Tumgik
#30DWCjilid30
zulfa-km · 3 years
Text
Kehilangan
Dering nada telfon ponselku berbunyi. Ada telfon masuk dari seseorang. Dari beberapa menit percakapan ia mengakui satu hal..
(Masih) tidak siap dengan kehilangan
Ah.. memang perkara ini kita tidak bisa memaksa seseorang untuk memukul rata setiap perasaan untuk sama dengan keadaan kita.
"Aku ternyata masih belum bisa beraktivitas seperti biasanya mba. Aku masih belum bisa kuat. Aku takut dzalim sama orang lain. Makanya dari kemarin aku pengen banget sebenarnya mundur untuk amanah ini.. aku masih belum beres dengan keadaanku.. Aku udah berusaha coba sekuat tenaga untuk mendekat kepada Allah. Berusaha selalu baca kalam-Nya di surah Ali Imran ayat 138-139, ayat 144-145, ayat 191. Itu cukup meredam semuanya mba.. tapi aku masih harus banyak belajar dulu untuk bisa terbiasa dengan semua keadaan yang ga sama lagi.."
Deg!
Aku menggarisbawahi kalimat terakhirnya. Terbiasa dengan semua keadaan yang ga sama lagi..
Sulit memang. Aku pun pernah berada di fase ini..
Hingga menjadi orang dengan tawa paling riang untuk menutupi segala hal yang sebenarnya terjadi..
__________
Manusia akan diuji di titik lemahnya bukan?
Ia yang lemah pada harta, maka Allah uji itu..
Ia yang lemah akan syahwat pada lawan jenis maka Allah akan uji itu
Dan tentunya titik lemah kita terus berputar bergantian. Kita bisa saja diuji dengan harta diuji dengan kehilangan, atau diuji dengan lawan jenis, diuji dengan amanah secara bergantian..
______________
Hingga Allah bisa nilai bagaimana diri kita. Bukankah yang penting selalu penilaian-Nya?
Segala cobaan dan kenikmatan yang Allah beri sejatinya adalah kembali menghamba pada-Nya
______________
Untuk kamu yang sedang kujadikan kisah disini. Terima kasih sudah bercerita. Kamu akan menjadi tangguh suatu saat nanti. Hanya jangan menyerah dengan keadaan ya. Jangan pernah merasa sendiri
Kalau kata Fiersa. Pelukku untuk pelikmu :)
Tumblr media
12 notes · View notes
kikiriana · 3 years
Text
Galeri Seni Manusia
Halo! Namaku Zara, si pemilik galeri seni. Jika kau lupa galeri seni mana yang kumaksud, silahkan membaca tulisan hari ke sembilan belas di akun instagramku.
Sekarang kau sudah ingat?
Betul. Galeri seni tempatku memajang Rinjani, beserta belahan jiwanya tentu saja. Sayang sekali, padahal jika menuruti mauku dia tidak perlu berakhir seperti itu. Tetapi berkat karya seni “Rinjani”, galeriku jadi ramai pengunjung. Hebat memang pesona Rinjani, tetap berguna meski sudah tak bernyawa.
Ohiya, hari ini aku menyapa kalian untuk mengumumkan koleksi baruku yang sebentar lagi akan rilis. Kalian ingin tahu tidak, aku mendapatkan bahan baku karya ini dari mana?
Baiklah, akan kuceritakan sekilas saja.
Si Oren adalah kucing liar yang datang ke rumahku setiap sore. Si Oren baik. Dia tidak mengganggu. Hanya mengeong sesekali ketika lapar. Beberapa kali kulihat dia mampir di rumah tetangga ketika aku terlambat pulang. Tetapi aku melihat sendiri tetanggaku ini tidak suka kucing dan mengusir Si Oren berkali-kali.
Kemarin sore ketika pulang dari galeri, aku menemukan Si Oren sudah terkapar di depan pintu rumahku. Aku masih akan menganggap dia tidur, jika tidak kulihat cairan muntah di sekitarnya. Ya, Si Oren mati. Diracun.
Tak perlu kuperjelas siapa pelakunya. Toh sekarang mereka sudah bersukarela menerima konsekuensinya. Eh. Tidak seratus persen sukarela sih, sedikit kupaksa tadi.
Kalian bertanya sudah berapa persen karyanya?
Saat ini aku sedang memahat kaki si istri. Aduh itu bagian tersulit karena ternyata kakinya gemuk juga. Mirip istri Rinjani. Banyak bagian yang harus kubentuk ulang, jahit, dan rapikan. Bagian perut dan lengannya juga berlemak sekali. Perlu banyak dipermak agar pakaian yang sudah kubuat bisa pas.
Agak memakan waktu. Tetapi tenang saja. Si suami sudah siap seratus persen. Dia tampak gagah dan tampan dengan perut rata, hasil potong dan jahitan tanganku.
Rencana aku akan memajang juga Si Oren dengan patung mereka. Ah aku sudah membayangkan, kedua pasangan suami istri ini dan Si Oren akan menjadi karya fenomenalku selanjutnya.
Baiklah. Jika karya ini sudah selesai, aku akan kembali mengundang kalian ke “Galeri Seni Manusia” milikku. Kalian harus datang, ya!
4 notes · View notes
ahmadsabilalfaqih · 3 years
Text
Keberadaan Sang Pencipta
Segala sesuatu tak mungkin langsung ada. Semuanya ada yang mengadakan. Ada yang mengawali. Kursi yang kita pakai sehari-hari tak mungkin sekonyong-konyong bentuknya seperti itu, pasti ada yang membuat. Tukang kayu, pandai kursi. Pesawat yang canggih, bisa terbang, tak mungkin langsung seperti. Pasti ada yang merancang dengan detail, ada yang buat. Begitu juga dengan dunia dan segala benda yang ada didalamnya, pasti ada yang mencipta, yaitu Sang Pencipta Allah Subhanahu wata’ala.
Hanya saja manusia kadang lupa. Lupa bahwa pernah berjanji kepadanya. Lalai. Lalai dalam berdzikir, mengingatnya setiap saat. Bahkan tak sedikit yang sengaja lupa kepada-Nya, contohnya ketika panggilan dari Pencipta berkumandang masih saja asyik dengan kesibukannya. Lalai dan sengaja lupa kembali bersimpuh, beribadah kepadanya. Lupa akan keberadaannya di dunia ini, untuk apa hadir di dunia ini, kemana akan kembali. Itulah manusia. Mungkin akar kata manusia adalah nasiya-yansa yang berarti lupa. Lupa bahwa perjalanan ini akan menuju kepada Sang Pencipta.
Menjadi masalah jika manusia tak kenal atau tak tahu Sang Pencipta. Sebenarnya dengan melihat alam semesta saja sudah mampu mengantarkan pemahaman bahwa ini semua tak tercipta dengan sendirinya. Ada yang merekayasa dengan  sangat canggih. Hanya saja akal fikiran yang tak sampai kesana. Tetapi mereka yang mendalami  satu bidang, cabang ilmu. Ilmu apa saja. Para pemikir yang mengkaji ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Akan menemukan muaranya, semua menuju kepada kesimpulan bahwa ada Sang Pencipta.
Cara untuk mengetahuinya memang harus menggunakan akal fikiran. Makanya dalam banyak ayat, ujung-ujungnya adalah diajak untuk berfikir.
Seperti yang dilakukan seorang Ilmuwan di bidang anatomi asal Thailand, Tagatat Tejasen ketika mengkaji ayat Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 56)
Tejasen tercengang saat membacanya. Sebagai ilmuwan di bidang anatomi, ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit). Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri dari tiga lapisan global, yakni Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan yang terakhirlah, Sub Cutis, terdapat ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf.
Penemuan modern di bidang anatomi menunjukkan bahwa luka bakar yang terlalu dalam akan mematikan syaraf-syaraf yang mengatur sensasi. Saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus Sub Cutis), seseorang tidak akan merasakan nyeri. Hal itu disebabkan tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent pengatur sensasi yang rusak oleh luka bakar tersebut.
Ayat 56 surah An-Nisa’ mengatakan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka, dan mengganti kulit mereka dengan kulit yang baru setiap kali kulit itu hangus terbakar, agar mereka merasakan pedihnya azab Allah.
Jantung Tejasen berdebar. “Bagaimana mungkin Alquran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah mengetahui fakta kedokteran ini?”
Pada akhirnya ia sadar bahwa ayat ini bukan buatan manusia. Ia buatan Sang Pencipta, Allah. Kemudian pada akhirnya ia bersyahadat, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sebuah pembacaan, penalaran dari pemikir yang betul-betul mengkaji sesuai bidangnya. Pembacaan yang menghasilkan nilai. Bukan pembacaan yang bebas nilai.
Pembacaan yang bebas nilai. Tanpa memperhatikan aturan agama akan melahirkan ilmuwan, pemikir, dan pembaca yang mempunyai pemikiran dan tindakan bebas nilai juga. Kelak akan lahir kebijakan, teori, konsep, metode yang bebas nilai. Berdampak kepada kerusakan dan kemudharatan di bumi dan kehancuran alam semesta.
Ayat pertama pertama memerintahkan kita membaca. Iqra’, bacalah!. Diperintahkan untuk membaca ayat-ayat tertulis maupun ayat-ayat yang terhampar. Lanjutannya, bismirobbik, dengan nama ‘Tuhanmu’, Sang Pencipta, Allah. Ada nilai disana. Nilai yang melahirkan Pembaca beriman, semakin dekat dengan Pencipta, lahir Ilmuwan yang beriman, lahir profesional yang bertaqwa, lahir pemimpin yang adil. Karena membaca dengan koridor nilai ketuhanan. Sehingga tercipta keteraturan, keseimbangan, keadilan dan kesejahteraan di bumi.
2 notes · View notes
jafartaqi · 3 years
Text
Dreams
Tumblr media
I have recently been dreaming about flying and floating and I'm getting my life easier. When I woke up, I was slightly dizzy because I could still feel the sensation of floating but my body couldn't float like in the dream. Oh yes, I should have realized in real life not all dreams can come true.
Once I dream of having a wealthy life, sophisticated hi-tech resources, smart and great intelligence like Bruce Wayne or Tony Stark. That's one of the things that motivated me to study computer majors. Later, in addition to Bruce Wayne and Tony Stark getting from heritage, I realized that getting wealthy and rich is not only obtained from computer science.
Realizing more natural greenery makes me happier, one time I had visualized my dream home. A smart and sophisticated residence with a large green open space for gardening and growing various plants. There I would live with my family spending precious time, assisted by our technology, eating from the produce of our own garden. We spend our quality time chatting, discussing, and reading books.
The Black Panther movie inspires me, because Wakanda is a wonderful dreamland. Wakanda is beyond my dream, maintaining traditional culture supported by technological and scientific sophistication. Ultimately reality makes me live in real life, not in dream. As dreams live my life, in real life I have to keep living dreams and make my dreams come true.
2 notes · View notes
sarahk-budiyanto · 3 years
Text
Numpang
Saya sebetulnya malu mengakui bahwa sepanjang umur saya yg angkanya tidak pernah bergerak mundur ini, bisa dikatakan kalau seringkali pencapaian-pencapaian saya diperoleh sebagai hasil 'numpang'. Malu rasanya mengakui bahwa selama ini saya sekedar memanfaatkan apa yang ada, dan kebetulannya, qadarullah, that's plenty. Alhamdulillah.
Sejak kecil bahkan hingga sampai di usia dewasa, saya telah menumpang hidup bersama orangtua saya, berhutang budi pada keduanya yang mungkin tak akan pernah bisa saya balas. Saat berada di perantauan dan tak tau harus kemana, saya seringkali tertolong oleh jejaring pertemanan ataupun persaudaraan untuk sekedar menumpang bernaung sembari menyelesaikan suatu urusan. Hingga sampai dengan detik ini pun saya masih, dan sedang menumpang hidup di buminya Allah.
Tidak hanya soal tempat tinggal, pencapaian-pencapaian saya pun seringkali saya dapatkan atas hasil ‘menumpang’, baik menumpang belajar pada orang lain, menumpang mengambil hikmah dari sekitar, ataupun sekedar menumpang berada pada waktu dan tempat yang entah bagaimana mampu membuat saya mengambil pelajaran, atau setidaknya tertular semangat dari mereka-mereka yang tengah berjuang. Tak jarang, kesuksesan-kesuksesan kecil yang saya alami dari hari ke hari hanyalah menumpang pada kesuksesan yang diupayakan oleh berbagai pihak. Bukannya bermaksud mendukung orang-orang yang mengambil keuntungan atas orang lain, melainkan tulisan ini bermaksud mengapresiasi segala dukungan dari semesta yang saya rasakan hingga detik ini.
Terlebih, tulisan ini ditujukan sebagai sebuah pengingat bagi diri saya sendiri, semoga perasaan tidak memiliki apa-apa saat ini, tetap melekat meskipun kelak suatu ketika saya telah mampu menyebut diri sebagai seorang yang mandiri ataupun mencapai hal yang membanggakan. Semoga senantiasa dijauhkan dari rasa sombong dan tinggi hati. Karena pada dasarnya, kita hanya sedang menumpang di bumi-Nya, dan segala sesuatu yang ada saat ini, sejatinya bukan milik pribadi, melainkan hanya titipan dari Yang Maha Kuasa.
2 notes · View notes
selvself · 3 years
Text
Anak Sungai Amur yang Terletak di Lokasi Paling Barat
Rencananya hari ini saya ingin menceritakan tentang sungai Amur. Siang itu, saya melihat tayangan National Geographic Wild yang berjudul Amur: Asia's Amazon, Ep 3. Serial ini berisi perjalanan mengunjungi Mongolia untuk mengikuti dua anak sungai Amur yang terletak di lokasi paling barat yang melintasi padang rumput terluas di planet ini.
Namun, sayangnya saya tidak menemukan fakta-fakta yang dibeberkan dalam cuplikan episode yang keren ini. Oleh karena itu, saya urung mengunggah hasil tulisan tanpa riset yang mendalam di instagram saya. Hehe.
Baiklah, mungkin saya hanya akan menceritakan hal menarik yang sebagian saya ingat. Karena sekali lagi, bodohnya saya tidak mencatat hal-hal penting saat serial tersebut ditayangkan. Saya pikir saya bisa mencarinya, namun, hal-hal menarik itu tidak sedetail yang dipaparkan dalam episode kali ini.
Keterbatasan waktu untuk mencari bahan tulisan tentang sungai Amur pun menjadi kendala. Hahaha. Ini bisa menjadi salah satu bahan pembelajaran saya, bahwa nanti setiap melihat tayangan-tayangan National Geographic dan ingin menjadikan konten tulisan, saya harus menyiapkan waktu yang cukup untuk meriset hal tersebut.
Kembali ke sungai Amur. Dalam episode ke tiga ini, yang saya tonton hanya setengah bagian sepertinya adalah cuaca yang ekstrim di anak sungai Amur yang terletak di lokasi paling barat ini.
Anak sungai Amur akan mengering ketika musim panas tiba, namun, ketika musim dingin tiba, anak sungai Amur akan menjadi beku. Siklus yang unik, ketika anak sungai Amur mengering dan musim peralihan berganti serta angin Pasifik berembus, akan turun hujan dengan sungai yang tinggi. Mengisi kelokan sungai Amur sehingga terisi air kembali.
Ini menjadi hal yang menarik, di mana air dari anak sungai Amur tergantung dari musim yang terjadi. Ketika angin dan badai dari gurun Gobi berembus ke arah sungai Amur, maka bisa dipastikan, anak sungai Amur tersebut akan mengering. Dan kembali terisi jika musim penghujan kembali serta angin dari Pasifik berembus.
Begitulah sekilas tentang anak sungai Amur di lokasi paling baeat yang melintasi padang rumput terluas di planet ini.
1 note · View note
zulfa-km · 3 years
Text
Amanah dakwah, orangtua yang beriman, dan hafalan Al-Qur’an bukan jaminan..
Tumblr media
Berapa banyak manusia yang punya amanah dakwah hebat tapi buruk terhadap saudaranya, dengan orangtuanya, bahkan dzalim dengan dirinya sendiri. Sibuk pencitraan baik diluar tapi sejatinya hancur di dalam. Alasannya berdakwah tapi ternyata ada maksud lain yang ingin dikejar. Lalai ibadah hariannya, sibuk tebar pesona di sosial media. Bilangnya lillah tapi ternyata hanya dapat lelah..
Berapa banyak orangtua yang beriman, anak ustadz atau ustadzah tapi tak menurun kepada anaknya. Secara biologis memang anaknya, tapi secara ideologis? Tak menurun sama sekali. Benar kata Raihan dalam nasyidnya. Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertakwa. Pun hal itu sebenarnya bisa berlaku sebaliknya. Berapa banyak anak sholeh lahir dari orangtua yang biasa saja. Maka memang benar, ketakwaan bukan sesuatu yang bisa diturunkan.
Berapa banyak penghafal Al-Qur’an yang lalai dengan ayat yang ia hafal. Bahkan tak sedikit hanya hafal di kepala tapi lenyap di hati. Kosong. Al-Qur’an tak menjadikan rahmah untuk hidupnya. Al-Qur’an tak membuat ia merasa cukup mengisi hati. Hatinya masih lalai dari mengingat Allah. Bahkan tak pernah ia jadikan pedoman hidup. Alih alih murajaah, malah sukanya berbuat ulah. Tak menjadi referensi, hanya untuk ajang bergengsi.
Sejatinya segala titipan amanah yang datang pada kita, orangtua beriman dan hafalan Al-Qur’an yang Allah titipkan melekat pada ingatan kita bukanlah jaminan yang akan menjadikan diri kita menjadi manusia level up ketika kita tak bisa menjadi pribadi hebat.
Pribadinya hebat, pribadinya yang mampu dalam keterbatasan ia mampu membuat sekelilingnya menjadi terang. Ia mampu menjadi pahlawan. Setidaknya jika tak bisa untuk orang lain, minimal untuk dirinya sendiri. Menyelamatkan diri sendiri dari jerat nafsu dan keinginan duniawi yang merusak pribadi. Pribadi yang menjadi pahlawan mengalahkan segala kekalahan.
Bukan jaminan Amanah dakwah, orangtua yang beriman, dan hafalan Al-Qur’an akan membuat kita menjadi seorang yang punya Akhlaq baik, tutur kata santun, tapi ketiga hal itu yang menuntun kita mendapatkan lingkungan yang mendukung.
Jadi, jikalau diri kita masuk dalam ketiga hal itu tapi masih dalam kondisi yang belum menjadi pahlawan untuk diri sendiri. Patut ditanyakan kepada hati kecil kita. Kita manusia yang seperti apa? Mau menunggu hal apa lagi
6 notes · View notes
kikiriana · 3 years
Text
2016⁣
"Ndut. Oke mulai hari ini aku akan memanggilmu ndut," ujarmu pada suatu sore. Mukamu tampak serius sambil mengunyah sepotong besar siomay. ⁣
"Kenapa? Kan aku kurus?" tanyaku dengan dahi berkerut.⁣
"Nggak apa-apa lah, bagus," sambungmu sembari tertawa. ⁣
Hari ini, tepat dua bulan aku dan Okta menjalin hubungan. Kalau kata orang sih sedang bucin-bucinnya. Entahlah, yang jelas kami hanya ingin selalu bersama. ⁣
Seperti hari ini, panggilan "ndut" tercipta begitu saja ketika sedang menikmati siomay favorit kami. Aku sih, kurang setuju. Bagaimana mungkin berat badanku yang hanya 48 kg dengan tinggi hanya 160 cm disebut ndut. ⁣
Namun, tidak kupungkiri ada perasaan sedikit senang. Semacam itu tuh panggilan spesial lho. Biarlah. Memang hubungan kami spesial 'kan? ⁣
***⁣
2021⁣
Begitulah. Semua ingatan itu masih tergambar jelas. Bahkan setelah empat tahun berlalu. ⁣
Caranya memanggilku ndut dengan ekspresi muka setengah mengejek. Suaranya yang dalam. Warung siomay favorit kami ini, tempat di mana panggilan ndut tercipta. Belum ada yang berubah dan terlupa. Selain hubungan kami. ⁣
Tiga tahun yang lalu, aku berselingkuh. Ya, menyelingkuhi Okta yang polos dan baik hati itu. Okta yang dengan senyum tulusnya berkata, "Nggak apa-apa ndut. Kamu boleh sama dia, aku nggak marah." ⁣
Aku ingat setelahnya menangis hampir setiap malam. Kau tahu? Okta juga tidak pergi setelah itu. Masih baik dan memanggilku ndut seperti biasa. Hanya tidak sesering ketika kami masih bersama. ⁣
Tetapi, lagi-lagi kami atau aku harus menyudahi itu. Kemarin sore, aku mengirim pesan untuknya. Berniat meminta sebuah foto untuk bahan tulisanku. ⁣
"Ndut, aku minta foto kemarin untuk bahan tulisanku." ⁣
Okta lama membalas, tidak seperti biasa. Keesokan harinya sebuah pesan masuk ke ponselku. Tanpa sebutan ndut, seperti biasanya. ⁣
"Ya mbak. Ada yang bisa dibantu? Saya istrinya." ⁣
Jelas sekali itu bukan gaya berpesan Okta. Aku tersenyum. Bahagia sekaligus bingung. Ku ketikkan beberapa balasan singkat disertai ucapan selamat, tanpa sebutan ndut. Lalu aku menyuap potongan terakhir siomay favorit kami. Rasanya dingin dan hambar, tanpa hadirnya sang pencipta.⁣
1 note · View note
jirfani · 3 years
Text
Bertanya Pada Langit
Carilah perhatian dari Pemilik langit. Maka, bukan sekadar langit yang kamu akan peroleh.
Sederhana saja, bukankah Sang Pemilik langit juga Pemilik bumi dalam waktu yang bersamaan?
(Jamal Irfani, 2021)
 ***
 Dalam kisah fiksi yang dibuat oleh Jerry Siegel dan Joe Shuster pada tahun 1932, Superman tidak lain adalah alien yang "terpaksa" menetap di bumi. Planet asalnya, Krypton, merupakan sebuah planet superhebat dengan peradaban yang jauh melampaui bumi beribu tahun. Kal-El—nama asli Superman—dikirim melalui sebuah kapsul luar angkasa, menuju bumi. Alasan pengiriman Kal-El ke bumi, tak lain karena saat itu Krypton dalam situasi genting. Hanya tinggal hitungan menit bagi Krypton untuk hancur, manakala Kal-El diluncurkan.
 Jor-El dan Lara—kedua orang tua Kal-El—berharap, keberadaan anak mereka akan memberi manfaat besar bagi penduduk bumi. Pada pesan yang terselip bersama selimut bayinya dalam kapsul angkasa, Kal-El menemukan fakta bahwa kedua orang tuanya telah memprediksi bahwa ia akan tumbuh menjadi pahlawan super di bumi. Tidak hanya itu, kedua orang tua baik hati ini bahkan memiliki harapan bahwa putra mereka dapat memimpin warga bumi menuju kesejahteraan.
 Jika ditinjau lebih jauh, mengapa Jor-El dan Lara dapat sedemikian percaya diri bahwa putra mereka akan selamat selama perjalanan luar angkasa menuju bumi? Jika hal itu belum cukup, pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka begitu yakin bahwa Kal-El akan tumbuh sebagai tokoh penting yang luar biasa kuat di bumi?
Jawaban sederhananya adalah karena Jor-El dan Lara adalah pasangan ilmuwan yang paham bahwa gravitasi Krypton berkali-kali lipat dari gravitasi yang dimiliki planet lain, termasuk bumi. Sehingga, alih-alih terluka dalam perjalanan ke bumi, Kal-El akan sehat saja. Gravitasi Krypton yang demikian besar ini pun secara langsung berdampak pada kondisi fisiologi Kal-El. Ia mampu melompat setinggi apa pun, yang kelak oleh warga bumi, disebut terbang.
Bukan hanya itu, fisiologi tubuh Kal-El pun menjadi sedemikian tebal dan tak dapat ditembus benda asli bumi. Seluruhnya terjadi karena tubuh Kal-El telah beradaptasi dengan keadaan yang ada di Krypton sebelum planet itu hancur. Sebuah planet sarat logam yang lebih keras dari besi, dengan perkiraan perbandingan gravitasi antara bumi dengan Krypton dapat mencapai 1:1000. Dengan demikian, hampir bisa disimpulkan bahwa kekuatan seorang Kal-El atau Superman hampir setara dengan kekuatan seribu manusia bumi.
Apa yang disampaikan dalam kisah Superman ini sebenarnya memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia di bumi. Setidaknya, jika kita mampu mengoyak logika lebih dalam lagi, analogi kekuatan yang dimiliki Superman sebenarnya dapat juga kita miliki.
Jika gaya gravitasi yang dimiliki oleh sebuah planet dianalogikan sebagai sebuah ujian atau cobaan dari Tuhan, maka jangan heran mereka yang telah berhasil melewati ujian-Nya, akan tumbuh menjadi pribadi luar biasa. Barangkali selama ini ujian dalam hidup kita, hanya sebatas baterai ponsel yang habis tatkala kita mau setoran tulisan di 30dwc. Sementara di belahan bumi lain, ada mereka yang senantiasa bingung makanan apa yang hendak dihadirkan untuk anak istrinya. Barangkali juga, ada dia yang dilema, apakah perlu mencuri demi dapat menebus bayi yang baru saja dilahirkan istri, lantaran uang yang tak tersedia di dompet.
Beratnya cobaan tidak hanya berdampak bahwa orang yang mampu melewatinya akan menjadi orang yang kuat dan bijak. Cobaan yang berat dan gagal dilalui dengan sabar dan ikhlas, berpotensi menghadirkan mereka menjadi seseorang yang dipandang buruk oleh masyarakat. Mereka inilah yang kemudian dilabeli sebagai penjahat, pesakitan, dan pecundang.
Bahkan, analogi untuk kasus ini pun masih ada dalam kisah Superman. Adalah Jenderal Zod, seorang petinggi Krypton yang dihukum lantaran hendak melakukan makar. Saat ia tiba di bumi, ia pun segera menjadi musuh nomor satu Superman.
Bersabarlah dengan beratnya ujian yang kamu hadapi saat ini. Carilah perhatian pada-Nya. Dia yang menciptakan cobaan kepadamu. Tanya dengan jujur, mengapa Dia memberikan cobaan ini kepadamu. Mengapa bukan pada dia, mereka, atau siapa juga lainnya. Mengapa Dia memilihmu?
Carilah tahu atas itu. Mendekatlah dan cari perhatian dari-Nya. Biarkan langit mendengar seluruh tanya yang kamu lantunkan dalam doa-doa lirihmu. Hingga Dia akan menjawab dengan cinta, bahwa kamu lulus dan Dia perkenankan menjadi pribadi yang jauh lebih super dari dirimu saat ini.
1 note · View note
ahmadsabilalfaqih · 3 years
Text
Tantangan adalah Tangga Menuju Kesuksesan
"Saya telah merasakan pengalaman baru dan tantangan baru setiap tahun. Saya menghadapinya selangkah demi selangkah." -N’Golo Kante-
***
Setiap waktu kita melalui berbagai macam pengalaman. Mulai dari pengalaman yang membuat bahagia sampai pengalaman menyedihkan. Semua silih berganti setiap hari, bulan dan tahun. Semakin panjang perjalanan hidup, semakin banyak pula pengalaman hidup yang didapatkan.
Dari pengalaman yang membuat tidak nyaman kita belajar bahwa jika saya melakukan ini maka ini yang terjadi, jika saya melakukan itu maka itu yang terjadi. Sehingga kelak kita bisa melakukan tindakan preventif, melakukan antisipasi dari hal-hal yang membuat kita tidak nyaman, agar hal itu tidak terulang dimasa mendatang. Begitupula dengan pengalaman yang membuat bahagia, banyak tentunya. Kita sudah paham lewat pengalaman yang ada bahwa jika kita melakukan hal ini dan itu maka akan mendatangkan kebahagian.
Lewat pengalaman itu harusnya kita selalu mengingat, mengambil pelajaran. Karena setiap pengalaman yang ada, terdapat pelajaran yang berharga. Ada pepatah mengatakan, “Experience is the best teacher”, pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Darinya kita bisa belajar kelak kita tidak terjatuh kedalam lobang yang sama untuk kedua kalinya. Orang yang cerdas adalah orang yang tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Ia selalu memperhatikan langkahnya kemana menuju, ia memperhatikan gerak geriknya. Setiap waktu ia bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap pengalamannya bertambah dan menjadi ahli dalam bidang yang ia geluti, sehingga ia terus menantang dirinya untuk menambah skill keahlinya diatas pengalaman yang sudah ia dapatkan.
Tidak ada kata takut akan tantangan, sebab dengannya akan mengantarkan dirinya naik level. Tantangan membuatnya expert. Ia sadar lewat tantangan-tantangan yang ada akan membuat pengalaman terus meningkat. Ia tidak bersembunyi di zona aman dan nyaman. Ia sadar hal itu akan menghambat dirinya untuk terus bertumbuh.
Jika selesai satu tantangan dan ia sudah merasa ahli, ia tidak berpuas diri. Ia akan buat tantangan baru. Sehingga dengan konsistensi dan kesabarannya ia akan menjadi dibidang yang ia geluti dan senangi. Sebagaimana para peserta yang ikut di 30 Day Writing Challenge Jilid 30 dan tentu jilid-jilid sebelumnya. Sebenarnya mereka punya kesibukan yang seabrek dijobnya masing-masing dan tentu ada juga yang sudah ahli dan memiliki banyak karya. Tapi mengapa masih ‘repot-repot’ ikut tantangan menulis. Karena satu diantara beberapa jawaban pasti, yaitu ingin naik level. Yah, naik tingkat ke level yang lebih baik dari sebelumnya.
Naik tingkat diibaratkan seperti menaiki anak tangga atau seperti orang yang lagi belajar naik sepeda, pasti diawal-awal akan terjatuh, tertabrak, terkilir. Semua itu adalah proses untuk menaiki tangga berikutnya, sebuah proses untuk ahli bersepeda. Tak heran kita melihat dan mengalami, ada teman yang drop out, kita mengalami writing block, stuck dan beberapa kendala teknis lainnya. Bahwa itu semua adalah sebuah proses untuk bertumbuh, dari pengalaman itu kita terus belajar. So, jangan takut terjatuh, ‘tertabrak’ -asal jangan disengaja yah!-. dengan catatan jika terjatuh terus bangkit, terjatuh, bangkit lagi. jangan terjatuh dan tak bisa bangkit lagi -seperti dalam sebuah lagu-. Karena terjatuh bukan sebuah kegagalan tapi proses menuju tahap berikutnya. Tapi kalau mau disebut kegagalan juga enggak apa-apa, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Sehingga kegagalan itu bukan sesuatu yang ditakuti, dihindari dan berusaha menjauh darinya. Kegagalan itu merupakan suatu proses menuju keberhasilan. Chairil Tanjung, salah satu orang sukses di indonesia mengatakan dalam sebuah chanel youtube, kurang lebih seperti ini, ‘orang yang telah mencapai titik kesuksesannya saat mengingat kegagalan maka dia akan rindu dengan hal tersebut’. Bukan berarti ingin gagal lagi. tapi, lewat berbagai kegagalan itu ia sampai pada titik kesuksesan tersebut. Seorang yang berjuluk Si Anak Singkong tersebut melanjutkan motivasinya di sebuah acara, “jika gagal, bangkit lagi, gagal, bangkit lagi, gagal? Bagkit lagi. sampai kapan? Sampai gagal itu lelah mengikutimu”.
Setiap tahapan merupakan anak tangga yang harus dilalui. Tanpa tahapan itu mustahil akan mencapai puncak kesuksesan. Maka bertahap dalam menjalani proses adalah sebuah keniscayaan. Nikmati setiap proses. Hadapi tantangan dengan terus belajar, berlatih. Jangan takut jatuh. Sampai kapan? Sampai sukses dong. Keep Istiqomah.
2 notes · View notes
jafartaqi · 3 years
Text
Pertama
Cerita Taqiyuddin Ja’far
Tumblr media
Saya di dalam kamar, duduk lesehan di atas karpet menghadap ke meja belajar. Di atas meja belajar depan saya hanya ada satu buku tulis dengan lembaran terbuka yang masih kosong. Saya berniat akan segera mengisinya dengan goresan dari pena yang sejak tadi masih saya genggam.
Cukup lama bagi saya menggoyangkan pena di antara jari telunjuk dan jari tengah saya. Terkadang saya gunakan pena itu untuk mengetuk juga menggaruk sisi kepala saya. Tetapi tidak kunjung juga buah pikiran saya mengarahkan satu goresan pun dari pena ke atas lembaran kertas yang masih polos.
Selalu seperti ini ketika saya berhadapan dengan yang pertama. Meskipun ini bukan yang benar-benar pertama. Yang mengusik saya sejak tadi adalah tulisan apa yang sebaiknya saya tulis di hari pertama untuk tantangan menulis selama 30 hari ini. Yang sejatinya ini bukan yang pertama kali saya terusik begini, bukan yang pertama juga saya menjalani tantangan dan tentunya bukan yang pertama pula saya harus menulis.
Tetap saja ketika saya pertama kali menghadapi satu permasalahan, seringkali hadir rasa tidak nyaman. Bingung, gugup, dan berbagai perasaan tidak nyaman lainnya hadir seiring dengan permasalahan tadi. Seperti saat saya bingung untuk membuka obrolan dengan orang yang baru pertama kali saya temui. Begitu juga gugupnya saya, ketika pertama kali harus berbicara di depan umum.
Termasuk dalam menulis untuk hari pertama di tantangan menulis 30 hari ini. Bingung saya harus menulis tentang apa, bagaimana kalimat pertamanya. Bagaimana susunan kata pertamanya, bahkan bagaimana cara menuliskan huruf pertamanya pun jadi bingung saya.
Gugup juga ketika saya menyadari bahwa tulisan ini akan diterbitkan dan dibaca banyak orang.
Takut juga hadir menghalangi goresan pena ini. Takut dinilai, sehingga saya mencoba menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang harus saya tulis sehingga sempurna ketika dibaca. Sehingga saya merasa tulisan ini akan sulit ditemukan cela untuk dikritik. Iya, saya adalah seorang perfeksionis, dan itu yang membuat saya merasa takut dinilai buruk.
Dengan berbagai halangan perasaan tidak nyaman tadi, saya mencoba menerima dan mengatasi mereka. Jadilah saya mengarahkan saja pena ke atas lembaran buku dan mulai menggoreskan tinta yang keluar dari ujungnya. Kata-kata pertama hingga satu baris pertama pun terbentuk.
Kalimat pertama tersusun kemudian. Saya kini mulai menikmatinya, saya menuangkan saja berbagai kata yang ada dalam benak saya. Kata demi kata, kalimat demi kalimat ternyata mampu saya rangkai. Paragraf pertama telah terukir, yang memudahkan saya untuk menyambung lagi ke paragraf-paragraf berikutnya.
Tanpa terasa waktu berlalu, tulisan saya untuk hari pertama pun selesai. Isinya pun sudah Anda baca, bagaimana saya berkutat dengan perasaan tidak nyaman ketika akan menulis ini hingga saya mengatasinya. Dan inilah hasilnya yang sudah saya ketik dan publikasikan.
2 notes · View notes
sarahk-budiyanto · 3 years
Text
Menjadi Bahagia
setelah bertahun-tahun mempelajari ilmu perilaku dan meneliti tentang well being , ternyata saya tetap tidak menemukan konsep pasti tentang kebahagiaan.
Tumblr media
Kalau ada intisari yang bisa diambil dari temuan penelitian kecil-kecilan yang pernah saya lakukan di akhir masa studi saya dulu, kebahagiaan memang suatu hal yang sangat subjektif. Suatu peristiwa yang bisa membuat seseorang merasa sangat bahagia mungkin saja tidak signifikan bagi individu lain, tergantung pemaknaan yang dimiliki masing-masing terhadap peristiwa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori-teori psikologi positif baik dari Seligman, Diener, Lyubomirsky, dan tokoh-tokoh psikologi lainnya menyebutkan adanya satu aspek penting, yaitu meaning, atau kebermaknaan dalam kesejahteraan psikologis yang erat kaitannya dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan.
Apa itu meaning yang dimaksud? Nah, menariknya kebermaknaan setiap orang tidak memiliki pola tertentu, unik pada setiap orangnya. Tak jarang pemahaman akan kebermaknaan seseorang sejalan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, yaitu tentang tujuan hidup dan hal apa yang dipandang penting bagi individu. 
Terkait prinsip mengejar kebahagiaan, tidak ada pijakan pasti, selain kompas yang mengarahkan masing-masing individu pada arah hidupnya. Dalam bahasa psikologi positif arah mengejar bahagia ini dinamakan orientation to happiness, atau orientasi kebahagiaan. secara umum, orientasi ini dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu orientasi kebermaknaan yang mengarahkan seseorang untuk terus mencari makna dalam setiap aspek kehidupannya, orientasi terhadap keterikatan atau engagement yang membuat orang mampu menemukan kebahagiaan dalam keterlibatannya pada aktivitas maupun komunitasnya, serta orientasi terhadap kesenangan yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan pada hal-hal yang bersifat kesenangan instan, yang erat kaitannya dengan sensori ataupun materi. Untuk dapat mencapai kehidupan yang ‘penuh’ dan otentik ini dikatakan bahwa diperlukan kombinasi dari ketiganya. Namun, masing-masing orientasi ini tidak menempatkan kebahagiaan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai suatu jalan yang membantu mengarahkan hidup.
Jadi, apa orientasi bahagiamu?
4 notes · View notes
rpjwords · 3 years
Text
Menjadi Dewasa itu Sulit
Di sebuah perjalanan dimana ada seorang ayah dan putrinya sedang meluangkan waktu jalan untuk bersama. Tak lama berselang sang ayah mengajak putrinya duduk dan beristirahat sejenak. Hingga sebuah cerita mulai disampaikan olehnya.
Sang ayah pun mulai bercerita.
Dulu ayah punya seorang teman yang tak sampai lulus SD sekolahnya. Orangnya biasa-biasa saja, tapi gigih untuk belajar dan bekerja. Teman ayah ini dibawa oleh salah seorang dari kampung kita yang punya usaha di Jakarta. Dia dididik oleh orang tersebut sampai teman ayah ini pun mulai merintis usaha juga.
Karena sifatnya yang gigih, meski tak lulus SD sekalipun teman ayah ini ternyata bisa sampai punya toko yang besar di Jakarta. Lokasinya di sana (sambil menunjukkan sebuah tempat tak jauh dari tempat kami duduk). Usahanya pun sudah sejak lama, karena orangnya ini seumuran ayah dan merantau ke jakarta juga hampir di tahun yang sama seperti ayah dulu.
Aku hanya terdiam dan paham arah pembicaraan ini dibawa ke mana. Hingga akhirnya ayah pun menjelaskan maksudnya.
Jadi, misalkan nanti ada seseorang yang menurut kamu pandai dalam berjuang dan berusaha, terimalah. Berarti dia orang yang serupa seperti teman ayah dulu. Potensi dan daya juangnya tinggi. Orangnya gigih dalam berusaha dan  mengembangkan diri sendiri. Sebab bila kita lihat sekarang sudah banyak orang yang mengandalkan gaji tinggi tapi tidak begitu bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya sendiri.
Lagi, putrinya hanya terdiam sembari menunduk dan menyimak. Hanya senyuman yang ia balas ke ayahnya. Dalam hatinya berkata, "iya Yah, aku paham."
Namun, lagi untuk menyuarakan suara hatinya sendiri rasanya begitu sulit kata-kata itu keluar. Untuk menyampaikan kriteria dari dirinya sendiri.
Meski sejalan dengan pendapat ayahnya, sang putri punya hal lain yang ingin ia tambahkan. Tapi, lagi-lagi bibirnya beku untuk terbuka dan bersuara. Ia pun memilih diam dulu dan menunggu kesempatan lain.
Kali itu dia lega karena merasa ayahnya sudah benar-benar menganggap anaknya dewasa. Namun, ternyata menjadi dewasa sendiri itu terkadang sulit.  Sulit dalam hal berbagai pilihan yang harus terus diambil.
Masalahnya memang bukan lagi tentang bisa atau tidak bisa. Tapi, mau atau tidak mau. Sekarang atau nanti. Sesempatnya atau terus menunda. Semua tentang pilihan yang harus secara sadar dipilih untuk terus melangkah. Semua tentang pilihan dan konsekuensi yang nantinya akan ditanggung sendiri.
Menjadi dewasa memang sulit. Tapi sesulit apapun akan ada fase berakhirnya.
0 notes
baithujan · 3 years
Text
Percikan Memori Tentangmu
Menuliskan percikan kenangan tentang kamu, Tuan, berhasil menghadirkan kamu yang nyatanya masih ada di alam bawah sadar saya. Setelah sekian waktu berlalu, saya memimpikan kamu lagi malam ini. Tentang bagaimana tatapan teduh yang kamu miliki, menatap saya dalam diam. Pun tentang bagaimana seutas senyum tersimpul malu di wajahmu, merespon celotehan saya yang tak kunjung usai. Di mimpi saya malam tadi, kamu tidak mengatakan sepatah kata pun. Kamu hanya terduduk diam di samping saya, menatap saya yang tengah mengeluhkan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Ah, saya rindu masa-masa itu. Ketika mencurahkan keluh kepadamu, menjadi obat tersendiri bagi saya.
Bersama kamu, Tuan, saya menjadi diri sendiri. Tidak lagi saya gunakan topeng yang berbunyi 'saya baik-baik saja', meskipun saya tidak pernah menunjukkannya. Dan bersama kamu, Tuan, saya merasa tenang. Rasanya, kamu benar benar melindungi saya dari mimpi mimpi buruk yang seringkali mengganggu.
Ah, mengingat bagaimana saya menonton kamu dari pinggir lapangan futsal, yang dibalas dengan senyum tipismu tiap kali berhasil mencetak gol, berhasil membuat saya tersipu malu saat ini. Lihatlah, bagaimana mengingat percikan memori tentangmu saja, hati saya masih terasa hangat.
Kamu adalah rindu yang terkesiap, yang mengisi ruang ruang kosong di hati saya. Dan Kamu adalah doa, yang terucap pada tiap-tiap rintik hujan yang jatuh menyentuh bumi.  
1 note · View note
selvself · 3 years
Text
Cuma Curhat.
Hari ini lagi gak tau mau buat konten apa. Lalu tiba-tiba waktu menunjukkan pukuk 23.11 WIB. Sambil mencari inspirasi, saya membuka-buka instagram. Lalu menemukan akun Wendy Anggraeni. Namun, sebelum ke sana, untuk menambah tulisan, mungkin saya mau cerita kejadian hari ini saja.
Jadi, hari ini cukup sibuk. Kok bisa? Ya, karena saya yang kebagian bertanggung jawab memberi bantuan bagi sahabat saya yang terkena dampak covid.
Mulai dari bolak-balik membeli beberapa kebutuhan sehari-hari, hingga mengantarnya sampai depan rumah. Tapi tetap ya, kita tidak melakukan kontak.
Sedih sih, karena saya juga pernah di posisi sahabat saya itu. Bedanya, dulu saya lebih memilih menyimpannya saja dan khusus keluarga inti saja yang tahu. Saya pikir, yang penting kita sudah melakukan isoman selama 14 hari.
Cuman itu, covid menurut saya memang lebih menyerang mental. Bagaimana kita terbatas melakukan kegiatan sehari-hari. Jadi, saya sangat mengerti bagaimana perasaan sahabat saya.
Tadinya saya mau membuat sepotong surat untuk tema hari ini, tapi saya mengurungkannya. Karena waktunya sudah tidak cukup. Hehehe.
Kenapa gak cukup memangnya? Ya itu, karena saya tak sengaja menemukan instagram Mbak Weni Anggraeni ini.
Memang dia kenapa? Awalnya memang tak ada yang aneh di feednya, hanya ketika kita lihat profilnya, ada sorotan tentang MELANOMA.
Apa itu? Sebuah kanker kulit ganas yang berawal dari tahi lalat. What? Tahi lalat? Iya, benar!
Kalian bisa cari tahu sendiri di internet tentang Melanoma ini. Hanya saja, kenapa saya tertarik membaca semua sorotan beliau tentang kisah melanomanya? Karena beliau sudah meninggal.
Saya hanya iseng awalnya, ingin memastikan, beneran udah meninggal? Kok gak ada post dari keluarganya kalau ini bukan beliau dan sudah dinyatakan meninggal gitu.
Akhirnya, saya baca semua sorotan tentang MELANOMA yang dibuatnya. Semakin lama, saya semakin terbawa dengan kisahnya. Saya seolah menyaksikan perjuangan ia untuk sembuh.
Memang, harus diakui, Mbak Wendi ini sangat kuat. Ia melakukan semua sendiri (karena pandemi ini sepertinya, jadi ia tinggal di RS sendiri), ia memiliki tekad yang kuat untuk sembuh.
Meninggalkan anaknya yang tak jauh umurnya dengan anak saya. Saya membayangkan ada di posisi beliau. Rasanya pasti sakit, secara fisik dan batin.
Tak bisa bertemu anak adalah sakit yang paling berat. Namun, saya juga membayangkan. Tidak semua orang seberuntung Mbak Wendi, karena beliau bisa berobat pada dokter terbaik hingga RS terbaik di negeri seberang. Lalu, apa kabar kita yang hanya orang biasa? Ya, memang satu hal yang jangan pernah luput untuk kita syukuri. Kesehatan.
1 note · View note
zulfa-km · 3 years
Text
Perjalanan Manusia
Tidak ada yang lebih memotivasiku untuk sabar dalam kebaikan dan berusaha menjauhi dari keburukan selain mengingat bahwa dunia ini hanyalah sebentar. Sebentar ujiannya, sebentar sabarnya, sebentar masalahnya, dan sebentar kenikmatannya.
Dari sekian pembahasan mengenai perjalanan hidup manusia tentu ada banyak sekali jika dibuat klasifikasinya. Ada perjalanan pekerjaan, perjalanan organisasi, perjalanan menemukan makna hidup, tapi ada satu perjalanan yang paling ingin kutulis malam ini.. yaitu perjalanan hidup manusia yang sesungguhnya.
Perjalanan Manusia di dunia memang sebentar tapi disinilah letak penentuan bagaimana hidup di fase selanjutnya. Allah ini kurang baik apa sama manusia ya. Dikasih ujian di dunia yang ga sampe 100 tahun aja kok taat dengan perintahnya susah sekali. Begitu kiranya bentuk lecutan yang hadir untuk diriku ketika aku dilanda "lupa diri" terhadap sejatinya siapa aku dan untuk apa aku hidup di dunia ini.
Perjalanan Manusia itu melewati banyak fase. Fase pertama adalah fase alam ruh. Kemudian berjalan di fase alam rahim. Dan alam dunia. Disinilah letak ujian dan penentu bagaimana kesudahan manusia. Apakah ia akan selamat atau tidak.
Aku sempat membaca artikel yang pro kontra dengan konsep akhirat ini. Ya memang perkara ini jika kulihat adalah perkara rukun Iman. Sebagai muslim harusnya tak mempertanyakan lagi hari akhir itu ada atau tidak :)
Toh ternyata ada hikmah dibalik hal itu. Adanya keinginan kita untuk menjadi sebaik baik manusia dan khalifah fiil ard di bumi.
Hari ini, aku yang saat ini mungkin sedang "lupa diri" ini mencoba me-refresh kembali pikiran dan hati akan kembali mengingat apa dan bagaimana perjalanan hidup yang sudah aku lakukan dengan cara menulis ini..
Semoga menjadi pengingat untukku ketika aku lupa diri lagi wkwk
Sukanya kok lupa diri terus
Tumblr media Tumblr media
Surabaya, 17 Juni 2021. Hari Kamis jam 23.57
4 notes · View notes