Text
Ada yang sadar gak sih, kalau lirik lagu "Padamu Negeri" itu mengandung nilai-nilai kemusyrikan? :')

Your religiosity is worthless if you’re a nationalist.
Islam doesn’t recognize borders, flags, or false pride — only submission to Allah SWT.
62 notes
·
View notes
Text
Kalau kamu salah belok, maps kamu gak akan bilang: "kamu salah jalan!" Tapi dia bakal nyesuaiin rute agar kamu tetap sampai di tempat tujuan.
Di kehidupan ini, yang sibuk menjustifikasi biasanya adalah mereka yang juga sama-sama tak tahu jalan. Sementara mereka yang paham rute, akan setia membimbing dengan sabar.
#life lessons#life struggles#purpose of life#writers on tumblr#female writers#self love#self worth#tulisan#love#life quotes#islam#life
55 notes
·
View notes
Text
Tentang Ujian, Tabiatnya, Hingga Cognitive Reappraisal
@edgarhamas
Wahb bin Munabbih menasihati, "Tiada suatu pun kecuali ia tampak kecil lalu membesar, kecuali musibah. Ia tampak besar di awal, lalu mengecil."
Kalau kita belum merasakannya, mungkin kutipan ini ngga relate. Tapi, ini relevan bagi siapapun yang hidupnya terbiasa hadapi problema.
Bagi siapapun kita yang pernah merasakan musibah, kita akan tahu bahwa penerimaan kita, membuat kita bisa lebih ringan memikul bebannya.
Inilah salah satu dinamika paling universal dalam pengalaman manusia: musibah dan bagaimana kita menghadapinya dari waktu ke waktu.
Biasanya dalam hidup: sesuatu yang kecil bisa membesar, seperti nasihat Wahb.
Tapi musibah berjalan terbalik: besar di awal, lalu mengecil. Ketika musibah pertama kali datang —perginya orang tercinta, kegagalan besar, kehilangan, penolakan, pengkhianatan— kita akan meledak.
Kita merasa tidak akan sanggup melewati hari esok. Tapi waktu berlalu. Rasa sakitnya menurun.
Kita mulai menata ulang makna hidup. Luka perlahan sembuh. Yang dulu menyesakkan dada, sekarang hanya jadi kenangan, bahkan kadang jadi pelajaran. Kuncinya ada pada: Ridha. Penerimaan.
Seorang teman yang bergelut di bidang psikologi mengatakan, bahwa ini bisa disebut bagian dari 'cognitive reappraisal.'
Saat kita mulai memaknai ulang peristiwa itu. Misalnya: "Mungkin ini cara Allah mendidikku." "Allah tunda sesuatu untuk diganti yang lebih baik. insyaallah."
Bahkan dahulu, Sufyan Ats Tsauri pernah menasihati,
لم يفقه عندنا من لم يعد البلاء نعمة والرخاء مصيبة
"Tidaklah seseorang dianggap faqih pada agamanya, jika ia belum menganggap musibah sebagai nikmat dan kelapangan sebagai musibah." (Al Jarh wa At Ta'dil 1/93)
"What doesn’t kill you, makes you stronger." Masalah-musibah yang kita hadapi dengan kuat, sabar dan tawakkal, itulah yang Allah jadikan sebagai penguat kita.
Sama seperti kata Shalahuddin, "ketika aku minta kekuatan, Allah berikan aku masalah untuk aku selesaikan."
2 Juli 2025
122 notes
·
View notes
Text
Pohon Tumbuh Tidak Tergesa-gesa
Makin dewasa, kadang tidak sadar membandingkan diri sama orang lain. Mengukur diri dengan alat ukur yang tak seharusnya kita gunakan; persepsi orang lain.
Waktu pulang ke rumah orang tua minggu lalu, aku menyadari jika banyak pohon di sekitar rumah ini yang umurnya lebih tua dari umurku, mereka adalah pohon kelapa, mangga, rambutan, dan nangka. Bahkan, foto mereka saat masih tumbuh masih ada, menjadi latar fotoku saat masih kecil dulu.
Mereka masih berbuah hingga hari ini, memberi manfaat meski menetap tak berpindah sama sekali. Bahkan, seiring kesibukanku, aku tak menyadari pertumbuhannya.
Entah kenapa, sulit bagi kita meneladani pohon. Andai kita petani, kita pun akan sadar tidak bisa memaksa padi tumbuh hingga menghasilkan bulirnya dalam sebulan. Mangga yang baru bertunas, tak bisa kita paksa segera berbuah dalam enam bulan. Apalagi tanaman-tanaman yang lebih lama lagi seperti durian. Mereka, para petani, amat sabar merawatnya dari bibit hinga berbuah, hingga layak panen.
Entah kenapa kita nggak pernah sabar sama hal-hal yang lagi kita tanam sendiri, dari pekerjaan ingin segera punya pekerjaan yang baik dengan gaji besar, dari pendidikan ingin segera selesai dengan nilai memuaskan, dari berkeluarga ingin bergegas menikah - punya anak - hidup bahagia - punya rumah - punya apapun, dan entah apapun yang lagi kita mulai. Kita tergesa untuk segera lihat hasilnya, tidak hanya itu, tapi juga berekspektasi bahwa kita akan mendapatkan hasil yang baik.
Entah kenapa, kita terasa begitu tergesa-gesa. Seolah jika sudah sampai kepala tiga, semuanya telah terlambat. Seolah kita kalah dari perlombaan yang sebenarnya tidak pernah ada.
Dan karena begitu tergesa-gesa, kita kadang nggak sadar bahwa bisa jadi kita adalah pohon durian yang iri kepada padi. Kata terfamiliarnya adalah kita kehilangan jati diri. (c)kurniawangunadi
300 notes
·
View notes
Text
"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri." (4: 79)

49 notes
·
View notes
Text
Teman seperjuangan yang tak pura pura sukses.
Di antara deretan teman seperjuangan, ada satu yang tak pernah bercerita soal seminar, tak pernah unggah sertifikat pelatihan gratisan, dan tak sibuk memberi motivasi pagi dengan kutipan dari buku yang tak pernah ia baca.
Ia tak berpura-pura jadi CEO di bisnis yang bahkan belum punya pelanggan. Tak menuliskan "Alhamdulillah, tak menyangka" setiap habis makan siang di kafe coworking space.
Ia hanya bekerja. Ya, bekerja.
Tanpa perlu mengabari dunia bahwa ia sedang berproses. Tanpa perlu menyebut setiap kegagalan sebagai "pembelajaran luar biasa".
Ia hanya diam, menambal lubang hidupnya pelan-pelan, tanpa sound effect dari media sosial.
Sementara teman-teman lain, sibuk saling mencolek di dunia maya, mengundang satu sama lain dalam seminar yang mereka sendiri tak pahami, berteriak soal sukses dari atas panggung yang mereka dirikan sendiri.
“Perjuangan itu proses,” katanya bukan postingan.
“Kesuksesan itu senyap,” bukan headline yang dibayar pakai barter kopi gratis dan kursi lipat.
Ia tak memakai kata-kata seperti "naik kelas", "mentoring", atau "healing". Ia lebih percaya pada kata "menabung", "menyusun ulang", dan "tidur cukup".
Lalu ketika yang lain sibuk menciptakan personal branding, ia justru memilih memperbaiki personal reality.
Dan saat dunia bertanya, mengapa ia tak pernah muncul dalam daftar inspiratif, ia hanya tertawa kecil, seperti tahu bahwa yang paling berhasil tak pernah butuh pengakuan dari yang paling bising.
209 notes
·
View notes
Text
"Anda dapat mengetahui apakah seorang pria itu cerdas dari jawaban yang ia berikan. Dan Anda dapat mengetahui apakah seorang pria itu bijak dari pertanyaan yang ia ajukan."
Itulah perbedaan antara kecerdasan dan kebijaksanaan.
Kecerdasan dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk memberikan jawaban yang tepat dan cerdas, sedangkan kebijaksanaan dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk mengajukan pertanyaan yang tepat dan reflektif.
Dengan kata lain, kebijaksanaan tidak hanya tentang memiliki pengetahuan atau jawaban yang benar, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami kompleksitas, nuansa, dan konteks dari suatu masalah.
Maka marilah kita, tak hanya sebagai seorang pria, tapi juga sebagai manusia, untuk lebih memperhatikan pertanyaan yang kita ajukan dan bagaimana pendekatan kita terhadap suatu masalah, daripada hanya fokus pada jawaban yang kita berikan.
35 notes
·
View notes
Text
27 Pelajaran Hidup
Mencoba merangkum pelajaran-pelajaran penting belakangan ternyata lebih memudahkan untuk diingat. Berikut 27 pelajaran hidup versiku.
1. Hidup dinilai yang lebih baik bukan terbaik amalnya. (tadabbur Q.S. Al Mulk : 02)
2. Mencari ketenangan lebih utama dibandingkan bahagia. Ketenangan menandakan kestabilan. Kebahagian cepat hilangnya. (temani.id)
3. Tahapan menuju ketenangan adalah memiliki kesadaran, bertanggungjawab, dan mampu menavigasi komplektivitas kehidupan
4. Tujuan hadirnya ujian dalam hidup adalah melihat respon dari kita. Bersyukur atau meratapi kesalahan? Seandainya respon kita tenang, insyaAllah akan menjadikan kita sebagai pribadi yang resilien.
5. Setelah menjadi pribadi yang resilien, tahap setelahnya adalah memiliki optimisme dan tawakal. Ini bekal meraih kemenangan.
6. Orang yang menang adalah orang yang mendapat ampunan. (Referensi dari kisah pelacur yang masuk surga)
7. Pendidikan tidak bisa menjamin cara kita mengelola uang. (Psychology Of Money)
8. Salah satu keberhasilan dini dalam pengelolaan uang adalah berapapun penambahan income, gaya hidup harus dipress agar tak memunculkan ketamakan.
9. Gaya hidup yang membuat banyak orang terobesi dan seringkali tanpa tujuan pasti.
10. Kopi bisa diseduh di rumah. Kita hanya membeli gengsi wkwk. Ngopi murah-murah saja guys.
11. Banyak orang punya kemampuan bicara, namun tidak banyak orang yang mau mendengar.
12. Ketakutan biasanya berasal dari ketidaktahuan.
13. Menikah bukan perkara cepat, tapi tentang menyiapkan dengan tepat.
14. Cinta akan lebih powerfull kalau kita punya orientasi memberi. (Ust. Cahyadi Takariawan)
15. Salah dua rahasia langgengnya pernikahan adalah dibingkai dengan Al-Quran dan Ilmu.
16. Cinta dalam diam itu menyiapkan. Bukan kode-kode.
17. Di tengah zaman yang penuh fitnah, pernikahan tak cukup sekadar menyatukan 2 insan. Harus ada visi kebermanfaatan untuk umat.
18. Mengedepankan empati adalah kunci komunikasi dalam upaya meminimalkan suudzon. Bahkan di pernikahan sekalipun.
19. Cinta tak harus memiliki. Terkadang keikhlasan adalah pendewasaan tentang cinta itu sendiri.
20. Cinta seseorang laki-laki ditunjukan dengan tanggungjawab dan memegang kata-kata.
21. Hidup sehat mulai sekarang. Lari atau jalan. Tak harus pace 5 yang penting tidak wacana.
22. Baca buku minimal 10 halaman setiap hari.
23. Usahan bertemu orang baru atau orang yang tak lama ngobrol dalam seminggu. InsyaAllah dapat menjaga kewarasan dan insight baru.
24. Ikut kajian keilmuan. Ilmu itu dicari dan diikat dengan tulisan.
25. Banyak tadabbur Al-Quran, perbaiki tahsin, hafalkan surat Ar-Rahman, Al-Waqiah, Al-Mulk, dan Al-Kahfi agar terhindar dari fitnah dajjal.
26. Tidak tidur setelah subuh.
27. Kalau sedang susah dan merasa hilang arah. Lihatlah Palestina.
Manusia fitrahnya harus mengingat dan diingatkan. Semoga semua makhluk berbahagia 🙏
Watu Gambir, 28 Juni 2025.
Juni Menulis Hari Ke-25. Barakallah fi umrik, me!
66 notes
·
View notes
Text
Ini doa agar pahala kita kelak tidak diberikan pada mereka yang pernah kita dzalimi, baik secara sengaja mau pun tidak. Atau agar kita terhindar dari menanggung dosa-dosa mereka.
Doa ini diucapkan setiap malam, sebelum tidur.
Kalau diterjemahin ke bahasa Indonesia, kurang lebih maknanya:
"Ya Allah, aku hanyalah manusia. Aku bisa marah sebagaimana manusia lainnya marah. Aku bisa kesal sebagaimana manusia lainnya kesal. Aku bisa cemburu sebagaimana manusia pada umumnya pun cemburu.
Jadi, jika Engkau mengetahui bahwa aku pernah menyakiti orang lain, menghina orang lain, merendahkan orang lain, jika ada di luar sana orang yang terluka atas perilakuku yang sebenarnya ia tak pantas menerimanya,
Maka ubahlah itu semua menjadi pahala shalat, menjadi pahala zakat, menjadi pahala qurban, dan menjadi jalan agar mereka mendapat rahmat-Mu di hari kiamat."
Doa ini juga sebagai pengingat bagi kita, untuk tidak membanggakan diri serta berlebihan dalam mengutuk dan menghukum orang-orang yang telah berbuat jahat pada kita.
Karena kalau kita masih menyimpan dendam pada mereka, padahal mereka sudah Allah ampuni dan malah senantiasa mendoakan kebaikan untuk kita, maka yang rugi adalah kita yang terus mendzalimi diri sendiri.
Tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk meminta maaf pada manusia lainnya. Tapi ada banyak ayat yang memerintahkan kita untuk memaafkan manusia lainnya.
Kau lihat?
Dunia ini penuh dengan tipuan. Baik, buruk, sama-sama ujian.
#catatan doa#writers on tumblr#female writers#self love#self worth#love#tulisan#life lessons#life quotes
37 notes
·
View notes
Text

الموتى لا يأبهون إذا ما كانت جنازتهم فخمة أم لا ولكن الأحياء هم الذين يتباهون بذلك
Orang mati tidak peduli apakah pemakamannya mewah atau tidak, tapi orang hiduplah yang menyombongkannya.
اللهم صل على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
Ketahuilah setiap yang keluar dari pada lidah kita akan dibayar dengan pahala, atau azab di hari kiamat nanti.
القَلْبُ إِذَا قَلَّتْ خَطَيَاهُ أَسْرَعَتْ دَمْعَتُهُ
Hati itu jika tidak berlumur dosa, niscaya akan cepat/mudah menitikan air mata
Ketika kamu melihat orang yang mempermasalahkan hal kecil, teringat ayat ini :
وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا
“Sungguh manusia itu adalah makhluk yang suka sekali membantah!"
Tidak ada yang benar-benar penting untuk direnungkan kecuali dosa dan kesalahan yang kadangkala terulang tanpa disedari.
Sering-seringlah meminta ketetapan hati di atas ketaatan.
Kerana kita tak tau bagaimana keadaan terakhir kita nanti saat menghadapi kematian.
Didiklah hatimu agar tidak berbangga diri, dan didiklah matamu agar tidak memandang rendah orang lain.
Sabar, jangan gegabah soal perasaan.
Kerana sabar dalam penantian lebih baik daripada salah dalam memilih pasangan.
Apalagi untuk yang ingin menuju pernikahan.
Jangan kaitkan ketaatan seseorang dengan masa lalunya,
Jika Allah berkehendak merubahnya lalu kenapa kita menghakiminya?
Allah memiliki banyak cara yang tak pernah kamu sangka caranya dalam menolong hamba-hambanya. Maka berbaik sangkalah.
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.” (Qs. Ali 'Imran : 173)
"Engkau Tak Akan Mampu Meneguk Manisnya Keikhlasan Sampai Engkau Membunuh Tiga Penyakit Dalam Jiwamu: Cinta Pujian, Cinta Ketenaran, Dan Cinta Dunia."
Ustadz Abdul Qodir Abu
Fa'izah حفظه الله
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ
Ketika mati kelak
Jangan bawa 2 hal:
Dosa dan Musuh (orang-orang yang pernah kita sakiti)
Bawa-lah 2 hal :
Amalan-amalan solih dan teman-teman yang solih
Ustadz Khalid Basalamah.M.A.
“Tahan lisan dan tulisan kita, jangan berbicara sesuatu yang kita tidak ada ilmu padanya, tau kadar diri itu lebih selamat.”
Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi hafizhahullah
Tentang Bahagia
Bahagia bukan milik mereka yang hebat dalam segalanya, namun yg mampu temukan hal sederhana dalam hidupnya dan tetap bersyukur.
"Semua sudah tertulis di lembaran takdir. Tidak ada satupun yang terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Semua akan terjadi tepat pada waktunya."
𝘈𝘭-𝘜𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘈𝘭𝘪 𝘉𝘢𝘴𝘶𝘬𝘪
25 notes
·
View notes
Text
“Jika manusia sudah berdamai dengan dirinya sendiri,
maka ia tetap tenang meskipun dunia sedang tidak baik-baik saja...”
● Syeikh Mutawalli Sya'rawi
33 notes
·
View notes
Text
"الخصوصيّة قوّة، أنت سيّد ما تخفيه، وأسير ما تفشيه."
734 notes
·
View notes
Text
Bahkan ketika orangtuamu membuangmu, ketika saudara-saudaramu membencimu, dan ketika pasanganmu mengkhianatimu,
Ingatlah,
Ada milyaran sel di dalam tubuhmu yang tetap bekerja keras memperjuangkan kehidupanmu.
Jangan pernah menyakiti dirimu, hanya karena dunia tidak menginginkanmu.
Hidup kita memang bukan hanya untuk kita. Tapi kadang, bukan untuk orang tua kita juga, apalagi untuk pasangan.
Kadang, hidup itu sesimpel hanya untuk menjaga apa yang Tuhan titipkan, meski dunia tampak tidak setuju.
Hidup Kita Bukan Hanya Untuk Kita
Hidup ini bukan hanya untuk kita sendiri. Ada orang lain yang menunggu untuk dijaga, ada orang-orang terdekat yang berharap kamu tetap ada. Hidup ini juga untuk orang lain: untuk mereka yang kamu cintai, yang diam-diam menjadikanmu alasan untuk tetap kuat menjalani hari.
Saat kamu menjadi seorang suami, pastikan tubuhmu cukup sehat untuk memikul beban tanggung jawabnya. Menjadi tulang punggung keluarga tak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesehatan fisik dan jiwa yang terjaga.
Saat kamu menjadi seorang istri, pastikan tubuhmu cukup kuat untuk membersamai. Untuk mendampingi suami, untuk mengasuh anak, untuk menjadi tempat pulang yang hangat meski lelah ikut duduk di bahumu.
Jangan membebani pasanganmu karena kamu abai menjaga diri. Merokok tanpa henti, malas bergerak, tidur larut malam tanpa alasan jelas, makan tak teratur, suka yang pedas berlebihan—semuanya perlahan membentuk luka yang mungkin tak langsung terasa, tapi akan tumbuh menjadi beban di kemudian hari.
Jika kamu terlahir sehat, tanpa penyakit bawaan, jangan sia-siakan. Di luar sana, banyak yang sejak lahir harus berdamai dengan keterbatasan— yang jantungnya lemah, epilepsi, kelumpuhan, dan lainnya. Kamu yang diberi tubuh utuh dan sehat, jangan rusak dengan cara hidup yang seenaknya.
Silakan, jika kamu ingin merusak dirimu sendiri—tapi jangan seret orang lain ke dalamnya. Jangan buat orang tuamu menitikkan air mata di rumah sakit. Jangan biarkan pasanganmu bingung mencari biaya berobat. Jangan buat anak-anakmu tumbuh tanpa kehadiranmu yang sehat. Jangan beri beban pada orang sekelilingmu karena kamu memilih abai menjaga diri.
Pakar kesehatan boleh berbusa-busa memberi nasihat. Tapi semua akan sia-sia jika kamu tak berniat menjaganya. Setidaknya, ambillah nasihat itu untuk dirimu sendiri. Karena hidupmu bukan hanya milikmu.
Ingatlah, hidupmu bukan hanya untukmu saja. Tapi juga untuk orang lain yang kamu cintai.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-baik
138 notes
·
View notes