Tumgik
#Arswendy Bening Swara
ueberdemnebelmeer · 7 months
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
NANA / BEFORE, NOW & THEN 2022 | dir. Kamila Andini
129 notes · View notes
moviesandmania · 5 months
Text
POSSESSION: KERASUKAN Indonesian horror releasing on May 8 - trailer
Possession: Kerasukan is a 2024 horror film about Faris, who has just returned from his duty as a soldier. Instead of being warm, his return is greeted with a request for divorce by his wife, Ratna. Directed by Razka Robby Ertanto from a screenplay by Lele Laila based on Andrzej Zulawski’s film Possession (1981). Produced by Frederica. Executive produced by H.B. Naveen and Dallas Sinaga. The…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
movienized-com · 8 months
Text
Khanzab (2023)
Khanzab (2023) #AnggyUmbara #TikaBravani #YasaminJasem #ArswendyBeningSwara #Munggaran #FuadIdris Mehr auf:
Jahr: 2023 (September) Genre: Horror / Thriller Regie: Anggy Umbara Hauptrollen: Tika Bravani, Yasamin Jasem, Arswendy Bening Swara, Munggaran, Fuad Idris, Vonny Anggraini, Badriyah Afiff, Sheryl Drisanna Kuntadi, Sabian, Rizky Hanggono … Filmbeschreibung: Nachdem ihrem Vater in Banyuwangi ’98 der Kopf abgeschnitten wurde, war Rahayu so traumatisiert, dass es ihr schwerfiel, sich auf ihre…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
adistidaramutia · 1 year
Text
Review: Before, Now, and Then (Nana) (2022)
Film Before, Now, and Then (Nana) ini gambarnya baguuuuuus bangeeeeet! Film yang berlatar tahun 1960-an ini dibuka dengan adegan Nana (Happy Salma) sedang menggendong anak bayinya di hutan. Ia sedang bersembunyi di hutan bersama kakaknya. Mereka sedang dalam upaya kabur dari peperangan serta gerombolan penjahat. Nana yang terpisah dari suaminya merasa kalau suaminya kini telah tiada sejak ia…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
juliopison · 4 months
Text
Tumblr media
CINE Nana (2022) Título original: Nana Indonesia Dirección: Kamila Andini Idioma: Doblada al Español
Atención: Solo para ver en PC o Notebook Para ver el Film pulsa el Link: https://artecafejcp.wixsite.com/escenario-cafejcp/post/nana-2022
Reparto: Happy Salma, Laura Basuki, Arswendy Bening Swara, Ibnu Jamil, Rieke Diah Pitaloka, Chempa Puteri, Arawinda Kirana.
Género: Drama. Años 60
Sinopsis: Finales de la década de 1960. Nana no puede escapar de su pasado. Sumida en la pobreza tras haber perdido a su familia en la guerra de Java Occidental, se vuelve a casar y comienza una nueva vida. Pero el pasado sigue vivo en sus sueños. Su nuevo marido es rico, pero su papel de esposa en el hogar es de sumisión y él le es infiel. Nana sufre en silencio hasta el día en que conoce a una de las amantes de su marido y todo cambia. Ino es alguien en quien puede confiar, alguien que le ofrece consuelo y a quien puede contarle sus secretos, pasados y presentes.
Críticas: "Una exploración precisamente calibrada y emocionalmente sutil de una mujer que atraviesa una crisis de mediana edad en la Indonesia rural de los años 60, impactante en lo visual y en lo sonoro" -Leslie Felperin: The Hollywood Reporter
"Una película de autor cuidadosamente elaborada, del tipo que solíamos ver en muchos festivales, envuelta en melancolía poética y nunca menos que bella" -Stephanie Bunbury: Deadline
Premios: 2022: Festival de Berlín: Oso de Plata a la mejor interpretación de reparto (Basuki) 2022: Seminci de Valladolid: Mejor Película - Espiga de Oro
Café Mientras Tanto jcp
0 notes
sittiarayyasolana · 4 years
Text
Kemerdekaan Itu Menakutkan Tapi Kamu Tidak Mesti Menolak
Tumblr media
"Kemerdekaan ini yang kami rindukan. Kemerdekaan serentak, kemerdekaan bersama, bukan sendiri-sendiri seperti yang kamu berikan tadi!"
Perkutut tua itu berkoar keras-keras lalu berak di atas kepala juragan yang memenjarakannya selama bertahun-tahun. Sepotong tempe di tangan meluncur ke dalam wajan panas, bunyi minyak mendesis panjang seirama suara dua ratus tujuh puluh juta burung perkutut yang bebas dari sangkar, terbang lepas ke hampa udara.
Sandiwara sastra hasil kerjasama Kemendikbud dan Titimangsa Foundations episode ketiga berjudul Kemerdekaan, alihwahana dari cerpen milik Putu Wijaya itu kudengarkan dari podcast Budaya Kita saat sedang berjibaku dengan seikat kangkung segar dan ulekan sambel terasi beserta tetek bengek yang menyertainya😂. Mendengarkan pembacaan sebuah cerita dalam bentuk audio sebenarnya pernah sangat booming di masa kanak, dua puluh tahun lalu bahkan lebih jauh dari itu, hanya saja media dan kehadiran teknologi audio visual menggerusnya habis. Hingga akhirnya, masa pandemik memindahalihkan segala bentuk hiburan ke wadah social media yang penerapannya teramat canggih dan mudah diakses. Sebagai upaya jalan literasi sekaligus inovasi seni, sandiwara sastra hadir mengangkat sepuluh judul karya sastra dari penulis yang tak hanya ternama tapi kompeten dari Indonesia.
Dibuka dengar suara Iqbaal Ramadhan menirukan bunyi perkutut diikuti padu padan koor dua ratus tujuh puluh juta burung perkutut lainnya. Adinia Wirasti menarasikan hidup seorang juragan yang begitu berkuasa, ia hanya tinggal menikmati masa tuanya dengan bermain, mengobrol dengan hewan-hewan peliharaan yang telah ia kurung dalam sangkar selama bertahun lamanya. Hingga pada suatu hari, entah apa yang merasuki pikirannya sang juragan memutuskan melepaskan burung perkutut kesayangannya ke langit luas, memberi hadiah atas kesetiaan hewan peliharaannya itu : sebuah kemerdekaan!
Di sinilah permasalahan bermula, konflik yang tak terjadi antar tokoh manusia mana pun selain sang juragan dan seekor perkutut yang setia. Alih-alih bahagia bisa bebas terbang di angkasa, perkutut itu malah menolak, ia urung ke luar ketika pintu sangkarnya dibuka lebar oleh juragan.
"Loh, kamu kok malahan mundur? Takut? Kenapa takut? Itu kemerdekaan! kemerdekaan yang diimpikan oleh setiap orang, setiap makhluk di muka bumi. Sekarang aku serahkan ke padamu. Ayo, sini, sini! Itulah kemerdekaan, kemerdekaan yang diteriakkan oleh pemimpin di podium, diteriakkan oleh para mahasiswa dan demonstran sepanjang jalan, dipuja-puja bagai berhala oleh para penyanyi metal, disanjung oleh para penyair dan sekarang ada di depan hidungmu menantang kamu terbang. Ayo, tarik. Kamu kok malah gemetar seperti mau dieksekusi?"
Vocal berat Arswendy Bening Swara mengalun bersama ketukan musik pengiring, tak ubahnya seorang aktor sedang bermonolog di atas panggung.
"Tuan, tuan, tuaann. Maaf, maaafff! Saya bukannya tidak mensyukuri karunia Tuhan yang mulia itu, bukan tuan! Tapi, saya takuutt. Sebab kalau saya ke luar sekarang, dalam waktu tidak lebih dari tiga hari saya akan mati tuan. Bertahun-tahun saya hidup di dalam sangkar ini, setiap hari makan dan minum selalu tuan sediakan. Kalau saya dilepas sekarang saya tidak tahu cara mencari makan dan minum, saya akan mati tuan. Tolong jangan beri saya kemerdekaan! Di luar banyak kucing garong tuan, mereka akan menerkam saya apabila tahu saya bebas tanpa perlindungan, dalam waktu dua hari saya akan berada dalam perut kucing. Jangaaaannn!!! Kurkutukukukk kurkutukukukk, kurrkutukukukkk"
Jawaban perkutut itu membikin bulu kudukku meremang, kumatikan kompor, menghentikan segala aktifitas dapur lalu duduk tepekur. Ini bukan hanya tentang kebebasan burung-burung perkutut, ini tentang sesuatu yang lebih besar. Siapa sang juragan tamak nan kejam? Dua ratus tujuh puluh juta ekor perkutut yang dikekang selama sekian waktu lamanya? Cakrawala yang membentang luas? Kemerdekaan?
Putu Wijaya menggambarkan keadaan sebuah negara dalam kehidupan kecil juragan dan perkutut-perkututnya. Menariknya, banyak penulis yang membincang atau mengangkat kemerdekaan sebagai tema utama tapi ini sungguh berbeda. Taufik Ismail menulis puisi pahlawan (2017), Pramoedya Ananta Toer dengan Tetralogi Buruh (1980-1988) atau Revolusi Nasional karya Roestam Effendi (1947) kemerdekaan diperjuangkan oleh individu mau pun kelompok, oleh Indonesia. Namun pada cerpen yang dialihwahanakan dalam sandiwara sastra ini, kemerdekaan secara simplisit bukanlah hadiah yang bisa kita terima secara serta merta.
Sebuah perenungan unik muncul, kemerdekaan tak didapatkan dari sebuah pemberian, ia adalah sesuatu yang harus diraih dengan perjuangan.
1 note · View note
lofiebachtiar · 5 years
Text
Komen Film: Dua Garis Biru
Tulisan ini ditujukan untuk mereka-mereka yang mau boikot film ini hanya dengan menonton trailernya. BACA!
Setelah cukup lama tertunda sampai bahkan hype film ini sudah hilang, akhirnya gue bisa ngasih komen untuk film ini. Ga perlu peringatan spoiler, karena emang pasti udah pada nonton. 
Tumblr media
“FILM ZINA! MEMPROMOSIKAN ZINA DIKALANGAN REMAJA! BOIKOT!”
Itulah stereotype yang mengiringi kemunculan film dua garis biru ini, film ini mengangkat tema yang tidak biasa yaitu mengenai sex education. Suatu hal yang amat sangat tabu di negara kita tercinta ini. Bahkan sempat ada petisi online yang mengajak masyarakat untuk memboikot film ini. Apalagi di lini masa twitter pada ngeshare chat dan DM mereka dengan temannya yang mendukung untuk memboikot film ini. Gue pribadi cuma bisa bilang, INI ORANG INDONESIA EMANG PADA DASARNYA GOBLOK YA!
Mohon maaf pemirsa, kalau inget-inget perkara itu gue jadi muntab lagi. haha.
Oke mari kita masuk ke pembahasan film ini. Film ini membahas mengenai hubungan antara Dara (Zara JKT48) dengan Bima (Angga Yunanda) anak SMA yang menjalin kasih. Sayangnya, jalinan kasih itu kebablasan sehingga mengakibatkan Dara hamil di luar nikah. Inilah yang menjadi bahasan utama di film ini.
Menurut gue scene pembuka di film ini sangat cerdas, sedikit nostalgia untuk gue yang sudah lama meninggalkan bangku SMA. Jadi, di scene ini guru mereka lagi ngabsen nilai hasil ujian gitu, si Dara dapet nilai 100 sedangkan si Bima dapet nilai 40 dan diketawain temen-temen sekelasnya, tapi terus dibelain sama Dara yang bilang ga masalah dapet 40 yang penting jujur dan ga nyontek. See? unyu banget kan scene nya, ya lucu ya cheesy tapi justru menurut gue scene ini amat penting dan merupakan muqaddimah yang sempurna karena menggambarkan bagaimana jalan pikiran kedua tokoh utama kita dan bagaimana mereka mencari solusi dalam menghadapi permasalahan hidup mereka kedepannya.
Film ini bener-bener ngajak kita sebagai penonton untuk larut dalam cerita, karena pada dasarnya permasalahan seperti ini amat sangat relatable dengan hidup kita, film ini bahkan tidak menampilkan scene ciuman antara Dara dengan Bima. Ga ada sama sekali. So, f**k y’all people yang mau boikot film ini.
Ada satu adegan sakral yang ada di film ini yaitu “scene uks” dimana Dara dan Bima yang semula mau menyembunyikan soal kehamilan Dara akhirnya ketahuan oleh seisi sekolah dan juga orang tua mereka, scene ini diambil dengan teknik one take, kalau ga salah sama seperti one take nya film catatan akhir sekolah. Rumornya, mereka melakukan scene uks itu tanpa ada pengulangan, one take, one time langsung bungkus. Buat gue itu gila!
Scene uks ini menjadi salah satu scene paling mengaduk emosi, kita bakal relate dan bisa membayangkan kalau diri kita yang ada di posisi itu. Kita bisa bayangin gimana perasaan orang tua Dara, orang tua Bima, Bima dan Dara sendiri, bahkan kita bisa menempatkan diri kita sebagai pihak sekolah yang terpaksa mengeluarkan Dara dari sekolah. Pasangan Dwi Sasono - Lulu Tobing yang berperan sebagai orang tua Dara dan Arswendy Bening Swara - Cut Mini yang berperan sebagai orang tua Bima sangat piawai memainkan emosi di scene ini. Scene ini ditutup dengan sangat spektakuler dimana Cut Mini, ibu dari Bima yang dari awal scene tidak banyak berbicara dan hanya menangis tiba-tiba menampar Bima dengan sangat keras. Gue sampe “Anjir!”
Setelah scene uks yang sakral itu, Gina S Noer kembali mencekoki kita dengan scene yang tidak kalah keren, scene dimana Dara yang dilarang untuk pulang kerumah oleh orang tuanya, terpaksa harus menginap di rumah Bima. Perjalanan Dara ke rumah Bima ini bagus banget, tanpa dialog, tanpa banyak kata kita bakal merasakan betapa perbedaan “kasta” antara Dara dan Bima sangat terasa di scene ini. Perjalanan melewati jembatan, keluar masuk gang sempit, melewati pasangan suami-istri yang sedang bertengkar seolah memberikan pesan tersembunyi bagi Dara dan Bima bahwa kehidupan pernikahan tidak bisa hanya bermodalkan cinta! (eh maap jadi emosi..)
Sebenernya, film ini mengingatkan gue dengan film lawas berjudul Juno. Film Hollywood yang dibintangi oleh Ellen Page dan Michael Cera. Premis film ini hampir sama dengan Juno. Namun Juno yang karena memang film Amerika yang memiliki budaya berbeda dengan Indonesia, jatuhnya malah lebih ke film komedi dibanding membahas konsekuensi kehamilan si tokoh utamanya. Tapi yah buat yang udah nonton Juno pasti paham lah maksud gue. Buat yang belum nonton buruan dah nonton. Haha.
Balik lagi ke Dua Garis Biru,
Ending film ini pun tidak happy ending, dimana Dara dan Bima menjalani hidup bersama, bahagia, sehat sentosa. SAMA SEKALI TIDAK YA BAPAK-BAPAK IBU-IBU. Endingnya pun sangat miris, Dara harus diangkat rahimnya karena memang usia nya yang masih rentan untuk menjalani kehamilan. Sungguh film ini mengaduk emosi kita sebagai penonton. Sehingga pesan di film ini sangatlah jelas, tidak ada yang namanya happy ending dengan hamil diluar nikah. Jadi adek-adek jangan lakukan ya.
Mengutip kata-kata Koh Ernest, semua film indonesia itu bisa laris kalo relatable nya tinggi ke penonton. Begitu juga sebaliknya, film sebagus apapun kalo ga relate ke penonton nya bakal sulit untuk bisa bersaing. Nah film ini memiliki dua elemen itu sekaligus, film ini bagus dan relate ke penonton. Itulah yang membuat film ini sungguh sangat layak ditonton. Gue bahkan membayangkan bahwa ini adalah film yang wajib dipertontonkan oleh seluruh guru SMP-SMA yang ada di Indonesia untuk pendidikan seks yang lebih baik.
Hilangkanlah anggapan seks itu tabu, ga boleh dibicarakan atau didiskusikan. Itu anggapan kuno, justru karena stigma itu banyak anak-anak yang mencari sumber lain soal seks, yang justru malah salah kaprah. Justru pendidikan seks itu diberikan sejak awal. Jangan malulah ngomongin seks justru jelaskan dengan baik dan benar.
Jadi, tolong untuk yang kemaren mau boikot film ini tolong banget, OTAKNYA DIPAKE jangan dijadiin pajangan aja!
Secara keseluruhan gue kasih 9/10 untuk film ini. Nilai yang pas untuk film penting dalam perkembangan generasi muda. Tolong ditonton ya adek-adek.
- Jakarta, 9 Agustus 2019 -
3 notes · View notes
moviesandmania · 7 months
Text
SIKSA KUBUR Joko Anwar's newest Indonesian horror - trailer and release news
Siksa Kubur is a 2024 Indonesian horror film about punishment in the grave as a potential deterrent for sinful behaviour. The title translates as “Grave Torture” Written and directed by Joko Anwar (Satan’s Slaves 2: Communion; Impetigore; Gundala; Satan’s Slaves; The Forbidden Door). The Come and See Pictures-IFI Sinema-Komet Studios-Legacy Pictures-Rapi Films production stars Reza Rahadian,…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
gamezonemalang · 5 years
Photo
Tumblr media
Hallo Gamezoners! "Perempuan Tanah Jahanam" akan berkisah tentang Maya yang berusaha bertahan di kota tanpa keluarga. Hanya sahabat baiknya, Dini, yang bersama dirinya jatuh bangun mencoba memperbaiki hidup. Ketika Maya mendapatkan informasi bahwa dia mungkin memiliki harta warisan dari keluarganya yang kaya di sebuah desa, ia dan Dini langsung ke sana. Tanpa menyadari bahaya yang menanti. DETAIL FILM Genre : Horor, Thriller Rilis : 17 Oktober 2019 Sutradara : Joko Anwar Produser : Shanty Harmayn, Aoura L. Chandra, Tia Hasibuan, Ben Soebiakto Naskah : Joko Anwar Pemain : Tara Basro, Christine Hakim, Ario Bayu, Marissa Anita, Asmara Abigail, Kiki Narendra, Tengku Rifnu, Zidni Hakim, Faradina Mufti, Abdurahman Arif, Mian Tiara, Eka Nusa Pertiwi, Aghniny Haque, Arswendy Bening Swara, Ramadhan Al Rasyid, Ical Tanjung . . . Buat kamu yang berada di area UMM dan sekitarnya, Yuk mampir ke Rental Playstation & Internet Cafe di GAMEZONE Malang Jl. Raya Tlogomas No.29G Ruko Tlogomas Indah II Kav. 7 (Depan UMM Kampus 3) Kamu bisa pilih hiburan seru yang bisa mengusir badmoood-mu dengan fasilitas..... • Fiber Optic internet • Free WiFi • Samsung 40" LED • Sofa terbaik • Mesin terbaru, dengan stick original wireless • UPS backup untuk saving games jikalau ada problem PLN • Game update terbaru & bisa tambah games by request • Minuman & makanan murah. • Berbagai pilihan paket hemat mulai IDR 5K • Akumulasi main 10 jam GRATIS 1 jam • Extra bersih • Parkir luas & aman • Buka 24 jam Mau ngopi, nge-es, ngemil juga bisa :) Harganya? Tenang.......ramah di kantong kok ^_^ Jangan lupa mampir ya..... :) ----------------------------------- www.GAMEZONE.co.id SALES – SERVICE - RENTAL INTERNET CAFE & PLAYSTATION RENTAL Jl. MT Haryono 73, Ruko Dinoyo Indah Kavling 1 Malang 65145 (200m barat laut Unibraw) HP/SMS/Whatsapp: 0812 1640 0346 Branch : LANDUNGSARI Jl. Raya Tlogomas No.29G, Ruko Tlogomas Indah II Kav. 7 65144 (Depan UMM Kampus 3) HP/SMS/Whatsapp: 085645129363 Come, Play, and Feel the Difference #malang #infomalang #infomalangraya #infomalangku #infomalangnet #infomalangkota #Gamezone #sewapsmalang #ps3 https://www.instagram.com/p/B3IsTsVJK6_/?igshid=hztfz0oge3xp
0 notes
acehinside · 5 years
Text
Film Dua Garis Biru Tayang Perdana, Ini Jalan Ceritanya
Tumblr media
Film Dua Garis Biru, hari ini mulai tayang perdana di Bioskop Tanah Air. Film drama remaja edukasi hasil garapan sutradara sekaligus penulis Ginatri S. Noer. Film yang sempat menuai kotroversi ini bercerita tentang dua orang remaja Bima dan Dara yang menjalin kasih saat masih duduk di bangku SMA. Di usia 17 tahun, Bima dan Dara nekat melakukan hubungan di luar nikah. Hasilnya, Dara lawan main Bima pun hamil. Kemudian keduanya dihadapkan pada kehidupan yang belum terbayangkan oleh anak-anak seusia mereka. Ya, kehidupan berumah tangga sebagai orang tua.  Baca juga Perempuan dan Anak di Aceh Utara Dilarang Berkeliaran Aplikasi Edit Foto Terbaik 2019 di Android  Dalam film dua garis biru ini, Angga Aldi Yunanda berperan sebagai Bima dan Zara JKT48 atau Adhisty Zara sebagai Dara. Sedangkan ibu Dara diperankan oleh Lulu Tobing dan Dwi Sasono sebagai ayahnya Dara. Adik Dara, puput diperankan oleh Maisha Kanna.  Dalam film drama remaja ini, ibu Bima diperankan oleh Cut Mini Theo dan Arswendy Bening Swara sebagai ayahnya Bima. Dewi yang merupakan kakak Bima diperankan oleh Rachel Amanda, seorang aktris yang juga model serta penyanyi dan mantan aktris dan penyanyi cilik.  Ginatri selaku sutradara mengangkat cerita ini menjadi sebuah film berdasarkan kisah nyata yang pernah ia dengar. Kakaknya bercerita kepada ibunya tentang temannya yang masih berusia 15 tahun telah menghamili seseorang di luar nikah. Dan anak tersebut tidak diakui sebagai anak namun adiknya.
Tumblr media
Dalam film Dua Garis Biru, Ginatri S. Noer yang juga seorang creativepreneur ingin menyampaikan edukasi bertema s3x education kepada semua remaja melalui sebuah cerita film yang mudah dimengerti dan dipahami oleh banyak orang. Bagaimana, penasaran dengan jalan cerita? Simak trailernya Read the full article
0 notes
liputanviral-blog · 5 years
Text
Cinta Laura Tampil Tanpa Makeup di Film 'MatiAnak'
LiputanViral - Tahun ini Cinta Laura berkesempatan menjajal berperan di film horor untuk pertama kalinya. Berjudul ‘MatiAnak’, film berlatar waktu tahun 1990-an tersebut mengisahkan kehidupan di sebuah panti asuhan yang mulai dilanda kejadian-kejadian aneh setelah kedatangan seorang anak bernama Andi. Cinta berperan sebagai Ina, pengasuh di panti asuhan itu. Pada awal film, Ina dikisahkan sebagai perempuan yang polos, lugu, dan naif. Seiring bergulirnya cerita dalam film, karakternya berubah menjadi lebih berani dan tak lagi sama seperti di awal. Demi menghidupkan peran Ina, pengasuh panti asuhan yang berada di desa, Cinta mengaku tampil natural tanpa mengenakan riasan wajah. Rambutnya yang pirang pun dibuat tampak lebih cokelat.
Tumblr media
“Di film ini spesial banget karena aku sama sekali enggak pakai makeup. No foundation, no powder, benar-benar natural. Aku senang banget film ini benar-benar realistic banget karena tahun 1990-an, apa lagi di desa, enggak mungkin pakai contour, blush on, eyeshadow,” tuturnya ketika bertandang ke kumparan belum lama ini. Cinta Laura juga mengubah gaya berpakaian dalam upayanya menjelma sebagai Ina. Selain mengenakan high waist jeans, perempuan berusia 25 tahun tersebut harus membiasakan diri memakai sandal jepit. “Banyak pakai sandal jepit gitu. Aku enggak terbiasa,” ungkap Cinta diakhiri tawa.
Tumblr media
Ada sejumlah tantangan yang dihadapi Cinta dalam film yang disutradarai oleh Derby Romero ini. Salah satunya bahwa ia harus menghilangkan logat atau aksen yang menjadi ciri khas pemain film ‘Oh Baby’ itu. “Aku latihan banyak banget, setiap hari dua sampai empat jam selama tiga minggu. Cuma, kalau bahasa sehari-hari, sih, gampang, ya. Kalau aku benar-benar konsentrasi, bisa,” ucapnya. Di samping itu, tantangan lainnya yang dirasakan Cinta Laura ialah ketika harus mengubah pola tidurnya sembari tetap menjaga stamina selama syuting. “Aku kan morning person, ya. Aku sukanya bangun pagi, tidur cepat. Jadi, kalau harus syuting malam, susah. Soalnya, habis pukul 20.00, otak aku sudah off. So, that was hard, tapi untungnya enggak terlalu banyak hari-hari di mana kami syuting sampai malam,” ujarnya diselingi tawa.
Tumblr media
Mengakhiri perbincangan, Cinta berkisah mengenai salah satu pengalaman tak terlupakannya selama syuting film ‘MatiAnak’. “Rambut aku, kan, agak blonde, ya. Ada scene darah-darah. My hair was kinda pink for a couple days karena darah bohongannya kelamaan di rambut aku. Untungnya, banyak scene aku di film ini diikat rambutnya, jadi enggak kelihatan bagian yang pink,” tandas Cinta. 'MatiAnak' dapat disaksikan di bioskop mulai hari ini, Kamis (28/3). Selain Cinta Laura, film tersebut juga dibintangi oleh Irsyadillah, Jovarel Callum, Basmallah Gralind, Fatih Unru, Yayu Unru, Gesata Stella, Elsa Diandra, Juliant Rafael, hingga Arswendi Bening Swara. Read the full article
0 notes
liputanviral-blog · 6 years
Text
LiputanViral - Aktris Cinta Laura Kiehl memulai debutnya bermain film horror lewat ‘MatiAnak’. Film ‘MatiAnak’ juga menjadi debut Derby Romero sebagai sutradara. Bekerja sama dengan mantan aktor cilik itu, meninggalkan kesan yang baik bagi Cinta Laura. “Kerja bareng dia (Derby Romero) sangat luar biasa. Orangnya keren, baik banget, dan dia juga masih muda. Dia open minded dan asyik banget kerja sama dengan Derby, karena dia nge-respect opini pemain-pemain,” kata Cinta Laura ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (25/3).
Tumblr media
Dalam film garapan Derby Romero ini, Cinta berperan sebagai Ina. Seorang perempuan yang tinggal di panti asuhan dengan kondisi yang memprihatinkan. Film yang mengambil latar waktu tahun 1990-an itu berkisah tentang kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi di panti asuhan yang Ina tempati. Tidak hanya itu, Ina juga mengurus anak-anak yang tinggal di sana. Sampai suatu hari, datanglah Andi (Jovarel Callum) satu-satunya korban selamat kasus pembunuhan misterius. Sejak kedatangan Andi, banyak kejadian misterius yang terjadi.   View this post on Instagram   A post shared by Cinta Laura Kiehl (@claurakiehl) on Feb 19, 2019 at 2:11am PST Menurut perempuan kelahiran 17 Agustus 1993 ini, jika pemain memiliki ide dan dirasa cocok dengan film, maka ide tersebut akan dimasukkan dalam film. Seperti ide yang dikemukakan oleh Cinta untuk akhir film ‘MatiAnak’ itu. “Aku senang banget adalah ending film ini. Itu sebenarnya enggak ada di script-nya. Karena kita bikin ending-nya itu on the spot, waktu lagi syuting. Tiba-tiba aku punya ide, aku cerita ke Derby,” cerita Cinta Laura. “Dia (Derby) langsung bilang,'Ya itu ide yang bagus, kita kerjain kayak gitu'. Akhirnya, karena dia baik dan percaya sama aku, kita ganti ending filmnya. Dan aku rasa, ending filmnya lebih kuat dan lebih bikin orang penasaran,” tandasnya. Selain Cinta Laura, film ‘MatiAnak’ ini turut diperankan oleh Irsyadillah, Jovarel Callum, Basmallah Gralind, Fatih Unru, Yayu Unru, Gesata Stella, Elsa Diandra, Juliant Rafael, dan Arswendi Bening Swara. Film ini mulai tayang di bioskop Tanah Air pada 28 Maret mendatang. Read the full article
0 notes