Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Segalanya sudah selesai, kisahku pada lembar kehidupan hari ini. Hari ini aku berperan sebagai seorang yang menyedihkan, ditinggalkan, tidak dianggap dan aku belajar untuk menerimanya. Belajar mengambil makna dari semua yang telah terjadi.
Aku menyadari bahwa di hari paling buruk sekalipun ada kebaikan yang menyertai kita. Kesehatan, senyuman dari orang lain, pemberian kecil dari orang lain, segala sesuatunya berjalan mudah, semuanya adalah bentuk kebaikan.
Aku ingin menyelesaikan seluruh kisah dengan rasa syukur atas hal-hal baik yang menyertaiku. Karena aku menyadari tidak selamanya lembaran hidupku menderita, ada lembaran yang membuatku bahagia sehingga tidak ingin membuatku beranjak ke halaman berikutnya.
24 notes
·
View notes
Text
Aku rindu perasaan tentram itu.
Perasaan tentram saat aku masuk ke dalam rumah-Nya.
Perasaan tentram saat aku membaca atau mendengar ayat-ayatNya.
Perasaan tentram saat aku tidak menggantungkan segala harapanku pada manusia, tetapi hanya kepada-Nya.
Perasaan tentram saat aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.
Perasaan tentram saat aku percaya bahwa Allah akan selalu ada untukku.
Perasaan tentram yang aku rasakan setelah aku bersujud karena ketidakberdayaanku.
Perasaan tentram saat aku tidak mengkhawatirkan apapun yang terjadi padaku karena aku percaya skenario terbaik yang Allah berikan.
11 notes
·
View notes
Text
"Tidak akan tertukar apa yang menjadi rezeki kita"
Aku selalu percaya akan hal itu. Segala sesuatu yang digariskan untukku, tidak akan tertukar dengan orang lain. Jika sesuatu dapat aku raih dengan mudahnya, berarti memang untukku. Jika tidak bisa aku dapatkan, seberapa keras usaha yang kulakukan, berarti memang bukan untukku.
Dan aku percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Seringnya yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah. Sebagai manusia, terkadang aku sangat menginginkan sesuatu, padahal bisa jadi apa yang kuinginkan bukanlah hal yang baik untukku.
Seperti aku yang dulu sangat berharap bisa menempuh pendidikan di tempat yang menurutku 'terbaik', tapi nyatanya tidak sebaik itu. Banyak hal buruk yang terjadi di sana. Dan, aku bersyukur Allah menggagalkan rencanaku, sebelum rencanaku menggagalkanku.
25 notes
·
View notes
Text
Pulih. Salah satu harapanku saat ini. Pulih dari perasaan-perasaan yang cukup menggangguku. Perasaan yang seharusnya sudah hilang karena kejadian itu telah berlalu. Tapi nyatanya aku masih merasakan sakit saat mengingat kenangan itu ataupun mengalami kejadian yang hampir sama lagi.
Ternyata perasaan tak dianggap dan tak diajak masih sangat menyakitkan. Meskipun aku menampilkan senyum terbaikku dan bersikap seakan aku baik-baik saja, nyatanya aku tak bisa menampik rasa sakitku. Aku masih belum bisa menerima bahwa aku memang tidak diajak. Sesuatu yang sepele memang, tapi aku masih merasakan sakit.
Otakku kembali memutar bayangan saat aku tidak diajak saat aku kecil, oleh keluargaku atau teman-temanku. Masa di mana aku tidak terlihat dan tidak dianggap penting oleh siapapun. Mengingatnya masih terasa menyakitkan, sama dengan saat ini. Mungkin perasaanku saat ini adalah perasaanku terhadap masa lalu. Masa lalu yang belum bisa aku maafkan.
Aku tahu, proses untuk pulih akan menjadi proses yang sangat panjang. Banyak luka yang harus kujahit satu per satu. Tapi semoga Allah kuatkan aku dalam proses pemulihan ini.
19 notes
·
View notes
Text
Aku memilih berdamai dengan segala hal dalam hidupku,
bukan karena orang lain,
tapi untuk diriku sendiri,
untuk ketenangan batinku sendiri.
Aku memilih berdamai dengan sikap dan perilaku orang lain yang menyakitiku,
karena aku menyadari ada hal yang tidak bisa kukendalikan,
salah satunya mereka.
Aku memilih berdamai dengan diriku sendiri, lebih dan kurangku,
karena aku menyadari tidak ada manusia yang sempurna,
pernah salah, keliru, dan lalai.
Aku memilih berdamai dengan kehilangan yang sering menghampiriku,
karena aku menyadari tidak ada yang abadi di dunia ini,
datang dan pergi,
silih berganti.
27 notes
·
View notes
Text
"Ada tiga hal yang perlu kita maafkan, yaitu diri kita, orang tua kita, dan orang lain."
"Tapi memaafkan tidak semudah itu. Apalagi memaafkan orang lain."
"Iya memaafkan memang tidak semudah itu. Apalagi kalau kita masih merasa marah, sedih, dan kecewa. Tidak apa-apa jika belum bisa memaafkan, itu adalah hal yang wajar.
Memaafkan bukan berarti kita mewajarkan kesalahan orang lain. Memaafkan bukan berarti kita setuju dengan apa yang dilakukan orang lain kepada kita. Memaafkan bukan berarti kita kalah dan orang lain menang.
Memaafkan berarti menerima apa yang terjadi, melepaskan perasaan marah dan dendam terhadap kejadian buruk yang telah terjadi, membiarkannya berlalu sebagai proses pembelajaran, dan fokus melangkah maju."
"Memaafkan diri sendiri berarti memaafkan diri kita yang banyak salah dan kurangnya, ya?"
"Iya, memaafkan diri kita yang pernah melakukan kesalahan ... menerima bahwa kita ada kurangnya, tidak bisa melakukan semua hal dengan baik, dan tidak menyalahkan diri atas ketidakmampuan atau ketidakberdayaan kita."
"Aku masih belum bisa memaafkan diriku sampai sekarang, tapi akan aku coba ... Bagaimana dengan caranya memaafkan orang lain dan orang tua kita? Rasanya itu sungguh berat. Apalagi tidak ada kesadaran dan kata maaf dari mereka."
"Ini berat memang, karena aku juga belum sepenuhnya bisa memaafkan orang lain, apalagi orang tuaku. Aku masih merasa marah atas apa yang terjadi. Tapi aku berpikir, apakah aku akan terus begini?
Rasanya hidup dengan dipenuhi dengan kemarahan yang selalu membara, rasanya tidak mengenakkan. Energi dan waktuku habis untuk memikirkan kemarahanku atas kejadian yang telah berlalu. Sedangkan orang yang menyakitiku? Dia mungkin sudah lupa dan melangkah maju.
Aku memilih memaafkan untuk diriku sendiri, untuk kedamaian di hatiku, untuk kebahagiaanku. Semuanya sudah berlalu, dan aku memilih untuk berdamai dengan kenangan itu. Meskipun sulit, tapi aku akan mencoba memaafkannya. Mungkin dengan mencoba memahami mengapa orang itu menyakitiku, akan membuatku lebih mudah memaafkan."
43 notes
·
View notes
Text
Aku pernah berada di suatu titik di mana rasanya hidup terasa menyakitkan dan menyesakkan, hingga rasanya aku tidak ingin membuka kedua mataku lagi. Tapi aku memilih untuk membuka kedua mataku lagi.
Aku pernah berada di suatu titik di mana aku ingin melupakan seluruh ingatanku. Tapi aku tak ingin benar-benar melupakan ingatanku, hanya saat tertentu saja aku ingin melupakannya.
Aku pernah berada di suatu titik di mana aku ingin menyerah berkali-kali karena merasa tak sanggup menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi. Tapi sampai saat ini, aku masih berjalan meskipun tertatih-tatih.
Aku pernah berada di suatu titik di mana semua rencana yang sudah kususun rapi, berantakan satu per satu. Tapi aku mulai menyusunnya lagi meskipun jatuh beberapa kali.
Aku pernah berada di suatu titik di mana rasanya berbicara dan berdiri di antara orang-orang terasa sangat menakutkan dan membuatku ingin menghilang saja. Tapi aku memilih untuk selalu berlatih meskipun hasilnya tidak sebaik orang lain.
28 notes
·
View notes
Text
Seperti daun yang terkadang sengaja dipatahkan untuk menumbuhkan tanaman baru, aku berpikir bahwa aku sengaja dipatahkan untuk membuat diriku tumbuh menjadi manusia yang lebih baru, lebih baik lagi dari pola pikir, sikap, dan perilakunya.
23 notes
·
View notes
Text
Apapun yang terjadi di masa lalu, sekarang, atau esok, semuanya adalah takdir terbaik yang Tuhan ciptakan. Meskipun banyak air mata yang jatuh dan pertanyaan yang selalu bermunculan, tapi biarlah itu terjadi.
Semoga kita bisa ikhlas menerima apapun yang terjadi, entah takdir yang menurut kita sangat baik maupun takdir yang menurut kita paling buruk sekalipun.
28 notes
·
View notes
Text
"Menangis bukanlah tanda kamu lemah."
"Menangis adalah tanda bahwa kamu seorang manusia yang memiliki perasaan. "
"Setelah semua yang kamu lalui, kamu berhak untuk menangis."
Ucap seseorang dua tahun yang lalu. Selama aku hidup, aku merasa tidak punya masalah dengan diriku sendiri. Baru saat itu, ada orang yang mengatakan bahwa menangis itu sungguh tidak apa-apa. Tidak menunjukkan kita lemah atau rapuh.
Pun jika kita merasa rapuh, kita tidak sendirian. Walaupun tidak ada orang yang merangkul atau memahami kita, ada Allah yang bersama kita, ke mana pun dan di mana pun kita berada. Allah Maha Melihat dan Mendengar seluruh kesedihan dan kegagalan yang kita alami.
14 notes
·
View notes
Text
Semakin aku mengenali diriku sendiri, tak bisa aku pungkiri ada rasa takut yang muncul dalam diriku. Terutama mengenai kekuranganku. Aku merasa takut tidak diterima, takut diasingkan, dan takut dijauhi oleh orang lain.
Sampai akhirnya aku menyadari, buat apa aku memikirkan apa yang akan dinilai orang lain? Setiap orang pasti punya penilaiannya masing-masing. Ada yang menilaiku baik, pasti ada juga yang menilaiku buruk.
Aku hanya perlu menjalani hidup berdasarkan apa yang kumau. Masalah mereka yang tidak mau menerimaku, berarti mereka bukan orang yang tepat untukku.
Dan sama seperti orang lain yang punya kelebihan dan kekurangan, diriku pun sama. Kelebihan yang kumiliki perlu aku syukuri, sedangkan kelemahanku perlu aku terima. Karena siapa lagi yang bisa menerima diriku selain aku sendiri?
Diriku merupakan kumpulan dari apa yang terjadi di masa lalu, latar belakangku berbeda dengan orang lain. Rasanya tak adil juga jika aku membandingkan diriku dengan orang lain yang jelas-jelas berbeda.
10 notes
·
View notes
Text
Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan, entah itu kehilangan barang yang sangat berharga bagi kita ataupun kehilangan orang yang paling kita cintai dan sayangi sekalipun.
Respon saat kehilangan juga berbeda-beda pada setiap orangnya, ada yang merasa sedih, marah, menyalahkan diri, menyalahkan keadaan, menyalahkan Tuhan, dan lain-lainnya.
Bertahun-tahun aku tenggelam dalam lautan kesedihan dan kata "Mengapa". Mengapa Tuhan senang sekali mengambil orang-orang baik di sekitarku? Mengapa aku harus dicoba dengan ujian seperti ini? Mengapa aku harus kehilangan lagi dan lagi?
Sampai akhirnya aku menyadari bahwa yang membuat kehilangan itu terasa berat adalah rasa kepemilikan. Rasa kepemilikan kita akan barang dan orang. Padahal tidak ada yang benar-benar kita miliki di dunia ini. Tidak ada yang benar-benar abadi di dunia ini.
Barang yang sangat berharga bagi kita bisa patah, rusak, atau hilang, entah karena kecerobohan kita atau karena keadaan. Orang yang kita cintai dan sayangi sekalipun, entah itu orang tua kita, keluarga kita, teman kita, semuanya bisa pergi jika memang sudah habis waktunya mereka hidup di dunia ini.
18 notes
·
View notes
Text
"Di depanmu ada kursi kosong, bayangkan satu orang yang masih membuatmu sakit hati ada di kursi itu, duduk di hadapanmu."
Aku menarik napas panjang lalu memejamkan mataku, membayangkan wajah orang yang membuatku sakit hati sampai sekarang, wajah orang itu.
"Apakah kamu sudah membayangkan kehadirannya? Apakah dia sudah hadir?"
"Sudah." jawabku.
"Sampaikan apa yang kamu rasakan ke dia, sampaikan semuanya. Dan bayangkan apa balasan dari orang itu. "
Aku membuka kedua mataku perlahan. Menatap sosok bayangan yang aku ciptakan sendiri, duduk di kursi.
"Mrs. boleh saya ngomong sebentar? Jujur, saya sakit hati banget sama Mrs... Saya tahu, saya banyak salah di sini, perlu banyak belajar, tapi ngga gitu caranya. Tolong jangan judge saya di depan banyak orang."
"Apa balasan yang kamu bayangkan dari orang itu?"
"Ya kamu si gitu aja ngga bisa."
"Saya tau Mrs., saya bodoh. Tapi haruskah Mrs. ngomong gitu di depan banyak orang?"
"Ya saya kan emang gitu orangnya. Daripada saya ngomongin di belakang kamu, lebih baik saya ngomong langsung kan?"
"Mrs... Jujur itu menjatuhkan mental saya banget. Saya tau saya salah. Tapi bisa ngga Mrs. ngga usah ngomong gitu di depan teman-teman saya dan orang lain? Ini bukan sekali dua kali Mrs... Mrs tau kan rasanya dipermalukan di depan umum? Itu ngga enak banget."
"Kamu berani ya sama saya?"
"Saya hanya menyampaikan perasaan saya aja. Apa itu salah? Bukannya Mrs. juga sering gitu?"
Percakapan itu berhenti karena aku merasa sudah tak sanggup menghadapinya lagi meski dalam bayangan. Aku masih merasa marah dengannya, tapi setidaknya perasaan marahku sudah sedikit menurun intensitasnya. Ternyata, teknik kursi kosong yang selama ini kupelajari cukup membantuku akhir-akhir ini.
12 notes
·
View notes
Text
"Aku pernah berada di satu titik di mana aku sendirian, ngga ada satupun orang yang mau bantu ataupun nolongin aku.
Aku pernah berada di satu titik di mana aku dianggap rendah, diremehkan, dianggap ngga ada, dan ngga penting.
Aku tahu rasanya ngga didengarkan oleh orang lain dan di-judge segala macam.
Makanya aku ngga pernah ingin orang lain merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Karena itu menyakitkan rasanya.
Aku pernah berada di satu titik di mana aku ngga punya apa-apa, makanya sekarang aku bekerja sangat keras. Bekerja keras agar aku ngga perlu kesusahan lagi."
18 notes
·
View notes
Text
Jatuh hati denganmu di luar dugaan
Tak aku rencanakan
Kamu seperti seberkas cahaya di gelapnya hidupku
Kamu seperti mentari yang kehadirannya menghangatkan hatiku
Masalah-masalah yang terasa pelik dan berat
Semuanya terasa ringan bersamamu
Terima kasih atas kehadiranmu di hidupku
Terima kasih sudah mau menemani dan mendengarkan cerita-cerita kecilku
Entah kamu akan pergi suatu hari nanti atau tetap beresonansi denganku sampai akhir, aku tak tahu
Aku hanya ingin berterima kasih telah memahamiku sejauh ini dan menerima diriku yang banyak kurangnya ini
20 notes
·
View notes
Text
Aku menikmati hari ini,
menikmati hari di mana aku bisa makan makanan yang tidak semua orang bisa memakannya.
Aku menikmati hari ini,
di mana aku dianggap payah dan tidak becus,
dan aku belajar untuk menerimanya.
Aku menikmati hari ini
di mana aku belajar bahwa tidak semua orang akan suka denganku dan itu hal yang wajar.
Aku menikmati hari ini,
Di mana aku bisa melihat orang yang peduli padaku dan mendapat kebaikan darinya.
Aku menikmati hari ini,
Di mana ada orang yang sangat terbantu berkat kehadiranku hari ini.
30 notes
·
View notes
Text
Ada hal yang aku syukuri dalam hidup ini. Salah satunya adalah melihat dan merasakan bahwa mimpi-mimpiku perlahan menjadi nyata. Meski dengan jalan yang berbeda, tapi aku bisa menggapainya. Benar kata pepatah itu, "Banyak jalan menuju Roma." Aku tidak menyangka keputusan kecil yang kuambil beberapa bulan lalu, mengantarkan aku pada mimpiku.
Aku tidak pernah menceritakan mimpiku, tidak pada siapapun. Mimpi yang hanya bisa aku sampaikan pada dinding kamarku dan di atas sajadahku. Mimpi yang dulu rasanya sangat mustahil untuk aku raih. Untuk bermimpi saja aku merasa sangat takut. Takut jika nanti aku bukannya jatuh di atas bintang-bintang, tapi di dalam jurang yang gelap.
Tapi seseorang pernah berkata kepadaku untuk merawat mimpi. "Apapun mimpi kita, rawatlah. Biarkan mimpi itu tumbuh. Mungkin perlu proses, tidak langsung tercapai. Seperti tumbuhan yang tidak langsung menghasilkan bunga dan buah. Tapi usaha yang kita lakukan, menyiram dan memupuknya, membuang bagian-bagian yang sekiranya akan menghambat kita, akan membawa kita pada tujuan kita."
9 notes
·
View notes