Tumgik
#ORANG JAWA NAIK HAJI
turisiancom · 1 year
Text
TURISIAN.com - Taman Surya, yang berlokasi di Kompleks Balai Kota, telah menjadi destinasi wisata keluarga yang menarik di Kota Pahlawan, Jawa Timur. Wali Kota Eri Cahyadi dengan bangga mengumumkan bahwa Taman Surya kini telah dibuka untuk publik. Menghadirkan peluang unik bagi masyarakat untuk mendekatkan diri dengan pemerintah kota sambil menikmati liburan yang tak terlupakan. Wali Kota Eri membagikan visinya ini dalam sebuah pernyataan di Surabaya pada hari Sabtu malam, 2 September 2023. BACA JUGA: Super Air Jet Membuka Rute Baru Surabaya-Labuan Bajo, Tawarkan Destinasi Ini Dia mengungkapkan bahwa tujuan dari pembukaan Taman Surya adalah untuk memberikan pilihan wisata yang menarik bagi keluarga Surabaya. Baginya, Taman Surya adalah sebuah tempat di mana masyarakat dapat berkumpul, berbagi kebahagiaan, dan menikmati keindahan alam. Setiap akhir pekan, Taman Surya menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Mulai dari Jumat malam hingga Sabtu malam, para pengunjung dapat menikmati sajian musik live yang memukau. BACA JUGA: Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya Segera Dibuka, Pertama di Indonesia Kota Pahlawan Pemerintah kota bekerjasama dengan seniman-seniman lokal untuk menghibur warga Kota Pahlawan yang datang berkunjung. Namun, apa yang membuat Taman Surya begitu istimewa adalah kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan Wali Kota Eri Cahyadi. Di Jumat malam yang cerah tanggal 1 September, Wali Kota Eri mengunjungi Taman Surya dan mengejutkan sejumlah warga yang sedang bersantai di sana. Ia dengan tulus menyapa mereka dan bahkan bergabung duduk di tikar piknik sambil berbincang-bincang dengan warga. BACA JUGA: Mau Beli Oleh-oleh Lebaran Haji, Coba Deh Sambangi Toko Surabaya Ini Wali Kota Eri tak hanya mengejutkan para pengunjung dengan kehadirannya, tapi juga dengan pesan yang ia sampaikan. "Bahagia tak harus mahal, tetapi kenyamanan dan keindahan bisa ditemukan di Balai Kota," ungkapnya dengan senyuman. Dia juga mengingatkan semua untuk menjaga kebersihan dan tidak meninggalkan sampah di Balai Kota, yakin bahwa warga Surabaya akan senantiasa membuang sampah pada tempatnya. Selama kunjungannya, Wali Kota Eri juga ikut merasakan kebahagiaan anak-anak yang bermain sepatu roda di halaman Balai Kota. BACA JUGA: Hangout Sama Keluarga di Surabaya, Ini Tempat Nongkrong Asyik Semakin malam, halaman tersebut semakin ramai dengan pengunjung, yang kebanyakan adalah keluarga yang datang untuk berlibur bersama. Tidak hanya menyaksikan keseruan pengunjung, Wali Kota Eri juga turut menghibur mereka. Ia naik ke atas panggung dan memukau para pengunjung dengan vokalnya yang merdu. Menyanyikan beberapa lagu yang disambut antusias oleh semua orang. BACA JUGA: Taman BMX dan Skate Surabaya, Spot Wisata Olahraga yang Menarik Kalian Kunjungi Dengan inisiatif yang luar biasa ini, Wali Kota Eri Cahyadi telah menciptakan Taman Surya sebagai destinasi wisata keluarga yang tak terlupakan di Surabaya. Taman ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga hubungan yang lebih erat antara pemerintah kota dan masyarakat. Serta pengalaman yang penuh kebahagiaan bagi semua pengunjungnya. ***
0 notes
usratulmaqfira · 1 year
Text
21 Agustus 2023
Nama​​: Usratul Maqfira S
Kelas​​: 7C/Manajemen Pemasaran
Nim​​: 20652054
Mata Kuliah​: Marketing Politik
1. Mengenal politikus Muda
• Faldo Maldini, S.Si., M.Res., M.I.P. (lahir 9 Juli 1990) adalah pengusaha dan politikus Indonesia dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Setelah menyelesaikan studi sarjana di UI pada 2013, Faldo berencana bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tetapi urung. Ia merasa PKS tidak memberinya "tempat" dan melihat peluang ada di Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, ia mengaku mendapat tawaran bergabung dengan PAN dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan melalui Ray. Faldo diberi jabatan sebagai kepala departemen dalam struktur kepengurusan PAN.
Pada 2017, dalam waktu relatif singkat, Faldo menduduki jabatan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN. Dalam posisi itu, ia bertanggung jawab berkoordinasi dengan DPW dan DPC di daerah, membangun sistem pengkaderan yang sistematis, hingga mengupayakan Zulkifli Hasan untuk ikut dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Dalam ajang pemilihan umum legislatif 2019, Faldo maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PAN daerah pemilihan Jawa Barat V, tetapi tidak terpilih. Pada Oktober 2019, ia mengundurkan diri dari PAN dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di PSI, ia mendapat posisi sebagai Ketua DPW PSI Sumatra Barat.
Selaku politikus PSI, Faldo menyatakan dukungannya terhadap Perda Syariah, yang bertentangan dengan sikap PSI di pusat. Pernyataan ini ia sampaikan dalam pidato politik pencalonan dirinya di ajang Pemilihan umum Gubernur Sumatra Barat 2020.
Sejak 14 Juli 2021, Faldo menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara bidang Komunikasi dan Media.
Faldo masuk ke Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI pada tahun 2008. Di kampus, ia mengenal gerakan tarbiyah dan menjadi kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Ia mulai aktif berorganisasi dan pernah menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Fisika UI tahun 2010, Ketua BEM FMIPA UI tahun 2011, hingga Ketua BEM Universitas Indonesia tahun 2012. Di bidang akademik, ia menerima Beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri dan Goodwill International Scholarship. Pada 2011, ia meraih juara 3 pada kompetisi Mahasiswa Berprestasi. Pada 2013, ia menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar Sarjana Sains (S.Si.). Faldo melanjutkan pendidikan pasca-sarjana di Imperial College London. Pada pemilihan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom (UK) 2013, Faldo ikut dalam kontestasi bersaing dengan Ray Zulham Farras Nugraha, anak Zulkifli Hasan, politikus PAN dan Menteri Kehutanan RI. Faldo terpilih sebagai Ketua PPI UK periode 2013-2014. Ia sebelumnya dikenal aktif menentang penertiban lapak pedagang-pedagang liar di sekitar Stasiun KRL ruas Depok-Pasar Minggu pada tahun 2012. Aksi penentangan penggusuran tersebut dilakukan dengan meletakkan batang kayu besar di tengah rel kereta lin Bogor.
2. Efektabilitas dan Kapabilitas artis muda sebagai anggota partai politik.
• Latar Belakang Ali Syakieb
Ali Syakieb adalah seorang aktor kelahiran Bogor, 6 Juni 1987. Ia adik dari aktris terkenal Nabila Syakieb. Ali anak dari kedua dari tiga bersaudara dan memiliki keturunan Arab. Sebelum meniti karier di dunia hiburan dengan wajah tampannya, Ali sempat berprofesi sebagai seorang pilot. Sulitnnya mencari pekerjaan pilot, ia banting setir jadi artis. Ali memulai kariernya di dunia hiburan dengan bergabung di salah satu rumah produksi pada 2007, saat usianya menginjak 20 tahun. Ia mulai bermain sinetron pertamanya berjudul Alisa. Setelah itu kariernya kian berkembang dengan bermain sinetron lainnya seperti Khanza, Hingga Akhir Waktu, Amanah dalam Cinta, Tukang Bubur Naik Haji. Selain bermain sinetron, Ali juga bermain di film layar lebar yang salah satunya mengangkat namanya menjadi lebih dikenal banyak orang lewat film Srigala Terakhir yang tayang pada 2009. Dalam film itu, ia beradu akting dengan Vino G Bastian, Fathir Muchtar, Dion Wiyoko, dan Dalllas Pratama, Wajah tampannya juga banyak menghiasi FTVSelain sibuk di dunia entertainment, Ali miliki bisnis yaitu bisnis kue, seperti halnya artis lainnya. Adik kandung Nabila Syakieb itu memilih Kota Bogor sebagai tujuan pasar kuenya. Namun walaupun demikian ali syakieb memutuskan untuk memilih masuk partai NasDem dalam terjun ke politik. Namun memutuskan keluar dan masuk partai DI Perjuangan. memantapkan diri menjadi Caleg PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Jabar XI atau Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.
• Pendidikan dan Pengetahuan Ali Syakieb
Ali Syakieb merupakan alumni dari Deraya Flying School. Ali Syakieb mengawali karirnya dengan berprofesi sebagai seorang pilot. Kemudian, sampai saat ini ia memilih untuk berkarir di dunia entertainment.
Prestari Ali Syakieb : Penghargaan dan nominasi
- 2016 SCTV Awards Aktor Utama Paling Ngetop dalam karya Istri Untuk Papaku,
Aktor Mega Series/FTV Terkiss dalam karya Suara hati Istri
- 2022 Pasangan Baper Terkiss
• Komunikasi Politik dan Aspirasi Dari Masyarakat
Ali syakib memiliki Visi misinya sama, karena PDI Perjuangan itu nasionalis, 2 program yang akan dia perjuangkan selaras dengan profesi dan latar belakangnya dan akan membuat regulasi agar PH (production house) punya jam kerja yang jelas
1 note · View note
fajarrpriyambada · 1 year
Text
Asmaradana #3
Tumblr media
Mendekati waktu Imsak, orang-orang mulai berjalan ke masjid. Aku mengambil jaketku, sembari bersiap turun dari kereta Turanggaku.
"Hrrr,, hatciiiw…", Aku bersin-bersin. Ini masih di tengah kota, tapi dinginnya udah luar biasa. Kemarin aku sudah menghubungi calon ibu kos kalau aku datang hari ini, Aku dikasih tahu beliau kalau dari stasiun Bandung aku bisa naik Angkot warna putih tujuan Lembang, nanti turun pertigaan depan Terminal Ledeng, lanjut naik ojek ke Desa Cihideung. Beruntungnya aku dapat Mamang Ojek yang baik banget, kebetulan beliau juga orang Cihideung, jadi kenal sama bu Euis, ibu kosku. Beliau aslinya orang Garut, tapi suami beliau, si Abah orang asli sini.
Desa tempatku tinggal ini terkenal sebagai desa agrowisata, sepanjang jalan desa ini banyak sekali pedagang tanaman, baik buah, bunga maupun sayur. Aku senang tinggal disini, abah dan emak (panggilan untuk bapak ibu kos) sangat baik. Mereka hanya tinggal berdua, anak-anaknya udah pada nikah dan tinggal di rumah mereka sendiri. Jadi aku sudah dianggap seperti anak sendiri.
Abah dan emak punya usaha budidaya tanaman dan pertanian buah juga. Sebagai lulusan pertanian, aku sangat senang karena merasa ilmuku sangat bermanfaat disini. Sudah tiga bulan aku tinggal di Bandung, Abah sering mengajakku keluar kota, bahkan sampai ke Jateng untuk menjual tanamannya, atau terkadang mencari bibit yang tidak ada di Bandung untuk Abah kembangkan di Kebunnya.
"Aa, kumaha? Tos betah henteu tinggal didieu?", Tanya si emak, disela-sela istirahat ku di kebun.
"Alhamdulillah, saya senang mak tinggal disini", balasku,
Meskipun aku sudah 3 bulan disini, aku masih kesulitan ngomong bahasa Sunda. Walaupun aku juga paham apa yang mereka ucapkan.
"A, udah tinggal disini aja, jadi urang Bandung. Siapa tahu jodohnya urang Bandung juga?", sahut Abah menggodaku.
"Hahaha, Abah bisa aja!", Balasku sambil tertawa.
Hari mulai semakin sore, sepulang dari kebun aku langsung beristirahat dan masuk kamar. Aku tiba-tiba kepikiran perkataan Abah tadi siang. Memang semenjak datang kesini, ada seorang perempuan warga sini yang jadi perhatianku. Gadis ini adalah seorang ustadzah yang biasa mengajar ngaji di TPQ depan kosanku. Aku belum tahu namanya, yang aku tahu dia anak pak Haji. Salah seorang tokoh agama yang disegani di kampung sini. Sepertinya Abah tahu kerisauan hatiku.
Aku tetiba teringat percakapan antara bapak, ibu, dan keluarga besar di Jogja beberapa tahun lalu. Mereka bercerita tentang adik sepupunya Bapak, yang barusan bercerai dengan istrinya. Istrinya ini cantik banget, namun dia tergoda oleh pria lain hingga meninggalkan om ku ini beserta anak-anaknya.
"Makanya, aku dulu kayak gak sreg saat Roni nikah sama orang Sunda… Udah cari yang sama-sama orang Jawa aja", begitu celetuk Bapakku.
Dulu aku cuek-cuek saja, sekarang aku kepikiran..
"Waduh, kalau aku mendekati anak pak Haji ini gimana ya tanggapan orang tuaku". Aku kepikiran terus.
Malam itu, aku tak bisa tidur nyenyak.. Jujur, aku galau… Padahal melangkah mendekatinya saja belum…
(Bersambung ... )
0 notes
deepvoidnight · 2 years
Text
25 February 2023 - Rumah budhe Lil
Hidup yang pesimis part 1
Rasanya sulit sekali untuk bangkit dan bersemangat untuk menjadi kaya seperti dulu.
Semua dimulai saat ayah ngambek karena aku gak boleh ke jawa. Ngambeknya diam pula, gak mau ngobrol.
Sebenarnya juga kayak 50% ambil kerjaan di pupuk indonesia itu, tapi semangat untuk ke jakarta dan jadi kaya nya masih gede...
Pas gak dibolehin ke jakarta, rasanya langsung lemes.
Udah gak ada tujuan hidup mau ngapain lagi. Sering bertanya untuk apa hidup? Apa manusia punya kehendak atas dirinya? Kenapa sikap ayab dan ibu terlalu merepress aku, apakah islam seperti mereka, terlebih mereka orang yang rajin ibadah ritualnya...
Aku juga bingung setelah sering meditasi, banyak dengerin ngaji filsafat, rasanya hidup itu nyari apasih?
Atau kadang aku berasumsi, jangan2 said yang kemarin itu cuma palsu aja, aslinya yang sekarang yang gak beneran punya keinginan apapun...?
Soalnya kan sebagian manusia, aku juga, bisa menyerap mood, atau perasaan seseorang.
Jangan2 kemarin itu aku nyerap dan membawa ambisi orang lain aja yang ingin kaya dan haus akan materi ini itu.
Atau jangan2 itu doktrin aja dari para motivator yang sering ku dengar yang apapun alasan dibaliknya, seringnya islami - sedekah, bangun pondok, naik haji, sering mengutamakan materi.
Sehingga aku sangat tehr drive dengan materialisme.
Tidak mau kerja lama yang gitu2 aja - takut miskin.
Tidak mau kuliah akuntansi - karena gak passion -> takut miskin.
Dan hanya mau dengerin motivar yang sadar tidak sadar membawa ideologi materialisme - Bahagia itu kalau bisa freedom dari uang, waktu dan tenaga.
--- KEMBALI KE TOPIK AWAL ---
Ini semua bercampur baur sehingga aku kebingungan harus ngapain. Di satu sisi umur juga sudah diambang batas yaitu 27, jadinya hanya bisa memilih pilihan yang ada meskipun bukan yang terbaik.
Kondisi ini membuatku kembali mempertanyakan kenapa bisa punya orangtua se strik itu. Tidak ada ruang untukku memilih.
Aku juga kadang nyesal jadi anak penurut dan terlalu mudah percaya sama doktrin dari para guru agama (yang mungkin saja benar di konteks berbeda).
Jadi saat ini ingin bangkit lagi. Capek kerja lagi. Tapi harus apa ya...?
Saat ini, saking pesimisnya, aku kadang berfikir untuk terus melajang, atau nikah tapi harus nyari calon istri pekerja, atau anak satu aja atau mungkin juga childfree.
entahlah
0 notes
hazumio · 3 years
Text
Beberapa tahun kerja dan sekarang penempatan di pedalaman, ngasih pengalaman luarbiasa ngos-ngosan 🤣, qadharullah saya kerja dan penempatan di kabupaten yang baru dimulai perkembangannya, apa disana ada supermarket dsj? Gak ada, kita kemana mana naik perahu, speed, atau kapal besar, jarak si kabupaten dari rumah orangtua saya kurang lebih 8-9 jam ditempuh dengan kapal besar sejenis ferry.
Apa yang mau saya ceritain disini adalah gimana suasana disana, namanya juga pedalaman ya, jadi tempat saya tinggal itu dihutan 😂, saya nyebutnya hutan karena emang masih masuk-masuk dalam hutan walau bisa ditempuh dengan kendaraan.
Saking hutannya tiap hari saya denger suara kodok kalau musim hujan, jangkrik, dan hewan-hewan yang kebetulan lewat.
Rumah dinas saya dikeliling sama pohon duku dan pohon manggis, jadi kalau lagi musim tinggal ngambil dikit, belum lagi sama kebun-kebun orang transmigran, iya disana banyak banget orang jawa dan pendatang seperti saya.
Ada wifi gak disana? Ada tapi cuma dititik titik tertentu, waktu saya ke kantor tel**omnya nanyain wifi bisa disambungin ke rumah dinas saya gak, dibilangnya belom ada tiangnya 🤣.
Belom ada tiang 😂, mana kalau listrik mati jaringan seluler pun ikut mati.
Kalau gak pake wifi saya udah pasti kesusahan menjaga komunikasi dengan sanak kerabat saya kecuali saya turun ke kota, ada kotanya? Ada tapi kota ala ala maksudnya bukan kota sih, tapi kepadatan penduduknya lebih oke.
Alhamdulillah saya ada kerabat yang rumahnya gak dikota dan dilewati tiang wifi, jadi rumah kerabat itu didepan jalan gede, walau tetep saja setiap hari kalau mau keep in touch dengan bener saya harus ke rumah kerabat saya ini yang artinya harus keluar rumah dinas saya yang dihutan itu 😂.
Saya yang asli ya anak nongkrong semenjak kerja udah gak pernah nongkrong, iya jarak ke kota kalau saya cukup kenceng nyetir motor bisa 15 menitan, kalau lemot ya 20 an menit, tapi saya harus melewati jalanan berhutan yang gak ada lampunya, first time saya ngerasa nyetir motor kayak melayang karena saking gelapnya ya disana, diikutin orang? Oh pernah, sampe akhirnya saya mutusin untuk hanya ke kota kalau matahari terang benderang.
Ada kejadian orang digerek lehernya, pedalaman itu orang bukannya beriman malah makin bringas, mana kalo nyari orang mabok gampang banget 😪. Secara beban kerja saya cukup nyantai apalagi pandemi gini, tambah tambah santai, tapi rintangannya ya itu, penduduk yang cuma sedikit, jalanan yang gelap banget kalau malam, belum lubang sana sini, dan jaringan yang gak bersahabat.
Mau nelfon, buka chat yang isinya gambar/video aja harus nyari tempat dulu saya biar jaringannya stabil, perjuangan banget ya 😂.
Tapi saya masih cukup aktif di sosmed, why? Karena saya memilih berjuang daripada pasrah dengan keadaan, jadi saya kalau udah balik dari kantor, cepat cepat kerumah dinas mandi ganti pakaian, sholat magrib-isya, abis itu baru saya keluar lagi nyetir dan menuju rumah kerabat saya yang punya wifi itu kadang saya bawa laptop kerumah kerabat saya juga.
Kebetulan saya lumayan sering ikut kelas di zoom meeting untuk kajian, bahasa arab, atau seminar seminar, saya ogah udah penempatan pedalaman tapi otak gak ke upgrade.
Musim pandemi gini kebanyakan aktifitas dan kerjaan saya migrasi ke dunia maya, kalau diem aja ngikutin pola hidup orang disana, dahlah goodbye sosmed, goodbye kajian, goodbye semua yg cuma ada di internet, saya bakal fokus berkebun, bercocok tanam, dan juga mancing 😏.
Soal aliran agama, disana ada aliran agama yang syahadatnya beda sama syahadat muslim, saya awalnya gak tau, tapi dikasih temen disana, saya rada kaget, karena kampung tempat mereka berkembang biak saya lewatin hampir tiap hari, dari pakaian sih gak ada bedanya sama muslim/muslimah, tapi ternyata syahadatnya ketambahan Ali. 😴
Mereka punya tempat haji dan umroh sendiri 🤣 dan itu di kabupaten sebelah, ya kurang lebih 15 menit ditempuh dengan speed.
Mereka serius gak ketahuan punya syahadat yang beda sama kita, karena kalau dipandang sekilas lah ada yang pake cadar, ada yang hijab syar'ian, dan sholat 5 waktu. 😂 tapi syahadatnya ketambahan Ali, apa mereka syi'ah? Gak tau, disana namanya beda.
Tapi apa yang menyenangkan dari si pedalaman? Karena saya rumah dinasnya diarea pegunungan, jadi tempat saya cukup adem, sering berkabut dan sering hujan 🤣.
Kalau saya turun kerja, maka pemandangan yang akan saya lihat adalah pemandangan turun gunung yang pantulan sinar matahari memantul diatas lautan, oh iya tempat saya itu mataharinya matahari terbenam, jadi kalau terbenam matahari cantiknya luarbiasa banget. Tapi saya pribadi bukan penggemar senja, saya penggemar full moon, full moon yang banyak kurang disukai orang pedalaman karena harga ikan bakal meningkat dan banyak banyak minum obat penurun kolestrol karena bakal ngonsumsi cumi lebih sering 😂.
Karena kebiasaan dihutan, setiap balik kerumah orangtua saya ngerasa udah kek dikota banget, saking banyaknya lampu-lampu yang terang benderang.
MasyaaAllah gak tau deh sampe kapan dipedalaman, kecuali saya nikah sama orang luar baru bisa ngurus pindah tugas ikut suami, atau saya lanjutin S3 di luarnnegeri. Semoga aja bisa. Pedalaman cuma enak untuk liburan, sakit kepala dipake tinggal 🤣. Kecuali jaringan wifi nyampe rumah dinas keknya saya bakal sedikit betah.
9 notes · View notes
kokomeong · 4 years
Text
Obituari untuk Album Donal Bebek
Ada terlalu banyak hal untuk diingat, apalagi diceritakan soal majalah Album Donal Bebek. Mengetahui majalah itu akan berhenti terbit dalam sunyi (majalah itu bahkan tidak punya akun media sosial, pengumumannya di-twit seseorang yang memotret pemberitahuan yang disampaikan pada sampul majalah) rasanya sangat mematahkan hati. Belakangan, saya mendapati pengumuman dengan layout yang sama persis di sampul belakang edisi terakhir yang terbit pada minggu terakhir bulan Juni lalu – nomor 2019.
Tumblr media
Perkenalan pertama saya dengan majalah itu terjadi tanpa disengaja, seperti tipikal kisah jatuh cinta. Semasa SD, saya selalu pulang berjalan kaki karena kedua orangtua sama-sama tak bisa menjemput. Kadang-kadang, orangtua teman saya si Joni akan menawari tumpangan dengan motornya kalau mereka tidak langsung pulang ke rumahnya, tapi ke warung soto mereka di pasar Kotagede –rumah saya persis di seberang barat pojok pasar Kotagede, bangunan toko lama tanpa jendela yang dikontrak ibu saya selama lebih dari 17 tahun. Namun, saya lebih sering menolak karena saya senang berjalan kaki menyusuri jalan Kemasan, mengamati setiap bangunan yang ada di sepanjang jalan tersebut: dari warung jus, toko barang antik, rental komputer ‘Mars’ tempat saya menonton Space Jam bersama para mahasiswa di masa itu, radio amatir, apotik keluarga, toko perak hingga rumah-rumah kuno besar dengan teralis jendela beraksen lawas milik orang kaya lama. Di ujung selatan jalan Kemasan terdapat kantor pos dan disampingnya, adalah warung koran milik mas Gandung dan mas Slamet (adiknya Gandung) tempat saya bertemu dengan majalah tersebut –komik pertama yang saya baca. Ujung selatan jalan itu juga merupakan pertigaan yang ramai, mempertemukan tiga jalan utama di Kotagede, kantor pos, dan pasar. Cak Suji nama yang populer untuk menyebut pertigaan itu. Masalahnya, saya selalu harus menyeberangi pertigaan itu untuk sampai ke rumah. Puncak keramaian terjadi di pagi hari ketika hari pasaran tiba karena pasar akan diserbu dengan puluhan pedagang hewan dan pernak-pernik. Dalam kalender Jawa, hari pasaran pasar Kotagede adalah Legi (yang juga hari kelahiran –weton, ibu saya) dan pagi Legi itu, pertigaan tersebut ramai tidak karuan. 
Kemacetan dan kesemrawutan membuat saya bergidik untuk menyeberang dan entah dapat ide darimana, saya berinisiatif datang ke warung koran tersebut. Malu rasanya kalau mau langsung minta tolong diantar menyeberang, jadi saya memutuskan untuk membaca-baca dulu dan minta izin melihat-lihat. Saya mencari Bobo (saya sudah langganan meskipun selalu datang telat -diantarkan oleh orang yang sama: Bang Robis, tukang kredit dari pasar yang selalu datang ke rumah setiap minggu untuk menagih cicilan pembayaran TV), tapi tak ketemu. Saya sisir semua majalah yang ada di rak bersama koran-koran, kebanyakan majalah untuk orang dewasa dengan topik politik dan keuangan. Akhirnya setelah beberapa lama, saya melihat satu majalah bergambar donal bebek membawa sikat gigi raksasa untuk anjing laut dengan judul ‘tidak pernah mujur’. No. 765. Saya ambil majalah itu, lalu saya buka-buka selang beberapa lama, membaca sambil mencoba mencerna karena tak pernah melihat cerita dalam panel-panel komik sebelumnya, sebelum kemudian memberanikan diri minta tolong ke seorang perempuan –mba Siti, istri mas Slamet, untuk menemani menyeberang jalan. Sesampainya di rumah, saya tak bisa berhenti memikirkan majalah itu. Beberapa hari kemudian, saya bilang ke ibu saya soal majalah itu. Sorenya, saya diberi uang dan diantar naik sepeda untuk membeli Album Donal Bebek pertama saya.
Ibu saya adalah penjahit rumahan yang mengandalkan pesanan, sedangkan ayah adalah shelver honorer di perpustakaan perguruan tinggi. Bukan berarti keduanya tak pintar, keduanya hanya tidak memiliki privilege untuk lahir di keluarga yang mampu. Ibu memutuskan untuk tidak kuliah karena harus membiayai adik-adiknya (dan semua orang di keluarga ayah). Ayah pernah hampir lolos tes wawancara untuk bekerja di suatu instansi ternama karena kekeuh mengatakan ia adalah pelamar mandiri (memang faktanya begitu, tapi sebenarnya ia sudah diwanti-wanti untuk menyebut kenalan tertentu kalau mau lolos). Keduanya lulusan sains di bangku SMA tapi punya ketertarikan yang besar terhadap seni dan sastra. Semasa sekolah, ibu saya aktif di paduan suara gereja (ringtone telepon genggamnya hingga meninggal adalah Ave Maria), sedangkan ayah saya berkeinginan besar menjadi pemain drum tapi kondisi moral dan finansial keluarganya tak mendukung. Mereka punya banyak buku, majalah, dan radio –semuanya dibeli sebagai barang bekas. Saya ingat buku adalah hal pertama yang diperkenalkan ayah saya dan saya pegang secara sadar.
Saya tak pernah dapat jatah uang saku bulanan dari TK hingga kuliah, biasanya saya baru akan meminta kalau ingin membeli sesuatu. Kadang dikasih, kadang tidak. Pelan-pelan, saya menyadari bahwa ada dua hal yang tak pernah ditolak orangtua saya kalau diminta: les Bahasa Inggris dan buku, apapun bentuknya –buku pelajaran, majalah, novel, koran, buku gambar, komik, dan lain sebagainya. Bangunan yang kami tinggali sebagai rumah cukup unik: separuhnya di belakang (satu senthong yang dipisahkan triplek untuk dijadikan dua kamar tidur) adalah milik kami yang dibeli dari rumah tetangga di belakang. Separuhnya yang lain ada di depan, dikontrak dari orang lain dan digunakan sebagai toko, dapur dan kamar mandi. Jadi, kalau pemilik bagian depan tersebut tak mengizinkan perpanjangan kontrak, otomatis kami tak punya akses keluar. Saya tak melihat gelagat orangtua saya untuk membeli rumah ‘beneran’, mungkin mereka memang sudah pasrah dengan pemasukan yang tak seberapa, mungkin perencanaan keuangan mereka buruk, atau mungkin mereka terus tersandera secara moral untuk membantu saudara-saudara dan kenalan mereka yang hidupnya seolah tak pernah benar-benar settle. Atau mungkin mereka memang tak ingin punya template hidup yang standar: sekolah, kerja, beli rumah, beli mobil, naik haji, pensiun. Karena tak punya rumah yang proper, banyak majalah dan buku yang hancur atau hilang. Kelembaban, kehujanan karena rumah bocor, rayap, dipinjam tanpa pernah dikembalikan atau dibuang adalah bencana-bencana yang menimpa sebagian besar koleksi di rumah.
Tumblr media
Saya tak pernah malu diasosikan dengan majalah itu semasa SD, malahan bangga. Banyak kesempatan saya dipanggil Koko Bebek (belakangan saya punya teman bernama Laras yang akun media sosialnya bernama LaBebek –yah, tentu saja dia juga penggemar majalah Donal Bebek). Setelah membaca Donal Bebek, mulailah ketertarikan saya untuk membuat komik. Sebelumnya, saya hanya senang menggambar random dari binatang sampai peta di kertas HVS bekas atau buku gambar. Saya jadi rajin berburu kertas (waktu itu lumrah menjual kertas HVS eceran sejumlah 5-10 lembar), buku gambar baru dan spidol ke toko ‘Heni’, toko alat tulis kecil milik oom Heni yang terletak di seberang pasar (sekarang jadi bank BRI) yang di depannya berjejer andong-andong yang menunggu pedagang pasar Kotagede yang akan melanjutkan perjalanan ke pasar Beringharjo. Kalau tak menemukan yang menarik disana, saya akan ke Erlangga atau El Rais, dua toko buku dan alat tulis legendaris di Kotagede yang saling berhadap-hadapan (kalau menjelang tahun ajaran baru, seperti sedang ada antrian pembagian sembako disana). Erlangga punya ambience yang lebih terang dengan plang besar model lanskap bertuliskan ‘ERLANGGA’, tokonya didominasi wana hijau turkois, dan barang-barangnya ditata rapi dan terkesan baru. El Rais punya plang berbentuk persegi dengan tulisan kecil, menonjolkan warna putih tulang dan lebih eklektik penataannya, tapi banyak objek random mungil yang menarik bisa ditemukan kalau kita teliti mengamati. Lalu ada juga beberapa toko kecil di Jl. Karanglo dan Jl. Mondorakan yang saya sudah tak ingat namanya. Sampai sekarang, berkunjung ke toko alat tulis dan buku adalah salah satu tamasya terbaik: rasanya begitu segar setelah cuci mata melihat barang-barang yang dijual disana. Entah berapa puluh komik kemudian saya gambar pada masa itu. Buat saya, salah satu hal terbaik yang terjadi semasa SD adalah mengedarkan kertas-kertas berisi komik-komik saya di kelas A dan B (komiknya saya gandakan dengan cara menyalin-menggambar ulang karena ada dua kelas), lalu melihat teman-teman saya tertawa dan terhibur setelah membacanya. Waktu itu juga ada rubrik ‘Komikamu’ yang mengundang pembaca untuk mengirimkan komik buatan mereka di majalah tersebut. Saya pernah mengirim sekali, tapi tak pernah dimuat.
Saya ingat menjuluki salah satu teman perempuan saya sewaktu SD, Rosi, dengan nama ‘Nyamuk’ karena terinspirasi salah satu cerita di majalah itu. Rosi tak keberatan dan malah mempersilakan semua orang di kelas memanggilnya dengan nama tersebut.
Pernah suatu kali Donal Bebek memberikan bonus silsihah keluarga Bebek dan denah Kota Bebek dalam ukuran besar –salah dua bonus terbaik yang pernah mereka berikan. Saya sangat menyukai kedua bonus itu. Saya membayangkan untuk menggambar ulang denah itu dan hasilnya, saya justru membuat cerita legenda dunia Keymarse Kombat dengan detail yang sungguh sangat spesifik. Salah satu pendiri Keymarse Kombat, pak Kori, tinggal di Gayiail, suatu ibukota di suatu provinsi di suatu pulau imajiner. Terinspirasi denah Kota Bebek, saya kemudian menggambar denah kota Gayiail dengan detail terkecil, seperti Joey’s Café (tempat nongkrong sahabat pak Kori, Hawk Fun), dan menggabungkan empat kertas HVS dengan menyelotip bagian belakangnya. Denah itu digambar satu warna dengan spidol warna biru. Denah itu suatu hari hilang dan saya mendapatinya setengah luntur ada di tumpukan sampah di jalan depan rumah –kemungkinan besar dibuang ibu saya. Keymarse Kombat begitu berpengaruh dan saya melanjutkan membuat detail-detail terkecil dari dunia mereka. Sebegitu getolnya, saya sampai-sampai mulai sering membayangkan ada di dunia mereka lalu bercakap-cakap dengan mereka. Dialog-dialog dan pertemuan imajiner ini akhirnya menjadi kebiasaan yang saya lakukan setiap kali mandi pagi dan sore. Sampai SMP, ketika buang air besar di pagi hari, saya selalu membayangkan saya ada di salah satu kamar mandi umum di Gayiail dan sedang buang air besar bersama sambil mengobrol dengan teman-teman Joey’s Café dari masing-masing bilik di kamar mandi umum tersebut. Ketika bermain di kolam renang, saya membayangkan sedang berada di pantai Gayiail. Iya, terdengar bodoh tapi sejujurnya menyenangkan –perasaan yang hilang ketika menjadi orang dewasa, seperti di videoklip The Body dari band The Pains of Being Pure at Heart.
Terinspirasi cerita-cerita petualangan di Donal Bebek juga, ketika bermain bersama teman-teman di kampung, entah itu di timur atau barat pasar, saya merasa kita tidak bisa hanya sekedar bermain. Kita harus mempunya misi dan menganggap hal-hal yang kita lakukan adalah petualangan dan punya cerita yang melatarbelakanginya. Misalnya ketika mencuri ubi di halaman belakang seseorang, kita harus percaya kita tak sekedar mencuri ubi, tapi kita adalah pejuang yang tengah berada dalam pelarian di tengah kondisi perang dan kelaparan. Kita harus berpura-pura percaya bahwa ada sesuatu yang penting meskipun nyatanya itu tidak penting, dan bahkan tidak ada. Keinginan saya didukung oleh sepupu saya yang juga penuh fantasi. Tinggal di rumah nenek karena ditinggal kedua orangtuanya sejak kecil, sepupu saya lebih tua lima tahun dan lebih pandai berbicara. Kalau saya hanya meyakinkan teman-teman untuk membayangkan, maka dia memberi ceramah dan wejangan yang seolah-olah seperti orasi ilmiah. Ketika kita memasak dan makan ubi yang dicuri di dapur si pemilik ubi, ia menceritakan sejarah ubi (tentu tak jelas kebenarannya, tapi dia meyakinkan). Ketika musim bermain layangan, ia membayangkan untuk membuat layangan raksasa dan mewujudkannya. Kami membuat layangan berukuran masif dari potongan kertas koran dan harus memakai kenur untuk menerbangkannya karena benang biasa tak kuat. Selama beberapa waktu, saya selalu menghabiskan siang hingga sore hari di rumah nenek di timur pasar dan disana, kami punya dua tempat favorit untuk bermain layangan setiap sore: di kuburan Dolahan dan di bekas reruntuhan benteng (ada di dekat rumah – kalau Anda kenal– Charis Zubair, tokoh Kotagede yang juga dosen Filsafat UGM).
Tumblr media
Ketika perekonomian keluarga membaik sewaktu saya beranjak remaja, semakin banyaklah saudara-saudara majalah itu yang saya borong: Gladstone (versi bilingual yang harus dibeli di kios Nitikan karena mas Slamet tidak kulakan), Donald Duck (edisi bahasa Inggris yang ada di Alfa Media di Ramai Mall), Edisi Nostalgia, buku saku Paman Gober (dari yang edisi biasa, tematis, hingga seri nostalgia), bundel SuperDon, dan banyak lagi yang saya sudah tak ingat. Semasa SMP, saya punya dua orang teman dekat dan setiap akhir pekan, mereka menghabiskan waktu di kamar saya yang sempit, lembab dan pengap untuk membaca sambil mendengarkan Blur dari Walkman pemberian tante saya.
Saya memutuskan untuk tak lagi rutin membeli majalah itu ketika sudah lulus kuliah dengan dua alasan. Pertama, gaji bulanan saya dibawah UMR dan saya tak mau lagi minta ke orangtua meskipun masih numpang tinggal di rumah mereka (sampai sekarang pun masih numpang juga, sih –lagian saya tak terlalu setuju dengan ide bahwa setiap orang wajib menabung untuk membeli rumah). Tidak masuk akal kalau saya menghabiskan hampir 10% gaji saya setiap bulan untuk membeli majalah, apalagi harganya semakin naik. Kedua, saya merasa semakin sulit relate dengan ceritanya: mungkin saya yang bertambah tua, mungkin saya kurang suka dengan gaya terjemahan barunya yang berbeda dari sebelumnya (di Donal Bebek yang saya beli semasa SD, terjemahannya menurut saya sangat kontekstual dan keren: banyak nama asli diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang membumi seperti Pokijan, Kusno, Tono dan lainnya), atau mungkin saya bosan karena ada beberapa cerita lama yang dimuat ulang.
Rasanya patah hati ketika pasangan saya memberitahukan informasi bahwa majalah tersebut, akhirnya akan berhenti terbit, di minggu ketika saya mulai menikmati lagi untuk menulis karena ingin dan bukan karena kewajiban. Andaikan nanti saya memiliki anak, saya masih enggan membayangkan ia akan menghabiskan masa kecilnya menonton Youtube dan bukan menggenggam puluhan kertas halaman majalah, lalu membaca petualangan paman Donal dan paman Gober di dalamya. Namun, ada rasa hangat yang ikut muncul membaca ucapan perpisahan tersebut karena tak ada satu pun kata yang mengungkapkan kegetiran. Yang ada adalah menyampaikan rasa bangga alih-alih penyesalan. Mereka seolah tahu bahwa ini sudah waktunya, yang cepat atau lambat akan datang. Keputusan itu diambil di bulan ketika mereka berulang tahun. Sama seperti saya, majalah itu adalah Gemini. Sebuah majalah cetak yang bertahan selama 44 tahun. Majalah yang membantu saya belajar apa yang paling penting di dalam hidup: kelak ketika kita hanya tinggal menghabiskan hari untuk bersandar di kursi goyang, apa yang akan terlintas di benak? Tentunya bukan gelar, prestasi atau waktu yang dihabiskan dengan orang penting. Melainkan, orang yang penting buat kita: segala percakapan, perjalanan, dan mungkin objek-objek yang turut serta di dalamnya. Buat saya, Album Donal Bebek adalah satu diantaranya.
*Tanggal 27 Juni 2020 siang saya bertandang ke Gramedia Sudirman dan mendapati satu-satunya eksemplar majalah Album Donal Bebek edisi terakhir di seksi majalah, yang ukuran raknya semakin kecil.
2 notes · View notes
cantigicantik-blog · 5 years
Text
Pesona Gunung Gede Jawa Barat
Dan antara ransel- ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima semua itu
Melampaui batas- batas hutanmu
Membaca penggalan puisi tentang lembah mandalawangi membawa anganku untuk berada di sana dan menyelami bagaimana perasaan Sok Hok Gie tatkala menulis puisi atas kekagumannya pada gunung Pangrango. Dan di sinilah aku sekarang, duduk pada sebuah bangku panjang dengan carrier di sampingku menunggu bus yang akan mengantarkanku menuju Jakarta. Pukul 16.00 bis kymtrans dengan nuansa hello kitty yang memberi kesan nyaman mulai meninggalkan kota Yogyakarta. Pukul 03.00 kita sampai di tol jagorawi. Baru saja meninjakkan kaki di jalanan beraspal melintaslah bus marita di seberang jalan. Alih- alih berteriak memanggil atau bahkan berlari mengejar, kita memilih memantau keadaan sekitar yang dirasa asing. Dua buah papan nama gerai swalayan 24 jam dan sebuah pom bensin tertangkap oleh mata kita. Kita memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menanti adzan subuh di musholla pom bensin. Pukul 05.30 kita menaiki bus marita menuju pasar Cipanas dengan tariff Rp 25.000/ orang. Sesampainya di pasar Cipanas kita oper angkot jurusan gunung putri dengan tariff Rp 20.000/ orang. Kita mendaki pada bulan September 2019 dan hanya 4 angkot yang beroperasi di basecamp Gunung Putri. Pukul 08.00 kita sampai di basecamp haji Mamduh. Seberes sarapan baso seharga Rp 12.000/ porsi, jeruk hangat Rp 7.000 dan membungkus nasi rames seharga Rp 10.000 serta bersih- bersih badan maka kita memulai pendakian pada pukul 10.00.
Perjalanan awal kita melewati rumah penduduk dan perkebunan pakcoy sebelum singgah ke posko pendaftaran untuk mengurus simaski, perarturan pendakian gunung Gede Pangrango bisa kita pelajari di website https//booking.gedepangrango.org. Gunung Gede Pangrango memiliki 3 jalur pendakian resmi yaitu jalur Gunung Putri, Cibodas dan Selabintana. Kita memilih lintas, naik dari Gunung Putri dan turun di Cibodas. Silahkan membawa persediaan air yang cukup karena pos air baru akan kita temui di alun- alun surya kencana, kecuali jika kamu beli minuman di beberapa warung yang terdapat di beberapa pos pendakian.
Jalur mulai menanjak saat kita tiba di Tanah Merah. Tanah Merah 1.773 mdpl adalah pos bayangan yang kita lewati sebelum tiba di pos satu. Jalur semakin menanjak tatkala kita tiba di pos Leugok Leunca yang merupakan gapura selamat datang di pendakian gunung Gede via Gunung Putri. Di Leugok Leunca terdapat meja dan kursi dari batu yang bisa digunakan pendaki untuk beristirahat sebelum menempuh perjalanan yang akan menguras tenaga.
Sesudah masuk hutan perjalanan kita lanjutkan menuju Buntut Lutung. Jalur menuju Buntut Lutung ini didominasi oleh akar- akar pohon yang besar. Sama halnya dengan Leugok Leunca, di Buntut Luntung pun terdapat meja dan kursi dengan atap yang cukup teduh.
Selanjutnya perjalanan menuju Lawang Sekateng. Setelah melewati jalan yang masih menanjak dan pepohonan yang rimbun dengan lumut yang menempel pada batang pohon sampailah kita di Lawang Sekateng. Menurutku di sinilah jalur terberat karena sejak awal pendakian kita belum bertemu jalur landai. Meski kita mendaki di musim kemarau dan berdebu tapi tanah yang kita pijak terasa licin sehingga harus berhati- hati. Di pos Lawang Sekateng ini terdapat warung yang menjual pisang goreng seharga Rp 2.000, semangka Rp 2.500 dan lain sebagainya. Seberes menikmati pisang goreng kita mulai melangkahkan kaki lagi menuju pos pos Maleber.
Bonus itu akhirnya berpihak kepada para pendaki. Kita mulai melewati jalur makadam. Jalur makadam adalah satu jalur landai di pendakian gunung Gede via Gunung Putri. Hal ini menandakan pos Maleber dan alun- alun Surya Kencana semakin dekat. Pukul 16.00 sampailah kita di alun- alun Surya Kencana yang sangat luas bak lapangan bola, berkali- kali lipat dari ukuran lapangan bola tentunya. Beberapa pendaki memilih mendirikan tenda di dekat pos Maleber, beberapa pendaki lain memilih melanjutkan perjalanan lagi di sepanjang alun- alun Surya Kencana menikmati padang edelweis dan mendirikan tenda di dekat pos air. Ada pula yang mendirikan tenda di samping jalur menuju puncak seperti kita supaya terlindung dari angin.
Aku dan partnerku berbagi tugas, dia mendirikan tenda sedang aku mencari air. Hari itu pos air sedang kering, tak ada air yang mengalir deras, tapi aku bersyukur masih ada genangan air yang cukup banyak jadi aku bisa mengambilnya kemudian ku filter. Badan yang lelah membuat kita tertidur pulas tanpa sempat melihat apakah langit cerah bertabur bintang atau tidak. Tak ada milky way yang kamu abadikan. Malam itu angin berhembus kencang, pantas saja kurasakan sleeping bag ku dipenuhi debu pasir.
Menu sarapan pagi kita adalah tumis buncis, wortel, baso, telur mata sapi dan sekaleng kacang merah serta abon. Kita harus kehilangan satu telur karena kecerobohanku dalam memasak. Aku memecahkan telur terlalu keras, alhasil isinya berceceran di tanah bukannya masuk ke cooking set. Setelah berkemas pada pukul 10.00 kita melanjutkan pendakian menuju puncak Gede. Dengan jalur berupa kerikil dan batuan yang terjal akhirnya sampailah kita di puncak Gede pada pukul 11.00. Tepat di belakang tugu puncak Gede terdapat warung yang menjual pop mie, air mineral dan lain sebagainya. Puncak Gede memiliki kawah yang luas dengan pagar pembatas di bibir kawahnya. Kita hanya sebentar di puncak Gede karena bau belerang terasa menyengat. Bagian yang paling ku suka dari gunung Gede adalah pemandangan di sekitar puncaknya.
Bersambung…
2 notes · View notes
arinsabrina · 5 years
Text
Di balik sebuah jarak
Aku dan adik-adikku lahir di sebuah kota kecil nan buntu di selatan pulau Jawa. Sedikit hiburan, perkembangan kota yang pas-pasan, ruang lingkup yang itu-itu saja, pokoknya sesederhana itu. Hidupku di rumah adalah mencapai kata cukup. Kami memiliki rewang yang sudah seperti saudara sendiri, membantu di rumah sudah selama 20 tahun. Hal ini pula yang membuat kami sangat nyaman, manja, dan terlena dengan kondisi ini. Sampai pada munculnya mimpi besar dari seorang bapakku, yang menginginkan anak-anaknya tumbuh lebih di luar zona nyaman. Satu persatu anaknya “diusir” untuk merasakan nikmatnya perjuangan. Kembali pada salah satu kebutuhan dasar menjadi manusia yaitu bertahan hidup, sendiri.
Pertama yang keluar justru si adik paling bungsu. Ia pendobrak pejuang rantau di keluarga kami. Berani mengambil keputusan mondok dengan segala resikonya di Jogja pada saat ia baru lulus SD. Mendengar kabar ini, aku belum begitu mengerti. Bapakku sangat senang menyambut keputusan ini, sedangkan ibuku setiap hari menangis memikirkannya. Beliau merasa berat jauh dari anaknya. Aku mengerti kenapa. Bisa jadi karena hidup orang tua semua karena anak, bertemu dengannya dan memberikan kasih sayang, memastikan ia tumbuh dengan baik, dan sekarang orang tuaku harus menghadapi kehilangan untuk sementara.
Dua tahun berikutnya, aku dan adik laki-laki tengahku merantau ke Jogja pula. Kami tidak tinggal bersama. Adikku mondok di daerah Krapyak dan aku ngekos di daerah Sleman. Awal hidup merantau, Ibu dan Bapak terpaksa harus meninggalkan kami dengan uang 5 juta rupiah saat itu untuk tinggal 2 bulan karena mereka pergi menunaikan ibadah haji. Aku yang baru pertama tinggal di Jogja dan tidak memiliki saudara satu pun cukup bingung di awal kedatangan. Ditambah saat bulan puasa itu, kami berdua sedang mengikuti kegiatan ospek dan mos yang membutuhkan banyak barang-barang aneh untuk dilengkapi. Hari pertamaku di Jogja, aku sudah dibawakan motor namun belum memiliki tempat tinggal. Hal ini memaksaku nomaden numpang di tempat teman satu ke tempat teman lain.
Tahun demi tahun berlalu. Anak-anak Ibu Bapak sempat tak tahu diri. Kami jarang sekali pulang ke rumah. Ada waktu libur, kami justru sibuk mengeksplor diri. Ikut kegiatan sana-sini yang justru sekarang tak ku sesali. Dengan sabarnya, Ibu Bapak datang menjenguk dua atau tiga bulan sekali. Terkadang naik bis, lebih sering bawa kendaraan sendiri. Aku ingat banyak weekend yang kita habiskan di kamar hotel kecil di daerah Krapyak. Berdalih irit, satu kamar bisa muat satu keluarga. Sampai yang jaga hotel hafal dan memaklumi fenomena keiritan ini. Suasananya sangat hangat, kami bercerita tentang progress kehidupan kami masing-masing, mendengar nasihat-nasihat bapak, candaan Ibu yang konyol, dan kegiatan weekend selalu kami tutup dengan makan di restaurant dan belanja bersama. Di titik itulah aku menyadari bahwa rumah bukan hanya sekedar tempat, lokasi, tinggal bersama, dan hal-hal yang biasa orang umum artikan tetapi rumah bagiku adalah keluargaku dimana pun kami berada kami terus belajar, menjaga kepercayaan masing-masing, menyimpan ego, bertahan hidup bersama dimanapun dan apapun keaadaan kami.
Banyak yang kasihan melihat Bapak Ibu sendirian berdua di rumah menjalani hidup tanpa anak-anaknya sedari kecil. Memang untuk menjalankan hal ini orang tua butuh keikhlasan yang tinggi. Sebelumnya orang tuaku pernah kehilangan seorang anak, akhirnya kini mereka berserah, dan percaya Tuhan akan melindungi anak-anaknya. Sepertinya perlahan mimpi Bapak terwujud, anak-anaknya tumbuh dengan mandiri. Si bungsu sudah jalan-jalan sampai ke Turki, eksplor dunia sana-sini, banyak kenalan dan tak tahu malu. Si tengah on the way menjadi dokter satu-satunya di garis keluargaku. Dan untuk aku si sulung, menjadi tumpuan adik-adikku, dengan semangat belajar dan usahaku kecil-kecilan yang telah membawaku pergi sangat jauh dari titik hidupku 7 tahun lalu sebelum merantau dan telah memberi banyak bantuan perekonomian keluarga.
Perjuangan masih terus berlanjut, sampai kami sudah bersahabat dengan jarak. Kini rumah adalah sesuatu yang istimewa untukku, sangat berharga. Setiap aku langkahkan kakiku memasuki pintu rumah, pertanda aku telah rehat dari kehidupanku di luar. Rindu itu menjadi sangat berarti dan tidak main-main. Kumpul keluarga pun semakin berkualitas. Selama satu tahun, lebaran adalah yang sangat dinanti karena saat inila kita semua kumpul, tidur umpel-umpelan, nonton tv pakai emosi, teriak-teriak di rumah, gulung-gulung tiduran sana sini, makan makanan favorite, sampai tiba saatnya kami berpisah lagi, melepas dengan harap.
Setiap mimpi besar butuh pengorbanan, setiap harapan besar harus ada yang ditaklukan. Aku mengorbankan jarak dan waktu, untuk kehidupan lebih baikku dan adik-adikku sehingga kami bisa membuat orang tua bangga. Ibu Bapak mengorbankan jarak dan waktu, sehingga mereka belajar makna ikhlas yang lebih dalam, belajar bahwa semua di dunia ini adalah titipan yang perlu dijaga dengan doa dan bukan untuk erat di genggam saja, mereka belajar untuk berserah pada Allah untuk menjaga kami, anak-anaknya. Tidak ada yang kasian karena ini, tidak ada yang sia-sia, semua akan worth it pada waktunya karena kami keluarga dari kota kecil dengan mimpi besar. Ini perjuangan kami.
2 notes · View notes
nadyaridha · 6 years
Text
Keluarga Kelapa Sawit Bukan Keluarga Cemara (1)
Menonton film Keluarga Cemara membawaku mengenang memori masa kecilku. Masa kecil yang menurut aku masa terindah. Mungkin karena itulah membuat aku sangat menyukai anak kecil dan betah bermain membahagiakan mereka, karena masa kecilku begitu indah ketika keluarga aku dapat berkumpul dengan lengkap. Aku ingin semua anak-anak bisa bahagia sebelum akhirnya mereka mulai memahami dan dihadapkan pada realita kehidupan.
Aku dilahirkan di Kota Pekanbaru. Ayahku yang seorang Insinyur lulusan Pertanian UGM bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit di Riau. Kami tinggal di rumah dinas perumahan elit dengan halaman yang cukup luas. Perumahan yang dikelilingi oleh kelapa sawit. Halamannya ditumbuhi banyak sayuran, pohon buah-buahan juga tanaman hias. Mulai dari cabai, kangkung, singkong, pisang, jambu air, jambu biji, nangka semuanya lengkap. Lebih dari cukup untuk membuatku bereksplorasi manjat pohon ataupun main masak-masakan.
Waktu kecil, aku merupakan anak yang aktif dan kritis. Bahkan bisa dibilang aku dewasa sebelum waktunya. Bayangkan saja, ketika aku ulangtahun yang ke empat tahun aku sudah rajin bangun subuh untuk sholat subuh tanpa dibangunkan. Ketika itu aku berpikir itulah cara aku bersyukur karena sudah dikasih ulangtahun. Tak jarang pula ketika lagi main sama teman-teman perempuanku, ketika sudah adzan harus berhenti bermain dan segera sholat dengan aku sebagai imamnya.
Keaktifan aku yang cukup parah yaitu aku pernah jatuh dari tempat tidur, bahkan aku pernah loncat ketika di bonceng papaku naik motor sampai jatuh dan berdarah, selain itu juga aku suka hilang. Rasa penasaran dan jiwa petualang yang kumiliki membawaku pergi sesuka hati tanpa rasa takut. Aku pernah hilang di mall 2 kali ketika usia 3 tahun salah satunya ketika lagi musim demo tahun 1998, hilang di pasar, dan hilang di kantor pemberangkatan haji ketika lagi mengenakan baju muslim putih hingga aku dikira anak jamaah haji yang ketinggalan dan mau disusulkan ke Jakarta. Ketika hilang aku tenang dan kalem saja, justru aku yang heran ketika ketemu mama dan mama aku memeluk aku sambil menangis.
Waktu TK aku sudah bisa membaca makanya ketika masuk SD aku sudah lancar membaca. Ketika kelas 1 SD pun aku sudah juara 1 lomba puisi mengalahkan kakak-kakak kelasku. Kelas 2 aku sudah hafal perkalian. Semua itupun berkat metode pendidikan mamaku dimana setiap Minggu selalu membelikan majalah Bobo. Hampir setiap malam sebelum tidur aku membacanya. Dalam diam aku membaca sambil berkhayal sedang membacakan puisi depan panggung. Ketika membaca cergam dan cerpen aku membayangkan sedang akting memainkan peran-peran tersebut. Selain itu, dikamarku banyak ditempel alfabet dan perhitungan matematika. Akupun suka menulis, menulis cerpen dan puisi. Halaman belakang buku tulis ku selalu penuh dengan karya-karyaku kalau aku lagi bosan di kelas. Aku yang pecinta Barbie dan Princess suka menggambar kedua tokoh tersebut dengan gaun indahnya, sampai ketika itu mamaku mengira aku akan menjadi seorang desainer baju.
Aku suka memperhatikan keadaan sekitarku dan mengajukan banyak pertanyaan pada mamaku. Seperti kenapa orang bisa jadi artis dan masuk TV, kenapa ada yang mau jadi pedagang, nanti mereka dapat uangnya darimana kan mesti beli dagangan lagi, bahkan ketika teman aku ada yang jatuh dan patah tulang tangannya aku sampai bertanya kenapa sejak teman aku jatuh, orangtuanya jadi lebih perhatian sama dia, adiknya yang kecil seolah di tak acuhkan tidak seperti biasanya. Mamaku kadang sampai kewalahan menjawab pertanyaan aku.
Waktu kecilku banyak aku habiskan dengan bermain. Mulai dari boneka barbie, boneka kertas, main petak umpet, engklek, gerobak sodor, karet, bulu tangkis, sepeda, sepatu roda dan scooter. Aku dan kakakku juga suka membuat pertunjukan kecil-kecilan. Kami menyalakan kaset anak-anak dengan volume tinggi lalu mengajak anak-anak tetangga menonton kami yang sedang menari-nari disamping rumah yang lebih tinggi bak sedang menari di atas panggung. Walaupun demikian, 3 kali dalam seminggu setiap sore aku dan kakakku mesti mengaji.
Aku sangat dekat dengan papaku. Mungkin ketika masih kecil aku sudah punya adik dan mama aku kerepotan mengurus adik aku. Setiap hari aku selalu menyambutnya pulang kerja dan mengajak jalan-jalan naik motor berkeliling perumahan dan pabrik kelapa sawit. Kalau aku lagi nangis, mungkin papakulah orang yang paling bisa menenangkan aku. Papaku memang orang yang sangat sabar dan gak pernah marah. Selain itu, akupun sangat bawel sama papaku, kalau udah memasuki waktu sholat, papa aku mesti segera jadi imam kalau gak aku bisa ngambek.
Ketika hari Minggu tiba, aku dan keluarga aku suka jalan-jalan ke perkebunan kelapa sawit. Kami memetik jamur yang bisa dimakan yang tumbuh dari pelepah buah kelapa sawit. Sangat menarik bukan? Seperti kisah di film si bolang
Di sekolah aku juga anak yang pemberani. Aku tak segan memukul teman laki-laki aku yang berani mengganggu. Kadang aku juga suka iseng, mengadukan teman aku ke mamanya kalau misalkan dia dihukum guru karena tidak mengerjakan PR. Oia, hal yang paling berkesan di sekolahku yaitu kadang kami naik truk dari sekolah ke rumah kalau misalkan bus sekolahnya lagi rusak. Dan aku sangat menikmati itu. Menikmati udara segar sambil menatap pohon sawit. Namanya juga perkebunan kelapa sawit, sejauh mata memandang yang dilihat hanya hutan kelapa sawit yang menjulang tinggi dengan jalanan bertanah merah yang naik turun.
Hal lain yang menyenangkan di masa kecilku yaitu perusahaan sering mengadakan rekreasi saat libur panjang. Hampir semua kota provinsi di Pulau Sumatera sudah kami jelajahi kecuali Aceh dan Palembang. Aku paling menyukai wisata kota Bukit Tinggi dan Danau Toba. 2 tahun sekali kami juga mudik ke Jawa menyebrangi pulau naik kapal.
Itulah sepenggal kisah masa kecilku yang sangat menyenangkan. Masa-masa ketika keluarga aku belum Long Distance Marriage (LDM). Masa-masa sebelum surat mutasi itu datang dan keadaanpun berubah...
1 note · View note
humanualeaf-blog · 6 years
Text
Circumstances Cloud.
Kesepian, berhenti merokok, stop ngomongin orang lain, sirik ke tetangga atau teman, cari uang yang bener, doyan ke masjid, ngadmin apa aja yang positif, enemy of hedon, nabung, mikirin hari tua, pendidikan, biaya anak, usaha dunia akhirat, naik haji, jauhin sifat ngebet jadi PNS, kurangi makan baso, tingkatkan makan nasi, Kerja masih di pulau jawa, tetap komunikasi sama keluarga, stingakan sholat dhuha dan tahajud.
Ingat dengan orang sekelilingmu.
2019.
2 notes · View notes
batasmedia99 · 2 years
Text
Video Viral Anak STM Masih Pakai Seragam Bolos ke Kota Mekkah,
Video Viral Anak STM Masih Pakai Seragam Bolos ke Kota Mekkah, Publik TakjubSeorang pelajar sekolah Indonesia yang memakai seragam terekam video sedang berjalan-jalan di kota Mekkah, Arab Saudi.
Publik menduga, video tersebut adalah hasil penyuntingan seorang konten kreator.
Video tersebut menjadi buah bibir setelah diunggah oleh pengguna TikTok bernama @diodhomber, Senin (13/6/2022).
Dalam video tersebut, tampak seorang pelajar yang memakai baju STM dan memegang jaket asyik berjalan-jalan di tengah kerumuman orang di Mekkah.Saking realistisnya, kalau pelajar itu lewat, orang-orang sekitarnya pun tampak menghindar.Begitu pula ketika pelajar itu menunjuk ke sebuah gedung tinggi, kamera langsung menorot ke bangunan tersebut.
"Kalian bolos paling jauh ke mana guys?" tulis akun itu sebagai keterangan video.Meski hanya editan, warganet turut memuji pembuat video tersebut karena hasil penyuntingannya sangat realistis.Diam uduk di sekolah, bergerak berangkat ke Mekkah, bukan main," kata @zainxxx."Pas ditanya BK: kamu kemarin bolos ke mana jujur? Mekkah bu," kata @begixxx.
"Pulang bolos auto pake peci putih nih," kata @aminxxx.Ragam kesan dan perasaan jemaah tercurahkan ketika melihat Ka'bah. Wartini, salah satunya. Jemaah asal Pati, Jawa Tengah, tersebut menangis ketika melihat Ka'bah secara langsung.Jemaah yang tergabung dalam kloter pertama Embarkasi Solo (SOC 1) itu tak kuasa menahan tangis bahagia saat tiba di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Tangisnya pecah saat tawaf di depan Kabah.
"Saya akhirnya melihat bisa Kakbah secara langsung," kata Wartini di area Masjidil Haram, Senin (13/6/2022).Wartini mengaku terharu dan tidak menyangka akhirnya bisa melaksanakan ibadah haji dan melihat langsung Kabah.
Bukan cuma Wartini, jemaah haji Indonesia lainnya asal Pati, Tedjo juga menangis karena bisa menginjakkan kaki pertama kali di area Masjidil Haram dan bisa naik haji.
Tedjo mengatakan, "Saya terharu dan bahagia sekali, karena saya dari dulu ingin sekali naik haji. Akhirnya tahun ini bisa berangkat."Petugas Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) Sektor Khusus Masjidil Haram Yenny Purnama memberikan pesan kepada seluruh jemaah haji Indonesia untuk menjaga kesehatan setelah melakukan perjalanan panjang dari Madinah.
"Jangan paksakan diri, utamakan yang wajib-wajib saja kalau yang sunah sekiranya semampunya saja," kata Yenny.
Selain itu, jemaah haji diingatkan untuk memperbanyak minum air. Sebab, suhu di Arab Saudi cukup panas, rata-rata 40-45 derajat celcius
Jangan lupa minum, jangan tunggu haus. Satu atau dua jam berikutnya makan kurma dengan harapan gula darahnya ada," katanya.
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Menuju Tanah Suci, Pesepeda Asal Magelang dan Gorontalo Sampai Kuala Lumpur Malaysia
Menuju Tanah Suci, Pesepeda Asal Magelang dan Gorontalo Sampai Kuala Lumpur Malaysia
BNews–MAGELANG–  Tiga orang pesepeda asal Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Gorontalo yang hendak naik haji ke Tanah Suci tiba di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (5/5). “Kami di Kuala Lumpur sekitar tiga hari, acaranya ke Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia, ke KBRI, ke pegowes sekitar Kuala Lumpur dan keliling sekitar kota Kuala Lumpur,” ujar salah seorang pesepeda,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ballintheball · 3 years
Text
Impian
Impian dalam waktu dekat ini sih, aku pingin meinkah dan punya anak. Aku pingin bgt 7 bln nanti road trip ke Tegal. Trus, untuk selanjutnya apa ya ? mungkin aku pingin punya bisniis sendiri bareng sama konco lawas. 
Pingin bikin usaha skincare.. Lulur, dan obat andalan kita itu obat jerawat. itu alkohol kurang dri 70% sama jeruk limau. Udah aku uji coba sama fatma, dan berhasil. Ada pasta gigi buat ank kecil, mau munculin lagi masker bedak dingin. Yah, kecil-kecilan dulu lah. 
Yap, aku muundur jauh untuk meloncat lebih jauh. sebenernya aku bisa-bisa aja sih nyelesein kuliah di sana. tapi, ya gmn. Berat, praktikumnya. gak cuma dilab, harus naik turun gunung dan itu praktikum dikarang sambung, dalam 7 hari, kami jalan kaki naik turun gunung. Cuma mau liat batuan. Hadeuh... kita disuruh cari cadangan baru karena katanya batu bara udah mulai habis. Tapi, alhamdulillah sudah terselesaikan.
Aku rasa geofisika itu merupakan jurusan eksklusif, gak sembarangan orang bisa masuk kesana. Aku udah siap skripsi padahal, tapi aku gak sanggup, capek bgt. blm ikut organisasinya.. O iya, impian yaa...
Aku pingin kuliah lagi di fkg sih. Tapi harus ada yang nemenin, gtu kata bapak. Pingginya FKG UNAIR. Tapi masih ada rasa trauma kalo maju depan kelas. Soalnya aku orangna pemalu bgt. 
Dulu waktu masih kecil, dipaksa suruh nyanyi di depan keluarga besar. Ada pilihan lagunya. Aku di suruh nyanyi gak mau. Trus, di pendelikin bapak di suruh nyanyi. eh, malah nangis. Malu bgt. sampe ke SD, aku gak mau oikut olahraga, selain males aku juga malu diliatin orang banyak.
Tapi, waktu nari jawa aku suka, malah pingin dipilih. Kenapa ya ? Aku juga gak tau kenapa. Trus, pindah sekolah ke kota, di situ aku selalu dapet rangking 3 b-4 besar. Targetku sih sebenernya rangking 1. Trus, prestasi terbesarku di sd itu dpt medali perunggu di olimpiade matematika provinsi.
Masuk ke smp, aku bertekad buat gak malu-malu lagi. Aku coba banyakin temen. Karena udah biasa banyk temen, waktu sendirian aku kebingungn mau apa. ya udah aku kabur aja di jam peljaraan, alesanya mau foto kopi buku, padahal jelas-jelas aku gak bawa buku. Tapi, di acc sama guruku hahahahaha yang goblok siapa coba ?
Banyak deh kenangan SMP itu. Nah SMA, aku mulai fokus buat belajar. Karena pelajaranya udah berat Tapi, tetep pacaran hehehehehehe. Yah ancur-ancuran lah dulu waktu SMA. Mulai kelas tiga SMA udah deh mulai ndaftar di geofis. Eh, tau nya keterima. Alhamdulillah, mau nangis gak bisa. Nangisnya setelaah ngerasain sekolah di sana yang jauh. Untung ada keluargaku....
Balik ke impian, simple sich, pingin dilamar di singapura. Tapi gak boleh sama eyang nanik. Kalo mau ketemu, harus menikah. gtu, aduuuh break de rules? gak bisa, kita udah satu keluarga deket, apalagi beliau tetuanya. eh, tapi eyang titis eyangku gsk komentar apa-apa sih.. Jadi bapak nurut eyang nanik aja.
Dan biasalah dinosours(bapak2, ibu2) pasti pingin nya di batang. Sebel bgt sumpah demi Allah sama dinosours. Tuh kedengerankan ? aku ora, neng kene bae. ngko utange gede, hhhhhh....... yaaa udahlah ya, 
honeymoon ? Bali dulu deh, trus singapore, trus udah balik ke rutinitas biasa. gak ah, gak mau ke  jepang atau eropa. males aja udah mati mereka. Tapi aku pernah nazaar sih, aku pingin ke holland, trus metik bunga tulip trus aku ludahin tanahnya. eh, tiba-tiba orang bule denger trus marah-maraah katanya saya dihina di sini. Kejadian itu waktu SMP.
Aku takut tinggi, Tapi kalo gak takut tinggi,  gak bisa naik haji dong ????? 
pingin umroh langsung setelah honeymoon. Trus, ya Alhamdulillah, mudah mudahan anak-anaku nantii soleh solehah, trus pingin punya anak kembar juga cewek cowok.  Melahirkan, masalah serius sih, aku harus bisa kuat, hormon oksitosin harus terus keluar banyak. Alias seneng terus. Makan-makanan yang sehat, dan minum susu ibu hamil itu HARUS, walaupun gak enak bgt. 
eh, ntar dulu. Mmau langsung punya anak apa ditunda nih ?
Pak dhe sih kode langsung punya anak. biar bisa main bareng gibran dan zio. Aku ??? gpp bismillah...
Mati gak da rasanya. Udah ada dokternya katanya. Aku harap sih Tiwie, temenku. .
Jadi PUP itu penting gaes, pematangan diri di usia menikah. Jangan kaya mbaku yang kurang nutrisi dan cemberut terus kaya gak hepi gtu. Aku harus bisa Hepi, dan gak nyusahin suamiku yang mungkin sibuk ngurus bisnis, Pasti bakalan pergi sana-sini. Jadi, kuberharap bisa tinggal di surabaya lagi sih . jadi anak tunggal nya budhe ninik dan pak dhe pri hehehehehehehe..
Ah, pingin nulis tapi dah ngantuk.. pokoknya kaya gtu dah keinginanku. Kalo mau kompromi silahkan datang ke Keluarga GUN....
0 notes
najmanhuda · 3 years
Text
Buletin Maarif Institute #17
Teladan Kebangsaan KH Hasyim Asy’ari
Oleh Ust. Masykurufin Hafidz
Tangan (kekuasaan) dan anugerah Allah SWT bersama jama'ah (kelompok yang terorganisir). Jika di antara jama'ah ada yang mengucilkan diri, maka setan akan menerkamnya sebagaimana srigala menerkam kambing. (HR. Imam Thabranîy)
Hadis di atas hendak menegaskan bahwa, organisasi ataupun kejama'ahan dan kejam'iyyahan merupakan hal mutlak dalam kehidupan. Sebagaimana ditulis dalam Al-Qânûn Al-Asâsîy Li Jam'iyyah Nahdlatul Ulâmâ`, pertemuan dan saling mengenal, persatuan dan kekompakan dalam suatu kelompok yang terorganisir sangatlah dibutuhkan dan bermanfaat. Melalui berkelompok, seseorang bisa menutupi segala kekurangannya sekaligus mewujudkan kemaslahatan hajat orang banyak.
Berangkat dari nilai-nilai di atas, KH Hasyim Asy'ari (1871-1947) yang biasa disebut dengan Mbah Hasyim membangun masyarakat melalui pesantren Tebuireng (1899). Di pesantren ini Mbah Hasyim mengatur kurikulum pesantren, mengatur strategi pengajaran, memutuskan persoalan-persoalan aktual kemasyarakatan dan mengarang kitab.
Pada tahun 1919, ketika masayarakat sedang dilanda informasi tentang koperasi sebagai bentuk kerjasama ekonomi, Mbah Hasyim tidak berdiam diri. Beliau aktif berniaga serta mencari solusi alternatif bagi pengembangan ekonomi umat, dengan berdasarkan pada kitab-kitab Islam klasik. Beliau membentuk badan semacam koperasi yang bernama Syirkatul Inan li Murâbathati Ahli At-Tujjâr, disingkat SKN. Di antara syarat yang berlaku dalam perserikatan ini ialah pembagian keuntungan tiap tahun sekali. Separuh keuntungan dibagi berdasar besaran modal masing-masing. Separuhnya lagi dikembalikan pada modal bersama untuk mengembangkan kebesaran perserikatan. Selaku pimpinan syirkah ialah KH Hasyim Asy’ari dan Bendahara ialah Abdul Wahab Hasbullah.
Dengan demikian Mbah Hasyim telah membangun dua pilar kehidupan masyarakat yang unggul, yaitu pilar pencerahan pikiran (tashwîrul afkâr) sebagai fajar kebangkitan melalui pengajaran yang diberikan setiap hari, dan pilar kemandirian ekonomi masyarakat yang dicontohkan melalui keterlibatan langsung dalam perniagaan di tengah masyarakat kampung dan pasar tradisional.
Bagi umat Islam secara umum dan bangsa Indonesia khususnya, ada dua hal dari sepak terjang Mbah Hasyim yang harus diperhatikan. Pertama, seruan Resolusi Jihad untuk memerangi para penjajah. Seruan ini dikeluarkan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal 23 Oktober 1945, atas nama Pengurus Besar NU, Mbah Hasyim, mendeklarasikan seruan jihad fî sabîlillâh. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah Resolusi Jihad.
Ada tiga poin penting dalam Resolusi Jihad. Pertama, setiap muslim yang berada di radius 94 km dengan penjajah wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan kewajiban berjihad bagi umat Islam yang berada di luar radius di atas merupakan fardhu kifâyah (kewajiban kolektif).
Kedua, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut syuhâdâ`. Ketiga, warga Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan nasional dan harus dihukum mati.
Fatwa jihad yang ditulis dengan huruf pegon (huruf Arab Jawa) itu kemudian digelorakan Bung Tomo melalui radio dan mendapat respons yang luar biasa. Ribuan kiai dan santri dari berbagai daerah mengalir ke Surabaya. Sedemikian dahsyat perlawanan umat Islam, sampai salah seorang komandan pasukan India, Ziaul Haq (kelak menjadi Presiden Republik Islam Pakistan) heran menyaksikan kiai dan santri bertakbir sambil mengacungkan senjata. Sebagai sesama muslim, hati Ziaul Haq terenyuh. Dia pun menarik diri dari medan perang. Sikap Ziaul Haq itu membuat pasukan Inggris kacau balau.
Fatwa Mbah Hasyim yang ditulis pada 17 September 1945 ini kemudian dijadikan keputusan NU pada 22 November yang diperkuat lagi pada muktamar ke-16 di Purwekorto (1946). Dalam pidato di hadapan peserta muktamar, Mbah Hasyim menyatakan, bahwa syariat Islam tidak akan bisa dilaksanakan di negeri yang terjajah. Kerangka pemikiran seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu dasar umat Islam Indonesia untuk terus merawat Pancasila dan UUD '45, terutama NU yang memang mempunyai saham besar bagi lahirnya negeri ini.
Kedua, sepak terjang Mbah Hasyim untuk melindungi kepentingan umat Islam secara umum. Pada tahun 1924 , contohnya, situasi di Timur Tengah menuntut Mbah Hasyim dan kaum tradisional bertindak. Mereka menanggapi dua peristiwa besar yang menyangkut agama Islam: penghapusan kekhilafahan Islam di Turki dan serbuan kaum Wahabi ke Mekah.
Bagi kaum muslim tradisionalis, yang terpenting adalah mempertahankan tata cara ibadah keagamaan yang pada umumnya dipertanyakan oleh kaum Wahabi puritan, seperti membangun kuburan, berziarah, membaca doa seperti dalâil al-khairât, dan lain sebagainya. Begitu juga kepercayaan terhadap para wali.
Kongres Al-Islam Indonesia bulan Januari 1926 di Bandung menolak gagasan yang menyarankan agar usul-usul kaum tradisional seperti di atas dibawa oleh delegasi Indonesia. Penolakan itu mendorong kaum tradisional membentuk sebuah komite tersendiri (Komite Hijaz) untuk mewakili mereka di hadapan Raja Ibn Sa'ud.
Untuk memudahkan tugas ini, pada tanggal 31 Januari 1926 diputuskan untuk membentuk suatu organisasi yang mewakili Islam tradisionalis, yaitu Nahdlatoel Oelama (NO) atau NU dalam istilah sekarang. Mandat yang dibawa oleh delegasi untuk diserahkan kepada raja berisi permintaan mengenai empat hal sebagaimana berikut:
Pertama, kemerdekaan bermazhab dengan memilih salah satu dari empat mazhab: Mazhab Hanafiy, Mazhab Malikiy, Mazhab Syafi'iy, dan Mazhab Hanbaliy. Kedua, tempat-tempat bersejarah tetap diperhatikan, seperti tempat kelahiran Siti Fatimah, makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya. Ketiga, meminta penjelasan mengenai kepastian tarif naik haji. Keempat, meminta penjelasan tertulis mengenai "hukum yang berlaku di Negeri Hijaz".
Dalam surat balasannya, yang dikabulkan Raja Sa'ud adalah permintaan pertama soal empat mazhab. Sedangkan hal-hal lainnya tidak mendapatkan tanggapan. Namun demikian, makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya tidak diganggu.
Oleh karenanya, umat Islam patut bersyukur karena hingga hari ini masih bisa berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW beserta dua sahabatnya, sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar (bagi yang mampu). Juga tidak kalah penting untuk disyukuri, karena umat Islam dan bangsa Indonesia mempunyai tokoh seperti Mbah Hasyim beserta kelompoknya yang terus membela kepentingan umat Islam dan bangsa Indonesia.
Sudah sepantasnya, bila semua pihak meneladani apa yang telah dilakukan oleh Mbah Hasyim. Di mana kepentingan bangsa dan umat senantiasa dikedepankan di atas kepentingan-kepentingan yang lain dan terus diperjuangkan.[]
—Masykurudin Hafidz, direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.
0 notes
valinakhiarinnisa · 7 years
Text
Enam Purnama 2017
“Dek, percaya sama Anin, adek sekolah lagi itu insyaALLAH perkara waktu aja kok, entah kamu sekolah profesi, atau sekolah di luar kayak Anin.  Allah itu pingin lihat usahamu sedikit lagi mbul”
-Avina Anin Nasia, 1 Januari 2017.
Mengawali tahun 2017, sejujurnya berat sekali buat saya. Lebay sih. Saya merasa membawa PR di tahun 2016 yang belum kunjung saya selesaikan, salah satunya adalah studi master. Kalau boleh sedikit flashback, 27 Oktober 2016 lalu, tepat ketika saya berusia 24 tahun, saya mendapati e-mail dari LPDP dan dinyatakan tidak lolos seleksi administrasi. Phew. Masih inget banget, dengan datarnya menyampaikan hal ini ke Mama dan Mbak Anin, “adek ngga lolos”. Justru waktu itu Mama yang panik. Hahaha, sekarang boleh saya (atau kita) menertawakan, tapi waktu itu justru semakin sedih, dan semakin percaya, kalau kesedihan anak itu 100 kilo, kesedihan ibunya bisa ribuan bahkan jutaan kali lipat. Di satu sisi, ada satu masa di awal tahun 2017 dimana saya tidak terlalu sering bercerita pada Ibu saya, khawatir makin panik, tapi saya tidak berhenti untuk terus meminta doa restu Mama. Berbekal quote dari bang haji Rhoma Irama, “doa ibumu dikabulkan Tuhan, dan kutukannya jadi kenyataan”.
Januari
14 Januari 2017, saya memberanikan diri untuk IELTS. Menurut saya, ini salah satu hal yang patut saya syukuri, karena Allah berikan keberanian untuk tes. Sehari setelahnya, saya dan kakak saya (dan Alivia yang saat itu masih dalam kandungan kakak saya) jalan-jalan ke Tunjungan Plaza dan makan bareng hahahaha. Ini hiburan awal tahun banget, karena untuk pertama kalinya kami jalan bareng berdua, menikmati setiap langkah dengan cerita-cerita konyol, dan tingkah lakunya yang tak kalah menyebalkan.  Masih inget juga, masa-masa trimester pertama mbak Anin, bukan hanya dia saja yang trauma, saya sepertinya lebih trauma, karena nggak tega melihat dia sering banget mual. Tapi Alhamdulillah, kakak saya strong enough, buktinya bisa jalan-jalan ke TP. Di awal tahun ini, belum-belum saya udah dibeliin novel “Tentang Kamu” nya Tere Liye dan komik “Miiko”. Bonus, ditraktir makan Pizza Hut, meskipun dia sempet mual, dan saya adalah orang yang bisa ketularan mual hahahaha.
Ada satu rangkaian kalimat mbak saya yang membuat saya tertegun.
“Mbul, kamu jangan egois, sekarang kamu sedang proses menyelesaikan apa yang jadi tugasmu ke orangtua. Selama ini Mama sama Bapak berjuang cuma buat anak-anaknya aja Mbul. Kamu jangan mudah rapuh gitu ah, ini belum apa-apa dibanding nanti kamu kalo udah sekolah. Jalani aja, nikmati aja, fokus juga. Ngga usah macem-macem kamu kak”
Di pekan berikutnya, saya kembali menghadapi masa-masa seolah jadi anak tunggal, karena kakak saya kembali ke Belanda, menuju pangkuan suami, eh. Penuh drama, macet dimana-mana, tapi Alhamdulillah masih bisa ketemu mbak Anin di Bandara Juanda. Masih inget banget, bagaimana dia begitu berapi-api menyemangati saya untuk tidak pupus di tengah jalan.
“Kamu ini baru memulai perjalanan, kak. Jangan mudah patah, harus strong soalnya kamu kan Putri Jawa Timur hahahaha. Jangan nangis kak, kalo nangis nanti kamu ngantuk, nggak produktif”
-Avina Anin Nasia, sesaat sebelum check in.
Tak perlu lama-lama untuk merealisasikan pesan mbak Anin, 27 Januari 2017, saya mendapati hasil IELTS saya, masih 6.0. Baik, saya paham bahwa perjalanan di tahun 2017 masih 27 hari. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki, masih ada kesempatan untuk belajar lebih giat lagi. Masih ada rejeki untuk tes lagi. Insya Allah. Januari, terima kasih, telah mengenalkanku, betapa perjuangan itu sungguh-sungguh di mulai, betapa modal dari perjuangan adalah niat yang lurus, keyakinan pada Allah dan pada diri sendiri, ketenangan dalam berpikir.
Tumblr media
Februari
Hal yang paling beda di bulan ini adalah akhirnya seorang Valina Khiarin Nisa adalah jadi anak kontrakan. Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorong keinginan luhur, untuk lebih interaktif sama orang lain, akhirnya saya dipertemukan dengan Kontrakan Muslimah Andalusia, yang isinya akhwat-akhwat sejati semua, kecuali saya. Terima kasih kepada Sayyida Farihatunnafsiyah, yang sudah mengizinkan saya untuk menjadi bagian kecil dari Kontrakan Andalusia. Senangnya adalah, saya tidak merasa kesepian, ada teman untuk berbagi cerita, ada teman yang menasehati, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan yang paling penting adalah���. Membuat kesedihan menjadi sebuah kebahagiaan yang patut disyukuri. Mengubah air mata menjadi gelak tawa. Mengubah kantuk menjadi senam irama, mengubah ngigau jadi shalat tahajjud. Hahaha. Thanks Andalusia!
Bagaimanapun, teman-teman Andalusia adalah teman-teman yang sangat pengertian. Bagaimana tidak? Ba’da shubuh, saya sudah mengganggu mereka dengan memutar listening IELTS menggunakan speaker.
“gaes, monmap yaa. Valin izin belajar IELTS, ngga ada waktu lagi buat belajar IELTS selain bada shubuh dan diatas jam 10 malem.”
Dan mereka sangat-sangat pengertian, Alhamdulillah. Haru banget kalau ingat betapa mereka menyemangati, betapa mereka senantiasa mengirim doa.
Kabar baik di bulan ini adalah, Fakultas Psikologi memfasilitasi saya dan teman-teman asisten dosen lainnya (yang membutuhkan) untuk les bahasa inggris (khususnya IELTS) di IALF Surabaya. Masyaa Allaah, sebuah kesempatan yang belum tentu saya dapatkan dua kali, tanpa pikir panjang,  
Ada sebuah pepatah manis, bahwa lebih baik berjuang bersama-sama daripada sendirian. Di bulan ini pula, saya kembali dipertemukan dengan mereka, sahabat saya. Grienda Qomara, mengajak untuk membuat IELTS Club, khususnya writing dan speaking. Selain Grienda, ada mas Gading, mas Hakim, Abdul Ony, Febryan, Izhar dan Sofi. Meskipun hanya beberapa kali pertemuan, saya merasa sangat terbantu. Setidaknya saya semakin sadar, bahwa modal utama nulis dan bicara adalah membaca. Mas Gading, selalu berbaik hati memberikan feedback speaking, dan menyarankan saya untuk lebih rajin baca artikel. Hahahahah ampun kakak. Kerasa bangetlah, saya emang nggak punya ide yang oke tiap kali diminta cerita dua menit (speaking for IELTS part 2). Ah iya, alhamdulillah, makasih banget untuk Grienda Qomara, salah satu nakama, alias sahabat senasib sepenanggungan yang berkenan mengajak saya dalam club IELTS ini. Makasih juga untuk semua teman-teman yang terlibat, walau cuma beberapa pertemuan, tapi manfaatnya terasa sampai sekarang :) semoga jadi amal jariyah mereka. 
Tumblr media
Maret
Bulan Maret, bulan ke-lima saya bekerja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Kecemasan-kecemasan itu mulai hadir. Saya mulai mencari beberapa informasi beasiswa, entah beasiswa dalam negeri atau luar negeri. Semua jenis beasiswa saya coba, mulai StunEd, Australia Award Scholarship, LPDP dan masih banyak lagi. Di bulan maret ini, saya mulai Les IELTS Preparation di IALF Surabaya. Antara senang, karena ternyata Fakultas benar-benar membiayai les, dan cemas, karena bagaimanapun biaya transport akan meningkat. Alhamdulillah, karena saya satu kelas dengan Binari, saya ngga perlu sering-sering naik ojek online atau taksi online, saya bisa nebeng Binari. Terlepas dari itu, salah satu teman baik saya sebenarnya juga mengingatkan saya untuk mengurangi intensitas naik ojek online, atau bahkan berhenti menggunakan. Hehehe, terima kasih teman baik. Ada banyak yang cukup saya lewatkan di bulan Maret 2017, kondangan demi kondangan akhirnya tidak bisa saya datangi karena keterbatasan fisik. Saya perlu istirahat untuk kembali belajar. Di bulan ini juga saya belajar menjalankan apa-apa yang menjadi skala prioritas saya, kondangan tetap jalan, tapi tidak semua. Mengaji tetap jalan, karena memang sudah diagendakan sepekan sekali, tidur secukupnya, belajar semaksimal mungkin, makan makanan sehat, hahahaha, dan hiburan seperlunya. Alhamdulillah, meskipun dengan rutinitas yang terkesan begitu-begitu saja (pagi kerja, sore les, malem belajar, subuh belajar), saya tetap bisa menikmati momen bersama keluarga, momen bersama teman kontrakan atau teman teman dekat saya. Tertekan? Ya jangan ditanya, tapi selama bisa mengendalikan tekanan, hal itu memicu saya untuk bisa memberikan yang terbaik, minimal menjadi orang yang lebih menghargai waktu. Saya hanya percaya pada pepatah, obatnya galau adalah menyibukkan diri kita. Ketika sibuk melanda, insyaAllah kita tidak punya waktu untuk menggalau tiada guna. Saya kira ini hanya pepatah, but I’ve been there. Saya tahu rasanya ketika kegiatan ini itu benar-benar menguras waktu, tenaga, pikiran, sehingga tak ada waktu untuk berpikir hal-hal yang tak perlu dipikirkan. Alhamdulillah, Terima kasih Maret :)
April
Masih sama seperti bulan Maret. Setiap sore selalu ke IALF Library buat belajar. Sampai kontrakan selalu malam, dan kembali berkutat dengan IELTS. Tapi ada yang beda di bulan ini. Saya makin rajin senam irama di pagi hari sama teman sekontrakan saya, Sayyida Farihatunnafsiyah. Masih inget banget, prinsipnya adalah : setelah mengerjakan IELTS Listening 3 set, baru boleh senam irama. Hahaha. Dan entah kenapa bulan April ini kok playlist saya agak rusak. Selain lagu-lagu berbahasa inggris (saya sengaja tidak mendengarkan lagu bahasa Indonesia sampai IELTS saya mencapai target), ndilalah kok ada playlist lagu berbahasa Spanyol, yang tak lain dan tak bukan adalah Amigos X Siempre :( Baiklah, setidaknya saya sedikit belajar bahasa pengantar Spanyol. Hahaha.
Yang sedikit beda di bulan ke-empat di tahun 2017 ini adalah, akhirnya saya jalan-jalan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga mengadakan rapat tengah tahun di Banyuwangi, yeaaay. Saya kira 2017 ini begitu monotone dengan persiapan studi saja, nyatanya Allah selalu punya kejutan di balik setiap perjuangan. Menikmati pantai dan debur ombak, masya Allah.
Tumblr media
Mei
Kalau diingat kembali, bulan ini penuh kepadatan dan kepanikan. Yang saya ingat di bulan Mei adalah mau tidak mau saya harus ambil tes IELTS, karena akhir mei sudah bulan ramadhan, dan deadline pendaftaran administrasi LPDP adalah 7 Juli 2017. BAIKLAH. Siap nggak siap, akhirnya saya mendaftar tes untuk tanggal 20 Mei 2017. Selain mempersiapkan IELTS di tanggal 20 Mei, ternyata dua pekan sebelum that date, saya dan teman-teman asisten dosen juga menjadi panitia hore hore Kelas Inspiratif Psikologi Universitas Airlangga. Pembicara yang diundang tak tanggung-tanggung, tiga puluh empat inspirator (menyesuaikan usia Fakultas Psikologi Unair yang mencapai 34 tahun, hamdalah).
Tumblr media
Jujur saja, saya punya tekad diam-diam mendaftar tes IELTS, tidak bilang siapa-siapa, kecuali ditanya. Bagi yang bertanya, baru saya jawab sekaligus minta doanya. Tapi entah kenapa, terkhusus teman-teman kontrakan, saya merasa punya hutang budi karena selalu mengganggu pagi mereka dengan Mp3 “IELTS Listening, Section 1” Hahahahaha, saya pun menyampaikan rencana saya untuk tes di tanggal 20 Mei 2017. Sekaligus meminta doa semoga diberikan keputusan terbaikNya. Tak lupa, saya juga saat itu masih sering nyampah di Grup Sabar Semangat Legowo, yang tak lain dan tak bukan adalah Geng Kondangan.  Pokoknya panen doa sebanyak-banyaknya ke orang-orang yang baik, karena kita tidak tahu lewat mulut siapa Allah mengabulkan doa kita (Masyrifah, 2015).
Dua puluh mei dua ribu tujuh belas.
Melangitkan tawakkal setinggi-tingginya. Saya paham, saya agak lemah di bahasa Inggris. Tapi hari itu adalah kesempatan terakhir saya untuk ikut tes IELTS (yang mana hasilnya akan jadi penentu apakah tahun ini saya bisa apply beasiswa LPDP Magister Luar Negeri  atau tidak). Sekuat-kuatnya ikhtiar, tetaplah Allah penyusun skenario terbaik. Tanpa karuniaNya, kita bisa apa? Yang saya yakini di hari itu adalah, saya telah memberikan upaya terbaik, sisanya tinggal tawakkal terhadap keputusan Allah. Sepanjang perjalanan, dan menuju speaking test, saya tak henti-hentinya membaca doa nabi Musa, “Rabbisrahlii shadrii wa yassirly amri, wahlul uqdatam millisaani yafqohu qouli”. Yang manis di momen IELTS ini adalah salah satu kekonyolan Sayyida Soepandi, yang membawakan NASI AYAM GEPREK di saat istirahat menuju Speaking Test. Mau nangis, tapi nanti sembab, jadi pusing dan nggak bisa mikir dengan jernih. Asli haru banget.
“ya soalnya kan tes IELTS sebelumnya mbak Valin kelaperan sampe minta dibawain roti kan, makanya ini Ayyi bawain makanan favoritmu, mbaa. Kasian juga kan, jomblo. Itu mas Arif dibawain makan sama istri anaknya. Kamu siapa yang bawain?”
HAHAHAHA nggak jadi nangis adalah keputusan yang tepat.
Sepulang dari tes IELTS, Alhamdulillah masih punya kesempatan untuk menyambung silaturahim dengan mbak Risza Damayanti, di Gelora Joko Samudro. Mengenal mbak Cica juga menjadi salah satu karunia Allah di tahun 2017. Semangatnya, gelak tawanya, keasyikan dan kelegowoannya untuk menjalani aktivitasnya memang bikin iri, sekaligus termotivasi. Makasih Mbak Cica! ^^
Juni
“Mamah, kalo ternyata IELTS adek belum 6.5,adek izin daftar beasiswa dalam negeri aja ya Ma.  Bismillah ikut beasiswa dalam negeri tapi profesi.”
2 Juni 2017. Bukan ucapan selamat ulang tahun yang saya sampaikan ke Mama, justru pernyataan di atas. Pengumuman IELTS result bersamaan dengan milad Ibu saya. Pastinya akan berkesan banget kan, baik jika lolos maupun tidak lolos. Lucunya, hari itu hari kecelik. Jarang-jarang kan asdos dapat jatah cuti, saya termasuk yang abai terhadap kesempatan emas itu sudaraaaa. Saya masuk di hari jumat, dan menyaksikan ruang asdos begitu hening tanpa ada satu jiwa disana. Saya berusaha memahami bahwa takdir ini datang bukan tanpa maksud dari Allah. Mungkin, saya sekalian ambil hasil IELTS (?). Menanti dan menanti, sembari terus berdzikir, meyakini bahwa jika memang masih di bawah requirement, artinya saya harus realistis dengan keadaan, menyusun rencana baru untuk segera mendaftar sekolah profesi : Psikolog. Pukul 11.00. Saya mendapati sebuah e-mail dari StunEd. Saya dinyatakan tidak lolos seleksi beasiswa tersebut. Tangan saya mulai dingin. Saya tidak tahu bahwa pengumuman beasiswa StunEd juga hari ini. Sempat ada penyesalan kenapa buka e-mail sekarang, makin ciut nyali saya untuk membuka pengumuman IELTS. Saya berusaha menepis semua pikiran negative saya sambil terus menerus istighfar. Mungkin karena hikmah ramadhan juga ya, waktu itu saya tidak nangis saat membaca pengumuman ditolak kesekian kalinya.
Pukul 13:00, selepas shalat dzuhur, saya memberanikan diri untuk melihat pengumuman online IELTS. Tenang Valina, everything is okay. Saya mengucapkan itu pelan-pelan, dan……ternyata benar adanya, Allah memberikan kesempatan saya untuk melanjutkan rencana yang saya buat sejak lulus di bulan September 2015 : Melanjutkan rencana studi ke luar negeri. Alhamdulillaahirobbil’aalamiin. Saya melihat nilai overall 6.5 di pengumuman online. Bagi orang lain, mendapatkan nilai 8.5 biasa saja. Bagi saya, saat itu, adalah penentuan banget. Kalau saja saat itu yang muncul adalah angka 6.0 atau bahkan di bawahnya, saya tak ragu-ragu untuk mengubah rencana saya, tapi ternyata Allah tidak berkehendak untuk itu. Hasil IELTS 6.5 bagi saya adalah isyarat Ilahi untuk melanjutkan perjuangan yang hampir dua tahun, menyelesaikan amanah kontrak di Fakultas, 2018 berangkat atau out. Tanpa pikir panjang, setelah sujud syukur dan memeluk Bu Atika (salah satu supervisor saya di tempat kerja), saya segera pamit dan meluncur ke IALF Ngagel untuk mengambil hasil IELTS saya. Hasil IELTS ini yang bisa jadi kado ulang tahun Mama ke-53. Bonus Maxtea jumbo juga sih, hahaha. Ra bondo blas ya (?). Begitulah saya dan Mama saya, tak perlu kado aneh-aneh, yang penting saling cinta, saling mendoakan, saling memberikan masukan demi pribadi yang lebih baik ya Mam ya :)
Bulan Juni ini sebenarnya sangat berkesan, bukan hanya sekadar skor IELTS yang akhirnya mencapai target (Alhamdulillah), melainkan juga kesempatan untuk merajut silaturrahim dengan mereka, beberapa sosok orang penting yang tidak pernah kurencanakan menjadi sangat penting dalam hidupku. Saya memang suka kumpul-kumpul, apalagi sama mereka. Ingin sedikit menambah album kenangan dengan mengajak mereka buka bersama.  Sedikit kecewa karena tidak full-team, tapi begitulah hidup ya. Kalau kata Ebiet G. Ade kan begini, “Cinta yang kuberi, sepenuh hatiku. Entah yang kuterima, aku tak peduli”.
Tumblr media
Karunia Allah pasca nilai IELTS yang memenuhi target, adalah surat keputusan dari University of Groningen, bahwa saya dinyatakan diterima tanpa syarat di jurusan Reflecting on Psychology (yang saat ini sudah saya ubah di jurusan Clinical Psychology). Alhamdulillah, tepat 30 Juni 2017, saya segera mengotak atik laman aplikasi online LPDP saya, mengubah keterangan “belum memperoleh LoA” menjadi “sudah memperoleh Unconditional LoA”
Bulan Juni juga, rasanya roller coaster belum berakhir. Pilihan hidup dan timeline yang mulai bercabang. Adanya keinginan untuk ini, itu, anu, atau entahlah, keinginan itu pecah seiring dengan kondisi yang dihadapi saat itu. Tapi benar adanya, saya kembali teringat kata-kata kakak saya. Selama ini, orangtua saya yang sangat struggle dalam menghadapi kerasnya hidup, ya bukan buat siapa-siapa selain menjalankan amanah Allah, membesarkan titipan Allah, yaitu kakak saya dan saya. Tidak ada alasan bagi saya untuk berhenti berjuang atau hanya sekadar kepingin ini kepingin itu hanya karena toleh kanan toleh kiri. Ya, pasti bisa ditebak keinginan apa ini. Melihat postingan di media sosial, mendengar nasihat kanan-kiri
“Dear Valina, janganlah kamu menunda-nunda”
“Dear Valina, kamu mau aku carikan yang seperti apa?”
“Dear Valina, sekolah itu cuma suplemen, jangan jadi penghalangmu untuk beribadah”,
“Ayo mbak, segera, aku sampe udah mau punya anak gini, kamu kapan?”
dan sejumlah kalimat bijak (namun kurang tepat guna) lainnya. Terima kasih atas perhatian yang diberikan,  saya yakin niat mereka semua baik. Yakin bangeeeeeeeeet. Hanya saja, yang paling mengerti kondisi saya (selain Allah, karena sudah pasti tahu) saat itu adalah saya dan orang-orang terdekat. Dan benar adanya, orang-orang terdekat saya, tidak pernah mempertanyakan “Kapan Nikah” ke saya, karena mereka paham. Terlepas dari bagaimana perlakuan orang terdekat (lintasan orbit terdekat) hingga orang-orang kenalan (lintasan orbit terjauh), bulan Juni ini saya belajar bahwa kita tidak bisa mengubah apa-apa yang sudah menjadi karakter orang lain, tidak bisa mengubah perkataan atau sikap apapun yang sudah terlanjur keluar dari orang lain, namun kita bisa mengendalikan hati untuk tetap tenang, mengendalikan pikiran untuk tetap jernih, mengendalikan lisan untuk lebih hati-hati dalam berucap, mengendalikan kepala, mata, tangan dan kaki untuk selalu berbuat baik, tanpa menyinggung perasaan orang lain apalagi merasa punya lintasan orbit paling benar. Hikmah kedua, kita tidak bisa membahagiakan semua orang atau semua pihak. Ada kalanya keputusaan-keputusan yang diambil oleh kita mengecewakan orang lain, namun ketika semuanya diniatkan untuk Allah, untuk kebaikan, selalu ada konsekuensi yang harus dipeluk erat. Hikmah ketiga, ridho orang itu yang utama dalam mengambil keputusan, karena ada ridho Allah juga yang mengikuti. Kejadian roller coaster ini mungkin membuat saya jadi semakin dan semakin dekat dengan Mama, dan Bapak. Alhamdulillah ‘ala kullihaal.
Keputusan di enam purnama 2017 ini, tentu ber-efek pada keputusan-keputusan di enam purnama berikutnya. Lagi, tak ada jurus apapun untuk melanjutkan cerita-Nya yang jalannya selalu jadi misteri, selain bersabar dan bersyukur. Yakin bahwa Allah itu Maha Adil, tidak usah mempertanyakan atau membandingkan jalan hidup diri dengan orang lain, tentunya tak akan pernah sama. Yang terpenting adalah kita sudah mengupayakan yang terbaik, sisanya tinggal tawakkal. Alhamdulillah, wa syukurillah, cerita saya mungkin terkesan begini begini saja, namun saya percaya, menulis adalah salah satu ikhtiar untuk mengingat rizki Allah, salah satu cara untuk merekam kenangan untuk diambil hikmahnya. :)
To be continued…………………. :)
48 notes · View notes
dendzu · 4 years
Link
Ratusan siswa TK dari berbagai Sekolah di Solo, Karanganyar, dan Boyolali mengikuti latihan manasik haji di Mall Paragon, Solo, Jawa Tengah, Senin (14/9). Praktek manasik haji yang pertama kali berlangsung di dalam mall di Solo tersebut untuk memberi pengetahuan dan pemahaman sejak usia dini tentang rukun Islam ke lima. ANTARA FOTO/Maulana Surya/pd/15. Dalam karyanya, Islamic Reform (2009), Prof. Tariq Ramadan berargumen, “I should modestly begin by saying that there is today no “Islamic” alternative to the dominant neoliberal economic model.” Apapun yang diklaim sebagai ‘yang-Islam’ dalam dunia ekonomi sekarang, bukanlah Islam sesungguhnya, sebab model ekonomi neoliberal masih menjadi kekuatan satu-satunya di dunia ini. Apapun yang berbau Islam, bernama Islam atau berstempel Islam hanya mengadaptasi sistem kapitalisme global yang kini bernama neoliberal. Dimana pun negaranya dan dalam bentuk apapun sistem negara tersebut, udara yang kita hirup tetap ekonomi neoliberal. Sudah banyak buku dan artikel serius yang membahas tentang model ekonomi neoliberal. Secara sekilas, berikut ini mengenai prinsip ekonomi neoliberal. Pertama, materialisme. Akumulasi kapital tanpa akhir adalah tujuan hakiki dari sistem tersebut. Asumsinya, jika sampai pada tahap puncak, pasar akan mengalami kelesuan, ‘lemas’, atau jenuh, maka grafiknya turun sampai pada titik akan naik terus kembali. Logika akumulasi material yang tiada akhir sebenarnya secara etika dinamakan kerakusan. Setiap orang atau perusahaan dalam model sistem ekonomi ini dipaksa untuk terus akumulatif (untung). Demi mencapai target inilah terjadi pola kerja eksploitatif dan efisiensi. Sampai kapan logika akumulasi materialistik berlangsung? Tanpa batas sepanjang nafsu kerakusan manusia terus diekspresikan dan dilayani. Kedua, dalam proses ini, ada relasi yang sifatnya eksploitatif antarmanusia dan manusia dengan alam. Hubungan eksploitatif antarmanusia terjadi misalnya antara petani, nelayan, atau peternak dengan pengumpul dan pedagang yang mewakili para pemilik modal (kapitalis). Apakah keuntungan petani dan nelayan yang berupaya keras menghasilkan beras atau ikan lebih besar dari pengumpul dan pedagang yang tinggal angkut dan jual? Contoh lain misalnya buruh pabrik yang diambil nilai surplusnya demi akumulasi kapital oleh para kapitalis. Buruh tidak bisa apa-apa sebab mereka tergantikan dan bisa dipecat dengan alasan apapun atau perusahaan bisa bangkrut. Kapitalis hanya menjalankan logika sistem tersebut, karena jika tidak, maka perusahaan akan merugi terus. Sistemnya yang menciptakan ketidakadilan. Dalam pola manusia dan alam, relasi yang ada dalam sistem ini memerlukan eksploitasi dengan mengambil nilai lebih/surplus/untung dari alam. Ada hubungan subyek dan obyek: logika manusia sebagai subyek mengeksploitasi alam sebagai obyek. Relasi ini rentan menguntungkan satu pihak dan menghancurkan pihak lainnya. Konsekuensinya adalah global warming dan kerusakan alam yang luar biasa. Kita bisa merasakannya tanpa saya berpanjang lebar memberi banyak contoh, seperti yang baru-baru ini terjadi di Australia (dari kebakaran sampai hujan es bola golf dan badai debu), di Peru (gempa bumi), di Indonesia (banjir, gempa bumi dan longsor), di Jepang, Filipina, dan Meksiko (gunung api meletus), di China (wabah virus Corona), di Arab Saudi (hujan es), dan sebagainya. Manusia selama ini mengobyekkan alam seolah-olah alam hanya materi saja tanpa energi atau jiwa. Padahal banyak ajaran agama yang secara arif memaparkan bahwa alam adalah semesta dengan energi dahsyat yang ‘berjiwa’. Ketiga, creative destruction demi efisiensi. Salah satu yang paling terlihat sekarang menurut saya adalah peran mesin yang sangat penting menggantikan tenaga manusia. Semakin tinggi teknologi, maka semakin sedikit pula buruh yang bekerja dan perusahaan semakin untung atas logika efisiensi. Dalam perkembangan teknologi sekarang ini, bila perlu buruhnya dipecat dan diganti mesin semua agar tidak mengeluarkan biaya terlalu tinggi. Semakin efisien, maka perusahaan semakin untung (surplus). Nantinya, pada sepuluh sampai tiga puluh tahun ke depan akan ada beberapa pekerjaan yang sudah tergantikan oleh mesin, bukan lagi tenaga manusia. Profesi kasir, administrasi kantor, akuntan, audit, resepsionis, bahkan koki (tertentu) mulai merasakan revolusi 4.0. Di beberapa supermarket besar Jakarta, sudah ada pilihan kasir otomatis. Kita bisa langsung tempel atau gesek saja kode barangnya. Di negara maju, isi bensin dilakukan sendiri, bahkan pembayaran sama sekali tidak dijaga dan langsung bayar sendiri dengan hanya menempel kartu saja. Administrasi online sudah mulai dilakukan di Indonesia sehingga peran operator dipangkas oleh beragam aplikasi. Saya kira di negara lain pun sudah mulai transisi ini. Bahkan pelabuhan di China, supir truknya sudah otomatis. Contoh-contoh di atas memang tidak mendalam tapi memperlihatkan bagaimana model ekonomi neoliberal berusaha semaksimal mungkin mengurangi biaya demi efisiensi dari pergantian alat produksi untuk tujuan akhir pencarian untung sebanyak mungkin. Masih banyak lagi prinsip neoliberal yang belum bisa dipaparkan di sini karena keterbatasan ruang, seperti prinsip kepemilikan, pasar bebas, non-intervensi pemerintah, privatisasi, kompetisi, monopoli, komodifikasi, konsumerisme, alienasi, dan sebagainya. Lalu bagaimana orang-orang Islam menghadapi semua prinsip model ekonomi neoliberal di atas selama ini? Argumen saya berpijak dari pendapat Tariq Ramadan yaitu jika orang-orang Islam hanya mengadaptasi prinsip-prinsip model ekonomi neoliberal ke dalam tubuh Islam. Saya sebut “kapitalisme Islam”. Islam sendiri mengikuti prinsip ekonomi neoliberal. Kapitalisme Islam adalah sistem neoliberal dengan stempel atau label Islam-Arab, yakni sistem neoliberal dibajukan, di-klamben-i, dipernak-pernikkan simbol-simbol Islam biar seolah-olah Islam. Padahal, isinya adalah akumulasi kapital/materialisme, eksploitasi, dan creative destruction. Argumen saya lebih pada pertanyaan yang kita bisa terjawab sendiri di ‘lapangan’: Adakah sistem syariah menguntungkan orang Islam ataukah sistem itu mencari keuntungan dari pasar orang Islam? Apakah bank syariah memberi utang tanpa resiko dan agunan atau tetap dibatasi oleh syarat-syarat yang menopang sistem neoliberal agar system dominan tetap kuat fondasinya? Apakah ada etika Islam seperti keadilan dan etis dalam institusi ekonomi Islam sekarang ini? Apakah ada keadilan yang memihak kaum yang tertindas dan tereksploitasi dari sistem besar neoliberal? Apakah dalam persaingan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional keduanya dalam ruang hampa atau ruang besar sisten ekonomi neoliberal? Apakah jika kita mengambil KPR di bank syariah lantas jatuhnya lebih murah dibandingkan di bank biasa? Kok bisa junk food itu halal? Padahal, pengertian halal begitu kompleks dan mendalam terkait dengan bagaimana baiknya menanam bahan yang kita makan, bagaimana binatang-binatang yang kita makan dirawat dengan baik dan diberi makan yang baik (bila perlu organik), bagaimana obat-obatannya, segala macam bahan kimia tidak disuntikkan ke dalam apa yang kita makan, bagaimana para petani, peternak dan buruh-buruh di dalamnya diperlakukan adil dalam prinsip-prinsip Islam dan sebagainya. Argumennya saya simpulkan bahwa selama orang Islam hanya mengakali Islam dengan ragam istilah teknis bahasa Arab (halal-haram, murabahah, mudharabah, bai’ salam, ijarah dan sejenisnya) tanpa belum lebih keras lagi menawarkan alternatif substantif untuk menghadapi ekonomi neoliberal, maka Islam hanya kosmetik yang mempercantik wajah ekonomi neoliberal yang eksploitatif itu. Bisa jadi saya belum melihat kasus yang memang sudah keluar dari ekonomi neoliberal. Kasus yang secara substantif Islami (walaupun tidak memakai ornamen/identitas/label/stempel/logo Islam), walaupun kasus itu ada, bisa masih lemah, karena belum pada tahap menjadi penyeimbang dari ekonomi neoliberal yang kontras. Mungkin pembaca bisa menunjukkan kepada saya kasus ekonomi non neoliberal yang menyakinkan. Dalam karyanya, Tariq (2009, 242-248) pun menyakinkan saya bahwa ekonomi Islam hanya berkutat pada kaidah operasional fikih tanpa masuk secara mendalam ke wilayah usul fikih yang berfondasi pada ethical goals of Islam (al-maqâsid) seperti prinsip keadilan, maka ekonomi Islam justru mengiyakan, mengimani, dan menjustifikasi sistem dominan ekonomi neoliberal. Klaim saya juga beralasan dan bersumber pada fakta yang dipaparkan Mun’im Sirry (2020) bahwa sistem ekonomi syariah diklaim sudah dimulai pada 1970-an di seluruh duni Islam, tapi sampai sekarang masih saja disebut dalam masa transisi tanpa kejelasan menuju sistem real dan jelas dalam menghadapi model ekonomi neoliberal. Singkatnya, model ekonomi Islam selama ini masih saja hidup dalam sistem besar model ekonomi neoliberal. Secara kontektual dan selaras dengan argumen Mun’im, Tariq (2009, 243) berargumen “… they confirm both in its philosophy of productivist profitability and in its global domination. Presented in this way, the great catchphrase “an Islamic economy” is far from being an alternative. At best it is simply a “marginal option” whose function is insensibly to confirm the preeminence of the “mainstream”—that is to say, the liberal market economy”. Jadi pertanyaan reflektifnya, sistem ekonomi Islam sekarang ini sebenarnya sistem ekonomi Islam sesungguhnya ataukah sistem kapitalisme Islam? Apakah formalisme Islam dalam klaim ekonomi Islam di dalam system besar ekonomi neoliberal membuat kita menjadi orang-orang yang munafik dan menistakan Islam sendiri?
0 notes