tidak sadar dan tidak menghindar, maka ia sendiri yang salah." -hlm 65
Gaya bahasa
Buku ini menggunakan gaya bahasa semi formal yang nyaman dibaca. Karena tema buku yang bisa dinilai agak berat dan memiliki banyak penjelasan dengan sumber tertulis, membuat pemilihan bahasa semi formal cocok untuk diaplikasin pada buku ini. Sejauh ini, aku sama sekali tidak menemukan adanya typo atau kalimat yang membuatku bingung. Andai ada typo, kurasa itu sama sekali tidak mengganggu karena aku bahkan tidak menyadarinya selama membaca buku ini. Oh ya, dan kupikir aku juga harus berterimakasih kepada penerjemah yang menerjemahkan buku ini. Aku sedikit punya pengalaman membaca buku terjemahan lain yang terjemahan bahasanya susah kumengerti.
Feeling
Suasana yang dipancarkan ketika kita membaca tiap lembar buku ini adalah suasana  yang menurutku selalu suram meski pada kenyataannya ada beberapa keberhasilan yang dicapai oleh tokoh dalam buku tersebut.  Meski para tokoh mendapat apa yang mereka inginkan, pembaca akan tetap dibuat tidak yakin dengan hal itu dan terus-menerus bertanya dan menunggu apakah ada hal lain lagi yang yang bisa menghancurkan impian itu.  Menurutku, hal ini bukanlah sebuah kekurangan, tapi ini adalah sebuah bentuk kepandaian penulis dalam memberi kesan pada buku ini. Pantas saja suram, bukankah penulis memang sedang menelusuri masa kelam Kim Ji-yeong? Tentu saja ini adalah wajah dari buku ini.
Ending
Demi apapun ending kisah Kim Ji-yeong sangat tidak bisa di percaya. Menurutku ada sedikit plot twist diakhir yang bisa membuat pembaca ingin mengumpat, termasuk aku. Saking epiknya pembawaan sang penulis, pembaca akan dibuat tercengang ketika membaca kalimat terakhir buku ini. Overall, endingnya sangat mencerminkan realitas dan membuat kita menampar diri sendiri untuk kembali menyadari hal yang sempat kita lewatkan dan lupakan.
Similarity
Aku tidak akan mengatakan jika cerita ini sama dengan cerita tertentu. Tentu saja cerita ini sangat orisinil. Namun, keserupaan cerita ini dengan beberapa cerita yang pernah kubaca tidak bisa aku lewatkan begitu saja. Pada bab awal buku, saat Kim Ji-yeong digambarkan bisa berubah kepribadian, terkadang menjadi orang tua, anak kecil, atau bahkan orang lain, aku sempat memikirkan buku lain dengan judul "24 Wajah Billy" atau "24 Billy's face". Dalam kedua buku itu sama- sama digambarkan bagaimana kepribadian seseorang bisa sangat berubah dalam waktu sekejap tanpa disadari orang itu sendiri. Jujur saja Aku sangat terkesan dengan pemaparan kasus ini, Aku merasa mendapat pencerahan setelah membaca buku teori psikologi yang sedikit banyak membuatku kesulitan memberi gambaran dalam kasus psikologi kepribadian ganda atau sejenisnya. Meskipun di buku Kim Ji-yeong disampaikan bahwa hal yang dihadapi Kim Ji-yeong adalah depresi pascamelahirkan yang berubah menjadi depresi pengasuhan anak, akan tetapi kasus kepribadian yang berubah-ubah itu selalu mengingatkanku pada kedua buku ini. Bedanya, 24 Wajah Billy lebih menitik beratkan pada kasus multiple personality yang mengacu pada kriminalitasnya, sedang Kim Ji-yeong pada pengalaman misoginisnya. Selain itu, perubahan personality yang dimiliki Billy cenderung tetap dan memiliki identitasnya masing-masing. Sedangkan Kim Ji-yeong hanya sekedar berubah secara general seperti menjadi anak kecil, orang tua atau meniru orang lain.
Karya lain yang serupa namun tak sama adalah The Handmaid's Tale, sebuah buku yang kemudian diangkat menjadi drama series dengan judul yang sama. The Handmaid's Tale ini mengisahkan tentang bagaimana para wanita yang subur akan kehilangan semua identitasnya kecuali melayani tuannya dalam hal 'beranak'. Para perempuan ini akan selalu hidup layaknya barang yang dimiliki oleh tuannya. Dalam buku ini, setiap perempuan yang menjadi handmaid pasti akan kehilangan seluruh kebebasan dan haknya sebagai perempuan. Baik handmaid dan Kim Ji-yeong, keduanya menceritakan tema yang sama yaitu diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Film
Selain buku, Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 ini juga telah difilmkan. Film ini dibintangi oleh Goo Yoo sebagai Jeong Dae-hyeon dan Jung Yu-mi sebagai Kim Ji-yeong. Film ini rilis pada 23 Oktober 2019 di bioskop Korea Selatan. Sedang di Indonesia, film ini dirilis pada 20 November 2019. Aku sendiri sebenarnya telah menonton film Kim Ji-yeong terlebih dahulu sebelum membaca bukunya. Aku tertarik membaca buku Kim Ji-yeong setelah menonton filmnya.  Baik buku atau film, keduanya sama-sama bagus, nuansa keduanya benar-benar sama. Acting para pemain juga baik sekali sehingga bisa membawakan peran sesuai karakter tokoh yang diperagakan. Bahkan aku berkali-kali berdecak kagum pada Jung Yu-mi yang begitu mendalami peran Kim Ji-yeong. Aku masih ingat sekali bagaimana aku bisa langsung menangkap kondisi psikologis yang dialami Kim Ji-yeong saat menatap Jung Yu-mi pada adegan pertama film. Meski begitu, tentu saja, pemaparan di film tidak akan sebanyak dan sedetail di buku. Jika kalian membaca buku lalu menonton film, mungkin kalian akan sedikit merasa hampa karena banyak part-part yang akan di potong. Hal seperti itu memang lumrah terjadi. Tidak mungkin film berdurasi 1-2 jam bisa memuat seluruh isi buku. Tapi, karena aku menonton film lalu membaca buku, aku bukannya merasa hampa tapi merasa terlengkapi. Hal-hal yang aku bingungkan di film bisa kumengerti saat aku membaca bukunya.
Controversy
Dilansir dalam salah satu blog gramedia.com, buku Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 ini juga sempat menuai kontroversi lantaran membahas topik feminisme yang dianggap tabu di Korea Selatan. Beberapa Idol K-pop yang membaca buku ini seperti Irene Red Velvet juga sempat dikecam. Selain itu, pemeran utama film, yaitu Jung Yu-mi juga mendapat protes karena dinilai membela gerakan feminisme yang bertolak belakang dengan konsep patriarki yang selama ini berlaku. Bahkan Setelah buku itu terbit, kaum pria di sana membuat sebuah projek crowdfunding untuk memproduksi buku tandingan dengan judul Kim Ji Hoon Born 1990. Namun pada akhirnya, projek tersebut ditarik. Belum lagi aksi #MeToo atau di Korea Selatan dikenal dengan #WithYou yang meresahkan kaum pria Korea Selatan.
Meski sempat menggemparkan, pada nyatanya buku ini menjadi salah satu buku paling best seller mengalahkan buku karya Shin Kyung Sook yang berjudul Please Look After Mom, yang rilis pada 2009. Buku Kim Ji-yeong ini telah diterjemahkan dalam 16 bahasa dan terjual lebih dari satu juta kopi. Lagi, terlepas dari segalanya, bagiku buku ini sangatlah menginspirasi, buku ini seolah sebuah pintu yang yang menuntun kita pada dunia dengan perspektif yang berbeda yang menyadarkan kita akan nilai-nilai kehidupan yang sempat kita sisihkan. Jadi, bagaimana teman-teman, apa kalian tertarik membaca buku ini? Aku berharap kalian termasuk dalam satu juta lebih orang yang membaca buku ini. See you.
5 notes · View notes