Tumgik
#Peta bumi bajak laut
generasbir · 2 years
Text
Peta bumi menjadi dua kubu besar antara Rusia dan Amerika saat perang melawan Nazi Jerman
Peta dunia menjadi dua kubu Besar, INI adalah peta perjuangan dunia yang akan menandai titik balik peradaban. Perjuangan membagi dunia menjadi dua kubu besar: mereka yang mendukung kita (dalam berbagai derajat) dan mereka yang melawan kita (juga dalam berbagai derajat). Di antara ekstrem-ekstrem ini ada yang netral, ada yang condong ke satu arah, ada yang lain. Semua gradasi ini dijelaskan dalam kunci di halaman yang berlawanan.
Beberapa poin penting mengenai peta ini harus diperhatikan. Yang pertama adalah bahwa seluruh konflik berputar di sekitar A.S. Ini bukan hanya karena penempatan A.S. di pusat penyebaran: melainkan terletak pada sifat perjuangan. AS adalah poros (a) karena posisi geografisnya, yang merupakan pusat lautan; selengkapnya klik dibawah 👇.
0 notes
tilaselang · 4 years
Text
Filsafat Anime Generasi 90-an
Sebagai negeri yang pernah menjajah Nusantara, Jepang adalah negara yang sukses membuat kita melupakan kejahatan masalalu kepada generasi muda negara jajahannya. Salah satu hal yang membuat kami (baca: generasi muda) tak ada sakit hati atas kebiadapan masa lalu Jepang adalah keberadaan Anime.
Menonton anime adalah hobi yang belum pudar bagiku sampai sekarang. Walau anakku sudah lahir, tak ada sedikitpun rasa ingin meninggalkan hobby yang bagi sebagian orang kekanak kanakan ini.
Walau selalu identik dengan anak kecil, Anime adalah pembentuk karakter generasi yang lahir 90-an. Tentu saja hal ini tak akan dirasakan oleh mereka yang tak menyukai anime. Sehingga terkadang menjelaskan asiknya anime ke mereka adalah semacam memberikan lelucon.
Terkadang saya juga kasihan apabila ada orang segenerasi dengan saya yang belum bisa membedakan Anime dengan Kartun hehe. Mamam tuh!. Menganggap anime sebagai konsumsi anak anak adalah paradigma naif. Bagi orang orang seperti itu, Anime hanya dianggap hiburan dan tontonan saja.
Di Amerika keberadaan Kartun memang dibuat untuk sekedar hiburan, contohnya Mickey Mouse, Tom And Jerry, Scobedoo, Casper. Mereka menekankan gerak dan tehnik menggambar karakter, bukan jalan cerita. Jarang sekali di Kartun orang bisa mengerti mengenai satu cabang ilmu. Apalagi filsafat. Ia lebih ke humor, mimik wajah, ekspresif, dan memanjakan mata. Sehingga lama kelamaan Kartun diperuntukkan untuk anak anak.
Berbeda dengan Anime, ia lebih menekankan alur cerita. Mementingkan plot, tehnik menggambar mengandalkan efek efek tertentu. Sehingga ia berusaha membenamkan semacam ajaran di dalamnya. Contoh kalau ingin memberikan ajaran filsafat bermain sepak bola membuat Anime Captain Tsubasa, membenamkan sejarah feodal Jepang membuat Anime Samurai X, membenamkan ajaran mitologi Jepang membuat anime Inuyasa, Naruto, dll. Singkat cerita, Anime adalah semacam ilmu pengetahuan yang ingin disampaikan orang orang Jepang melalui gambar bergerak.
Bagaimana tidak, kami tahu persahabatan yang baik, sifat pantang menyerah, kejujuran, impian, pengetahuan sains adalah dari Anime.
Ya, sejak kecil Anime menjadi teman baik kami. Libur Minggu adalah waktu paling ceria yang bisa diingat sampai sekarang. Dikala pagi datang, ibu menyiapkan sarapan lalu soundtrack opening Cibi Maruko Chan membangunkan tidur, mulut pun tersenyum dan hati berbunga bunga. "Hal yang menyenangkan hati banyak sekali bahkan kalau kita bermimpi. Sekarang ganti baju agar menarik hati ayo kita mencari temaaan" begitu kira kira salah satu liriknya.
Anime minggu tersebut sedikit banyak membentuk karakter kami. Bagaimana tidak, setelah penat seminggu sekolah, dengan seabrek pendidikan yang menjemukan. Waktu bersantai otak kami adalah minggu bersama karakter karakter anime. Secara tidak langsung disanalah proses pembelajaran karakter masuk.
Secara ilmiah, anak kecil selalu meniru apa yang ia lihat. Berbeda dengan Anime, pembelajaran di sekolah lebih sulit diterima karena minim aplikasi. Sedang di Anime, praktik praktik berteman dan bermasyarakat ditunjukkan secara gamblang.
Selain hari minggu, dulu Anime di Indonesia juga tayang tiap hari. Saya ingat betul saat siang sebelum berangkat madrasah Diniyah nonton P Man, sore sore nonton Inuyasa setelah magrib pasti nonton Yuyu Hakuso, Shaman King, hunter x hunter, Tsubasa, samurai X, pak guru Nube, sampai Hachi anak sebatanh kara. Ahhh masa masa itu.
Hampir semua profesi, budaya, sampai cabang olah raga ada di Anime. Sebut saja penggemar sepak bola, pasti akan tergerak semangatnya ketika nonton Captain Tsubasa dengan taglinenya "Menjadikan bola sebagai teman". Atau menjadi pemain basket yang garang dan konyol di Slam Dunk. Atau mungkin ingin berlari kencang di cabang olah raga American Foorbalk seperti Eye Shield 21. Semua ada di Anime.
Atau mengajarkan anak menyayangi dan memelihara lewat Pokemon dan Digimon, belajar mesin dan onderdil lewat Tamiya, Beyblade, Crush Gear, belajar strategi lewat permainan kartu Yugi-Oh, belajar politik dunia lewat Gundam, dan baaanyak lagi.
Bahkan banyak juga ajaran kehidupan. Seperti contoh anime Dragon Ball, ia mengajarkan sebagai manusia harus mencintai sesama manusia dan alam. Saya ingat betul ketika salah satu musuh Goku ingin menghancurkan Bumi gara gara manusia adalah spesies yang saling berperang. Sebuah tamparan bagi kami umat manusia. Menurutku hal hal semacam Itu bukanlah pendidikan anak kecil, tetapi sebuah falsafah hidup.
Bahkan ajaran ideologi sosialis juga disisipkan di Anime. Misal diperlihatkan di serial One Piece. Disana digambarkan tiap daerah selalu dikuasai oleh diktator. Dan si Luffy tokoh utama, selalu digambarkan menumbangkan penguasa yang otoriter. Sampai sampai disana diajarkan untuk mengutamakan kesejahteraan bersama, bahkan dengan menentang pemerintah sekalipun.
Adegan yang paling dewasa yang pernah saya tonton adalah episode di Enies Loby ketika Ushop membakar bendera pemerintah dunia. Itu adalah pendidikan keberanian dan perlawanan. Simbol penentangan. Jadi tidak bisa dipandang hanya sebagai tontonan anak.
Saat beranjak remaja Anime yang paling berpengaruh adalah Naruto. Anime bertema ninja ini mengajarkan bagaimana menjadi remaja sekolahan yang baik walau tetap bandel hehw yaitu memiliki mimpi. Naruto hadir sebagai seorang anak yang tak memiliki bakat, tetapi punya keistimewaan bawaan. Dia mengajarkan arti berusaha, bergaul dengan teman, setia kawan, sampai kenakalan yang wajar.
Dari sana saya jadi tahu, seorang murid suatu saat akan menjadi guru dan memiliki murid sendiri. Entah itu kau begundal atau orang terkutuk, suatu saat pasti menemukan orang yang harus dididik. Dari sana juga aku mempelajari tentang kehidupan, bahwa orang yang saat ini sukses atau berwibawa, masalalunya belum tentu. Begitupun sebaliknya, orang yang kelihatan rajin dan hebat saat sekolah belum tentu di masa depan akan beruntung. Sebuah pembelajaran nyata yang kualami sendiri. Dan itu kutemukan jauh di Anime.
Sampai sekarang pun saya masih melihat masyarakat nyata dengan kaca mata Anime. Anime yang saat ini menurutku paling relevan dengan kehidupanku adalah One Piece. Disana si tokoh utama, Luffy adalah seorang bajak laut muda. Mengarungi lautan dengan teman temannya. Tak mudah menjadi bajak laut pemula yang harus bersaing dengan senior senior yang kuat.
Ia berusaha berusaha sedikit demi sedikit memperoleh pengalaman dan ingin menjadi raja Bajak Laut. Dalam One Piece diajarkan, sebagai bajak laut muda ada dua cara untuk bertahan hidup di lautan yang keras. Pertama, dengan menginduk pada bajak laut senior yang punya kekuatan. Kedua, membentuk aliansi dengan sesama teman muda untuk melawan orang orang tua.
Begitu juga diriku di dunia nyata. Sebagai pemuda di masyarakat yang bagaikan lautan ini. Ajaran Anime One Piece tadi sangat terbukti. Saya yang anak lulusan kuliahan baru, benar benar menyaksikan hal yang ada di One Piece. Setelah lulus, teman temanku terbagi menjadi dua tadi.
Ada yang menginduk ke orang orang berpengaruh, misal ke anggota dewan, ke dinas, ke perusahaan sampai kembali ke kampus menginduk dosen. Ada juga yang beraliansi dengan temannya membentuk bisnis melawan senior senior dan mengajak temannya bekerja sama. Benar saja temanku yang memilih usaha sendiri memang jalannya lebih susah, walau ada dan sekarang mampu menyaingi senior seniornya. Dan itu nyata. Sehingga menurutku pembuatan anime ini tidak main main. Ia berasal dari riset panjang kehidupan nyata.
Tapi sayang sekali belum ada seniman hebat yang mampu menembus dinding itu. Semua mustahil terwujud apabila keadaan seperti ini. Bagaimana tidak, sekarang Anime semakin dibatasi, yang tayang pun hanya anime anime konsumsi anak anak. Tak ada lagi pendidikan orang dewasa di dalamnya. Ditambah industri ini tidak populer di Indonesia. Tidak usah jauh jauh ngomong Anime, komik saja banyak yang enggan membelinya sekarang.
Padahal secara tidak langsung Anime mengirimkan pesan tersembunyi yang membentuk peta otak. Mulai dari memperkenalkan rumah khas Jepang seperti di serial Doraemon, pola hidup orang jepang yang suka kebersihan, budaya mereka seperti samurai, ninja, kimono dan Bushido (falsafah hidup Samurai).
Apabila itu diterapkan untuk budaya dan falsafah Nisantara tentu akan menjadi pendidikan peradaban bagi generesi selanjutnya. Tetapi apa yang terjadi sekarang sulit dilawan.
Bagi bangsa yang kecanduan moral, pelarangan Anime hanya berdasar pada pelarangan pornografi. Padahal pembuatannya sama sekali tidak ditujukan seperti layaknya Pornografi. Seperti membunuh tikus dengan membakar lumbung, pembatasan Anime dengan cara melarang tayang adalah bentuk penghalangan ajaran baik yang terkandung di dalamnya. Membunuh tikus bisa diracun, tidak harus dibakar lumbungnya. Membatasi Pornografi dan adegan kekerasan tak perlu melarang penayangan.
Anak anak era sekarang dicekoki "Hidup Hedon", hidup bersenang senang. Kalau dulu di hari minggu kau jarang menemukan anak anak di teras rumah, karena mereka di dalam rumah nonton Anime. Saat ini tidak usah hari minggu, bahkan setiap hari anak anak lebih memilih bermain game di teras rumah. Mereka lebih menikmati kemudahan akses teknologi, ketimbang belajar falsafah.
Padahal dalam Anime Jepang selalu menanamkan ajaran ajaran Bushido ala Samurai yang bisa membuatnya besar seperti sekarang. Bahkan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) yang gagah berani menghalau serangan agresi militer Belanda I dan II, sedikit banyak adalah didikan Bushido Jepang. Walau dikenal kejam saat menjajah, kita tidak bisa memungkiri, bahwa falsafah Jepanglah yang mendasari kuatnya militer Indonesia pasca merdeka. Mereka (tentara Peta) saat ini menjadi pasukan yang menakutkan dan tersohor dengan latihan beratnya, yang sekarang kita namai Kopassus. Itu di dunia nyata, di dunia remaja kami belajar Bushido ya dari Anime.
Belakangan kegelisahan saya ada di pembatasan penayangan Anime. Indonesia kecanduan moral, sehingga membuat anak anaknya hanya tau yang baik adalah "Orang lurus". Kamu yang sering nonton Spongebob pasti pernah melihat episode dimana Spongebob menjadi begitu lurus, kerja kantoran, giginya rapi, badannya licin tidak punya lubang, dan hanya seharian di belakang komputer. Sangat membosankan, dibanding Spongebob yang ceria, bekerja di Crusty Crab, bermain dengan Patrick. "Menjadi normal sangat membosankan" begitu kira kira pesannya.
Anak anak dibatasi anime hanya gara gara menampilkan kekerasan, simbol seksualitas, atau kata kata kotor (baca: kata kata berani). Salah satu kasus yang paling lucu adalah dilarangnya anime Naruto hanya gara gara menampilkan kekerasan. Aku pun terpingkal, membayangkan bagaimana anak anak membuat rasengan lalu melemparkannya ke perut temannya. Mereka terlalu takut anak anak menirunya. Dahulu saya ingat betul semua anime menayangkan adegan pertarungan, dan tidak ada satupun anak anak terbunuh hanya gara gara saya "kame kame".
Pembatasan berlebihan ada juga di Anime One Piece, ia dinilai mengandung unsur seksualitas karena karakternya menunjukkan payudara yang menonjol dan panggul yang indah. Selain itu One Piece juga dinilai mengajarkan anak anak menjadi penjahat, karena tokoh utamanya adalah Bajak Laut. Sungguh lelucon yang membuat selera humorku terbang melayang. Padahal karakter yang digambar di One Piece menunjukkan kemajemukan manusia yang ada di bumi. Ada Negara Alabasta yang penduduknya seperti orang orang Arab, ada Negara Dressrosa yang penduduknya seperti masyarakat di Italy, ada Water seven yang masyarakatnya seperti warga kota Venesia dan banyak lagi. Semua mengajarkan perbendaharaan jenis ras manusia dan karakternya.
Itulah kenapa saya menyebut, pembelajaran karakter utama saya sebagai generasi 90-an adalah Anime. Karena dari sana saya melihat berbagai macam jenis manusia, berbagai kehidupan, dan tentunya pola pikir. Tidak seperti tayangan tayangan yang diperbanyak saat ini, misal infotainment, sinetron azab, drama artis, acara paranormal. Kemarin saya mencoba menonton TV saat hari minggu, saya masih menemukan beberapa anime macam Doraemon. Tetapi selebihnya adalah Kartun, bukan Anime. Tau yaa Kartun itu untuk anak anak, untuk hiburan lebih tepatnya. Tetapi di hari biasa sungguh luar biasa yang ditayangkan, esok, pagi, sore, malam, Infotaintment tiada henti, pagi sampai sore sonetron agama dan sinetro azab tak ada putusnya, malam acara joget joget. Sudah sangat jelas apabila saat ini kita mudah sekali goyah dimakan berita berita hoax yang mengatasnamakan moral.
Keteguhan hati generasi penerus akan mudah digoyahkan oleh serangan moral moral murahan buatan proposal. Pandangan pandangan politik akan semakin diacuhkan para remaja. Akhirnya sang penguasa moral akan mudah menggerakkannya. Sehingga secara tidak langsung bangsa kita menjadi bangsa yang tak berkarakter.
Kalau sekolah harapan terakhir remaja untuk belajar karakter sudah tak mampu, Anime dibatasi, maka generasi penerus akan mencari jati diri dan karakternya lewat penguasa penguasa moral tadi di sosmed maupun kanal kanal Youtube. Tv sebagai sumber perkenalan anak ke karakternya sudah bisa dinilai, bagaimana karakter yang digiring dari acara acara yang dibuatnya tidak bermutu. Anak akan menjadi fanatik yang buta. Berbahagialah mereka yang masih mengakses anime :).
Tumblr media
13 notes · View notes
rezasutrisno · 5 years
Text
Dispute, Piracy, and Terrorism in Malacca Strait
Selat Malaka merupakan pintu masuk perdagangan dari barat menuju Asia Tenggara dan Asia Timur. Setiap tahunnya kurang lebih di selat tersebut dilalui oleh 50.000 kapal [1]
yang memiliki kepentingan perdagangan, baik berasal dari Cina, Amerika Serikat, dan negara-negara di Asia Timur serta Asia Tenggara lainnya. Selat Malaka berada diantara empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Akibat berada di antara negara tersebut membuat Selat Malaka menjadi tempat yang rawan konflik batas perairan.
Tumblr media
Peta tersebut merupakan letak Selat Malaka. Dapat dilihat pada bagian pintu masuk, Selat Malaka berada di pantai barat Malaysia dan Indonesia, memiliki lebar sekitar 200 mil laut dan membujur ke arah tenggara. Bagian tersempit berada di barat daya semenanjung Melayu sekitar 8,4 mil laut. Kemudian di sekitar Selat Singapura sepanjang 3,2 km dengan lebar 15 mil laut, kedalaman kurang dari 72 kaki. Akibat kompleksnya letak geografis dari Selat Malaka sehingga menyebabkan terjadinya tumpang tindih garis perbatasan wilayah laut yang berujung pada sengketa Selat Malaka antara empat negara tersebut.
The United Nations Conventions on the Law of the Sea (UNCLOS) atau Konvensi PBB mengenai hukum laut telah menentukan bahwa negara kepulauan seperti Indonesia dan Malaysia dibagi menjadi beberapa zona perairan yang termasuk di dalamnya Laut Teritorial, contiguous zone, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), dan Landas Kontinen, yang diukur pada garis pantai terluar ketika air laut surut[2]. Meskipun telah dikeluarkannya ketentuan tersebut oleh UNCLOS tapi tetap saja sulit untuk melakukan pembagian yang dianggap adil oleh masing-masing negara tersebut.
Pada 1969, Indonesia dan Malaysia menetapkan batas dasar laut atau Landas Kontinen di Selat Malaka[3]. Batas ini berada lebih dekat ke Indonesia, tidak berada di tengah-tengah Selat Malaka. Akan tetapi pada ketetapan ini hanya menyepakati tentang batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia, sementara tidak pada batas zona lainnya. Dalam pembagian Landas Kontinen ini diatur secara jelas mengenai batas dan kekayaan alam yang ada di dalamnya (minyak bumi, gas, dan spesies laut), akan tetapi pembagian batas zona lainnya berserta kekayaan alam (ikan) yang terkandung di dalamnya masih belum jelas.
Salah satu zona yang batasnya belum disepakati sampai saat ini adalah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), yang di mana masing-masing negara saling mengklaim ZEE mereka masing-masing yang menimbulkan perselisihan antara Indonesia dan Malaysia. Indonesia menggunakan garis tengah Selat Malaka sebagai acuan, sementara Malaysia menggunakan aturan tahun 1969 tentang batas laut sebagai batas ZEEnya, yang mana lebih dekat ke wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja menimbulkan tumpang tindih wilayah perbatasan perairan Indonesia-Malaysia. Akibatnya sering nelayan Indonesia ataupun Malaysia yang sering ditangkap di wilayah perairan yang disengketakan tersebut dan membuat hubungan Indonesia-Malaysia kurang baik[4].
Kemudian sengketa antara Malaysia dan Singapura mengenai perjanjian tapal batas antar kedua negara. Meskipun telah dicapai kesepakatan dalam pembagian perbatasan Selat Malaka, akan tetapi Malaysia sering mencurigai Singapura yang dikhawatirkan menyalahi kesepakatan tersebut. Malaysia dan Singapura tidak sekali ini saja berkonflik mengenai batas wilayah sehingga membuat Malaysia melakukan upaya-upaya untuk menkonfrontasi Singapura dengan cara menghadirkan kekuatan asing, yaitu Cina dan keberpihakan Singapura terhadap Amerika Serikat. Kedua negara yang menghadirkan kekuatan asing tersebut menyebabkan Indonesia tidak senang karena Indonesia tidak menginginkan adanya intervensi dari negara lain.
Selain permasalahan sengketa, Selat Malaka juga diwarnai oleh piracy atau perompakan lautnya. Karena letaknya yang sempit dan tidak terlalu dalam, wilayah ini mudah disusupi oleh kelompok bajak laut dan kelompok teroris.[5] Selain itu, karena patroli laut yang bukan merupakan patroli gabungan tidak boleh masuk ke teritori negara lain yang membuat kelompok perompak itu dengan mudahnya berpindah dari satu teritori ke teritori lain dan peluang untuk lolos dari pengejaran besar adanya. Jika dilihat dari prinsip Geopolitik di mana Selat Malaka sebagai jalur utama pelayaran dari Eropa, Timur Tengah, dan India ke wilayah Asia Timur dan Tenggara, maka tidak mengherankan apabila wilayah Selat Malaka menjadi rebutan dan terdapat banyak praktek kejahatan seperti perompakan dan penyelundupan.
       Selat Malaka memang dikenal infested with pirates, tapi serangan teroris lebih sering muncul belakanan ini. Tidak mengejutkan bahwa Selat Malaka disebut sebagai target utama dari teroris dan Al-Qaeda dicurigai merupakan salah satu jaringan teroris yang beraksi di selat ini. Meskipun demikian belum adanya kebijakan yang terkoordinasi dan belum adanya aksi untuk mencegah serangan teroris di Selat Malaka. Kemudian pada tahun 2002 Amerika Serikat menyatakan bahwa Asia Tenggara merupakan "second front in the war on terrorism" sehingga menyebabkan Amerika Serikat merasa perlu meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut.
[1] Bill Tarrant, “Balancing powers in the Malacca Strait”, Global New Journal, Edisi 7 Maret 2010.
[2] Sharda, Nautical Law: What is UNCLOS?,  http://www.marineinsight.com/misc/maritime-law/nautical-law-what-is-unclos/, diakses pada 6 April 2015.
[3] International Boundary Studies: Indonesi-Malaysia Sea Boundaries, http://archive.law.fsu.edu/library/collection/LimitsinSeas/ls050.pdf , diakses pada 6 April 2015.
[4]I.M.A. Arsana, Understanding The Malacca Stait Incident, 14 April 2011, < http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/14/understanding-malacca-strait-incident.html >, diakses pada 5 April 2015.
[5] R. Afrilene, ‘Geopolitik & Geostrategi Asia Tenggara’, Resiva Afrilene – FISIP UNAIR (daring), 17 Maret 2015, < http://resvia-a-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-134673-Geopolitik%20dan%20Geostrategi%20Dunia-Geopolitic%20&%20Geostrategi%20Asia%20Tenggara%20%20%20.html >, diakses 3 April 2015.
0 notes