Tumgik
rufaidaaida · 1 year
Text
Catatan
Istighfar yang penuh pengakuan
Tasbih yang penuh pengagungan
Takbir yang penuh keberserahan
Hamdalah yang penuh kesyukuran
6 notes · View notes
rufaidaaida · 1 year
Text
Kepulangan Akbar
Tentang hari di mana kita akan dihimpun dan ditanya.
Sedang di sebelumnya, aku adalah yang selalu menghindari tanya. Tak berkemampuan menjawab apa-apa. Paham bahwa maksud diri bukan baik adanya.
Kemudahan dan dimudahkan adalah doa dan harapan.
0 notes
rufaidaaida · 1 year
Text
Kata ibu
"Kesulitan itu bukan dicipta untuk membuat kita menyerah, tapi biar kita ngerti ke mana tempat berserah; ke mana harus minta tolong. Biar inget sama Yang Ngasih Hidup.
Inget sama Yang Ngasih Hidup itu bikin hidup jadi hidup. Urip kudu urup, nduk!"
2 notes · View notes
rufaidaaida · 1 year
Text
Olahraga
Tumblr media
Seseorang pernah ditanya; mengapa menyukai olah raga. Yang ditanya menjawab:
"Olah raga membahagiakanku. Hormon ini dan hormon itu. Dan lagi, olah raga mengajariku untuk mencintai rasa sakit. Minimal, aku tidak membencinya atau menghidari rasa sakit itu"
Jadi, apa yang paling menyenangkan dari olah raga?; bunyi pertanyaan tambahan.
"Eeemm, kenyataan bahwa rasa sakit itulah yang membuat kita menguat."
Dengan izin Tuhan?
"Benar, dengan izin Tuhan."
Sekian.
0 notes
rufaidaaida · 1 year
Text
Kadang, melakukan sesuatu karena "nggak enak" itu; nggak enak
0 notes
rufaidaaida · 2 years
Text
Memilih Bermain
Pernah mendengar kalimat semacam ini: "Kita adalah guru bagi kita yang lain, dan orang lain adalah guru bagi kita."?
Jadi, sudah sebanyak apa pelajaran yang sudah diambil dari sekian ribu manusia? Sudah semampu apa menyampaikan pelajaran pada sekalian manusia?
Seperti apa sosok guru sebenarnya?
Jika berbicara tentang guru--dalam arti ia adalah orang yang mengajar, maka tidak ada kesempatan untuk benda atau alam menjadi guru.
Namun, bila arti dari guru adalah sekedar "yang mengajarkan", maka ada banyak hal di dunia ini yang pantas disebut sebagai guru.
Contohnya saja; pada permainan masa kecil kita. Ia adalah guru yang dengannya kita bisa mengambil pelajaran.
Pada engklek dan lompat tali yang mengajarkan kita memulai semuanya dari awal. Di mana tantangan menjadi hal yang pasti dan sangat mungkin berulang. Pun keberadaannya untuk menguji, bukan menghalangi langkah kita.
Pada congklak yang mengajarkan untuk berbagi tanpa melupakan "menabung" untuk diri. Di mana yang dibagi lebih banyak dari pada jumlah yang disimpannya. Juga bahwa, di akhirnya nanti; berbagi itu akan kembali pada diri.
Pada egrang yang mengajarkan untuk kuat berpegangan. Bahwa kepercayaan pada apa yang kita pegang akan meringankan langkah kita.
Pada benteng dan gobag sodor yang mengajarkan kita strategi bertahan sekaligus menyerang. Tentang mawas diri, kecepatan, serta kemampuan berpikir dan mengambil keputusan dalam waktu yang relatif singkat.
Juga pada permainan jamuran--yang jika kau tahu--permainan itu sedikit narsistik.
Dulu saat kecil, aku bahkan menyengaja berbuat salah, agar setelahnya bisa menjadi orang yang berada di tengah. Pusat perhatian. Pemeran utama. Konyol.
Namun, barangkali seperti itulah adanya. Kadang, kita menyengaja untuk "mendapatkan perhatian".
Contoh lainnya, bisa kita dapati pada benda-benda disekitaran. Sesederhana melihat api yang mengingatkan pada neraka Juga pada matahari yang sepantasnya menambah kesyukuran diri.
Pada telisik angin dan tugas agungnya.
Pada awan dan teduh perannya.
Pada air, laut, gunung, sungai, para gemintang, dan bahkan pada debu yang menempel di bebatuan.
Contoh berikutnya; pada banyak sekali kisah manusia-manusia mulia yang hidup di sebelum kita.
Mereka mengajarkan lewat pengambilan keputusan. Hingga yang benar kita tirui, dan yang salah coba untuk tidak diikuti.
Pada kesyukuran, pelajarilah biografi manusia paling dicinta, Rasulullah Muhammad.
Pada keberanian, adalah pemuda Ibrahim yang paling kuingat. Tak gentar menyelisihi sekalian manusia.
Pada kesabaran, belajarlah dari nabi Ayyub. Pandainya adalah dengan mengadukan dukanya hanya pada Allah semata.
Pada kebijaksanaan, belajarlah pada Luqman. Manusia bukan nabi yang namanya abadi.
Pada apa yang kau butuhkan, kesemuanya telah Dia cukupkan. Dia kisahkan. Agar yang berakal mengambil pelajaran. Pun agar kesombongan menemui titik hentinya.
Maka, pahamilah bahwa: kau tidak pernah menjadi yang paling menderita. Selalu ada yang lebih awal dan lebih berat penderitaannya. Pelajarilah! Agar tidak terus mendrama dengan merasa paling tertindas. Haha, ini bercanda yang serius! Ini serius yang kubawa dalam candaan.
Ya, apapun itu. Semoga pesan pentingnya sampai padamu.
Contoh-contoh itu akan menjadi semakin banyak. Guru kita akan berkali lipat. Sepanjang diri kita memiliki tingkat kepekaan yang meninggi, atas semua hal yang Allah kirimkan pada kita.
Dan tentang dunia ini, ia adalah permainan dan senda gurau belaka.
Dan tentang diri ini, ia adalah bagaimana memilih cara bermain terbaik.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Dewasa yang Melelahkan
Menjadi tidak sejalan dengan orang lain, boleh jadi adalah kebaikan.
Meskipun orang lain itu adalah orang tua kita.
Menyampaikan pandangan kita. Sesuatu yang kita yakini benar. Meski mungkin menyakiti mereka, memang membutuhkan keberanian.
Tapi, kejujuran adalah kunci. Niatan baik adalah kunci yang lain.
Sekalipun dengannya mereka tetap menolak pandangan kita. Setidaknya, mereka tahu bahwa pilihan yang kita ambil adalah apa yang kita pandang baik.
Dan semoga, dengan berjalannya waktu. Keadaan akan membantu membuktikan, bahwa apa yang kita pilih adalah benar-benar kebaikan.
1 note · View note
rufaidaaida · 3 years
Text
Ternyata Tidak Semudah Itu
Bersiap dengan segala ketidakindahan
Bersiap dengan ekspektasi terendah
Mendatangkan berbagai kemungkinan
Kemudian dengan semuanya, kau menjadi lebih banyak belajar. Mencari sebanyak mungkin kenyataan-kenyataan yang dihadapi manusia.
Hingga akhirnya, kau dapati dirimu lebih sering berhadapan dengan kemudahan.
Belajar. Tentu adalah pekerjaan yang tak terbatasi waktu. Juga tak terbatasi ruang.
Di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja.
Saat berekspektasi akan keindahan, maka telisiklah.
Belajarlah dari mereka yang telah menjalaninya terlebih dahulu. Ambillah pelajaran, dan berandailah bila hal itu terjadi padamu.
Lantas, sikap apa yang akan kau ambil?
Jika sudah memiliki gambaran dari sikap yang akan kau ambil, tanyakan.
Pada temanmu yang lebih dulu memulai tadi.
Mungkinkah yang kau pikirkan adalah sesuatu yang efektif untuk menyelesaikan masalahmu, atau akan ada cela?
Dari kesemua pilihan tindakan yang nantinya kau konfirmasi. Carilah yang hampir tidak memiliki cela.
Selamat berproses.
Mari bertumbuh.
Membaik.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Selalu Menghindarinya
Ketakutan itu, sepertinya hadir dari ketidaksiapan kita dengan kenyataan.
Ya, tentang tidak adanya 'latihan' yang kita lakukan dalam menghadapi kesulitan.
Nyatanya
"Bukan kesulitan yang membuat kita takut. Tapi, ketakutanlah yang membuat kita sulit."
Persis perkataan sayyidina Ali radhiallahu 'anhu.
Tersebab tidak memulai itulah, kita tidak melatih diri.
Tersebab ketakutan memulailah, kita menjadi sulit.
Dan di beberapa jangka waktu kedepan, bumerangnya menjadi begitu terasa.
Kita semakin tidak mampu keluar dari kesulitan, karena terus menghindari rasa takut.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Pembenaran atau Kebenaran?
Kata mba Dian:
"Alas iku ombo, tapi alasanmu luwih ombo"
Alias: "Hutan itu luas, tapi alasanmu lebih luas.
Alasan untuk tidak segera memulai.
Alasan untuk menunda kebaikan.
Alasan untuk bertahan dengan kesia-siaan.
Padahal, kata Allah:
"Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri" (75:14)
Ya, manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri.
Karena diri kita sendirilah, sosok manusia yang paling tahu kebenaran apa yang disampaikan.
Alasan kah? Pembenaran kah? Atau kebeneran?
Sejak awal, kita sudah mengetahui. Sejak awal, kita lah saksi pertama atas kebohongan atau kebenaran dari alasan yang kita sampaikan.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Berharga
Pernah,aku ditanya.
"Apa yang paling berharga dalam kehidupan?"
Terlampau bingung, aku menanyakannya pada temanku.
Beruntung, dia sigap sekali menjawab. Katanya:
"Iman"
Seketika, aku merasa seperti ditampar. Hidup yang kujalani selama ini, disandarkan pada apa? Kenapa kata bermakna ini tak terbersit dalam pikiranku.
Sejak saat itu, aku selalu membawanya. Membawa ingatanku tentang iman.
Bahwa imanlah yang menjadikan keberjalanan hidup menjadi bermakna.
Bahwa imanlah yang menjadi sebab apa-apa berlaku bagi kita.
Sesederhana mempercayai bahwa "yang Allah beri hanyalah yang terbaik" hingga dengannya, rasa tenanglah yang muncul.
Tersebab iman, kita dikuatkan.
Tersebab iman, kita menguatkan.
Tersebab iman, hilang kekhawatiran.
Tersebab iman, hadir ketenangan.
Karena IMAN itu menyenangkan. Menenangkan.
Dalam bingkai iman, kau tak akan mengenal kehilangan. Karena semua adalah titipan.
Dalam bingkai iman, kau takkan mengenal putus asa. Karena luasnya pengampun dan kasih sayang-Nya.
Dalam bingkai iman, kau takkan mengenal kesia-siaan. Karena tiap hal punya pelajaran dan tiap uji punya hikmah.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Terima Kasih
Ada yang pernah bertanya padaku.
Tentang kata terima kasih yang begitu lekat padaku akhir-akhir ini. Terkesan aneh katanya.
Ya, benar saja. Dulu, kukira kata itu bukan kata yang penting.
Kukira, ucapan itu tidak akan berdampak apapun. Lagi pula, doaku pada orang yang berbuat baik padaku nampak jauh lebih berharga.
Nyatanya, saat seseorang mengucapkan kata itu. Aku tersentak.
Kaget. Tersebab perasaan hangat yang mengalir dalam diriku.
Kata terima kasih yang kuterima saat itu, semacam menyihirku. Aku bahagia, hanya karena ucapan terima kasih itu.
Bahagia yang entah didatang dari arah mana. Tapi jelas bersumber dari kata terima kasihnya yang terasa begitu tulus.
Dan ya. Sejak saat itu, aku bertekad untuk berani menyuarakannya. Menyuarakan terima kasihku. Untuk siapapun yang berjasa dalam hidupku.
Berharap mampu memberi rasa hangat yang pernah aku rasakan.
Juga sebagai wujud berterima kasihku padamu. Seseorang yang mengajarkan kata ajaib ini.
Ya, terima kasih.
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
Kebenaran Tentang Zain
Bismillah
To the point ya. Mari kita bahas siapa sebenarnya Zain dan kenapa akhir-akhir ini dia tidak muncul di tulisan Rufaida.
Tentang siapa Zain sebenarnya, yang perlu kalian tahu;
Pertama, Zain adalah nama samaran. Tidak benar-benar ada orang bernama Zain yang dikagumi Rufaida.
Kedua, kenapa Zain? Kenapa tidak A B C atau D?
Sebenarnya nama Zain adalah nama yang terlintas tiba-tiba. Sejak awal memang ingin menggunakan huruf Z sebagai inisial. Tapi untuk kenapa Zain, mungkin efek saya sering mengenal Maher Zain atau Zainudin di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang menyukai puisi.
Dan, kenapa inisial Z? karena itu adalah inisial nama panggilan dari nama kakak laki-laki saya; Zakki.
Ketiga, lantas siapa sebenarnya Zain?
Haha. Sebenarnya Zain adalah banyak orang. Orang-orang yang kutemui di hidupku tentunya. Yang nasehatnya membekas dan kuingat. Atau memang yang kala itu nasehatnya begitu ‘ngena’ untuk saya.
Jadi, setiap kata nasehat yang ditujukan Zain pada Rufaida sebenarnya adalah nasehat dari orang-orang yang tidak khusus dari satu orang. Hanya saja, bahasa nasehat yang ku tuliskan adalah bahasa yang satu tipe. Karena memang tidak menggunakan bahasa langsung dari si pemberi nasehat. Alias singkatnya adalah nasehat yang ada saya olah dengan bahasa saya sendiri, dan memberi kesan bahwa nasehat-nasehat yang ada, berasal dari orang yang sama.
Ditambah dengan bumbu adanya kesan kekaguman Rufaida pada Zain. Jadi, makin terwujudlah kesan bahwa Zain adalah sosok yang nyata di kehidupan Rufaida dan dia spesial.
Begitu guys. Nyatanya memang bukan sosok tertentu, tapi dia adalah guru kehidupan. Kehidupanku dan semoga juga kehidupanmu.
Dan untuk alasan kenapa saya sudah jarang sekali memunculkan namanya, itu karena saya sudah atau sedang tidak ingin mencari sensasi. Hahahahaha.
Dan tentang akan ada atau tidaknya Zain di episode selanjutnya, saya tidak bisa menjamin. Haha
Sekian. Terima Kasih.
2 notes · View notes
rufaidaaida · 3 years
Text
PENAKLUKAN AL-QUDS
Dijejakinya Tanah suci itu dengan kakinya sendiri, bukan dengan kaki unta yang justru ditunggangi pelayannya. Umar bin Khattab ra.
Menjawab pesan Abu Ubaidah menuju Palestina. Dengan seekor unta, yang secara bergantian dinaikinya dan sang pelayan. Mengherankan. Pakaian sederhana yang dibersamai robekan. Mengherankan. Pemimpin besar yang sederhana.
Namun dengannya, Patriak berkomentar. Gentar.
“Tak seorang pun di dunia ini yang mampu menghadapi mereka ini. Serahkan saja (Quds) kepada mereka, niscaya kalian selamat.”
Benar saja. Quds diserahkan. Perjanjian disepakati. Tak ada penghancuran, tak ada penindasan.
Diserahkan juga jaminan aman, jaminan beragama dengan agama yang mereka pilih. Tak ada usik, tak ada hardik.
Pintu-pintu gerbang Quds dibuka. Dikumandangkannya adzan di gereja Kiamat.
Patriak berkata pada Umar ra. “Shalatlah!”
“Tidak.” Jawab Umar.
“Jika aku shalat di sini, tentu kaum muslimin selanjutnya nanti akan merebut gereja ini dari kalian dan berkata, ‘Umar pernah shalat di sini!’” lanjutnya.
Tegas. Kuat. Mulia. Begitulah Islam.
Patriark menunjukkan Masjidil Aqsa kepada Umar. Bangunan suci yang telah diubah menjadi tempat pembuangan sampah dan kotoran.
Melihat hal itu, Umar segera menyingsingkan lengan baju. Menyapu dan membersihkan masjid. Muslimin membersihkannya. Lalu Umar shalat di sana. Shalat dua rakaat.
Itulah shalat pertama yang dilakukan kaum muslimin di Masjidil Aqsa setelah Nabi Muhammad SAW. Rakaat pertama dengan membaca surat Shad, yang menyebut nabi Daud as. di dalamnya. Rakaat kedua dengan membaca surat al-isra’ untuk mengagungkan tempat tersebut.
Begitulah kisah manis penaklukan Quds. Mengembalikan kedudukan agung sang Masjid Agung.  
2 notes · View notes
rufaidaaida · 3 years
Text
TANAH SYAM DAN QUDS
Tertanggal 12 Agustus 636 M atau bertepatan dengan 5 Rajab 15 H.
Perang besar. Imperium Romawi dengan 200 ribu pasukan bersenjata lengkap. Dihadapkan dengan 36 ribu pasukan berkekuatan iman. Perang Yarmuk.
Dalam perang itu, tercatat 130 ribu pasukan Romawi tewas, dan tiga ribu pasukan muslimin syahid. Telak. Kemenangan telak.
Heraklius angkat kaki, tanah Syam dan Damaskus tak lagi menjadi haknya. Pada kalimat perpisahannya dia berkata; “Selamat tinggal Syria, aku tidak akan pernah kembali lagi.”
Di kubu yang lain. Usai peperangan, posisi kepemimpinan berpindah. Khalid bin Walid digantikan oleh Abu Ubaidah. Perintah sang khalifah—Umar bin Khattab.
Setelahnya, pasukan bergerak menuju Quds. Kembali bertempur. Perang.
Masih dengan Romawi yang mempertahankan benteng terakhir mereka di Syam. Sepuluh hari. Berlanjut dengan pengepungan selama empat bulan.
Diputuslah akses keselamatan hidup Romawi sehingga mempersulit sarana dan prasarana mereka untuk menunjang hidup. Namun, mereka tidak menyerah.
Patriark, pembesar para pendeta dari pihak Nasrani angkat bicara. Perundingan ini dilakukan dengan panglima pasukan Islam, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah.
“Kenapa kau ingin menaklukkan negeri suci ini? Siapapun yang mendatangi negeri ini dengan maksud jahat, Allah nyaris saja murka dan membinasakannya.” Tanya Patriark.
“Negeri ini adalah negeri mulia. Di sana, nabi kami dibawa naik ke langit hingga beliau sedekat dua busur panah atau bahkan lebih dekat lagi (dengan Jibril). Negeri ini adalah tanah asal para nabi dan makam-makam mereka berada di negeri ini. Kami lebih berhak atas negeri ini dari pada kalian. Kami akan tetap menyerang negeri ini sampai Allah memberikannya kepada kami, seperti Ia memberi kami negeri-negeri yang lain.”
“Lalu apa yang kau inginkan dari kami?”
“Satu dari tiga pilihan; Islam, pajak, atau perang.”
BERSAMBUNG
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
PALESTINA SEBELUM ISLAM
Pembahasan awal pada kesempatan kali ini akan membahas tentang penduduk palestina dan kedatangan Yahudi ke Palestina.
Pada ilmuan peninggalan sejarah sepakat bahwa tanah Palestina merupakan tanah yang dinisbatkan kepada kaum Kan’an. Nama ini disebutkan secara jelas dalam kitab-kitab samawi, di antara kitab Taurat dan Injil.
Kemudian, berkaitan dengan kedatangan Yahudi ke Palestina hal ini dilakukan oleh Nabi Ya’qub (disebut juga Israel) yang merupakan anak dari nabi Ishaq AS dan cucu nabi Ibrahim AS yang bermigrasi ke Palestina; Nabi Musa AS yang bermigrasi ke Palestina ketika meninggalkan mesir dan cengkraman kedzaliman Fir’aun dan pasukannya.
Setelah nabi Musa AS, kepemimpinan bani Israil dilanjutkan oleh Yusya’ bin Nun (tahun 1186 SM), Raja talut (sd tahun 1004 SM), Nabi Dawud AS (tahun 1000 SM), dan Nabi Sulaiman AS (tahun 963 SM).
Setelah wafatnya Nabi Sulaiman, daulahnya terpecah di antara anak-anaknya dan melemah. Selanjutnya, pada tahun 740 SM kekuasaan di Palestina jatuh pada orang-orang Irak, yakni kaum Asyur dan tergantikan oleh kaum Babilonia pada tahun 732 SM.
Setelah kekuasaan orang-orang irak di Palestina, selanjutnya giliran Persia yang berkuasa atas Palestina, yakni dimulai pada tahun 539 SM hingga tahun 63 SM. Kekuasaan Persia di Palestina berakhir setelah perebutan wilayah jajahan oleh Romawi pada tahun 63 SM. Hingga akhirnya nanti, terjadinya penaklukan Al Quds yang pertama pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra.
Insyaa Allah kita lanjut besok. Sekian.
Sumber: Ensiklopedia Palestina Bergambar, 2017
0 notes
rufaidaaida · 3 years
Text
ASAL-USUL NAMA PALESTINA
Setelah berhasil menemukan buku untuk sumber referensi, ternyata setelahnya aku bingung akan menulis apa. Pasalnya, buku tebal berjudul “Ensiklopedia Palestina Bergambar” karya Dr. Thariq As-Suwaidan ini cukup memusingkan untuk diambil kesimpulannya bagi diriku yang belum terlalu mencintai dunia membaca.
Tapi bismillah, mari saya coba. Ini tentang asal-usul nama Palestina.
Sebagai seorang muslim, kita tentu sering mendengar nama-nama tempat seperti masjidil aqsa, baitul maqdis, al-quds, tanah suci, ataupun tanah yang diberkahi–yang kesemuanya itu merujuk pada Palestina. Lantas, nama palestina itu sendiri berasal dari mana?
Nama Palestina merujuk pada bangsa-bangsa lain yang datang ke kawasan pesisir Syam dan Mesir. Bangsa ini adalah penduduk yang berasal dari pulau-pulau lautan teduh, khususnya Pulau Krita. Kedatangan mereka ke pesisir Syam dan Mesir dikarenakan situasi sulit yang dialami mereka, sehingga menyebabkan mereka menyerang.
Pada penyerangan pertama mereka, raja Ramses III lah yang menghadang mereka dalam perang Lozen. Raja Ramses III tidak menginginkan penduduk ini berdomisili di Mesir, sehingga dibuatlah kesepakatan yang mengharuskan penduduk ini angkat kaki menuju kawasan yang disebut Palast.
Karena itulah penduduk kawasan ini dinisbatkan kepada Palast dan disebut sebagai orang-orang Palast. Seiring dengan berjalannya waktu, nama ini berubah menjadi Palestina.
Sekedar informasi, dalam buku “Ensiklopedia Palestina Bergambar” ini pembahasannya dimulai dari Palestina sebelum kedatangan Islam, Palestina setelah kedatangan Islam, era ustmani dan kekuasaan Inggris, Palestina di bawah imperialism Yahudi, dan bab terakhir–Intifadhah perlawanan dan perdamaian.
Dan untuk pembahasan-pembahasan berikutnya aku tertarik untuk mengulasnya dari era Utsmani dan kekuasaan Inggris. Tapi semoga besok aku bisa sedikit meringkaskan bab palestina sebelum dan sesudah kedatangan Islam.
SEMANGAT AKU! doakan aku ya kamu. Iya, kamu:)
0 notes