Text
Mengalihkan Emosi
Saat melaksanakan video conference tadi siang, Leo (kucingku) sedang berjemur di sekitar balkon. Tiba-tiba terdengar Leo bertengkar dengan kucing liar yang mencoba memasuki teritorinya.
Aku kabur sebentar dari meeting dan langsung menggendong Leo masuk ke dalam rumah. Seketika Leo diam dan tidak lagi mengembangkan bulu-bulunya. Emosinya sudah mereda. Tidak ada lagi teriakan darinya untuk mengusir kucing liar tadi.
------------------------------------------ Kira-kira, apa hikmah yang bisa diambil?
Aku belajar bahwa semarah apapun kita pada suatu hal, kita sebaiknya tidak menyalurkan kemarahan tersebut sembarangan, apalagi kepada pihak-pihak yang bukan merupakan sumber kemarahan. Ketika kita sudah memutuskan untuk mengalihkan perhatian, itulah waktunya kita menenangkan diri. Bukan malah melampiaskan kemarahan pada orang lain.
Misal, kita sedang kesal kepada salah seorang rekan kerja kita di kantor, kemudian kita memutuskan untuk menarik diri dan duduk di kursi. Ketika ada teman lain yang menghampiri, sebaiknya kita bersikap dewasa untuk memperlakukannya seperti biasa, bukan dengan perlakuan masih terbawa emosi yang tadi, misalnya dengan bernada ketus atau bersikap dingin.
Rasanya, ngga pantas aja orang lain yang ngga tahu apa-apa jadi sasaran rusaknya mood kita. Hal ini akan menimbulkan kecanggungan hubungan kita dengan rekan-rekan kita yang lain. Wallahu a’lam.
Upaya untuk meredam kemarahan yang telah diajarkan Nabi Muhammad misalnya dengan mengucap isti’adzah, berwudhu, ataupun merubah posisi menjadi duduk atau berbaring.
Semoga, kita bisa menjadi pengendali atas diri kita sendiri dan dijauhkan dari sifat hati yang pemarah. Aamiin.
5 notes
·
View notes
Text
Menjadi Orang Tua (2)
Persiapan menjadi orang tua, aku buat se-sistematis mungkin. Programnya dirancang untuk 3 x 6 bulan (18 bulan) dengan beberapa tema materi yang dapat diperoleh dari membaca buku, menyimak kajian serta mengikuti kelas-kelas, baik secara daring maupun luring. Alat evaluasi berupa penulisan ulasan melalui tumblr ini serta pengayaan dengan suami.
Tema-tema materi yang aku pilih antara lain: 1. Komunikasi produktif 2. Psikologi perkembangan 3. Nutrisi fisik 4. Aktivitas dan permainan 5. Atmosfer membaca 6. Finansial Materi-materi ini insyaallah aku rangkum di buku catatan sebelum aku buat reviewnya.
Sekarang aku masih berusaha menyusun kurikulumnya supaya lebih terarah. Insyaallah nanti aku share juga disini juga supaya jadi reminder. Semoga Allah mudahkan kita untuk istiqomah dalam belajar sehingga bisa mewujudkan cita-cita melahirkan anak-anak generasi terbaik. Aamiin.
4 notes
·
View notes
Text
Menjadi Orang Tua (1)
Disclaimer: Saya menulis ini setelah membaca buku “Positive Parenting”. Banyak materi yang merupakan isi dari buku tersebut. Disarankan untuk membaca utuh buku tersebut untuk memperoleh manfaat menyeluruh.
Akhir-akhir ini, saya menamatkan beberapa buku bertema parenting. Saya ingin menjadi orang tua karena telah lulus bersiap dan layak menjadi orang tua, bukan hanya karena saya melahirkan dan memiliki anak. Saya lebih memahami sebuah materi dengan membaca, akhirnya saya menabung beberapa buku parenting untuk dibaca. Kelak, saya ingin anak saya lahir dari keluarga (orang tua) yang matang, siap mendidiknya menjadi bagian dari sebaik-baik ummat (kuntum khairu ummah), memiliki karakter yang kuat, menggenggam dunia di tangannya dan menjadi hamba Allah hingga akhir hayatnya.
Itu adalah cita-cita saya, memiliki anak shalih shaliha, yang dengan doanya kebaikan-kebaikan untuk kami (orangtuanya) terus mengalir meskipun kami sudah meninggal. Putra-putri yang menyejukkan hati keluarga, membawa berkah untuk sekitarnya, serta pembela agama Allah. Anak-anak yang rindu pulang ke rumah, karena dari rumah mereka dapat memperoleh banyak hikmah dari orang tuanya. Semoga Allah mampukan jiwa dan raga kami untuk memiliki anak-anak tersebut.
Di dalam hati saya, saya tidak mau jadi orang tua durhaka untuk anak-anak saya. Tidak ada kebaikan membekas di benak anak-anak saat sudah dewasa. Hanya bentakan dan paksaan-paksaan yang mereka ingat. Padahal, anak-anak adalah amanah yang seharusnya kita jaga. Menunjukkannya jalan-jalan menuju surga, bukan justru lalai dari tanggung jawab. Sehingga Allah ridho kepada keluarga kami dan bersama-sama bergandengan tangan di surga-Nya.
Generasi anak-anak kita adalah sebaik-baik ummat yang ditampilkan kepada manusia. Untuk menyiapkan generasi terbaik, orang tua juga harus menyiapkan diri, dan tentunya berdoa agar diberi kemudahan dan keluasan hati dalam mendidik anak-anak agar mereka menjadi shalih shaliha. Mereka yang akan menggemakan suara kemenangan ummat Islam di masa depan.
#parenting#islamic parenting#orang tua durhaka#generasi terbaik#berbakti#anak#orang tua#positive parent
9 notes
·
View notes
Text
Meningkatkan Produktivitas
Sejak memulai work from home #wfh, aku dan suami memutuskan untuk membeli sebuah meja kerja sederhana dari #ikea. Keputusan ini dibuat untuk membuat suasana WFH yang nyaman seperti di kantor sehingga kami tetap produktif.
Alhamdulillah keputusan ini tepat. Kami jadi lebih produktif. Waktu kami ngga cuma dihabiskan untuk #rebahan di atas kasur. Selain itu kami juga bisa makan di meja dengan lebih nyaman. Alhamdulillah.
Dari sini kami menyimpulkan, fasilitas yang lebih baik memang seharusnya bisa membawa keberkahan. Berkah dalam arti memberi manfaat kebaikan lebih banyak, membuat kami lebih bersyukur dan melahirkan karya-karya yang berkualitas.
Aku jadi semangat buat rajin nulis lagi nih. Doakan semoga #istiqomah ya!
0 notes
Photo

Berdoa 🤚✋ Seringkali kita berdoa untuk hal-hal besar Hal-hal yang memang terlihat sangat berpengaruh dalam hidup kita Namun kita lupa untuk hal-hal kecil Hal-hal yang justru sering membuat kita terpeleset, terjatuh "Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun" Berdoa tidak sekedar meminta Doa itu tanda, bahwa kita memang bukan apa-apa Doa itu pengakuan, bahwa kita makhluk yang lemah Doa itu membunuh, mematikan kesombongan dalam hati kita Doa pula yang membuat kita tetap menjadi manusia "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" Berserah diri melalui doa, sungguh akan menenangkan Karena Allah langsung yang mendengarkan Dikabulkan saat ini atau nanti Diwujudkan di dunia atau jadi pemberat amal baik di akhirat Semuanya akan bermuara kebaikan pada diri kita "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku" Mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh Untuk meminta apapun Dalam setiap kesempatan Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita #berdoa https://www.instagram.com/p/B-tcyuvha_W/?igshid=2mg85p2q0roo
0 notes
Text
Selalu ada jalan
Suatu pagi, aku bilang sama suamiku, "by, ingin beli-beli perlengkapan bayi..." (padahal waktu itu aku belum hamil).
Suamiku jawab, "beli mah beli aja.."
Terus aku iseng, cari-cari di marketplace. Masyaallah lucu-lucu banget 😂
Rasanya ingin segera checkout dan bayar. Tapi kupikir, nanti cuma nimbun barang, kualitasnya juga pasti turun entah karena berdebu
Bagai pungguk merindukan bulan, hari itu juga aku lihat IG story temenku tentang penggalangan bantuan untuk bayi-bayi yang lahir di Lapas. Ini ya nikmatnya dimudahkan jalan untuk bersedekah sekaligus memenuhi keinginan diri? 😍 Alhamdulillah..
1 note
·
View note
Text
Posisi
Mungkin beberapa dari kita, yang berada pada lingkungan yang sama, perolehan yang juga sama, namun menyikapinya dengan cara berbeda, bahkan sangat berbeda.
Menurutku, perbedaan penyikapan ini merupakan implikasi dari kesadaran diri kita tentang posisi kita. Kesadaran tentang dimana kita berada saat ini, serta kesadaran kita dimana posisi titik awal pencapaian kita bermula. Kesadaran yang paling mempengaruhi adalah kesadaran tentang dimana posisi akhir tujuan kita ada dimana.
Tanpa ada kesadaran itu, kita akan mudah terlena. Sulit memaknai betapa berharganya diri kita saat ini dibandingkan dengan diri kita di masa lampau. Sulit pula menjangkau prediksi posisi kita di masa depan dan upaya apa saja yang harus dilakukan.
Jangan sampai cara kita menyikapi posisi saat ini justru melenakan dan menghambat kita dalam mencapai tujuan.
" Dalam membaca peta, kita harus dengan yakin mengetahui tujuan, posisi kita saat ini dan darimana kita berawal"
2 notes
·
View notes
Text
Tulus dan Diam
Ada perhatian tulus yang bersemayam diam-diam. Hening. Tanpa ucapan, tanpa perayaan. Cukup kita yang merasakan.
Ada kasih sayang tulus yang dirasakan dalam diam. Senyap. Tanpa harus orang lain tahu, tanpa harus terusik dunia luar. Cukuplah rumah kita menjadi penyimpan rahasia.
Ada kerinduan tulus yang diam-diam aku timbun. Sunyi. Tanpa berharap ada balasan. Cukup aku yang mengecap manis bayanganmu.
Ada doa-doa tulus yang kulangitkan diam-diam. Syahdu. Cukup malaikat yang mengaminkan. Semoga kita berdua mendapat kebaikan.
Surat untukmu, dari aku yang memcintaimu diam-diam.
11 notes
·
View notes
Text
Karena takut
Ada yang sungkan menasehati karena takut meninggalkan luka.
Ada yang enggan mengingatkan karena takut ditolak peringatannya.
Ada yang urung membenarkan, karena takut dianggap merasa benar.
Bukankah kita harus saling mendukung untuk menjadi masing-masing yang lebih baik?
0 notes
Text
Diam-diam
Ada yang mengagumi diam-diam, ada yang mendoakan diam-diam.
Ada yang mencintai diam-diam, ada yang mengasihi diam-diam.
Dunia ini bising, teriakan kata-kata berkeliaran, tak hanya di dunia nyata.
Bahkan kurasa, dunia maya jauh lebih bising, tanpa kita bisa sepenuhnya menyaring.
Diam-diam, mereka mengumpulkan bekal.
Diam-diam, mereka berprestasi dalam kesunyian.
Diam-diam, apa yang kau lakukan disini?
0 notes
Text
Masih orang lain
Sehabis menikah, aku sering beranggapan, "dia kan udah suamiku, boleh dong aku minta tolong ini itu, boleh dong aku minta dingertiin lebih lagi".
Semakin banyak belajar, aku pun mengerti. Bahwa suamiku masih individu yg perlu menjadi dirinya sendiri. Suamiku masih orang lain, individu lain, yang sangat perlu dijaga perasaannya. Kukira, semakin intim kami, semakin bebas kami bisa berbicara. Padahal, suamiku masih individu lain, yang hatinya bisa sakit jika aku keterlaluan. Padahal posisinya semakin perlu aku hormati. Bukannya malah semakin banyak menuntut dan merasa tidak puas.
Suamiku masih orang lain, dengan eksistensinya di dunia. Dengan raganya sendiri, dengan jiwanya sendiri. Yang perlu aku jaga dan rawat, kadang melangkah bersama secara mandiri, kadang berjalan saling menopang.
Perlu kuingan, suamiku masih individu lain. Dengan kepribadian dan preferensinya sendiri, dan wajib aku hormati.
0 notes
Text
Sebelum menikah
Sebelum menikah, aku senang ikut kegiatan kesana kemari. Freelance sana sini buat uang jajan dan nambah temen. Saat itu, aku berpikir, "bisa ngga ya habis nikah nanti aku masih kesana kemari?"
Nyatanya, setelah menikah, bukan itu lagi kesenanganku. Bisa menyiapkan bahan makanan di awal minggu, memasak makanan setiap sebelum berangkat kantor untuk sarapan dan bekal makan siang kami, dan pulang kantor sebelum maghrib. Rasanya senang sekali.
Saat ini, aku masih berpikir, apakah nanti setelah dititipkan anak, aku masih bisa sefleksibel ini untuk berkegiatan dengan suamiku?
Lama kelamaan, aku mengerti, untuk menjaga kewarasan, menjaga kebahagiaan dan ketenangan hati, kita hanya perlu menyeimbangkan yang memang perlu diseimbangkan. Aku merasa, tidak mengapa untuk menjadi orang-orang biasa saja. Tidak perlu terkenal sana sini, tidak perlu sibuk sana sini. Karena tanggung jawab terbesarku masih untuk keluargaku. Bukan keegoisanku.
0 notes
Text
Berkelahinya Anak Kecil
Waktu kecil, kalau aku dan adikku berkelahi lalu nangis, ibu selalu bilang, "jangan berantem terus"
Spontan aku bilang, "amel (adikku) yg duluan ngambil mainanku"
Amel pun begitu, "mba yg duluan dorong aku (jadi aku dorong balik)"
Ngga ada yg mau ngalah. Haha.. Lucu kuingat kejadian kayak gitu.. Ngga ada yang (mau ngaku) salah, dua-duanya sama2 merasa paling benar.
-------
Kejadian ini, muncul lagi, bedanya ini perkelahian orang dewasa, pakai senjata.
Yang satu bilang, ngga akan dikasih gas air mata kalau mereka ngga berulah duluan.
Yang lain bilang, kalau kami ngga diserang duluan kami juga ngga akan lemparin batu dan bakar-bakar.
Jadi siapa yang salah? Bingung kan?
Kita akan membela pihak yang menurut sudut pandang kita benar. Kalau kita ngga mau meluaskan sudut pandang, ya kita hanya akan terus menyalahkan pihak lawan.
Kalau sudut pandang diperluas, disikapi dengan hati dan pikiran dingin, ngga ada yg pure hitam dan pure putih. Semuanya abu-abu, hanya karena bias yang satu terlihat lebih gelap dan yang lainnya terang.
Sekali lagi, pandangan dan pengetahuan kita terbatas. Alangkah baiknya kita serahkan sama Allah.
Siapa kita mau menghakimi orang ini baik ini ngga baik? Kita melabeli orang baik karena kita melihat sisi baiknya. Kita melabeli orang ngga baik juga katena lihat sisi sebaliknya. Kita sesama manusia koq, ngga ada yang bener-bener tanpa dosa maupun bener-bener jahat sama sekali. Kita punya dua sisi itu dan sama-sama akan mempertanggungjawabkan. Jadi, baiknya kita fokus sama apa-apa yang paling banyak membawa kebaikan..
0 notes
Text
Mendoakan keburukan
Selesai Pemilu, aku kira kita semua bisa menyikapi hasilnya secara dewasa. Nyatanya, aku sedih, sesak, rasanya ingin nangis..
Berkali-kali, aku lihat muslim mendoakan muslim lainnya untuk diazab. Padahal, kita ngga pernah diajarin buat balas keburukan dengan keburukan pula. Astaghfirullah..
Pengetahuan kita sangat terbatas. Kita hanya bisa mempersepsi apa yang kita tau. Sedangkan pengetahuan Allah itu tanpa batas. Allah adalah seadil-adilnya hakim. Aku malu buat mendoakan keburukan untuk sesama muslim. Tanpa aku doakan keburukan pun, Allah akan tetap berkuasa untuk memberi azab yang sangat pedih.. Yang memalukan, bisa jadi yg aku doakan keburukannya, dia yg justru diampuni Allah lebih dulu.. Astaghfirullah..
Alangkah bijaknya, orang-orang yang didzalimi justru mendoakan kebaikan untuk orang lain. Selain pasti diijabah, doa itu juga akan kembali untuk dirinya. Wallahua'lam..
0 notes
Text
👩 = aku
👨 = suami
-------
Suatu hari, kami ke toko baju buat beli baju adik kami.
👩: by, mau beli baju batik ngga? kayaknya baju batik yg dipake itu-itu aja.
👨: buat apa, aku punya baju batik udah 3.
👩: ih tapi setiap jumat pakenya baju batik itu-itu aja.
👨: karena aku sukanya yang itu. kalau skrg beli malah ngga dipake gimana?
👩: (speechless, penuh syukur)
------
semoga Allah memudahkan langkahmu (dan aku) untuk menjadi hamba yang pandai bersabar dan bersyukur.. aamiin..
0 notes
Text
Menghabiskan Makanan
Dari kecil, aku selalu mikir, kalau makan tu harus habis, sampai butir nasi terakhir.
Imajinasi masa kecil aku tu lucu, aku ngebayangin kalau makan itu sebuah misi penyelamatan. Setiap butir nasi adalah entitas yang sama yang harus diselamatkan. Ngga ada satu butir nasi yang boleh diremehkan untuk tidak dimakan. Semua berhak untuk dimakan.
Aku ngebayangin juga, ketika aku sadar ada nasi tertinggal di piringku, nasi itu akan sedih. Seolah dia bilang,
“Kamu kan yang ngambil aku. Temen-temenku diselamatkan, koq aku dibiarin gitu aja?”
Setiap kepikiran gitu aku suka sedih. Gimana kalau nanti ada misi penyelamatan manusia di bumi, mau dibawa ke planet lain. Semua orang udah naik ke pesawat luar angkasa. Sedangkan aku dan segelintir orang lain belum masuk pesawat. Tapi waktu aku teriak-teriak minta tolong, kaptennya cuma bilang,
“Maaf ya pesawatnya udah penuh (kenyang). Kalian gabisa diajak”
Terus kami dibuang gitu aja di bumi (kalau nasi dibuang ke tempat sampah). Padahal kami sama-sama orang yang perlu diselamatkan.
Akhirnya aku selalu ngabisin makanan yang ada di piringku. Sebisa mungkin hanya menyisakan hal-hal yang berbahaya kalau dimakan, misal duri ikan. Bahkan kalau aku bekel ayam bertulang, tulangnya aku bawa ke rumah buat kukasih ke kucing. Sesedih itu kalau inget imajinasiku waktu kecil. wkwkwk.
Aku tu ngga tega banget lihat makanan dibuang. Sampe temen-temen perempuan di sebuah acara pelatihan, menjuluki aku sebagai “vacuum cleaner”, kalau ada makanan ngga dimakan, padahal masih layak makan, mereka kasih ke aku. wkwkwk.
Dengan aku kayak gitu, semakin sedikit makanan yang mubadzir. Aku takut kualat, waktu ada makanan dibuang-buang, nanti ada saatnya di rumahku ngga ada makanan apa-apa. Astaghfirullah..
Semoga Allah menjaga kita, dan kita bukan termasuk saudara-saudara setan. Aamiin.
2 notes
·
View notes
Text
Tips Hemat Menyenangkan (3)
(...sambungan)
4. Kapan aja boleh beli pakaian?
Kami termasuk jarang beli pakaian. Kami beli pakaian mungkin kalau kebetulan pakaian yg kami punya sudah jelek. Selain memakan tempat di lemari, pakaian itu juga tidak seminggu sekali kami pakai. Aku kerja pakai seragam, suamiku kerja juga selalu pakai beberapa kemeja favoritnya, padahal kemeja lain masih banyak. Pakaian bebas kami pakai mungkin hanya setiap akhir pekan. kalau kami punya 3 baju bebas, kami menggunakannya 3 minggu sekali. Meskipun jarang dipakai, ada saatnya kami akan bosan juga. Kalau setiap bosan kami membeli baju baru, rasanya boros banget.. Mungkin kami beli pakaian setiap lebaran. wkwk.
5. Biasakan sedekah saat lapang
Setiap habis gajian, aku biasa memaksa diri buat sedekah saat itu juga karena masih lapang. Sedekah rutin mungkin baru mingguan. Untuk sedekah harian masih suka lupa. Semoga habis ini rajin sedekah harian. Sedekah saat lapang membuatku lebih tenang dalam membelanjakan uang untuk kebutuhan. Selain itu juga, kalau saat lapang udh rutin sedekah, aku berharap aku masih merasa lapang saat mau sedekah di waktu sempit.
6. Tertib mencatat pengeluaran
Aku selalu mencatat keluar-masuk uang setiap hari. Kalau bisa sesaat setelah transaksi biar ngga lupa. hehe. Pencatatan ini membantu menyadarkan diri aku kalau pengeluaran kami udah sebanyak apa. Rasanya yg kita belanjakan itu receh-receh, tapi kalau dijumlahin bisa jutaan! kalau aku ngga catat, mungkin aku akan terlena dengan anggapan, "gapapa lah jajan, cuma puluhan ribu. gapapa lah jajan, sekali-kali traktir diri sendiri".. ngga dicatat dan itu terjadi setiap 3 hari. yak! akan jadi kebocoran halus yang ditoleransi sampai uangku habis. wkwk.
---------
Yang bikin aku semangat terus memperjuangkan hidup hemat ini adalah, pepatah lama yang bunyinya,
“Kalau kita ngga bisa menghargai yang kecil, kita ngga akan pernah bisa menghargai yang besar.”
aku ngga mau kehilangan makna uang Rp. 20.000 karena aku udah sering meremehkannya dalam kehidupan sehari-hari. aku mau Rp. 20.000 tetap bermakna untuk bisa beli 2 liter beras yang bisa kami konsumsi sampai 3 hari.. aku ngga mau Rp. 20.000 udah ngga berharga lagi buat aku. Hal ini memudahkan aku untuk mensyukuri berapapun yg aku punya.
Dengan menahan diri dari keborosan, aku bisa memaknai kalau nafsu kita atas dunia itu ngga pernah habis. Kalau dituruti terus, mau sampai kapan? :(
Sharing tentang tips ini mungkin cocok di aku. Temen-temen bisa menemukan cara sendiri yg nyaman untuk diri masing-masing.. Semoga kita tidak termasuk sebagai hamba yang merugi.. aamiin..
0 notes