Tumgik
mimakurnia-blog · 6 years
Text
People Change
Sebenernya nggak pengen nulis sih, tapi pas pengen tidur tiba-tiba aja ada yang terbesit terus mengusik di pikiran dan bikin mata nggak mau merem. Ditambah hidung yang lagi mampet karena flu, jadi agak terganggu, dan sesekali kepala terasa agak pening dengan uneg-uneg yang kudu segera ditumpahkan dalam tulisan panjang. Oke cukup.
***
Tumblr media
Maybe kutipan itu cukup mewakili fenomena yang aku sebut sebagai  “change”. Iya berubah, perubahan, sesuatu yang sudah tak lagi sama. Apa yang “change”? Banyak hal sih, bukan hanya pada kondisi fisik yang kian menua, bisa juga mengarah pada perubahan pola pikir, sejalan dengan proses kehidupan yang dialami manusia. Atau bisa juga perubahan sikap, gaya hidup, atau perilaku, seiring dengan pergerakan lingkungan yang dinamis. Macam-macam sih.
Uneg-uneg malam ini datang ketika usai bercengkrama dengan seorang teman lengket yang lagi meniti karir di Kota Solo. Awalnya cuma bahas ini itu, ngalor ngidul nggak jelas, tapi pada akhirnya habis juga 2 jam untuk bercuap-cuap pada topik yang lebih berat. Ya, soal people change. Tentang semua hal yang berubah. Soal pola pikir yang berubah. Soal tujuan hidup yang berubah. Soal want yang berubah. Dan soal cita-cita dan mimpi yang berubah. Serta soal cara menjalani hidup yang berubah. Sampai perasaan yang berubah, *loh :D
Back to jaman bahuelaaa, nih dulu pas jaman-jaman S1 tuh aku tergolong seorang anak yang ambisius banget nggak ketulungan. Banyangin aja aku punya deret panjang want yang pengen banget aku penuhin. Mulai hal-hal remeh macam pengen makan apa ampe hal-hal seputar pengen jadi apa 5 tahun mendatang. Inget banget kadang-kadang ampe saking gentolnya untuk memenuhi satu want itu aku kudu nunda banyak hal yang sebenernya lebih penting, termasuk kesehatan. Pernah pas lagi gentol deadline karya tulis aku dan temen-temen ampe mangkal di kampus ampe dini hari di basement kampus yang lantainya udah kayak biji es. Pulang ke kos pun lanjut begadang ampe subuh padahal ada jam kuliah setengah tujuh pagi besoknya. Itu fase-fase gila yang pernah aku alamin.
Bukan cuma sekedar deretan want yang pengen aku penuhin. Untuk mencapai itu aku gentol bikin target-target waktu yang kadang nggak masuk akal supaya 1 want bisa tercapai tepat waktu dan secepatnya. Ambisius gileee dan satu hal yang aku lupakan pada fase itu, yups menikmati hidup, dan mencintai diri sendiri.
Dan aku juga nggak paham kapan “chages” itu terjadi pada diriku. Entah sejak aku masuk ke dunia kerja, entah sejak beberapa wishlist yang aku tulis tidak terpenuhi, atau sejak aku menjumpai kegagalan berkali-kali. Atau faktor lain yang aku nggak paham. Tapi yang pasti kehidupan ini membawaku untuk “chages”. Aku berproses, beradaptasi, mengikuti pergerakan lingkungan yang dinamis, yang tidak bisa kukendalikan, karena semua diluar kendali.
Maybe di luar sana ada yang “change” menjadi lebih ambisius, lebih rajin, lebih giat, atau sebaliknya. Dan aku nggak bisa nge-judge aku termasuk dalam golongan yang mana. Yang pasti hidupku saat ini jauh lebih santai. Lebih bisa mengendalikan ambisi walaupun masih saja ada daftar panjang wishlist yang pengen aku penuhin.
***
Bukan! Bukan berarti “change” itu buruk. Tapi lingkungan ini bergerak, hidup berubah, waktu berputar, orang-orang disekitar juga mengalami perubahan sejalan dengan pergerakan hidup dan tempaan yang dia terima. Dan yang paling penting semua orang berproses.
Tapi ada juga beberapa orang yang mungkin masih berada di posisi yang sama, dan dengan pemikiran yang sama. Berharap dunia yang akan mengikuti pola pikirnya. Berharap pola pikirnya akan cocok dengan perkembangan lingkungan yang semakin dinamis. Namun ada disisi lain orang-orang yang luwes mengikuti perubahan, karena mereka menyadari bahwa lingkungan berubah dan merekalah yang harus beradaptasi.
Dua kubu yang demikian, tak bisa disamakan posisinya. Ya, karena kita tak bisa memaksakan kehendak untuk merubah mindset seseorang. Orang “change” karena tempaan hidup yang diperolehnya. Dengan tempo yang lamban atau cepat, tak ada yang bisa menjamin. Tapi semoga ke arah yang lebih baik lagi. Ke arah yang lebih bermanfaat lagi. Semoga.
4 notes · View notes
mimakurnia-blog · 6 years
Quote
Kamu tahu alasan mengapa Allah menciptakan jarak diantara kita? Karena Allah ingin kita saling mendoakan, dalam jauhnya pandangan sekalipun.
Anonim
11 notes · View notes
mimakurnia-blog · 6 years
Text
Bertanya Tentang Makna “Hijrah”
Belakangan ini, entah sejak kapan kata-kata yang satu ini menjadi tiba-tiba populer jadi hastag atau caption-caption di media sosial. Sering banget berseliweran di medsos-medsos terutama di kalangan anak muda dan kids jaman now. “Hijrah” ini jadi semacam trending  yang mampir hampir di setaip obrolan, dan memang ramai dipakai untuk mewakili suatu keadaan yang berubah.
***
Entahlah, karena sampai ini aku belum menemukan satu definisi yang pas soal “hijrah” yang lagi naik daun ini. Sampai saat tulisan ini dipublish aku masih kokoh menganggap “hijrah” ini sebagai suatu fenomena. Fenomena hijrah yang terjadi saat ini bukan hanya dimaknai sempit dalam lingkup agama. Tapi mungkin “hijrah” yang saat ini sedang berkembang ini mungkin bisa dimaknai lebih luas. Tapi sama sih intinya perubahan. Ada keadaan yang berubah. Dari yang awalnya tidak baik menjadi lebih baik. Ada yang awalnya melakukan salah kemudian bertaubat. Atau yang pada awalnya lupa menjadi ingat kembali. Atau bahkan perubahan-perubahan lain menuju arah pembenahan diri. Mungkin seperti itu.
Entah juga sejak kapan dimulainya penggunaan kata “hijrah” ini hingga menjamur menjadi beberapa tagline. Banyak yang berbondong-bondong memakai “hijrah” sebagai hastag atau caption yang mengambarkan “fenomena perubahan”. Entah sejak kapan pula hal itu sangat ringan diucapkan atau dituliskan. Padahal “hijrah” menurutku lebih mengarah pada makna yang jauh lebih berat. Yang memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Bukan hanya sebatas pengucapan atau ketikan belaka, namun lebih berat dari itu.
Entahlah apa makna kata “hijrah” yang saat ini banyak digunakan. Semoga bukan hanya menjadi trend belaka. Semoga bukan hanya menjadi keinginan sesaat. Semoga bukan hanya dijadikan sarana agar diakui oleh sebuah golongan. Semoga yang melakukan pun sudah mengerti secara mendalam tentang “hijrah” ini. Dan yang lebih penting, semoga memang ada perubahan ke arah yang lebih baik seperti makna dari “hijrah” sendiri.
***
Hmm.. sebenarnya aku sendiri masih belum paham sepenuhnya tentang penggunaan “hijrah” saat ini. Tapi menurutku “hijrah” lebih berat daripada berucap. Akan lebih baik jika dilanjutkan ke arah perubahan yang lebih baik lagi. Semoga saja bukan hanya trend semata. Semoga bisa diikuti konsekuensi perbuatan dibaliknya. Bagaimana menurut kalian? Seperti apa kalian memaknai tentang “hijrah”?? :D
1 note · View note
mimakurnia-blog · 6 years
Video
undefined
tumblr
Sesederhana itu, mencari ketenangan dalam senja ..
3 notes · View notes
mimakurnia-blog · 6 years
Text
Tentang “Loving - Yourself”
Tumblr media
Entah kenapa kalo belum ditulis tuh rasanya masih muter di kepala, berasa ada hal yang nganjel dan emang bikin nggak lega. Ceritanya dari tadi emang pengen fokus ngerjain tesis yang udah diabaikan sejak bulan-bulan kemarin gara-gara ada fokus gono-gini yang sampai sekarang nggak tau jeluntrungannya kemana. Akhirnya setelah dikasih kesadaran untuk kembali ke awal niat studi, malah ketunda sebentar gara-gara ada yang berseliweran di kepala.
***
Dari tadi sore iseng-iseng buka blog’nya mbak Gita Savitri Devi yang sejak beberapa bulan yang lalu aku pantengin chanel Youtube’nya. Awalnya aku nggak terlalu tertarik banget sih sama dia, pas banyak yang ngobrolin soal dia. Akhirnya iseng-iseng aku buka chanel Youtubenya dan aku pentengin beberapa vlog yang dia buat, terutama di list Beropini-nya dia. Setelah beberapa part yang kulihat makin tertarik sih sama sosoknya. Eits! Bukan bermaksud buat ikutan arus kepopuleran dia, Cuma beberapa pemikiran dan celotehan dia emang ngena banget. Apalagi beberapa tulisan yang dia sampaikan di blog’nya emang beberapa ngena banget di aku. Dan beberapa emang sejalan dengan apa yang aku rasain.
Enggak mau panjang lebar sih. Cuma di part ini aku pengen banget berbagi cerita tentang kegundahan soal jati diri dan “loving yourself” yang sepertinya makin kesini kok malah makin memudar ya? Iya nggak sih?
Dulu pas masih jaman-jaman SMA atau masih awal-awal S1 yang aku masih polos banget dan nggak kenal sama yang namanya media sosial yang begini amat yak sekarang. Paling pas itu aku cuma pake Facebook dan Twitter aja, selebihnya? Jangan tanya, aku nggak punya. Bukan sengaja nggak ikut-ikutan trend sih. Cuma emang si hape saat itu masih belum memadai. Jadi ya pasrah aja gitu :D
Tapi kalo dipikir-pikir sekarang, hidup aku jaman itu lebih damai sih. Dan balik lagi “loving myself” yang aku milikin cukup gedhe. Masih bisa bersyukur dengan apapun yang terjadi padaku masa itu. Mau sedih atau seneng. Mau uang di dompet dan rekening tinggal berapa masih nyantai aja. Mau sibuk atau tidur-tidur aja seharian di kasur yang nyantai aja. Bisa liburan, jalan-jalan, atau makan enak, ataupun enggak pun nggak jadi masalah. Dan satu lagi, pas jaman-jaman itu emang bener-bener nggak tertarik dan nggak mau ikut camur terlalu dalam sih sama kehidupan orang. Sesimpel kalo mereka datang ke aku buat curhat dan  minta tolong sebisa mungkin aku bantu. Kalo pas ada di sebelah-sebelah yang lagi sedih ya aku coba buat hibur. Atau kalo ada yang disebelah lagi butuh bantuan ya aku bantu selagi aku bisa. Menurutku hidup di zaman itu lebih simpel dan tenang.
Entah aku masih bertanya-tanya sejak kapan aku rada kehilangan “loving myself” gitu dalam diri aku. Bukan hilang sepenuhnya sih, Cuma menurut aku kadang-kadang aku masih kurang bersyukur dengan apa yang aku milikin. Segala aspek lah. Padahal bisa jadi diluar sana ada yang tidak lebih beruntung dari aku dan mendambakan hidup seperti yang saat ini aku jalanin.
Sebenernya yang lebih kentara adalah rasa syukur pada hal-hal kecil dan kebahagian kecil yang aku milikin. Kok makin kesini nampaknya semakin berkurang dan pengennya lagi dan lagi. Ada deretan wishlist panjang yang aku bikin sendiri. Dan aku rasa itu mulai menyiksa diriku sendiri. Oh men! Sepertinya aku harus bangun segera. Kalo tak ingin masuk dalam lingkaran setan yang aku sendiri tak akan pernah tau dimana ujungnya dan bagaimana harus keluar dari dalamnya.
***
Itu tadi Cuma segelintir cerita doang sih. Aku yakin pasti bukan aku sendiri yang mengalami hal macam itu. Pasti ada di ujung sana yang bilang, “itu sama dengan yang aku rasain.” Maybe itu semacam dilema yang harus dilewatin.
Maybe semacam pergolakan batin menuju ke arah 25 tahun. Yang menurut sebagian masyarakat punya doktrin kalo diusia itu semua harus mapan. Dan secara nggak langsung hal itu yang membuat beberapa orang yang menuju dan ada diusia itu menjadi tertekan. Padahal ada beberapa dari mereka yang masih berjuang mempertahankan dirinya dengan segala hal yang terjadi.
Yups, apapun itu, apapun yang menjadi standar orang. Apapun yang membuatmu merasa tertekan. Apapun daftar panjang wishlist yang ingin kamu penuhin. Please, jangan pernah melupakan dirimu. Jangan pernah lupa “mencintai dirimu”. Jangan lupa menanyakan kembali apa yang sebenarnya kau inginkan.
Maybe, kadang daftar panjang wishlist yang kita buat itu bersumber dari pengaruh sosial media yang dari bangun hingga tidur lagi kita pantengin. Dan nggak sadar secara nggak langsung membawa pengaruh pada diri kita. Apalagi ngelihat si A kerja disini, si B gajinya segini, si C kemarin makan disini, si D habis liburan dari sini, si E beli baju dan tas baru, dan segala tetek bengeknya dari A sampe Z dan turunannya yang kadang secara nggak langsung menambah panjang daftar wishlist kita.
So, jangan lupa menjadi diri sendiri, mencintai diri sendiri, dan bersyukur aja ya. Semoga Yang Maha Kuasa menambahkan nikmat dan ketenangan hati untuk kita J
1 note · View note
mimakurnia-blog · 7 years
Quote
Jangan mengukur keberhasilan orang lain dengan sesuatu yang belum kau capai
Bersyukur
0 notes
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Kala semburat jingga tergurat di ufuk timur. Terselip kepakan sepasang sayap yang memburu membelah pergantian langit senja. Ia kembali setelah mengelana membawa mimpi. Yang masih terusik dengan rasa lelah. Berharap sebuah pelukan hangat yang menenangkan.
 Ia datang begitu saja. Seperti sudah menghafal jalan masuknya. Tapi hanya kosong yang ia temukan. Tanpa pernah ia sadari bahwa ia terlalu lama mengelana jauh. Tanpa pernah meninggalkan satu kabar yang harusnya dia tempel di setiap dindingnya. Hingga jika ia yang dinantikan datang akan duduk dan bersabar menunggu. Menantikan kedatangannya dari tempat yang jauh untuk sekadar menghapus rindu.
 Tapi saat ini, hanya kosong yang menemaninya. Melepaskan sepi seorang diri. Jika dulu ada yang lain yang berdiri disisi. Yang mengobati sebelah sayapnya ketika terluka. Mendengarkan kala ia ingin meredam kegundahan. Dan merendahkan tangan untuk membantunya berdiri kembali. Dan mengiringi perjalannya, membantu meringankan bebannya.
 Karena satu hal yang tak pernah ia sadari, bahwa ego yang begitu tinggi hanya membuatnya ditinggalkan. Jika saja ia mau sedikit mengerti, bahwa arti kehadiran yang sangat berarti. Dan kehilangan itu saat ia menyadari bahwa sesuatu yang berharga itu sudah tidak ada lagi ditempatnya saat ia telah kembali.
 Dan kini, ia kembali menggepakkan sayap untuk pergi. Mencari, dan berharap membawanya kembali. Ke tempat yang sama untuk melepaskan semua kerinduan yang masih tertahan.  
2 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Deru kabut menyapu. Dia berjalan beriringan dengan waktu. Keluh mulai melengkuh. Ketika datang kesal tak tertahan. Hanya bersandar di tepian-tepian waktu. Sedang ia hanya terdiam. Iya, cukup membisu. Seakan tak ada ruang untuk berlabuh. Walau hanya menyeka piluh sejenak. Atau mencari ketenangan di sela-sela waktunya.
 Ya... ia tetap beku, terdiam sendiri. Mengikuti aliran waktu yang tak pasti. Bahkan cita dan asa hanya tertahan disitu. Tak ada hasilnya. Hanya menyudahi langkah sampai disitu dulu.
Tak usah tahu, dan bertanya siapa? Dia hanya seorang diri. Mulai tak berbagi. Tapi aku tahu lebih dari itu. Apa yang tertahan, dan apa yang ia sembunyikan.
 Cukup! Jangan menjadi yang paling perasa. Jangan berlagak yang paling mengerti. Karena ia hanya sendiri, dan mulai bersembunyi. Sedang yang berdiri disisinya cukup perasa. Hanya mendengar cerita dari yang lainnya. Mencoba memperbaiki citra, tapi menguap sia-sia saja. Tak memeriksa apa yang ada di dalamnya. Begitu kejam, menjadi sosok yang menghujam tajam dan berdiri diatas ke sia-siaan. Itu yang kau sombongkan?
 Dan siapapun yang tahu awalnya, pasti hanya mengelus dada iba. Bahkan ia sudah cukup muak mendengar kata sabar. Jika tau ujung waktu disana sedang menertawakan. Atau menahan tangis tak bersuara. Apa ia mulai tersedu sendiri?
 Sudahlah... Biarkan ia menyendiri dulu. Sampai ketenangan datang padanya kembali.
 Untuk seseorang yang hatinya sedang bersedih. Semoga selalu dikuatkan :)
0 notes
mimakurnia-blog · 7 years
Quote
Kamu masih ada dalam permintaanku, bahkan ketika aku terlihat tidak menginginkanmu. Jadi takperlu rasanya aku kabarkan yang lain-lain. Cukup itu.
(via kotak-nasi)
336 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Video
undefined
tumblr
Bukankah “iman” itu privat dan romantis? Seharusnya berdua saja dengan-Nya, seperti sepasang kekasih yang sedang dirundung rindu..
2 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Quote
Hai Perempuan-perempuan pemberani. Hai perempuan-perempuan berkualitas. Tularkanlah keberanian dan kualitasmu kepada perempuan-perempuan lain. . . Hai Pria-pria hebat. Perhatikanlah karakter perempuan disekitarmu. Tularkanlah kehebatanmu kepada perempuan-perempuan itu.
Celotehsinonnapuisi (via celotehsinonapuisi)
Nice mbak. Always :)
87 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Text
Kalian :)
Hai selamat malam para pejuang mimpi, yang mungkin saat ini masih bergelut dengan kesibukan kalian. Tapi ingat kita tak sendiri. Walau kita terpisah di tempat yang berbeda, semoga masih bisa saling berbagi energi ya untuk berlari mengejar mimpi. Ya, walaupun beberapa mimpi masih belum terlihat bagaimana bentuknya. Dan walaupun ujung dari perjuangan masih belum kelihatan dimana titik berhentinya. Bersemangatlah!
Semangat untuk merubah nasib? Hmmm... yang masih merasa bukan siapa-siapa? Hmmm... bersabarlah, kita masih punya banyak stok energi yang tak pernah berhenti menyemangati. Bahkan yang mungkin tak pernah padam hanya untuk menahan rasa lelah karena mendaki mimpi-mimpi itu sendiri. Atau bahkan mencoba berlari sekencang-kencangnya. Eits! Kita tak pernah kehabisan energi. Karena masih banyak stok bahan bakar yang akan mengisi. Dan di setiap langkah, pasti ada uluran tangan-tangan Tuhan untuk menghapus peluh. Semangat :)
13 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Hai! Selamat malam semesta. Selamat datang kembali petang. Yang menggiring jiwa-jiwa pejuang mimpi yang masih menahan beratnya mata. Tapi tak apa bersemangatlah.
Entah disebut apalah. Namun kadang semangat yang membara itu tiba-tiba lenyap. Itu wajar. Cuma untuk menyalakannya kembali kadang bukan merupakan proses yang instan.
Ya, tapi nyatanya semua bergerak dinamis dan tak bisa saling menghentikan. Yang bisa dilakukan hanya move, berpindah, dan berpindah lagi. Tapi kadang akan ada masa dimana akan membawamu ke titik terendah, namun, jangan menyerah dan kuatkan kayuhan langkah dan semangat juang itu kembali. Sampai kemudian akan membawamu sampai ke titik yang lebih tinggi.
Ya, memang itu tak semudah dibayangkan. Karena harus berdamai dengan waktu dan dirimu. Iya, dengan DIRIMU. Dirimu yang mendambakan semua berjalan baik-baik saja. Namun, waktu dan semesta yang terus bergulir tak berkata demikian. Maka semangat perlu dipertahankan.
Ya, walaupun mungkin ada saat dimana tak kau temukan suntikan semangat itu. Atau hanya mencari ruang untuk sekadar ingin didengar. Yang kadang sampai kau cari disekelilingmu, tapi tak kau temukan? Pilihannya hanya ada di dalam dirimu, dan Yang Kuasa yang mengerti segalanya tentangmu.
Kadang memang sujud merupakan tempat ternyaman, saat yang lain tak pernah mengerti dirimu.
 Malang, 08 Mei 2017 22:26
Yang masih mencoba berdamai dengan akuntansi
1 note · View note
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
“Hai!” kata singkat yang mungkin memiliki makna yang panjang. Satu kata yang mungkin akan sangat berarti untuk seseorang. Satu kata yang memiliki makna mendalam. Satu kata yang bahkan pernah dinanti-nantikan seseorang untuk didengungkan.
Tanya siapa? Iya. Cerita panajang tentang makna seorang “teman”. Masih yakin mereka masih ada disisimu kala sudah menjauh? Atau bahkan mulai bergerak menjauh karena tidak perlu? Banyak makna tentang itu. Sebuah ujian yang menyadarkanmu bahwa, disudut sana walaupun jauh namun masih tetap mengingatmu. Bukan hanya mencarimu dikala butuh.
Tanya apa? Terserah. Tentang bagaimana caramu memaknainya. Karena sejatinya kita tak akan pernah bisa memaksakan orang lain untuk menganggap kita berati di matanya. Atau bahkan ketika kamu mulai membuatnya istimewa dimatamu. Tapi tidak dengannya.
Sedih? Tidak. Karena semua orang punya hak untuk memberi makna tentang dirimu di kehidupannya. Atau bahkan hanya sekadar mengisi ruang kosong saja sesaat. Maka kembalilah! Karena hanya kamu sendiri yang membuat dirimu lebih berarti......
Selamat siang.
Salam dari seseorang yang masih belum kau maknai kehadirannya.
3 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Thats right :)
Tumblr media
164 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Text
Tentang “Menikah”
Dan ketika sang mentari bergerak kembali ke peraduannya. Dan ketika sang siang mulai menutup dirinya dengan sang senja. Sedang teriknya masih perlahan-lahan bersembunyi diantara ranting-ranting yang sama sekali tak membuatnya redup. Ya, bukan ingin menghilang. Tapi hanya menjauh sesaat.
Bukan ingin galau sih, cuma sebagai kalimat pembuka aja agar terkesan melankolis... Sudah lama ya, rasanya gatal karena nggak pernah cerita panjang. Tapi hari ini, setelah sekian lama, akhirnya dapat mood lagi buat nuangin banyak hal yang dari kemarin udah muter-muter di otak.
Yups 24, dua angka yang berdiri bersebelahan itu banyak banget maknanya. Tergantung sih, si pemilik mau memaknainya seperti apa. Cuma bagi aku, dua angka itu harusnya menjadi ukuran sampai dimana hal-hal yang dari dulu diimpikan itu tercapai. Sampai sejauh apa melangkah. Dan mana mimpi-mimpi yang sudah tercoret. Atau bahkan nihil?
Ada banyak hal sih yang tiba-tiba mengganggu. Ketika tiba-tiba ada di titik yang membuatmu sadar bahwa banyak teman-teman yang sudah menghilang. Yups, mereka berlari mencapai impian mereka, atau malah berbondong-bondong naik ke pelaminan karena sudah waktunya (katanya). Namun hal yang terakhir ini yang jadi topik hangat. Bahan pembicaraan dan celetukan dimana-mana yang mulai tak nyaman mampir ke telingga. Kadang rada mengganggu sih, cuma beberapa hari kemarin udah diskusi panjang dengan seorang sista yang akhirnya kita bikin kesimpulan yang bijak.
“Menikah”. Yups, dengan slogan yang lagi nge-trend di kalangan anak-anak muda, “halalin atau tinggalkan”, yang masih cukup kontroversial sih sebenarnya. Cuma bukan itu sih. Nggak ada yang salah sebenarnya. Tergantung cara kita menyikapi.
Awalnya emang rada galau, kalo liat udah pada banyak yang nikah dan membangun keluarga. Tapi guys, keep calm deh. Coba maknai kembali makna sebuah “pernikahan”. Please jangan berlomba karena memang sudah umurnya, menikahlah di saat yang tepat, dengan orang yang tepat, dan ketika kalian siap.
Sebenarnya beberapa hari ini masih rada nggerundel sama percakapan antar teman cewek di bangku master. Kita bener-bener agak sedikit heran dan juga pusing menanggapi pertanyaan, “kapan nikah”, padahal dari kita ada beberapa yang masih sendiri. Sebenarnya nggak ada yang salah juga dengan pertanyaan itu. Cuma tergantung konteksnya aja sih gimana cara menanggapi.
Bagiku, nikah cepat atau lambat itu wajar, hak setiap orang. Cuma untuk teman-teman yang lagi duduk menyelesaikan gelar master’nya, please, coba tenggok lagi niat awal kalian untuk melanjutkan pendidikan di jenjang magister. Bukan aku melarang untuk menikah. Ya, memang bagus jika seorang perempuan berpendidikan tinggi akan bisa menjadi sosok seorang ibu yang cerdas dalam mendidik anak-anaknya. Tapi coba deh tenggok lagi ke belakang.
Bukankah ketika kita melangkah ke jenjang yang lebih tinggi, harus ada tanggungjawab yang lebih tinggi lagi. Harus ada nilai plus’nya kan? Apa yang bisa kalian sumbangkan dan apa yang bisa dicapai dengan gelar master yang bakal didapat itu? Ingin menikah secepatnya itu tidak salah guys, tapi cobalah juga untuk berpikir manfaat lain dengan kesempatan pendidikan master yang sudah dimiliki. Karena di luar sana masih banyak teman-teman yang masih memperjuangkan beasiswa untuk mendapatkan kesempatan studi di tingkat magister atau selebihnya.
Jadi balik lagi sih. Aku sih berharap, sebagai bagian dari mahasiswa master, please, bisa nggak ganti obrolan kita? Jangan melulu dengan obrolan, “kapan menikah?”... Betapa indah perempuan-perempuan di luar sana, seperti Dian Sastro mungkin. Yang bisa menyeimbangkan antara kehidupan keluarga dan karirnya. So semangat untuk mencapai nilai plus’nya ya guys. Kapan kita wisuda? :D
3 notes · View notes
mimakurnia-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Tentang sesuatu yang berharga. Tentang sesuatu yang spesial. Tentang sesuatu yang seharusnya kau jaga. Tapi tak pernah kau sadari ketika ia disisi.
Mungkin benar pepatah yang mengatakan bahwa, “sampai kapanpun rumput tetangga akan lebih hijau.” Kenapa kubilang “sampai kapanpun”, karena memang akan terjadi sampai kapanpun. Mengapa? Semua bermula ketika kau mulai “membandingkan”. Apa yang kau miliki, dan apa yang kau terima, dengan apa yang mereka miliki, dan apa yang mereka terima. Sudahlah berhenti saja!
Kau tau, di sudut sana ada seseorang yang sedang menahan rasa sedu-nya. Menahan diri atas sesuatu yang membuatnya merasa tak dihargai. Bukan berlebihan. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa sesuatu yang telah dia berikan padamu itu adalah sesuatu yang istimewa baginya? Dia berusaha melakukan apapun yang ia bisa hanya agar kau merasa bahagia.
Tapi, jika kau masih berpikir bahwa kau hanya menerima sesuatu yang sama darinya, coba periksa kembali dimana letak kesalahannya! Tak pernahkah kau berpikir mengapa sesuatu yang istimewa itu hanya terasa sama bagimu? Ya, itu karena kau selalu menerima sesuatu yang istimewa darinya sepanjang waktu, sampai kau lupa dan tak pernah berpikir dimana letak perbedaannya.
Mari kita buat perumpamaan. Ingatlah, bahwa jika kau selalu menerima sebuah berlian sepanjang harinya, kau takkan berpikir lagi bahwa berlian itu sangat berharga. Coba berbaliklah kembali dan kembalilah di masa dimana kau belum menerima berlian itu sama sekali. Sekali kau dapatkan kau pasti akan merasa itu sangat istimewa bagimu.
Dan, mungkin kau akan menyadari ketika ia tak lagi berusaha memberimu berlian itu. Haruskah?
1 note · View note