Tumgik
nesiaslife · 3 years
Text
Dream on!
Tumblr media
When I have a dream, I feel alive. All the positivity then come up. When I think it's gonna be hard, I know it's wrong. All I need is self confidence. I just have to believe that I will make it, with some high endeavor and serious praying.
1 note · View note
nesiaslife · 3 years
Text
Giwangan 2021
Tumblr media
Aroma jalan khas selepas hujan dan langit setengah cerah membawa motor Ryandi mengantarkanku ke terminal Giwangan. Setiap sudut Jogja yang entah kenapa seperti menyimpan kenangan menemani perasaan riang setelah mengecap es teller milik Treat Caffe. Tapi lebih dari itu, ternyata bertemu dengan teman-teman seperjuangan masa kuliah dulu bak oase di tengah padang pasir yang kering. Padang pasir yang selama ini memang merindukan airnya yang dulu.
Terima kasih kepada kantor yang sudah mengadakan perjalanan dinas ke Jawa Tengah. Dengan begitu, aku sempat berkunjung ke tempat teman-temanku dahulu. Bukan di Jakarta yang menyesakkan, tapi di Jogjakarta, kota yang kata orang suasananya selalu bikin nostalgia. Niatnya aku ingin mengunjungi Ryandi dan Arini (kebetulan WFH di Jogja), malam selepas dinas supaya Minggu aku bisa lekas ke Kediri bertemu kucing-kucingku yang lucu. Nyatanya tidak bisa, aku bertanggung menjadi tour guide sekaligus bendahara sehingga mengharuskan diri ini stay bersama rombongan.
Begitu hari minggu tiba, aku sudah bersiap dari Megaland hotel menuju stasiun purwoasri. Malangnya tidak ada becak yang stay di depan hotel. Walhasil aku harus jalan beberapa puluh meter untuk dapat menemukan bapak pebecak yang sudah sepuh. Bapak yang mungkin sudah berusia 60 tahun itu mengayuh becaknya dengan ringkih. Dalam hatiku, aak cepat pak aku nanti ketinggalan KRL, maklum hanya sejam sekali lewatnya, tidak seperti di Jabodetabek. Tapi apa daya, mana berani ini lidah ini menyuruh bapak-bapak yang sudah sepuh.
Tumblr media
Akhirnya sampai di stasiun Purwosari. Lumayan besar dan aku langsung disambut porter. Namun, aku langsung bergegas menuju kursi tunggu dan seorang ibu paruhbaya senyum ramah kepadaku. Tak lama berselang kereta datang dari arah Solo Balapan. Banyak tempat duduk tersedia. Pemandangan sawah dan rumah-rumah jawa menemani satu jam menuju Stasiun Lempuyangan. Pukul 7 lebih sedikit KRL tiba di Jogja. Aku langsung menghubungi Ryandi yang akan menjemput dari kosnya. Tapi dia tak langsung membalas. Oleh karena perut ini sudah kelaparan, akhirnya aku makan nasi goreng bekal dari hotel. Di tengah menikmati kuning telur favoritku, temanku yang kurus itu menelpon. Dan setelah itulah kuhampiri sesuai live locationnya. Ya, dia tetap kurus kering meski sudah hampir setahun jadi PNS di Jogja.
Tujuan pertama adalah jalan Wijilan tempat gudeg andalan kantornya berada. Kami melewati Malioboro yang sedari pagi sudah ramai sesak. Tiba di wijilan aku memesan gudeg ati, sedangkan Ryandi entah pesan apa aku lupa. Aku lantas menghubungi Arini untuk segera datang bergabungm, tapi dia berdalih masih mengerjakan tugasnya.
Seperti biasa aku dan Ryandi tertawa terbahak-bahak. Entah mulai mengingat kebodohan jaman kuliah di mana aku suka membullynya, sepatu Nike baru miliknya yang dicuri di masjid, atau cintanya yang tidak kesampaian hahaha. Ya semoga lekas mendapat pendamping di Jogja sana. Arini pun datang kemudian dengan tas tenteng lebih dari tiga. Kami pun terbahak-bahak lagi. Itulah memang yang selalu kurindukan dari teman-teman yang datang dari masa lalu.
Tumblr media
Kami menjadi penghuni Wijilan hingga jam 9 lebih. Mungkin ibu pemiliknya sudah bosan dan keberisikan. Ryandi sejatinya mengajak kami ke alun-alun, terus juga ke kantornya. Entah apa motivasinya. Sementara Arini, usul untuk menintipkan segala barang ke Mirza Amadea yang ternyata juga sedang pelesir ke Jogja. Kami pun menuju Ar Rayan. Lucunya, bapak Grab Arini justru belok ke PKU (rumah sakit) wkkww. Untungnya hanya miskom. Setelah itu kami bertemu Dea dan berfoto-foto bersama dengan topi ke sawah. Waah seperti sudah ribuan tahun tidak bertemu. Kami tak lupa menelepon Isti yang sedang di Jakarta. Setelah itu lanjut berbincang satu sama lain. Aku pun memainkan filter horor sebagai kenang-kenangan. Hanya Arini dan Dea yang PD. Sementara Ryandi selalu menutupi wajahnya, sungguh masih pemalu saja. Selanjutnya menuju es teller andalan Ryandi di Treat Caffe. Tapi kami hanya berdua karena Arini menuju Bantul ke saudaranya. Lalu anehnya, Ryandi memilih jalan lebih jauh, padahal jelas nyata-nyata ada belokan lebih dekat. Rasanya ingin mengambil alih setir. Teringat 2014/2015, aku pernah memboncengnya dengan motor Ismail yang berujung jatuh di Stasiun UI hahaha.
Tumblr media
Di Treat Caffe aku memesan es teller oreo seharga 30 ribu. Wah besar sekali dan rasanya aaaaaak ingin terbang. Untungnya enak, kalau nggak, seperti biasa emosiku mudah tersulut jika bersama Ryandi wkwkw. Padahal orangnya baik. Tapi namanya juga bawaan. Kami berbicara lama, masih mengingat masa lalu, dan sedikit pula menyinggung masa depan. Ryandi bercerita tidak punya teman di Jogja sehingga sabtu-Minggunya hanya dihabiskan dengan mencuci dan menyetrika. Untung aku di Depok masih ada beberapa teman. Kalau aku menjadi dirinya, aku sudah pulang atau kalau tidak piknik di pantai. Tak apalah seorang diri.
Obrolan kami berlangsung lama karena hujan mengguyur. Padahal rencanaku jam 11 sudah jalan ke Kediri, sedangkan ini sudah hampir jam 14.00. Setelah hujan reda, kami akhirnya kembali ke penginapan Dea mengambil barang. Ryandi tak lupa mengingatkan salat, meski aku sudah berniat salat di bus saja. Ya sudah salat dulu. Tentu salat masing-masing karena aku dijamak.
Kami masih mengobrol dulu hingga tiba-tiba Arini datang dengan motor buleknya. Barulah setelah itu kami bergegas menuju Giwangan. Terminal yang kata temanku, Sahal, dapat membawaku ke Kediri. Ryandi sebenarnya tak pernah ke Giwangan sehingga kami harus mengenakan Maps.
Jalanannya begitu khas Jogja. Berat meninggalkan tapi aku sudah kangen dengan Bubu, Coco, Ubi, Jayen, si kucing-kucingku di Kediri. Di jalan, kami melewati Umbulharjo, kemudian tempat bakpia favorit keluarga Ryandi. Aku malas bawa barang tentengan sehingga tidak jadi beli bakpia. Sekitar 15-20 menit kami tiba di Giwangan. Ryandi mengantarkanku sampai ke tempat bus patas. Vibesnya mirip sebuah tempat yang perna kukunjungi di Bali.
Di sanalah aku kemudian bertemu bus Eka yang ternyata sebuah kesalahan hahaa. Bus itu meski patas tapi tidak lewat tol. Kembali lagi ke Solo dengan waktu 3 jam. Dan baru sampai di Kediri jam 12 malam. Wah sungguh pengalaman berharga untuk melek per-busan. Tapi sangat menyenangkan jika kuingat di bus hanya khawatir karena hp mati dan colokan di bus tidak berfungsi.
Sungguh pengalaman indah yang tak ingin kuulangi bersama Giwangan haha. Mungkin jika duduk bersama Yuta, gas saja berapapun lamanya -_-Sayang sekali lupa mengambil foto Giwangan.
0 notes
nesiaslife · 3 years
Text
Putar Balik #3: Jumat 30 Oktober 2020
Tumblr media
Dengan perut kenyang aku membonceng Isti dari Cawang menuju Depok. Begitulah akhir hari pertama SKB CAT dan psikotes. Selanjutnya masih ada wawancara dengan psikolog, tes TOEFL, dan wawancara user. Cukup banyak bukan? Kembali lagi kebijakan SKB tergantung kepada instansi masing-masing. Ada yang hanya CAT langsung berakhir. Ada pula yang berderet seperti instansiku melamar.
Tes selanjutnya adalah wawancara psikolog. Kami diharuskan datang langsung ke BKN. Pikirku adalah bertatap muka dengan penguji langsung. Namun, nyatanya setelah datang, aku berhadapan dengan layar laptop. Pengujiku lekas bertanya soal diri dan pengalamanku. Karena kami satu almamater, maka pembicaraan lumayan cair. Ada beberapa tempat yang kami sama kunjungi semasa kuliah dulu. Sayangnya aku lupa nama dari penguji tersebut.
Lalu, salah satu pertanyaan yang kuiingat adalah, apa aktivitasku selama libur weekend. Aku menjawab, sebagai pecinta alam, aku akan pergi melihat daun-daunan hijau. Entah hanya ke hutan UI atau ke jauh sekalian, seperti Sukakamu, eh Sukabumi.
Dari pembicaraan dengan penguji dia tampak terkesan dengan apa yang kukerjakan dulu. Dari mulai pengalaman magang, hingga menjadi jurnalis di kumparan. Ya, memang aku seperti tidak bernapas karena dari kuliah langsung bekerja. Namun, jika diingat hal itu menyenangkan dan bisa membuat salut dengan diri sendiri. Sebab sudah merdeka finansial dari orang tua sejak umur 22 tahun. Alhamdulillah.
Aku pulang dan menceritakan pengalamanku wawancara dengan laptop kepada Isti. Ia yang mendapat jadwal siang juga bertanya-tanya, mengapa harus ke BKN jika wawancara dengan laptop panitia. Wallahualam.
Selang beberapa hari, tes TOEFL dimulai. Kali ini tesnya lumayan pagi. Sedari jam 7 pagi aku sudah mengegas si Bita bersama Isti dari Margonda Raya. Tesnya berlangsung di Swiss bell Kalibata, seberang pas apartemenku dulu. Haf seandainya nggak pindah, pasti tinggal nyeberang saja. Tapi ah, siapa yang mau tinggal diganggu hantu wkwkkw.
Tumblr media
Dalam benakku, karena tes berlangsung pagi, maka aku dan Isti bisa melipir makan duren di Kalibata setelahnya. Tapi siapa sangka, rencana hanya tinggal rencana. Akun ujian kami tidak dapat mengakses ujian. Masalah ada di kesiapan vendor. Dalam hati sudah mencak-mencak karena kami tidak bisa lanjut ujian. Kami diminta menunggu di ruang tunggu dan makan siang. Sementara, peserta laki-laki dipersilakan salat Jumat terlebih dahulu.
Setelah itu, ujian baru bisa diakses. Aku memulai lebih dulu beberapa menit supaya dapat selesai cepat. Aku mengerjakan tes ini menggunakan laptop Dila Kumala karena punyaku tidak dapat dipasangi headphone.
Menurutku tes TOEFLnya tidak sesulit aku tes di LBI. Tapi nilaiku memang hanya 510 xixixi. Sepulang tes yang penuh drama aku mengajak mampir Isti ke rumah Kumala untuk mengembalikan laptop. Kami lalu pulang ke Depok dengan melewati macetnya jalan raya Bogor pada sore hari.
Wawancara User: Proses Terakhir dan The Power of Magang
Berjarak sekitar dua minggu dari tes TOEFL, wawancara user akan dilakukan. Aku sedikit lupa apakah sudah tahu bahwa pewawancara berjumlah tiga orang atau belum. Yang pasti aku dapat Zoom sekitar jam 9 pagi.
Pewawancara pertama adalah Komisioner KASN, Arie Budhiman. Dia memintaku berkenalan dan memberikan pertanyaan seputar alasan menjadi PNS. Aku menceritakan pengalamanku magang di Lapor Kantor Staf Presiden, hingga menjadi jurnalis di kumparan. Sedikit bocoran dari atasanku saat aku sudah diterima dan masuk kantor, ketika mendengar aku pernah magang di Lapor, dia langsung sedikit wah. Itu merupakan poin yang bagus. Meski dulu aku magang tidak dibayar, tapi pengalaman itu kemudian berguna empat tahun kemudian. Alhamdulillah. Tidak ada yang sia-sia jika kita niatkan semua demi kebaikan.
Tumblr media
Pewawancara kedua adalah Plt Kabag Humas, Rizkynta Ginting, yang kini jadi atasanku langsung. Dia bertanya apa saja berita terbaru di web KASN, wah aku lupa untuk membuka beberapa hari belakangan. Tapi untungnya aku ingat apa beritanya meski sudah agak lama. Dia juga bertanya pengetahuanku mengenai organisasi, apakah aku tahu ketuanya dan atasan lainnya. Ini memang harus diingat karena sebagai bentuk keseriusan mendaftar di instansi tersebut. Sebetulnya aku sudah mencari tahu siapa saja nama atasannya, tapi entah kenapa waktu tes aku hanya mengingat nama depannya.
Terakhir, adalah wawancara dengan asisten komisioner bu Nurhasni. Aku pikir dia dulu adalah bagian SDM. Dan setelah aku masuk, aku baru tahu dia bukanlah orang SDM hehe. Dia menanyai seputar pengalaman di kumparan dan bagaimana jika terjadi benturan dengan atasan. Ya karena ini di birokrasi, menurutku semua memang harus berkoordinasi. Tidak bisa dengan mudah serta merta bergerak di luar atasan. Di tengah wawancara zoom, koneksiku putus nyambung. Hati ini sudah deg-degan sekali. Bagaimana kalau didiskulifikasi? Karena belum sempat menyelesaikan jawaban dan berpamitan.
Aku coba konfirmasi kepada CP, dan katanya sudah dapat dinilai dari wawancara yang ada. Aku lega tapi jadi pesimistis. Apa lolos? Terlebih SKD di peringkat ketiga.
Sebetulnya aku juga bisa mengecek dua saingan yang lain di livescore BKN. Tapi aku terlalu takut dengan realitas, terlebih nilai 290 menurutku cukup kecil.
Sebulan lebih aku menunggu pengumuman itu. Aku dan kedua orang tuaku sudah ikhlas diterima atau tidak. Tapi dalam hati kecilku selalu menjerit, plis terimalah aku ya Allah. Saat itu aku sudah bekerja di KlikDokter. Dan melihat dinamika dunia swasta yang benar-benar terdampak pandemi, menjadi alasan kuatku untuk bisa diterima PNS.
Jumat, 30 Oktober 2020, adalah hari pengumuman. Sedari pagi aku mengerjakan artikel sembari panik. Berulang kali berkirim pesan dengan Isti kok belum ada pengumuman. Di instansi lain, temanku ada yang sudah diterima dan ada yang ditolak karena tidak memenuhi syarat. Hati ini semakin degdegan.
Tumblr media
Baru setelah admin di grup SKB kami mengumumkan bahwa hasil sudah dipublished, aku langsung berseluncur ke web. Rencananya aku langsung ctrl+f Nesia. Tapi aku tidak cukup berani. Akhirnya aku scroll satu per satu. Dan aaaaak, warna ijo nama Nesia, yang artinya diterima. Aku langsung menghubungi kedua orang tuaku sambil menangis. Alhamdulillah keinginan mereka melihat anaknya menjadi PNS terkabul. Aku pun merasa tenang karena setidaknya akan terjamin di masa pandemi ini. Air mata tak henti berjatuhan. Ibuku yang sedari pagi sudah mendoakan lewat salat dhuha juga demikian. Ah indah sekali jika diingat siang itu.
Tapi aku juga sedih karena sahabatku Isti belum diterima. Aku yakin dia akan mendapatkan yang terbaik suatu saat.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Nesia melewati perjuangan ini. Doa terbaik untuk kalian.
Cerita pemberkasaan CPNS tak kalah dramatis. Akan diceritakan suatu saat nanti. Semangat untuk yang ingin berkarier di pemerintahan.
0 notes
nesiaslife · 4 years
Text
Putar Balik #2: With Exo
Tumblr media
Apa yang kita sukai, kadang di situlah kekuatan sering bersumber. Lagu-lagu Exo sangat berjasa menemani masa tunggu SKB dari Maret hingga September 2020, sebut saja KoKoBop, The Eve, Electric Kiss, Lotto, dan lainnya. Jadi kalau ada yang bilang K-Pop tidak berguna dan annoying, mungkin mereka belum saja mendapat energi positif dari sebuah karya seni. Tidak mesti K-Pop, tapi bisa juga yang lain. Cuma kalau aku sukanya K-pop ya since ‘08. 
Ah, kenapa jadi ngomongin K-Pop hiks. Jadi, selama masa tunggu jelang SKB kasus corona di ibu pertiwi perlahan naik. Dikit-dikit orang nyeplos bilang lockdown. Serem kan jadinya bayangan. Gimana kalau di-lockdown kayak yang di Wuhan. Kan ngeri pisan itu, mana abdi dulu masih tinggal di Kalibata. Alhasil jadi ngeborong beberapa sembako dari farmer market. Dan lucunya dua hari setelahnya memutuskan untuk pulang ke Kediri, karena di sana sempat diganggu makhluk halus sampai ga bisa tidur berhari-hari. 
Sampai di Kediri, ada hikmahnya bisa benar-benar bekerja dari rumah. Di sela kesibukan menyusun lipsus mingguan, aku sempatkan belajar materi SKB. Yang kuingat saat itu lebih fokus kepada TOEFL dan psikotes bagian menggambar. Maklum, aku lemah sekali dalam menggambar. Bahkan waktu sekolah dulu kalau ada PR menggambar, itu yang ngerjain ayahku. Sungguh perilaku tercela zaman kids. 
Ketika di rumah, keluarga kompak mendoakan supaya aku lolos CPNS tahun ini. Ibuku sering bilang rutin mendoakan itu saat salat malam dan Dhuha. Kala itu, pikiranku benar-benar sudah maksa ke Allah SWT supaya diluluskan. 
Dan, sekitar Ramadan atau Lebaran, terdapat pengumuman bahwa jadwal tes SKB akan segera disusun Kemenpan pada Agustus 2020. Wah, semakin degdegan, merasa persiapannya belum matang. 
Memasuki akhir Juni, sebuah peristiwa mengharuskanku kembali ke Jakarta. Entah mau sedih atau gembira aku seperti merasa datar saja. Setelah peristiwa itu, kehidupan baru dimulai. Aku memutuskan kembali ke Depok lingkungannya lebih familiar dan banyak teman di sana. 
Tumblr media
Aku menjadwalkan beberapa hari untuk belajar materi CAT, seperti soal tentang Kemenpan, KASN, dan yang berhubungan dengan analisis berita. Waktu itu teman-teman yang melamar jabatan fungsional bisa menilik kisi-kisi di UU atau Permen (lupa). Nah, berhubung aku melamar di posisi jabatan pelaksana, maka tidak ada kisi-kisinya. Tapi kakak-kakak PNS yang jadi admin grup tetiba mengirimkan kisi-kisi untuk jabatan pelaksana. Untuk analis berita, bahan yang harus dipelajari adalah soal sejarah TV, radio, penyiaran, dan hal lain terkait komunikasi. 
Wah-wah, aku kalau soal sejarah masih okelah. Tapi kalau perihal komunikasi ini emang harus belajar keras. Meskipun komunikasi adalah yang biasa kita lakukan, nyatanya setiap proses ada istilahnya yang ilmiah. 
Masuk Agustus, aku mendapat jadwal tes cukup awal, yakni tanggal 2 September. Di jadwalnya, sehabis CAT, dilanjut psikotes, lalu selang beberapa hari kemudian baru wawancara psikolog. Dan senangnya, psikotes menggambar dihilangkan karena dikhawatirkan akan menyebarkan virus corona. 
Sebelum menjalankan tes, aku selalu mendengar lagu-lagu Exo di YouTube. Selain bisa melihat wajah tampan D.O. yang bisa menenangkan jiwa raga, lagunya juga enak sekali di telinga. Bahkan, beberapa menit sebelum SKB CAT dimulai, aku dan Isti ke Masjid untuk salat (lupa, salat Dhuhur atau duduk-duduk saja). Isti belajar, sementara aku mendengar lagu Exo dengan Headphone. Seingatku Lotto ya kala itu. Duh, bujang-bujang ini.
Tumblr media
Tes dimulai. Dengan faceshield dan masker yang wajib terus dipakai, rasanya berbeda sekali dengan SKD pada Januari sebelumnya. Aku berbeda ruang dengan Isti, artinya tidak lagi duduk berjejer. Ya, memang sekarang tempat duduknya diatur seorang-seorang. Beruntungnya, di belakangku ada Ismail ternyata, adik kelas kuliah dulu, sehingga ada teman mengobrol. 
Surprised, ternyata soalnya berbeda sekali dengan kisi-kisi. Target awalku bisa mendapat nilai 350 atau di atas 400 meleset jauh. Bisa dibayangkan saja, soalnya tentang teori komunikasi menurut tokoh, kehumasan, UU, dan lain sebagainya. Tapi untungnya beberapa soal berkaitan dengan jurnalistik, otomatis itu tentang pekerjaanku sebelumnya. Hal itu sangat membantu. Aku berpikir, dua sainganku di SKB sepertinya bukan jurnalis. Jadi mungkin aku bisa mengambil keuntungan dari sini. 
Waktu mengerjakan soal berlangsung selama 90 menit. Setelah klik tombol selesai maka hasil muncul. Taraaa, nilainya 290. Kaget dan langsung dalam hati, kecil sekali hahaha. Udah lemes sih dan suuzon saingan dapat nilai lebih tinggi. Padahal SKB adalah jalan satu-satunya untuk menikung karena aku peringkat tiga. Ya sudahlah, pasrahkan saja ke Allah SWT, masih ada wawancara dan TOEFL. 
Jam sudah menunjukkan pukul 5 lebih. Psikotes segera dilangsungkan. Pikiran sudah lelah, perut mulai keroncongan. Dengan sisa tenaga yang ada, akhirnya tes dimulai. 
Awalnya mending, tapi lama-lama kalau sudah soal ruang dan bangun, atau letak titik di pola berikutnya, pikiran sudah mulai benar. Jika aku selalu memastikan jawaban itu benar, kala itu yaudah lah yang paling mendekati saja. 
Entah berapa lama saat itu waktu untuk psikotes. Tapi aku sudah mulai error karena lapar. Dan ketika keluar sudah mendekati jam 8 malam. 
Alhamdulilah saat keluar ruang, dikasih makan McD sama mbak panitia. Aku yang tak tahan langsung menyantapnya di pelataran. Sementara Isti yang akan pulang bersamaku tidak menyentuh makanannya. Entah kenapa aku lupa. Yang pasti hari itu sungguh melelahkan. Namun, saat diingat seperti ini, rasanya seperti terharu. 
Hmm, sepertinya ini sudah lumayan panjang. Aku pun mulai bosan. Lanjut nanti part #3. Sekarang waktunya nuntun Mas Vincenzo Cassano. 
0 notes
nesiaslife · 4 years
Text
Putar Balik
Tumblr media
“Nes, gue pikir lo oposisi?” kata Randy temanku selepas kerja bakti ngantar Isti pindahan. 
“Ahahaha, gue ga pernah jadi oposisi negara ini,” jawabku setelah menyesap kopi aren sambil dalam hati (“Tidak ada yang lebih kenal diriku selain aku sendiri.”).
Tak hanya Randy. Belakangan mulai datang komentar dari teman yang seakan tak percaya aku mengambil jalan ini. Ya, mungkin kalau kembali ke 3 atau 4 tahun lalu, itu serasa tak mungkin. 
Cita-citaku dulu adalah menjadi dosen keren dan punya klub bulu tangkis ternama. Itu semua masih ada sampai saat ini. Tapi aku kemudian memutuskan untuk menjadi jurnalis. Rasanya, berpetualang sebelum duduk menekuni cita-cita adalah hal yang penting. Di zaman ini seperti mustahil jika hidup tanpa relasi dan keahlian khusus. 
Niat awalku adalah cukup dua tahun menjadi jurnalis. Selanjutnya, aku bisa memulai karier untuk jangka panjang. 1 November 2019 adalah tepat dua tahunku bekerja sebagai jurnalis. Maka dari itu diri ini sudah ancang-ancang untuk putar balik. Maksudnya, putar balik ke mimpi awal. Dan, aku memutuskan untuk melalui jalur yang paling realistis.
Saat itu jalur yang paling realistis adalah dengan menjadi PNS. Sebab banyak beasiswa yang ditawarkan bagi PNS, begitu yang  kudengar, dan saingannya nanti tidak sebanyak jika mendaftar sebagai awam. Kenapa tidak langsung S2 saja? Ah, aku tidak mau kuliah lagi tanpa beasiswa. Lulus juga belum jaminan langsung jadi dosen. Sebaiknya bikin fondasi yang kuat dulu sebelum mendirikan tiang. Analogi saja. 
Selain itu, orang tuaku begitu berharap aku bisa menjadi PNS. Alasan utamanya aku lupa. Tapi mereka selalu menanyaiku apakah tidak minat daftar jadi abdi negara. Hmm, jadi kupikir selain bisa melegakan hati orang tua, aku mendekat ke cita-cita sendiri, tidak perlu khawatir jaminan masa tua, dan bisa membantu negara ini.
Maka dari itu, sekitar September atau Oktober 2019 aku sudah siap-siap daftar CPNS. Mataku mulai berselancar mencari formasi (lowongan) apa yang terbuka untuk lulusan Ilmu Sejarah. Waktu itu ada di Kominfo, Kemdikbud, Kemenpan RB, dan banyak Pemda. Tapi pilihanku jatuh pada analis berita di Kemenpan RB. Alasannya simpel, karena aku sudah punya pengalaman di bidang ini. Dan ya, aku sudah lama kenal Kemenpan RB karena dulu pernah magang di LAPOR Kantor Staf Presiden yang dikelola bersama dengan kementerian tersebut. 
Tumblr media
Ket: Bukti pendaftaran di laptop lama.
November 2019 seluruh berkasku ter-submit di laman SSCN. Lalu, Desember 2019 aku dinyatakan lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti seleksi kemampuan dasar (SKD). 
Dari situ aku mulai belajar sedikit-sedikit. Iya, sedikit banget karena aku sempat kena infeksi saluran kemih. Ya Lord huhu. 
Datanglah pengumuman bahwa SKD akan segera dihelat 25 Januari 2020 dan aku mendapat jadwal tes tanggal 27. Lucunya, aku baru mengetahui itu lima hari sebelumnya. Saat itulah aku mulai ngebut belajar. 
Beruntung, di kantor ada Mas Agri dan Rizal yang juga ikut mendaftar. Mereka cukup baik dengan memberikan e-book soal SKD. Tiap malam selepas pulang kerja aku latihan soal dan mencoba langsung menghitung skornya. Itu sangat penting karena di formasiku ada 80-an orang yang daftar. Sementara, yang diambil dari SKD hanya 3 orang dan kemudian akan diambil 1 yang terbaik. Oleh karena itu, mau tidak mau aku harus mendapat nilai tertinggi. 
Sedikit throwback, saat sekolah atau kuliah aku kerap kali mendapat nilai tertinggi. Caranya adalah dengan tekun belajar. Sejauh ini, itu tidak menghkhianati. Maka dari itu akan kucoba kembali. 
Hari SKD tiba. Lokasinya di BKN Cawang. Aku bergegas bersama sahabatku, Isti, yang juga mendaftar. Di lokasi tes aku bertemu dengan rekan sejurusanku dulu. Ada yang sebaya, ada yang adik kelas, dan bahkan senior. Entah mereka daftar formasi apa, itu bukan fokusku. 
Tumblr media
Ket: Satu-satunya dokumentasi yang ada saat tes. Ini pun waktu SKB.  Soal SKD terdiri dari tiga jenis, wawasan kebangsaan (TWK), inteligensia (TIU), dan kepribadian (TKP). Di antara ketiganya, aku banyak berlatih di TIU karena berhubungan dengan matematika. Aku tidak suka itu, apalagi soal kecepatan motor antar dua orang, itulah yang paling kubenci. Aku suka hal yang simpel. 
Waktu mengerjakan tiba. Aku duduk segaris dengan Isti. Aku mulai mengerjakan dari bagian mana dulu aku lupa. Yang pasti nggak dari TWK sepertinya. Ternyata soal TIU tak sesulit bayanganku. Justru nilai tertinggiku dari situ hehe. Total nilaiku 396 dari nilai maksimal 500. Katanya itu termasuk tinggi untukku yang baru pertama ikut tes CPNS. Hmm entahlah aku hanya senang sebentar. Habis itu mulai kembali degdegan apakah bisa masuk 3 besar dulu. 
Pengumumannya baru bulan Maret, bulan kelahiranku. Aku beberapa kali berdoa semoga lolos sembari memantau nilai peserta lain di grup FB. Aku sudah lama meninggalkan FB tapi kembali kubuka karena ini. 
Banyak yang mendapat nilai 400-an. Aku harap mereka bukanlah yang mendaftar di formasiku. 
Tanggal pengumuman tiba. Tanganku agak sedikit tremor. Jantungku serasa seperti jatuh. 
Alhamdulillah lolos, peringkat tiga. Aku kalah di TKP, padahal TIUku paling tinggi. Jadi, jika  nilai totalnya sama, maki pemeringkatan didasarkan pada TKP. Hmm kenapa nilai kepribadianku rendah? Ahaha, itu sesuatu yang tidak bisa kuukur sebelumnya. Meski begitu aku tetap bersyukur dan siap bertempur di tahap terakhir, seleksi kemampuan bidang (SKB). 
Di Kemenpan, ada empat jenis tes SKB, yakni CAT, Psikotes, Wawancara, dan TOEFL. Ini beda-beda ya. Ada instansi yang hanya CAT saja. 
Tapi corona datang. Tes yang semestinya digelar April atau Mei ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Hmmmm, to be continued. Aku nonton drama Doctors dulu ^_^. 
1 note · View note
nesiaslife · 4 years
Text
Dalil Si Congkak
Tumblr media
Si congkak (sementara) kualat. Dalil-dalilnya tak lagi manjur. Apa boleh dikata hidupnya bisa dibilang setengah merana. Dia terlepas dari jimat keberuntungan yang selama ini melekat di lehernya. Jimat yang tak henti dia jadikan dalil atas segala pembenaran. Seakan dia terus lupa hidup bukanlah satu ditambah satu sama dengan dua. Dia lupa kekuatan yang menciptanya. Juga kekuatan yang telah membesarkannya. Congkak terperdaya akalnya. Mutlak. Malang sungguh malang si congkak. Bisa apa sekarang? Masa lalunya pergi sendiri. Lantas masa depan? Baginya kini sulit dijelaskan. Tapi baiknya si congkak kini mulai sadar. Segala rumus hidup itu adalah tidak tentu. Yang tentu itu usaha dan doa. Yang pada hakikatnya membawa kebaikan, entah kentara atau tidak. Yang penting baik. Jangan lagi jadi congkak. Karena mau bagaimanapun congkak bisa menjadi segara segala aliran negatif kehidupan. Berbahagialah wahai si congkak karena kini engkau telah merobek kabut tebal di akalmu. Credit ilustrasi: Malang Voice
1 note · View note
nesiaslife · 5 years
Text
Dear Orang Tuamu
Tumblr media
"Kenapa ya hidup-hidup kita, kok mereka repot banget ngurusin," kataku menanggapi seorang teman.
Aku setengah bingung saat temanku memberondong cerita pilu melalui pesan WA. Aku yang tengah dedlenan lipsus Sabtu lalu pada akhirnya berhenti sejenak dan mengalihkan perhatian kepadanya. Dia berkisah, saat ini tengah ketakutan menghadapi beban studinya kelak, yaitu ihwal tugas akhir.
Aku pun mudah saja menanggapi. Jika sudah memilih untuk lanjut studi, ya diseriusi. Kira-kira begitu ucapku. Tapi dia mengelak, dia belum sanggup menghadapi studi baru. Dia ingin bekerja saja, entah di mana asal sesuai passion.
Aku lalu kembali sok bijak. Ku urai saja sebuah kisah temanku lain yang sudah berhasil bekerja dan menyelesaikan studi secara bebarengan. Namun, temanku itu tak bisa, katanya dia bukan seorang multitasking. Fisiknya tak terlalu kuat alias gampang sakit.
"Yaudah, kalau gitu dikomunikasikan aja sama orang tua. Komunikasi adalah kunci," kayaknya aku ngemeng begitu.
Pikiranku jelas, kalau sudah tak nyaman dengan keadaan ya harus diomongkan dengan orang tua dan dicari jalan kelar. Menyiksa diri begitu lama itu bukan hal yang baik.
Tiba-tiba suasana chat di WA sedikit berubah setelah aku membalas begitu. Dia menceritakan baru saja menangis lewat telepon kepada ayahnya karena permasalahan studi. Itu adalah kali pertama dia menangis lewat telepon. Ya, selama 5 tahun aku mengenalnya dia bukan orang yang cengeng menurutku. 
Harinya semakin kelabi dua hari berikutnya. sang ibu menelepon balik dengan nada tersinggung karena temanku menghubungi ayahnya sembari menangis.
Temanku itu nyatanya sudah menolak dari sebelum pendaftaran. Aku pun bingung, kenapa orang tuanya begitu kekeh anaknya harus lanjut studi. Pokoknya, di umur 26 tahun nanti, temanku sudah harus bergelar studi ganda. Alasannya apa? Hatiku pun ngilu mengetahuinya.
"Pokoknya mereka pengen liat di undangan nikah gue nanti udah ada gelar berderet," dia mengungkapkan.
Dia hanya bisa melepas status mahasiswanya kalau diterima sebagai PNS. Ya PNS, PNS yang hidupnya katanya dijamin. Padahal kan belum tentu. Dijamin uang baru iya, yang lainnya siapa tahu. So, kenapa harus PNS, lagi-lagi alasannya bikin aku garuk-garuk. Supaya orang lain hormat dan menghargai.
Oh my goodness, orang tuanya benar-benar salah zaman. Itu cocoknya dulu saat zaman Kolonial, la sekarang kan Indonesia udah merdeka hampir 74 tahun. Apakah makin relevan. Sungguh orang tuanya itu exclude dalam teori peradaban Samuel Huntington. Padahal kan untuk dihargai apalagi dihormati tak harus dengan jadi PNS. 
Mengetahui alasan edan orang tuanya itu sisi religiusku muncul. Intinya begini. Buat apa memperindah dunia kalau enggak dilihat Tuhan. Apa Tuhan suka cara tersebut? Cara yang berbau pamer. Apa itu berkah? Kedamaian hati siapa yang beri kalau bukan Tuhan? Bukan manusia kan.
Dear orang tuanya temanku. Standar bahagia setiap manusia itu berbeda. Jangan membuat standar bahagia dengan tolok ukur orang lain. Itu bukan bahagia, itu saingan namanya. Apa enak hidup terus bersaing? Kebahagiaan itu kita sendiri kok yang nyiptain.
Dear orang tuanya temanku lagi, apa kalian lupa, anakmu itu bukan milikmu. Anakmu itu cuma dititipkan. Dititipkan untuk kamu pelihara dan rawat supaya kelak ketika dia kembali ke sang pencipta, dia berada dalam bentuk yang baik. Bentuk dengan bekal amal dan perangai terpuji. Lantas, dengan cara kalian seperti itu bukankah justru kalian menghancurkannya perlahan. Wong anakmu itu diciptakan Tuhan sama pasangannya, bukan sama kamu. Jadi anakmu itu milik siapa?
Dear orang tuanya temanku lagi dan lagi, anakmu punya hak kendali atas hidupnya. Kamu hargain dong, sebagaimana kalian mempraktikannya dalam hidup kalian sendiri. Coba kalau dibalik posisinya, kalian jadi anak, apa kalian mau? Aku yakin tidak. 
Aku pun ingin temanku membalas seperti itu ke orang tuanya. Tapi, dia takut dicoret dari KK. Hmm
Aku lalu menawarkan solusi, sebelum kamu dicoret mending kamu bikin KK sendiri. Gampang kok, tinggal pindah domisili KTP, otomatis akan keluar dari KK lama. Jadi enggak bakal ada adegan coret menyoret KK.
Dengan saranku itu, obrolan yang sebelumnya menegang penuh kesedihan tiba-tiba diwarnai "hahahaha" dan "wkwkwk". Semangat ya kamu. Kamu pasti bisa kalau kamu mau. Aku akan selalu ada selagi aku hidup.
Aku memang belum jadi orang tua. Belum paham bagaimana merawat dan mendidik anak. Mungkin kalau orang tua temanku baca ini, aku bakal dianggap lancang. Tapi, setidaknya aku paham bagaimana menjalani hidup. Bagaimana menghargai diri sendiri dan memandang orang lain bukan sebagai benda mati yang mudah saja dikendalikan untuk menjadi seperti apa yang kita mau.
Dah gitu aja. Soal identitas temanku ini, kalian enggak usah kepo. Intinya kita doakan saja supaya orang tuanya lekas tersadar. 
credit photo:  meaww.com.
0 notes
nesiaslife · 5 years
Text
Sore di Hotel Mulia
Tumblr media
Ini bukan soal menggadaikan nasionalisme. Tapi ini soal menggunakan hak untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan.  
Kayaknya sekitar 2017 deh. Waktu itu gue bilang ke salah satu temen kuliah bernama Tria, "Eh pemain Jepang ini mirip Kevin ya." Tria yang biasa gue panggil Tukijah menolak mentah-mentah anggapan gue. Ya singkatnya dia bilang, "kagak ada mirip-miripnya." Oke sip gue enggak ngeyel kala itu. Emang tabiat gue suka mirip-miripin orang, tapi ya mau gimana lagi ya haha.
Oke balik lagi ke topik utama. Orang yang gue bilang mirip Kevin sanjaya itu bernama Yuta Watanabe. Nihonjin alias orang Jepang yang lahir tahun 1997. Kesan gue lihat Yuta itu dia orangnya kalau main suka terbang-terbang. Dia pun cukup unik kalau megang raket, kidal lagi. Sayang, wajahnya kurang jelas saat itu karena masih streaming jaman pakai X1bet. Tapi, intinya gue cukup menikmati gaya mainnya Yuta.
Hari demi hari di 2017 gue masih berfokus pada idola gue seorang, yaitu Anthony Sinisuka Ginting. Namun, hari depan manusia siapa yang tahu, gue pada akhirnya juga mengidolakan si Yuta. Ini tidak pernah terjadi dalam lika-liku perbulutangkisan Nesia, mengidolakan pemain Jepang. Dulu sih pernah suka sama pemain Korea, Lee Yong Dae. Ya, tapi rasa suka itu bukan murni ke skill LYD. Tapi lebih ke wajah LYD yang terlalu indah. Dengan demikian, rasa suka itu pun menghilang begitu saja dengan cepatnya.
Sementara, untuk apa yang terjadi pada Ginting dan Yuta itu berbeda. Gue kadung jatuh cinta dulu dengan skill mereka berdua. Sehingga, enggak ada alasan untuk bosen seperti halnya yang gue rasakan kepada LYD. Ginting forever be my Indonesia MS idol. Dan Yuta..Yuta is another story.
Tumblr media
Tentang Yuta itu bermula dengan gue suka cara mainnya dan kemudian diikuti suka kepada penampilan alias wajahnya. Hmm agak sulit mendefinisikan gimana rupa Yuta. Banyak yang bilang Yuta itu enggak ganteng. Aku sabar. Ya tapi itu ganteng versi gue. Gue bilang mirip artis Korea, Kim So Hyun. Beberapa orang mengamini dan beberapa lagi menyangkal keras-keras.
Nah, Yuta itu mulai jadi perhatian serius gue setelah All England 2018. Dia juara bersama partner XDnya, Arisa. Oke berarti prospek dia ke depan bagus. Secara, Jepang itu belum sekalipun XDnya pernah juara di All England. Jarang ada atlet XD Jepang yang berprestasi. Beberapa pelatih di negeri Sakura itu pun pernah bilang bahwa sulit membentuk XD di negaranya sana. Terlebih FYI aja di Jepang itu enggak ada Pelatnas macam kita di Indonesia. Mereka sistemnya klub. Dan itu lumayan ketat. Biasanya mereka rigid banget. Kalau pemain ganda itu pasangannya harus yang sesama klub. Jarang ada yang bisa lintas klub. Setiap klub punya ego masing-masing. Dan klub-klub itu disponsori perusahaan-perusahaan gedhe, ada yang bank kayak Hokuto dan ada pula yang alat transportasi macam Tonami.
Nah waktu Indonesia Open 2018 belum ada niatan untuk foto atau jabat tangan sama Yuta. Secara gue masih jadi penonton kelas 2 haha, alias belum sanggup beli VIP. Singkatnya, kalau ibarat lagu "mengagumimu dari jauh" by Tulus haha.
Waktu berjalan dengan segenap misterinya. Asian Games pun gue masih fokus banget sama Ginting. Then tiba saatnya dua makhluk perempuan berkerudung masuk dalam dunia perbulutangkisan Nesia. Sebut saja Dian dan Arini. Keduanya udah gue kenal cukup lama, yaitu 2016 silam saat gue masih jadi ketua KSM. Ceritanya mereka ini anggota baru. Tapi waktu itu kita belum begitu dekat sampai main-main.
After Asian Games dua bocah itu tetiba sering update perbadmintonnya. Utamanya Dian yang mewarnai hidupnya dengan foto-foto Shi Yuqi. Sering reply-reply an story perbadmintonan di IG akhirnya terbentuklah sebuah grup yang dulu bernama "Istri Ginting, Yuqi, Mpin," haha. Sungguh alay. Lupa itu tersangka pembuat grupnya siapa. Apakah mungkin gue? Hahaha, Nesia tampak sedikit amnesia.
Then, di grup itu hampir setiap hari kita bercuap-cuap. Kadang membahas kehaluan. Kadang gue kuliah sejarah perbulutangkisan era dulu. Kadang Dian kirim foto-foto. Gue pun bilang kalau juga suka atlet Jepang, Yuta Watanabe. Secara kedua temen gue itu suka atlet asing ga bisa diganggu gugat, si Arini ama Viktor, si Dian ama Yuqi, yang Lu Cy belum lahir dalam perduniaan kala itu.
Nah, Dian dan Arini ini berkontribusi besar dalam memupuk rasa cinta gue yang mendalam pada Yuta haha. Ya bayangin aja Dian terutama suka sekali kirim foto-foto atau video kesomplakann Yuta. Ya gimana gue ga makin suka coba haha. Lalu, si Arini ini ibarat jam beker sering mention-in gue kalau Yuta lagi tanding. Alhasil gue jadi intens menyaksikan aksi Yuta. Di sanalah gue makin tergeleng-geleng dengan cara mainnya. Dropshotnya itu masuk sampai perasaan gue. Terlalu indah untuk dilupa saja. Dan, dengan ini dinyatakan Nesia sah menjadi bucin Yuta. Apa faktor yang mendorongnya? Yaitu keberadaan Dian dan Arini wkwkwk.
2018 berganti dengan 2019. Arini, Dian, dan gue berniat untuk menyaksikan Indonesia Master. Kita pun membeli bangku VIP karena sudah merasa mampu dan supaya bisa salaman dengan atlet. Pada momen itu pun gue jadi tahu kalau mau foto sama atlet yang kita sukai baiknya adalah samperin ke hotelnya.
Berangkat dari Depok dengan mengenakan sweeter ungu tebal yang dibeli di Bandung, gue berniat bertemu Yuta di Hotel Sultan. Dian pun membawa kado untuk Yuqi. Menunggu lama di lobby hotel, atlet yang kita sukai tak kunjung lewat. Malah, yang keluar SWH dan pasangan serta atlet krucil Korea. Jadilah gue dan Dian foto sama mereka. Misi bertemu dengan idolanya masing-masing gagal.
Oke, pagi hari di Istora. Suasana bangku VIP sudah penuh. Nesia keliling ke sana ke mari mencari tempat dengan sudut pandang terbaik. Akhirnya tempat yang dipilih berada pas di atas bangku atlet.
Saat Yuta habis bertanding entah dengan siapa gue langsung turun dan antre jabat tangan. Tugas Dian adalah mengabadikan momen bersejarah itu. Dan, di antara bbanyaknya perempuan yang menggandrungi Yuta, tangan gue menjadi salah satu yang dipilihnya untuk dijabat. Enggak semua lho. Wadidaw, tangan Yuta agak empuk ya. Mirip tangan gue yang gendut.
Tumblr media
Yuta main dua kali hari itu. Di partai terakhir dia main MD sama Bang Haji Endo. Secara live gue menyaksikan si Yuta lari ke sana ke mari. Lompat ke atas, ke samping , dan ke mana-mana. Adidaw jiwa sekali cara mukul shuttle cock. Terhiburlah intinya. Nesia pulang dengan raut wajah bahagia. Senyam-senyum karena bisa berjabat tangan dengan Yuta. Sayangnya belum sempat foto.
Uji coba kedua berlangsung di Malaysia, tepat dengan jadwal gue liburan dua negara awal April kemarin. Nah, gue coba samper ke hotel Yuta yang ternyata sama dengan Ginting. Niat utama emang pengen ketemu Ginting. Yuta yang kedua. Nah, Tuhan mengamini. Gue akhirnya bisa sama foto sama Ginting. Tapi sama Yuta belum. Dari lalu lalang atlet yang lewat, hanya atlet Tiongkok yang sering gue lihat. Tak satupun atlet Jepang muncul di hadapan gue.
Then gue pasang badan untuk bergerilya bisa foto sama Yuta Juli mendatang di Indonesia Open. Gue yakin semesta bakal mengamini.
The time we met
Mei, Juni berlalu, tibalah bulan Juli. Inilah bulan Indonesia Open. Kesempatanmu bertemu Yuta terbuka lebar. Jumat atau Sabtu (19/20) Japan Bird (tim Jepang) tiba di Indonesia. Mereka tak lagi menginap di Sultan, melainkan di Hotel Mulia. Hotel yang katanya Dian jauh dari Istora. Kesempatan gue untuk jalan kaki ketemu Yuta pun sirna.
Dian dengan segala timnya memantau segenap atlet yang akan bertanding. Yuta pun tak luput dari pengawasan. Katanya sabtu pagi si Yuta ini sempet jogging ama Haji Endo di GBK. Hati gue pun jadi ga karuan. Ya Allah Yuta, kita berada di langit yang sama, langit Jakarta yang penuh polusi, huk huk.
Sebelumnya, gue dan Nana berniat untuk Car Free Day sebelum dia berangkat kuliah ke Chulalongkorn. Tapi, Nana tiba-tiba ada tugas tambahan dan akhirnya CFD batal. Padahal kalau jadi gue berniat sekalian nonotonin Tim Jepang di Istora tes lapangan. Pasti bisa foto ma Yuta kalau begitu. Tapi rencana hanya tinggal rencana.
Nesia memutuskan untuk tiduran dan ngedit video di kosan, video jalan-jalan ke Dufan. Namun, godaan itu berdatangan. Sedari pagi Dian yang mondar-mandir di kawasan Senayan memberi live report pergerakan atlet-atlet. Dia foto dengan atlet ini dan itu. Gue pun masih bergulat kemageran untuk melaju ke Senayan. Akhirnya kemageran gue itu pun pecah setelah video yang gue edit enggak ke save. Kan kesel. Akhirnya gue memutuskan untu caw ke Senayan menjemput Yuta. Gue ditemani oleh Arini yang juga punya misi yang sama, ketemu bucinnya bernama Kamura.
Tapi, niatan itu kembali menyurut. Musababnya, Dian melaporkan kalau pengamanan di Hotel Mulia ketat. Banyak fans BL yang dilarang masuk untuk ketemu atlet. Maklum saja hotel Mulia katanya mewah banget. Tapi gue jadi teringat. Apa yang sudah di depan mata haruslah dikejar. Gue selalu belajar dari pengalaman gue yang gagal alias enggak jadi ke Filipina (2017) padahal kesempatan dah di depan mata. Gue cari aman sih. Dan sejak kejadian itu, gue enggak mau jadi orang yang cari aman. Nesia mendeklarasikan diri menjadi manusia nekat seutuhnya.
Akhirnya dengan si Bita (motor Beat andalan gue), gue dan Arini ngegas ke Senayan setelah salat ashar atau jam 4 an sore. Dengan kenekatan gue, gue yakin bisa menembus hotel. Sampai di sana Dian rupanya enggak lagi di Mulia. Gue muter-muter nyari si hotel berbekal gmaps. Hotelnya di pojokan jalan gitu. Banyak pohon rindang di sekelilingnya. Membuat gue serasa sedang memasuki kawasan yang sendu.
Sampailah gue di parkiran. Dan satpamnya menyambut baik gue. Ya, motor gue pelatnya AG. Mereka ngira gue dari Blitar. Thats true pak, nenek moyang gue memang asalnya dari Blitar, tapi gue tinggal di Kediri. Seperti biasa, untuk dekat sama orang memang kita harus berbicara dengan bahasanya. Gue pun mencampur-campur bahasa Indonesia dengan Jawa supaya Pak satpam merasa welcome dan mengizinkan gue untuk masuk. Gue pun bertanya di mana letak lobby. Tapi katanya ada dua lobby. Plak gue pun bingung di lobby yang manakah ini. Tapi dengan simsalabim cocoklogi gue, gue pun berujar lobby utama. Ya setelah itu gue ditunjukan arah menuju hotel.
Nah, saat menjejak Mulia pertama kali, mata gue langsung terbelalak. Ya Allah mewah banget ini. Saya yang pake kaos biasa dan outer merasa minder. Untuk melibas minder gue dan Arini pun bergegas menuju toilet. Ya ampun, masuk toilet malah makin minder. Itu toilet banyak banget sofanya.
Setelah bergulat dengan keudikan diri sendiri akhirnya gue dan Arini duduk di lobby. Sama sekali tak diganggu satpam. Ya karena niat kita bukan untuk kejahatan. Niat kita baik, mewujudkan mimpi haha.
Kenapa gue milih sore dateng ke Mulia? Ya pasti atlet Jepang ini pas malem akan makan ke luar. Nah di situlah gue yakin Yuta kan keluar. Dapet info dari Dian kalau atlet Jepun masih pada nge-gym. Oke gue tungguin. Menit demi menit berlalu. Akhirnya lewat juga si Akane Yamaguchi, kemudian Nozomi, dan beberapa atlet Jepun lainnya.
Tak lama berselang lewatlah Kamura dan pasangannya si Sonoda. Arini panik. Tubuhnya tremor. Dia pun ga berani minta foto sama kamura. Dan gue yang akhirnya menjadi tombak untuk minta foto ke Kamura. Berbekal bakat muka tembok gue, akhirnya Arini bisa foto sama Kamura. Gue sempat foto sama Kamura juga. Bahkan nanyain ke dia apakah Yuta masih di dalam? Katanya iya. Asli ini Kamura ramah ya orangnya. Enggak senyebelin pas lagi tanding ma Minions.
Arini memberi tenggat waktu sampai jam 7. Jika Yuta tak kunjung keluar maka kita akan meninggalkan Mulia. Sesosok atlet bernama Kobayashi mondar-mandir di belakang kami. Entah dia menunggu siapa. Nyatanya dia menunggu Yuta. Ya ampun, bayi pokemon akhirnya keluar dengan berkaos biru dan bercelana pendek. Dia langsung menuju teras untuk pesan taksi. Nesia dan Arini lantas membuntuti.
"Pon (oanggilan gue ke Arini), lo videoin prosesnya ya!" Anjay jiwa dia udah kayak kameramen program Termehek-mehek.
Gue pun memperkenalkan diri ke Yuta dan berjabat tangan. Dia ramah sekali dan suka angguk-angguk kepala. Basicly gue suka orang yang mengaggukkan kepala. Ya sebab gue sendiri sering melakukan hal itu.
Tumblr media
Foto dari depan udah. "Can we have a selfie photo? " Dia pun mau. Tapi Nesia kok yo bodoh. Malah mencet video. Mau ngubah modenya malah jadi kamera belakang. Intinya drama sekali. Asli nerves ya. Tapi pada akhirnya selfie berhasil dilaksanakan. Dan diakhiri dengan momen minta tanda tangan.
Yuta sempat bingung dengan maksud gue. "Give your sign," dia loading. Oke gue langsung todong buku Arini dengan spidol ijo untuk ditandatangani. Nah karena gue ga bawa apa-apa, terpaksa outer putih gue yang baru dibeli lebaran kemarin gue ikhlaskan untuk ditandatangani Yuta.
Yuta lalu bergegas bersama Haji Endo dan Kobayashi menuju taksi. Gue bilang good luck ya...Yuta pergi meninggalkan kebahagiaan. Sorry Haji Endo dan Koba kita cuekin kalian.  
Setelah pulang dari Senayan gue dan Arini mampir McD Pancoran karena kelaparan. Di sana gue langsung edit video n foto sama Yuta. Backsoundnya itu lagunya Rizki Febian dan Marion yang Tak ingin pisah lagi. Gue emang lagi suka banget sama lagu itu. Ya karena tiga hari sebelumnya gue pertama kali denger lagu itu pas di Matahari Kalibata. Padahal niatnya nonton film sama Farida, tapi tiketnya habis. Akhirnya melipir Matahari dan tahu lagu itu. Setiap denger lagu itu gue pun langsung inget Yuta. Kalian yang baca ini pasti juga gitu kan, punya lagu kenangan tersendiri dengan orang tersayang.
Kayaknya cerita ini sudah lumayan panjang. Gue tak ingin lagi cedera tangan kayak akhir tahun kemarin. Intinya, rasa suka gue ke Yuta ini panjang perjalanannya. Yuta adalah ihwal preferensi dan hati. Yang mana, akan tetap kalah dengan ihwal solidaritas bangsa sebagaimana yang gue perlakukan pada Ginting. Meski tiada rasa, tapi suka dan bangga menjadi penyangganya. Ginting dan Yuta tetap beriringan. Bahagia mengidolakan orang keren seperti kalain. Mengapa? Karena kalau gue biasa-biasa saja, rasanya begitu jauh dengan kalian. Gue ingin dekat dengan kalian. Caranya adalah dengan produktif dan terus bermanfaat dengan jalan yang disukai. Salam untuk semua BL se-Tanah Air. Wassalam.
1 note · View note
nesiaslife · 5 years
Text
Ginting 2014
Tumblr media
Pernah enggak kalian selama ini ngefans sama seorang idola lalu melihat agamanya apa? Kalau iya, berarti sama dengan gue di masa lalu. Jadi begini ceritanya. Alkisah di masa gw masih SD-SMPan gw dah suka banget sama namanya badminton sepaket dengan atlet-atletnya. Gue suka ama Taufik Hidayat, Lilyana Natsir, Maria Kristin, Simon Santoso, dan Sonny Dwi Kuncoro. Tapi ada perasaan gimana gitu pas beberapa idola beda keyakinan ternyata sama gue. Perasaan seperti tidak memiliki lagi ketika berbeda. Kenapa mereka enggak seagama aja sama gue. Aneh ya, emang aneh, tapi ini nyata guys.
Then gue masuk kuliah pada 2013 di Universitas Indonesia. Saat itu gue bertekad untuk mempelajari semuanya dan keluar dari lingkungan yang begitu homogen. Ya bayangin aja, TK di RA, SD di MIN, SMP di MTS, SMA di MAN, gimana ga homogennya lingkungan gue. Semua temennya Islam dan Jawa dari lahir. Ga bisa bayangin lagi kalo gue kuliah di UIN kek kebanyakan temen SMA gue, pasti temen gue akan masih homogen. Eh ini kok gada kaitannya ama Ginting dah? Sabar ya sabar.
Oke, lanjut ketika kuliah di UI emang ternyata lingkup pertemanan gue mulai berwarna-warni. Gue punya teman Kristen pertama bernama Flo yang sejurusan. Gue punya temen main badminton bernama Nando yang keturunan Tionghoa dan beragama Katolik. Ada juga dulu yang namanya Sherly yang sering gue tanya-tanya seputar bahasa Mandarin. Juga ada Memey yang adalah seorang Budhis dan Jay dari Bali yang beragama Hindu. Pertemuan dengan mereka nyatanya membawa perasaan baru di hati gue. Mereka semua baik, mereka menghargai keyakinan gue. Dari perkenalan gue dengan mereka itu justru menguatkan tesis gue akan ayat Alquran. Bahwa, manusia di Bumi yang berbeda-beda, berbangsa-bangsa ini diciptakan untuk saling mengenal. Perspektif gue pun semakin luas. Dan ini pun berdampak signifikan pada hal yang gue sukai, yaitu badminton.
Medio 2014 gue ikut acara pelatihan jurnalis yang diadakan Djarum. Tempat latihannya di Kompas Gramedia, Palmerah. Cukup ribet untuk dijangkau untuk anak yang masih newbie di Jakarta macem gue. Tapi tak apa, kadar ambi gue masih mendominasi kala itu. Nah, salah satu tugas terakhir di acara tersebut adalah meliput gelaran Sirnas di Gedung Asia Afrika. Sewaktu di Gor, gue yang masih cupu ihwal jurnalistik--ya gini aja sih gue ini kuliah sejarah, sedangkan peserta lain mostly anak komunikasi dan jurnalistik haha--sekarang juga masih cupu sih, crawling next step lah, mendengar ucapan peserta lain yang nyebut Ginting Ginting. Dalam batin gue, sokap itu Ginting semacam pemuda Batak ini kedengarannya. Tapi nama Ginting entah kenapa langsung nyangkut di hati gue. Kok gue langsung banyangin ni orang yang namanya Ginting pasti mainnya sangar. Nah setelah gue tanya senior yang selalu baik dan mau gue tanyain, Kak Abi, Ginting-Anthony Sinisuka Ginting-ini adalah ternyata andalan Indonesia saat itu. Tahun 2014 doi dapat perunggu World Junior Championship dan Olympic Youth Games.
Tumblr media
Di Gor Asia Afrika itulah gue melihat Ginting untuk pertama kali. Kalau ga salah pake jersey putih merah. Gue lupa pastinya. Tapi dia emang masih young kala itu. Remajalah, sama kek gue. Ya gue ama Ginting cuma beda setahun gengs. Ginting dikerubutin banyak wartawan, keknya dia menang deh. Tapi dari situ keknya semesta menakdirkan gue jadi fansnya Ginting, jeder. Gue mulai seneng kalau denger kabar dia menang dan jadi penasaran gimana sih pola mainnya si Ginting ini.
Gue baru berkesempatan nonton Ginting live di Istora itu 2015 silam. Itupun gue masuk enggak beli tiket. Ya because gue lagi ikut lomba supporter Indonesia Open. Ini ceritanya gue dan 19 orang temen gue dandan yang rame dan yel yelan yang rame buat ngedukung pemain Indonesia. Masuk gratis, dikasih makan, dan dikasih Rp 1 juta setim buat beli peralatan. Jadi, kalao kalian lihat di TV ada penonton yang dandannya aneh dan mereka ada 20 an orang nyanyiin lagu supporteran, niscaya mereka sedang ikut lomba supporter guys. Gue pun niat banget ikut dan rela bolos kelas sejarah Turki pertama kali. Keknya juga bolos gue pertama sebagai mahasiswa. Sehingga dari bolos itu gue mendapat stigma negatif dari sang Dosen. Hahaha tapi sekarang CS dong, dan doi selalu inget gue. Sering kirimin info beasiswa juga.
Dan di sela-sela gue teriak itu, Ginting yang masih 18 tahun main di court 1 lawan Kidambi Srikant. Menang dong. Dan dari kemenangan itulah nama Ginting mulai naik. Padahal di turnamen itu dia cuma ditargetin lolos ke babak utama (R1). Secara doi merangkak dari babak kualifikasi guys.
Tapi sayang, cowok asal Cimahi itu kalah sama Kento Momota di Quarter Final. Rame sih orang sempet rubber. Ginting emang masih kalah jam terbang karena baru mentas dari junior. Dari Indonesia Open itu, virus streaming Ginting mulai menjalar ke tubuh gue. Ini maksudnya setiap Ginting main pasti gue selalu streaming di Inet. Ga peduli apapun. Nah virus itu mulai parah di tahun 2016. Ya iya, soalnya performa Ginting mulai menanjak. Apalagi pas Thomas Cup. Omegod itu dia kek selalu menang terus tapi kalahnya di final sama Jan Ojor. Asli gue sakit hati banget pas itu. Saksinya si Reni n Ida-temen kost-, kalau gue nangis pas Indonesia kalah ama Denmark. sakit sih.
Di balik kepedihan nyata dari Thomas cup, prestasi individu Ginting mulai menanjak. Ya tahun 2016 doi pertama kali masuk semifinal setelah di QF berdarah-darah ngalahin Chen Long. Harapan terpampang nyata saat di babak SF ketemu wakil Korea yang juga masih bau-bau junior, Jeon Hyok Jin. Seinget gue pertandingannya ketat banget. Si Jeon ini bahkan pelatihnya cewek. Tapi, belum rezeki Ginting guys. Australia Open ini  ibarat Ginting dah mulai masuk tunggal putra leveel menengah. Sayangnya poin belum cukup untuk ikut Olimpiade Rio.
Nah masuk 2017 harapan pada Ginting tetap membara. Berharap di usia Ginting yang menginjak 20 dia bisa menggondol gelar super series pertama. Ya, secara gini aja, Taufik Hidayat jadi pemain tunggal putra peringkat 1 dunia di usia 19 tahun. So, ga salah dong kalo gue berharap Ginting bisa menyamai prestasi A' Opik. Tapi, belum rezeki. Ginting masih muter di ranking 20-30 dunia.
Sampe peertengahan 2017, saat gue lulus jadi mahasiswa hahaa, Ginting belum juga juara Super Series. Raihan terbaiknya adalah SF di Singapore Open. Ya, ya gue tetap masih setia mengharap Ginting dapat juara. Gue pun dari awal nazar kalau setiap Ginting Juara, pasti akan gue post di Instagram gue. Gue ingin mencatat perjalanan Ginting dengan IG gue hahaa. Dan, akhirnya Tuhan mengizinkan gue melaksanakan nazar pada November 2017. Omegod Ginting akhirnya masuk final di Korea Open setelah mengalahkan andalan tuan rumah di SF, Oppa Son Wan Ho.
Sayangnya, di final Ginting harus ketemu sama Jonatan Christie. Tapi maaf Jo, tanpa rasa galau atau bimbang sedikitpun, gue langsung mendukung Ginting untuk menang. Set awal Ginting menang, gue tenang. Tapi set dua Ginting kalah dan gue panik haha. Set ketiga keduanya sama-sama gontok-gontokan. Ga ada yang mau ngalah. Sama-sama pengin menang. Kaki gue kaki dan tangan gue dingin lihatnya. Sampe deuce-deuce-an. Dan, alhamdulillah, Ginting juara men. Gue loncat-loncat sendirian di kost dan tereak ga jelas. Rasanya pengen nangis. Ya gimana guys, mungkin Ginting emang tidak serupawan putra bulan, tapi gue ga pernah mikirin. Bagi gue, selagi dia main badmintonnya bagus dan menghibur, kegantengan itu akan mengikuti sendiri. Iya kan lihat aja nettingnya Ginting, halus n tipis banget. Keindahannya sampe ke hati. Apa lagi kakinya Ginting, omegod kelincahan berirama yang sungguh elok dipandang mata. Plak plak, tapi ini emang real opini gue ya.
Kebahagiaan tak terkira juga dateng pas Indonesia Master 2018. Ini tahun pertama super series dihilangkan guys. Diganti sama level. Nah Ina master ini levelnya 500 same as super series. Nah ini diadakan di Istora untungnya. Jadi gue bisa nonton. Nah, berhubung di tahun itu gue udah bekerja jadi jurnalis di kumparan jadinya kalau mau nonton gue harus izin sama editor gue tercinta, Mpok Salmah. Ya gue jujur aja izin ganti libur mau nonton badminton. Bagi gue ga ada salahnya kok izin jujur. Ga perlu gengsi haha. Gue ambil hari Kamis dan Sabtu. Kamis, ya karena itu masih banyak pemain yang tanding. Sabtu, ya karena temen nonton gue liburnya hari itu, Tria, Riandi, n Kak Tiara. Di kedua hari itu secara live gue menyaksikan Ginting main. Di Kamis dia menang lawan Kantanpon dari Thai, relatif mudah. Nah di SF ini yang agak deg-deg ser. Doi menang dong lawan CTC (sorry gue ga bisa nulis lengkapnya karena masih mengalami trauma hati). Ginting menang rubber. Padahal kaki gue dah panas dingin euy.
Di babak final gue ga bisa nge-live Ginting di Istora. Secara gue masuk kerja. Hah masuk? Ya dung. Sebagai anak baru yang baru 3 bulan, gue masih menerima sistem libur 2-1-2-1. Dan, misal minggu itu ada 2 libur, ga bisa dua-duanya diambil di hari wiken. Satunya harus wikdey. Tapi itu dulu guys. Sekarang gue dah libur 2 hari di semua wiken. Hamdalah.
Nah jadi gimana final Ginting? Jadi saat itu Ginting akan lawan Kazumasa Sakai asal Jepang. Gue sangat optimis Ginting bakal menang. Gue dah ngeset jam 2 siang untuk menghentikan pekerjaan dan sejenak menyaksikan Ginting. Eh karena gue seperti biasa salah jam, sering banget ini, ternyata Ginting mainnya jam 1. Ya Allah, jadi pas gue dah siap-siap mau ke pantry nonton Ginhting, beberapa temen gue WA, selamat ya suaminya menang. Lah apaan nih. ternyata Ginting dah main dong. Menang dua set langsung. Gue nyesel dan mo nangis rasanya ga lihat secara live. Oh iya ihwal suami itu gue ga pernah mendeklarasikan diri ya. Ya karena gue ngefans Ginting sampe titik nadi ya itu yang membuat temen gue memberi julukan demikian. Ya padahal ga mungkin juga ya Ginting jadi suami gue hahaha.
Tahun itulah Ginting mulai masuk 10 besar. Udah mulai elite lah ni si kumis tipis. Tapi sayang bet, doi  masih naik turun prestasinya. Abis menang, besoknya kalah di R1. Kan seperti dipermainkan ya harapan ini haha. Tapi gpplah, gue yakin juga pasti  dah berusaha keras.
Tahun 2018 juga jadi tahun yang gue tunggu2 selama ini. Yak, Asian Games. Ajang olahraga multievent terbesar se Asia yang bakal dihelat di Jakarta. Pengennya sih Ginting juara. Tapi, ngelihat ada Yuqi, Kento, kok rasanya agak berat. Emang AG 2018 ini terdrama.
Drama dimulai dari pertandingan beregu. Ginting jadi tunggal pertama secara peringkatnya emang paling bagus dari keseluruhan tunggal Indonesia. Emang sempet kalah sama Kemot, tapi di partai lain kita berhasil buat keok Jepang. Alhasil jadilah Indonesia masuk final. Ketemu China di sana. Feeling gue sempet optimis ni. Mengingat skuat kita jauh lebih mateng daripada pas Thomas Cup.
Drama dimulai ketika gue kehabisan tiket untuk nonton di Istora. Saat itu hari libur Idul Adha, tapi gue lagi piket masuk kantor. Nah, gue ajak aja temen kos gue, salah satu temen terbaik gue, Ida , untuk nonton ke GBK karena di sana disediain layar tancep gedhe hahahaa. Magrib Ginting dah mulai main. Set satu mulus bak jalan yang baru diaspal. Ginting menang tanpa ampun. Tapi, set dua doi kalah. Gue pun memutuskan caw dari kantor (Pasar Minggu) menuju Istora karena Ida dah nunggu di pos pantau. Alkisah gue ga sanggup menyaksikan pertandingan itu dan berharap sesampai GBK dapat kabar baik kalau Ginting menang.
Sampai di GBK ternyata relaitas menampar gue. Beberapa penonton meneteskan air mata. Ginting tampak diobati di pinggir lapangan. Kakinya pincang. Doi cedera. Omegod. Pengobatan pun berjalan lama. Ginting sempat bangkit dan melanjutkan pertandingan yang mana dia kurang satu angka aja supaya bisa menang lawan si juki. Tapi fisik ga bisa boong. Ginting ga bisa jalan. Ya Allah kalau ingat momen itu gue pun masih sedih dan bisa berlinang air mata. Ginting kalah tapi bagi gue itu sangat terhormat. I love u Ginting.
Tumblr media
Hati gue kalut. Gue takut Ginting ga bisa maju ke babak individu dengan fisiknya yang demikian. Apalagi di R2 dah ketemu Kemot aja yang rank 1 dunia. dah gue hanya bisa berdoa saat itu.  
Oke hadangan pertama berhasil diatasi, dari mana ya gue lupa, apa Maladewa ya keknya. Nah, tibalah R2. Ini ketemu kemot bang. Udahlah gue pasrah dan hanya bisa berdoa dalam hati, please Ting, please. Dan beneran dong, Sinisuka Ginting ngamuk. Kemot dibabat 2 set langsung. Dari situ asa gue akan Ginting juara AG mulai membungbung tinggi. Di QF dia ketemu Chen Long yang juga berat tapi menurut gue anti bat ama permainan Ginting. Ya, Ginting akhirnya ke SF. Ketemulah dengan CTC. Dan gue berkesempatan menyaksikan langsung ke Istora. Gue semangat 45 neriakin Ginting dan pake iket kepala segala. Tapi CTC asli jahat. Kemenangan Ginting di depan mata, saat set 2 dia pupuskan begitu saja. Gue lemes dong. Dan saat itu gue beneran terpukul. Ah lebay...tapi emang ini bakal kejadian gue rasa ke kalian saat idola kalian terluka. Ya gak? Apalagi lukanya begitu pedih. (Itu sejarah kenapa gue segak suka itu ama CTC). Oke gapapa dapet bronze, turnamen lain masih banyak.
Ya betul, ga jauh dari itu, akhir September Ginting juara di China 1000. Gue sempet pesimis karena lawan pertama adalah Lin dan. Tapi doi menang. Nah R2 lawan Viktor, berat juga karena doi juara dunia. Tapi sayang gue ga bisa lihat karena lagi liburan kantor ke Bali. Dapet kabar kalo Ginting menang mudah gue seneng bat. Malang sih di QF lagi2 ketemu Chen Long. Gue juga masih di Bali kegiatan jadi ga bisa streaming. Doi menang.
Besoknya lawan CTC, asli ge pen bat ginting balas luka itu. Gue untungnya dah dalam perjalanan ke JKT. Di jalan menuju ngurah rai gue mulai streaming Ginting. Didukung dengan pesawat delay akhirnya gue streaming Ginting di bandara. Saat itu gue nonton ama Brian, rekan kantor yang paham kalo gue suka bultang. Gue teriak2 pas Ginting main. Omegod pake rubber segala. Gue takut luka lama terulang. tapi tidak begitu ferguso, Gintinglah pemenangnya. Pas final gue dah sampe JKT. Gue nobar ama temen, Tukijah. Tak dinyana, Ginting menang mudah atas Kemot. Kemot dibuat bingung tak berdaya dengan netting lettipis setipis helai rambut dan juga smes setajam silet.  Ah senengnya. Ini salah satu dari 3 gelar prestisius dari World Tour.
Masuk 2019, gue berharap Ginting langsung ngegas kek 2018. Tapi sayang, dia gagal mempertahankan juara di Indonesia master. So far tahun 2019 doi belum juara sampe Juli ini. Dua kali jadi runner up di Singapore Open kalah ama Kemot dan di Ausie Open kalah ama Jojo. Gue berharap Ginting lekas juara di masa pacekliknya kini. Gue berharap Ginting bisa dapat medali Emas di Olimpiade Tokyo nanti. Aamiin. Tapi, di tahun ini Gue berhasil bertemu Ginting secara langsung dan dekat. Awalnya pas di Bandung Februari lalu, tapi doi lagi buru2 jadi ga bisa diajak foto. Nah yang kedua kejadian April lalu pas di Malaysia. Itu gue emang sengaja main ke hotel pemain Indonesia nginep. Tapi harapan gue ketemu Ginting dan minta foto begitu kecil mengingat Ginting dah kalah di R1 dan mungkin juga dah terbang ke Sgp. Secara gue datang pas hari Sabtu which is itu dah babak SF.
Tumblr media
Tapi Tuhan maha baik gengs. Pas gue mainin kucing di teras hotel, Nana, partner liburan gue bilang kalau Ginting lewat. Fix gue langsung mengumpulkan niat untuk manggil dan minta foto. Ginting mau dong. Omegod gue ga boleh gemeter. Gue pun cekrek cekrek foto ma doi. Gue juga sempet bilang "Ginting semangat ya, semoga juara di Singapur." Dia pun tersenyum. Oh Tuhan. Ya setelah gue semangatin itu nyatanya doi emang langsung ngegas ke final haha.
Nah pas gue post foto ama Ginting banyak netizen merasa lega karna akhirnya gue bisa foto bareng idola. Keknya hampir semua orang yang kenal gue, tahu kalau gue nge-die hard fans Ginting hahaha. Bahkan adek gue yang 13 tahun dari Kediri sampe tahu kalau gue ngefans ama Gin. Tapi, ada satu pernyataan adek gue yang menurut gue gimana gitu pas gue mudik kemaren.
"Coba Ginting Islam ya."
Nah dari empat kata itu gue langsung ceramah PxL. Gue memberi pengertian ke adek gue kalau selagi seseorang berjuang dan berprestasi bagi Indonesia, tak peduli agamanya apa, kita tetap harus menghargai. Berbeda tak masalah. Adek gue hanya diem. Mungkin dia ga ngerti ya hahaa. Secara doi baru naik SMP dan lingkungannya masih homogen banget kek gue  dulu. Jadinya gue memahami , oh itu apa yang diucap adek gue masih wajar karena dia belum banyak mengenal dunia ini. Makanya gue jelasinnya ga pake gas atau marah-marah.
Nah, Ginting nyatanya turut menjadi figur dalam perjalanan spiritualitas gue. Gue yang sekarang enggak peduli orang agamanya apa. Asal dia berjuang dan berprestasi bagi Indonesia, menginspirasi anak bangsa, pasti akan gue hargai. Bahkan dalam suatu hari, salah satu rekan kerja gue bilang kok Nesia sukanya sama yang beda. Dalam konteks macem Ginting ya. Ya karena itu guys, lingkungan yang berwarna itu yang membuat gue bisa demikian. Ya yang gue fans-in selain Ginting, ya macem Yuta watanabe, Jerome Polin, sama Roger Danuarta (udah convert baru2 ini).
So, tulisan ini apa artinya? Ya gue selalu percaya setiap manusia punya perjalanan masing2 yang akan membawa dirinya pada suatu perubahan. Perubahan versi gue ditempuh lewat badminton. Kalau kalian apa? Bisa kalian tuliskan atau rekam atau apalah, supaya apa? Supaya kita ingat dan bisa memperbaikinya. Mantappu....
6 notes · View notes
nesiaslife · 6 years
Text
Asyiqa, Kita Sudah Lemah
Layaknya air yang terus mengalir, kita tidak akan pernah tahu di mana bermuara. Menebak kuasa Tuhan sembari berjuang dalam teka-teki hidup yang tak pernah usai adalah senarai kehidupan manusia sejati.** **
Tahun 2010 aku berjumpa seorang perempuan putih berwajah sejuk yang datang ke kelasku, X-1. Namanya Asyiqa, dia pindahan dari kelas RMBI alias kelas internasional.
“Oh, berarti dia senasib denganku, pindahan dari kelas RMBI,” kataku dalam hati yang sebelumnya menolak masuk kelas itu karena mahalnya biaya.
Hari-hari awal sekelas dengannya tidak ada kedekatan berarti. Seperti tak ada benang yang mampu merajut kedekatan untukku dan Asyiqa. Aku aktif di badminton dan voli, sedangkan dia tiap hari menjadi guru ngaji dan bersyair ria bersama dunia pena.
Tapi, ceritanya lain kemudian. Kenakalan itu menyatukan kita. Kenakalan itu membuat kita solid. Nakal adalah kita.  
Memasuki semester dua aku dan Syiqa satu ruang kamar di asrama, yaitu di ruang Fatimah. Di sanalah kedekatan mulai terjalin. Kita sering makan satu piring, menonton TV, dan yang paling epic adalah melanggar bahasa bersama. Seharusnya, di pekan genap kita berbicara dengan bahasa Arab dan di pekan ganjil dengan bahasa Inggris. Tapi, dua anak nakal ini justru berbicara dengan bahasa Jawa atau dengan bahasa yang ditambah “ga” per suku katanya.
Dengan kenakalan itu kami berdua pun mendapat ta’zir dari Sie Lughoh alias bahasa. Kami diminta mencari tanda tangan seluruh pengurus asrama, dan entah apa esensinya apa. Yang pasti saat itu seingatku aku bebarengan dengan Syiqa dalam meminta tanda tangan itu.
Hmm Syiqa itu padahal kalau ngomong cukup lemah lembut, jarang berapi-api tapi dia tetap bisa nakal haha.
Syiqinun Pisau, Baudzun Nyamuk
Ada satu hal lain lagi yang makin mengeratkan Nesia dan Syiqa. Pada suatu malam di dalam tembok asrama, seorang sie Lughoh memperkenalkan satu kosakata baru, yaitu Syiqin yang berarti pisau. Kata itu kemudian diikuti  dengan istilah “baudzun” yang berarti nyamuk.
Entah mengapa aku dan teman-teman sekamar begitu eargasm dengan dua kata itu. Dan, muncullah cocoklogi itu.
Alkisah Syiqa sering digosipkan dengan sesama guru TPQ bernama Indra. Kemudian muncullah penyebutan Syiqin-Syiqa Indra. Tak ada lagi yang memanggil perempuan kelahiran Nganjuk itu Syiqa. Semua kompak memanggilnya Syiqin. Tentunya ada pengecualian, yaitu anak-anak yang hidupnya lurus dan menghindar dari dosa dunia, sebut saja itu dan itu.
Terlepas dari julukan Syiqin, sebenarnya aku tahu betul siapa laki-laki yang disukai Syiqa. Mulai dari itu hingga itu. Yang terbaik bagimu ya, Syiq!
Tingkah Bogo tiada henti
Hari demi hari berlalu, Syiqa dan Nesia sudah seperti dwitunggal. Bukan dwitunggal yang menggagas kemerdekaan, tapi kala itu kamilah yang menggagas mading kelas.
Aku sebagai ketua mading hanya punya ide tapi minim skill untuk merealisasikannya. Asyiqa ini adalah pribadi yang piawai melukis dan menggambar. Jarinya yang begitu panjang melentik kerap menghasilkan gradasi warna yang ciamik.
Dengan sentuhan Syiqa, Yogi Manyunyuk, dan segenap kru, mading bernuansa menara Eiffel berhasil terbentuk. Saat itu aku ingat betul aku dan Jodilah yang menjadi maskot. Syiqa adalah biang kerok yang mendandaniku jadi perempuan Betawi gagal. Pun dengan Jodi. Dia disulap menjadi seorang Dewa Yunani yang tidak jelas oleh Syiqa.
“Apa sih Syiq, sebenarnya hubungan Dewa Yunani dengan perempuan Betawi?” Tapi aku yakin, aku turut menyumbang ide tidak jelas itu.
Itu baru satu kebogoan. We never mentioned ourselves “bodoh”, but bogo. U know, bo-go-do-goh.
Itu baru satu kebogoan pertama. Kebogoan yang tak terhitung jumlahnya masih kerap kami lakukan. Sebut saja berikut.
-Izin pulang ke rumah dari asrama. Nyatanya kami membelot dan malah menonton Opening Ceremony Porprov. Kami menginap di rumah seorang teman bernama Epil. Kebohongan kami itu akhirnya terungkap dan mendapat caci maki dari pengurus. Ya, caci maki, bukan teguran halus yang mencerahkan.
-Ke Surabaya bersama Ian Ninda dengan naik kereta. Perjalanan mengelilingi 3 universitas yang ke depannya justru bukanlah tempat kita belajar, UNAIR, UNESA, dan ITS. Di Surabaya aku agak lupa apa yang terjadi. Tapi, makan gado-gado di kantin ITS yang terasa seperti rambanan-makanan kambing- itu yang paling ku ingat. Pulangnya naik bus Harapan Jaya dan berdiri hingga Mojokerto. Hoo how strong we were.
-Jalan-jalan ke Gramed dan membeli barang-barang tidak penting seperti kertas kado. Entah apa yang kita pikirkan.
Itu hanya tiga, sebenarnya masih banyak kebogoan yang kita lakukan. Tapi, apakah memang kita sebodoh itu terus menerus?
Tentu tidak. Murid mana yang bisa mengalahkan nilai akademikku semasa kelas 2 dan 3 ? Dan murid mana yang bisa mengalahkan keindahan lukisan Syiqa di  sekolah? Tidak ada.
Tapi aku tidak ingin menjabarkan itu. Karena mereka sudah tahu dan aku tak ingin sombong.
Kini, aku dan Syiqa punya jalan masing-masing. Aku jadi wartawan di ibu kota dan dia jadi pendamping desa di kecamatannya.
Meski begitu, kami tetap bisa bertemu. Saat mudik aku kembali bertemu Syiqa. Kali ini kami memutuskan untuk mendaki Kelud dan berjumpa dengan kawahnya.
Dan, yang terjadi kita sudah lemah. Baik aku dan Syiqa sudah tak bisa kuat berjalan militan layaknya dulu zaman sekolah.
“Kita sudah lemah, Syiq,” ucapku terus.
Kita pun justru tertawa dengan keadaan itu. Kita lemah tandanya kita sudah lama tak berjalan bersama. Karena, yang membuat kita kuat adalah bergandengan tangan dalam langkah yang seiring.
Terima kasih Syiqa, telah menjadi teman yang setia dan baik.
8 notes · View notes
nesiaslife · 7 years
Text
LIKA-LIKU KEHIDUPAN SEORANG FRESH GRADUATE
Beberapa bulan yang lalu, saat masih dirundung kesibukan skripsi banyak terdengar ocehan dari teman mahasiswa yang ingin segera lulus dan bekerja. Ya, skripsi mungkin adalah sebuah masa perjuangan yang sedikit berat. Tenaga, pikiran, bahkan uang sering dibuat saat menyusunnya. Namun, gue saat itu justru menikmati masa-masa skripsi. Apalagi setelah selesai magang di KSP, hidup murni gue yang atur. Sungguh bahagia ditambah dengan adanya riset PITTA. Ya meskipun menurut gue sistemnya kurang tepat. Alasan gue lainnya adalah gue belum terlalu siap untuk menyandang gelar S.HUM. Mau gue apakan? Buat lamar kerja atau lamar S2? Cukup dilematis sebenernya. Di satu sisi, gue ingin jadi jurnalis di satu sisi gue ingin segara settle dengan menjadi dosen sejarah di Malang atau Surabaya yang dekat dari rumah. Ya begitulah dilematis hingga akhirnya gue dinyatakan lulus juga pada 13 Juni 2017. Saat lulus gw berpikir bahwa gue boleh lanjut S2 asal dapet beasiswa S2. Yang pasti udah ga minta uang dari ortu lagi. Harus mandiri, itu prinsip gue. Ortu sudah saatnya menikmati uang mereka untuk hari tua mereka. Lalu ke mana gue kemudian bermuara? Ya, di masa-masa gue menunggu wisuda gue sempat menggalau bersama sohibah Arini. Kok kita nganggur ya? Hampir dua minggu. Saat itu hidup gue hanya nonton drama kore dan bulu tangkis aja. Agak bosen sih. There is no income lagi. Then, tiba suatu saat Arini menawari gue untuk bekerja sebagai personal assistant di Lazis Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia menggantikan senior sejarah yang hendak menikah. Karena belum ada gawean, gue langsung terima aja. Lalu gimana hidup gue selanjutnya?? #LifediDD Gue langsung menerima bekerja di DD bukan asal ambil. Saat itu gue sedang kepepet untuk funding biaya gue konferensi ke Filipina bersama Nana. Ya mau ga mau harus ada pemasukan ditambah UI ga mau memberika sponsor. Inilah definisi bekerja karena butuh uang. Saat di DD ternyata itu bukan gue banget. Bekerja di NGO berafiliasi agama kurang cocok buat gue. Gue bekerja bersama orang-orang yang lebih senior dan ya kurang sedikit pro terhadap Jokowi. Di situ ada beberapa culture Arabisasi dari masing-masing pegawainya, ya gue kurang bisa menerima itu. Walaupun gue kemudian dipindahkan di divisi Content, dengan supervisor yang sangat baik, rasa ganjal masih menyelimuti. Gw sangat suka nulis, tapi gue selalu berpikir ini bukan tempat gue. Hingga pada akhirnya gue mendapat chat di Linkedin gue. Dari chat Linkedin itu ada seorang manager HR yang bilang bahwa ada kesempatan berkarier yang cocok buat gue. Jika gue berminat gw diminta untuk kirim email. Gue mau aja kirim email, tapi gue sedikit teliti dulu perusahaan apa dulu itu. Ternyata itu adalah MNC alian Multi Nastional Company asal India.  Dan pada akhirnya gue kirim email dan kehidupan jauh dari Arabisasi segera dimulai. DD menjadi tempat gue bekerja selama 2 bulan. #So,LifeinMNCactuallyLikethis Setelah gue resign dari DD, tercatat hperlu waktu menunggu seminggu untuk masuk ke pekerjaan baru. Setelah lolos wawancara dan background verification gue dipanggil untuk bekerja di Japan Visa Application Center sebagai Operation Officer. Ya menurut gue ini pengalaman baru untuk melatih gue ke depannya supaya lebih mateng. Katanya “ini adalah satu batu loncatan for higher career”.
Saat di JVAC, ada beberapa peraturan yang sebelumnya ga pernah gue alami. Satu, berpakaian rapi hitam putih, sepatu hitam, no hp during working, dan istirahannya shifting. Sehari ada total 9 jam bekerja. Agak berat sih, tapi gue mencoba laluinya dengan fokus dan enjoy. Motivasinya adalah untuk mandiri finansial dan bisa nabung. Walaupun berangkatnya aja penuh perjuangan banget, mulai pepes di kereta hingga kaki lecet lecet karena jenis sepatu yang jarang gue pakai. Di JVAC ini securitynya sangat diutamakan. Kedisiplinana juga menjadi nomor satu. Itu adalah hal yang gue pelajari saat itu. Tapi hati kecil gue berkata, mau-maunya orang Indonesia bekerja untuk memperkaya orang asing? Haaf memang kadang-kadang terlalu kritis. Hingga pada suatu malam, masuklah email dari Gelies...Kumparan yang mengirikan offering letter pada gue. Seneng banget akhinrya dapat pekerjaan sesuai yang diimpikan. Tapi galau juga, masa baru seminggu kerja udah resign. Ga enak banget sama HRnya. Oke akhirnya gue memutuskan untuk bekerja di JVAC sampai akhir bulan karena Kumparan baru mulai bekerja tanggal 1 Nov 2017. Resign 2 kali dalam satu bulan bagi gue sangat berat. Aapalagi saat periode kerjanya belum begitu lama. Tapi, ini bagi gue merupakan saat untuk merajut mimpi yang pintunya sudah dibukakan. #LifeatKumparan Sebenernya, gue belum tau bagaimana, karena baru besok Rabu masuk kerja, tapi being journalist is totally my dream. Apalagi mendekati momen Asian Games 2018. Selalu merinding. Ingin sekali meliputnya. Saat sudah diterima di Kumparan, gue jadi banyak berpikir selama ini. Kenapa sih harus bekerja setelah lulus? pasti banyak alasannya, uang, tuntutan orang tua, biar ngikutin trend karena semua temen juga bekerja, tapi adakah yang bekerja karena ingin mewujudkan mimpi? Berapa persen orang yang bekerja karena tuntutan mimpi mereka? Mungkin tidak sebanyak yang dituntut kuasa uang. Tidak ada yang salah sebenarnya. Tapi di sini gue sedikit menemukan rumus. Orang bekerja karena uang, ketika uang itu hilang, kerja akan ditinggalkan Orang bekerja karena orang tua, ketika orang tua tiada, mereka akan memilih jalan lain. Orang bekerja karena teman, ketika teman itu pergi, pekerjaan juga akan pergi. Tapi, bekerja karena mimpi tidak akan hilang atau ditinggalkan, karena sejatinya mimpi hidup bersama orang itu sendiri. Akan tiada setelah orang itu tiada pula. Jadi intinya apa? bida disimpulkan sendiri. Kalau dari gue intinya harus sabar dan be ur self. Dan yang pasti gue sangat bahagia dengan pilihan gue sekarang ini. Bekerja menuruti mimpi. Semoga Kumparan menjadi tempat gue mewujudkan mimpi itu dengan proses yang menyenangkan. Terima kasih Arini yang telah menjerumuskanku masuk Kumparan.
2 notes · View notes
nesiaslife · 7 years
Text
SEHARI, SATU LEMBAR PELAJARAN BARU
Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti direct asessment dari Indonesia Mengajar angkatan 15, saya mendapat beberapa pelajaran baru. Satu di antara pelajaran itu, saya ingat satu ungkapan yang cukup berkesan. Pada saat tahap wawancara, pewawancara saya mengatakan bahwa selalu ada pelajaran baru yang kita dapatkan di setiap hari yang berlalu. Maka dari itu, lebih baik apabila dituliskan. Dari situ, saya bertekad untuk menulis pelajaran yang saya dapatkan di setiap harinya. Bismillah, semoga konsisten,
0 notes
nesiaslife · 7 years
Text
MENJALANI KEHIDUPAN NOMADEN PANTANG ALERGI PERGI JAUH
Dua dasawarsa tambah seperempat windu hidup saya telah dijalani dengan berbagai rasa. Siapa yang menyangka, setelah menjalani 15 tahun hidup yang sedenter, saya akan menjalani hidup nomaden. Mengapa nomaden? Ya karena sering berpindah-pindah. Bagaimana rasanya? Luar biasa.
Pertama, hidup nomaden saya jalani sejak memasuki jenjang pendidikan SMA. Karena jauhnya letak sekolah dengan rumah saya, akhirnya saya masuk ke dalam asrama putri sekolah. Pertama kali, saya tinggal jauh dari orang tua, sedih sekali. Ditambah dengan lambatnya proses adaptasi saya ke dalam nuansa hidup yang bagi saya sangat islami. Praktis, seminggu saya berada di asrama, ke mana-mana saya menempel teman senasib saya dari SMP, Mardiyah. Sungguh berat hari-hari itu, saya kerap dapat hukuman karena berbicara dengan bahasa Jawa, padahal peraturannya menggunakan bahasa Arab atau Inggris. Barang saya juga kadang ada yang hilang, macam kaos kaki dan yang terparah kala itu ada seragam. Kadang pas pulang ke rumah, saya suka mengeluh ke orang tua, ingin rasanya keluar dari asrama. tapi, orang tua selalu melarang. Saya sempat sakit tifus 7 hari karena pola hidup yang kurang sehat mungkin saat jauh dari rumah. Saya harus berdealing dengan makanan yang kurang saya suka seperti sayur-sayuran yang mana itu merupakan masakan asrama. Mending saya tidak makan. Namun, lambat laun saya mulai betah hidup jauh dari orang tua dan keluarga lainnya. Banyak faktornya, bisa teman yang asik, saya mulai bisa mengikuti pelajaran dengan sangat baik, kegiatan ekstra sekolah yang asik, dan mungkin faktor-faktor x lainnya. Saya pun jadi jarang pulang dan betah di asrama. Hari liburpun kadang saya tidak pulang karena ingin fokus belajar di asrama bersama teman-teman. Hingga pada akhirnya saya lulus dari SMA, hal semacam saya merasa sedih meninggalkan asrama itu tidak pernah saya duga sebelumnya. Lulus SMA, bukan berarti kehidupan nomaden selesai. Kehidupan nomaden selanjutnya jauh lebih jauh, yaitu Kediri-Depok, karena saya berkuliah di Universitas Indonesia. Saya cukup cepat beradaptasi dengan lingkungan baru di Depok karena sebelumnya sudah terbiasa hidup jauh saat SMA. Tidak ada air mata yang terjatuh saat saya hidup lebih jauh dari orang tua di Depok. Empat tahun kuliah di Depok, ternyata sudah berhasil saya lalui saat ini. Rasanya juga sangat bermacam-macam. Lebih dari saat SMA. Saya tercatat tiga kali berpindah tempat tinggal selama kuliah. Pertama dari asrama kampus menuju kosan depan masjid yang tidak bernama. Kemudian saya pindah ke Pondok Erni sampai sekarang. Dan dari Pondok Erni saya hendak ke mana sekarang? Ya, saya berharap bisa pergi lebih jauh lagi untuk mengaplikasikan ilmu saya serta mengabdi pada masyarakat. Karena hidup di kota Depok bagi saya yang baru lulus ini sudah cukup membosankan. Rasanya saya bingung ingin berkontribusi apa di sini. Saya berharap dalam waktu yang tepat, Tuhan akan segera mengirim saya ke suatu tempat yang berbeda dengan Depok, atau Jakarta.
2 notes · View notes
nesiaslife · 7 years
Text
MENUJU SKRIPSI YANG DIRIDHOI
Hallooo ... gw memang bukan orang puitis, makanya gw tulis yang real-real aja ya. Di sini gw akan membagikan pengalaman  dalam menulis skripsi hingga akhirnya dijatuhi vonis lulus. Jadi sebagai mahasiswi Ilmu Sejarah UI, sudah sepatutnya gw harus waspada dan banyak persiapan. Mendengar adanya pendahulu yang kadang harus menambah waktu, membuat gw harus rajin sedari awal untuk bisa lulus tepat waktu, apalagi jadi anak beasiswa dan daerah. Pasti pengen cepet kasih timbal balik kepada orang atau pihak yang telah membantu. Jadi tips untuk mengerjakan skripsi ala gw adalah sebagai berikut. 1. Pertama banget harus paham dan suka sama topiknya. Bayangkan hal-hal terburuk terjadi, kira-kira masih suka ngga bahas topik itu. Kalau iyes, sok dilanjutin, tapi kalo berat yaudah ganti secepatnya selagi belum lama. Kalaupun belum paham beneran (kayak gw yang belum terlalu paham tentang Tarbiyah) pastikan ada komitmen untuk menerima konsekuensi dan melanjutkan penelitian itu.
2. Skripsi adalah bukan perkara yang sesulit cari jodoh, jadi jangan terlalu diambil pusing. Pusing yang berlebihan hanya akan buat lo terpuruk dan stuck. Kalau sekiranya menemui kesulitan, jika ga mampu menemukan solusi sendiri, segera konsultasi dengan dosen, jangan pernah malu-malu karena pada dasarnya mahasiswa masih belajar. Kalau dibantai gimana? belajar dulu sebelum konsultasi, jangan jadi orang yang pasrah saat bimbingan. Jadilah orang yang pemberani! Kalau sama dosen justru tambah rumit gimana? yaudah sama temen atau senior atau orang-orang yang sekiranya paham sama bahasan itu.
3. Jika tiba-tiba bosan sama isi skripsi, jangan paksain diri untuk terus ngelanjutin. Bisa jadi ga nambah-nambah jumlah katanya atau justru ngelantur ke mana-mana. Coba deh tulis yang ga berat-berat, misal kata pengantar, daftar istilah atau printilan yang lainnya. Itu akan buat otak sedikit refresh. Walaupun sidang bulan Juni, tapi Januari lo tiba-tiba bosan, bisa banget nyicil kata pengantar. Pengalaman gw bikin kata pengantar itu Januari dan ternyata dosen pembinbing gw bukan kayak yang telah tertulis, melainkan orang lain. Jadi untuk ucapan untuk dosen pembimbing kosongin dulu deh sebelum udah ditetapkan.
4. Perhatikan PRINTILAN skripsi dari awal, jangan pas baru mau deadline pengumpulan naskah baru bingung ngelengkapin printilan. Berikut ini gw rinci aja perihal printilan, supaya jelas dipahaminya.Tapi tiap kampus pasti beda kebijakannya, yang ini didedikasikan memang buat mahasiswa UI.
a. Gunakan Table of content dalam membuat daftar isi, daftar gambar, dan daftar konten. Jangan sekali-kali manual, karena itu akan buang waktu dan bikin capek jari dan juga belum tentu juga pas. Dulu gw diajarin junior gw tercinta, trus malah bisa ngajarin yang lain bikin daftar isi. Jadi jangan sungkan untuk nanya-nanya.
b. JANGAN SEKALI-KALI PAKAI WATERMARK DI SKRIPSI. YANG DI RAK PERPUS ITU KURANG TEPAT SESUAI ATURAN PERPUS UI. JANGAN IKUTI MAYORITAS, TAPI IKUTIN YANG BENAR.KALAU PAKAI WATERMARK, NANTI SURUH REVISI AMA PERPUS, KAN CAPEK. MENDING GAPAKE LANGSUNG LANCAR KEUPLOAD.
c. Untuk penomoran halaman harus diperhatikan, ada yang di atas ada yang di bawah. Nah loh , bingung kan. Tapi gampang kok, jika biasanya lo pisah filenya, itu udah gak musim lagi. Ada tool namanya break, jadi mulai otak-atik tool itu ya.
d. Nanti siapin halaman buat pengesahan yang isinya ttd dosbing, penguji dan dekan. Urutannya gini yaah jangan sampai salah kayak gw yang dulu -_- 1. KETUA PENGUJI 2. PEMBIMBING 3. PENGUJI 4. PANITERA. Untuk Panitera, tulis yang sesuai jadwal sidang, meskipun yang dateng di hari H bukan doi.
e. Untuk Kata Pengantar, ada baiknya sebutin semua nama dosen. Jangan cuma pembimbing aja, karena di sebagian sidang itu dipermasalahin.
f. Untuk lembar pengesahan, bebas plagiarisme, orisinalitas, dan pernyataan persetujuan publikasi itu di scan baru dicompile di filenya. Perpus ga nerima hasil cropping ttd.
G. Skripsi jumlahnya 65-80 halaman, kalau lebih dikit gpp kok. Jangan khawatir!
Apa lagi ya???? kayaknya sih udah itu aja. Nanti kalo ada yang keselip akan ditulis lagi. Semoga bermanfaat.
1 note · View note
nesiaslife · 7 years
Text
Kemelut Bersama Konsistensi
Menjadi orang konsisten kadang memilukan. Salah satunya terjadi padaku. Memilih konsisten untuk terus melakukan gaya newton 1. Percuma. Ya, sampai sekarang percuma. Tidak ada yang berubah. Termasuk hatinya. Pun hatiku. Berkemelutlah sampai berasap, hingga Tuhan menakdirkan dalam cinta siapa kita berlindung. #sadlove #donttry #aboutfirstlove
3 notes · View notes
nesiaslife · 7 years
Text
SURAT UNTUK ARINI
Dear Arini,
Ingatkah engkau saat kita pertama kali bertemu?
Aku masih mengingat jilbab putih yag menempel di kepala bundarmu. Waktu itu aku memakai jilbab ungu, jika kau mengingatku. Kita pertama kali bertemu di klaster saat welmab maba undangan. Di tengah aku agak mersa ketakutan, kamu adalah sedikit dari beberapa orang yang memberikan senyuman. Sepertinya kamu baik.Apalagi kamu satu provinsi denganku, kelihatannya kita akan sering mengobrol. (Pikiran Nesia muda kala itu) ^_^
Waktu secara tegas terus berjalan, Nesia dan Arinipun banyak dipertemukan dalam kelas yang sama.
        Saat aku memasuki ruang kelas, aku pikir atmosfer belajar sangat mencekik seperti saat aku kelas 1 SMA, namun ternyata tidak terlalu. Arini, dia adalah orang yang sangat aktif di kelas kala kita masih junior saat itu. Alhasil aku dan dia sering berbincang bersama, berdiskusi, mencurahkan isi hati, hingga menimbulkan kasih sayang di antara kita. (Jangan salah paham, kasih sayang yang dimaksud adalah afeksi yang diberikan Arini (Milo, roti, dan obat) saat Nesia sakit). Namun, Arini juga tercatat pernah menyelakakan Nesia dengan pudingnya yang sebenarnya enak.
           Lambat laun matkul dalam Sejarah semakin fokus dan melilit, tak jarang Arini menjadi tempatku berkeluh kesah hingga mencaci maki apa yang menurutku kurang dan tidak pantas. Sungguh Arini adalah pendengar yang baik dan kadang memberi saran yang logis. Banyak kisah yang telah terukir bersama Arini, baik senagng, memalukan, maupun sedih. Kini Arini yang tidak keci dari Ponorogo telah berhasil menyabet gelar Sarjana Humaniora di salah satu kampus terbaik di Indonesia. Sungguh aku bangga mengetahuinya. Perjuangan dari magang di PKPU, berkelana di Maluku, hingga berjibaku dengan laptopmu, kini terbayar lunas dengan gelar baru yang menghiasi namamu.
           Semoga impianmu membangun daerah-daerah timur Indonesia dapat diijabah oleh Allah SWT. Sekian surat cinta dariku. Selamat sekali lagi atas kelulusanmu. Terima kasih untuk selalu mengajakku mengamalkan kebaikan dan menjauhi kebathilan. Terima kasih telah mengajakku mengikuti halaqah. Dan yang terpenting, terima kasih telah menjadi salah satu temanku yang terbaik.
                                    Entah di mana ( kereta), 20 Juni 2017
                                      Cintamu
                                   Nesiarise Phraya
1 note · View note
nesiaslife · 8 years
Text
Apa yang bisa dibaca (Mata kuliah Bimbingan Bacaan)
Dalam perkuliahan keempat mata kuliah Bimbingan bacaan, dijelaskan oleh Mas Kasijanto mengenai apa-apa yang dapat dibaca ketika kita sedang mengerjakan skripsi.
1. Buku
-Monografi: Karya Tunggal (contoh: George Mc Turnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, 1952) Ditulis oleh satu orang atau lebih dan buku dalam bentuk utuh. Buku dengan jenis ini memiliki bobot paling tinggi. Bisa lebih tinggi lagi ketika berubah jadi handbook. Sementara itu, buku klasik adalah buku yang masanya panjang dan dipakai di mana-mana.
-Bunga Rampai: Gabungan tulisan terstruktur (contoh: Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto, Ratna Saptari,ed., Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, 2008).
-Kumpulan karangan/antologi: Himpunan tulisan (contoh: SartonoKartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia:Suatu Alternatif, 1982).
-Terjemahan: alih bahasa (contoh : Reggie Baay & Pergundikan di HB, 2008; Judul asli De Njai: Het Concubinaat in Nederlandsch-Indie, terj. Siti Hertini Adiwoso).
-Saduran: Adaptasi dari karya lain (contoh:Prajudi Atmosudirdjo, Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, 1957: disadur dari D. H. Burger). 
-Kompilasi:Kumpulan tulisan yang bervariasi topik (contoh: The ASEAN Reader, dikumpulkan oleh K. S. Sandhu, dkk., 1992).
- Bergambar: Unsur utama berupa gambar/foto (contoh: Olivier Johannes Raap, Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe, 2013). Buku tersebut salah satu sumbernya adalah kartu pos.
Jenis 
-Pengantar: Berisi uraian tentang pokok-pokok bidang ilmu sejarah (contoh: Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejara,  1995).
-Ikhtisar: Berisi uraian garis besar perkembangan sejarah umum (contoh: M. C. Ricklefs, A. History of Modern Indonesia Since ca. 1200, 2001).
-Metode: Berisi uraian asas-asaa penelitian/ Penulisan sejarah (contoh: Louis R. Gottschalk, Understanding History : A Primer of Historical Method, 1950).
-Pedoman: berisi petunjuk praktis (contoh: Mary Abbott,ed., History Skils: A Student’s Handbook, 1996).
-Teori: berisi pembahasan teoritis/koneseptual (contoh: Benedict Anderson, Imagined Communities: Reflection on the Origin and Spread of Nationalism, 1983). 
-Kajian: Berisi telaah ilmiah dan analisis atas studi kasus (contoh: Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta 1880--1930: Sejarah Perkembanan Sosial, 2000).
Teknik Penulisan
-Ilmiah : taat asas pada kaidah dan bahasa keilmuan: biasanya berasal dari penelitian atau karya ilmiah (contoh: Wijaya Herlambang, kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film, 2013).
-Populer: disajikan secara luwes tanpa mengabaikan data faktual (contoh: Rosihan Anwar, Sejarah Kecil [Petite Histoire] Indonesia, 2012).
Artikel
Bentuk
-Esai disertai nama penulisanya.
Jenis
-Artikel Ilmiah; menggunakan kaidah ilmiah, relatif panjang (15-20 halaman cetak), dimuat dalam jurnal ilmiah.
-Populer; ditulis secara bebas, berukuran pendek, dimuat dalam surat kabar, majalah, dll.
Media Cetak
Bentuk
-Surat Kabar: terbitan berkala harian, mingguan; berisi berita, artikel kolom/populer, dsb.
-Majalah: terbitan berkala mingguan, dwimingguan, bulanan, berisi berita, artikel kolom/populer, dsb.
Jenis
-Media massa umum
-Media Khusus
Penerbitan Resmi
Bentuk
-Buku tercetak; diterbitkan oleh lembaga/instansi pemerintah, swasta, komunitas, dll.
Jenis
-Kumpulan arsip/dokumen, dll.
-Laporan kegiatan
-Laporan tahunan
-Buku peringatan ulang tahun, dsb
- Bundel/Prosiding
-Bulletin/ Newsletter
Ensiklopedi/Kamus
Bentuk
-Buku himpunan lema (entry) tematik/istilah.
Jenis
-Ensiklopedi umum: memuat informasi singkat berbagai subjek (contoh encyclopedia van Nederlandsch-Indie, 1918)
-Ensiklopedi khusus: memuat informasi singkat subjek tertentu9contoh : Robert Cribb dan Audry kahin, Kamus Sejaraj Indonesia, 2012).
-Kamus bahasa (contoh: Kamus Besar Bahasa Indonesia).
0 notes