Tumgik
#Intervensi
hargo-news · 10 months
Text
Intervensi Stunting dengan Bantuan Paket Makanan Bergizi
Intervensi Stunting dengan Bantuan Paket Makanan Bergizi #PemkabGorontalo #IntervensiStunting #Bantuan #MakananBergizi #PLTBupati #MerlanUloli
Hargo.co.id, GORONTALO – Penanganan kasus stunting di Kabupaten Bone Bolango benar-benar mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Tidak hanya melalui edukasi tentang pencegahan stunting, pemerintahan yang saat ini dinakhodai Merlan S. Uloli itu, juga melaksanakan berbagai intervensi program lainnya. Salah satu diantaranya adalah membagikan bantuan paket makanan penuh gizi kepada anak yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 8 months
Text
Puluhan Mahasiswa Cilegon Alami Tindakan Represif Saat Demonstrasi di PT LCI
CILEGON – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gema Al-Khairiyah mengalami tindakan represif berupa pemukulan saat menggelar aksi demonstrasi di PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), Rabu (7/2/2024). Diketahui, aksi demonstrasi tersebut digelar sebagai respon atas terjadinya banjir di Kecamatan Grogol yang disebabkan salah satunya oleh proyek pembangunan di kawasan PT LCI yang merusak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gizantara · 4 months
Text
Learn, Unlearn, Relearn
Waktu itu baca kutipan dari instagramnya (at)esslythe, katanya:
"Yang namanya pertumbuhan itu nggak peduli dengan perasaan. Fokusnya emang supaya kita bertumbuh."
Tumblr media
Nah dari kutipan itu aku kembangin jadi begini:
“Yang namanya pertumbuhan itu nggak peduli sama perasaan. Buktinya, untuk menghasilkan buah yang manis, pohon nggak perlu menuntut air hujan dulu supaya manis rasanya. Fokusnya memang supaya kita bertumbuh. Dan bukan untuk menjadi diri sendiri melainkan menjadi yang seharusnya: pribadi yang Dia inginkan.”
Terus doa yang diulang belakangan ini akhirnya bukan semoga orang lain sadar melainkan semoga aku yang sadar, barangkali ada bagian-bagian yang aku melakukan kekeliruan di dalamnya.
Ternyata emang lebih menenangkan fokus pada pertumbuhan diri daripada mempertanyakan pertumbuhan orang lain. Karena hidup kan sebenarnya perlombaan dengan diri kita yang hari sebelumnya. Setiap harinya kita akan meninjau sudah sejauh mana ∆ improvement yang kita hasilkan. Sudah seefisien apa sumber daya dan waktu teralokasikan. ∆ improvement-nya sudah sepadan belum dengan apa yang udah dikeluarkan? Kalau belum, evaluasinya apa? Intervensi apa yang sekiranya efektif (berpengaruh)?
Tentu selama masih diberi nafas, akan selalu ada input yang diproses sehingga menghasilkan output tertentu. Selain pada hal yang diinput, output juga akan bergantung pada sistem operasi internal dalam diri kita. Makanya yang terpenting bukan air hujannya manis apa enggak, tapi proses fotosintesisnya udah bener belum? Mataharinya terhalangi nggak? Klorofilnya memadai nggak? (Di samping air, CO2, dan zat haranya memadai atau nggak sebagai input).
Dalam hidup, "proses fotosintesis" ini akan analog dengan "cara memandang, cara berpikir, cara bersikap". Kita ingat, dalam reaksi terang, energi cahaya digunakan untuk memecah molekul air menjadi oksigen, proton, dan elektron. Sementara itu, cara kita memandang bisa saja justru "membelakangi" atau menutupi arah cahaya datang, sehingga input-input yang masuk lewat pendengaran dan penglihatan tidak dapat dipecah/dipilah berdasarkan relevansi/prioritas. Kalau dari cara memandangnya udah nggak bener, pengolahannya juga bakalan nggak terorganisir, dan pengambilan sikapnya bakal kontraproduktif.
Makanya yang bikin buah manis itu adalah proses fotosintesisnya serta proses pengangkutan glukosa oleh jaringan floem. Analog dengan hidup kita bahwa yang bikin hidup kita manis itu bukan dari kita mendengar dan melihat hal yang menyenangkan, melainkan dari kita memproses sesuatu dan mengambil sikap berdasarkan informasi yang diolah tersebut.
Kemudian hal itu jadi alasanku selalu bilang ke orang yang seneng sama tulisanku, "yang indah bukan tulisanku, tapi cara kamu membaca". Soalnya ya, bagus atau enggaknya tulisan mah relatif, tergantung kondisi dan relevansi yang baca. Tapi kan kalau orang udah punya cara pandang yang bagus, apapun tanda-tanda kekuasaan Allah di hadapannya akan dia proses dengan cara yang indah dan menghasilkan output yang indah juga.
Terus gimana soal perasaan? Aku setuju bahwa tumbuh dewasa adalah membiasakan diri berhadapan dengan rasa sakit di waktu yang tepat dan menghindar pula di waktu yang tepat. Dan tiap-tiap orang bisa tersakiti di tempat-tempat yang berbeda dalam hatinya. Pertumbuhan memang nggak peduli perasaan. Tapi dalam prosesnya kita diuntungkan karena memperoleh kebijaksanaan dalam meregulasi perasaan. Kita jadi bisa nggak over reacting terhadap sesuatu, tapi juga nggak sampai nirempati. Soalnya maa khalaqta haadza bathilaa, kan? Nggak ada yang Allah ciptakan sia-sia, termasuk emosi.
Jadi sebenarnya kita disuruh mikir, bagaimana berperasaan pun dapat menjadi ladang kita bertumbuh menjadi pribadi yang Allah mau. Dan kita masih manusia. Selogis-logisnya orang juga Allah pasti kasih jatah di ujian emosional (emosi itu banyak macemnya yak: marah, suka, kecewa, takut, iri, cinta, benci, dll.). Seperasa-perasanya orang juga pasti Allah uji di ranah pemikiran/hal yang butuh logika.
Kita makhluk yang dinamis. Sebagai makhluk pembelajar, kita akan senantiasa mengalami pertukaran value. Nilai-nilai kehidupan yang relevan di satu masa, mungkin tak lagi berlaku di masa selanjutnya. Jadi dalam proses learn, unlearn, dan relearn ini semoga kita selalu punya kesiapan untuk ditunjukkan Allah saat kita salah (unlearn), bagaimanapun jalannya. Bahkan jika itu harus melalui kejadian yang kita nggak suka, atau melalui orang yang kita nggak dekat dengannya. Serta semoga kita diberikan kekuatan untuk memperbarui nilai-nilai yang kita anut menurut kacamata Ilahi (relearn).
Mudah-mudahan kita senantiasa diberkahi kerendahan dan kemurnian hati dalam proses learn, unlearn, dan relearn.
— Giza, tadinya tulisan ini direncanakan cuma bakal 3 paragraf kenapa jadi manjang gini yak wkwk
80 notes · View notes
chillinaris · 30 days
Text
JOKOWI ALUMNUS PALING MEMALUKAN UGM
Tumblr media Tumblr media
“Mendesak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk segera menghentikan pembahasan RUU Pilkada dalam Sidang Paripurna,” kata BEM UGM.
BEM UGM juga meminta Presiden Joko Widodo menghentikan segala macam cara intervensi terhadap lembaga legislatif, yudikatif, serta partai politik. Tuntutan lain yakni menghilangkan praktik nepotisme dalam seluruh tingkat dan lembaga pemerintahan. Mahasiswa UGM juga menuntut Presiden Joko Widodo diadili atas pengkhianatan terhadap semangat reformasi dan demokrasi yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
“Joko Widodo sebagai alumnus paling memalukan UGM telah melanggar jati diri UGM. Maka dari itu, kami segenap anggota BEM KM UGM akan terus berdiri tegak di garis depan perjuangan,” kata BEM UGM.
*) Source: Tempo
2 notes · View notes
selamat-linting · 1 month
Text
yes reading insta comments will rot me brain but orang jawa sok progresif yang nyalahin harga tinggi kalimantan gara² prabowo itu goblok banget anjir. dari zaman baheula apa² sdh lebih mahal daripada jawa. tau kenapa? ya gegara pembangunan dari zaman orde baru yang jawa sentris! dari dulu pulau-pulau macam papua dan kalimantan itu cuma tempat pengerukan tambang dan produksi minyak sawit. sampai sekarang orang-orang yang ada di jawa masih dapat manfaat dari sistem pembangunan timpang warisan zaman orde baru. bukan berarti prabowo itu juru penyelamat, dia justru jadi anjing penjaga oligarki sebelum jadi presiden. sama dengan jokowi dan semua presiden sebelum mereka. tapi sumpah deh orang orang muka kontol ini kira politik itu muncul dari tahun 2016. yah, liberal memang gitu. nggak ngeliat orang sebagai manusia begitu pilihan presidennya beda, padahal yang dia pilih juga menginjak kepalanya. justru kita investigasi dong, kenapa 58% orang kalimantan mendukung figur yang jadi tersangka kerusuhan 98 dan kerjasama dengan golongan sumbu pendek? apa mungkin karena represi aparat, antikomunisme dan revisionisme sejarah yang dilakukan pemerintah itu justru menghalangi orang-orang umum untuk jadi kritis dan malah menggantungkan nasibnya dengan presiden yg mau kasih ini itu gratis? apa mungkin karena siapapun yg jadi menteri atau presiden tetap aja banyak rakyat direpresi dan sistem pendidikan masih jelek? apa mungkin karena kurangnya pemisahan agama dengan negara menciptakan rakyat yang penuh tahayul dan gampang dirayu dengan nama tuhan? apa mungkin solusi dari masalah-masalah ini ada di penghancuran institusi negara yang ada dan penuntasan revolusi yang terhendat akibat intervensi negara imperialis dan kapitalis birokrat? tanyakan pada rumput yang bergoyang!
3 notes · View notes
menujusenja · 1 year
Text
Warisan Hikmah : Berdiri di Atas Kaki Sendiri
"Jika batang dan akar sudah cukup kokoh, maka dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai." - Pramoedya Ananta Toer
Nak, masa kecilmu hidup dengan kondisi berkecukupan, bahkan sedikit lebih dari itu. Syukur alhamdullilah ayah dan mama diberikan rezeki materi yang baik oleh Allah Subhanahu Aa Ta'ala, sehingga segala kebutuhanmu dapat dipenuhi. Belum lagi kondisi kakek-nenekmu yang juga dimampukan oleh Allah sehingga bisa turut membantu menyenangkanmu dengan segala mainan dan makanan kesukaanmu, walaupun harganya tidak murah.
Kondisi serba menyenangkan, nyaman dan terjamin dalam waktu yang panjang akan membuat manusia terlena kemudian lengah. Kelengahan serta keterlenaan yang bertubi-tubi menciptakan diri ini menjadi manusia lemah, tak tahan banting dan rentan mengeluh. Nak, sesuatu yang harus kamu sadari adalah hidup akan selalu kejam kepada mereka yang tidak siap dihempaskan. Dunia seringkali berputar keras tanpa ampun dan menggilas kita habis-habisan di saat yang bersamaan.
Adapun banyak pendapat yang ayah dengarkan bahwasanya generasi hari ini tumbuh dengan kepribadian ringkih. Mereka lekas menyerah dan mundur ditempa keadaan sulit. Salah satu penyebabnya adalah karena orang tua dan lingkungan terlalu berlemah lembut, terlampau permisif untuk beberapa hal tindakan anak yang pengecut maupun penakut. Disrupsi kemajuan teknologi informasi serta bioteknologi merenggut keberanian kita untuk mendorong anak-anak mencapai kemampuan dirinya yang paling hakiki, yaitu usaha untuk beradaptasi dan bertahan hidup, dengan cara apapun dengan cara bagaimanapun.
Maka, tidak ada pilihan selain bergerak maju melawan ketakutan dan keputusasaan. Sejak kecil, ayah selalu mengusahakan kamu untuk membiarkan kamu sendirian berada di situasi sulit dan frustasi pada koridor yang tepat. Ayah ingin kamu belajar mengatur serta memanajemen diri menjadi seseorang yang berusaha sampai titik darah penghabisan dalam meraih cita-citanya dengan cara-caramu sendiri. Melawan setiap ketakutan demi ketakutan ataupun rasa cemas seorang diri.
Ayah ingat sekali saat pertama kali mengunjungi playground, kamu sangat ingin bermain perosotan. Namun, karena tempatnya tinggi kamu terlihat ketakutan dan tidak yakin bisa menaiki tangga untuk menuju ke atas. Namun, ayah tidak akan membiarkanmu mundur sebelum mencoba. Awalnya, ayah menemani dan menggandeng sampai kamu bisa berada di atas perosotan. Bahkan, pada beberapa kesempatan, ayah ikut bermain perosotan bersamamu. Ini untuk membangun keberanian serta rasa percaya dirimu bahwa semua akan baik-baik saja. Lama-kelamaan ayah membiarkanmu bermain sendiri, mengawasimu dari dekat saja. Beberapa kali kamu masih merengek minta ditemani, tetapi ayah bergeming memintamu mencoba agar berani bermain sendiri sembari terus memberi semangat dan keberanian.
Akhirnya, latihan demi latihan yang penuh drama tangisan serta jatuh-bangun kini membuatmu bisa bermain perosotan sendirian. Bahkan, kamu berani menaiki perosotan yang lebih tinggi dengan tingkat kesulitan di level berbeda. Mungkin hingga hari ini kamu akan selalu takut dan meminta ditemani bermain perosotan jikalau saat itu ayah memilih tidak tega membiarkan keberanianmu tumbuh perlahan-lahan. Semua itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan peran ayah adalah menyediakan ruang untukmu terus bertumbuh. Ayah harus melawan rasa cemas, khawatir dan takut di dalam diri untuk membiarkanmu belajar menghadapi masalahmu sendiri.
Ini hanyalah satu contoh kecil yang menjelaskan mengapa kamu nanti akan ayah biarkan tumbuh dewasa dengan segala kesulitan. Mungkin terkadang ayah akan melakukan intervensi, secara bertahap membantumu dengan kadar seperlunya. Namun, jangan harap ayah untuk membantumu dengan cuma-cuma dan terus-menerus.
Apakah ayah jahat karena tega melihatmu menangis, berkeluh kesah, jatuh dan kesakitan? Mungkin kamu akan menilai hari ini ayah sangat kejam. Namun, percayalah ayah tidak ada niat sedikitpun menyusahkanmu. Suatu hari nanti kamu akan tahu mengapa ayah melakukannya. Sebab, suatu saat ayah akan pergi dan tidak kembali. Sebab, ayah tidak akan selalu berada di dekatmu dan membantumu setiap waktu. Kelak ada masa di mana kamu akan berjalan sendirian, seorang diri tanpa ada siapapun yang mengenal bahkan menolongmu.
Ayah justru sangat jahat apabila terus-menerus mengambil alih kesempatanmu untuk tumbuh dewasa dengan selalu ikut campur menyelesaikan masalahmu. Suatu saat kamu akan bertanggungjawab atas seluruh pilihan hidupmu sendiri dengan segala konsekuensinya. Maka dari itu, kewajiban ayah adalah melatihmu sedini mungkin untuk terbiasa bergelut dan menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang hidup berikan atas dirimu sendiri.
Satu lagi, jikalau nanti kamu terbiasa menghadapi kesulitan seorang diri, dirimu akan lebih menghargai setiap proses yang ada. Kamu akan lebih bijaksana memandang segala sesuatu karena hidup memang tidak pernah mudah. Kemampuan bersimpati dan berempati terhadap situasi serta kondisi orang lain akan terus terpupuk seiring kesusahan demi kesusahan yang kamu lewati.
Percayalah nak, orang di luar sana yang nihil moral, bersikap semena-mena dan seenaknya sendiri muncul karena mereka tidak pernah atau jarang sekali menyelesaikan masalah atas dirinya sendiri. Mereka kerap dibantu, dipermudah dan dimanja oleh lingkungannya. Jalan mereka mulus sekali, hampir tiada onak dan duri yang merintangi. Setiap ada kesulitan mereka merengek untuk ditolong dan dipermudah urusannya. Ayah tidak ingin kamu tumbuh dewasa menjadi manusia yang seperti itu.
Namamu adalah Andhira, seorang perempuan yang tangguh. Nama itu adalah manifestasi doa ayah yang mewujud ke dalam dirimu. Jadilah kuat, berdirilah di atas kakimu sendiri. Kelak ketika ayah pergi untuk selamanya, pastikan dirimu tetap bisa hidup dan menghidupi.
"Seorang pelaut yang handal tidak diciptakan dari arus lautan yang tenang"
Surakarta, 29 Mei 2023
@menujusenja
21 notes · View notes
uttihati · 1 month
Text
Akhirnya Mengerti
Waktu itu, aku tak mengerti apa yang dimaksud dengan mencintai seperti bernafas. Apa mungkin cinta sesederhana itu? Apa bisa kita melakukannya seolah-olah itu adalah hal otomatis dan sewajarnya?
Lalu bisa.
Tanpa tendensi, tanpa intervensi. Memang bisa dilakukan seperti bernafas. Bahkan kau tidak peduli apakah nafasmu sedang tersengal atau melambat, yang kau tahu kau bernafas. Yang kau tahu kau mencinta.
Waktu itu, aku tak mampu membayangkan apakah bisa melepaskan rasa dengan penuh keikhlasan. Salah satu orang baik, dengan kenangan baik, diakhiri dengan baik, tanpa tahu bahwa semuanya baik-baik. Aku tidak membayangkan bagaimana jika suatu hari harus kutemui wanitanya. Apa yang akan terjadi pada diriku? Apakah aku dapat menghapusnya seperti cerita yang tidak pernah tertulis?
Lalu bisa.
Aku bertemu, melihat, menyapa, berbicara. Aku tahu kedudukan dia, dan aku tahu kedudukanku. Senyumku terkembang saat akhirnya memahami mengapa Tuhan tidak berikan dia untukku. Aku tahu, aku akhirnya tahu mengapa dia tidak untukku... Karena aku dipersiapkan untuk yang lain...
Lalu dadaku lapang, senyumku terkembang. Aku tahu, ini yang disebut melepas dengan ikhlas.
Semua yang kupertanyakan, Tuhan punya jawaban. Semua yang kuragukan, Tuhan mampu buktikan.
Lalu bahagia...
2 notes · View notes
wser · 6 months
Text
Where have you been, myself?
Hari ini, tepat 25 tahun yang lalu, mama melahirkanku ke dunia yang fana ini. Hari ini anaknya sedang melipir di sebuah musholla stasiun, sambil menunggu waktu datang ke tempat kerjanya yang baru. Sebuah tempat yang tidak pernah dibayangkan akan menjadi tempatnya bekerja suatu hari nanti, ya lapas perempuan di daerah Pondok Bambu, Jakarta Timur. Aku pernah bercita-cita untuk bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak, tapi tidak pernah menyangka jalannya melalui warga binaan. Beberapa waktu terakhir, karena banyaknya waktu luang, aku banyak merenung. Kalaulah aku tidak memiliki peran sama sekali di dunia ini, apakah aku akan merasa berharga? Apakah aku menilai diriku dari kegiatan yang aku kerjakan? Atau sebenarnya ada peran yang selalu melekat, tidak peduli apapun kegiatanmu, yaitu menjadi hamba Tuhan. Dari kajian Yaqeen Institute, satu hal yang paling ku highlight adalah dunia ini tidak akan "make sense" sampai kita percaya adanya hari Akhir. Karena untuk apa lah semua ini, semua kelelahan ini, jika bukan hanya ditujukan untuk-Nya? So, where have you been myself? Ramadhan beberapa waktu terakhir, terutama 5 tahun terakhir terasa terlewat begitu saja, terlebih setelah mbah meninggal. 2020, dengan dinamika mamah yang sakit hingga kesulitan berjalan waktu itu. 2021, dengan mamah yang juga sakit hingga dirawat di rumah sakit. 2022, dengan dinamika semester 2 perkuliahan, pembekalan psikodiagnostik. 2023, dengan dinamika penanganan kasus juga kelas-kelas intervensi. Rasanya aku begitu larut dengan segala hubungan interpersonal yang kumiliki, sampai abai dengan hubunganku dengan penciptaku sendiri. Untuk apa semua ini jika semuanya tidak bermuara pada-Nya? Semoga apapun yang sedang diusahakan menemui takdir terbaik-Nya, apapun peran yang sedang diemban tidak mengukur keberhargaan diri yang sejatinya sudah ada dari peran sebagai Hamba Tuhan~ Wallahu'alam. Semoga pertemuan hari ini Allah lancarkan dan berkahi...
4 notes · View notes
ayukarima · 1 year
Text
Beberapa hari ini aku merasa ada pesan pembelajaran yang berulang, yang kiranya perlu diikat dengan tulisan.
Saat aku menyambungkan satu pesan dengan pesan lain, pada intinya pembelajaran ini menyampaikan bahwa 'eh ojo kesusu', pelan-pelan..
Step by step!
"Belum juga intervensi, belum implementasi, tapi mosok ujug-ujug evaluasi." Ini nampar banget!
Syukurnya, riuh gaduh di kepala ini mulai mereda.
🦋Pembelajaran yang kuambil: belajar untuk menyederhanakan isi kepala, ndak perlu semuanya dipikir sekarang, ndak perlu apa-apa dilakukan saat ini juga.
🦋Pembelajaran yang kedua hasil runtutan dari masalah yang pertama: belajar pelan-pelan untuk tidak mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, pelan-pelan berhenti mencemaskan apa yang seharusnya tidak perlu dicemaskan.
21 notes · View notes
hargo-news · 1 year
Text
Bareng Pemkab dan Pemkot, Pemprov akan Intervensi 5.132 Anak Tengkes di Gorontalo
Bareng Pemkab dan Pemkot, Pemprov akan Intervensi 5.132 Anak Tengkes di Gorontalo #PemprovGorontalo #Pemkab #Pemkot #Intervensi #AnakTengkes
Hargo.co.id, GORONTALO – Sebanyak 5.132 anak tengkes akan diintervensi oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo bersama kabupaten kota. Hal itu ditegaskan Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya saat menghadiri kegiatan di Hotel Grand Q, Kota Gorontalo, Kamis (14/9/2023). Kegiatan yang juga dibukanya itu adalah Training Strategic Leadership dan STLO sekaligus persiapan intervensi non material…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kantorberita · 2 months
Text
Rembuk Stunting di Desa Harapan Makmur: Perbulan Juli sebanyak 7 Balita Stunting 9 Gizi Kurang
Rembuk Stunting di Desa Harapan Makmur: Perbulan Juli sebanyak 7 Balita Stunting 9 Gizi Kurang KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU TENGAH|| Desa Harapan Makmur di Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah, mengadakan acara rembuk stunting pada Senin (5/8/24) di Aula Desa Harapan Makmur. Acara ini dihadiri oleh Camat Pondok Kubang, Kepala Puskesmas Bentiring, Kepala Desa, perangkat desa, tenaga…
0 notes
aqyasdini · 2 months
Text
Tentang Tesisku: Kesepian pada Anak-anak dan Remaja
Tumblr media
Dua orang mengirimiku tulisan ini yang dikutip dari sini.
Pertama, aku merasa senang karena mereka mengingatku setelah membaca ini. Kemungkinan besar karena aku sedang meneliti tentang kesepian pada remaja sebagai topik penelitian tesisku.
Kedua, aku merasa bersemangat kembali untuk mengulik tentang kesepian ini, apalagi melihat bahwa orang lain juga cukup relate dengan pengalaman kesepian di masa kecil. Besar kemungkinan bahwa pengalaman tersebut juga berlanjut di masa remaja, kan? Bahkan, beberapa orang juga berkomentar bahwa kesepian tersebut tidak lantas "menghilang" di masa dewasa, melainkan sesuai dengan apa yang tertulis di gambar di atas : they often settle for emotional loneliness in their relationships because it feels normal to them.
Aku menjadi bersemangat karena permasalahan yang sedang aku soroti berarti merupakan sesuatu masalah yang nyata, setidaknya dilihat dari respon orang-orang yang ada di kolom komentar. Meskipun belum menjadi fenomena yang sudah lebih banyak dibahas, seperti halnya kecemasan ataupun depresi, kesepian juga menjadi sesuatu yang layak untuk didiskusikan secara terbuka.
Aku menjadi bersemangat karena aku merasa penelitianku akan dapat menyumbangkan sesuatu yang bermakna bagi orang lain. Aku merasa dapat memberikan manfaat melalui penelitianku. Perasaan yang setelah aku refleksikan lebih dalam bersinggungan erat dengan belief yang kumiliki, yaitu aku harus melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga, berbicara lebih lanjut tentang kesepian, teori menyebutkan bahwa kesepian bisa dikategorikan menjadi kesepian secara sosial dan emosional. Jika kesepian sosial lebih berhubungan dengan kuantitas interaksi sosial atau jumlah teman/relasi yang dimiliki, kesepian emosional lebih berhubungan dengan kualitas interaksi sosial atau kebermaknaan suatu hubungan yang dimiliki individu.
Membaca tulisan tentang kesepian emosional di atas, aku jadi bertanya-tanya, apa yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami kesepian secara emosional? Apakah intervensi yang akan aku berikan di penelitianku juga dapat membantu mereka secara emosional?
Sejauh ini, melalui penelitianku, rencananya aku akan mengajarkan cara coping yang adaptif secara emosional, seperti relaksasi dan imagery. Selain itu, format terapi yang akan dilaksanakan secara berkelompok ini diharapkan dapat memberikan sense of belonging untuk mereka yang merasa emotionally lonely. Aku juga berharap proses dalam kelompok dapat membuat mereka merasakan hubungan positif dengan teman sebayanya. Hopefully.
2 notes · View notes
gizantara · 28 days
Text
Dakwah di Parlemen Publik
Dalam buku Urgensi Harakah Islamiyah karangan Dr. Yusuf Qardhawi diceritakan, salah seorang dai pernah ditanya,
"Bagaimana caranya pemerintahan Islam terbentuk?"
Sang dai menjawab: "Ini dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara : Apakah iman berpindah ke dalam hati orang-orang yang memerintah atau pemerintahan beralih ka tangan orang yang beriman.
Sekiranya iman mudah berpindah ke dalam hati orang-orang yang memerintah atau mereka yang ada di parlemen, niscaya jalan ke arah menegakkan pemerintahan Islam terjadi pendek dan dekat. Ketika itu tidak perlu lagi perjuangan. Tetapi ternyata harapan dan cita-cita itu tidak lebih dari suatu mimpi yang indah belaka, yang tidak berjejak di bumi nyata."
Kenyataan membuktikan, niat awal partai-partai Islam untuk berdakwah di parlemen, untuk membentuk masyarakat madani melalui parlemen kini melenceng 180 derajat. Nama baik dari partai-partai islam menjadi cemar, menyelewengkan amanat umat.
Kalau kita berkaca pada sejarah, Rasulullah tidak pernah lagi aktif dalam parlemen Darun Nadwah sesudah kenabiannya. Beliau memilih mendirikan "parlemen Islam sendiri" meskipun dalam scoup kecil, yaitu Darul Arqam. Di majelis itulah pengejawantahan ajaran Islam dapat dilakukan secara independen dan mandiri, terbebas dari intervensi kaum Islamphobi atau kuffar. Parlemen diibaratkan suatu gelas yang menampung macam-macam: susu, kopi dll.
Kalau umat Islam ingin mengisi gelas itu dengan susu murni, maka jalannya adalah hanya dengan cara membersihkan isi gelas tersebut baru diisi susu, atau mengisi susu murni tersebut ke gelas lain meskipun gelasnya mungkin masih kecil-kecilan.
Rasulullah juga tidak menunggu Islam menjadi mayoritas untuk membentuk daulah Islam, karena memang golongan yang konsis bukanlah golongan yang mayoritas, mereka adalah golongan minoritas.
Al Qur'an menyatakan "Berapa banyak golongan minoritas mengalahkan golongan mayoritas dengan izin Allah."
Wacana dari Al Qur'an tersebut tentunya bukanlah wacana dalam kerangka demokrasi semajlis dengan nonmuslim di bawah ideologi sekuler/kafir, namun merupakan wacana furqan dan hijrah. Harus ada bara'ah antara kaum muslimin dan musyrikin (QS:9/1). Jadi ada titik kulminasi dari realisasi metode pentahapan dakwah di mana umat Islam harus menetapkan garis (furqon), bara'ah dengan non Islam sesudah dakwah damai mengalami benturan.
"Iman berpindah ke hati orang-orang yang memerintah," terdengar mudah. Tapi terlalu utopis dan sejarah tidak menghendaki demikian. "Pemerintahan beralih ke tangan orang-orang beriman," terdengar seperti visi yang mustahil. Namun hanya orang-orang yang diberi cahaya yang dapat melihat visi itu.
"Insyaallah, masa depan yang gemilang itu, kejayaan yang pernah hilang di tangan kita, akan dapat kita kembalikan lagi. Dan saya berharap Indonesia akan menjadi pemimpin kebangkitan ini."
— Dr. Yusuf Qardhawi
8 notes · View notes
hanamaulida · 2 years
Text
Dalam rangka meminimalisir sambat, memperbanyak syukur, dan senantiasa berlatih mengambil hikmah dari segala situasi... Maka saya mau me-list hal2 apa saja yang saya syukuri tentang tempat kerja saya sekarang.
Psst ini khusus warga tumblr aja ya yang tahu, hehe. Di sosial media lain saya kurang nyaman untuk share. Mungkin karena saya belum siap menerima komentar, nasihat, kritikan, atau bahkan pujian (dari orang yang dikenal). Hmm lebih ke nggak ada energi untuk memikirkan tanggapan orang sih, hehe.
So... things i love about my job are..
1. Kantor dekat dengan rumah.
Cukup 15 menit udah nyampe kantor (bahkan kalau strike dapat lampu ijo 3 kali berturut2 mungkin bisa 10 menit aja!). Kurang lebih 3 kilo meter. Alhasil hampir setiap siang saya bisa antar jemput si Aa sekolah, lalu nengokin si Dede di rumah sambil istirahat makan siang.
2. Lingkungan kerja didominasi perempuan.
Ini dia poin yang amat sangat saya syukuri. Masyaa Allah. Awal2 memutuskan mau daftar cpns, saya cari tahu tentang fiqih perempuan bekerja. Salah satunya adalah upayakan (bahkan dilarang) untuk berikhtilat (bercampur baur dengan lawan jenis).
Such a huge privilege, isnt it?
Dari sekian banyak kantor pemerintahan/dinas2, saya rasa hanya di kantor saya inilah yang pegawainya kebanyakan perempuan.
3. Bidang kerja sesuai passion.
Saat tahap pendaftaran di akun sscasn, saya mengambil formasi penyuluh pembinaan kesejahteraan keluarga. Dimana, ternyata yang saya baru tahu, asalnya adalah dari BKKBN. Hmm sejujurnya saya nggak terlalu pro dengan ide "dua anak cukup" sih, tapi saya masih tertarik karena ada keyword "kesejahteraan keluarga" disana. Apalagi formasi yang dibuka untuk gelar S.Kesos juga nggak banyak. Waktu itu hanya 2 formasi yang buka di wilayah tempat saya tinggal.
Setelah tiba saatnya masuk kantor, saya dengan 4 orang cpns lainnya di-plot tugas2nya sesuai dengan kebutuhan kantor. Which is ternyata semuanya berbeda dengan judul formasi yang kami daftar.
Qadarullah wa alhamdulillah.. saya ditempatkan di bidang Perlindungan Anak. Sementara teman saya yang satu formasi ditempatkan di bidang KB (ngurusin KB implan, suntik dll). Masyaa Allah.....huhu Allah Maha Baik *nggak bisa banyak berkata2*
4. Punya temen2 yang bisa diajak gerak tanpa "agenda" atau kepentingan APAPUN selain tulus untuk bermanfaat bagi masyarakat: Forum Anak.
Forum Anak adalah sebuah lembaga yang dibentuk dan dibina secara resmi oleh pemerintah dalam rangka memfasilitasi anak agar dapat menyampaikan aspirasi dan membuat inisiatif dalam pemenuhan hak anak.
Nah, di tempat saya kerja (atau mungkin di daerah2 lainnya) Forum Anak ini ibarat ada dan tiada. Ada ketika dibutuhkan "dokumentasi kegiatannya", tidak ada karena kesehariannya tidak dibina dan disupport baik secara finansial maupun moril.
Awalnya saya cukup kesal dengan kondisi ini. Tapi pelan2 saya memilih berdamai, dan melihat ini sebagai peluang. Justru karena mereka 'diabaikan' maka saya bisa ambil bagian untuk mendampingi mereka secara BEBAS. Tanpa ada intervensi dari pihak manapun. Bagi saya, ini adalah sebuah kemewahan ditengah kultur pemerintahan yang harus "siap pak" ketika diperintah atasan. Heheee..
Kesibukan saya mendampingi Forum Anak juga menghapus rasa bersalah saya ketika gabut di kantor, sementara saya meninggalkan anak2 saya di rumah. Karena saya menggunakan waktu kosong (ketika tidak ada pekerjaan di kantor yg mostly administratif) untuk merumuskan cara bagaimana membuat forum anak bergerak secara organik. Saya berusaha memotivasi mereka dan mengatakan bahwa nggak perlu bergantung pada siapapun untuk berbuat baik dan membuat perubahan. And yes, I really enjoy this process...
Anyway minggu depan kami akan melakukan kegiatan offline perdana kami tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak. Mohon doanya semoga rencana kami lancar, barokah, dan bermanfaat bagi semua yang terlibat :')
***
Wah nggak terasa udah menulis sebanyak ini.. Masyaa Allah. Takjub sendiri karena seringkali merasa kalau nulis itu susahh, harus dapet moodnya, harus perfect timingnya. Padahal nggak sesulit itu ya :')
Emang kalau lagi hinggap keinginan untuk nulis, jangan ditunda2 lagi. Dengan kata lain, berbuat baik janganlah ditunda2.
***
Buat temen2 yang lagi struggle bertahan di pekerjaan yang sekarang dijalani, semoga tulisan ini membuka perspektif baru. Paling nggak, temen2 perlu mengidentifikasi hal baik yang ada.
Dan "bertahan" dengan cara dan perasaan yang lebih baik :)
34 notes · View notes
herricahyadi · 2 years
Note
Bang, baru dapet kabar kalau Kegiatan Mentoring Resmi dibawah Mata Kuliah Agama Islam di ITB akhirnya dilarang Bu Rektor dengan berbagai alasan yang dibuat2.
Lucu sih alasannya, doi pake salah satu feedback peserta kuliah yang bilang "Mentoring Memberatkan" padahal ada begitu banyak data lain yang bilang dapet hal baik dari Mentoring.
Ironi ya klo udah masuk ranah Politik Identitas di Kampus, bahkan sekelas Orang ITB gak lagi berguna Ilmu statistika tentang data pencilan, modus, dll yang susah payah dipelajari dan diajarkan ke Mahasiswanya tidak berguna, wkwkwk
Hmm, ini terjadi di banyak kampus dan serempak. Begitu sistematis dan terarah. Mencurigakan? Tentu, karena mereka memang tahu bahwa di kampus-kampus yang sudah terdapat mentoring nuansa keislamannya kuat. Ini tentu menghasilkan output mahasiswa yang tersibghah dengan karakter keislaman. Jika didiamkan, tentu mereka khawatir jika Indonesia terlalu Islami.
Lembaga keagamaan mereka kucilkan; kegiatan keislaman mereka batasi; masjid-masjid kampus mereka intervensi (diganti paksa dengan kelompok yang dekat dengan ormas tertentu); dan ya, pembatasan kegiatan kemahasiswaan.
Coba saja perhatikan pola ini seragam di hampir banyak kampus.
24 notes · View notes
Text
Mengenali Metode RCT Double Blind
RCT adalah metode yang digunakan untuk penelitian eksperimental guna dapat memperoleh pembuktian kausal atau causation, apabila hendak dibuktikan apakah suatu intervensi tertentu dapat menghasilkan atau menyebabkan outcome tertentu, maka diperlukan desain penelitian RCT. Selengkapnya ada pada : https://gamastatistika.com/2022/05/25/mengenali-metode-rct-double-blind/
2 notes · View notes