#introspeksidiri
Explore tagged Tumblr posts
haniananta · 4 years ago
Text
Semua yang kau kejar
Wahai Diri, kukatakan kepadamu beberapa hal yang mungkin sudah kau tau. Namun diulang rasanya (masih) perlu:
Kamu boleh berlari ke arah manapun. Mengejar apa yang kamu mau. Tapi sungguh, dunia ini sungguh tidak lebih baik daripada sehelai sayap nyamuk. Cobalah untuk seimbang antara dunia dan akhirat. Sulit, memang. Asal kau tidak mengorbankan salah satunya.
Belajarlah untuk lebih dewasa. Semakin hari, semakin banyak masalah yang akan kau hadapi, bukan hanya dari luar, yang paling bahaya justru dari dalam diri sendiri. Apa contohnya? Hati yang mendengki. Semakin kau menyimpan perasaan itu, hatimu akan semakin terluka. Peganglah erat-erat bahwa semua orang punya jalan bahagianya masing-masing. Percayalah.
Untuk setiap langkah yang kau ambil, ingatlah untuk tetap pada track-mu. Untuk apa sibuk dengan orang lain? Fokus dengan tujuanmu. Bersinarlah tanpa perlu menyikut, menghalangi, apalagi menjatuhkan yang lain. Melangkahlah dengan elegan. Mengurusi orang lain hanya akan membuang-buang waktumu. Jujur.
Kepada diri yang sedang berjuang, tak apa, belajar saja pelan-pelan. Bertahap, pemahamanmu akan sebanding dengan semua yang kau kejar. Selamat mengarungi samudra kehidupan. Semoga selamat sampai tujuan! (syurga).
8 notes · View notes
iniagamaku · 4 years ago
Text
Tumblr media
Manifestasi Syahadah
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمد رسول الله
Syahadat yang merupakan syarat masuk Islam terdiri dari dua persaksian, pertama adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Kedua, persaksian bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya.
Setiap persaksian memiliki manifestasinya masing-masing.
Adapun kesaksian pertama, manifestasi atau wujud kesaksiannya adalah beribadah dengan ikhlas kepada Allah swt. Ikhlas artinya suci, murni atau tidak tercampur oleh zat lain.
Maka, ibadah dengan ikhlas kepada Allah swt berarti ibadah kita hanya dipersembahkan kepada Allah swt saja tanpa ada tujuan lain yang mencampurinya. Baik tujuan yang bersifat materi seperti harta ataupun non-materi seperti pujian manusia.
Manifestasi dari persaksian bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya ialah melakukan ibadah sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Apa yang dikatakan halal olehnya dihalalkan dan apa yang dikatakan haram diharamkan. Salat diajarkan lima waktu maka salat dilaksanakan lima waktu.
Kesimpulannya, manifestasi syahadah ialah beribadah dengan ikhlas kepada Allah swt sesuai dengan ajaran utusan-Nya, Nabi Muhammad saw.
Siapa yang tidak beribadah sebagaimana manifestasi syahadah, meskipun dinyatakan telah cukup menjadikannya Islam, masih perlu dipertanyakan kebenarannya.
Jadi, sudah benarkah syahadah yang kita ucapkan?
2 notes · View notes
pepperin90 · 4 years ago
Text
Dengarlah..
Kau pikir dirimu benar?
Kau pikir dirimu pionir?
Apa kau tahu?
Yang punya pikiran bukan kau saja
Yang manusia juga bukan kau saja
Jadi jangan pernah merasa
Kalau hanya pendapatmu saja
Yang benar dan berharga
Dengarkan mereka juga
Agar hatimu tidak buta
Dan terjebak nestapa
Tumblr media
3 notes · View notes
inilailla · 4 years ago
Text
Anak kecil main sepedaan terus jatuh. Temen-temennya bilang "nggak apa-apa, ayo berdiri". Si anak jadi ketawa-ketawa dan malu mau nangis. Padahal kakinya lecet, tapi tetep seneng aja tuh. Malah lanjut sepedaan lagi.
Mungkin beda cerita kalau pas dia jatuh temen-temennya justru ngeledekin dan ngetawain. Mentalnya down. Kapok main sepedaan.
emang penting sih memilih temen bergaul yang tepat. Biar kalau ada masalah nggak dibikin tambah down, tapi disupport.
Plot twist: habis dadah-dadah sama temannya buat pamitan dan masuk rumah, meledaklah tangisan anak itu. HAHAHAHAH. ternyata ditahan.
Tumblr media
2 notes · View notes
notesformylife · 4 years ago
Text
Hati Yang Terkunci
Golongan manusia manakah yang telah Allah Ta’ala kunci hatinya?
Orang-orang yang sesat itulah golongan yang disebutkan dalam al-Qur’an telah dikunci mati mata hati, telinga dan ditutup penglihatannya oleh Allah Ta’ala
Qatadah menafsirkan ini dengan
mengatakan,
“Setan telah menguasai mereka karena mereka menaatinya.
Allah Ta’ala mengunci mata hati dan pendengaran, serta menutup pandangannnya.
Mereka tidak dapat melihat petunjuk, tidak bisa mendengarkan, memahami dan berfikir.”
Semua itu terjadi lantaran dosa dan kesalahan yang dilakukan semakin menggunung, dan tidak ada niat
ataupun keinginan untuk meminta ampun kepada Allah Ta’ala.
Padahal, dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits ibarat noda hitam yang mengotori hati.
Jika bertambah dosa, semakin banyak noda hitam di hati.
Perlu diketahui, bahwa sebagaimana noda di atas baju jika dibiarkan akan membandel
Begitu pula halnya saat noda dalam hati tidak segera dibersihkan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan,
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam.
Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus.
Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya.
Dosa yang semakin banyak itulah yang disebut ar-Ran (penutup) sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
“Sekali-kali tidak, sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hatinya.”
(Qs. al-Muthaffifiin [83]: 14).”
(HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).
Dijelaskan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, ketika dosa semakin menumpuk dan menutupi mata hati,
“Maka tidak ada jalan bagi iman untuk masuk ke dalamnya, dan tidak ada jalan bagi kekufuran untuk keluar dari dirinya.”
Inilah yang terjadi ketika seseorang bergelimang dalam dosa.
Hingga dosa itu menutupi seluruh hati dan
pendengaran, dan juga penglihatannya.
Mereka menjadi sosok yang sombong dan
tidak mau menerima kebenaran sekalipun cahaya kebenaran itu seterang bulan
ketika purnama.
Inilah di antara dampak bahaya maksiat dan dosa bagi hati.
Setiap maksiat dan dosa membuat hati tertutup noda hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup.
Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh sangat tidak mungkin.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”
(Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 107)
Perbanyaklah taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan membuat hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari ketertutupan hati, dan menjadikan kebenaran mudah masuk kemudian bersemayam di dalam hati kita semua.
���Dosa Akan “Mencuri” Ketaatan Dari Dirimu
Penyebab pertama seseorang malas dalam beribadah ternyata karena orang itu bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat
Terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan diabaikan terlalu banyak orang
Padahal dosa kecil itu merupakan salah satu karena lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka merupakan disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. ”
(QS. Asy-Syura: 30)
Maka sesungguhnya hal yang paling besar yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi lemah dan hina adalah perbuatan dosa dan maksiat
Karena sesungguhnya dosa dan maksiat dapat mencabut akar-akar keimanan dan dapat menimbulkan kerusakan dan kejahatan, dan ia merupakan faktor utama yang menyebabkan seseorang tidak taat kepada Allah ta’ala
Ibnu Al Qayyim berkata,
“Dan diantara pengaruh perbuatan maksiat adalah lenyapnya ketaatan,
Dan seandainya perbuatan dosa itu tidak mempunyai hukumannya, maka sesungguhnya ia menghalangi seorang hamba untuk berbuat ketaatan yang sedang terlintas,
Lalu ketidaktaatan itu menghentikan ketaatan lain, kemudian menghentikan ketaatan ketiga, keempat dan seterusnya hingga habislah seluruh ketaatan disebabkan dosa-dosa
Padahal setiap ketaatan adalah lebih baik daripada dunia beserta isinya,
Hal ini sama halnya dengan seseorang yang memakan satu macam makanan kemudian menyebabkan ia sakit dalam waktu yang sangat panjang yang membuatnya tidak dapat memakan berbagai macam makanan yang paling baik daripada makanan yang telah ia makan dahulu
Dan kepada Allah kita memohon perlindungan.”
(Al Jawab Al Kaafi karya Ibnu Al Qayyim)
Kalau sekiranya perbuatan maksiat hanya merupakan faktor yang menyebabkan kehinaan seseorang di hadapan Allah, maka tentu sudah cukup
Allah ta'ala berfirman,
“Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya.”
(Al Hajj: 18)
📝 anonim حفظه الله تعال
📑 Salam salin tempel
1 note · View note
awandasari · 5 years ago
Text
020
Jam Rawan
1:38 WIB, Dini hari
Jam jam ini adalah jam rawan. Dimana segala ide mencoba mendobrak setiap sudut pemikiran dan memaksa untuk segera dituliskan.
Kulonprogo, 14/11/2020
2 notes · View notes
fennimarriza · 5 years ago
Text
Judging
Untuk kamu yang hobby men-judge seseorang, sini saya kasih tau.
Kamu tidak hidup bersama orang itu selama 24 jam penuh, kamu tidak tau semua sisi dirinya. Jadi, berhentilah sok tau.
Sebagian besar orang mungkin menganggap saya yang polos ini manja, ga bisa apa-apa. Kamu salah. Sama salahnya sebagaimana kamu menilai manusia-manusia lain, yang dengan sekali pandang kamu langsung menilai, "Oh..ternyata dia begitu.".
Kamu harus tau, ada banyak orang di luar sana yang terlihat kotor karena debu-debu yang kamu hembuskan sendiri. Bahasa awamnya, bisajadi mereka yang nampak seperti kerikil itu adalah berlian yang tertutup debu.
Dan juga kamu harus tau, di luar sana ada banyak orang yang bertingkah laku sesuai situasi kondisi yang dihadapinya.
Ketika kamu melihat seorang anak bermanja-manja dengan orang tua nya, bukan berarti kamu bisa langsung menilai, "oh..dia ini orangnya manja.". Kamu salah. Karena bisa jadi dia yang saat itu terlihat manja juga adalah orang yang suka memanjakan keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Dia yang terlihat payah di matamu bisa jadi adalah orang yang bisa diandalkan di mata keluarganya.
Jadi, berhentilah menggali keburukan orang, gali juga kebaikannya. Supaya hidup kamu tidak dipenuhi dengan prasangka yang berakhir pada dosa.
Sekian. Wallahu a'lam.
Bukan di Pekanbaru | 21 Juli 2020, 3.42 PM
2 notes · View notes
rissutanto · 5 years ago
Text
Pernahkah kita berfikir berulang kali sebelum mengucap sesuatu kepada orang yang kita cintai?
Harusnya setiap kita ingin mengeluarkan ungkapan, ucapan kepadanya kita akan lakukan hal tersebut.
Ris sutanto
3 notes · View notes
makarimanaily · 6 years ago
Text
sibuk meratap, lupa bersyukur
“kita lebih sering meratapi ketidaksempurnaan atas segala ibadah yang kita lakukan sampai membuat kita lupa untuk mensyukuri kesempurnaannya yang dimata kita terlihat kecil.”
beberapa waktu saya lebih sering mendengarkan ngajinya Gus Baha. asa enjoy dan adem cara beliyo menceramahkan cara ibadah hamba kepada Allah. da saya jadi makin ngefans ini, yaaRobb. huhu.
jadi, kata beliyo, Imam Asy-Syadzili pernah bilang, “sedikit amal dengan perasaan bahagia dan bersyukur kepada Allah itu lebih baik, daripada banyak amal tapi merasa amal yang dilakukan kurang sempurna terus.”
seperti contohnya, kita terlalu sibuk dengan kalimat ratapan, yaaAllah, sholatku kok asa ndak khusyuk, ya. diterima ndak ya, kayaknya ndak diterima deh.” sampai membuat kita lupa dengan kalimat kebersyukuran, “alhamdulillah, sudah digerakkan Allah untuk mau sholat. alhamdulillah, sudah diberi anugerah Allah sholat sehari lima waktu.” padahal ya, urusan khusyuk nggak khusyuk adalah proses. wong kita bukan Nabi. ndak perlulah mencaci-caci diri kita yang sholatnya berantakan, obrak-abrikan, ndak khusyuk 100 persen. mensyukuri diri sendiri, bahasa sekarangnya mah.
terus masalah ngaji juga. kita terlalu sibuk dengan kalimat, “duh, ngajiku ini diterima Allah ndak, ya. ini bacaan Qur’anku kok cuma selembar ya sehari. kok, aku nggak lancar-lancar sih baca Qur’annya.” sampai membuat kita lupa ada kalimat yang lebih enak didengar, “terimakasih yaaRobb, sudah menggerakkan hamba mau ngaji, mendekat bahkan sampai mau membaca Qur’an.”
kita terlalu sibuk dengan kalimat ratapan, “duh, ini shodaqohku diterima Allaah nggak, ya. ikhlas nggak, ya.” sampai membuat kita lupa dengan kalimat, “alhamdulillah, diri ini sudah digerakkan buat mau ngasih shodaqoh ke masjid, ke orang-orang.”
padahal mah, urusan diterima nggak diterima suatu amalan adalah urusan Allah. hak prerogatif Allah. nggak lupa kan, Allah masukin kita ke surga bukan karena amalan kita melainkan karena rohmat Dia kepada kita? bisa jadi segunung amalan seseorang ndak ada satupun amal yang diterima Allah, dan bisa jadi juga ada seseorang yang cuma memiliki satu amalan kebaikan saja tapi ternyata berkat amalan itu, dia mendapatkan rohmat Allah. ndak bisa dilogika kadang sih hal-hal seperti ini. bener-bener cuma Allah yang tau. dan semua keputusan Allah mah pasti adil lah. lha mbok kiro Allah pemimpin dzolim????
nah, karena hal tersebut, alih-alih sering diratapi--yang biasanya malah sampai membuat kita lupa menerima diri kita sendiri--mending disyukuri saja. sithik ndakpapa. soalnya kalau keseringan meratap nantinya kalau sudah banyak, malah muncul jumawa.
nih ya, ketika kita cuma sholat lima waktu tanpa sholat sunnah lain, kita meratap, “kok cuma sholat lima waktu, ya. duhhhh, ndak enak ini sama Allah, tambah ah. mau sholat sunnah juga.”
terus setelah berhasil sholat sunnah, kitanya merasa banyak amal, bangga, terus bisabisa muncul sombong, terus bisabisa, meluap deh, meluap amalnya, ilaaaangggg. ya ndak semua begini, tapi saya kadang merasakan hal-hal demikian:( 
loh jangan salah, saya pernah dong, berada dititik ndak banyak amalan sama sekali. saya lalu ngebut dong banyakin amal. alasannya sih, banyak amal bakal banyak peluang diterimanya suatu amal. tapi nyatanya pada suatu titik setelah saya berhasil rajin beramal, disitu saya merasa wahhhh keren bener ibadahnya banyak, terus jatohnya saya sombong merasa lebih keren dari yang belum sholat, saya merasa lebih pinter ngaji dari temen saya yang ngajinya plegak pleguk, saya jadi tenang karena merasa bangga ngasih uang ke keponakan-keponakan dll dst...........
makanya itu saya perbaiki dengan saya ndak terlalu muluk beramal banyakbanyak dulu, saya coba belajar esensinya. belajar rendah hati yang benar-benar rendah hati (bukan merendah untuk meninggi), belajar untuk.. udah, dijalani saja dulu. lama-lama juga tulusnya muncul sedikit demi sedikit. ikhlasnya muncul seiring waktu. ndak perlu mikir diterimanya, ndakperlu cemasin ini itu. ya pokoke dijalani.
gimana ya. sombong, ujub, bangga terhadap diri sendiri itu menyusupnya pelaaaan sampai kita ndak sadar, loh. kita ndak sadar kalau kita ujub, kita ndak sadar kalau kita bangga. beneran. hati-hati........
ini kojahan arahnya kemana yaaa wkwkwkwkwk. intinya gituu sihhh, jangan terlalu sering meratapi amal yang sedikit, mbok mending disyukuri saja. enjoylah bersama Allah. bersenanglah dalam beribadah. Dia baikkkk kok, pengampun, penyayang tak terbatas.
sekian dan dan terima jadi :3
selamat berhari jum’at. semoga berkaaah. yang lain sudah banyak yang ngingetin baca alkahfi, nai ngingetin sholawat aja haha.....
sholawat yang banyaaaakkkkk. soalnya mudah bisa disambi ngapa-ngapain. disambi masak, nyapu, kerja, nyuci, nonton tv, jalan kaki, naik motor. dan efeknya gedhe. ndak percaya? lha sana coba dewe. buktikan sendiri :D
105 notes · View notes
musaunbox · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Buko buko buko sing poso ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Source 📷 @poro_kadang ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ #sadar #introspeksidiri # #tetangga https://www.instagram.com/p/B_2C95TpKfN/?igshid=ai4wy3pwwp9p
2 notes · View notes
nurulyta · 5 years ago
Text
Boleh dong salah?
Kita ini hanyalah kesadaran yang beranjak dari satu momen ke momen yang lain  yang didalamnya membawa banyak pelajaran, salah satunya adalah penyesalan atas kesalahan Karena seringnya membawa banyak “angan” dan memaksa untuk menjadi “ingin”  juga karna mungkin terlalu menganggap hidup layaknya main-main
Untuk semua kesalahan dan kebodohan yang pernah ada  Tidak mengapa jangan dipikir pusing, biarkan mengalir menjadi cerita  Bukankah semua yang terjadi akan jadi pembelajaran  sekaligus pengalaman yang penuh makna  Jika selalu ingin tampil baik tanpa salah, dari mana bisa belajar dan mendewasa
Jadi salah itu boleh kok, yang tidak boleh adalah tidak belajar dari kesalahan Toh dari kesalahan apapun itu bisa membuat belajar tersadar lantas terkuatkan
2 notes · View notes
sahabatjiwa212 · 5 years ago
Text
Tumblr media
#Life always beautiful
2 notes · View notes
nafisahnajmi · 6 years ago
Text
Memang benar ketika kita merasakan cinta kita pandai membuat kata, begitu pula ketika diranda pilu pandai pula kita merangkai kata. Tapi ketika semua telah terlewati sedikit kehilangan bagaimana cara menulis. 😂
Self reminder, mulai jarang merangkai kata
3 notes · View notes
padanghijau · 6 years ago
Text
Mesjid dan Sendal
*dalam hati Pas keluar mesjid, “Kok sendalnya hilang yak?”. Pas liat sekeliling nemu sendal bagus, sendal gunung gitu. Dipake deh. Hitung-hitung ganti sendal sejenis yang dulu pernah hilang, walaupun bukan di mesjid.
Pas udh mau nyampe rumah, “Lah tadi kan berangkat ke mesjid bukan pake sendal ini”. Balik ke mesjid dan pake sendal yang tadi dipake buat ke mesjid. Alhamdulillah masih ada. Sendal yang “tidak tsah” tadi dibalikin ke tempatnya semula.
Pas pulang, “Alhamdulillah masih dijaga Allah dari hal yang tercela. Masa ntar ke mesjid pake alas kaki yang bukan miliknya”
----
Risih ga sih kalau kita melakukan kebaikan sekaligus melakukan keburukan? Jadi perkara berkah dan ridho itu luas banget. Bukan sekedar seorang suami yang membawa nafkah yang tidak baik ke rumah untuk istri dan anaknya, bukan sekedar dari perniagaan, hutang, kredit, bunga bank dan lainnya. 
Jangan-jangan kita tegas dengan bunga bank, tapi lemah sama kepemilikan yang bukan haknya, ya ngambil sendal di mesjid
4 notes · View notes
fennimarriza · 5 years ago
Text
Pantas Dituruti
Lima belas tahun lalu, tepat di depan pagar sebuah madrasah, saya bersama ratusan anak lainnya mengutip sampah sisa-sisa metabolisme kehidupan yang bertebaran menyesakkan mata. Ya, waktu itu saya masihlah anak-anak, berusia 12 tahun dan baru saja mendaftarkan diri di madrasah itu, sebuah Madrasah Negeri di kota Pekanbaru.
Hari itu adalah MOS (Masa Orientasi Siswa), kami sebagai anak baru, dibimbing mengikuti setiap kegiatan, termasuk belajar hidup bersih dengan memungut sampah di depan sekolah. Saya bukannya mengikuti kegiatan dengan lempeng sentosa, tapi malah kesal bukan main karena kakak kelas yang menjadi pendamping tidak ikut serta memungut sampah.
"Masa kakak itu nyuruh-nyuruh aja, dia malah nggak mencontohkan apa yang dia suruh ke kita."
Begitu kira-kira bunyi kekesalan yang saya lontarkan ke teman sebelah.
Saya, anak sekecil itu (pada masanya) saja mengerti bahwa yang nyuruh-nyuruh itu harus memberikan contoh, bukan cuma sekedar kalimat perintah yang harus dituruti dan tak boleh dibantah. Apalagi jikalau anak usia remaja ke atas yang diatur ini itu sedangkan yang mengatur tidak memberikan contoh konkret bagaimana aturan itu harus dilaksanakan.
Apalagi anak milenial zaman sekarang yang bisa mencari informasi dari berbagai arah, tentulah mereka akan memiliki argument bantah yang lebih untuk menguatkan penolakan mereka akan sebuah aturan.
Bagaimana bisa anda menghukum anak didik anda karena merokok sedangkan anda saja merokok di depan mereka seolah tidak akan terjadi apa-apa ke depannya.
Mungkin saja anak-anak itu dadanya berkecamuk, ingin teriak membantah. Tapi apalah daya seorang anak didik. Serba salah. Membantah takut dimarah, tak membantah malah kena salah. Padahal mereka memang dituntun untuk itu, untuk melakukan hal yang salah.
Apalah arti kata-kata tanpa tindak nyata. Percuma hampir semua guru di sekolah sibuk menasehati, "merokok itu tidak baik bagi kesehatan nak, dan bla bla bla..." kalau ada satu atau dua yang justru mencontohkan merokok itu seolah-olah bukan masalah. Itu ibarat sianida setitik, rusak kopi se-teko.
Kita semua memang masih belajar. Saya pun banyak kekurangan. Tapi mari sama-sama kita memperbaiki diri. Beban berat sebenarnya sedang ada di pundak kita, mengarahkan anak-anak penerus bangsa yang sudah banyak terkontaminasi perkembangan zaman. Alangkah baiknya kita saling mendukung, meringankan beban, bukan justru membuat ketimpangan.
Mari kita sama-sama memperbaiki diri, hingga kita tak hanya menjadi orang yang banyak cakap tapi juga pantas dituruti setiap tutur dan tingkah lakunya.
Wallahu a'lam
© Fenni Marriza | Pekanbaru, 23 Desember 2019, 21.16 WIB.
1 note · View note
safajriyahs · 6 years ago
Text
Posisi
Mungkin beberapa dari kita, yang berada pada lingkungan yang sama, perolehan yang juga sama, namun menyikapinya dengan cara berbeda, bahkan sangat berbeda.
Menurutku, perbedaan penyikapan ini merupakan implikasi dari kesadaran diri kita tentang posisi kita. Kesadaran tentang dimana kita berada saat ini, serta kesadaran kita dimana posisi titik awal pencapaian kita bermula. Kesadaran yang paling mempengaruhi adalah kesadaran tentang dimana posisi akhir tujuan kita ada dimana.
Tanpa ada kesadaran itu, kita akan mudah terlena. Sulit memaknai betapa berharganya diri kita saat ini dibandingkan dengan diri kita di masa lampau. Sulit pula menjangkau prediksi posisi kita di masa depan dan upaya apa saja yang harus dilakukan.
Jangan sampai cara kita menyikapi posisi saat ini justru melenakan dan menghambat kita dalam mencapai tujuan.
" Dalam membaca peta, kita harus dengan yakin mengetahui tujuan, posisi kita saat ini dan darimana kita berawal"
2 notes · View notes