Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
7 Fakta Menarik tentang Roti Jala
Roti Jala – Pantau/youtube/tasty Roti jala, hidangan tradisional Indonesia yang terkenal dengan bentuk jala unik, menyajikan rasa gurih dan tekstur lembut yang menggoda. Dikenal luas di Sumatra dan Malaysia, roti jala sering disajikan dengan kuah kari atau sambal. Nikmati pengalaman kuliner Indonesia yang kaya rasa dengan mencoba roti jala dalam petualangan wisata kulinermu! Indonesia, negeri…
0 notes
Text
Exploring Curug Batu Gede Cisuren: Panduan Wisata Alam di Bogor
#bogor#Cisuren#Curug Batu Gede#curug cilember#gunung pangrango#Indonesia#jawa barat#kebun teh#Travel#travelling#wisata alam
0 notes
Text
6 Aktivitas Seru di Ciasmara Bogor: Pemandian Air Panas, Camping, dan Aktivitas Alam
#air terjun#bogor#camping#Ciasmara#Ciasmara Kelapa 3#curug#Indonesia#jawa barat#kemping#sungai#terrasering#Travel
0 notes
Text
Camping Liwetan di Curug Cihurang Gunung Bunder
Curug Cihurang di Gunung Bunder, Bogor, menawarkan lebih dari sekadar pemandangan alam yang menakjubkan. Camping di alam, masak nasi liwet, bermain air terjun, hingga berkumpul di sekitar api unggun dengan teman-teman atau keluarga. Kalau ini jadi alasan kamu buat me time bareng teman-teman, camp ground ini bisa jadi pilihan sempurna. Packing yuk!*** Curug Cihurang yang terletak di Taman…
1 note
·
View note
Text
7 Alasan Mengapa Situgunung Sukabumi Jadi Destinasi Liburan Terbaik
#Curug Sawer#danau Situgunung#Indonesia#Jembatan Gantung Situgunung#Jembatan merah#Keranjang Sultan#Lembah Purba Situgunung#Situgunung Sukabumi#sukabumi#trekking#wisata
0 notes
Text
5 Hidangan Khas Palembang Tanpa Santan

View On WordPress
0 notes
Text
Camilan Ikan di Kota Musi Palembang yang Wajib Dicoba
Berwisata ke Palembang tidak lengkap tanpa mencicipi aneka kuliner khasnya. Kota yang dikenal dengan Sungai Musi ini bukan hanya menawarkan pesona wisata sejarah dan budaya, tetapi juga kaya akan hidangan berbahan dasar ikan yang menggugah selera. Pempek mungkin yang paling terkenal dan selalu diingat para pelancong, namun tahukah Anda bahwa masih banyak camilan khas lainnya yang tak kalah…
#burgo#celimpungan#Indonesia#Kota Musi#kuliner#kuliner Indonesia#kuliner palembang#kuliner Sumsel#laksa#martabak HAR#mie celor#model gandum#model ikan#pempek#pindang patin#rujak mie#tekwan
0 notes
Text
Curug Sukamantri Bogor: Trekking Santai Kaum Introvert
30 Minutes Curug Tracking Butuh melarikan diri dari keramaian kota? Curug Sukamantri di Bogor menawarkan trekking seru di alam yang masih asri, dengan suara gemericik air terjun yang menenangkan. Harga tiket terjangkau dan akses mudah, curug ini cocok untukmu si introvert yang mencari petualangan ringan, relaksasi di tengah alam, dan jauh dari keramaian kota. *** doc pribadi Curug Sukamantri…
#bogor#camp ground#curug#Curug Sukamantri#explore#Indonesia#introvert#tracking#travel#travelling#trekking
0 notes
Text
Lautan Surga di Halmahera Barat (2)

View On WordPress
0 notes
Text
Pantai Eksotis di Halmahera Barat (1)

View On WordPress
0 notes
Text
Memotret dari batas pagar. Doc pribadi.
Menjelajahi Semarang sebagai salah satu kota wisata, ada saja kaitannya dengan legenda ya? Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang memberi inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda Kota Semarang, tanpa direncanakan juga menjadi daftar perjalanan saya. Sudah berapa kali ya main kesana?
***
Main ke Sam Poo Kong. Bareng lagi sama Dinda (BPI Jabodetabek), dan ditemani Reikha juga Den dari Backpacker Semarang. Doc Dinda
Sam Poo Kong dan Kedatangan Cheng Ho
Langit masih saja putih hari itu, menemani perjalanan saya bersama Dinda Bekti (BPI Jabodetabek), Reikha (Backpacker Semarang) juga Den (Backpacker Semarang). Bulan-bulan menjelang akhir tahun, agak jarang mendapat langit biru. Atau memang Semarang sedang menikmati sendu merindu ya? Tapi gerah.
Klenteng ini tiap tahunnya mengadakan upacara ritual hari ulang tahun Sam Poo Tay Djien yang bertepatan tanggal 29 Lak Gwee penanggalan Tionghoa. Sam Poo Tay Djien adalah orang yang membangun Klenteng Gedung Batu (Sam Poo Kong). Upacara ritual akan diawali dengan pawai dari Klenteng Tay Kak Sie Gang Lombok menuju ke Klenteng Sam Poo Kong.
Disebut Gedung Batu, karena merupakan Goa Batu besar yang ada di bukit batu. Di dalam goa batu, diletakkan altar dan patung-patung Sam Poo Tay Djien untuk bersembahyang atau berziarah.
Kami memasuki klenteng yang didominasi warna merah ini. Tiap bangunannya, merah tersebut menjadikan cerah pada langit yang memutih. Pandanganku pun memerah, menangkap tiap objek di sekitar klenteng ini.
Hampir di berbagai tempat terlihat patung-patung bertema dan mempunyai kisah. Lampion-lampion merah pun tampak bergelantungan menambah kekentalan tradisi di dalam klenteng tersebut. Juga aroma dupa tentunya.
Lampion pencerah hari. Doc pribadi
Klenteng Gedung Batu Sam Poo Kong ini, menjadi tempat persinggahan dan pendaratan pertama Laksamana Tiongkok bernama Zeng He/Cheng Ho yang disebutkan beragama Islam. Ia dan awak kapalnya yang sakit, beristirahat kemudian berlindung di sebuah goa di pantai utara Semarang.
Laksamana Cheng Ho melanjutkan pelayarannya dengan sebelumnya mengajarkan bercocok-tanam dan (kembali disebutkan) menyebarkan ajaran Islam. Perkembangan etnis terjadi ketika awak kapalnya yang tinggal di Simongan, kawin dengan penduduk setempat.
***
Klenteng Sam Poo Kong, utama. Khusus tempat berdo’a. Doc pribadi.
Bangunan Klenteng Sam Poo Kong
Halaman Klenteng Sam Poo Kong ini sangat luas. Conbloknya memenuhi semua pijakan halaman. tak terkecuali di depan klenteng-klenteng yang ada di sana. Beberapa pohon-pohon kecil, tampak menghijaukan bagian dari klenteng.
Renovasi klenteng berarsitektur khas China ini, dilakukan sejak 2002. Pada saat saya kesana juga tengah dilakukan renovasi. Bukan perombakan, namun pembangunan patung besar.
Sudah keempat kalinya berkunjung, selalu saja berbeda. Waktu pertama datang, 2012 ketika hitchhike, hanya bisa melihat dari luar saja, karena waktu berkunjung sudah habis. Dua kali berkunjung, selalu kemalaman. Bisa benar-benar masuk ke dalam itu, di kunjungan ketiga dan keempat.
Kami berjalan-jalan di sekitar Sam Poo Kong. Dari arah pintu masuk, terlihat empat titik bangunan. Keempatnya adalah bangunan klenteng, yaitu Klenteng Dewa Bumi, Klenteng Juru Mudi, Klenteng Sam Poo Kong Tay Djien dan Klenteng Kyai Jangkar.
Fungsi dari masing-masing klenteng ini pada dasarnya sama, sembahyang dan memuja. Peruntukkan pada dewanya saja yang berbeda.
This slideshow requires JavaScript.
Dari pintu masuk, sebelah kanan ada bangunan klenteng. Hanya orang-orang yang akan bersembahyang saja bisa masuk ke dalamnya. Dan untuk ke klenteng itu, kita harus membayar biaya masuk.
Klenteng tersebut adalah bangunan utama Klenteng Sam Poo Kong. Di belakang klentengnya, terdapat inskripsi tiga bahasa (Inggris, China dan Indonesia) yang bisa Anda baca untuk mengetahui kisah kedatangan dan perjalanan Laksamana Cheng Ho ke Semarang.
Warna-warni tampak lebih jelas di klenteng utama. Selain hijaunya pepohonan dan rerumputan, ada pula bunga-bunga. Belum lagi ditambah gemericik air dari kolam ikan yang bersih di depannya. Kolam itu membatasi antara klenteng tempat sembahyang dengan saya berdiri, hanya memandang dari luarnya.
Penasaran sih, tapi kalau masuk, terkesan mengganggu orang yang sedang berdoa. Karena hari itu, cukup banyak saya lihat orang yang masuk untuk memanjatkan doa.
Batasnya berdiri saya tuh… Candid by Den.
Sibuk cari angle. Doc by Den/Reikha
Kemudian, klenteng yang juga lumayan besar, terdapat di sebelah klenteng utama. Tidak terlalu terlihat aktifitas disana, karena memang masih satu lokasi dengan klenteng utama. Pembatasnya juga sama. Saya hanya bisa memotretnya dari luar pagar.
Selanjutnya, klenteng di hadapan. Bangunan sederhana dengan pintu khas yang membentuk lingkaran pada atasnya. Di kanan kirinya terdapat dua patung singa penjaga. Penanda pintu masuk setiap bangunan China. Disini, ada tanda lingkaran bagi Anda yang ingin melakukan sesi foto atau selfie.
This slideshow requires JavaScript.
Diantara bangunan kedua dan ketiga, terdapat patung raksasa Laksamana Cheng Ho yang dibangun.
Bangunan selanjutnya yang juga tampak besar, terdapat banyak patung. Mulai dari pintu masuk, patung-patung tersebut terlihat berjajar menghias sekitar klenteng. Mungkin itu gambaran dari awak kapal Laksamana Cheng Ho. Pantas saja jika tempat itu dipenuhi pengunjung yang sebagian besar datang karena ingin berfoto.
Jajaran patung yang juga menjadi spot berfoto. Doc pribadi.
Klenteng akhir yang paling ramai. Doc pribadi
Klenteng di kiri dari arah pintu masuk. Doc pribad
***
Jam Kunjung
Lelah, gerah dan haus, kami pun berteduh di pohon-pohon rindang sekitar. Tersedia pula tempat jajan di dekat pintu masuk. Kalau buat pengganjal perut, lumayanlah bisa makan camilan atau jajan minuman disana.
Yeay, selfie! 😉 Doc Reikha
Den dan Dinda. Doc Reikha
Saya rasa, waktu kunjung terbaik jika Anda ke Sam Poo Kong ini, selain ketika langit biru dan udara segar, sore adalah juga yang terbaik. Anginnya semilir, adem, dan matahari tidak menyengat seperti siang hari. Diatas pukul 10, tempat itu akan ramai dan gerah. Sementara pohon-pohon rimbun hanya berada di dekat pintu masuk dan keluar.
Jadi, pastikan juga Anda membawa topi atau payung jika datang kesiangan ya? Juga bawa tumbler satu liter kalau perlu, biar tidak dehidrasi. (jie)
SAM POO KONG Jl. Simongan Raya No. 129, Semarang, Jawa Tengah
Jam Operasional: 08.00-21.00 Tiket masuk ke area Sam Poo Kong, bisa cek di http://sampookong.co.id/tiket/
***
Benar-benar ngga lihat yang lain lagi kecuali asik dengan kamera. Maaf mikir buat foto tulisan soalnya. Doc Den
Cheng Ho dalam Bingkai Merah Sam Poo Kong Semarang Menjelajahi Semarang sebagai salah satu kota wisata, ada saja kaitannya dengan legenda ya? Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang memberi inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda Kota Semarang, tanpa direncanakan juga menjadi daftar perjalanan saya.
2 notes
·
View notes
Text
Yogyakarta bukan hanya sebagai salah satu destinasi wisata yang banyak dirindukan pejalan karena suasana kotanya yang tak biasa. Identik dengan kuliner yang juga membuat selera Anda sebagai penikmat makanan, takkan pernah terlupakan. Selain gudeg, angkringan Yogya juga mempunyai nilai tersendiri bagi sebuah rasa.
Tambahin kecap, terus dipanggang lagi. Sedap! Doc Abbay, taken by me.
***
Angkringan Teplok
Belakangan, Yogyakarta selalu saja dirundung oleh hujan yang tak henti. Udara dingin membuat selera makan saya bertambah. Belum lagi pilihan-pilihan makanan khas Yogyakarta selalu menggoda pandangan mata untuk mencicipinya. Beruntung, saya mempunyai teman-teman yang bersedia mengajak saya mencoba beberapa kuliner yang terlihat biasa, namun lengkap di indera pengecap.
Angkringan berasal dari kata dalam bahasa Jawa ‘Angkring’ yang berarti alat dan tempat jualan biasanya dipikul. Namun pada perkembangannya, justru angkringan adalah sebuah gerobak dorong yang terdapat di ruas pinggir jalan. Angkringan biasanya menjual berbagai macam makanan dan juga minuman sebagai pelengkap.
Lampu teplok di tiap meja. Doc pribadi.
Saat berjualan biasanya akan mulai sejak sore hingga dinihari dengan tertutup terpal atau plastik. Lampu angkringan biasanya tidak terlalu terang karena mengakomodasi penerangan tempo dulu. Hanya berupa lampu teplok atau semprong yang tertutup botol kaca diatas lampu sederhana.
Kalau sekarang, penerangan demikian sangat jarang digunakan. Kebanyakan, angkringan menggunakan lampu neon atau bohlam agar terlihat terang.
Bersama Akbar, saya memasuki sebuah pelataran luas dimana terlihat motor-motor yang di parkir pada lapangan hijau. Sebuah angkringan lumayan luas berdiri di hadapan. Angkringan ini, termasuk tempat makan favorit Akbar, karena ia memang tinggal di Yogya.
Tempat makan yang santai, tidak berisik, menikmati makan malam enak yang murah meriah kenyang, dan tentu saja tidak gerah, merupakan pilihan sederhana baginya. Ohh, lauk-pauk dan sayurannya juga tidak mengecewakan.
Hmm… sederhana yang mewah, agak sulit dicari ya?
***
Arah pandang favorit. Doc Abbay, taken by me.
Pilihan Meja Ketiga
Pandangan mata langsung tertuju pada meja dan bangku panjang yang tertata di kanan-kiri luar sekitar angkringan. Per bangku bisa ditempati oleh tiga pasang berhadapan. Kursinya yang berwarna coklat kayu, ada pula bambu, terlihat nyaman. Terasa di desa, duduk di bangku nenek!
Bisa memilih duduk, karena terbagi tiga tempat. Beratapkan bintang dan bulan langsung, beratapkan tenda sebagai pusat angkringan ini, dimana semua makanan angkringan terletak di gerobak pada tempat kedua. Terakhir, beratapkan genteng berdinding kayu ala rumah Jawa yang sederhana.
Pilihan kami, akan selalu sama tiap kali datang ke Angkringan Pak Pinul. Meja ketiga.
Duduk di bangku ketiga teras kecil berdinding kayu dengan posisi sama. Mungkin alasannya, dapat melihat ke segala arah. Masih terlindung atap jika cuaca tak mendukung, langit cerah berbintang dan bulan pun tetap terlihat dari pilihan kami itu. Terpenting mah, lampu teplok itu, tetap ada diantara kami sebagai penerangan. Simple candle light dinner. Itu kalimat yang dituliskannya pada sebuah caption foto.
Ehh tapi, kami juga pernah duduk beratapkan bintang dan bulan sih, waktu janji temu bersama Mardiansyah dan mas Galih. Soalnya tempat langganan, sedang ada pengunjung yang duduk disana. Sekali-kali, ganti suasana duduk ya boleh juga kan?
***
Usus enak ini. Doc Abbay, taken by me.
Deretan ceker dan kepala. Ceker pilihan kesukaan Abbay. Doc Abbay, taken by me.
Aneka makanan di angkringan Pak Pinul. Doc pribadi
Varian Makanan Angkringan
Mata saya mengerjab. Ajaib, masih adakah angkringan model itu di zaman canggih serba gadget ini? Angkringan sederhana yang tampak cozy dan romantis hanya terlihat dari luar?
Terletak di daerah Wahid Hasyim, Yogyakarta, pancaran lampu dengan suasana pedesaan sangat kental terasa. Tertata rapi di atas meja dengan kotak sendok dan garpu di sisinya. Angkringan Pak Pinul namanya.
Saya memasuki pusat inti dari angkringan tersebut. Suasana tenang, ringan dan belum terlalu ramai yang datang makan malam disana. Sebuah meja besar dari gerobak menyediakan berbagai macam makanan. Aneka sate tusuk seperti telur puyuh, hati ampela, usus, kerang, bakso, jamur dan lainnya tersedia lengkap disana. Bisa dipanaskan dengan topping kecap jika Anda ingin menambah rasa manis pada lauk pesanan.
Tambahan lainnya berupa tempe dan tahu bacem, gembus, ceker ayam, dan gorengan pun ada. Lengkap tersaji dengan sambal pelengkap rasa beserta kerupuk tentunya. Makanan tambahan kesukaan saya.
Minuman seperti wedang, teh, jeruk, susu dan lainnya bisa dipesan langsung setelah Anda memesan makanan.
Uniknya lagi, biasanya kalau di angkringan, nasinya dibungkus kecil dalam daun berlapis kertas coklat atau koran. Di angkringan Pak Pinul ini, nasi tetap hangat berada dalam penanak nasi. Ya pastinya, nasi ini tidak ada dalam piring makanan saya. Penggantinya, biasanya saya minta diberi bihun atau mie. Kadang ya minta sayuran saja yang banyak.
Sebagai pengiring nasi, ada sayur gudeg, sayur pepaya, sayur kacang, atau sop dan juga mihun serta orek tempe khas nasi angkringan. Porsi besar yang cukup mengenyangkan makan malam Anda. Aneka sayurnya, tidak sama per harinya.
Pengiring makanan terpisah demikian, tentunya bisa memberikan pilihan bagi kita ingin lauk atau sayur yang mana sebagai pasangan makanan pokok. Harganya pun relatif murah. Saya makan puas hanya membayar 10 ribuan.
Saya memilih sayur pepaya, orek tempe, mihun, dan beberapa tusuk angkringan kesukaan saya, serta air jeruk panas sebagai teman minumnya. Memilih tempat di pojokan di bawah sebuah teras dengan tiga jajar bangku di depan saya. Dan posisi duduk, saya bisa melihat gerobak angkringan secara utuh. Romantis dengan sepeda pemilik yang ada disana.
Doc Abbay
Pilah-pilih lauk angkringan. Doc Abbay, taken by me.
Mardi Nyo2 yang juga doyan ngayab. Doc pribadi.
Menikmati kisah makan malam yang tampak biasa, tetap terasa istimewa bagi saya. Istimewa dengan suasana ramah dan terasa sedang berada di pedesaan.
Langit cerah bertabur bintang dan bulan terang di atas sana, menemani kuliner angkringan sederhana saya malam itu. Sesederhana lampu teplok dan teman makan malam istimewa di samping ❤ ❤ ❤
Kalau kamu, suka makan di angkringan superb kota mana? Share ceritanya juga dong… (jie)
***
Tulisan ini pernah dimuat di media online sportourism.id Editor: DSY Menambahkan beberapa kalimat dan alinea, sesuai waktu menulis ulang sebelum publish di blog.

Meja ketiga.
Candle Light Dinner di Angkringan Cozy Pak Pinul Yogyakarta bukan hanya sebagai salah satu destinasi wisata yang banyak dirindukan pejalan karena suasana kotanya yang tak biasa.
3 notes
·
View notes
Text
Eling Bening’s view. Credit to Julfikar.
Berwisata santai bareng teman ataupun keluarga yang ngga harus trekking. Sesekali wisata cantik yang santai bisa menikmati pemandangan gunung, rawa, kelokan jalan serta udara segar yang penuh, lalu bisa berenang, pasti mau kan? Cobain wisata satu ini deh. Oiya, jangan beli tiket baper ya?
***
Pemandangan di Eling Bening. Doc pribadi
Pagi di Eling Bening
Kabut menyelimuti wilayah perjalanan kami. Entah memang karena suasananya yang demikian (berkabut), atau hari yang memang terlihat hanya putih. Atau karena lokasinya yang memang dingin sejuk membentuk kabut lembut saat itu. Dua kendaraan bermotor, melaju diantaranya.
“Kalau ramai, sudah ngga bisa santai menikmati suasananya,” kata Julfikar (Backpacker Semarang). Saat itu, saya bersama Dinda Bekti (BPI Jakarta) dan Adnan (Backpacker Semarang), memang tengah liburan tanpa bermaksud membuat janji temu. Perjalananlah yang membuat kami akhirnya bisa jalan bareng di Semarang.
Lokasi wisata dengan pemandangan negeri di atas awan, Eling Bening yang terletak di Jalan Sarjono, Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Semarang ini, mempunyai fasilitas liburan yang lengkap. Berada diatas bukit, tempat ini cocok bagi keluarga atau pun bersama teman-teman untuk berlibur. One Day Trip berlama-lama juga asik sepertinya. Apalagi bagi para photographer, pas banget buat hunting foto.
Area yang tampak pertama kali adalah sebuah restoran dengan bangunan berwarna dominan putih, beraksitektur Mediterania, terlihat sejuk. Senada dengan suasana Eling Bening saat ini. Motor di parkir, kami berjalan kaki menuju tempat yang menurut Jul, asik buat melihat pemandangan.
“Ehh, kenapa ke tempat ini, Jul?” penasaran. Jauh-jauh ke sini, yang dilihat restoran dan resort. Gimana coba?
“Tunggu. Nanti kita naik ke lantai atas,” ujarnya. Kami mengikuti langkah Jul. Masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat. Mungkin tadinya juga ingin mengabadikan mentari pagi ya? Karena beberapa yang terlihat, membawa kamera berlensa panjang.
Huum.. kami juga berniat untuk melihat matahari terbit sih, namun karena cuaca kurang mendukung, berangkatnya ya menyesuaikan kesepakatan kami saja saat itu.
Kalau terlalu siang ke sana juga panas. Waktu kunjung yang pas menurut Jul adalah pagi atau sore mendekati matahari terbenam. Kebayang kan, melihat semburat jingga dari Eling Bening?
***
Ngga fokus moto, tapi ingin. Doc pribadi, taken by Adnan.
Berlatar Pemandangan Apik
Kawasan yang telah dibangun sejak 2014 ini, mempunyai titik pandang yang instagramable. Sudut-sudut apiknya, mengarah ke pemandangan alam wisata di sekitar.
Nah, kalau langit biru, pasti akan semakin menambah semarak suasana pagi cerah. Kalau awan tipis berkabut manja bertebaran mesra, jadinya baper yak? Seperti kami waktu itu. Upps, sebenarnya saya sih. Aahahahha deuuh!
Dari sudut dimana kami berada, terlihat jajaran gunung yang rasanya sambung-menyambung. 12 gunung! Waw kan ya?
Gunung-gunung itu ada delapan di sisi utara, dua gunung di sisi timur, dan dua gunung di sisi barat. Uugkhh.. jadi teringat Bandung yang penuh dengan gunung-gunung. Heeheeeuu
Selain gunung, terlihat pula sawah, kebun kopi, Rawa Pening yang terlihat di kejauhan dengan perahu-perahunya yang mengecil dari arah pandang saya. Dan hei, kelokan indah jalur lingkar Ambarawa di bawah sana, tampak meliuk bagai ekor ular. Cantik.
Selain banyak hijau, awan-awan tipis putih yang menggelayut di atasnya, menambah anggun pemandangan. Sesekali, awan tipis tersebut menutupi gunung di hadapan, demikian pula dengan pemandangan di bawahnya.
***
Candid by Julfikar.
Sudut Instagramable Lain
Kami berpindah di beberapa spot foto yang ada. Salah satunya di dekat kolam renang kecil. Pantulan air kolam birunya, menambah semangat mengambil gambar.
Ehhm, Dinda, Jul dan Adnan yah yang asik memotret? Saya sedang asik-asiknya melihat pemandangan. Agak ngga fokus untuk mengambil gambar. Ya lumayan, beberapa foto candid mereka, ada saya juga dalam fotonya. Banyak sih foto saya sama Dinda. Secara kami hanya berempat saja ke Eling Bening. Hhhahaha
Spot kolam renang yang asik buat mengambil gambar. Doc pribadi, taken by Adnan.
Another candid at the pool by Adnan.
Selfie area lainnya juga ada di teras luas dengan bangku-bangku anyaman yang di cat putih dan coklat. Lebih familiar tempatnya.
Dinda in action. Doc pribadi.
Berfoto dari area tersebut, pemandangan hijau dengan gunungnya juga bagus. Dinda dan saya, lalu kami memanfaatkan timer pada kamera juga untuk mengabadikan foto bersama. Diambil dengan tema, ngga sengaja tertangkap kamera! Bisaaaaaaa….
Sayangnya, foto itu masih di Jul atau Dinda deh. Soalnya di kamera saya, ngga ada foto berempat. Belum dikasih euy.. Hiks.
Foto rumpi berdua aja yah ditampilin nih 😉 Doc pribadi, taken by Adnan.
***
Fasilitas dan Jam Operasional
Mengeksplore Eling Bening ngga akan kehabisan spot rasanya. Ada kolam renang, flying fox dan area outbondnya. Restoran, café, dan pujasera juga ada bagi penyuka kuliner. Tersedia indoor dan outdoor.
Di beberapa titik juga ada gazebo, saung-saung kecil tempat berteduh dan menikmati pemandangan. Tambah dekat kalau mau memotret pemandangan-pemandangan jauh disana. Ya apalagi kalau yang hanya bermodal kamera handphone, cukup kok berfoto di saung-saung itu.
Beautiful view from the top. Doc pribadi, taken by Adnan.
Masuk kesana, waktu itu tiketnya Rp 15.000 per orang. Sudah beserta air minum sebotol. Tapi ngga termasuk parkir kendaraan, karena kami membayar Rp 3.000 untuk kendaraan roda dua. Sementara kendaraan roda empat, dikenakan biaya sebesar Rp 5.000.
Eling Bening beroperasional setiap hari pada pukul 08.00-19.00. sedangkan di Sabtu, Minggu dan hari libur, buka satu jam lebih awal.
Selamat berlibur, selamat menikmati hari. Semoga menyenangkan dan menjaga kebersihan lingkungan dimanapun kaki berpijak. Cheers… (jie)
***
Another spot. Credit to Julfikar.
Sudut Instagramable Awan Baper di Eling Bening Berwisata santai bareng teman ataupun keluarga yang ngga harus trekking. Sesekali wisata cantik yang santai bisa menikmati pemandangan gunung, rawa, kelokan jalan serta udara segar yang penuh, lalu bisa berenang, pasti mau kan?
2 notes
·
View notes
Text
Review Film: Traffik
Saya tidak berpikir negatif tentang pom bensin, sebelum menontonnya. Apalagi dengan cara traveling saya yang kadang menggunakan cara hitchhike. Salah satu tempat ramai yang tidak sulit untuk mendapatkan kendaraan, bisa di tempat tersebut. Waspada adalah segalanya. Traffik Credit to om Google ***
(more…)
View On WordPress
0 notes
Text
Mendengar Lawang Sewu, pasti langsung ingat kota loenpia, Semarang. Gedung berarsitektur Eropa ini, mempunyai banyak kisah untuk dikulik. Jadi akan kita mulai darimana berkeliling di dalamnya? Asal jangan dimulai dengan cerita mistis yah… TAKUT SAYA 🙂
Untung Dinda bawa kameranya, jadi bisa inframe juga di Lawang Sewu 💗😍 Credit to Dinda
***
Lawang Sewu
Langit begitu ceria ketika siang itu, Alett (Backpacker Semarang), Dinda (BPI Jabodetabek) dan saya, menapakkan kaki di Lawang Sewu. Sebuah gedung yang menjadi ikon bagi Kota Semarang, Jawa Tengah.
Cuaca panas di luar, tetapi begitu memasuki halaman Lawang Sewu yang luas, udara sejuk terasa. Angin sepoi-sepoi, membuat saya menghirup udara segar di sekitar. Sebuah pohon rindang yang besar menjadi titik duduk bersantai. Mungkin sekalian tempat bertemu bagi para pengunjung yang membuat janji dengan teman-temannya untuk mengeksplor Lawang Sewu ini.
Inframe: Dinda dan Alett. Doc pribadi
Tempat janji temu. Doc pribadi.
Musik akustik dari pemusik lokal. Doc pribadi.
Apik, gedung tua yang berdiri ratusan tahun lalu ini, tetap terjaga kebersihannya. Gaya arsitekturnya yang merupakan perpaduan Eropa dan tropis, mempunyai pesona berbeda.
Di dalam gedungnya, terdapat lorong-lorong, pintu utama, sumur tua, lorong penjara, ruang utama, serta lorong penyiksaan. Tidak heran jika banyak cerita berkembang terkait gedung ini.
Gedung yang dibangun selama tiga tahun sejak tahun 1904 ini, merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Bangunan kuno berlantai dua ini terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Sejarah mencatat kejadian di gedung ini pada masa perjuangan pertempuran lima hari di Semarang (14-19 Oktober 1945). Gedung ini menjadi lokasi pertempuran hebat antara pemuka Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.
***
Tentang Pintu
Sambil menunggu Rivai, salah satu teman Backpacker Semarang, kami berkeliling di sekitar halaman luas Lawang Sewu. Memperhatikan pintu-pintu lebar yang terdapat di gedung berjendela tinggi itu, masuk ke gedung-gedung yang terlihat jelas dari arah masuk.
Gedung yang dirancang dengan arsitek Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delfit) dan B. J. Quendag, seluruh perancangannya dilakukan di Belanda. Dua lantainya membentang di sayap kanan dan kiri gedung dengan bangunan utama mengapit kedua sayap.
Bentangan bangunan sayap yang mengapit. Diambil dari arah santai dekat pohon rindang. Doc pribadi.
Lawang Sewu disebut juga dengan Gedung Seribu Pintu. Disebut demikian, karena pada bangunan tersebut terdapat jendela-jendela yang tinggi dan lebar, sehingga dianggap pintu (lawang). Gedung ini merupakan salah satu wisata favorit di Semarang.
Pintu yang ada di gedung kuno tersebut tidaklah mencapai seribu. Pada tahun 2010, Lawang Sewu mengalami pemugaran dan dilakukan penghitungan jumlah pintu sebanyak 928 daun pintu (Kompas.com). Gedung ini dibuka untuk umum di tahun berikutnya, 2011.
***
Alett dan bumper lokomotif. Doc pribadi
Ruangan Kereta Api
Lantunan lagu-lagu kekinian dari para pemusik akustik di tengah halaman, menambah suasana semakin asik. Masih terdengar irama musiknya ketika langkah kaki kami memasuki ruang dimana terdapat banyak peralatan perkereta-apian zaman dahulu. Mataku tak henti-hentinya menelisik tiap sudut terlihat.
Salah satu ruangnya, memuat bagian dalam isi kereta. Ruangan ini cukup menarik minat saya untuk berlama-lama di dalamnya. Tak heran, karena Lawang Sewu pun pernah dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI), setelah kemerdekaan. DKARI sekarang dikenal dengan PT Kereta Api Indonesia.
Pada ruangan tersebut, ada bagian depan lokomotif yang terlihat seperti bumper. Di depannya berjajar deretan pintu yang sering saya lihat di sosial media. Alett saya suruh bergaya disana.
Bumper lokomotif.
Alett dan lorong pintu.
Ada pula ruang dimana banyak tuas-tuas yang biasanya terdapat di dalam ruang kendali mesin kereta api. Saya ingat, seperti film-film aksi laga yang kadang pemerannya ada di kendali mesin gitu soalnya 😀 .
Tuas Wesel Alkmaar. Doc Pribadi.
Tuas-tuas itu berfungsi untuk mengontrol pengoperasian kereta api sebagai isyarat tertentu melalui sinyal. Nah, sinyal ini sama seperti traffic light yang ada pada jalan. Sinyal itu memberi tanda dan berita tentang keadaan jalan kereta api dan bagi petugas kereta api.
Kereta api zaman dulu, memakai tuas manual dengan tenaga manusia. Salah satunya tuas wesel Alkmaar yang ada di Lawang Sewu.
Tuas Wesel Alkmaar ini dihubungkan dengan kawat atau rantai pada tuas penggerak dan palang sinyal. Ciri stasiun yang menggunakan persinyalan wesel ini, menggunakan tuas wesel yang digerakkan secara manual dan tidak dioperasionalkan secara terpusat. Artinya tidak dapat dipergunakan pada stasiun lain yang menggunakan peralatan sinyal elektrik.
Tuas manual. Doc pribadi.
Keterangan pada tuas wesel Alkmaar. Doc pribadi.
Sampel pelepah pisang. Doc pribadi.
Keterangan pengawetan kayu di ruang kereta api. Doc pribadi.
Sampel lain yang tampak di box kaca. Doc pribadi.
Candid Dinda. Doc pribadi.
Banyak hal yang bisa dilihat dalam Lawang Sewu tersebut. Sejarahnya, berkeliling di setiap ruangannya, melihat jajaran pintu-pintu yang banyak, kisah yang tertuang dalam box kaca dalam ruangan, system drainasenya yang baik, ruang bawah tanah, serta lainnya. Selain cerita mistis tentunya. Ehh, di samping itu, kita juga bisa puas berfoto-foto pastinya.
Pada halaman luar gedung, kita juga bisa melihat gerbong kereta api yang di cat berwarna biru. Sayang, saya tidak melihat seorangpun yang bisa ditanyakan mengenai gerbong itu. Lain kali mungkin yaaa…
***
Jajaran pintu, Lawang Sewu. Credit to @nyokmlaku
Malam yang adem ya? Credit to @nyokmlaku
Suasana malam di Lawang Sewu. Credit to @nyokmlaku
Jam Operasional
Jika Anda bermaksud mengeksplor semua ruangan di Lawang Sewu, sebaiknya datang sejak jam dibuka, yakni pukul 07.00 Wib. Jam operasionalnya sendiri dimulai sejak pukul 07.00-21.00 Wib.
Agar mendapatkan suasana berbeda dengan lampu-lampu indahnya diantara matahari terbenam, malam mungkin waktu yang tepat untuk berkunjung. Bisa memotret dengan warna syahdu juga, seperti Katom (@nyokmlaku), teman saya.
Diambil dari gedung bagian luar depan. Doc pribadi.
Lawang Sewu, di foto dari luar. Doc pribadi.
Keren juga ini kalau diambil agak jauh deh. Tapi ini terlalu dekat. Hheheh Doc pribadi.
Dan kalau Anda berkeliling di luar gedungnya, ada kereta zaman dulu juga di depan. Masih bagus dan bersih. Boleh dipakai untuk berfoto juga. Tapi sejauh itu, saya tidak mencoba untuk masuk ke dalamnya. Karena menurut saya, tidak semua hal bisa dijejakkan. Melihat, memotretnya saja, mungkin sudah cukup.
Oh iya, di luar juga asik buat foto kalau cuaca cerah. Seperti candid Dinda nih. Lucu.
Wohoooo… kece bet kece Dinda mah yaaak? ❤ Doc pribadi
Dinda saat sesi foto. Doc pribadi.
Tiketnya juga standar kok masuk ke Lawang Sewu. Cukup membayar dewasa sebesar 10 K, anak-anak sebesar 5 K dan pelajar, 5 K.
Jangan lupa tetap menjaga kebersihan lingkungan dimana pun Anda berwisata yaaaaaa… (jie)
***
Yeay! Akhirnya Rivai datang. Credit to Dinda
Wesel Alkmaar, (Bukan) Kirim Sinyal (Mistis) dari Lawang Sewu Mendengar Lawang Sewu, pasti langsung ingat kota loenpia, Semarang. Gedung berarsitektur Eropa ini, mempunyai banyak kisah untuk dikulik.
0 notes
Text
Berkunjung ke Pantai Buyutan, Mahkota Dewa di Geopark Gunung Sewu Pacitan
Berkunjung ke Pantai Buyutan, Mahkota Dewa di Geopark Gunung Sewu Pacitan
Pantai-pantai di Pacitan memang selalu membuat terpana. Belum banyak jumlah pantai yang saya kunjungi di sana. Tapi hampir rata-rata, pasir putih dan warna lautnya membuat kita hanya mampu terdiam. Bagaimana dengan Pantai Buyutan ini? Me besides of. Doc by Andy Mahfudin. ***
(more…)
View On WordPress
0 notes
Text

Safe
Jason Statham. Aksi-aksi filmnya selalu suka, sejak lihat peran doski sebagai supir dan pengantar panggilan di sekuel The Transporter (2002). Beberapa filmnya yang tidak terlalu kece juga tetap ditonton walau telat banget sih biasanya. Kali ini mau review filmnya yang berjudul Safe (2012).
***
Sinopsis
Alur kisahnya cepat, berpindah dari satu scene ke scene lainnya namun saling terhubung.
Dikisahkan seorang anak kecil bernama Ah Mei (Catherine Chan), sangat kuat ingatannya dalam angka-angka layaknya sebuah computer yang bisa memuat sebanyaknya angka. Di sekolahnya ia termasuk anak yang dengan mudah menjelaskan penghitungan tanpa salah. Hingga gurunya mengusulkan agar Mei dimasukkan ke sekolah khusus.
Mei yang berusia 11 tahun ini, dengan sangat terpaksa akhirnya bekerja untuk komplotan Triad China, bos Han Jiao (James Hong) yang menculiknya sepulang sekolah. Ia diharuskan bekerja jika tidak ingin melihat ibunya yang sakit-sakitan mati. Tugasnya hanya menghapal angka-angka saja.
Han Jiao (James Hong, left) and Mei (Catherine Chan, right) in SAFE. Credit om google
Perkenalan singkat terjadi pada Mei dengan Luke Wright (Jason Statham), mantan polisi elit yang hidupnya menjadi kacau dan berakhir dengan tinggal di rumah penampungan sementara bagi tuna wisma. Mereka bertemu di stasiun kereta saat Mei tengah menghindar dari kejaran sekelompok penjahat mafia Rusia yang akan menculik karena ingatan jeniusnya yang mampu menyimpan angka-angka di otaknya.
Bukan sembarang angka, karena terkait dengan sejumlah kode di beberapa brankas yang menjadi incaran dari komplotan ayah angkatnya Mei, serta pihak polisi yang berperan –as you know– juga mafia Rusia.
Tidak langsung mempercayai Luke, Mei tentu saja kembali lari. Berjalan diantara pejalan kaki luar stasiun kereta, polisi mendapatinnya. Bukan Jason Statham jika tidak dapat membaca karakter lawan. Ia menolong Mei, berkelahi dengan para polisi berkedok itu, melewati lawan mafia lainnya lalu bersembunyi di sebuah hotel ternama. Aman namun ternyata tidak.
Sayangnya keberadaan mereka tetap diketahui ayah angkatnya, Chin Quang, karena Mei masih menyimpan telpon selularnya yang telah diberi alat pelacak.

Bersama NYPD Credit om google
Aksi baku tembak mulai memasuki adegan seru disini dan alur kembali cepat. Muntahan peluru, aksi Luke yang menekankan perannya sangat dominan. Demikian pula ketika ia memegang kendali atas teman-teman polisi NYPDnya di scene membuka brankas uang 30 juta dollar. Tembak-menembak dan melumpuhkan polisi-polisi korup, menegaskan posisi Luke.
Selanjutnya bagaimana? Coba ditonton saja film berdurasi 1,5 jam yang disutradarai Boaz Yakin ini yah..
Cek Review Film lain: Trial by Fire
***

Ketika menjadi tuna wisma Credit om google
Peran dan Pelajaran
Seperti biasa, Jason Statham berperan sesuai dengan aksinya yang sudah dihapal. Berikut dengan aksen-aksennya yang bikin saya membesarkan volume. Takjub sih dengar scene pembicaraan via telpon dengan anak mafia Rusia itu.
Perannya yang tanggap, juga selalu terlihat ditiap film-filmnya. Kadang agak bosan juga karena ketahuan ia akan bagaimana. Agak bisa menangkap alur ceritanya ketika saya menonton film Safe 🙂 Tapi yang tidak disangka, Jason Statham bisa menjadi tuna wisma? Big question for me. Desperated banget ngeliatnya. Hhahahaaa
Hem, kalimat yang disuka adalah sewaktu Statham berusaha menyelamatkan Mei dari Alex, bahwa ia memilihnya karena kehidupan.
“Life..” Luke said.
Ya mungkin, Jason Statham yang berperan sebagai Luke, tidak bisa menyelamatkan istri dan keluarganya. Begitu melihat Mei, ia merasa harus menyelamatkannya demi masa depan Mei.
Jason Statham and Catherine Chan. Doc om google
Adegan Statham berkelahi dengan teman NYPD nya. Credit om google
Catherine Chan meski masih terbilang kaku dengan perannya, menurut saya ia memposisikan diri sebagai anak yang berusaha untuk tidak peduli. Walau sebenarnya ia pun takut dan tidak tega melihat orang-orang yang dibunuh karena bisnis yang merugi. Pengalaman akan memberikan dampak pada kehidupan seseorang, mungkin benar.
Jika pada akhirnya Catherine sebagai pemeran Ah Mei membuat dirinya berperan kaku, tidak terlalu emosional, berwajah flat, bisa dijadikan alasan agar sebagai seorang anak yang terpaksa mengikuti rules kehidupan orang dewasa yang menculiknya dengan ancaman, ia memproteksi diri.
Rasa tidak aman saat bertemu Luke yang sebenarnya bermaksud baik saat di kereta, tidak serta merta ia terima bantuannya. Menggubris ucapan Luke saja pun, tidak. Setelah melalui beberapa aksi dan pertolongan dari Luke, barulah Mei ikut tanpa paksaan.
Pun di scene Alex akan bertarung fisik untuk ditukar dengan uang, Mei akhirnya menolong Luke. Perjuangan Luke menolong Mei, bukan sekadar karena apa yang Mei miliki pada kemampuannya, tetapi menghargai hidup seorang anak, mungkin yang membuat Mei akhirnya tahu harus berbuat apa.
Hidup bukan selalu melulu berbicara mengenai materi. Jauh dari itu, keterikatan bathin, membuat Mei memilih Luke sebagai teman, ketimbang menjadi ayah angkatnya.
Jadi, apa yang akan membuatmu merasa hidup saat ini? (jie)

Scene Statham bersama Chan Credit om google
***
Review Film: Jason Statham, Safe (2012) Jason Statham. Aksi-aksi filmnya selalu suka, sejak lihat peran doski sebagai supir dan pengantar panggilan di sekuel The Transporter (2002).
0 notes