Setelah tumbuh dewasa, salah satu janji yang gw buat untuk anak gw di masa depan kelak adalah: semua penderitaan, ketidakbahagiaan, keluarga yang tak hangat, ekonomi yang pas-pasan dan trauma yang berkepanjangan harus berakhir dan berhenti di gw.
Alias cukup gw terakhir yang rasain. Gak perlu lagi apa yang gw alami saat gw kecil sampai saat ini gw wariskan ke anak-anak gw nanti. Because they deserve better.
Jadi saat ini, alih-alih sibuk mencari pasangan yang gw mau, gw lebih ke berusaha untuk belajar menjadi seorang ibu yang anak-anak gw butuhkan kelak.
Karena ada rasa bangga tersendiri membayangkan, jikalau suatu saat nanti anak-anak gw berkata, "aku ingin seperti ibu"
Nangis nggak loh wkwk.
Dan hal itu gw mulai dari belajar "menyembuhkan" diri gw sendiri. Karena gw gak mau hanya karena gw belum mengobati apa-apa yang membuat gw sakit, hal itu bisa berimbas pada bagaimana gw mendidik anak-anak gw nanti.
Selain itu, gw juga berusaha memaafkan orang tua gw. Berusaha memaafkan ketidaksempurnaan mereka menjadi orang tua. Berusaha menyadari bahwa bagaimanapun, mereka pun juga baru pertama kali jadi orang tua, sehingga hal yang wajar rasanya bila sesekali mereka melakukan kesalahan.... Berusaha mengingat bahwa bagaimanapun, tanpa masa lalu yang keras dan juga pola asuh yang membuat gw tidak bahagia itu gw tidak mungkin jadi diri gw yang sekarang: gw yang menjadikan masa lalu gw sebagai contoh kehidupan seperti apa yang gw inginkan dan juga berusaha hindari. Karena diri gw yang saat ini pun juga bentukan dari apa yang udah gw lewati. Gw nggak mau lagi merasa yang jadi paling berkorban dan paling tersakiti, karena dalam lubuk hati gw yang paling dalam, gw sebenarnya tahu bahwa orang tua gw pun juga korban dari keadaan.
Gw mulai belajar atur keuangan gw, memperbanyak skill dan pengetahuan supaya peluang gw menghasilan lebih banyak penghasilan pun jadi lebih mudah. Gw nggak mau anak-anak gw merasakan pedihnya kemiskinan yang gw rasain, gw nggak mau anak-anak gw dipandang rendah, diremehkan, merasakan segala hinaan hanya karena hidup serba kekurangan. Memperbanyak wawasan dan pengetahuan gw soal agama gw. Karena salah satu cita-cita gw adalah gw pengen jadi guru pertama buat anak-anak gw nanti. Guru pertama yang ngajarin bagaimana cara Solat, dan juga membaca Al-Qur'an. Karena gw tahu, anak-anak yang soleh-soleha serta ilmu yang bermanfaat adalah salah satu investasi untuk akhirat gw kelak. Sehingga sayang sekali rasanya saat "privelege" atau "hak istimewa" tersebut malah gw kasih ke orang lain, karena kurangnya keseriusan gw dalam belajar agama sendiri. Memperkaya diri dengan ilmu dan juga pengetahuan supaya sebelum bertanya ke google, anak-anak gw mengingat mereka punya ibu yang bisa ditanyai apa-pun. Mempunyai banyak kisah dan pengalaman-pengalaman hebat yang membuat anak gw banyak belajar dan menjadikan gw sebagai superhero favorit mereka wkwk.
Gw mulai banyak ikut kelas pranikah dan parenting. Membuat daftar kriteria pasangan seperti apa yang gw mau. Memperjelas lagi tujuan gw menikah dan apa yang gw mau tuju dalam sebuah pernikahan meskipun jujur, dalam beberapa tahun ke depan karena suatu hal, menikah mungkin akan jadi prioritas gw yang paling belakang.
Terus kemarin, pas gw cerita ke bestie kalau seperti yang sudah-sudah, ada seorang teman yang menawarkan perjodohan tapi gw tolak dan jujur gw belum mau nikah.
"Kalau ada yang lamar kamu lagi gimana?" Dia nanya.
"ya nggak gimana-mana. Kalau gw belum siap ya gw tolak lah"
"kenapa?"
"lah, pake nanya lagi bukannya gw udah bilang berapa kali alasan gw gak mau dulu nikah karena apa?" Jawab gw kezel.
Pasalnya, dia udah tau alasan gw belum mau nikah tuh karena apa. Tapi masih aja suka nanyain, entah karena alasan apa. Btw bestie udah nikah. Jadi mungkin karena itu pula pandangan kita akan sebuah pernikahan menjadi berbeda.
Gw nggak tahu apakah umur gw nanti sampe ke tahap pernikahan. Tetapi setidaknya, meskipun hidup dalam ketidaktahuan, gw tetap mengusahakan yang terbaik untuk masa depan gw yang masih abu-abu itu daripada hanya duduk diam, tak melakukan apa-apa dan berharap semua akan membaik dan berubah dengan sendirinya.
Gw nggak tahu apakah di masa depan nanti gw masih nulis atau platform ini masih ada. Tetapi semoga saat pada akhirnya gw menikah, gw bisa kembali ke tulisan ini, dan mengatakan bahwa pada akhirnya apa yang gw usahakan, berbuah di masa depan.
Terlepas dari bagaimanapun caramu berjuang dan apapun yang telah kamu korbankan, ingatlah satu hal bahwa (si)apapun yang sedang kamu perjuangkan belum tentu akan kamu dapatkan.
akhir2 ini aku kaya sering banget appreciate myself..dengan hal2 yang aku ga berani bilang ke publik kaya "fah, kamu cantik banget" "fah, kamu baik banget"..sekarang aku mulai berpikir "dengan kamu menerima dirimu sendiri, kamu udah membuktikan pada mereka bahwa mereka telah menyia2an sesuatu yang berharga.. terus happy kaya gini yaa fa.."
gatau ini toxic positivity apa gimana..tapi cara ini bikin aku legowo dalam nerima keadaan.
fokus ke kalimat terakhir, coba. jangan hiraukan kalimat2 sebelumnya itu cuma untuk bucin. inget, kamu bukan~~
“Aku yang salah. Seharusnya tak kubiarkan perasaan ini berlama-lama. Aku tau kau tidak mencintaiku, aku tau kau bukan milikku, tapi aku harus bagaimana? Berhenti tak semudah yang mereka bicarakan.”
disini ada banyak cerita yang masih setia dijaga, hingga orang yang tepat mulai menyapa dan bertanya "kenapa" tapi bukan sekedar basa basi belaka, melainkan benar-benar peduli dan ingin memberi sedikit ruang untuk bercerita.
Untuk segala hal yang pernah terjadi, tak akan kusesali. Aku yakin semua ini memiliki arti. Kesedihan tempo hari hanya sepenggal langkah untukku bertransisi. Jika saat ini aku terlihat bahagia, percayalah itu karena hatiku telah mampu menerima semuanya.
39 notes ·
View notes
Statistics
We looked inside some of the posts by
its-ffaa
and here's what we found interesting.
Average Info
Notes Per Post
20K
Likes Per Post
12K
Reblog Per Post
8K
Reply Per Post
31
Time Between Posts
3 months
Number of Posts By Type
Text
15
Photo
2
Explore Tagged Posts
Fun Fact
The “We are the 99%” Tumblr blog became the slogan for the Occupy Wall Street movement.