Text
Annyeonghaseyo Korea Part 1.1: The Garden of Morning Calm

Perjalanan saya dari Nami Island berlanjut ke The Garden of Morning Calm (TGMC) yang ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebenarnya TGMC tidak termasuk dalam itinerary tour saya, karena tujuan utama saya adalah ke Petite France. Namun setelah berbagai pertimbangan akhirnya Petite France dihapus dan digantikan TGMC ini. Besides, karena saat itu sedang winter, saya bisa menikmati Lighting Festival di TGMC.
TGMC ini adalah sebuah taman dengan luas 30.000 m2 yang didesain untuk menonjolkan natural beauty and the spirit of Korean people, in a garden. Nama Garden of Morning Calm didasari oleh penyair India, Rabindranath Tagore, yang menyebut Korea sebagai ‘The Land of Morning Calm’. Di sini kalian akan banyak menemukan pepohonan besar maupun tumbuhan khas Korea. Mereka juga mengadakan exhibition yang berbeda- beda tiap musimnya. Tempat ini juga sering digunakan sebagai syuting drama Korea, salah satunya adalah Love in The Moonlight (Bo Gum alert!! *wink*).

before the lighting festival
For me, personally, it just a garden with a beautiful scenery, apalagi saya kesana ketika winter. Hampir tidak ada daun di pepohonan dan saya mulai meragukan keputusan saya untuk kesini. Tapi, ketika lampu- lampu mulai menyala, it was gorgeous!!! Saya pikir, Korea memang jago untuk urusan kreatifitas. Padahal kita di Indonesia juga punya hal- hal semacam ini tapi entah bagaimana tetap terasa berbeda :D

lights on!
Travel Essential:
Entrance fee : KRW 9000
Selama winter (Desember – March), Lighting Festival dimulai pukul 17.00-21.00 (Saturday until 23.00)
Karena saya sampai di sana sore hari, the weather was so cold. It’s about 2 degrees Celcius, so winter attire is a must!
Wear a good shoes, you’re gonna need a long

my mom and sis enjoying Corn Dog
Di sepanjang jalan sebelum pintu masuk ada banyak orang berjualan makanan, salah satunya adalah Corn Dog (Sosis yang dibungkus dengan roti yang dibuat dari tepung jagung dengan saus dan kentang goreng diatasnya). You should go and try one. Sedikit berbeda dari yang ada di Indo, mereka memberi taburan gula diatas roti, jadi rasa manis dan asin gurih bercampur and it’s good.
Cheers,
M
#annyeonghaseyokorea#projecttravel#thegardenofmorningcalm#south korea#travelguide#holiday#travelog#journal#michelletrip#wanderlust#winterinseoul
0 notes
Text
Annyeonghaseyo Korea Part 1.0: Nami Island
Located 63 km from Seoul, Nami adalah sebuah pulau kecil berbentuk setengah lingkaran. Nami Island memperoleh namanya dari salah satu pahlawan Korea Selatan, Jenderal Nami. Kalian dapat menemukan makam sang Jenderal disana.

Nami Island merupakan destinasi wisata saya yang pertama sebelum menjelajah Korea. Karena malam sebelumnya saya landing pukul 11 malam, saya menginap di guest house dekat Incheon. Air Buddy Guest House. Guest house satu ini sangat recommended jika anda berpergian bersama teman atau backpacker. Karena saya berpergian bersama keluarga termasuk nenek, mereka agak kerepotan ketika harus masuk ke guest house yang terletak di lantai 3. Di luar itu, tempat ini sangat nyaman, bersih dan Bryan, the owner, was very kind and helpful.
Perjalanan dari Air Buddy Guest House menuju Nami Island memakan waktu sekitar 1 jam. Kami memutuskan untuk menyewa mini van untuk mempermudah para nenek yang ikut dalam perjalanan :D. Selama perjalanan kami ditemani oleh guide dari Korea, Aaron Oppa (dia tidak mau dipanggil Ahjussi!) yang bisa berbahasa Indonesia.

Ada 2 cara untuk mencapai Nami Island. Menggunakan Ferry atau Zip Wire. Sebenarnya saya ingin menggunakan Zip Wire hanya saja antrian pada saat itu sangat panjang (+/- 1 jam) sehingga, untuk menghemat waktu saya akhirnya memutuskan untuk naik ferry saja.

Dermaga Nami Island

Photo Spot! ;)

Another photo spot

Salah satu Cafe di Pulau Nami.

Salah satu toko souvenir
Di Nami ada banyak spot yang dapat digunakan untuk berfoto juga toko- toko yang menjual souvenir dan street food. Saya hanya memiliki waktu 2 jam di Nami Island sehingga, banyak tempat belum sempat saya kunjungi, but overall, for me, Nami Island was beautiful. Udaranya bersih, banyak hewan dapat berlarian dengan bebas. I was even spotted a squirrel running around freely. No wonder banyak lansia berjalan- jalan disana untuk sekedar bercengkrama maupun duduk menikmati suasana. Untuk kalian yang berpergian bersama orang tua/lansia, mereka dapat duduk di dalam cafe yang ada di Nami Island, and since my granny couldn’t walk that long, mereka memutuskan untuk menunggu disini sementara kami berkeliling. FYI, kalian juga bisa membeli Postcard di dalam cafe dan menulis sebelum dikirimkan.

Winter View

When Travelling to Nami Island:
Entrance Fee : 8.000 Won untuk wisatawan asing (menggunakan ferry). Jika ingin menggunakan Zip Wire siapkan 38.000 won.
Meskipun di dalam Nami Island ada banyak restoran, jika ingin makan siang saya sarankan di luar pulau. Di dekat dermaga Nami Island ada banyak restaurant menjual Chicken Dakgalbi (seperti ayam bumbu yang dibakar) it goes better with soju.

Chicken Dakgalbi
Don’t forget to try snack khas Korea, Hotteok (Pancake yang terbuat dari tepung beras dengan isian red bean and a bit hint of cinnamon) dan Sosis bakar Nami Island yang terkenal. Saya berkunjung saat musim dingin, so it’s a relief eating that hot snack in the middle of such chilly weather.

That warm Hotteok

Sosis Bakar
Sent some postcard. Mereka punya perangko khusus, karena Nami sejatinya merupakan Negara mikro yang berdiri sendiri. Anda dapat membeli postcard di coffee shop maupun toko- toko souvenir dengan harga mulai 1000-2500 won, dan untuk perangko dapat dibeli di main tourist office dekat gerbang pintu masuk dengan harga 2000 won.

Postcard yang saya kirim dari Nami Island

Perangko Nami Island

Nami Island Post Office (The red window one)
Berfoto di jalanan Metasequoia is a must! Kalau anda berkunjung saat musim dingin gunakan sepatu boot atau sepatu kets. Pastikan yang tidak licin. Dan gunakan kostum lengkap (I mean jacket, shawl, sarung tangan dan topi).

So, happy travelling!
Cheers,
M
#annyeonghaseyokorea#projecttravel#namiisland#seoul#winterinseoul#travelguide#travelog#journal#michelletrip#wanderlust
0 notes
Text
Another Face of Yogyakarta (Part 3 -End)
3. Prawirotaman Street
It was already on my list since the last time I visit Yogyakarta. Actually, I’m going to Tirtodipuran Street next to Prawirotaman. Back then I was visiting Cokelat Monggo Showroom and found this street. Since I was on my way back home, I didn’t explore that much. This time it was on my list. You can say that Prawirotaman is the hippest street in Yogyakarta. It’s like Legian or Seminyak Street in Bali. With so many small café, pub, small stores, a lot of hostel and guest house, this is the main tourist site in Yogyakarta.
At first I was going to stay at Greenhost Boutique Hotel located in this area. We have already booked 4 rooms a week in advance. Couple days after, they said we should take extra charge due to high season which my mom doesn’t want to take it. Come on, we have already sent the payment guarantee! They said they will waive it this time. 2 days before departure they said 4 of our booked room will be renovated due to the problem on the air con and they are still trying to found the spare part from Malaysia. So, they asked us to down grade our room. My family was disappointed. How come all of 4 room’s air conditioner is broken at the same time? My dad decided to cancel the hotel if we should down grade.
So, that ruined my list to explore Prawirotaman again. =(

Luckily, at the last day, we managed to go there! Not for exploring, but only for the purpose of trying the hippest gelato here. Il Tempo del Gelato. When I got there, it was already 9 PM, yet they still have so many crowds in front of the gelato bar. To buy an ice cream, you should pay at cashier first then you’ll get a coupon to exchange it with ice cream. And, here we go, the fight against people to get your ice cream! They have a lot of flavor, my family mostly choose the chocolate, snickers and hazelnut for them, while instead I choose the lemon & ginger one (my guilty pleasure is always a sorbet =)).
So, that gelato made my last day in Yogyakarta. Still, I will be back to explore more of this street next time.

Travel Essential:
There are a lot of beautiful hostel in Yogyakarta, but due to high season when I got there, it was fully booked. Try Lokal Hotel, Pawon Cokelat, Adhistana Hotel, Yats Colony and despite how I disappointed with it, you should go try Greenhost Boutique Hotel. I was staying at Harper Mangkubumi Hotel next to Tugu Yogyakarta. It was a nice hotel with great varieties of breakfast menu. The price is around IDR 575.000,-/night.FYI, there are a lot of ‘angkringan’ (street food stall selling traditional snacks and wrapped rice but in small portion) next to the hotel and it will get more crowded as the night goes by.
Il Tempo del Gelato price: IDR 25.000,- for two scoop gelato with cone.
Dare yourself to try the lemon and ginger gelato! =p
Well, that’s my little story about Yogyakarta. Hope you enjoy it and see you on my next trip!
0 notes
Text
Another Face of Yogyakarta (Part 2)
Sorry for the late post, but here is the long wait article ;)
2. Ullen Sentalu Museum

Ranked for the best Museum in Indonesia from Trip Advisor, strike my attention to this Museum. It was about Javanese Culture and Art located in Kaliurang highland. From the outside its look like a building with a modern architecture with so many glass, but going inside, you will found a Dutch castle look alike. Going deeper you will found this building still follow Javanese tradition. It used to be a private museum, and officially open for public on March 1st, 1997.

After bought the admission ticket we should wait. They separate guest in groups consist 15-25 person with one guide to explore the museum. There will be a tour every 10 minutes. Inside, we will find tons of hand painting of the Yogyakarta’s royal family, dress, and musical instrument. You will also find the princess love letter and so on. Photographs are allowed only on some part of the museum.

They also have a relic which is a copy from the relic found in Borobudur, but they placed it sideways. They said it’s a statement of concern for the young people who doesn’t appreciate traditional culture and art anymore.
It was a great museum, maybe because it was a long weekend with so many tourist, the tour going in a rush, I still want to read the princess love letter and hear some stories about batik pattern, but my group has already move to the next area and behind me there’s more group going inside. So, I found myself didn’t enjoy the tour as much as I was excited going there. The guide told me that I should come on weekdays to enjoy more and we can even have a private tour.

Besides Museum they have a cute gift shop selling some batik clothes and accessories. Also they have a Beukenhof Restaurant. I was going to take some coffee there but they said it’s only 15 minutes left before they closed. It was a restaurant with a Dutch decoration. I will put it on my list for my next trip to Yogyakarta.
Travel Essential:
Admission fee: IDR 30.000,- (including tour for Indonesian Visitor)
Opening hours : 8.30-17.00PM (last tour is 30 minutes before closing)
It took about 35-45 minutes from Yogyakarta city to Kaliurang, make sure you have enough time to try Beukenhof Restaurant.
Try Jamu Ratu Mas (they give it as a refreshment in the middle of the tour) it’s a traditional herbal drink for the Royal Family.
(tbc..)
0 notes
Text
Another Face of Yogyakarta (Part 1)
That’s how my dad named this family tour. It was planned spontaneously, since there’s a long weekend due to Eid Al Adha, and my mom’s friend from Malaysia take a visit. My dad comes with an idea to see the other side of Yogyakarta because people usually come to the famous Malioboro Street. So, we begin to search for another exciting place in Yogyakarta, and here they are:
1. Borobudur Temple

photo courtesy of javaexotictour.com
We add Borobudur Temple on the list because we thought it was a great idea to show my mom’s friend from Malaysia one of UNESCO world heritage site. My mom always told me that I have already visited this temple when I was a child, but I barely remember anything. So, it’s like I’m going there for the first time. It was fascinating temple. Magnificent architecture, no doubt it was on the list for one of the seven wonder back then.
We decided to use a guide there. It was exciting to hear some history of the temple besides the guide shows us the short cut to the temple that suits my granny. She said usually people going up to the temple to touch the hand of Buddha inside one of the Stupa which call the Lucky Stupa. They said it will bring you luck if you can touch the Buddha’s hand. But nowadays, people doesn’t allowed to touch it anymore because it will destroy the stone due to the acid contain in human hands. Instead we were doing some Buddhist ritual. They said if we walk around the biggest Stupa in a clockwise, our wish will be come true. Worth to try, isn’t it?

Travel Essential :
Admission fee : IDR 30.000,-
Guide fee : IDR 100.000,- (exclude tips)
Wear proper clothes. Short pants and tank top are strictly prohibited. You will be asked to use sarong to cover up.
Use good shoes or sandals, you’re gonna take a long walk with big stairs.
Bring up your sunnies and hat.
Make sure to take a lot of pictures there :)
(tbc..)
#borobudur#temple#worldheritage#yogyakarta#wonderfulindonesia#visitindonesia#travelguide#traveljournal#travelog#michelletrip
0 notes
Text
Flashback April

“Hei, kamu sudah tahu, Si A suaminya datang.”
“Oh ya, kenapa?”
“Kamu ke mana aja, sih? Si A kan selingkuh terus kebongkar.”
April is over. Tapi cerita di bulan April masih membekas di ingatan saya. April is about gossip, April is about betrayal, and April are about revenge.
Cerita tentang perselingkuhan sudah banyak saya dengar. Tapi baru kali ini benar-benar terjadi di depan mata saya. Not just one, but two! Sadly after that happen, they still didn’t feel bad about it and continuing their work like there’s nothing happen. And it bothers me, what happen with the norm these days?
Saya hidup di Indonesia yang masih memegang erat budaya timur, namun sepertinya tren kebudayaan ini sudah mulai terkikis. Bahkan perselingkuhan seperti hal yang sudah sangat biasa terjadi dan tidak diperlukan adanya tindakan khusus, bahkan di tempat kerja.
Well, saya tidak akan bicara tentang budaya dan norma lebih panjang lagi. Saya akan bicara tentang selingkuh. :D Menurut saya, perselingkuhan dapat bermula dari adanya masalah atau konflik dalam sebuah hubungan. Kekecewaan contohnya. Ketika seseorang kecewa, setiap tindak tanduk dari orang tersebut menjadi salah. Ada yang mengabaikan kekecewaan tersebut namun banyak yang membutuhkan pelarian. Lucky, jika pelariannya hanya sekedar berbelanja atau bersenang- senang. Bagaimana jika pelariannya dengan orang lain? Yang notabene ‘teman’ pada awalnya namun karena dirasa cocok, nyambung akhirnya berkembang lebih? Akibatnya, pasangan ditinggalkan, diabaikan, lebih parah lagi anak mulai tidak lagi dipedulikan (kalau si pelaku sudah menikah dan punya anak).
And this is real.
How sad, ketika orang begitu mudah meninggalkan sesuatu yang awalnya berharga demi kesenangan sesaat. Apa yang menjamin dengan pasangan yang baru mereka tidak akan mendapatkan konflik yang sama? Dan ketika hal tersebut terulang? Apakah pelarian kembali menjadi solusi? Bagaimana dengan anak dan keluarga?
Saya suka nasihat yang diberikan Ni Luh Djelantik dalam instagramnya:
“To couples:
You’re not gonna promise to each other that you will not disappoint one another, because at some point, you will. What is important is you don’t go away, you don’t escape, and you don’t leave one another just because you were disappointed. That’s the meaning of fidelity.”
So, when we have a problem, let’s fight for it. Karena perselingkuhan menurut saya tidak menyelesaikan masalah, namun melarikan diri dari masalah yang ada. Besides, it disturbs another people within your range. We can pretend, but hey, we know the truth right? ;)
Photo of this cute Korean couple was taken on The Grand Palace Bangkok. Look at their matching outfit!
0 notes
Text
A Brief Guide to The Photogenic Town
Hua Hin.
Have you heard about this place?
It’s small town 3 hours from Bangkok. Mungkin namanya masih jarang terdengar, namun geliat pariwisata disini sudah mulai terlihat. Hotel – hotel berbintang juga mulai berekspansi ke daerah ini. Bagi saya, Hua Hin seperti Bali, hanya saja kurang terasa internasionalnya. :)
Hua Hin selain kaya dengan seafoodnya, (oh yes, they served mostly seafood but the super fresh one!) juga kaya dengan theme park. But don’t expect an awesome park with a giant roller coaster and other breath-taking rides like Disneyland; rather it’s just a park with tons of photo spot. Mereka punya Santorini Park (which is my reason to visit Hua Hin, since going to the real one is rather expensive), Camel Republic, Swiss Sheep Farm, The Venezia, 1000 Sook dan masih banyak lagi yang lain. Even there’s much of park launched soon.


Aren’t they cute?
Satu tempat di Hua Hin yang membuat tempat ini juga wajib dikunjungi adalah Plearnwan Market. It’s kind of market with a vintage touch. Pasar ini tidak terlalu besar, penuh dengan makanan (you’ll found old style Cola Popsicle here), baju, akesoris dan permainan khas pasar malam, they even have hotel up there! It’s kinda nice visiting a vintage place in the midst of modern building.

Hua Hin sebenarnya punya weekend market. Cicada Market. Tapi, belum sempat saya kunjungi karena saya berkunjung saat weekdays. Perhaps, next time. :)
Overall, saya suka Hua Hin, it’s a nice small town to refresh your mind. Saya berkunjung bulan Januari dan udara di sana sangat mendukung. Tidak terlalu panas dan tidak hujan. Kotanya cantik dengan lampu- lampu kecil saat malam, and local people were nice too even they don’t likely speak english.
When travelling to Hua Hin:
· Kebanyakan Theme Park mereka berada di Cha-am, sekitar 30 menit perjalanan dari kota Hua Hin dan letak mereka berdekatan.
· Siapkan entrance fee about 120-300 baht untuk wisatawan asing. Jika ingin memberi makanan binatang siapkan 20-40 baht.
· Ketika berbelanja di pasar malam, please do bargain. When you buy more you should get discount more! Karena penduduk lokal jarang bisa berbahasa inggris, sebaiknya menawar dengan kalkulator ;) atau gunakan aplikasi google translate.
· Eat seafood. My recommendation is Koti Restaurant, Baan Itsara and Moonsmile & Platoo.
· Banyak pilihan penginapan di Hua Hin maupun Cha-am, mulai hotel berbintang hingga budget hotel. Saya menginap di The Lapa Hua Hin, and they’re pretty nice! Tapi, kalau mau merasakan suasana Santorini bisa menginap di Santorini Hotel yang berada di tengah Santorini Park, atau hotel di atas Plearnwan Market untuk suasana vintage dan unik khas pasar malam.
· Siapkan stamina, you’re gonna need a long walk.
· Last but not least, prepare camera with a big memory card!
Hope you enjoy this Photogenic Town as much as I do. Happy Travelling!
1 note
·
View note
Text
Almost New Year, a glimpse thought about happiness

Baru- baru ini seperti biasa saya iseng melihat- lihat katalog buku online. Mendadak mata saya melihat di banner halaman depan ada judul yang menarik perhatian saya,
“Hector and the Search for Happiness”
Then I read the synopsis and…
The rest is history. :D (Oh yes, I click on that ‘add to cart’ button)
Bahagia, satu kata yang paling banyak dicari orang dan seringkali menjadi dasar perilaku mereka, bahkan tujuan hidup. I read a lot of book about happiness, mulai Project Happiness, Bonjour Happiness, dan yang baru- baru ini saya baca, Hector and the Search for Happiness. Seakan kata- kata happy menjadi suatu magnet buat saya untuk mengerti apa itu bahagia,dan yang terpenting bagaimana menjadi bahagia.
Menurut dictionary.com, happy atau bahagia dapat didefinisikan sebagai:
Adjective, happier, happiest.
1. delighted, pleased, or glad, as over a particular thing:
2. characterized by or indicative of pleasure, contentment, or joy:
3. Favored by fortune; fortunate or lucky:
4. apt or felicitous, as actions, utterances, or ideas.
Jika meruntut dari kamus, bukankah seharusnya menjadi bahagia itu mudah? Saya suka pelajaran bahagia yang diringkas oleh Hector:
Pelajaran No. 1: Membuat perbandingan bisa merusak kebahagiaan
Pelajaran No. 2: Kebahagiaan sering kali datang di saat – saat paling tidak terduga
Pelajaran No. 8: Kebahagiaan adalah kebersamaan dengan orang- orang yang dicintai
Pelajaran No. 10: Kebahagiaan adalah melakukan pekerjaan yang kita senangi
Pelajaran No. 13: Kebahagiaan adalah merasa berguna bagi orang lain
Pelajaran No. 14: Kebahagiaan adalah dicintai karena diri kita apa adanya
Pelajaran No. 16: Kebahagiaan adalah mengetahui cara merayakan sesuatu
Pelajaran No. 20: Kebahagiaan adalah cara memandang sesuatu
(Hector and the Search for Happiness – Francois Lelord)
Tidak terlalu susah bukan?
Kelihatannya. Tapi pelaksanaannya tidak semudah kelihatannya. Tapi apa salahnya mencoba? Selagi dalam momen tahun baru, mari membuat hidup kita lebih bahagia setahun ke depan. Mulai dari pelajaran nomor 20 menurut saya, dengan mulai mengubah cara pandang saya untuk mulai menemukan kebahagiaan, seperti yang saya tuliskan juga dalam resolusi tahun baru saya. Karena bahagia sebenarnya dapat ditemukan dari hal – hal sederhana. Even from a good cup of coffee in the morning.
Jadi sudahkah anda merasa bahagia hari ini?
0 notes
Audio
I’m saying goodbye to the skyline, hello to the sweet pines. Gonna see you later street lights, I’m headed back to tree lines. To free time and starry nights, to bonfires and fire flies. Pack your bags it’s time to go, cause we got brighter lights back home.
0 notes
Quote
Kesabaran manusia itu ada batasnya karena manusia itu sendiri yang menciptakan ruang untuk membatasi kesabarannya.
Mutiara Hati
0 notes
Text
Tentang Senja

It was kind of hectic day. Not that I’m working. Ini cerita tentang hari Sabtu. Ini cerita tentang membagi waktu. Ketika kamu berada dalam suatu hubungan pernahkah kau merasa membagi waktu begitu susah? Waktu bersama keluarga, pasangan dan teman? Well. I’ve been there recently.
Di satu sisi saya ingin ada waktu bersama keluarga. Meskipun hanya sekedar belanja ke supermarket. Di sisi lain, saya juga ingin bersama pasangan. Apalagi dia akan ke luar kota. Ini memang kali pertama saya berada dalam satu hubungan, and sometimes I just don’t know what to do. Apakah yang saya lakukan sudah benar? They said, jatuh cinta itu mudah, menjalaninya yang susah :D and I guess that’s true! Karena tidak ada panduan untuk menjalaninya, dan pemikiran setiap orang tentang benar dan salah tidak sama. Saya sadar setiap pilihan punya konsekuensi dan bukankah kita tidak bisa menyenangkan setiap orang?
Hari itu saya banyak berpikir. Then suddenly I looked up in the sky. It was a beautiful sunset scene behind the unfinished building. Andai saya tidak sedang berada di dalam mobil di jalanan ramai. Mungkin saya akan turun ke jalan untuk mengabadikannya. Tiba- tiba terlintas di pikiran saya, begitu besar langit di angkasa dan saya hanya setitik kecil manusia di bumi dengan segala ritme kehidupan yang mungkin juga dialami orang lain. Itu membuat saya berpikir, jika banyak orang di luar sana memiliki masalah yang sama, bisa mengatasinya dengan baik, well, me too. Karena pada akhirnya semuanya akan baik- baik saja.
Senja hari itu juga mengingatkan saya, “If I like a moment, I mean me… personally, I don’t like to have the distraction of a camera. I just want to stay in it, right there, right here.” said Shaun on Walter Mitty Movie. Senja hari itu mungkin tidak saya rekam dalam kamera, namun itu gambarannya melekat dalam ingatan saya.
Photo was taken in front of my office.
0 notes
Photo
Jay Electronica once said, “For me, my life is a journey.” So let’s start from here, the journey of mine :)
1 note
·
View note