Tumgik
#KH. M. Hasyim Asy’ari
Text
Maulid Nabi Meniru Syiah?
Maulid Nabi Meniru Syiah?
tebuireng.co – Maulid Nabi Meniru Syiah? Pertanyaan ini akan dijawab dalam tulisan ringkas dan padat ini. Para ulama ahli hadis menegaskan bahwa sosok yang pertama kali mengamalkan Maulid Nabi Muhammad adalah Penguasa Irbil, Malik Muzaffar. Tentang Raja tersebut diberi penilaian oleh Dzahabi: وكان متواضعا، خيرا، سنيا، يحب الفقهاء والمحدثين، وربما أعطى الشعراء، وما نقل أنه انهزم في حرب، وقد ذكر…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
suarajembernews · 4 years
Text
14 Februari adalah Peringatan Kelahiran Hadratussyekh
14 Februari adalah Peringatan Kelahiran Hadratussyekh
SUARAJEMBER.COM, Nasional – Setiap tanggal 14 Februari, warga NU atau Nahdliyin mendapatkan kado istimewa. Karena pada momentum tersebut, tepatnya di tahun 1871 telah lahir bayi yang memberikan warna baru bagi perjalanan bangsa Indonesia. Kala itu bertepatan dengan Selasa Kliwon, 24 Dzul Qa’dah 1287 H. Bayi dimaksud adalah Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari. Benar, putra ketiga dari 11 bersaudara…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mocha71mi08dja11 · 5 years
Text
KH Abu Amar
Sejarah Akan Terus Jadi Inspirasi Jumat, 10 Juli 2015 Mengenal Sosok Ulama Agung Dari Purbalingga Yang Mukim Di Makkah Salah satu ulama Banyumas yang menjadi guru para ulama di Mekkah adalah Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom Al Banyumasi Al Makki. Dari tangan beliau Thariqah Syadziliyah, berkembang sampai ke Indonesia Bentang alam wilayah Banyumas berupa dataran tinggi dan pegunungan serta lembah-lembah dengan bentangan sungai-sungai yang menjamin kelangsungan pertanian dengan irigasi tradisional. kondisi yang demikian membenarkan kenyataan kesuburan wilayah ini (gemah ripah loh jinawi). Karisedenan Banyumas terdiri dari 4 Kabupaten yakni Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara. Dulunya, kawasan ini adalah tempat penyingkiran para pengikut Pangeran Diponegoro setelah perlawanan mereka dipatahkan oleh Kompeni Belanda. Maka tidak aneh, bila hingga masa kini masih terdapat banyak sekali keluarga-keluarga yang memiliki silsilah hingga Pangeran Diponegoro dan para tokoh pengikutnya. Keluarga-keluarga keturunan Pangeran Diponegoro dan tokoh-tokohnya yang telah menyingkir dari pusat kerajaan Matararam waktu itu, kemudian menurunkan para pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh ulama hingga saat ini. Tak terkecuali Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi, salah satu ulama Banyumas adalah Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom Al Banyumasi lama berkiprah di Masjidil Harom. Beliau lahir di sekitar Banyumas pada 1800 M. Putra pasangan KH Hardja Muhammad dan Nyai Salamah merupakan generasi ketiga imam Masjid Darussalam (Masjid Kauman Purbalingga). Dari pasangan ini lahir Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom dan KH Abu ‘Ammar, dua Ulama terkemuka dari Purbalingga Jawa Tengah. Masa kecil Nahrowi sebagaimana anak seorang Kiai, masa kecil dan remaja Nahrowi dilewatinya dengan belajar al-Qur’an dan ilmu agama kepada KH Harja Muhammad yang juga dikenal Imam Masjid Darussalam Purbalingga, sebelum meninggalkan tanah airnya. Sebagaimana para Ulama Jawa, kakak beradik ini, Nahrowi Mukhtarom dan Abu ‘Amar kemudian belajar ke Mekkah yang pada waktu menjadi pusat Ilmu pengetahuan Islam. Apalagi pada saat itu ada puncak geger Perang Diponegoro (1825-1830 M) yang membuat banyak sekali santri dan kalangan terpelajar dari tanah Jawa pergi ke luar negeri terutama sekali Mekkah untuk mempelajari agama dan menghabiskan waktu di sana sampai suasana tanah air tenang, baru mereka pulang. Mekkah saat itu memang menjadi pusat peradaban ilmu dengan guru-guru ulama yang sangat mumpuni seperti Syekh Muhammad al-Maqri a-Mishri al-Makki, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasballah, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, mufti madzab Syafi’iyah di Makkah, Syaikh Ahmad An-Nahrawi al-Mishri al-Makki, Sayyid Muhammad Shalih al-Zawawi al-Makki, salah seorang guru di Masjid Nabawi dll. Syaikh Nahrowi tidak kembali ke Nusantara, memilih berkarier di Makkah, di tempat dia menimba ilmu dan menjadi guru yang ulung. Berbeda dengan Syekh Achmad Nahrowi Mukhtarom, sang Kakak, Abu ‘Ammar pulang ke tanah air dan menjadi Imam Masjid Agung Purbalingga, Jawa Tengah. KH Abu Ammar begitu pulang dari Mekkah langsung menghidupkan dan memakmurkan Masjid Agung Purbalingga. Masjid Agung Purbalingga, merupakan peninggalan Mbah Abu ‘Amar dan keluarganya. Sebab, tanah wakaf itu atas nama KH Hardja Muhammad yang tidak lain adalah ayah Mbah Abu ‘Amar. KH Abu Ammar juga dikenal dengan kelapangan dan luwes dalam bergaul. Hal itu dibuktikan dengan kedekatan Mbah Abu ‘Amar dengan tokoh lintas organisasi, seperti KH Hasyim Asy’ari (NU) dan Kiai Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) pernah datang dan berdiskusi di Masjid Kauman semasa Mbah Abu ‘Amar. Bahkan Syaikh Syurkati, pendiri Al Irsyad Al Islamiyah dari Mekkah dikabarkan juga pernah bertandang. KH Abu ‘Amar, adalah kakak dari Syekh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi. KH Abu ‘Amar ini adalah seorang intelektual muslim yang sangat disegani tidak saja pada regional Banyumas akan tetapi juga nasional. Kancah KH Abu ‘Ammar di tingkat nasional bisa ditelusur ketika berteman akrab dengan seorang hakim Belanda yang sangat terkenal yaitu Prof. Terrhar. Diskusi yang intens KH ‘Abu ‘Amar ini dengan Terrhar ini kemudian memunculkan perlunya sebuah peradilan bagi kaum inderland tersendiri yang terpisah dengan landrat yang ada ketika itu. Peradilan ini hanya diberlakukan buat kaum inderlands yang berhubungan dengan hukum-hukum perdata (Begerlijc Wetbook). Sektor yang diurus oleh peradilan ini meliputi pernikahan, perceraian, hukum waris. Peradilan ini kemudian dikenal dengan Pengadilan Agama, yang peradilan agama ini telah berkembang sekarang sampai keseluruh persada nusantara. Dalam sejarah peradilan di Indonesia, pengadilan agama ini sekarang telah menjadi salah satu dari empat peradilan di Indonesia. Dan sekarang pengadilan Agama telah sama kedudukannya dengan pengadilan umum serta dibawah satu atap Mahkamah Agung. Bahkan kewenangan Pengadilan Agama kini telah meluas tidak saja hal-hal yang berkenaan denngan hukum Perdata tapi juga menerima sengketa pidana yang bersifat syariah. Kembali kepada sang adik Abu ‘Ammar, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi rupa-rupanya tidak mau pulang ke tanah Jawa. Bahkan oleh Pemerintah Saudi Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom diangkat menjadi guru mengajar santri dari berbagai Negara. Banyak mempunyai murid dan bahkan menjadi hakim agung di Arab Saudi (lihat; Islam transformasi; Azyumardi Azra; Gramedia; 1997). Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya, sebelum ada pengesahan dari Syaikh Ahmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi. Jadi bisa dipastikan waktu Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi ini bisa dikatakan habis untuk mengkoreksi dan mentahshih ratusan kitab karya ulama-ulama Nusantara pada waktu itu terkenal sangat produktif menulis karya tulis seperti Syaikh Mahfudz Al Tremasi, Syaikh Soleh Darat, Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Cholil Al Bangkalani, Syaikh Junaid Al Batawi dll. Diibaratkan Syaikh Nahrowi adalah editor handal dari kitab-kitab klasik ulama-ulama Nusantara pada masa itu. Sebagaimana ulama Banyumas yang terkenal jujur, rendah hati dan tidak mau menonjolkan ilmu, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom disebut banyak ulama justru melahirkan kitab-kitab berjalan, yang tiada lain murid-muridnya yang kebanyakan belajar ilmu thariqah kepadanya. Selain mengasas kitab, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom juga menjadi Mursyid Thariqah Syadziliyah. Thariqah Syadziliyah muncul secara Besar-besaran di tanah Jawa baru di abad 19, ketika para santri Jawa yang sebelumnya berbondong-bondong belajar di Makkah dan Madinah pulang ke tanah air. Generasi awal adalah K.H. Idris, pendiri Pesantren Jamsaren, Solo, yang mendapatkan ijazah kemursyidannya dari Syaikh Muhammad Shalih, seorang mufti Madzhab Hanafi di Makkah. Sementara guru-guru mursyid Syadziliyyah Jawa yang lain belajar pada generasi sesudah Syaikh Shalih, yakni Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom, ulama Haramain asal Purbalingga Banyumas, Jawa Tengah, yang seangkatan –atau lebih tinggi– dengan Kyai Idris Jamsaren saat berguru kepada Syaikh Muhammad Shalih. Ulama-ulama Jawa yang berguru thariqah Syadziliyyah kepada Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi antara lain : K.H. Muhammad Dalhar Watucongol, Muntilan, dan Kyai Siroj, Payaman, Magelang; K.H. Achmad Ngadirejo, Klaten; Kyai Abdullah bin Abdul Muthalib, Kaliwungu, Kendal; dan Syaikh Abdul Malik, Kedungparuk Mersi, Purwokerto, Banyumas. Dari Mbah Dalhar, ijazah kemursyidan itu turun kepada putranya K.H. Achmad Abdul Haqq (Mbah Mad Watucongol), Abuya Dimyathi (Cidahu, Pandeglang) dan Kyai Iskandar (Salatiga). Thariqah Syadziliyyah adalah thariqah yang didirikan oleh Syaikh Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadzili Al Hasany, ulama kelahiran Ghamarah, sebuah kampung di wilayah al-Maghrib al-Aqsha yang sekarang dikenal dengan Maroko, pada tahun 593 H (1197 M), dan wafat di Humaitsara, Mesir pada tahun 656 H (1258M). Beliau adalah seorang sufi pengembara yang mengajarkan bersungguh-sungguh dalam berdzikir dan berfikir di setiap waktu, tempat dan keadaan untuk mencapai fana’ (ketiadaan diri di hadapan Allah). Beliau juga mengajarkan pada muridnya untuk bersikap zuhud pada dunia dan iqbal (perasaan hadir di hadapan Allah). Beliau juga mewasiatkan agar para muridnya membaca kitab Ihya’ Ulumuddin dan kitab Qutul Qulub. Syaikh Syadzili menjelaskan pada muridnya bahwa thariqahnya berdiri di atas lima perkara yang pokok, yaitu: Taqwa pada Allah Swt dalam keadaan rahasia maupun terbuka, Mengikuti sunnah Nabi dalam perkataan maupun perbuatan, Berpaling dari makhluk (tidak menumpukan harapan) ketika berada di depan atau di belakang mereka, Ridlo terhadap Allah Swt dalam (pemberianNya) sedikit maupun banyak, Kembali kepada Allah Swt dalam keadaan senang maupun duka. Di samping itu beliau juga mengajak mereka untuk mengiringi thariqahnya dengan dzikir-dzikir dan do’a– do’a sebagaimana termuat dalam kitab-kitabnya, seperti Al-Ikhwah, Hizb Al-barr, Hizb Al-Bahr, Hizb Al Kabir, Hizb Al-Lathif, Hizb Al Anwar dan sebagainya. Thariqah Syadziliyah ini berkembang dan tersebar di Mesir, Sudan, Libia, Tunisia, Al-Jazair, Negeri utara Afrika, Syiria dan juga Indonesia. Dan belakangan thariqah ini kian digemari di Indonesia karena amalan wiridnya yang ringan, mudah dan tidak memakan banyak waktu, sangat cocok u ntuk kalangan pegawai atau karyawan yang jam kerjanya padat. Dan –untuk di Pulau Jawa saat ini—tentu karena ketokohan para mursyidnya, khususnya Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya yang saat ini menjabat sebagai tokoh sentral dalam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, organisasi para pengamal thariqah mu’tabarah yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama. Syaikh Nahrawi Mukhtarom Al Makki Al Banyumasi wafat pada tahun 1926 M, pada usia 125 tahun dan di makamkan di Mekkah. Namun kiprah dakwahnya di tanah air tidak pernah terputus. Dakwah Islamiyah itu juga terus bersambung dilanjutkan oleh keluarganya yang ada di Purbalingga hingga kini. Salah satu putra terpilih Mbah Abu ‘Amar adalah KH Muhammad ‘Isyom. Dia merupakan putera Mbah Abu ‘Amar dengan Ny Murtafingah binti KH Hasan Mu’min, Penghulu Banjarnegara. Almarhum KH Muhammad ‘Isyom dikenal fasih bahasa Inggris dan Arab. Sosok cerdas yang wafat 1976 tersebut, pernah menjadi juru bicara ulama-ulama Indonesia saat melakukan kunjungan ke beberapa negara di dunia. Pada saat KH ‘Isyom menjadi imam masjid jami’ Darussalam Purbalingga , mulailah dibangun lembaga pendidikan Al Ushriyyah di bawah naungan Yayasan KH Abu ‘Amar. Ini merupakan salah satu usaha untuk melestarikan perjuangan Mbah Abu ‘Amar. MTs Al Ushriyyah Purbalingga saat ini membuka pendidikan formal Madrasah Tsanawiyyah (MTs). Berdiri pada 1949, lembaga pendidikan yang berada di sisi utara bagian belakang masjid Darussalam Purbalingga-Jawa Tengah masih bertahan sampai sekarang. Itulah sedikit sejarah Ulama Agung Dari Purbalingga yang Menjadi Ulama dan Mursyid di Makkah al-Mukarromah. Semoga bermanfaat. Wiyonggo seto di 13.00 Berbagi 4 komentar: Anwar Hadja2 Januari 2016 18.19 Informasi yg luar biasa, memperluas wawasan sejarah lokal Banyumas-Purbolingga dan Sejarah perkembangan Islam Lembah Serayu Banyumas.Salam selalu.(Anwar Hadja ) Balas wiyonggo seto3 Januari 2016 06.50 آمين آمين آمين يارب العالمين Semoga Membantu Balas Balasan Anistya8 April 2019 06.15 Kak kalo mau tau lebih jauh tentang KH Abu Ammar kita bisa nyari informasinya dimana ya ? Balas Mazlum Syahid25 Januari 2018 14.57 https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk Web: almawaddah.info Salam Kepada: Redaksi, rektor dan para akademik Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah. info Selamat hari raya, maaf zahir dan batin. Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan Balas ‹ › Beranda Lihat versi web Menapak Jejak Mengenal Watak Wiyonggo seto Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.
1 note · View note
carilahmas · 3 years
Text
KH Hasyim Asy'ari, Berita Nahdlatoel Oelama 1938: Kisah Paham Anti Arabon 17/01/2022 at 5:26 am
KH Hasyim Asy’ari, Berita Nahdlatoel Oelama 1938: Kisah Paham Anti Arabon 17/01/2022 at 5:26 am
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lukman Hakiem, Peminat Sejarah, Mantan Staf M Natsr, dan Ahli Wapres Hamzah Haz dan Mantan Anggota DPR RI Di majalah Berita Nahdlatoel Oelama 28 Syawal 1356/1 Januari 1938, halaman…REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lukman Hakiem, Peminat Sejarah, Mantan Staf M Natsr, dan Ahli Wapres Hamzah Haz dan Mantan Anggota DPR RI Di majalah Berita Nahdlatoel Oelama 28 Syawal 1356/1 Januari 1938,…
View On WordPress
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
GNPF-Ulama: Kurang Tepat Jika Seolah-olah Indonesia Didirikan Oleh Para Soekarnois Dan PDIP
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Tidak tepat jika ada yang menganggap Republik Indonesia seolah-olah didirikan hanya oleh Soekarnoisme atau milik sebuah partai politik saja. Begitu yang disampaikan Ketua GNPF-Ulama, Yusuf Martak, yang membenarkan pernyataan Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha, soal Indonesia bukan milik Soekarnoisme atau PDI Perjuangan saja. Menurut Yusuf, Indonesia adalah sebuah negara besar yang saat itu hidup dalam cengkraman penjajahan bahkan hingga ratusan tahun. Di saat rakyat bangkit, dia melihat saat itulah para ulama, para kyai dan santri-santri memotivasi rakyat mengobarkan semangat perjuangan untuk saling bahu membahu bersama partai-partai Islam saat itu menggelorakan perjuangan melawan penjajah. "Yang puncaknya di bacakan pakta Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno di Gedung Proklamasi Nomor 56 Pegangsaan, Jakarta, di rumah kediaman paman saya atau adik ayah saya. Apakah saat itu sudah ada yang namanya huruf P, D dan I ? Pasti lahir pun belum," ujar Yusuf kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (23/8). PDIP pun, kata Yusuf, baru lahir dan memiliki slogan partai wong cilik pada tahun 1999 . Kekinian, saat masuk sebagai kelompok partai paling berkuasa justru partai yang dikomandoi Megawati Soekarnoputri ini memiliki kader-kader terbaik yang harus terjerat kasus korupsi. "Yang terakhir dan masih segar dalam ingatan, pengembat duit negara seperti Emir Moeis, hampir ditangkapnya Sekjend Hasto Kristiyanto di PTIK, tapi lolos karena ada kekuatan besar yang melindungi, kaburnya Harun Masiku hingga hari ini sudah sunyi senyap tanpa ada keseriusan pihak aparat memburunya, masih banyak lagi kader-kader lainnya," bebernya. Yusuf pun menyinggung sikap yang dilakukan Megawati saat menjadi Presiden RI kelima, di mana ia menjual Indosat yang merupakan salah satu perusahaan jaringan seluler plat merah. "Selain itu, diloloskannya perampok-perampok BLBI dengan surat keputusan bayar alias pengampunan, ini juga tidak lepas salah satunya perampok yang bernama Syamsul Nursalim, saat itu terbang dari Singapura ke Australia untuk bertemu secara khusus dengan almarhum petinggi PDI alias orang dalam sesuai rekaman video yang beredar," tuturnya. Yusuf pun kemudian mempertanyakan jasa dan peran PDIP terhadap negara, bangsa maupun kepada jasa-jasa Bapak Pendiri Bangsa. Karena dalam pandangannya, PDIP malah terkesan selalu mendompleng nama besar Bung Karno dengan mengikutsertakan foto founding father ini dalam setiap simbol-simbol partai. "Pendapat saya PDIP tanpa nama dan foto Bung Karno belum tentu bisa besar seperti sekarang," katanya. Selain itu, Yusuf juga menyinggung soal sejumlah kader utama PDIP yang berani terang-terangan menyatakan bangga jadi anak PKI dan sudah masuk parlemen, "Belum lagi usahanya menggolkan RUU HIP, belum lagi agendanya akan merubah hari lahirnya Pancasila bukan tanggal 17 Agustus 1945," sambungnya. Yusuf pun selanjutnya bercerita bahwa jauh sebelum berdirinya PNI oleh Soekarno pada 4 Juli 1927, organisasi modern pertama di Indonesia tersebut didirikan oleh elit pendatang dari Hadrami. Organisasi yang awal mula didirikan tahun 1901 M, anggotanya saat itu yang terdiri dari orang-orang pergerakan, baik dari kalangan ulama maupun dari kalangan cendikiawan seperti misalnya Haji Omar Said (HOS) Tjokroaminoto (Salah satu pendiri Sarekat Islam), Husein Jayadiningrat, Ahmad Dahlan dan KH. Agus Salim, dan lain-lain. "Mereka membaca majalah-majalah dan surat-surat kabar yang membangkitkan semangat kebangsaan dan kemerdekaan pada rakyat Indonesia. Di ikuti dengan berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya," ucap Yusuf. "Pendirian Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari peran Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah, membangun gerakan dakwah pendidikan dikalangan masyarakat tradisionalis," tambahnya. Kemudian sambung Yusuf, lahirlah Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang merupakan partai politik nasionalis di Indonesia yang didirikan pada 1927, lebih muda satu tahun dari NU. PNI didirikan oleh Presiden Soekarno sebelum kemerdekaan. "Jadi kurang tepat jika seolah-olah Indonesia didirikan oleh para Soekarnois dan PDIP yang konon merupakan representasi dari PNI. Jika menarik kebelakang sebelum bangkitnya perjuangan lewat organisasi berskala nasional para Sultan dan Para Ulama Nusantara sudah terlebih dahulu tampil dalam kancah perjuangan melawan belanda," pungkas Yusuf. Dalam video yang viral di media sosial, Gus Baha menyampaikan penjelasan tentang adanya orang-orang yang pro dengan Megawati mendewakan Soekarno. "Orang yang pro Megawati itu begitu mendewa-dewakan Soekarno seakan-akan Indonesia tuh dimulai dari Bung Karno, sampai ada hal Soekarnoisme," kata Gus Baha dalam video yang beredar. Gus Baha membenarkan bahwa Soekarno merupakan deklarator kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi kata Gus Baha, umat Islam atau partai-partai Islam tidak kecil hati karena embrio yang bernama Indonesia ada pada 1908, sebelum adanya partai nasionalis yang berani melawan kolonialisme Belanda. Bahkan kata Gus Baha, pertama kali yang mencetus ide melawa Belanda adalah Kyai Islam, yaitu dengan membuat serikat dagang Islam yang berubah menjadi serikat Islam dan menjadi partai Islam. "Ya kita gak mungkin gak hormati Soekarno, beliau sebagai pahlawan besar kita hormati, tapi kebesaran Pak Karno demi bangsa Indonesia jangan kemudian direduksi, disederhanakan hanya melewati partai. Itu kan namanya pengkerdilan. Tentu Pak Karno bikin negara ini ya untuk semua bangsa, bukan untuk PDIP saja, bukan untuk partai-partai marnaisme saja, juga bukan partai-partai yang berpaham Soekarnoisme saja," pungkas Gus Baha. (RMOL)
from Konten Islam https://ift.tt/38c5jWt via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/gnpf-ulama-kurang-tepat-jika-seolah.html
0 notes
haazihil · 4 years
Text
Kabar Gembira, Pahala bagi Para Pecinta Nabi Muhammad SAW
Kabar Gembira, Pahala bagi Para Pecinta Nabi Muhammad SAW
Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Anas bin Malik ra. telah menceritakan bahwa, ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW lalu berkata: مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَة ، وَلَهُ و قَالَ: أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ” Kapankah datangnya hari kiamat, wahai Rasulullah?”. Sabda…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Ustaz Yazir Sebut Kiai Hasyim Anti Maulid
Ustaz Yazir Sebut Kiai Hasyim Anti Maulid
tebuireng.co – Ustaz Yazir Hasan mengatakan jika pendiri Pesantren Tebuireng KH M Hasyim Asy’ari mengingkari (anti) perayaan maulid Nabi Muhammad Saw. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam khutbah Jum’at di Masjid Ustman bin Affan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur. “Ada sebuah kebenaran yang disembunyikan selama ini, apa kebenaran tersebut? Yaitu KH M Hasyim Asy’ari, pendiri NU, sekaligus…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
suarajembernews · 4 years
Text
Refleksi Harlah; Arti Terminologi NU menurut Mbah Hasyim Asy'ari
Refleksi Harlah; Arti Terminologi NU menurut Mbah Hasyim Asy’ari
SUARAJEMBER.COM, Artikel – Meski sudah beberapa tahun berdiri, masih ada saja usulan dari sebagian kiai untuk mengubah nama Nahdlatul Ulama (NU). Alasannya, kata nahdlah itu identik dengan tujuan duniawi: mencari kedudukan dan harta. Alasan itu kemudian dikaitkan dengan penggalan bait Alfiyah Ibn Malik: كمبتغي جاه ومالا من نهض Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari. (Foto: NU Online) Menyikapi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
menowo78 · 4 years
Photo
Tumblr media
KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa kitab “Sirâjut Thâlibîn” adalah salah satu kitab tasawuf terbaik yang ditulis pada zamannya. KH Hasyim Asy’ari juga mengisyaratkan Syekh Ihsan Jampes sebagai sosok “maestro keilmuan Islam dari Nusantara yang keilmuannya ibarat samudera tiada tepian”. Sirajut Thalibin, Syarah Kiai Ihsan Jampes atas Kitab Tasawuf Imam al-Ghazali Ini adalah kitab “Sirâjut Thâlibîn” karangan seorang ulama besar Nusantara asal Jampes, Kediri (Jawa Timur), Syekh Ihsân ibn Dahlân al-Jamfasî al-Kadîrî al-Jâwî (dikenal dengan nama Syekh Ihsan Jampes, w. 1952 M), yang merupakan komentar dan penjelasan (syarh) atas kitab tasawuf “Minhâjul ‘Âbidîn” karangan Hujjah al-Islâm al-Imâm al-Ghazzâlî (w. 1111 M). Kitab “Sirâjut Thâlibîn” ditulis dalam bahasa Arab. Hingga saat sekarang, kitab ini adalah satu-satunya kitab syarh atas teks “Minhâjul ‘Âbidîn” yang paling populer dan berdar luas di seluruh penujuru dunia Islam. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kitab karangan Kiai Jampes ini dicetak oleh banyak penerbit di Timur Tengah, sekaligus dipelajari dan dijadikan rujukan otoritatif dalam kajian bidang tasawuf di banyak institusi pendidikan dunia Islam. Al-Imâm al-Ghazzâlî sendiri memiliki tiga buah karya utama dalam bidang tasawuf, yaitu “Minhâjul ‘Âbidîn” yang kemudian di-syarh oleh Kiai Jampes (Sirâjut Thâlibîn), lalu “Bidâyah al-Hidâyah” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Nawawi al-Bantanî al-Jâwî, w. 1897 M (Murâqî al-‘Ubûdiyyah), dan “Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Muhammad Murthadhâ al-Zabîdî, w. 1790 (Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn). Kitab “Bidâyah al-Hidâyah” dan “Ihyâ ‘Ulûmal-Dîn” diterjemahkan dan disyarah ke dalam bahasa Melayu untuk pertamakalinya oleh Syekh Abdul Shamad Palembang (w. 1832 M). Versi Melayu “Bidâyah” adalah “Hidâyah al-Sâlikîn”, sementara versi Melayu “Ihyâ” adalah “Sair al-Sâlikîn”. ________ Kitab sirojut Tholibin Hard cover Di lengkapi makna pesantren Ready Info klik link ini bio https://www.instagram.com/p/CEDcSZrJ9N2/?igshid=5jews4swqiku
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Ulama Pendiri, Penggerak dan Intelektual NU dari Jombang Penulis : Supriyadi Penerbit : Pustaka Tebuireng Dimensi : 14 x 21 cm Halaman : vii + 225 hlm Tahun : 2015 ISBN : 978-602-8805-28-5 Original Harga Rp69.000 diskon 20% Rp55.200 Sinopsis NU sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia bahkan dunia, NU memiliki andil besar terhadap NKRI. Para tokohnya seperti Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari merupakan ulama yang dengan gigih memperjuangan NKRI. Beliau sebagai tokoh agamawan juga berhasil mendidik para santrinya di Pesantren Tebuireng menjadi ulama dan tokoh besar di RI. Buku ini merupakan uraian yang singkat mengenai empat ulama NU; KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, dan KH. A. Wahid Hasyim. Mereka adalah inspirator yang menginspirasi umat Islam di Indonesia, khususnya warga NU. lebih dari itu, mereka pada dasarnya bukan sekedar tokoh penting, melainkan juga keteladanan hidup kita semua. #ulama #islam #santri #habaib #aswaja #indonesia #hijrah #dakwah #nahdlatululama #nu #ulamanusantara #ustadzabdulsomad #muslim #habib #sholawat #sunnah #ngaji #ulamaindonesia #habibumarbinhafidz #tarim #ustadzadihidayat #habibalialjufri #majelisrasulullahsaw #santrinusantara #ustadz #santriindonesia #muslimah #ilmu #sekumpul #indostar_bookstore https://www.instagram.com/p/B99n0fAh1k6/?igshid=fnkzc8fgxhky
0 notes
galerisantri · 5 years
Photo
Tumblr media
Tak banyak yang tahu jika 14 Februari yang sering diperingati sebagai Hari Valentine itu merupakan Hari Lahir (Harlah) Hadratusy Syekh, sang maha guru. Ya, Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871. Tanggal tersebut bertepatan dengan Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H. Jika kita menelisik sejarah republik ini, 14 Februari merupakan hari bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan Nahdliyin (sebutan warga NU). Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pasalnya, tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 M. Dengan kata lain, 148 tahun silam lahir sang inspirator sejati di kalangan santri dan anak negeri. Kakek Gus Dur ini wafat di daerah yang sama pada 21 Juli 1947 yang bertepatan dengan 3 Ramadhan 1366 H dalam usia 76 tahun. Sebagai pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, makam Besan KH Bisri Syansuri yang juga pendiri NU ini yang berada di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, diziarahi ribuan orang tiap harinya. Tidak diragukan lagi, peran Mbah Hasyim penting sekali bagi perkembangan Islam di Nusantara. Ayahanda Menteri Agama fenomenal, KH A Wahid Hasyim, ini mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Hampir sebagian besar pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng. Para kiainya juga pernah menjadi santri Mbah Hasyim. Selain itu, Hadratusy Syekh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Menurut Mbah Hasyim, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap kaum muslimin Indonesia. Sebaliknya, alangkah baiknya kita merayakan 14 Februari sebagai Harlah Hadratusy Syekh dengan ragam cara yang lebih inovatif. Cr : Islam NU via @santritasik #galerisantri #indonesialebihnyantri #nu #khhasyimasyari #valentine https://ift.tt/2SpvWQI
0 notes
satukanal · 5 years
Text
KH. Masjkur, Riwayat Santri 9 Pondok hingga Gerilya Agresi Militer II
https://www.satukanal.com/kh-masjkur-riwayat-santri-9-pondok-hingga-gerilya-agresi-militer-ii/
KH. Masjkur, Riwayat Santri 9 Pondok hingga Gerilya Agresi Militer II
Tumblr media
SATUKANAL, MALANG- Nama KH Masjkur menjadi perbincangan setelah penetapan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Penetapan itu tertuang dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Jumat (8/11/2019) dua hari yang lalu.
Bertambah lagi satu Arek Malang yang menjadi Pahlawan Nasional tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Selain KH Masjkur, ada nama-nama lain yang masuk dalam daftar SK tersebut. Di antaranya Roehana Koeddoes, Abdul Kahar Muzakki, Sardjito, dan lain-lain.
KH Masjkur merupakan pria kelahiran 30 Desember 1898 yang terlahir di lingkungan pesantren. Putra pertama dari pasangan KH Maksum dan Nyai Maimunah ini langsung mendapat pendidikan dari orang tuanya hingga berusia dua belas tahun.
Secara resmi, KH Masjkur mengeyam dunia pesantren alias mondok pada tahun 1911 hingga 1914 di Pondok Pesantren Bungkuk Singosari Malang. Pesantren yang berada di desa lahirnya itulah yang menjadi lingkungan tempatnya bermain dan mengaji sejak kecil.
Lepas dari Pesantren Bungkuk, perjalanan santrinya kemudian dilanjutkan ke Pesantren Sono Buduran Sidoarjo. Pesantren yang terkenal dengan “Tafsiran Sono” ini didirikan pada abad ke-12 oleh Kiai Zainal Abidin yang kemudian dikembangkan oleh KH Maksum.
Salah satu tradisi keilmuan yang lahir dari sana yakni “Sorof/Tafsiran Jombang”. Hingga saat ini, hampir seluruh pesantren di tanah air menggunakan model tafsiran tersebut.
Di Pondok Sono Buduran ini, KH Masjkur cuma bertahan setahun. Tahun berikutnya, ia melanjutkan di Pondok Pesantren Siwalan Panji, masih di daerah Sidoarjo asuhan Kiai Hamdani. Di pondok ini KH Masjkur diperkirakan masuk sudah generasi ketiga yang menjadi pengasuhnya.
Pada tahun 1918 sampai 1819, selepas dari Sidoarjo, KH Masjkur melanjutkan riwayat pesantrennya langsung ke daerah Jombang. Pondok Pesantren Tebuireng menjadi pilihan waktu itu.
Ketika nyantri di sana, KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdtatul Ulama) pernah menitipkan putranya, KH Wahid Hasyim ke KH Masjkur untuk dikader dan bersama dalam merintis kemerdekaan.
Sederet riwayat pesantrennya tidak lantas membuatnya berhenti mencari sumber ilmu. Selepas dari Jombang, Masjkur muda langsung menuju salah satu “induk” pesantren-pesantren di Indonesia, yakni Pondok Pesantren Syaikhona M. Kholil Bangkalan Madura.
KH Masjkur menghabiskan waktu setidaknya satu tahun di pondok tersebut. Menurut catatan kronik riwayat hidup dan perjuangan KH Masjkur, masih banyak pondok-pondok yang pernah ia jadikan tempat untuk mengeyam dunia pengetahuan.
Di antaranya Pondok Jamsaren Solo Jateng, Pesantren Penyosongan Cibatu, Pondok Kresek Cibatu, dan Pesantren Ngamplang Garut, Jawa Barat.
Sederet pengalaman kesantrian tersebut menjadi bekal selanjutnya, hingga ia menjadi Menteri Agama. Dia menjabat saat Ibu Kota Indonesia masih berada di Jogjakarta.
Ketika menjabat sebagai Menteri Agama 1948, KH Masjkur menjadi satu-satunya menteri yang lolos dari Jogja dan melanjutkan perjuangan beserta Jenderal Soedirman dengan bergerilya ke berbagai daerah ketika Agresi Militer Belanda II.
Waktu itu, KH Masjkur juga sebagai anggota PDRI-KPPD dan Pimpinan Laskar Sabilillah. Rute perjalanan gerilya KH Masjkur dimulai pada 19 Desember 1948, dari daerah Kauman Yogyakarta.
Lantas berlanjut ke Solo, Gontor Ponorogo, Trenggalek dan di sana bertemu dengan Harsono Cokroaminoto. Gerilya kembali dilakukan ke Dusun Sukobanteng Desa Karangsuko, pertigaan Ngatel, Kec. Gandusari, Kec. Kampok, Kec. Dongko, dilanjutkan ke Desa Bodag Kec. Panggul.
KH Masjkur juga sempat berpidato dengan berapi-api yang kemudian dilanjutkan pidato oleh Jenderal Sudirman. Perjalanan gerilya tesebut setidaknya ditempuh dengan waktu sekitar tujuh bulan perjalanan.
Hingga pada 1 Maret 1949, ia menuju ke Tremas dan kembali ke Ibu Kota Yogyakarta setelah situasi aman.
Pewarta: Ali Bisri Redaktur: N Ratri
Caption Foto: KH. Masjkur bersama dengan beberapa tokoh Nahdlatul Ulama (Foto: NU Online)
0 notes
dafid-fuadi · 5 years
Photo
Tumblr media
Nasehat KH. M. Hasyim Asy’ari untuk Pengurus dan Jama'ah NU *** Ketika Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M. Namun, deklarasi pendirian itu, tak lantas langsung mendapat legalitas dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu. Butuh empat tahun untuk mengurusnya. Tepat tanggal 6 Februari 1930, sebuah legalitas atau disebut dengan rechtspersoon dikeluarkan. Atas keluarnya rechtspersoon itu, NU menggelar tasyakuran. Perayaan, begitu tertulis dalam Swara Nahdlatoel Oelama yang memberitakan acara tersebut. Bertempat di Kantor Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama di Bubutan, Gang I Surabaya, perayaan atas terbitnya rechtspersoon NU. Tepat Sabtu malam, 22 Syawal 1348 H atau 24 Maret 1930 M. Dalam acara itu KH. Hasyim Asy'ari menyampaikan ceramah beliau dalam bahasa Arab, di antara poin penting yg beliau sampaikan adalah : ايهاالاخوان اصرفوا الي هذاالمهم وراقبوا سريراتكم وعلانيتكم وقصدكم وافعالكم واقوالكم اهي متوجهة الي مايقربكم الي الله تعالي ويوصلكم الي سعادة الابد. ام هي مصروفة الي مايعمر دنياكم ويصلحها ويبقيها غافلة عن الاخرة؟ “Wahai saudara-saudara sekalian, berpalinglah (dari sesuatu yang tidak penting) kepada sesuatu yang penting ini. Telitilah lahir dan batin kalian, tujuan, sikap dan ucapan kalian itu, akankah hal itu mendekatkan kalian kepada Allah Ta’ala dan menghantarkan kalian kepada kenikmatan yang abadi (akhirat) ataukah justru dipergunakan untuk memakmurkan dan memperbaguskan dunia kalian serta melanggengkannya dengan melupakan akhirat?” *** Mengisi Materi Aswaja di Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar) BANSER Angkatan ke 61 yg diselenggarakan oleh Satkoryon (Satuan Koordinasi Rayon) BANSER Kec. Semen bertempat di MI Hidayatul Mubatadiin Ds. Kedak, Kec. Semen Kab. Kediri pada hari Jumat malam Sabtu 21 September 2019. *** #aswajamengaji #aswajanucenterkabkediri #aswajankri #aswajacenterjatim #aswajanusantara #aswajanucenterkediri #aswajanucenterpcnukabkediri #aswajaindonesia #aswajaharustahu #dakwahaswaja #dakwahnusantara #nahdatululama #BanserMaju1Barisan #BanserUntukNegeri #ansorbanser #ansor #nkrihargamati🇮🇩🇮🇩💪💪 https://www.instagram.com/p/B2pL3AagyP6/?igshid=1qx6nj21ky74h
0 notes
Text
Cerita Sedih Pedagang Makam Gus Dur
Cerita sedih pedagang makam Gus Dur
tebuireng.co – Cerita sedih pedagang makam Gus Dur ini terjadi karena ruko baru buka, tapi harus terpaksa ditutup karena pandemi menyerang Indonesia. Tahun 2023 jadi harapan kebangkitan ekonomi bagi pedagang Komplek Makam Gus Dur (KMGD) setelah dihajar pandemi sejak 2020. Harapan tersebut disampaikan Shohibi, pemilik salah satu ruko berisi kaos Gus Dur, gamis, koko, kopiah, sarung di…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mojokco · 8 years
Text
Petani, Siapa sih Mereka?
Menurut KBBI, laman ‘petani’ berarti orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Mulia betul batasan itu. Kenyataannya, jauh panggang dari api. Juru bercocok tanam itu nyaris sepanjang hayatnya bersurat kelabu. Terbaru, serangan sengit berupa video bikinan Human Rights Watch yang mengusung isu child labour. Saking gawatnya persoalan, beberapa pekan lalu, bahkan Dik Iqbal Aji Daryono pun sampai turun tangan melalui setumpuk anti tesis berikut argumen-argumen ampuh sebagai penyanggah.
Tapi sebentar. Pernah ada masa ketika petani diriwayatkan sedemikian mulia, kala rumusan ‘negeri agraris’ masih ranum–ranumnya. Berikut saya kutip utuh pernyataan tokoh yang saya kagumi, KH Hasyim Asy’ari ihwal periwayatan yang saya maksud :
”Pendek kata, bapak tani adalah goedang kekajaan, dan dari padanja itoelah Negeri mengeloearkan belandja bagi sekalian keperloean. Pa’ Tani itoelah penolong Negeri apabila keperloean menghendakinja dan diwaktoe orang pentjari-tjari pertolongan. Pa’ Tani itoe ialah pembantoe Negeri jang boleh dipertjaja oentoek mengerdjakan sekalian keperloean Negeri, jaitoe diwaktunja orang berbalik poenggoeng (ta’ soedi menolong) pada negeri; dan Pa’ Tani itoe djoega mendjadi sendi tempat negeri didasarkan.” (KH Hasyim Asy’ari)
Kalau sampeyan penyuka komik-komik silat jaman dulu, mari bernostalgia sejenak. Di sana, petani digambarkan kebanyakan bernasib cemerlang. Tampilan boleh gembel atau berbusana compang-camping, namun tidak jarang sosok ini ditakdirkan sebagai jagoan penumpas kejahatan, atau jika si pengarang baik hati, kadang dihadiahi peran sebagai sesepuh sebuah padepokan, tentu dengan aji kanuragan pilih tanding.
Tetapi, Mas, Mbak, makin ke sini postulat keren tokoh besar pendiri Nahdlatul Ulama itu makin kehilangan gema, dan dunia kian jauh dari ilustrasi dongeng yang dipampang di halaman-halaman komik.
Saya punya cerita. Belum lama ini seorang kawan di Denpasar yang namanya diembel-embeli chef mengunggah foto sebuah menu �� konon temuannya – di jejaring sosial. Caption : Temuan terbaru, siorica. Perpaduan siobak babi dengan rica-rica, bumbu konvensional, hanya ditambahi irisan kolobak ungu, butiran lada hitam dan bahan lain yang ogah saya sebut. Sila merafat ke ‘Restauran bla bla bla’, Kuta.
Yang serius tetapi luput ditangkap, ada pengingkaran terselubung pada kasus ini. Sedigdaya apapun ilmu memasaknya, sespektakuler apapun temuannya, kawan saya lupa ada peternak yang bekerja telaten untuk empuk daging yang ia olah. Ada andil sejumlah petani bagi ketersediaan bumbu-bumbunya.
Setali tiga uang dengan lelaku para penikmat kopi yang belakangan menjadi tren. Mereka berasyik-masyuk di gerai-gerai kopi kelas satu atau di coffee shop, lihai merapal menu: cortado, half espresso, flat white dengan rasio susu lebih banyak dari latte, black arabica kintamani yang dituang vietnam drop.
O iya, tidak lupa crek, mengunggahnya di media pertemanan sebelum seruputan pertama.  
Saya ragu, adakah kelebatan bayangan sosok petani dalam batok satu dua kepala di ruangan yang menguarkan wangi kopi itu? Kelebatan bagaimana petani-petani di pelosok Mandailing sana, di Wamena, Toraja, Bajawa atau Kintamani bersetia melakukan ibadah sunyi, meraut satu-satu biji buah qahwa itu dari tandannya untuk tiap cangkir yang kita seduh.
Katakanlah semacam few second silence alias sesi hening sejenak sebagaimana ritual wajib di negara-negara berkultur bola kuat untuk menghormati atau mengenang seseorang atau sebuah kejadian yang dianggap penting sebelum pertandingan dimulai.
Ngehek sebagai Strata
Agama pun (setidaknya hinduisme), medium menuju Sang Khalik itu menempatkan petani pada posisi yang dipunggungi. Dalam strata profesi – yang sering rancu sebagai kasta – hinduisme meletakkan strata sudra (pekerja kasar termasuk petani dan buruh tani) di urutan buncit setelah brahmana, ksatria dan wesya. Petani, dengan begitu, sudah ada di jenjang upik abu sedari kaidah moralitas itu dibuat atau diwahyukan.
Kesalahan para petani, kalau boleh disebut begitu, mereka gagal menyesuaikan diri dengan hasrat kaum hedonis yang kadung kita sepakati sebagai pemeran sentral di planet bumi yang kita huni ini. Kaum berlumpur ini tak elok wara-wiri di jagat yang diseting kenes. Dunia, kita tahu, menyukai makhluk-makhluk rapi, bertutur santun dan wangi.
Petani? Amit-amit. Mereka wangsa yang hanya pantas berumah di huma, gunung atau hutan. Mau punah digerus tambang, diintimidasi aparat, that’s not our business. Mampus kau dikoyak-koyak industri sawit.
Profesi Sastrawi
Yang menghibur sekaligus jarang dicermati adalah, maqom dunia tani adalah maqom yang sastrawi. Ada relasi romantik antara sastra dengan dunia kaum tani. Ini pendapat subyektif memang, tetapi percayalah, ada benarnya kok. Begini. Profesi berwahana hutan, bukit-bukit, flora, ternak bahkan laut ini adalah silsilah dari mana ide dan gagasan dibedah.
Sulit, misalnya, membayangkan sebuah karya puisi punya nyawa tanpa menyebut lembah, daun, angin, bunyi serangga, bulir padi.
Sewaktu menggubah ‘Huma di Atas Bukit’, bisa jadi Ian Antono tiba-tiba dijatuhi wahyu berwujud anak sungai, “…sebatang sungai membelah huma yang cerah,” katanya. Chairil punya larik masyhur “Cemara berderai sampai jauh…”
Dalam ‘Anak Semua Bangsa’, Pramoedya memberi porsi khusus kepada anak tani bernama Trunodongso demi menyampaikan gagasannya. Novelis Mo Yan memilih kata ‘sorgum’ dalam salah satu novel maha karyanya, ‘Sorgum Merah’.
Nah, contoh-contoh tadi cukup kiranya sebagai tetenger seberapa kental kadar kesastrawian profesi ini.
HKTI dan API Itu Koentji!
Sayang, di nagari yang bahkan tongkat kayu pun jadi tanaman, pelaku tani menciut dari tahun ke tahun. Sesuai data sensus pertanian, dari 31.7 juta rumah tangga tani pada 2003 menjadi 26,13 juta pada2013. Ada penurunan 1,75% per tahun.
Meminjam kesenduan Bung Bre Redana, adakah ini senjakala dunia tani? Mudah-mudahan tidak. Yang pasti, selama logika konsumsi itu ada dan metabolisme tubuh manusia mutlak bergantung kepada pangan, pertanian tidak mungkin binasa dimakan waktu.
Solusi terdekat, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Aliansi Petani Indonesia (API), dua institusi penaung petani dengan reputasi yang tak heroik-heroik amat itu saya sarankan menambahkan kata ‘perjuangan’ di belakang namanya menjadi HKTI Perjuangan dan API Perjuangan.
Siapa tahu, perbaikan nama keduanya, ditambah doa-doa mulia dari segenap homo pengonsumsi se-Indonesia tiap kali laku memamah dimulai, menjadikan semesta bermurah hati, bersedia mematut-matut nasib kaum tani Indonesia menuju kebaikan. Begitu.
0 notes
myanuary · 4 years
Video
instagram
Reposted from @budiashariofficial . Kenali sejarah, kembalikan kebesaran bangsa.
 Di Mekkah ada Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Rahimahullah Ulama besar Imam Masjidil Haram Abad 19 Gurunya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari yang mendirikan Nahdatul Ulama Gurunya KH. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyyah Beliau juga gurunya Ayahnya Hamka, Abdul Karim Amrullah Beliau bukan hanya mengajari ilmu di Mekkah tetapi membawa kegundahan. Kegundahan untuk mengusir penjajah pemecah belah bangsa. Beliau selalu mendorong untuk bersatu bersatu bersatu! Bersatu bersatu bersatu. Bersatu untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi, Bersatu untuk membuat penjajah yang suka memecah pergi. Kemerdekaan Indonesia adalah, Karya Ulama. Contoh Resolusi jihad. Kita tahu Resolusi jihad dikeluarkan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari rahimahullahu ta’ala. Contoh lain, kita bisa lihat bagaimana perjuangan dari mulai Diponogoro sampai Imam Bonjol? Dan para pahlawan, mereka semua ahli ilmu. Apa yang mereka serukan?? 1 kata! Jadi, kalau hari ini kata tersebut menjadi kambing hitam Sungguh, kita penghianat! Ayo bersatu, Jangan mau di pecah belah. Kenali sejarah, kembalikan kebesaran bangsa. Saudaramu, Budi Ashari #merdek . #booster #dakwah #newnormal . #islam #instaislam #iman #Sunnah #taat #motivation #hijrah #dakwah #taat #taqwa #yukngaji #istiqomah #penduduklangit #myan #pemuda #ustadzabdulsomad #ustadihidayat #usthananattaki #ustadzfelixsiauw #uas #khzainudinmz #khilafah #syariah #ilmu #nafsiyah #quotes #quran #qolbu https://www.instagram.com/p/CD-0Xfopsol/?igshid=s9j6onv3c6z7
0 notes