Tumgik
#Makanan Sushi Haram
zeynblogger · 10 months
Text
5 Ide Bisnis Kuliner yang Bisa Anda Coba di Tahun 2024
Ide Bisnis Kuliner adalah hal paling kece yang banyak disukai orang. Makanya, makanan jadi kebutuhan pokok yang selalu dicari dan dibutuhin semua orang. Tapi buat jadi bos kuliner, nggak boleh sembarang, harus punya ide bisnis kuliner yang kekinian, unik, dan pastinya untung!
Tumblr media
Yuk, coba 5 ide bisnis kuliner keren buat tahun 2024:
Vegan Vibe
Makanan vegan, nih! Nggak ada daging, telur, susu, atau apapun dari hewan. Lagi hits banget, terutama di kota gede. Peluang banget nih buat buka resto, kafe, catering, atau delivery. Coba deh sajikan menu vegan yang enak, sehat, dan variasi banget, kayak burger vegan, salad vegan, pizza vegan, pasta vegan, sushi vegan, dan sebagainya. Tawarin juga susu kedelai, keju vegan, daging nabati, dan lain-lain yang menggantikan yang biasa.
Fusion Fiesta
Makanan fusion, guys! Gabungin dua atau lebih budaya kuliner yang beda. Asik banget buat eksplorasi rasa baru yang unik. Cocok buat yang suka nyobain hal-hal beda. Buka bisnis makanan fusion, sajikan menu dari budaya Indonesia, Jepang, Korea, Italia, Meksiko, India, dll. Contohnya, nasi goreng kimchi, spaghetti rendang, taco sate, sushi bakso, pokoknya asik dan beda! Be creative!
Trendy Treats
Makanan kekinian, guys! Yang lagi hits dan viral di sosmed. Penampilannya kece, unik, dan pastinya Instagramable. Jadi, buka bisnis makanan kekinian, ikuti tren makanan yang lagi ngetop di sosmed. Misalnya es krim goreng, roti bakar unyil, martabak indomie, pisang nugget, dan sejenisnya. Bisa juga bikin kreasi kekinian sendiri dengan topping atau hiasan yang kece, seperti keju, cokelat, oreo, marshmallow, dll.
Tradisi Flavor
Makanan tradisional, guys! Dari berbagai daerah di Indonesia yang punya cita rasa khas. Ini bagian dari warisan budaya yang perlu dijaga dan dipromosikan. Buka bisnis makanan tradisional dengan sajikan menu soto, rendang, gudeg, pempek, nasi liwet, nasi uduk, dan lain-lain. Bisa juga kasih sentuhan modern atau inovasi, misalnya versi mini, cup, atau stick dari makanan tradisional.
Halal Hits
Makanan halal, guys! Sesuai syariat Islam, nggak ada bahan haram. Kebutuhan banget buat umat Muslim yang banyak di Indonesia. Buka bisnis makanan halal, sajikan menu yang bersertifikat halal dari MUI. Tawarin juga menu sehat kayak salad, smoothie bowl, oatmeal, dan yang lainnya. Pokoknya, bisa sajikan berbagai menu halal dan lezat, seperti steak, pizza, burger, pasta, dan sebagainya.
Pokoknya, bisnis kuliner itu pilihan yang menjanjikan dan untung banget! Tapi, inget ya, harus punya ide bisnis kuliner yang kekinian, unik, dan menguntungkan. Coba deh salah satu dari 5 ide bisnis kuliner di atas, yaitu makanan vegan, makanan fusion, makanan kekinian, makanan tradisional, atau makanan halal. Dijamin bisa menarik perhatian konsumen, omsetnya naik, dan sukses deh! Semangat mencoba! 😊
1 note · View note
energiaindonesia · 2 years
Text
Viral Sushi Tidak Halal
Viral Sushi Tidak Halal
ENERGIA.ID – Viral Sushi Tidak Halal adalah tren baru muncul dengan pencarian meningkat pesat selama beberapa hari ini di Google. Begini penjelasannya. Belakangan ini beredar informasi Viral Sushi Tidak Halal ke berbagai media sosial. Pasalnya, bahan untuk membuat sushi mengadung alkohol. Agar tidak menerima informasi yang salah, media ini mencoba mengali lebih dalam soal makanan sushi tidak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
caheka · 6 years
Text
Hello kembali lagi.
Minggu lalu saya bercerita impresi pertama saya saat datang ke Saga. Lalu sekarang, saya akan membahas sumber saya hidup di Saga, makanan.
Ada cerita nih, saya bawa boncabe level paling tinggi, 30, ke kantin kampus dan saya perkenalkan itu ke teman2 saya. Pada saat itu ada orang Kamboja, Macau dan Jepang jg, tp cuma orang Jepang yang menolak dengan tegas. Kalian tahu kalo boncabe dari aromanya saja sudah bisa terasa pedasnya. Orang Jepang ini sudah kyk menyerah cuma nyiumin baunya. Awalnya cuma teman saya yg seasean yg berani mencicipinya karena di sana makanannya pedas2 jg sama kyk Indonesia, tapi karena kami semua satu meja makan semua harus mencicipinya. Sama rata. Ada yang ditabur di nasi, kare, ramen, sama udon. Kalo saya, saya taburin ke udon. Cobain deh kalo ke Marugame bawa boncabe, manteb. Balik lagi ke temen2 saya, pada saat temen2 saya mencoba, terlihat benar kekuatan boncabe ini. Tapi jika dilihat dari raut wajahnya raut wajah orang Jepang yang paling parah wkwk. Poin saya, lidah di sini pada tipis2 tidak seperti di Indonesia yang terkenal banyak makanan pedes. Jadi kangen.
Yang di atas tadi adalah salah satu pengalaman saya tentang makanan di sini. Lalu sebenernya bagaimana makanan di Jepang sih? Saya beragama Islam. Di dunia ini ada yang tidak boleh dimakan di dunia ini. Sebut saja babi. Di sisi lain, hewan gemuk dan serakah ini tersebar dimana2 di Jepang. Walaupun ada nama makanan yang tidak ada sangkut pautnya sama babi, ketika melihat deskripsi bahan makan ada aja entah itu tulisan daging babi, ekstrak babi, atau pork yang notabene adalah bahasa Inggris. Btw bahasa Jepangnya babi adalah buta(ぶた;豚)dan sedangkan pork apabila diserap dalam bahasa Jepang dapat diartikan menjadi pooku(ポーク). Saya sering sekali tertipu hal seperti ini di konbini macam Sevel. Ada bento ayam tapi ada jg babinya; sadarnya pas setelah dimakan, kampret. Intinya harus hati2 sih makan di Jepang kalau Anda orang Islam.
Paling aman di sini makan ikan. Jepang jagonya kalo ini. Dari mulai yang mentah sampe yang sudah diolah. Pas sekali ini, saya baru saja buka puasa dengan representasi makanan mentah di Jepang yaitu sushi. Saya jarang banget makan sushi di Indonesia jadi ga bisa badingin rasanya. Tapi menurut saya sushi itu hampir tidak ada rasanya kecuali udang. Secara pribadi saya suka udang memang. Udang itu ada rasa manis2nya gitu deh, kayak kamu, iya kamu. Selain udang menurut saya cuma beda diteksturnya. Saya tipe orang yang bisa makan apapun, tapi dalam sushi cuma ika atau cumi yang saya ga suka bikin eneg. Apakah Anda suka sushi? wwkk
Prespektif Halal dan Haram
Sebenernya dalam tulisan ini, hal ini yang paling pengen saya tulis. Di atas sudah saya ungkapkan dalam agama Islam ada yang tidak boleh dimakan atau disebut haram. Sebaliknya yang bisa dimakan adalah halal. Dan di sini ada dua macam orang Islam jika berkaitan dengan hal ini. Tidak, bisa jg ada tiga. Orang bagaimanakah itu? Pertama mungkin yang benar2 jelas2 makan segalanya sampai seharam2nya makanan masih dia makan. Saya belum pernah ketemu orang ini. Kedua, yang memakan hanya yang sudah jelas kehalalanya ya seperti sudah ada cap halalnya deh. Itu banyak di sini. Terakhir, orang yang berpendapat “asal ga babi”. Jadi asal itu ga babi entah itu ayam atau sapi sudah berlabel halal atau belum. Babinya, saya ada di posisi ketiga ini wkwk. Entah kalian mau berpikiran apa, saya ya saya seperti ini.
Saya makan apa adanya asal itu tidak babi. Secara jelas saya tuliskan. Saya tahu dalam agama Islam ada tata cara penyembelehan dengan cara Islam yang menyebabkan itu halal. Sampai itu datang ke pasar, tempat makan, ada dihadapan kita, makanan itu halal apa tidak masih dalam pikiran kita. Alhamdulillah ada label yang membantu kita mengira itu makanan halal. Saya percaya dengan label itu pasti tidak berbohong, bukan. Lalu kepada lainnya yang tidak berlabel, saya hanya berprasangka baik saja kalau itu makanan halal. Ini soal keyakinan. Awali dengan bismillah.
Sebenarnya di sini jg ga susah2 amat nyari makanan berlabel halal. Ada toko halal food. Ada juga karage yang katanya halal. Yang jual orang Jepang. Menu yang lainnya ada set karage lalu disisipi daging babi, itu karage biasa. Kalo karage yang halal ga disisipi daging babi. Saya jadi bertanya2 ini pembeda halal/haramnya cuma daging babi apa gmn? Mungkin saja bapak penjualnya cuma tahu sebatas set itu halal kalo ga ada babinya. Mungkin saja memang sudah tahu bedanya dan itu benar2 yang halal. Saya jg pernah salah pesen masalahnya. Ada babinya dan ditawari ganti set yang baru. Entahlah. Sekali lagi saya menganggap itu halal.
Mulai Masak
Sejarah saya di Jogja, saya cuma bisa masak mie instan paling jauh. Di sini saya mulai masak. Alasannya karena punya dapur sendiri, mandiri, dan ga mau uang pribadi dengan mudahnya pergi. Saya sudah cerita tempat makan saya tadi, salah satunya di kantin kampus. Selain itu di tempat makan biasa macam McD, restoran Sushi, gyudon Sukiya, atau tempat makan lainnya. Di Jogja jg seperti ini sering makan di luar dan masak mie instan. Di sini selain makan di luar saya jg masak, selain mie instan.
Pertama kali saya masak, saya goreng tahu yang saya cincang campur tempung dan gagal. Setelah itu saya trauma bikin makanan pake tepung. Paling sering saya masak sup hitam. Saya namai itu karena warnanya hitam. Pokoknya endingnya ada kecapnya wkwk. Tapi yang paling saya banggakan masak kare. Pertama kali saya diajari bikin ini oleh teman saya dari Malang, tp sekarang sudah pulang. Dari situ saya tahu caranya. Bangga banget dulu pertama masak kare wkwk. Setelah itu sering. Semakin sering. Dan eneg
Walaupun level masak saya nambah seperberapa tingkat, udah bisa masak kare uhuk, tapi saya tetap merendah saya masih masak yang instan. Kalau di Indonesia kalian para rantauers sering bikin indomie, di sini saya upgrade jadi pasta. Pasta. P. A. S. T. A. wkwk. Ini jg terispirasi dari teman saya dari Riau. Saya belajar dari dia bisa bikin bumbu pasta yang enak cuma dari saos tomat beli di supermarket plus ada tambahan2 bumbu lainya wkwkk. Tp tetep seringnya masih yang instan, selain pasta beli juga saos pastanya. Di sini bermacam2 saosnya, tapi sama seperti di atas harus hati2 sama babi. Babi emang. Di sini beli pasta bisa hemat menurut saya kyk mie instan. Di sini makan di luar paling murah 300 yen atau 30000an rupiah. Kalo pasta ada yang sebungkus 7 iket harganya 200-300 yen plus saosnya paling mahal 200 yen sih buat dua kali makan. Itu pula kalau saosnya cuma saos tomat botolan bisa lebih murah. Makanya milih pasta. Mie instan di sini mahal 200 yen ke atas pa ya. Makanya milih pasta. Pasta pilihanku, pasti hemat hidupku. wkwk
Selamat berpuasa sudah dulu, siap2 sahur.
Kemarin pas nonton koinobori di atas kapal
Tempat makan karage halal
Saking sepinya saga, bisa dilihat lampunya ga padet/banyak di foto ini
Saga #2 Hello kembali lagi. Minggu lalu saya bercerita impresi pertama saya saat datang ke Saga. Lalu sekarang, saya akan membahas sumber saya hidup di Saga, makanan.
3 notes · View notes
sundarirespati · 8 years
Text
Pekeh (3)
Apa yang bikin makanan enak selain rasa lapar? Bukan. Gratis belum tentu enak. Buatku, sushi walaupun gratisan tetep aja ga enak. Apa? Karena haram? Astagfirullah... Iya sih, kata orang daging babi enak. Tapi jangan ya. Sapi belum punah. Yang bikin makanan enak itu, selain rasa lapar, adalah kata "alhamdulillah." Eh? "Bismillah" kalikkkk...pasti kalian bilang gitu kan? Atau endak? Tapi beberapa dari kalian pasti ada yang mbatin gitu. Pasti. Eh. Kok maksa. Wkwkwk. Apa hubungannya Pekeh dengan makanan dan kata alhamdulillah? Pekeh kalau makan apa aja, rasanya jadi enak. Makan bareng pekeh, makan apa aja, jadi enak. Karena Pekeh selalu bilang "alhamdulillah." Pas jaman kita masak bareng, pas sayur atau lauk sudah terhidang lengkap di atas meja makan, Pekeh bilang, "Alhamdulillah..." Seketika terbayang enak dan nikmatnya masakan. Walaupun ternyata tetap aja ada rasa yang kurang atau bahkan keasinan, kita cuma ketawa. Tapi tetep aja setelah selesai makan, Pekeh bilang, "Alhamdulillah." Seketika rasa masakan yang absurd berubah jadi nikmat. Nah, biasanya abis makan, Pekeh langsung nyuci piringnya. Setelah ditaruh di rak piring, Pekeh bilang lagi, "Alhamdulillah." Seketika pedihnya mata karena ngupas bawang hilang, pegelnya tangan karena nguleg cabe pun tak terasa. Ya iya sih...soalnya biasanya yang bagian nguleg Pekeh. Hehe hehe hehe Pokoknya kata-kata alhamdulillah itu menambah nikmat. "Alhamdulillah bisa makan. Alhamdulillah kenyang. Alhamdulillah bersih." Pernah suatu saat, kita beli kerang. Eh, sebentar, cerita dulu. Jadi, penyakit orang rumah ini (eh, aku sih lebih tepatnya), sekalinya nemu tempat makan enak, pengennya makan disitu terus. Sampai bosan. Contohnya aja, makan kepiting di The Krebis kemarin (nama agak disamarkan ya). Balik ya. Pernah suatu saat kita nemu tempat jual kerang enak. Tendaan gitu, deket GSP. Yang bertugas beli kesana aku sama Ade. Soalnya ga mungkin bonceng tiga sama Pekeh. Kita beli, bungkus, buat makan di rumah. Sesampainya di rumah kita makan bareng. Luarbiasa enaknya! Enak kali! Dak ada lawan! Pekeh makan sambil ngoceh, "Enak kali...ya Allah...alhamdulillah...enak yaa...enak kali...alhamdulillah." Aku sama Ade juga ribut mengiyakan. Besoknya, aku sama Ade beli itu lagi. Pekeh dak ada. Jadilah kita makan berdua aja. Tapi gak senikmat kemarin. Aku sama Ade mencoba mencari-cari apa bedanya. "Salah mbaknya ni. Salah bumbu kayaknya. Kerangnya udah dak segar ni." Dan sebagainya. "Padahal pas sama Pekeh kemaren enak kali ya..." "Iyaya...ini ntahapa rasanya." "Jangan-jangan yang bikin enak tu si Pekeh. Gara-gara dia semangat kali makannya." "Hah...iya kayaknya..." Sekian. Hehe Dah gitu aja.
104 notes · View notes
khairunnisaoryza · 7 years
Text
Makanan Halal di Jepang?
Tumblr media
Haloooooo.
Entah sudah berapa periode ya gap-nya sama post sebelumnya. Sedikit curhat, jadi setelah kembali dari Jepang, saya membutuhkan waktu cukup lama untuk adaptasi dan settle kembali dengan kehidupan saya di Surabaya. Cuma ditinggal 4,5 bulan, tapi yang berubah terlampau banyak. Jadi yaa, begitu.
Kali ini saya mau cerita tentang suka-dukanya memenuhi kebutuhan lambung dan sistem pencernaan selama di Jepang. Spesifiknya kota Sendai, Prefektur Miyagi, karena detail ketersediaan makanan halal di setiap kota berbeda.
Sebelumnya, tentang prinsip makan-memakan ini sebenarnya tergantung keyakinan masing-masing individu. Kebetulan saya diajari untuk selalu selektif terhadap apa yang saya makan. Ada juga beberapa individu yang cukup santai dengan makanannya. Jadi disini saya hanya ingin sharing, untuk yang membutuhkan informasi mengenai makanan yang boleh dimakan oleh umat Islam di Jepang.
Karena Jepang merupakan negara dengan mayoritas non-muslim, tidak heran kalau banyak makanan dan minuman yang mengandung pork atau alkohol. Buat saya pribadi, sebenarnya menghindari sederetan daftar makanan yang harus dihindari ini tidak sulit, karena sangat banyak makanan lain yang masih bisa dimakan, walau dengan sekian banyak daftar makanan yang harus dihindari tersebut. 
Kenapa harus memilih yang mungkin tidak bisa dimakan, ketika masih banyak pilihan makanan lain yang sangat boleh dimakan?
Kandungan Makanan Haram
Maksud dari kandungan makanan haram disini adalah bahan makanan yang terkandung dalam suatu produk makanan, misalnya roti, ayam goreng, atau makanan kemasan. Biasanya, saya selalu mengecek komposisi makanan di belakang kemasan produk. Untuk makanan di restoran atau warung kecil pinggir jalan, saya akan menanyakan apakah produk yang dijual mengandung bahan-bahan yang tidak bisa saya makan. Mudahnya, bisa membawa daftar bahan makanan yang tidak dapat dimakan, lalu menunjukkan daftar tersebut kepada pramuniaga toko. 
Beberapa daftar kandungan makanan yang dapat dihindari adalah sebagai berikut;
Pork, 豚肉 (Butaniku )、ポーク (pooku)
Beef, 牛肉 (Gyuuniku)、ビーフ (biifu)
Chicken, 鶏肉 (Toriniku)、 チッキン (chikin)
Bacon, べこん (bekon), ベーコン (bacon)
Pork extract, 豚肉エキス (butaniku ekisu)、ポーク
Beef extract, 牛肉エキス(gyuuniku ekisu )、ビーフ
Chicken extract, 鶏肉エキス (toriniku ekisu)、チッキン
Lard/Pork fats, ラード (raado)
Pork oil, ラ油 (Rayu )
Processing oils and fats, 加工油脂 (kakou yushi ) – ada kemungkinan minyak dan lemak yang digunakan berasal dari hewan. Biasanya digunakan untuk membuat kue, mie, roti, dan mayonnaise. 
Gelatin, ゼラチン (zerachin), biasanya terkandung pada eskrim, puding, dan kue-kue manis. Kebanyakan gelatin dibuat dari pork.
Margarine マーガリン (maagarin), biasanya terkandung pada kue dan roti, bisa ditanyakan apakah berasal dari tanaman atau hewan.
Nyuukazai, 乳化剤 , (pengemulsi makanan) biasanya terkandung pada kue, roti, minuman bersusu, dan es krim. Biasanya, jika nyuukazai yang digunakan berasal dari tanaman, akan ditulis diikuti dengan kanji kedelai  乳化 剤 (大豆 由来). Jika seperti ini, berarti boleh dimakan. Namun, jika tidak diikuti kanji kedelai, bisa menghubungi pabrik yang memproduksi makanan tersebut dengan menelepon nomor telepon yang tertera di kemasan.
Shortening , ショートニング (Shoutoningu). Biasanya terkandung pada kue, roti, eskrim, minuman bersusu, dan coklat.
western liquor : 洋酒
Alcohol : 酒精
Sake lees : 酒糟 , biasanya terkandung pada kulit lumpia, gyoza, jelly, puding, kue, biskuit, nabe, sushi.
ビーフコンソメ (beef consome), biasanya terkandung pada potato chips
チッキン コンソメ (chicken consome), biasanya terkandung pada potato chips  
コンソメパウダー (powder consome)
vanila oil (biasanya terbuat dari alkohol)
baking powder (asam tartar biasanya terbuat dari sake)
yeast/ragi (terbuat dari nyuukazai)
Untuk yang mengandung ayam (chicken) dan daging sapi (beef) biasanya dihindari karena dalam membunuhnya tidak disembelih sesuai syariat Islam. Begitu pula dengan bahan makanan yang mengandung hewan, tidak diketahui apakah hewan yang digunakan adalah pork, beef, chicken, atau yang lainnya. 
Jadi, biasanya saya menghindari bahan-bahan makanan di atas. Alhamdulillah saya masih bisa makan dengan sangat bergizi sih ya haha. Masih ada sangat banyak bahan makanan lain seperti hewan yang berasal dari laut dan air tawar (ikan, cumi-cumi, gurita, udang), sayur-sayuran, dan buah-buahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, ada juga ayam dan daging sapi halal yang biasanya dijual oleh toko impor. Jadi sebenarnya jika menginginkan ayam atau daging sapi pun tetap bisa, hanya saja tidak bisa sembarangan hehe.
Makanan Kemasan? Ingin makan di restoran?
Mungkin rasanya akan sulit untuk menghafalkan seluruh kanji di atas. Atau jika selalu membawa daftar kanji bahan makanan haram pun, akan sulit untuk membaca kanji yang ada di kemasan, karena belum terbiasa dengan hurufnya. Alternatifnya adalah dengan selalu rutin mengecek website dan fanpage facebook halaljapan, halal in japan, Muslim friendly information in Japan, dan lain-lain. Biasanya selalu dilengkapi dengan foto produk makanan kemasan dan kandungan makanannya, sehingga InsyaAllah website dan fanpage tersebut memberikan informasi yang akurat mengenai makanan halal di Jepang.
Beberapa produk kemasan yang biasanya muslim friendly adalah meiji, bourbon, dan Riska. Tapi tidak semuanya boleh juga, tetap harus selalu dicek. Lalu untuk restoran, saya biasanya selalu mengecek pada website/fanpage yang sudah saya sebutkan di atas. Yang paling sering saya kunjungi sih Seizeriya dan Marumatsu ya, karena cukup ramah di kantong mahasiswa hahaha.
Ketika makan bersama di acara kampus atau lab?
Tumblr media
Yang sangat saya syukuri selama berada di Jepang adalah, orang Jepang sangat menghargai komitmen dan keyakinan seseorang. Sehingga, ketika akan ada party di kampus atau di laboratorium, mereka selalu menanyakan bahan makanan yang tidak bisa kami makan, dan menyediakan makanan khusus untuk kami, yang tidak terkandung makanan yang dilarang di dalamnya. Memang terdengar agak merepotkan mereka, namun yang saya lihat, mereka melakukannya dengan senang hati karena bisa memfasilitasi kebutuhan berkeyakinan orang lain. Ketika mereka mengetahui kami selektif terhadap makanan pun, ketika sedang bersama mereka, mereka senantiasa selalu membantu memeriksa segala makanan yang kami jumpai apakah bisa kami makan atau tidak. Mereka sangat paham saya kesulitan membaca huruf kanji mereka ataupun berkomunikasi dengan pemilik toko atau resto haha.
Jadi kira-kira begitulah suka-duka dalam memenuhi kebutuhan sistem pencernaan saya selama di Jepang haha. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, semuanya kembali lagi pada keyakinan dan komitmen masing-masing individu. Cerita kali ini ditujukan sebagai media berbagi agar teman-teman selalu dapat menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh, karena saya yakin, segala hal yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh pula pada ibadah dan kepribadian kita.
Regards, K.
0 notes
albadrln · 8 years
Text
Saya ingin membahas tentang lebarnya pendapat komunitas muslim tentang halal dan haram makanan di Jepang. Tujuan artikel ini bukan untuk memberi petunjuk atau bahkan fatwa seperti: makanan halal itu yang seperti ini-ini dan haram itu-itu. Melainkan, lebih berfokus ke realitas di lapangan. Bahwa banyak perbedaan pendapat ttg batasan makanan yang boleh dikonsumsi muslim di Jepang.
Pembaca bisa menimbang antar pendapat satu dan pendapat yang lain di artikel ini kemudian mencari lebih lanjut dalil-dalil pendukungnya. Artikel ini juga tidak akan mengutip dalil atau kaidah halal haram dalam islam karena penulis tidak memiliki kapasitas disana. Sekali lagi, fokus artikel ini adalah lebarnya spektrum pendapat di lapangan.
Juga di luar scope artikel ini untuk memberi daftar produk/merek snack yang halal dan produk/merek yang haram. Jika Anda mencari hal tersebut, saya sarankan untuk membaca artikel dari KMI Sendai dan PPI Tokodai berikut. Atau situs yang sering menjadi acuan teman-teman, halaljepun. Untuk kaidah yang lebih ilmiah, silakan kunjungi ustadz terdekat.
Sekali lagi yang harus dicatat bahwa pendapat-pendapat disini bukanlah pendapat saya dan saya tidak meng-endorse-nya. Saya juga akan berusaha untuk bersikap netral dan menyembunyikan yang mana yang pendapat saya atau yang biasa saya/teman-teman lakukan agar tidak ada judgment kepada pemegang pendapat seberangnya. Juga yang mana pendapat yang “mainstream”, karena mainstream bagi lingkungan saya mungkin berbeda bagi lingkungan lain.
Artikel ini pada akhirnya bertujuan sebagai pengaya dan titik diskusi, bukan sebagai pendakwa atau titik acu.
Konsensus: Daging Babi dan Minuman Alkohol itu Haram
Dari lebarnya spektrum yang akan kita bahas, terdapat satu konsensus utama yakni daging babi dan minuman beralkohol itu haram. Dengan demikian, artikel ini dengan sengaja mengesampingkan pendapat orang yang katanya islam tetapi entah kenapa masih makan daging babi dan minum alkohol.
Penekanan yang ada di dalam konsensus ini adalah kata daging dan kata minuman. Daging dalam artian, babi masih berwujud otot atau gilingan. Minum dalam artian, alkohol masih berwujud cairan nyata yang dapat diminum. Makan daging babi yang masih tampak seperti daging dan minum alkohol yang masih dalam bentuk minuman tidak termasuk dalam bahasan artikel ini. Jelas HAROM.
Namun, turunan dari kedua zat ini, masih fair game. Karena penekanan dari dua benda tadi berbeda, bahasan keduanya dalam artikel ini bisa berbeda. Dengan penekanan di daging, turunan babi  yang berupa daging (e.g. bacon, ham) tidak akan masuk dalam bahasan ini. Dengan penekaan di minum, tidak akan ada bahasan tentang minuman beralkohol, tetapi akan ada bahasan ttg turunan alkohol yang bukan minuman disini.
Daging Biasa: Yang Dijual dan Dimakan Orang Jepang
Perbedaan pendapat dimulai dari daging supermarket biasa. Dengan kata lain daging sapi dan ayam yang dijual dan dimakan oleh orang Jepang.
Pendapat pertama mengatakan bahwa sama seperti di negara manapun (Indonesia misalnya), kita tidak bisa memastikan kalau si hewan yang udah jadi daging itu dipotong dengan cara islami atau tidak. Pendapat ini memegang prinsip “kalau tidak tahu, ya bole-bole aja…“. Di Indonesia pun, siapapun yang menjual, apakah dia orang Tionghoa, Batak, Sunda, atau Jawa, tidak pernah ada yang mempertanyakan atau menelusuri detail sejarah si daging, atau latar belakang sang penjual.
Pendapat lain mengatakan bahwa Jepang adalah negara non-muslim. Bahkan non-ahli kitab alias politeis. Dari fakta tersebut ditambah deduksi, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar daging yang dijual bebas disini tidak dipotong dengan cara islami, alias tidak halal. Memang tidak semua, tetapi pemegang pendapat ini lebih berhati-hati dengan daging dan menjauhi semua makanan lokal yang mengandung daging. Persis seperti vegetarian.
Orang dengan pendapat pertama tidak akan ragu untuk masuk ke restoran Jepang dan memandang orang dengan pendapat kedua menyakiti/memaksakan diri, tidak menikmati hidup, atau fanatik mungkin. Sebaliknya, orang dengan pendapat kedua tidak akan memakan bahkan madu kalau ada kanji daging di komposisinya dan memandang pendapat pertama sebagai ceroboh atau ignorant.
Efek dari kedua pendapat ini sangat besar. Sebagian besar diskusi atau kontroversi pendapat di artikel ini tidak akan berlaku bagi pemegang pendapat pertama. Sebaliknya orang dengan pendapat kedua akan memburu kanji 肉 pada setiap produk berkemasan dan mengeliminasinya.
Daging Australia
P.S. Menu Saizeriya yg paling atas ada bacon-nya, jadi tetep aja ga boleh dimakan
Perpanjangan dari topik sebelumnya, terdapat juga perbedaan pendapat antara daging ahli kitab daging yang diimpor dari negara ahli-kitab (baca: barat i.e. Benua Australia, Benua Eropa, Benua Amerika).
  Saya belum pernah mengunjungi negara ahli-kitab (baca: negara dengan mayoritas penduduk beragama kristiani), jadi saya tidak tahu bagaimana komunitas muslim disana membedakan antara daging sapi halal dan tidak halal. Kami yang di Jepang ini penasaran juga. Mungkin ada yang bersedia menulis?
Yang jelas, dua pendapat yang berbeda mencuat.
Satu pendapat, negara ahli-kitab? OK. Negara politeisme? NOK.
Satu pendapat lain, mau ahli mau pakar, tunjukkan dulu logo halalnya baru OK.
Konsekuensinya adalah saat pergi ke restoran. Misalnya, beberapa tahun lalu Sukiya – restoran sashimi daging dan ikan – rumornya mengimpor daging dari Australia. Dengan demikian, sebagian orang makan disana. Sebagian yang lain, kalau diajak nggak mau karena tetap nggak jelas dari Australianya agen halal atau agen biasa. Sayangnya, Sukiya kabarnya tidak memakai daging Australia lagi saat saya datang ke Jepang, sehingga saya tidak mengalami langsung konflik tersebut.
Contoh yang lebih modern (2017) adalah adanya menu dengan Daging Australia di Saizeriya. Nah, boleh dimakan nggak tuh?
Daging Ayam Brazil Halal
Daging ayam berlogo halal yang paling mainstream di Jepang adalah produk impor dari Brazil. Biasanya bermerk Seria atau Sadia. Daging ayam ini dijual di toko-toko halal. Toko Jepang mainstream seperti Gyoumu Supa dan Amica juga menjualnya. Terkadang saya juga nemu ayam utuh ini dijual di random warung atau supermarket yang nggak ada bau-bau toko halalnya.
Daging ini ada logo halalnya. Jadi, halal?
Tidak menurut sebagian brader dari Pakistan dengan alasan yang tidak saya pahami. Yang jelas, mereka agak nggak suka kalau disuguhi daging ayam yang diolah dari ayam utuh Brazil berlogo halal ini.
Mereka -brader- tidak percaya bahwa logo halal di produknya itu valid. Brazil gitu loh? Emangnya siapa yang kepikiran orang islam kalau dengar kata “Brazil”. Saya tidak begitu mengerti tapi isu yang saya dengar adalah sebagai berikut. Rumornya ada syekh dari brader-brader tersebut menanyakan entah ke supliernya atau importirnya atau perusahaan di Brazilnya dan pas ditanya (atau dikunjungi? entahlah) jawaban yang mereka beri tidak meyakinkan.
Begitulah.
Jadi brader makan daging mana? Para brader beli daging halal yang disembelih di Jepang. Mungkin karena yang punya tokonya adalah brader juga, jadi mereka kenal dan yakin atau gimana gitu.
Saya menemukan banyak logo halal yang unik-unik di Gyomu Supa, misal halal Denmark, Eropa, Filipin. Negara-negara yang nggak kita pikirkan kalau bakal ada lembaga sertifikasi halalnya lah. Dan logo halal adalah tanda paling mudah bagi kita untuk mempercayai kehalalalan sebuah produk. Agak ragu juga sebenarnya dengan logo halal yang nggak pernah dengar sebelumnya tersebut. Kemudian ada berita juga di Korea, kasus pemalsuan logo halal ini sangat mewabah. Namun, kalau kita tidak mempercayai tanda halal di produk ini, apa lagi dong yang bisa kita percaya ya…
Mirin, Seperti di Sushi atau Udon atau lain-lain
Topik selanjutnya: Mirin. Zat yang belum pernah saya denger pas di Indonesia ini adalah bumbu dapur berupa cairan yang mengandung alkohol berkadar tinggi, biasa dipakai untuk tumisan atau makanan berkuah. Hal yang sangat menyebalkan karena muslim di Jepang hobi makan sushi, soba, dan udon. Karena, well, makanan tersebut adalah makanan Jepang buanget yang tidak mengandung daging sama sekali.
Toko udon favorit di Toyohashi.
Ditambah lagi banyak rumor ttg toko sushi sana boleh, toko sushi sini ada mirinnya, toko sushi situ cuma menu tertentu bertebaran hampir secara periodik, membuat komunitas flip-flop dan bingung menyikapi sushi. Hal inilah yang membuat kasus spesifik ini patut dicatat di artikel ini.
Beberapa orang mengabaikan apakah sushi mengandung mirin atau tidak. Sebentar… Mengabaikan mungkin kata yang terlalu kasar. Lebih tepatnya, membuat asumsi by default sushi itu boleh dimakan sampai ada bukti (atau rumor) kalau dia mengandung mirin.
Beberapa benar-benar mengabaikan rumor tersebut. Wong sushi gini… Mana bisa mabuk makan sushi banyak-banyak, walaupun ada mirin-nya.
Beberapa yang lain agak paranoid, menjauhi sushi yang pernah terdengar rumor bahwa ia berimirin, barang sedikitpun. Atau bahkan semua jenis sushi.
Ada yang bertanya, orang Jepang memakai mirin untuk minum-minum nggak? Kemudian dilanjutkan, kalau diminum banyak-banyak memabukkan nggak? Kalau nggak kan berarti ya boleh aja, bermirin atau tidak.
Pertanyaan yang pertama jawabannya iya, zaman dulu kala [1].
Mirin was originally meant for drinking, but has been used as a seasoning since the end of the Edo Era … Chiba, Machiko, J. K. Whelehan, Tae Hamamura, Elizabeth Floyd (2005). Japanese Dishes for Wine Lovers. Kodansha International. p. 12.
Untuk pertanyaan kedua, entahlah. Karena dulu dipakai untuk minum-minum, ya kemungkinan besar memabukkan juga kali ya. Sehingga bisa disimpulkan karena banyaknya memabukkan thus haram, ergo, sedikitnya pun haram.
Sumber: japanguide.com. Basic for Muslim Travelers in Japan.
Setidaknya itu pendapat sebagian orang. Sebagian komunitas lainnya melihat, produknya atau makanannya, bukan komposisinya. Dengan kata lain, sushinya bukan mirinnya. Hal yang membawa kita ke topik berikutnya.
Makanan Ber-(senyawa)-alkohol
Bagaimana kalau makanan tersebut disiram alkohol, kemudian 1 detik kemudian ia menguap lalu hilang sama sekali?
Bagaimana kalau makanan tersebut berkadar alkohol yang sangat sedikit? Alkohol dari alam? Durian, tape, legen beralkohol tetapi undoubtly halal kan?, sekali lagi bagi sebagian besar pendapat.
Bagaimana kalau makanan itu tadinya berbahan alkohol, tapi sekarang bukan berwujud alkohol? Cuka aja boleh…
Semua variasi ini bisa memiliki spektrum pendapat masing-masing, pendapat sejumlah kepala yang ada. Perbedaan ini dikarenakan beda interpretasi antara khamr dan alkohol. Khamr, memabukkan. Hampir semua alkohol memabukkan. Yap, hampir tapi tidak semua.
Tidak cuma kita-kita yang tidak memiliki kapasitas untuk menjawabnya, para ahli pun sepertinya tidak bisa memberikan jawaban yang simpel, jelas dan konsisten. Titik temunya sulit disepakati. Setiap sertifikasi halal pun punya standar persentase alkohol maksimal masing-masing. Nah, apalagi orang-orang yang dibawah kayak kita. Pasti eksekusinya juga pusing dan tidak konsisten.
Contoh tidak konsisten misalnya, sebut saja si A* sangat suka durian. Kan halal. Namun, choco-chips yang ada kanji 酒 sake-nya, menjauhi. Padahal mungkin persentase alkohol di durian lebih besar dari pada di snack tersebut dan nggak pernah dengar tuh ada orang mabuk makan choco-chips banyak-banyak. But who knows…
*) Siapa itu si A. Karena batasan netralitas pendapat di artikel ini, saya tidak akan memberitahu siapa itu A. Wink.. wink..
Tidak hanya soal alkohol tadi, soal perubahan senyawa molekuler juga sepertinya masih menjadi perdebatan para ahli. Molekul ini dari babi, tapi udah berubah, atau cuma untuk dimakan bakteri dan bakteri menghasilkan molekul lain. Topik sulit yang tidak akan dibahas di artikel ini. Hal ini terkait dengan zat-zat komposisi yang akan menjadi topik selanjutnya. Yap, bahan makanan jadi bahan pertimbangan buat makan di Jepang disini. Nggak kayak di Indonesia. Ada zat yang meragukan dan ada yang tidak.
Minuman “Keras” Alkohol Nol Persen
Sebelum membahas lebih lanjut ttg zat meragukan tersebut pada komposisi makanan dan zat turunannya, mumpung lagi membahas Alkohol, mari kita sisipkan topik ttg minuman tidak beralkohol.
Es teh manis?
Bukan lah. Misalnya, bir non-alkohol atau wishkey zero alkohol, dan semacamnya. Katanya di arab banyak yang kayak ginian.
Foto dari Non-alcoholic beverage [Wikipedia]. Saya nggak beli lho!
Kalau saya, kok ragu kalau itu boleh diminum. Alkohol nol persen ya apa sama dengan tidak memabukkan? Yang jelas ada muslim yang yakin kalau minuman tersebut boleh diminum.
MUI sendiri menfatwakan bahwa makanan dengan nama haram (misal: teh merek Whiskey) atau makanan yg direkayasa supaya jadi berasa seperti rasa makanan yang haram (bumbu perasa babi yg nggak dari babi), jadi haram juga (Fatwa MUI 4/2003).
Meskipun masalah legalitas seperti hukum, fatwa, dan dalil di luar bahasan artikel ini, terkait dengan fatwa tadi, bagaimana dengan bir pletok? Ginger ale? Wine (Wine is not emulator)?
Balik ke Jepang. Disini bir dan semacamnya dijual bebas di mana saja, di warung pun buanyak variasinya. Saya sih jarang mendengar eksistensi minum keras zero alkohol disini, dan kayaknya komunitas disini juga tidak terlalu peduli dg eksistensinya. Well, move on ke topik selanjutnya.
Zat Turunan pada Ingredients
Nah, saatnya membahas gajah di ruangan. Nggak gajah juga sih, kan senyawa zat kecil-kecil. Zat turunan yang saya maksud ini ditemukan di bahan makanan, tertulis di daftar komposisi di balik kemasan makanan.
Sumber: ameblo.jp. Coklat tanpa nyukazai. Pernah dapat coklat ini dari anak SMP Jepang pas pertemuan pertama Aichi Scholarship. Mereka jualan coklat ini untuk charity katanya.
Saya tidak pernah paham the extend of “watch-out”-items in the ingredients, gimana tuh Indonesianya, ttg lebar/jangkauan/cakupan zat-zat yang harus diawasi di daftar komposisi. Kadang saya main ke komunitas/orang lain yang saya jarang berinteraksi, ternyata mereka menjauhi bahan-bahan yang selama ini tidak pernah saya pikirkan harus diawasi.
Daftar ini bisa melebar luas, termasuk tetapi tidak terbatas pada: lemak, gelatin, shortening, jelly, nyuukazai (emulsifier), margarin, butter, karamel, cream, yeast, asam amino, soyu (soy sauce), white vanili, dll.
Bahan-bahan makanan yang dijauhi tersebut biasanya karena tidak jelasnya asal muasal mereka. Kebanyakan dari keluarga turunan babi, misalnya emulsifier dari babi dan seterusnya. Namun ada juga emulsifier yang bukan dari babi. Karena tidak tahu yang mana, jadi tidak jelas lah.
Setiap item di watch out list itu bisa menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.
Nah menyikapi hal ini secara umum pun bisa menjadi pendapat yang berbeda juga. Kaum kalau tidak tahu tidak apa-apa, tidak akan melihat eksistensi tulisan tersebut di komposisi. Kaum paranoid akan memburu semua kanji dan kana dari daftar list mereka dan menjauhi semua makanan bertuliskan kanji-kana tersebut. Kaum takut tapi penasaran rasanya kayak mana akan menelpon si pembuat makanan untuk memastikan bahan makanan tadi terbuat dari apa.
Kaum yang terakhir saya sebut tadi biasanya akan dipandang jadi hero (atau jadi villain?) ketika mengumumkan produk ini boleh-tidak boleh karena alasan ini ana itu. Yang akan dibahas pada dua topik terakhir.
Double Derivative: Makanan Berkomposisi Bahan yang Produk Pasaran/Satuannya Berkomposisi Meragukan
Namun sebelum membahas dua topik tadi, mari sedikit mengekstensi topik sebelumnya sedikit. Mungkin sudah jelas di judul yak, ttg.  “Makanan Berkomposisi Bahan yang Produk Pasaran/Satuannya Berkomposisi Meragukan”.
Maksud loehh?
Lihat kembali di daftar “watch-out”-items pada topik sebelumnya. Dua item terakhir adalah soyu dan white vanili. Ekstrak kedelai dan vanila putih. Hal yang kalau dilihat dari namanya, tidak ada bau-bau mencurigakan. Bukan? Namun, ada beberapa orang yang menjauhinya dengan argumen sebagai berikut.
Beralkohol
Tidak beralkohol
Jadi, soyu itu soy sauce alias saus kedelai. Soyu sebagai produk di supermarket, botolan, satuan ada yang mengandung alkohol (kanji 酒) dan ada yang tidak. Jadi ada yang boleh ada yang tidak. Are you with me?
Nah, ada produk makanan lain tuh. Misal apa deh, roti kek atau snack. Eh, dilihat di belakang bungkusnya ada tulisan soyu. Jeng-jeng-jeng…. Nah lho, nah lho. Boleh nggak tuh?
Karena fakta di lapangan yang bisa kita saksikan sendiri (di supermarket, misal) bahwa ada soyu yang boleh dan nggak boleh, meragukan, ergo si roti tadi juga meragukan sampai diketahui si soyu ini komposisinya bagaimana. Jadi, rotinya mending dijauhi.
Yang lain berpendapat, chotto matte! soy sauce ya soy sauce. White vanili ya white vanili. Jangan menyetarakan produk bahan dan produk jadi. Produk pabrik dan produk konsumen. Logikanya, pabrik kalau memesan dan mencantumkan bahan ya bahan murni. Bukan bahan turunan. Kalau turunan berarti bahannya bahan tadi juga merupakan bahan dan harus dicantumkan juga, bukan? Kalau begitu, produk yang mengandung coklat semua meragukan karena ada coklat yang mengandung alkohol ada juga yang tidak.
Argumentasi pada topik terakhir ini cast doubt, apa lagi ini indonesianya, memancarkan bayang keraguan pada daftar komposisi itu sendiri. Bisa dipercaya atau tidak kah?
Untung saja ada kaum takut tapi penasaran pengen nyoba yang terdepan dalam mengonfirmasikan hal-hal tersebut ke produsen langsung. Bisa nunggu laporan mereka lah. Eh.. Tapi kalau daftar komposisi di kemasan nggak bisa dipercaya,  konfirmasi dari produsen bisa dipercaya nggak ya? Hm…
Halal Berbatas: Waktu/Serial Number/Tempat/Bungkus
The taste doesn’t bother interest me anyway.
Bahasan gajah di ruangan (ttg zat turunan dalam komposisi) ini merujuk kepada satu kesimpulan. Kehalalan di sini sifatnya limited dan temporer.
  Bertanya “ttg kit-kat itu halal apa nggak?” jawabannya bisa bermacam-macam tergantung siapa yang menjawab. Dan macam-macam lagi tergantung kapan, kit-kat yang mana, yang dijual dimana, bahkan yang serial numbernya dengan akhiran apa.
Ada juga produk milk-tea yang as bizzare as it sounds, um, seaneh kedengarannya, berbeda status kehalalannya bergantung pada ukuran botol. Yang sedang boleh, yang kecil nggak. Padahal produk yang sama dengan tulisan komposisi yang sama.
Hal tersebut sangat biasa di kehidupan komunitas muslim di Jepang.
Makanan Dari Teman
Artikel ini memperlihatkan bahwa setiap ada topik pasti ada pendapat yang berbeda di antaranya. Nah, kalau makanan itu untuk diri sendiri sih nggak masalah. Namun, di dalam komunitas tentu interaksi, tukar pikiran, dan tukar makanan pasti akan terjadi. Bagaimana dengan spektrum pendapat yang berbeda-beda tadi?
Apakah kita harus mengecek kalau semua parameter di atas sama nilainya dengan teman yang memberi kita makan tadi? Tentu saja pada topik ini juga ada perbedaan pendapat lagi. Ada yang nanya banget, ada yang nanya secukupnya, ada yang cuek.
Misal yang soal brader tadi, katanya sampai ngamuk dan menolak kalau disuguhi daging halal brazil. Saya sih tidak menyaksikan langsung gimana cara mereka menolaknya. Katanya sih beberapa tahun lalu terjadi, dan sepertinya mereka sudah mulai melunak akhir-akhir ini.
Saya akan melanggar batasan netralitas artikel ini khusus untuk topik ini. Kalau saya, asal saya tahu yang memberi makanan atau minuman tadi muslim, kecuali makanan tadi sangat-sangat mencurigakan, saya tidak akan menanyakan ini halal nggak? atau lebih parahnya lagi parametermu bagaimana?.
Nobody will refuse or question the halal status of rendang. Sumber foto: Rendang [wikipedia].
Menurut saya, burden of proof, duh apa lagi ini Indonesianya, beban pembuktian kehalalalan jatuh kepada dia yang membuat dan memberi makanan tersebut. Dan sebagai muslim, kita cukup percaya dengan keislamannya dan yakin dia tidak berniat mencelakakan. Ini juga sebagai penghormatan terhadap pendapat masing-masing. Meskipun berbeda pendapat, muslim tetap bersaudara.
Meskipun begitu, dua paragraf terakhir di atas nggak jelas juga tuh dengan klausa “kecuali sangat-sangat mencurigakan”. Mencurigakan itu yang bijimana? Duh duh duh…
Mujtahid dan Mujtahid Mutlak
Pada akhirnya, setiap pendapat adalah milik pribadi masing-masing. Setiap pribadi harus berijtihad, memutuskan bahwa saya berpendapat begini untuk topik ini dan begitu untuk ropik itu.
Ada prinsip bagus dari ustadz yang menjadi imam di Masjid Toyohashi (atau yang datang dari Indonesia untuk pengajian? saya lupa siapa).
Wara’ itu untuk diri sendiri. Bukan untuk orang lain.
Dan bagi yang bingung memutuskan pendapat, selalu ada mujtahid mutlak di sekitar kita. Ini sebenarnya istilah guyon yang dicetuskan oleh salah satu bapak-bapak di Toyohashi. Jadi bukan mustahid mutlak kayak imam syafii gitu bukan. Disini maksudnya, orang-orang yang kalau “berfatwa” roti merek ini itu boleh, chiki ini itu nggak, dan memakannya, pendapat itu bakal mutlak dipakai oleh komunitas di sekitarnya.
Syarat jadi mujtahid mutlak ini tidak sulit. Punya kecenderungan untuk peduli ttg halal dan haram. Jadi, minimal bukan omnivora-lah, apapun dimakan. Punya kecenderungan untuk update informasi. Nggak gaptek-gaptek dan kuper-kuper amat. Dan yg terpenting punya kecenderungan untuk bisa membaca kanji. Beres. Saya juga pernah menjadi mujtahid mutlak bagi anak-anak SMP Indonesia yang datang ke Jepang. Mereka belanja di kombini dan saya dengan otoriter men-dictate, ini boleh, ini jangan.
Biasanya tiap komunitas punya orang seperti ini, dan pendapatnya juga berbeda antata mutlaker di komunitas satu dan lain. Pernah dengar cerita juga, ada anak yang dianggap alim karena dia rajin sholat mengaji dsb, memiliki pendapat pertama di topik pertama artikel ini, jadi teman-temannya pun berpendapat yang sama.
Di internet, kaum penanya produsen tadi juga bisa direfer dan dipakai pendapatnya secara mutlak. Biasanya mereka mengepos di Facebook, group, atau blog-blog. Situs halal yang saya refer di awal artikel juga salah satu contohnya.
Mujtahid mutlak daring sedang beraksi.
  Jika Anda bingung ttg suatu kasus halal haram suatu produk, membaca artikel ini mungkin akan tambah bingung. Untuk pembaca yang sudah membaca sampai paragraf ini, saya ucapkan: Selamat atas achievent Anda membaca artikel 3000 kata ini. Maaf karena mungkin saya tidak menjawab pertanyaan Anda. Dan terima kasih telah meluangkan waktumu untuk membaca blog ini.
Penutup
Topik berikutnya, terdapat juga perbedaan pendapat dari bagaimana makanan tadi itu ditutup. Penutupnya turunan dari babi atau nggak.
Bercanda-bercanda…
Artikel ini sudah terlalu puanjang dan membahas hal yang cukup luasss…. Mau mengedit supaya lebih ringkas, kok capek ya. Jadinya, bingung deh mau menutupnya bagaimana.
Pokoknya gitu lah ya.
Di Jepang, halal haram itu pusing. Nggak gampang kayak di Indonesia. Namun, semoga tidak ada konflik dikarenakan perbedaan pendapat di atas. Tidak perlu keras mengoreksi dan berbantah-bantahan. Mari melembut dan tersenyum. Saling menghormati pendapat masing-masing, dan terus berusaha belajar dan memperbaiki diri. Sepertinya itu lebih baik.
Sama-sama perantau kita di Jepang sini, mari kita saling bahu membahu.
Jika ada pertanyaan, pendapat, cerita silakan kasih komentar di artikel ini atau lebih baik lagi tulis di blogmu. Mungkin bisa memperkaya wawasan ttg topik ini lebih luas lagi.
^^.. Wassalamualaikum.
Spektrum Halal Haram Makanan di Jepang Saya ingin membahas tentang lebarnya pendapat komunitas muslim tentang halal dan haram makanan di Jepang. Tujuan artikel ini…
0 notes