Text
Junk Journaling, Sebuah Perkenalan

Selama ini di laman media sosial alias Instagram @dinimatakuna maupun @semestamatakuna, aku kerap berbagi foto atau cerita atau penggalan kabar tentang #bebikinanmatakuna yang kusebut ājournalā atau ājournalingā atau ājunk journalā dan sejenisnya.Ā
Yaaah, sebenarnya kalau ditarik mundur 1,5 tahun terakhir sih (sejak jadi mami), aku memang jauh lebih jarang berbagi tentang aktivitas ini karena kesulitan menyiasati dokumentasi aktivitas journaling-ku.
Yang pasti, aku sadar bahwa selama ini belum pernah secara jelas bertutur tentang journaling, apasih journal itu?. Apalagi tentang junk journal, bebikinan apaan lagi itu junk journal? ā mungkin demikian sebagian temans sekilas bertanya dalam hati.
Terlepas dari defisini yang dipatok di dalam bacaan maupun tontonan di luar sana, bagiku journaling alias menulis/membuat jurnal enggak lain adalah aktivitas merekam/mendokumentasikan: ingatan, pengalaman, perasaan, sensasi, eksperimen, bahkan gagasan. Bentuknya bisa naratif, dan bisa juga dominan diwakili elemen visual (garis, pola, gambar, warna, dll), bahkan juga gabungan dari keduanya.Ā
Selain itu, material yang dipakai juga sangat lentur dan adaptif, menyesuaikan kenyamanan, kebutuhan, ketersediaan, bahkan tergantung tingkat keisengan (baca: kreativitas) masing-masing pegiat.
https://www.instagram.com/tv/CtqsDFtBzrt/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==
Nah, dari sana aku coba bahas mengerucut lebih menyoal junk journal ya!
Karena ada kata ājunkā, intinya sih ini tentang aktivitas journaling yang memanfaatkan apa yang ada, yang dipunya, dan yang terlintas di kepala. Tiket bekas, bon/struk belanja, kertas sisa, paper bag, kardus, benang, crayon, cat air, foto jadul, kain, dan lain-lain, dan sebagainya!
Aku merasa, melalui junk journaling, secara enggak sadar dan enggak langsung turut membiasakan diriku untuk belajar mengolah apa yang ada. Bisa jadi, itu adalah pengalaman enggak enak dan traumatis, meski bisa juga sebaliknya.Ā
Dari pengolahan yang berlangsung itu ternyata membantuku memberi pemaknaan baru atas pengalaman yang ada. (Tapi ini opini personal sih, bisa jadi bagi pegiat journaling lain berbeda makna dan rasanya. Yaa enggak apa-apa juga, sama-sama tetep joss! Haha)
Berkerasi atas nama junk journal bagiku sangat luas arenanya. Sky is the limit, ceunah!
So, what is the point of junk journaling? ā wotseeeh, keminggris š
Lagi-lagi, ini akan menjadi jawaban yang bersifat opini personal. Yang mana bisa selaras dengan pendapat orang tetapi mungkin juga kontra. (Tentu, enggak apa apa juga menurutku kalau ternyata ada yang gak setuju)
Oke, begini, setidaknya ada empat misi yang bisa dipenuhi dari junk journal, antara lain:
Menjadi jurnal harian
Berfungsi sebagai planner
Dokumentasi ingatan/kenangan
Bahkan, cocok juga menjadi kado dan bingkisan
Ada banyak lagi sih sebetulnya, termasuk membantuku menyusuri proses transformasi ala-ala junk to joy.Ā
Adakah kamu yang kemudian bertanya-tanya;
"kalau ingin nulis jurnal apalagi junk journaling lantas harus mulai dari mana?"
"material yang harus disiapin apa saja?"
dll ???
Sabar-sabar!Ā
Tulisan kali ini sekilas sampai di sini dulu. Yaah, namanya juga perkenalan. An introduction. Tsaah
Poin-poin lain tentang journaling, aku ceritakan melalui unggahan berikutnya ya.Ā
Yang pasti, kalau kamu ternyata sedang cari journal kit untuk segera memulai journaling, bisa tengok lapak IG jualanku di @semestamatakuna
Terima kasih sudah menyimak sampai selesai. Moga sama-sama terjaga sehat, banyak berkat, banyak kasih. Joss!

5 notes
Ā·
View notes
Text
#shadowwork : bola salju bernama amarah
belakangan ini, khususnya sejak postpartum, aku jadi kembali sering berjumpa dengan "shadow" di dalam diri yang kukira sudah jinak; amarah.
rupanya, ada banyak serabut akar pemantik amarah yang belum kupeluk. terlalu banyak, bahkan.
setelah melahirkan dan mulai menjalani peran sebagai ibu (postpartum), tanggung jawab harian yang mesti kupikirkan dan kutangani jauh menjadi lebih banyak. sampai-sampai, aku belum pernah merasakan lelah (fisik) yang seintens ini. begitu letih, ringkih, dan payahnya tubuhku sehingga berimbas kepada jeroan (bathin, psikis, shadow). imbasnya benar-benar intens sehingga "wadah" welasasihku terhadap banyak hal luber. tak mampu menampung lagi.
bertoleransi kemudian menjadi hal sehari-hari yang suliiiit sekali untuk aku bagi kepada orang di sekitar, bahkan kepada diri sendiri.
lantaran letih itu, dari ubun-ubunku jadi tumbuh akar bunga sedih yang semakin menhujam setiap hari. sedih dan marah, dan lelah berbaur menjadi satu kesatuan. seperti diaduk dalam satu cangkir. menyatu. kusut.
aku berusaha peluk diriku sendiri setiap malam erat-erat. agar bisa bertahan untuk kembali bangun esok paginya --sekiranya esok masih diberi hidup.
sekitar lima bulan terakhir, khususnya, aku merasakan letih yang jauuh jauuh lebih intens, pekat, tebal, berat. luar dalam, atas bawah, kanan kiri, depan belakang.
pada saat bersamaan, sukar bukan main untuk mentolerir diri sendiri. aku letih tapi tetap harus kupaksa untuk menjalani laku harian. karena, aku tidak menemukan sesiapapun yang bisa menggantikan seluruh tanggung jawab sakral ini, semisal untuk seminggu saja.
lelah yang begitu pekat di bawah permukaan samudera bathin, lantas memaksa kuat-kuat untuk tampil ke permukaan --agar kuperhatikan dan kudengarkan aspirasinya. dan di permukaan, ia hadir dalam satu wujud emosi yang kunamai amarah. yang sesungguhnya netral. tidak salah, tidak benar. tapi karena belum sempat untuk benar-benar kutenangkan dengan seikhlas, amarah itu justru makin merajalela. reaksiku terhadapnya pun keruh.
aku kewalahan.
akhirnya ku tersadar, shadow work bernama "amarah" itu belumlah pulih. masih bercokol. tinggal menunggu milaiaran pemicu lain, kemudian ia siap mencuat, dan bergulir seperti bola salju. meledak!
ya Gusti. sepertinya tak ada pilihan kabur lagi. aku harus duduk dan menyapa shadow work ini. ya, aku harus lebih ikhlas dan halus kepada diri sendiri; memeluk bayang-bayang "gelap" diri (shadow work) yang terus berkecamuk.
ini dulu, catatan pinggir jurnal #shadowwork Matakuna.
~terima dan beri kasih, dari dan kepada diri sendiri.

#sufi poetry#positive mental attitude#saalik#self growth#self help#self love#self healing#self care#journaling#personal diary#shadow work#witchy vibes
0 notes
Text
matakuna, semesta yang ada di dalamku
halo. sore ini tepat 20 Juni 2023, 17.25 WIB. Matakuna belum jadi menelpon mama untuk berkabar tentang kesehatannya. nanti, coba kuagendakan selepas jam isya'.
tapi, Matakuna menyempatkan diri, pada sore ini, untuk berkabar terlebih dulu di sini. berkabar kepada bathinku sendiri.
iya, halo? bagaimana kabar kita? masih saling mencintai? atau mulai jadi pelupa?
Matakuna hari ini, rasanya banyak sekali tumbuh dibandingkan dengan 2017. ketika pertama kali, pada siang bolong, MATAKU meNAngis dalam senyap yang begitu hening sembari gersang. kalau hari ini, Matakuna sudah memiliki hati yang jauuuh lebih benderang, bentang, tenang, riang.
aku bisa menyapa kamu dan mereka secara lebih rendah hati dan kalem-tentrem;
"Hai, Temans. Salam kenal, aku Matakuna. Di sini adalah semestaku. #semestamatakuna. semacam sebuah bejana kecil yang dalam, tak berbatas, menakjubkan. ada banyak kekalahan, kegagalan, pembelajaran, perlawanan, keberanian, syukur, harapan, dan resep magis lain untuk membumbui hari-hari supaya lebih sedap".
selamat jumpa untuk kita!
tabik.
instagram
#sufi poetry#positive mental attitude#saalik#self care#self growth#self healing#self help#self love#self portrait#self talk#poetry#semestamatakuna#Instagram
1 note
Ā·
View note