Text
49/366
Adakalanya, merasa aman. Merasa sudah cukup atas bekal-bekal yang selama ini ditata, hingga tidak begitu mengkhawatirkan atas apa yang ada di masa depan.
Adakalanya juga, merasa berada di zona nyaman. Nyaman dengan orang-orang sekitar, hingga nyaman dengan segala tantangan yang tak lagi terasa menantang.
Adakalanya lagi, tiba-tiba linglung. Ke mana afirmasi yang selama ini tersusun. Ke mana larinya, tak tampak ujung.
Adakalanya tangis jadi saksi atas takut dan ragu. Namun takdir memaksa tetap melangkah.
Apa boleh buat, meratapi ketidaksesuaian ekspektasi dengan takdir bukanlah sebuah kebijaksanaan. Alih-alih menyalahkan, lebih baik merenda syukur. Biarlah Tuhan yang atur. Sejauh masih bisa didoakan pasti ada harapan. Sejauh masih bisa diusahakan pasti akan ada jalan.
1 note
·
View note
Text
Pada akhirnya, orang yang kita butuhkan bukanlah ia yang pandai berbicara di depan umum, bukanlah ia yang mahir berstrategi dalam berorganisasi, bukanlah ia yang memiliki capaian prestasi gemilang. Bukan. Tapi ia yang bisa menghargaimu, sesederhana apapun. Tapi ia yang bisa mendengarkanmu, tanpa judgement. Dia yang bisa mengayomi tanpa kamu merasa didominasi. Dia yang bisa mengarahkanmu tanpa kamu merasa ragu utk dibersamai. Iya, kan?
Berbicara di depan umum bisa dipelajari, namun mengerti cara untuk menghargai adalah bagian dari pribadi. Nanti, semoga kita dipertemukan, ya. Aku pun masih banyak belajar.
458 notes
·
View notes
Text
Ada banyak pilihan dalam setiap perjalanan hidup. Ada penawar untuk setiap raga yang sakit. Ada jeda untuk setiap energi yang lelah. Ada pulang untuk setiap kesedihan, serta amarah yang tidak lagi bisa dibendung dalam nurani juga logika. Ada doa untuk setiap langkah yang perlahan kehilangan arahnya. Tidak mungkin ada musabab tanpa penyelesaiannya. Ketika kita masih percaya tentang adanya masalah yang menimpa, maka mutlak menjadi tanggung jawab kita meyakinkan titik tuntasnya.
Hidup itu terbilang mudah, barangkali yang sulit adalah taatnya. Tidak menutup kemungkinan prinsip kita akan selalu teguh, dan di saat itupula, hadir kesempatan supaya bisa membuat diri kita kembali bersikukuh. Prinsip ibarat satu pohon di lahan yang luas tanpa sisa, selain daripada bibit baru. Kita harus kuat digoyahkan angin, manakala tumbang merupakan satu-satunya kepastian di depan mata kita.
Tidak masalah untuk mengeluh. Jika masih percaya bahwa harap senantiasa tumbuh.
—Aku sedang berupaya menjaga.
199 notes
·
View notes
Text
Tuhan, tidak ada yang bisa aku lakukan selain meminta segala kebaikan untuknya. Maka, Tuhan, bersamai dia dalam setiap rencana hidupnya; bahagiakan dia dalam setiap jengkal langkahnya, dua puluh empat jam selalu, selamanya.
Aku menyayanginya, Tuhan, dengan sangat 🥹
Jakarta, saat hujan di bulan Juni, 2023
49 notes
·
View notes
Text

kadang hati ini begitu angkuh merasa paling tak butuh padahal sewaktu direngkuh ia yang paling tersentuh
1 note
·
View note
Text
Menghabiskan waktu bersamamu adalah candu. Sempat ku meminta pada Tuhan, bisakah tiap detik berjalan lebih lamban dari biasanya?
Merindukanmu selagi terpisah jarak adalah kesengsaraan. Bisakah waktu berjalan lebih cepat dari biasanya? Agar kita bisa segera jumpa, menipiskan jarak yang ada.
Ah sial! Terlalu banyak mau. Kini rongga-rongga otakku terisi namamu. Bisa gila aku
-saat kita terpisah jarak 245 km.
6 notes
·
View notes
Text
84.

Kamu bukan tidak baik. Bukan pula banyak kurangnya. Hanya belum, belum bertemu seseorang yang tepat.
Padahal yang kemarin dirasa sudah cocok ternyata bukan, yang dirasa sudah klop banget malah berakhir tanpa alasan jelas, yang diharap bisa jadi pelabuhan terakhir nyatanya tetap berujung patah hati (lagi).
Tapi nanti, percayalah akan ada yang sepaham itu sama kamu. Kamu tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Baginya kamu cukup, cukup kamu.
Mau serumit apapun kamu, mau menutup diri begitu rapat atau membuka pintu lebar-lebar terhadap kedatangannya, dia akan tetap mendekat membuatmu merasa aman juga nyaman.
Sekarang kalau masih jatuh bangun, masih ragu-ragu dan maju mundur jangan dipaksa. Dia memang baik, tapi baiknya dia mungkin tidak cocok sama kamu melainkan buat orang lain yang bukan kamu.
Allah tahu apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan.
Bertemu, 22.00 | 01 November 2022.
829 notes
·
View notes
Text
Pada akhirnya hari ini benar-benar tiba, tentang hari yang pernah kita khawatirkan. Oh tidak-tidak, bukan kita, hanya aku saja yang mengkhawatirkan.
1 note
·
View note
Text
Aku pernah memintamu begitu keras dalam doaku, tapi sekarang aku mundur... Bukan karna kau tak lagi jadi harap, aku hanya sedang tidak percaya diri.
2 notes
·
View notes
Photo
Merenda syukur atas apa yang telah menjadi keputusan saat ini.

[Belajar Lagi]
Ketika pertama kali memutuskan untuk lanjut study. Sempet kepikir apa ini memang jalan yang tepat? Disaat yang sama teman sebaya sudah melangkah jauh dengan karirnya atau sudah membangun keluarga kecilnya.
Tapi, setelah direnungkan ulang ternyata pada dasarnya ukuran kaki setiap kita berbeda, jadi harusnya gak perlu pake sepatu dengan ukuran yang sama. Apalagi memaksa untuk menyamakan langkah kaki.
Tapi terlepas daripada itu, jadi banyak hal yang sangat aku syukuri. Yang terbesar bukan karna bisa berkelana kenegeri yang belum pernah dikunjungi. Tapi dianugrahi orang-orang yang mendukung mimpi-mimpiku. Yang percaya bahwa mimpiku juga mimpi mereka. Keluarga pastinya.
Seperti yang pernah aku tulis. Menjadi berkilau dan benderang kita saat ini layaknya bulan dimalam hari. Bukan semata-semata karna kita punya cahaya. Tapi karna ada matahari yang memantulkan cahayanya.
Begitulah adanya, segala sesuatu yang besar akan selalu ada yang lebih besar dibelakangnya. Tak dapat berdiri sendiri. Pencapaian kita sejauh ini misalnya, tanpa mereka yang mendukung kita begitu besar bisa jadi bukan apa-apa.
Mungkin sekarang kita jadi bulan. Esok mungkin jadi matahari. Tapi bersama orang yang tepat, kita bisa jadi bulan sekaligus matahari. (di Kazan, Republic of Tatarstan) https://www.instagram.com/p/CccmKM0qgEM/?igshid=NGJjMDIxMWI=
98 notes
·
View notes
Text
Cara mudah untuk gagal, adalah menjadi orang yang mudah bosan. Melompat dari kebosanan melakukan satu hal lalu berganti melakukan yang lainnya.
Hanya semangatnya diawal, lalu melempem ketika ditengah jalan. Bahkan jatuh sendiri sebelum diterjang badai berkali-kali.
274 notes
·
View notes
Text
Night Talk Before Sleep #23
Katanya pemuda itu ibarat matahari di jam 12 siang. Paling menyala sinarnya. Sedang panas-panasnya.
Konon katanya juga, pemuda itu ibarat kapal besar. Ia diciptakan bukan untuk berlabuh diam di dermaga. Ia diciptakan untuk berlayar, untuk bertemu ombak, juga badai.
Namun katanya juga, yang sering dilakukan anak muda adalah enggan mewujudkan mimpinya dengan sepenuh hati. Maunya yang instan-instan saja.
Nyatanya pemuda memang yang paling banyak punya mimpi dan cita. Namun berapa banyak yang mampu memenangkannya? Bagaimana bisa menang, jika berjuang saja tidak.
Kemenangan adalah milik mereka yang memperjuangkannya.
Selamat malam, sudah berprogres hari ini?
2 notes
·
View notes
Text
Night Talk Before Sleep #22
Malam belajar, siang beraksi. Kejar tayang tak menunggu nanti. Jatah gagal mencoba dihabisi. Menurunkan gengsi, siap belajar setiap hari.
Semakin banyak mencoba, semakin banyak pengalaman, semakin banyak ilmu baru. Tapi tak lantas membuat berhenti belajar. Karenanya setiap hari siap untuk mengosongkan gelas.
Ahli ilmu itu bagaikan teko, sedang apa yang ada di dalamnya merupakan barokah atas ilmu itu sendiri. Pencari ilmu itu bagaikan gelas, bukan lagi mengosongkan gelas supaya gelas tersebut dapat diisi, lebih dari itu- rendahkan gelas kosongmu.
Selamat malam, adakah hal baru yang kamu pelajari hari ini? Jika ada, selamat meresapinya ya. Semoga menjadi bekal gerak untuk esok hari.
10 notes
·
View notes
Text
Night Talk Before Sleep #21
"Elah bro, masih muda, santai aja."
"Ambis banget, santai aja lah."
"Ambis lu."
Sering denger kata itu ya? Entah ditujukan ke orang lain atau bahkan ke diri kita. Sering terdengarnya kala melihat orang lain lagi berusaha atau mencapai mimpi-mimpinya.
Sadar atau engga, ambis ini memang bisa diartikan positif maupun negatif.
Tapi apa salahnya, setiap orang punya impian dan berusaha untuk mewujudkannya. Bukankah hal yang baik?
Sudah di titik manakah kita? Sedang berusaha mewujudkan mimpi atau sedang berteriak dan tertawa dengan berkata "ambis" ke orang lain?
Setiap orang berhak menggapai impiannya.
Jika pun kita di posisi yang menerima kata "ambis", maka biarkan... biarkanlah.
Toh kalau berhasil, kata-kata "ambis" dari orang lain yang dilontarkan kepada kita, tidak berkontribusi juga dalam proses kita.
Jadi, mari bersiap untuk menerima kata-kata (tak mengenakkan) yang lain. Mari menguat!
Selamat malam 😇
1 note
·
View note
Text
Night Talk Before Sleep #20
Mimpi, target, tujuan sudah ter-list dengan rapi. Sudah mulai gerak, alhamdulillah. Alhamdulillah? Tapi kok masih belum ada kemajuan..
Alih-alih evaluasi eh mengeluh dan menggerutu, "kok begini begini saja, ditolak lagi ditolak lagi."
Sayangnya, keluhan-keluhan itu muncul di saat tidur kita yang masih panjang, duduk kita yang masih terlalu santuy, atau di saat setengah hari dihabiskan hanya dengan scroll timeline media masa, membaca thread tak berkesudahan tau-tau hari sudah petang. Atau di saat kita baru mencoba 1 sampai 2 kali saja.
Hm yang punya mimpi siapa, yang ngeluh siapa?!
"Cengeng banget!," jleb!!
Sebuah perubahan besar di masa depan diawali dengan keyakinan diri menuju perubahan itu sendiri, (Diparama). Tunjukkan keseriusan dalam memperbaiki diri. Totalitas! Hinaan dan penolakan adalah bahan bakar kita.
Mengeluh tanpa berjuang adalah pekerjaan pecundang. Jadi, apakah kamu pecundang?
Sekian, selamat malam!
p.s. Actually the question is for myself, sorry if it doesn't please u guys.
2 notes
·
View notes