hellofifah
hellofifah
note to self
102 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
hellofifah · 3 years ago
Text
I am not a perfect person
Some people knew me as a religious woman, the sweetest, a heart-warming, hard worker, and a caring person.
But there are some people who knew me as stubborn, ambitious, less smile, and grumpy.
I won't blame them for judging me for what kind of my personality are. My soul, my body, my mind, my experiences, and the way how I endure my pain has transformed me into a whole-unperfect person.
I might be wrong sometimes, I'm not perfect and I won't be perfect (anymore), and here I am. I love myself because she is the only person who I will always carry until I die...
As usual, all I can say is to keep loving and trying to be better
0 notes
hellofifah · 4 years ago
Video
instagram
Stars can't shine without the darkness ✨ https://www.instagram.com/reel/CRtc_HPhEwmR_EYfnLXhB6UfTOvvTBcrPpwcZo0/?utm_medium=tumblr
4 notes · View notes
hellofifah · 5 years ago
Text
Sebuah Refleksi
Desember menjadi bulan yang cukup spesial. Musim hujan, bulan kelahiran dan bulan terakhir dalam setiap tahun.
Seminggu yang lalu di hari kelahiran saya, tidak ada selebrasi atau kue ulang tahun. Hanya makan malam dengan keluarga besar dan peluk cium dari Ibu yang menjadi kado terindah untuk saya. Untuk beberapa alasan, saya merasa setahun ke belakang, banyak sekali hal yang berbekas di hati dan pikiran.
Mendekati akhir tahun, refleksi diri menjadi momen penting untuk menulis apa yang telah saya lewati dan pelajari.
Ibu sering bercerita kalau anaknya ini hampir lahir di becak, waktu itu Bapak sedang ada pekerjaan di Maluku, jadi tidak ada yang bantu. Waktu itu, pertama kali keluarga saya pindah ke Bekasi. Walaupun cerita itu sudah sangat saya hafal, saya tidak pernah bosan waktu ibu bilang "dari ketujuh anak Ibu, kamu yang paling gampang keluar dari perut Ibu". Tapi kali ini, saya jadi berfikir, mungkin Tuhan tau kalau saya sudah siap sedari awal untuk hadir di dunia ini.
Asing bagi saya untuk menceritakan segala hal yang menyangkut tentang progress hidup. Saya merasa (kadang) kalau saya lamban dalam berproses. Dulu, saya suka mengutuk kelambanan saya agar bisa setara dengan teman-teman sebaya. Tapi sekarang saya tau, bahwa merasa cukup adalah  hal yang sangat krusial. 
Beberapa hal yang menjadi catatan kecil bagi saya, tertatih-tatih tapi pasti:
1. Fokus dalam menjalani proses, bukan ke tujuan
Dalam menapaki karir, saya merasa ilmu yang didapat semasa kuliah masih sangat kurang sehingga pada tahun ini dan di tahun2 depan personal development menjadi salah satu agenda terbesar saya agar bisa menunjang karir dan mencapai goal untuk mandiri secara finansial.
Sempat ada rasa takut mendalam untuk menjadi jobless dengan adanya pandemi COVID-19 dan pengesahan Omnibus Law.
Apakah saya akan mendapatkan pekerjaan yang stabil? Apakah ada perusahaan yang merekrut saya yang hanya lulusan kampus swasta?
Tapi, di masa pandemi ini seolah memaksa saya untuk berpikir kreatif dan berani melawan segala ketakutan. Bangun koneksi, tidak malu bertanya, belajar bahasa asing dan technical skill lainnya melaui workhsop atau semacamnya. 
Saya percaya bahwa kejujuran, keinginan untuk terus belajar, dan integritas menjadi pondasi utama untuk mendapatkan kepercayaan orang dalam menjalin hubungan secara professional. 
Saya semakin tau apa yang saya mau dan menikmati prosesnya. 
Setelah habis kontrak di kantor lama, kini saya dipercaya untuk ikut beberapa project kecil di sebuah NGO dan consulting. Meskipun bukan full time, pada tahun 2020 ini saya merasa yakin bahwa Tuhan semakin jelas menunjukkan jalan kemana arah hidup saya kelak.
2. Mengaku lemah menandakan bahwa kita juga manusia
Setelah saya hitung, semakin dewasa jumlah teman saya bisa dihitung jari. Seperti sebuah siklus, bahwa yang datang pasti akan pergi. Intensitas saya dalam berteman tidak begitu banyak, hanya itu-itu saja. Bertemu juga jarang. Saya juga bukan tipikal orang yang bisa gampang memiliki hubungan personal or like a closure. Kesibukan kami juga semakin menjadikan kami berjarak. Tidak sedikit yang sudah menikah, punya anak, dan lanjut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 
Dulu kalau ada masalah saya sering nangis sendiri, tapi beberapa tahun ke belakang, pelan-pelan saya mulai membuka diri untuk tidak lagi menjadi manusia “sok kuat”. Ketika ada masalah saya tau ke mana harus berbagi.  Karena sepi kadang menjadikan kita manusia yang pahit. Saya bahagia karena sahabat-sahabat saya menjadi bagian hidup yang sangat penting dalam berbagi beban yang ada di pundak.
Semakin dewasa, yang lebih penting bukan lagi kuantitas, tapi kualitas. 
Kebahagiaan saya tidak terhitung karena masih memiliki segelintir orang yang mau mendukung dan mencintai saya. Minum boba, jajan di pinggir jalan, telfonan, berbagi tawa dan cerita, rasanya tidak dapat ditukar dengan apapun.
Bahwasanya berbagi beban dengan sahabat bukan pertanda sebuah kelemahan. Justru dari situ saya tau siapa yang bisa menerima dan mendukung saya, lalu mendorong dengan kuat untuk kemudian bisa bangkit bersama
3. Pentingnya mencintai diri sendiri dulu sebelum mencintai orang lain
Ketika terlintas di kepala saya saat membicarakan cinta, walaupun saya masih sering merasakan jatuh-bangun,  saya percaya bahwa jujur pada diri sendiri adalah segalanya.  Perputaran fase kehidupan telah mengubah berbagai pandangan saya tentang seni mencintai orang lain.
Pikiran saya seakan melesat pada memori yang pernah membuat saya bahagia sekaligus kecewa di fase yang bersamaan. Seakan saya lupa apa makna dan tujuan dari mencintai itu sendiri. Tidak jarang, saya suka bercermin lalu menyalahkan diri sendiri. 
Di tahun ini saya telah menyelesaikan “urusan” cinta yang cukup menguras air mata. Energi saya seakan terkuras habis hingga dalam beberapa waktu, tidur saya tidak cukup pulas. Saya pernah kehilangan, hingga membuat saya rendah diri. Di masa lalu, saya begitu takut akan sepi, saya merasa bahwa menjadi manusia tanpa dicintai seakan dunia saya akan menjadi gelap. 
Saya pernah begitu naif. Terlalu mencintai manusia lain, sampai lupa untuk mencintai diri sendiri. Sampai lupa bahwa saya juga pantas untuk dicintai.
Kini, bukan lagi benci atau amarah yang menyelimuti. Kini hanya ada kontemplasi dan terus berafirmasi bahwa menjadi saya apa adanya ini sudah lebih dari cukup.
Banyak hal yang tidak bisa saya kendalikan, tetapi saya bisa mengendalikan diri untuk fokus mencari kebahagiaan melalui hal-hal kecil. Minta maaf, memaafkan, me-manage ekspektasi, memperbaiki diri menjadi bagian terbesar saya dalam merelakan. Berbagi rasa dengan Tuhan menjadi sarana saya untuk lebih kuat dan yakin bahwa akan ada hal baik di depan.
4. Good things takes time
Dulu, saya suka ngeyel. Minta banyak hal ke Tuhan tapi maunya diberi semua. Mau A harus A. Mau B harus B. Kalau tidak dikabul lalu saya merajuk. Dari sekian banyak hal yang terjadi di hidup saya, akhirnya saya sadar kalau Dia selalu memberikan yang terbaik. Hal-hal baik tidak selalu datang dengan waktu yang cepat, because good things takes time. 
Sekarang, pada kalimat awalan di setiap doa, kini saya selipkan kalimat:
“Ya Allah, izinkan saya[.....]”
“Ya Allah, restui saya[.....]”
“Ya Allah, bukakan pintu rizkimu[......]”
Melibatkan Dia dalam segala urusan merupakan kunci dalam menjelajahi dunia yang serba tak pasti.
5. Value your time and energy
Life has so much struggle in general. Di tahun ini saya cukup belajar tentang pentingnya dalam memahami bahwa tidak semua orang atau kejadian yang harus saya gubris. My time and energy are precious.
Bahwasanya mengendalikan diri dan bijak dalam memilah apa yang harus kita urus menjadi sangat penting.
Merayakan hal-hal kecil di masa pandemi seperti kumpul dengan keluarga, nonton film, mendengarkan musik, makan enak seakan menjadi sesuatu yang terkesan sepele namun sangat syukuri.
In the end, everything what I learned, every pain and blessing that I got I'm so thankful with 2020. I'll never forget this year and hopefully I can get more good things in the future. I love you! Aamiin!
Cheers ✨
28/12/2020
10:30 PM
23 notes · View notes
hellofifah · 5 years ago
Video
tumblr
River Flows in You, Yiruma
14K notes · View notes
hellofifah · 5 years ago
Text
The place I wish I could live in
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
74K notes · View notes
hellofifah · 5 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Howl’s Moving Castle (2004) dir. Hayao Miyazaki
60K notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Quote
When I look at the sky, I feel like I want to fly as high as I can.
0 notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
"Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything. If you're a man, you take it." - Malcolm X -
0 notes
hellofifah · 10 years ago
Text
Andaikan “Semangat” adalah Makhluk Yang Nyata
Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya senang, antusias, sedih, terkejut, marah, kesel,  dll. Untuk membangkitkan diri kita dari rasa keterpurukan pasinya kita butuh pembangkit semangat supaya kita bisa terus survive. Bener gak?
Ketika aku sedang berada di situasi dia antara senang dan sedih, mengambang seperti ini dan aku gak tau arahnya kemana, kadang aku bingung untuk mengekspresikannya. Tentu banyak juga di antara kalian yang pernah ngerasain hal kaya gini, bukan?
Disini aku pengen ngomongin tentang apa itu arti “Semangat” menurutku.
Semangat adalah suatu faktor pendorong bagi kita untuk bisa melakukan dengan penuh gairah,  terlepas itu suatu hal yang positive atau pun negative. Tapi, tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Ada orang yang sedang jenuh atau bosan, lalu dengan mendengarkan musik atau menonton film favorit terus dia bisa jadi semangat lagi. Ada juga cara lain seperti main video game, nongkrong bareng temen terus dapet inspirasi dan akhirnya semangat lagi.
Intinya, kata “semangat” adalah salah satu komponen yang SANGAT AMAT penting dalam menjalani hidup ini. Semangat seperti suatu hal yang tidak boleh lepas ketika kita sedang di titik terjenuh kita. CAUSE WE’RE GONNA BE LIKE A ZOMBIE WHEN WE DON’T HAVE IT, AGREE?
I do know about that apparently.
Kemarin siang, entah kenapa aku berfikir andaikan “semangat” ini adalah sesosok mahluk yang nyata, akan seperti pakah dia? Apakah badannya imut, kecil, suaranya seperti tikus. Atau mungkin badannya besar, tinggi dan suka lompat-lompat seperti kangguru? Aku jadi berimajinasi tentang hal itu. Karena bagiku, “semangat” itu sesuatu yang sangat aneh. Kadang didalam diri kita, kita menginginkan betul dia selalu bersemayam di hati, terus berkobar dan tentu saja abadi selamanya. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu.
Kalau dianalogikan “semangat” itu seperti buah yang menggelayut di pohon. Dia bakal tumbuh subur kalau si pohon itu dapat air, pupuk dan oksigen yang cukup. Tapi, bagaimana dengan pohon yang ada di gurun pasir? Anggap saja, ada sebuah pohon kaktus yang juga ingin menghasilkan buah apel dari dalam dirinya tapi dia tidak bisa. Aku ulangi lagi, padahal dia ingin menghasilkan buah apel , tapi dia tidak bisa. Lantas apa yang harus pohon kaktus itu lakukan?
Nah, itulah yang sedang aku alami. Aku sangat ingin si “Semangat” ini terus ada didalam diri meskipun kadang sangat susah untuk membangunkannya agar ia mau terus berkobar.
Andaikan “Semangat” ini adalah makhluk yang nyata, bisa berbincang dengannya mungkin adalah kesempatan yang sangat berharga.  
    ---------------------------------IN MY IMAGINATION--------------------------------------
 Suatu hari, aku sedang berada di ruang tengah. Aku hanya duduk sendiri sambil nonton televisi. Lalu aku coba mencari satu mahluk ini yang dari tadi pagi belum aku lihat sama sekali. “Ah, pasti dia ada di dalam kamar”.
Ternyata benar dugaanku. Kulihat ia hanya duduk di samping jendela sambil memandang langit yang lumayan cerah.
“Hai, Semangat, kamu kenapa sih kok akhir-akhir ini tidur2an aja di dalam kamar?”
Aku masuk kedalam kamarnya sambil membawa sirup leci kesukaan dia.”
“ Ayo dong jangan males-malesan kaya gitu terus, aku butuh banget kamu nih untuk bisa nyelesaiin semua “tugas”kita ini. Please”
Ia hanya menoleh sedikit tanpa membalikkan badannya.
“Ah, kenapa aku harus bangun? Aku udah seneng kok dengan zona ini. Aku merasa aman dan nyaman dan aku enggak perlu merasa harus berlari  kencang”
“Iya, tapi jangan kaya gitu juga dong, Sem... Kan kita ini udah jadi satu kesatuan. Kita ini harus kerja sama biar semuanya bisa kita raih bareng-bareng dan dapet hasil yang maksimal”
“ Iya, aku ngerti kok? But I’m bored”
“Terus kamu mau apa?? Beli coklat? Bakso? Apa jalan-jalan ke mall?”
“Bukan itu...”
“Iya, terus apa dong?”
“Aku tuh mau-mau aja ngelakuin apa aja yang kamu mau, berlari untuk bisa memenuhi semua hasrat kamu untuk meraih impian kamu. Tapi tuh aku sekarang lagi “ngantuk” banget. Aku mau tidur. Aku capek.”
“Loh? Kamu ini kan “Semangat”? Terus kenapa kamu jadi lesu kaya gini? Aku udah setiap hari berusaha keras untuk ngebangunin kamu ya, aku penuhin semua yang kamu mau; tidur, aku kasih kamu semua lagu-lagu favorit, semua film yang kamu mau tonton, semua buku yang mau kamu baca tapi kenapa kamu kaya gini sama aku?”
Kamu itu “semangat”, udah sepatutnya kamu menjadi penggerak roda gairah yang udah hampir karatan ini. Kamu ga seharusnya egois kaya gini dong! Tolong, bantu aku, Sem.... Yuk bangun yuk jangan bobo terus entar kamu diabetes. Aku sayang loh sama kamu, aku mau kok ngerawat dan ngasih apa aja yang kamu mau. Tapi, aku cuma minta satu hal : tolong jangan pernah berhenti berlari,  jangan pernah berhenti untuk memberiku gairah hidup. Aku ga mau jadi zombie, aku ga mau semua ini hancur berantakan. Kita ini satu kesatuan. Kalau kamu lelah, duduklah sebentar, kamu boleh ambil minum sirup leci yang ada di kulkas gapapa kok. Mau kamu abisin semua juga gapapa. Asal, kamu harus janji, jangan pernah berhenti untuk berlari apalagi pergi ninggalin jasadku ini sendirian.
Kami berdua hanya saling diam dan aku berusaha untuk menarik napas panjang. Kurasa aku lebih baik pergi. Aku coba berdiri dan mengambil jaketku untuk keluar sekedar mencari angin segar.
“Tapi kamu juga harus janji satu hal” Dia berkata dengan tiba-tiba.
“Tentu saja. Apa itu?”
“Kalau aku sudah berlari terlalu kencang  lalu aku terjatuh dan kakiku patah, aku mau kamu mengembalikan kakiku ini seperti sediakala. Ga peduli kamu cari dukun yang paing hebat di penjuru dunia manapun. Pokoknya kamu harus bisa mengembalikan kakiku menjadi utuh”
Aku tersenyum melihat dia yang bicara konyol seperti itu. Ku pandang lekat-lekat ia dan, oh, kantung matanya sudah sangat besar. Lagi-lagi aku menarik napas panjang.
“Jadi itu yang kamu takutkan? Kalau kamu lelah berlari, jalan saja kalau hanya itu yang bisa kamu lakukan. Aku tidak pernah memaksa kamu, aku hanya tidak ingin kamu berhenti bergerak sehingga “roda gairah” kita berkarat. So, of course I will !!” sambil menirukan gerakan hormat aku tersenyum lebar padanya...
 Kami berdua hanya saling memandang layaknya sahabat, “Semangat” hanya tersenyum padaku dan aku membalasnya dengan lemparan bantal kecil yang ada diampingku. Akhirnya kami tertawa bersama di ruangan itu. Aku tau dia lelah dan dia juga tahu bahwa aku sudah muak dengan semua ini. Tapi sekali lagi, kami adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dan aku sangat membutuhkan si mahluk menyebalkan ini.
                                                            ****
 Tapi, andaikan “Semangat” adalah makhluk yang nyata....
  ------------------------------------------THE END---------------------------------------------
-affifahnur-
0 notes
hellofifah · 10 years ago
Conversation
Terence Fletcher: I told you that story about how Charlie Parker became Charlie Parker, right?
Andrew: Jo Jones threw a cymbal at his head.
Terence Fletcher: Exactly. Parker's a young kid, pretty good on the sax. Gets up to play at a cutting session, and he fucks up. And Jones nearly decapitates him for it. And he's laughed off-stage. Cries himself to sleep that night, but the next morning, what does he do? He practices. And he practices and he practices with one goal in mind, never to be laughed at again. And a year later, he goes back to the Reno and he steps up on that stage, and plays the best motherfucking solo the world has ever heard. So imagine if Jones had just said: "Well, that's okay, Charlie. That was all right. Good job. "And then Charlie thinks to himself, "Well, shit, I did do a pretty good job." End of story. No Bird. That, to me, is an absolute tragedy. But that's just what the world wants now. People wonder why jazz is dying. I'll tell you man - and every Starbucks jazz album just proves my point really - there are no two words in the English-language more harmful than good job.
11 notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
😉✌
0 notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Celestial maps from the Harmonia Macrocosmica of Andreas Cellarius, 1660. Top: The planisphere of Copernicus, or the system of the entire created universe according to the hypothesis of Copernicus exhibited in a planar view. Middle: Scenography of the Copernican world system. Middle: The planisphere of Brahe, or the structure of the universe following the hypothesis of Tycho Brahe drawn in a planar view.
(University of Utrecht)
1K notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
photos by herbert spichtinger of his tabby kitten befriending some ducklings. (see also: puppy pug and chick)
6K notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
5K notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
Colorful lakeside
10K notes · View notes
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
So tired.
1 note · View note
hellofifah · 10 years ago
Photo
Tumblr media
Ketika bintang di langit memancarkan cahaya dengan begitu indahnya, pejamkanlah matamu dan rasakan betapa kegelapan tidak semenakutkan yang kamu kira. 
 Walaupun hanya kesunyian yang menemani, bintang mampu bersinar di tengah kegelapan karena adanya harapan yang mampu membuat ia tersenyum dan menari tanpa ada rasa takut. 
 Tetaplah seperti itu wahai bintang yang indah…. 
Menarilah… 
Terima kasih karena engkau telah mengajarkanku untuk tidak takut dengan kegelapan.
0 notes