Kumpulan tulisan yang kadang menyebalkan, cuma sekedar curhat karena semua temannya jauh, atau bahkan semoga saja dapat mencairkan suasana hati orang yang membacanya. Semoga itu kamu. Karena katanya, Menulis itu adalah bekerja untuk keabadian, saya pun berusaha menjadi abadi meski tetap ada saja kurangnya. Apapun itu, semoga berkenan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Rumah
Ini adalah catatan yang saya tulis dengan cukup tenang dan bahagia karena akhirnya kami akan hidup berdua dalam satu rumah. Sebuah rumah yang meski baru bisa mengontrak tetapi kami cukup berbangga dengan rumah ini. Karena dengan adanya rumah ini yang akan menaungi kami selama tahun-tahun ke depan, secara lengkap kami akan memulai rumah tangga kami sendiri. Tidak ada lagi jarak yang akan menjadi penghalang hanya sekedar untuk bertatap muka, menikmati indahnya tatap mata setelah lama memendam rindu untuk bersua karena kini kami hidup dalam satu rumah. Tidak ada lagi waktu yang dihabiskan berjam-jam di telepon jika hanya ingin berbagi kisah apa yang telah dilalui dalam melalui hari-hari. Dan yang terpenting, kami bisa merencanakan masa depan yang kami dambakan secara lebih intensif, bukankah pepatah mengatakan bersatu kita teguh? Rumah itu berlantai dua, punya teras di lantai atas, sebuah rumah yang bisa dibilang jauh dari pusat kota, berada di pinggiran kota Bandung yang perlahan terus bergerak maju. Susah payah kami mencari rumah itu hingga akhirnya kami merasa cocok dengan beberapa hal hingga memutuskan untuk mengontraknya. Tetapi bukankah itu yang selalu orang katakan, semua akan indah pada waktunya? Dalam hal ini bisa jadi bersabar adalah pelajaran yang bisa kami ambil. Berhari-hari keliling setiap sudut kota Bandung mencari sebuah rumah mungil yang bisa kami tempat sebagai rumah kami pertama membangun rumah tangga. Dan rumah itu pun kami temukan. Banyak hal yang sedang kami rencanakan dalam rumah itu, dia bekerja di rumah dan saya bekerja di luar rumah. Dia menjadi ibu rumah tangga dan saya jadi tulang punggung rumah tangga yang utama. Dia adalah co-pilot saya di rumah, seperti yang dikatakan Ryan Bingham dalam film Up In The Air. Bisa jadi dalam setiap kehidupan kita selalu membutuhkan orang-orang seperti itu. Sebutkan semua label yang kamu tahu, selalu ada orang-orang di lingkungan terdekatmu yang bisa kamu andalkan jika kamu goyah. Dalam hal membangun rumah tangga, dialah co-pilot saya. Orang yang bisa jadi selalu memasak makanan yang saya senangi ketika saya pulang kerja dan kelaparan. Orang yang bisa menemani lelah saya dan menemani saya ke dokter gigi sekali waktu. Orang itu istri saya. Sekarang kami sedang sibuk sekali mempersiapkan kepindahan istri saya itu ke Bandung. Dan hal ini saya tahu menjadi sentimentil baginya karena seumur hidup dia belum pernah jauh dari keluarganya. Untuk itulah saya juga akan menjadi orang yang bisa dia andalkan selama kami hidup berdua membina rumah tangga. Karena bagaimanapum sebuah hubungan dimulai ketika berbicara tentang rumah tangga akan lebih baik jika sudah berada di bawah satu atap. Dan inilah saatnya. Bismillah.
2 notes
·
View notes
Quote
“I have advice for people who want to write. I don't care whether they're 5 or 500. There are three things that are important: First, if you want to write, you need to keep an honest, unpublishable journal that nobody reads, nobody but you. Where you just put down what you think about life, what you think about things, what you think is fair and what you think is unfair. And second, you need to read. You can't be a writer if you're not a reader. It's the great writers who teach us how to write. The third thing is to write. Just write a little bit every day. Even if it's for only half an hour — write, write, write.”
― Madeleine L'Engle
11 notes
·
View notes
Photo

Sah! with Annisa Andrie, Solahudin, Merry, Surya Prasetya, Malika ♉, and Ayu Dipta – View on Path.
2 notes
·
View notes
Quote
“Life is boring. People are vengeful. Good things always end. We do so many things and we don’t know why, and if we do find out why, it’s decades later and knowing why doesn’t matter any more.”
― Douglas Coupland
0 notes
Quote
“Relationships are mysterious. We doubt the positive qualities in others, seldom the negative. You will say to your partner: do you really love me? Are you sure you love me? You will ask this a dozen times and drive the person nuts. But you never ask: are you really mad at me? Are you sure you’re angry? When someone is angry, you don’t doubt it for a moment. Yet the reverse should be true. We should doubt the negative in life, and have faith in the positive.”
― Christopher Pike, Remember Me
1 note
·
View note
Quote
“If I love you, I will carry for you all your pain, I will assume for you all your debts (in every definition of the word), I will protect you from your own insecurity, I will protect upon you all sorts of good qualities that you have never actually cultivated in yourself and I will buy Christmas presents for your entire family. I will give you the sun and the rain, and if they are not available, I will give you a sun check and a rain check. I will give you all this and more, until I get so exhausted and depleted that the only way I can recover my energy is by becoming infatuated with someone else.”
`― Elizabeth Gilbert
1 note
·
View note
Quote
“People always fall in love with the most perfect aspects of each other’s personalities. Who wouldn’t? Anybody can love the most wonderful parts of another person. But that’s not the clever trick. The really clever trick is this: Can you accept the flaws? Can you look at your partner’s faults honestly and say, ‘I can work around that. I can make something out of it.’? Because the good stuff is always going to be there, and it’s always going to pretty and sparkly, but the crap underneath can ruin you.”
― Elizabeth Gilbert, Committed: A Skeptic Makes Peace with Marriage
0 notes
Quote
“When you stop expecting people to be perfect, you can like them for who they are.”
― Donald Miller, A Million Miles in a Thousand Years: What I Learned While Editing My Life
0 notes
Quote
“I will love you always. When this red hair is white, I will still love you. When the smooth softness of youth is replaced by the delicate softness of age, I will still want to touch your skin. When your face is full of the lines of every smile you have ever smiled, of every surprise I have seen flash through your eyes, when every tear you have ever cried has left its mark upon your face,I will treasure you all the more, because I was there to see it all. I will share your life with you, Meredith, and I will love you until the last breath leaves your body or mine.”
― Laurell K. Hamilton, A Lick of Frost
0 notes
Quote
“I want to be in a relationship where you telling me you love me is just a ceremonious validation of what you already show me.”
― Steve Maraboli, Life, the Truth, and Being Free
4 notes
·
View notes
Text
Kelak
Kelak aku akan mencintaimu lebih dari ini. Lebih dari sekedar ingin membahagiakanmu di dunia ini, tetapi juga kelak di surga sana. Kelak cintaku tidak akan sederhana lagi, semakin kompleks karena nanti cintaku harus kubagi pada anak-anak kita yang kelak lahir dari rahimmu. Tidak ada lagi sedih dan senang yang terlalu dalam karena segalanya bisa dibagi berdua. Ketika kelak di pagi hari aku berangkat kerja dan kamu menyiapkan sarapan ala kadarnya di meja. Tak perlu menyesali karena hanya memasak tempe, tahu dan telur asin dibagi berdua, karena berbagi adalah tanda kita bersatu. Kelak rinduku bisa jadi akan tetap menghampirimu, dalam pesan singkat di jam makan siangku atau di perjalanan pulang ketika kemacetan kota menyergapku dan pesan singkatmu datang menanyakan, "Ayah, masih di jalan? Hati-hati, Ayah." Rinduku seolah jatuh di situ. Malam-malam kita mungkin tak akan sama lagi dari ini, obrolan panjang menemani jam-jam yang berlalu, bisa jadi teh manis hangat dan pisang goreng buatanmu menjadi teman mengobrol kita di teras rumah. Kelak ketika udara beranjak tinggi, cintaku mungkin mewujud seikhlas mendengarkan dengkurmu yang perlahan dan membopongmu ke tempat tidur. Banyak hari yang akan dijelang, dan banyak cerita bisa kita buat. Kelak tak ada lagi jam, menit, detik yang kusesali berlalu begitu saja karena tahu istri shalehah selalu didamba suaminya.
3 notes
·
View notes
Text
Thought via Path
Lelaki di Balik Semak Ilalang Kepalnya menguat, tatapannya setajam belati. Dengus nafasnya seolah tak jemu, dalam hatinya ingin bergerak dan menghentikan wanita itu pergi. Di batas antara laut dan daratan, lelaki itu berdiri memandang di balik semak ilalang pada satu kejadian. Seratus meter dari tempatnya berdiri, dia melihat wanita yang dia cintai hendak naik ke sebuah sampan kecil. Sebuah sampan yang biasa digunakan nelayan menjaring ikan. Seorang pria kurus menunggu wanita itu naik. Hari telah pudar, gelap hendak mengatup. Kedua sosok manusia di hadapannya justru seperti hendak merayakan pertemuan. Mungkin berlayar. Mungkin bercinta. Tapi lelaki itu tahu siapa lelaki yang berdiri di sampan, Sukab namanya. Wanita yang hendak naik sampan itu, yang kemudian disadarinya telah dicintainya begitu rupa, Hayati namanya. Orang sekampung sibuk mempertanyakan ke mana dua sejoli itu pergi dan bagaimana kisah rumah tangganya tapi mereka tidak memperdulikan tentang lelaki di balik semak ilalang itu. Lelaki yang sebenarnya mampu berbuat sesuatu, mungkin mencegah Hayati pergi bersama Sukab. Lelaki yang kelak, seluruh kampung, dan bahkan Hayati sendiri akan menyadari betapa cinta jika sudah jatuh tak pernah akan menjauh. *terinspirasi dari cerpen Cinta di Atas Perahu Cadik, SGA. – Read on Path.
0 notes
Text
Thought via Path
Lelaki itu menatap sayu di mata wanita di hadapannya. Derap laju kereta bahkan tak sanggup redamkan degup hatinya yang ingin berontak. Berontak karena sebab tangan berlepasan di persimpangan. Langkahnya pelan seperti enggan pulang, sebab hati meminta tinggal. Wanita itu diam, sebuah kecupan di punggung tangan sebagai penanda "selamat jalan." Mulai malam itu, rutinitas kita seperti sedia kala. Dan cinta yang katanya tak pernah bisa diduga datangnya, menghentikan perjalanannya saat itu juga, ketika kereta datang memekakkan telinga. Kepada wanita itu cinta ditanam begitu rupa wujudnya. – Read on Path.
0 notes
Photo

"Merdeka belum bung?" at Museum Diponegoro Magelang – View on Path.
0 notes
Quote
“You keep waiting for the moral of your life to become obvious, but it never does. Work, work, work: No moral. No plot. No eureka! Just production schedules and days. You might as well be living inside a photocopier. Your lives are all they're ever going to be.”
― Douglas Coupland
0 notes
Link
Bagus nih. Bahkan ketika dibaca oleh seorang pria. Congrats!
Dear, ini aku, wanita yang nanti, jika masanya tiba, akan menyuguhkan teh manis hangat saat kau pulang bekerja. Kita akan duduk berdua, atau mungkin aku yang akan menyeretmu ke beranda, untuk melihat langit malam, atau sekedar berbagi cerita. Aku membayangkan ada wajahmu di sana, terkantuk-kantuk...
8 notes
·
View notes