Tumgik
#Peta bumi menurut agama
generasbir · 2 years
Text
Peta bumi menjadi dua kubu besar antara Rusia dan Amerika saat perang melawan Nazi Jerman
Peta dunia menjadi dua kubu Besar, INI adalah peta perjuangan dunia yang akan menandai titik balik peradaban. Perjuangan membagi dunia menjadi dua kubu besar: mereka yang mendukung kita (dalam berbagai derajat) dan mereka yang melawan kita (juga dalam berbagai derajat). Di antara ekstrem-ekstrem ini ada yang netral, ada yang condong ke satu arah, ada yang lain. Semua gradasi ini dijelaskan dalam kunci di halaman yang berlawanan.
Beberapa poin penting mengenai peta ini harus diperhatikan. Yang pertama adalah bahwa seluruh konflik berputar di sekitar A.S. Ini bukan hanya karena penempatan A.S. di pusat penyebaran: melainkan terletak pada sifat perjuangan. AS adalah poros (a) karena posisi geografisnya, yang merupakan pusat lautan; selengkapnya klik dibawah 👇.
0 notes
rhandayani22 · 1 year
Text
Berbincang
Aku berbincang dengan diriku sendiri tentang menjalani hidup dari hari ke hari. Dari aku kecil hingga dewasa, saat aku belum mengenal masalah hingga masalah yang begitu sangat mengenalku. Masalah-masalah yang menghampiri diri terkadang ada yang ringan pun berat, penuh dengan kejutan. Masalah dengan diri sendiri, keluarga, bahkan orang lain. Aku percaya kalau hidup ini bukan sepenuhnya kita sendiri yang mengendalikan, ada yang namanya takdir.
"Kita bisa saja berencana dengan sebaik-baiknya untuk masa depan kita, tetapi bukankah masa depan adalah sebuah misteri?"
Memiliki rencana juga tujuan hidup adalah hal yang sangat baik, berarti kita telah berikhtiar untuk masa depan. Namun, bukankah ikhtiar harus kita sandingkan juga dengan tawakal? Artinya perihal hasil, perihal apa yang akan terjadi ke depan harusnya kita menyertakannya pula dengan berserah diri, kelapangan dada, bersiap menerima hasil, apapun itu.
Menjadi dewasa dengan tenang, sesi deeptalk dari career class bersama mas gun dan mas satria beserta 1000 peserta lainnya yang aku ikuti beberapa minggu lalu membuatku mengerti bahwa untuk menjadi dewasa dengan tenang, ternyata ada 3 faktor penting.
1. Kesadaran, modalnya adalah ilmu. Kesadaran sendiri ada dua jenis yaitu kesadaran pokok dan kesadaran percabangan (pemahaman terhadap mental, fisik, sosial, dll). Kesadaran pokok adalah ilmu agama. Rumus dari ketenangan hidup adalah ilmu agama. Dengan memiliki ilmu agama yang baik kita akan tahu sebenarnya tujuan hidup kita di dunia ini apa sih. Ilmu agama itu bak peta dalam perjalanan hidup yang menuntun kita untuk hidup dengan tenang, karena di dalamnya terdapat sebuah penjelasan terkait tujuan hidup seorang hamba. Ya, dalam Al-qur'an bukankah telah dijelaskan bahwa manusia diciptakan untuk menghamba kepada Allah Subhanahu wa ta'ala serta menjadi khalifah/ pemimpin di bumi ini. Jika kita menghamba, beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya bukankah Allah akan memberikan kita petunjuk ke jalan yang lurus, ke jalan terbaik menurut Allah Subhanahu wa ta'ala yang mengetahui dengan baik tentang diri kita melebihi diri kita sendiri.
2. Kelapangan. Dalam perjalanan hidup tentu tidak semulus yang kita bayangkan. Tidak semua hal yang kita cita-citakan dengan lugu dan naif bisa diprediksi dengan mudah dan sesuai rencana. Terkadang hadirlah benturan, guncangan, serta lika-liku lainnya yang kita sendiri tidak tahu bentuknya seperti apa. Saat guncangan atau benturan itu datang menyapa, sudahkah kita mempersiapkan hati untuk lapang menerimanya? Ya, siap tidak siap kita harus "lapang dada" menerimanya.
3. Kemelekatan. Dalam hidup, bukankah kita membutuhkan sandaran? Bayangkan jika kita bersandar/ berpegang pada sesuatu yang lemah, bukankah kita akan mudah jatuh? Lalu berakhir kecewa? Dengan sesuatu yang membuat kecewa, kita jadi tahu harusnya kita bersandar pada siapa. Tentu diri ini tahu, terkadang sesuatu yang bisa membuat kecewa adalah diri kita sendiri/ manusia lainnya. Kita bisa berekspektasi lebih kepada diri kita sendiri bahkan orang lain. Padahal kita sendiri tahu jika kita adalah makhluk yang lemah. Lebih mengandalkan diri sendiri atau orang lain dalam harapan-harapan kita, hingga lupa melibatkan siapa yang memberikan makhluk yang lemah ini kekuatan. Hingga tiba suatu masa ketika kecewa oleh ekspektasi baru tersadar bahwa harusnya kita bersandar kepada "yang memberikan manusia kekuatan"
Mendewasa adalah perjalanan yang sunyi, tidak gemerlap, tidak gegap gempita. Karena seringkali yang kita hadapi dan temani itu hanya diri kita sendiri. Akrablah dengan diri sendiri. Tepuklah pundak kita ketika bisa berhasil mencapai apa yang kita inginkan, walaupun itu hal kecil. And say "You're Good". Karena mungkin tidak ada orang lain yang akan melakukan itu. - Satria Maulana
Belitang, 2 Oktober 2023
Sebagai pengingat
0 notes
dorinadityaa-id · 5 years
Text
Sabar dan Syukur
Bismillahirrahmanirrahim (dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang).
Pagi yang indah.. menjelang siang, cahaya matahari mulai terik menelusup hampir tepat di atas kepala, aku bersama 3 orang teman berangkat menuju suatu tempat, agenda awal Agustus yang baru dapat terlaksana di pertengahan September tahun ini, sekaligus menjadi agenda penutup liburan semester ini.
Nama daerahnya Selo, Boyolali, letaknya di tengah-tengah antara dua gunung yang gagah di sebelah utara kota Jogja, apalagi kalau bukan Merapi dan Merbabu. Ya.. benar saja hari itu kami akan mendaki, setelah beberapa waktu yang lalu di iming-imingi seorang teman, yang katanya gunung ini punya jalur pendakian yang indah, ah jadi penasaran, seindah apa.
Singkat cerita awalnya banyak yang tertarik ikut ekspedisi ini, tapi pada akhirnya hanya menyisakan 4 orang saja, tapi tak mengapa, mereka punya kesibukan dan tanggung jawab masing-masing, dan mungkin belum rezeki mereka bisa ikut mendaki kali ini.
Tepat pukul 13.00, setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, sampai juga di basecamp pendakian Gunung Merbabu, meskipun ini bukan pertama kali kami mendaki, tapi prosedur dan syarat-syarat pendakian gunung ini sedikit berbeda, walaupun sedikit ribet, tapi tak apa demi keselamatan bersama. Cukup lama kami istirahat dan memenuhi syarat-syarat pendakian siang itu. Setelah waktu Ashar, akhirnya kami mulai perjalanan menuju puncak yang sudah diperkirakan dari awal paling tidak 7 jam perjalanan.
Tidak jauh beda dengan gunung-gunung lain, awal perjalanan ditemani banyaknya pepohonan nan hijau, kicauan burung-burung di dalam hutan, cahaya mentari yang menyelinap masuk diantara daun-daun yang rindang dan pastinya.. jalan menanjak. Ditengah perjalanan kerap kali kami berpapasan dengan pendaki lain yang sudah sedari kemarin mendaki, terlihat raut wajah lelah dan lesu mereka ketika turun, tapi senyum sumringah mereka tidak ada yang bisa menutupi. Ternyata benar, sedekah itu nggak harus di masjid/kotak amal, sekalipun digunung, ternyata sedekah itu bisa dilakukan, walaupun paling murah, asal ikhlas, InsyaAllah jadi pahala yang melimpah. Melihat senyum para pendaki lain yang turun, jadi tambah penasaran, sebenarnya ada apa diatas sana.
Tumblr media
Entah mungkin sudah tak terhitung kami beradu salam dan berbalas senyum dengan pendaki lain, memang sangat ramai kala itu, entahlah apa yang mereka cari diatas sana, tiap insan pasti punya penilaian subjektif masing-masing, kalau aku sih, cuma pengen aja, nggak tau kenapa menurutku alam itu seakan memancarkan candu dan kerinduan, rasanya enak aja duduk santuy dibawah pohon entah di gunung atau dipantai, kemudian nyruput teh atau kopi, sambil mikirin perekonomian negara kali ya…hehe, serasa banyaknya masalah, berjuta problem, dan selaksa kesulitan yang menghadang tiba-tiba menghilang, kalau nggak percaya coba aja.
Oke balik lagi ke gunung, ternyata apa yang dikatakan mas-mas saat di basecamp tadi benar, dia bilang “nggak usah naik mas, capek”. Dan terbukti, belum ada setengah perjalanan, kaki ini mulai lelah, badan pun mulai kaku, ditambah angin dingin berhembus menelusup di sela-sela kain baju, tapi teringat kisah Rasulullah dahulu, bersama para sahabat yang menempuh puluhan kilometer untuk berhijrah, hati ini serasa ingin bangkit dan terus melanjutkan pendakian, tapi apalah daya badan ini sudah tak kuat lagi, dan kami juga tak ingin mendzalimi badan sendiri, jadi kami putuskan untuk istirahat sejenak. Nggak kebayang dulu selelah apa para sahabat menempuh perjalanan panjang di jazirah arab demi menyebarluaskan risalah Islam, selelah apa Siti Hajar bolak-balik dari safa ke marwah demi mencari air untuk anaknya Ismail, ah dibandingkan itu semua mungkin kita hanya sebatas remah rengginang di kaleng khong guan yang hanya ada ketika saat lebaran.
Hari mulai petang, cahaya mentari mulai beringsut menghilang, senja pun tak dapat terpandang, karena terhalang bukit nan tinggi menjulang dan pohon yang rindang, angin dingin semakin menyeruak masuk sampai ke tulang-tulang, jari jemari semakin kaku, namun cahaya bulan akhirnya datang menyelinap diantara awan-awan petang. Maghrib.. kami cari tempat yang lapang dan mulai menunaikan kewajiban kami sebagai seorang Muslim, karena keterbatasan air kala itu, tayamum pun jadi solusianya, sungguh sebenarnya agama ini adalah agama yang mudah, tapi bukan berarti kita boleh mengampangkanya, selepas shalat, kami beranjak untuk menuju tempat yang akan kami gunakan untuk bermalam.
Tepat pukul 21.00 lebih sedikit, setelah perjalanan yang cukup melelahkan, menelusup diantara gelapnya malam, kaki yang mulai terbujur kaku setelah menanjak diantara bebatuan, akhirnya sampai juga di suatu tempat, yang dinamakan sabana 1, kami tidak sendiri, ternyata disana sudah berdiri sedari tadi, puluhan tenda berjejer rapi, suasana yang tadinya sunyi, tiba-tiba menjadi ramai sayup-sayup para pendaki dimalam hari. Tenda kami dirikan di salah satu sisi, selepasnya, kami memanaskan air dan kami buat kopi sachet yang sudah kami bawa dari rumah.
Tumblr media
Alhamdulillah, malam itu cuaca sungguh bersahabat, langit berlukis awan malam dan bertabur bintang sangat terlihat malam itu, sambil menyeruput kopi mata ini tertuju pada cahaya bintang-bintang yang berada di bawah gunung, ternyata bukan cahaya bintang, melainkan cahaya kota Boyolali yang terlihat jelas dari atas sini, ternyata dari atas, kota itu terlihat kecil, sangat kecil, rumah, hotel, gedung, apartemen, dari atas terlihat sama, ah ternyata benar, kita itu bukan apa-apa, dari tempat ini terlihat jelas kita itu hanya setitik kecil, lantas apa yang mau kita sombongkan? Kita bukan apa-apa di dunia ini, dibandingkan dengan Allah, Tuhan yang maha besar, yang menciptakan langit dan bumi. Satu per satu pertanyaan di awal tadi mulai terjawab, ada apa sebenarnya diatas sana, ketemu satu, ternyata diatas sini ada rasa syukur, yang mungkin kalau dibawah sana kita sukar untuk melihatnya.
Sedikit tentang syukur, tiap manusia punya cara bersyukur masing-masing, ada yang bersyukur bisa beli mobil untuk keluarganya, ada yang bersyukur bisa punya rumah sendiri, ada yang bersyukur bisa hidup tanpa berpikir besok mau makan apa, dan adapula yang bersyukur hari ini alhamdulillah bisa makan. Tidak semua orang punya gaji, tapi semua orang punya rezeki, dan itu semua sudah dijamin, banyak sedikitnya tergantung cara kita mengusahakannya, berkah tidaknya tergantung cara kita menjemputnya, dan pahit manisnya tergantung cara kita mensyukurinya. Bagaimana mau diberi banyak kalau yang sedikit saja tidak kita syukuri?. Kalau kata seseorang, kunci kedamaian hati ada di tempat pangkas rambut, karena disana kita ga pernah lupa buat bercukur, he..he..he.
Nggak kerasa, cangkir ini mulai kehabisan kopinya, mata ini mulai mengantuk dan jari tangan mulai membeku, serasa badan ini berkata, “sudah malam waktunya tidur perjalanan masih panjang esok hari”. Benar saja, kalau menurut peta, dari tempat kami bermalam menuju puncak, perkiraan waktu tempuhnya kurang lebih 2,5 jam perjalanan lagi, ah..tak apa kita syukuri dulu perjalanan hari ini. Tiba waktunya tidur, sambil membayangkan kejutan apa yang akan kita dapat esok hari, masih dengan rasa penasaran yang sama, seperti apa gunung yang kata orang adalah salah satu gunung yang punya jalur pendakian terindah di pulau ini. Malam yang syahdu dengan langit yang cerah, sayup-sayup terdengar suara serangga yang sedang berdzikir kepada sang pemilik jagat raya, mata penuh dosa ini akhirnya mulai terpejam, “Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut” “Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati”.
Bersambung…
18 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Islam dan Adaptasi
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Oleh: Ahmad Sarwat, Lc, MA   Dalam beberapa hal, Sunnah Nabi itu bisa dimaknai sebagai inisiasi atau kepeloporan. Atau gampangnya sebut saja penemuan. Jadi pengertiannya segala hal yang diinisiasi, dipelopori dan ditemukan pertama kali oleh Nabi SAW, dimana belum pernah ada orang yang melakukan hal itu sebelumnya. Dalam hal hukum syariah yang ditetapkan Allah lewat wahyu samawi, semua detail hukum syariah Islam masuk hitungan ini. Kalau pun para nabi terdahulu juga pernah diperintahkan untuk mengerjakaan hal yang sama, tetap saja tidak identik. Puasa Daud misalnya, meski berlaku pada kita, namun hukumnya tidak sama. Bagi Nabi Daud dan umatnya, puasamacam itu hukumnya fardhu, tapi bagi kita hukukmnya Sunnah. Sedangkan di luar urusan peribadatan, hampir seluruh yang dikerjakan Nabi SAW sifatnya tidak ada yang kepeloporan, inisiasi atau pun penemuan. Naik kuda, memanah atau berenang, meski dikerjakan oleh Baginda Nabi SAW, namun sejak ribuan tahun sebelumnya manusia di dunia ini sudah melakukannya. Peranan Nabi SAW hanya mengenalkan kembali apa yang sudah dipakai generasi sebelumnya, bukan sebagai orang yang pertama kali jadi penemunya. Berobat pakai madu, jintan hitam, kay, dan sekian banyak jenis pengobatan herbal lainnya, juga sudah digunakan umat manusia di berbagai belahan bumi jauh berabad-abad sebelumnya. Peranan Nabi SAW hanya mengenalkan kembali apa yang sudah dipakai generasi sebelumnya, bukan sebagai orang yang pertama kali jadi penemunya. Namun dengan segala keterus-terangan ini bukan berarti kita jadi kurang hormat kepada Baginda Nabi SAW. Apalagi mendegradasi posisi kemuliaan Beliau SAW. Sama sekali tidak. Justru kita malah menjaga kesucian Nabi SAW dari hal-hal yang hanya akan mengotori fakta hakikat diri Beliau. Tidak perlu kita membuat kamuflase-kamuflase yang penuh rekayasa atas sosoknya. Jangan dibiasakan kita bertindak kurang jujur dengan menambah-nambahi apa yang sebenarnya bukan jati diri Beliau. Jangan Sematkan Pada Nabi Jangan katakan Beliau SAW ahli astronomi dan peta bintang. Sebab Beliau sendiri pun menyewa ahli penunjuk jalan yang bisa membaca peta bintang di malam hari untuk hijrah ke Madinah. Jangan katakan Beliau ahli strategi perang, sebab posisi pasukan yang Beliau SAW tetapkan di Perang Badar masih perlu dikoreksi ulang oleh para shahabat. Jangan katakan Beliau ahli pertanian, sebab analisa Beliau tentang urusan penyerbukan bunga kurma rada meleset dan akibatnya hasil panen berkurang. Saat itu Beliau SAW sendiri secara profesional mengakui : antum a'lamu diumuri dunya-kum. Kalian lebih paham urusan dunia kalian. Jangan katakan Beliau fisikawan, kimiawan, matematikawan dan lainnya. Sebab faktanya kita tidak menemukan penemuan ilmiyah di bidang-bidang itu dalam Sirah Nabawiyah. Nabi Sosok Yang Terbuka Namun tidak mengapa kalau kita katakan bahwa sosok Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang terbuka dengan segala teknologi yang ada di masanya. Bahkan wawasan beliau lebih mendunia. Perang Ahzab tahun kelima itu sukses karena beliau mengadaptasi gaya pasukan Persia, yang menggali parit sebagai benteng. Teknik itu pertama kali digunakan di tanah Arab. Koin emas Dinar yang beredar di Syam dan Romawi tidak beliau tolak, bahkan jadi alat tukar yang sah dan diakui di Mekkah Madinah. Demikian juga dengan koin perak (Dirham) yang digunakan bangsa Persia, tetap Beliau SAW gunakan di negeri Arab. Beliau SAW tidak merasa harus bikin koin sendiri sebagai alat tukar. Dinar dan Dirham itu alat tukar milik orang kafir, bahkan gambarnya pun gambar raja-raja kafir. Dinar dan Dirham bukan mata uang ciptaan Rasulullah SAW, karena sejak ribuan tahun sebelumnya digunakan bangsa-bangsa di dunia. Islam Adaptif Dengan sebegitu terbukanya Nabi SAW terhadap perkembangan sains dan teknologi umat manusia di zamannya, maka begitulah yang juga diteruskan oleh para shahabat penerusnya. Mereka begitu adaptatif terhadap semua teknologi yang digunakan bangsa manapun, sehingga terserap ke dalam peradaban Islam lewat seleksi yang terstruktur. Di bidang arsitektur, umat Islam di masa berikutnya banyak mengadaptasi gaya Eropa. Padahal Eropa saat itu identik dengan pusat Kristen. Sultan Muhammad Al-Fatih di tahun 1453 M menaklukkan ibukota Romawi Timur, Konstantinopel, umat Islam pun merengsek ke jantung Eropa. Dan terjadilah akulturasi yang indah. Sejak itulah masjid di seluruh dunia mengikuti gaya arsitektur Eropa Timur yang bercirikan kubah. Tapi coba perhatikan ciri arsitektur masjid Demak dan Kudus di masanya, nyaris tidak ada kubahnya. Bentuknya sangat berbeda, karena pengaruh arsitektur Turki belum sampai sini kala itu. Seni kaligrafi Arab juga ikut berkembang menyesuaikan diri dengan negeri yang dulunya masih belum terislamkan. Kita mengenal ada banyak gaya khat kaligrafi indah yang justru asalnya bukan dari Mekkah atau Madinah. Ada khat Naskhi, Farisi, Diwani, Riq'ah, Tsuluts, Kufi dan lainnya. Padahal itu bukan asli Mekkah Madinah. Seni baca Al-Quran atau yang dikenal dengan Ilmu Nagham dan Maqamat juga berkembang mengadaptasi langgam-langgam yang jauh diuar batas negeri Arab aslinya Mekkah dan Madinah. Ada Bayati, Nahawand, Jiharka, Rass,  dan seterusnya. Peradaban Islam Menyerap Kita tidak perlu malu untuk mengakui bahwa di masa keemasan umat Islam dulu, kita memang banyak menyerap ilmu tersebut dari ilmuan Barat. Ada begitu banyak manuskrip dari Eropa yang kita bawa pulang ke negeri Islam untuk dipelajari, diteliti bahkan tidak sedikit yang diadaptasi ke dalam bahasa Arab. Toh semua itu bukan hal yang najis. Sebab para cendekiawan muslim sudah punya bekal aqidah yang kuat, tidak mudah goyah begitu saja. Apalagi metode ilmiyah yang mereka pakai bisa memilah mana unsur yang baik dan bisa dikembangkan, dan mana unsur tidak baik lalu dibuang. Adaptasi di Indonesia Tapi itu semua terjadi di tengah dunia Islam sana. Lalu bagaimana dengan kita bangsa Indonesia? Mampukah kita menyerap unsur asing tapi kemudian memilah dan mengolahnya menjadi sejalan dengan agama kita? Untuk beberapa hal, menurut hemat saya mampu. Contoh sederhananya adalah dalam seni makanan dan bidang kuliner. Begitu banyak menu makanan kita sehari-hari yang kalau dilacak asal-muasalnya dari negeri non Islam, khususnya Negeri China. Mereka aslinya memasak dengan bahan-bahan yang tidak halal. Namun masuk ke negeri kita, semua diadaptasi ulang disesuaikan dengan ketentuan syariah kita. Jadilah mie ayam, padahal aslinya mie babi. Jadilah bakso sapi padahal aslinya di Tiongkok sana bakso babi. Jadilah bakmi, bakpao, bakwan, bakpia, dan bak bak lainnya. Bahkan orang Sunda bisa merekayasa sesuatu yang di negeri asalnya tidak ada yaitu batagor alias bakso tahu goreng. Siomay pastinya asli China, tapi kita lebih akrab dengan istilah Siomay Bandung. Sebagian lagi ada yang masih lekat dengan nama kecina-cinaan, tapi sudah jadi muallaf semua. Ada Wonton, Fuyunghay, Kwe-ti-Yauw, Nih mi ap, Kaoya, Jiaozi, Nian Gao, dan nama-nama lainnya. Semua berhasil diadaptasi disini sehingga statusnya jadi halal. No pork, no lard, no angchiu, no yang haram-haram lah pokoknya. Tidak berhenti hanya sampai makanan, tapi dalam busana dan pakaian pun kita banyak melakukan adaptasi. Baju pak ustadz rata-rata baju orang China. Bahkan nama bajunya pun masih asli China yaitu baju Koko. Koko itu panggilan Kakak laki-laki. Dan yang paling khas adalah sarung. Banyak pengamat mengatakan bahwa sarung itu bukan pakaian asli Indonesia. Padahal sarung identik dengan pakaian khas para santri. Konon sarung dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India sana di abad 14 Masehi ke Nusantara. Dan jadi pakaian masyarakat di pesisir pantai. Kalau kita ke Saudi atau Mesir, lalu lihat ada orang pakai sarung, pastilah dia orang Indonesia, Malaysia, Brunei. Sebagian orang Bangladesh dan Tailand ada juga yang sarungan. Yang jelas kalau orang Arab asli malah tidak ada yang sarungan. Ada sebagian teman cerita, entah benar entah becanda, katanya orang Mesir itu kalau lagi mau jima' dengan istrinya, mereka pada pakai sarung. Jadi kalau kita bertamu ke rumah orang Mesir di malam hari, kok tuan rumahnya sudah pakai sarung, segera pamit saja. Soalnya takut mengganggu urusan rumah tangga. Tinggal nanti orang Mesir bingung lihat orang Indonesia, shalat ke masjid lima waktu kok pada pakai sarung semua? Emangnya habis shalat pada mau ngapain? Lebih kaget lagi lihat anak-anak santri. Mereka mikir, kok kecil-kecil sudah pada pakai sarung ya? Emangnya . . . ah sudah lah. Dasar orang Mesir, mikirnya pakai ukuran mereka saja. (fb)
from Konten Islam https://ift.tt/3lW3G7w via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/islam-dan-adaptasi.html
1 note · View note
tsurayyayyesha · 7 years
Text
Berbeda itu Niscaya, Mengenal itu Upaya
Yerussalem: Tiga Perbedaan yang Saling Mengenal(?) Menurut orang Yahudi, Nabi Muhammad AS. mengumumkan dirinya sebagai Nabi setelah ia mendapat Ilmu dari orang Nasrani dan Yahudi. Sedangkan Yesus, bagi orang Yahudi adalah penganut dan penceramah agama Yahudi. Pengikut beliau sangat banyak, lalu ia mengumumkan dirinya sebagai raja. Kekaisaran Romawi yang menguasai Palestina saat itu, mengganggap itu sebagai pemberontakan, maka Yesus pun dihukum di tiang salib. Demikianlah Yahudi terus mengklaim sebagai pewaris tunggal agama ibrahim, dan tidak bisa dibagi melalui kehadiran nabi-nabi lain setelah Musa AS. Mereka menganggap Nabi Isa AS. bukanlah mesiah yang tertulis dalam Taurat karena ia tidak terlahir di bawah garis keturunan Nabi Daud. Isa AS. terlahir secara ajaib dari perut Maryam. Selain itu, dalam taurat tertulis Mesiah sejati juga akan mengantarkan sebuah zaman perdamaian dunia ketika kebencian dan penindasan akan berhenti. Namun, menurut Yahudi Isa AS. justru telah memecah agama Yahudi dengan mengganti Taurat dengan Injil. Ya, mau bagaimana lagi, sebagai keturunan Nabi Ya’kub, Bani Israil mengaku dirinya adalah bangsa terpilih, hanya merekalah pewaris Tanah Palestina, dan Yerussalem sebagai pusatnya. Dari sudut pandang Yahudi, seharusnya orang Arab Palestina tidak menentang kehadiran mereka di tanah sendiri. Sementara menurut sejarah yang dipercayai sebagian besar penganut Nasrani dan Islam, bangsa yahudi tidak mempunyai tanah air selama 2000 tahun, sejak pengusiran yang dilakukan oleh Kaisar Titus dari Romawi tahun 70 M sampai abad 20 M. Baru pada tahun 1948, Yahudi dengan semangat Zionisme berhasil merebut Palestina setelah bekerja sama dengan pendudukan Inggris untuk tinggal di sana. Pertanyaannya bagaimana mungkin yahudi bisa disebut bangsa pilihan kalau tidak mempunyai negara selama 2000 tahun? Perhatikanlah Seorang pendeta agung yang ditanya di dalam Talmud (-kitab buatan orang Yahudi): ”Katakan padaku wahai guru, apa yang akan terjadi dengan kita, jika semua orang berilmu beralih memeluk agama Yahudi?”. Ia menjawab, ”Ini tidak mungkin”.  ”Kenapa tidak mungkin guru?” sanggah si penanya. ”Karena Yahudi adalah bangsa yang dipilih oleh Allah. Jika semua bangsa adalah Yahudi, maka tidak ada bangsa yang terpilih. Jika semua manusia menjadi penguasa, maka siapa yang menjadi rakyat. Jika semua barang tambang adalah emas, maka barang tambang menjadi tidak bernilai, dan emas pun juga tidak bernilai, sesungguhnya emas menjadi bernilai, karena disana ada barang tambang lainnya yang tidak bernilai. Oleh sebab itu, semua bangsa wajib menjadi bangsa yang hina, agar Yahudi menjadi bangsa yang terbaik dan pemimpinnya”. Orang Arab Palestina-baik Nasrani maupun Islam- menyebut klaim Yahudi semacam itu sangat lucu, seakan-akan tuhan itu rasis hanya untuk Yahudi. Padahal, kita tahu bahwa dunia ini tercipta atas bangsa-bangsa dan suku-suku yang berbeda, agar bisa saling mengenal. Alhasil, nurani kebaikan umat manusia tentu berharap perbedaan bukanlah halangan untuk hidup berdampingan dengan damai. Namun tampaknya kini, kehangatan tegur sapa antar beragama di lorong-lorong bangunan suci Yerussalem benar-benar hanya menjadi harapan. Beberapa gambaran diatas hanya mewakili segelintir konflik yang terjadi di Yerussalem. Bisa dibayangkan, betapa runcingnya klaim-klaim yang selalu berhasil mencoret opsi damai di antara penganut-penganut tiga agama samawi ini. Lobi-lobi politik damai akhirnya terus berujung pertikaian. Lagi-lagi, tak bisa dipungkiri area ini masih langgeng konflik karena didukung bentrokan keyakinan. Masing-masing berupaya keras meyakinkan pihak lain akan kebenaran posisinya. Di sisi lain, bersungguh-sungguh menolak keyakinan dan memojokkan posisi pihak lain, terutama pihak yang mengajukan alasan agama. Setiap mereka punya keyakinan arkeologis, historis, etnisitas yang berbeda-beda. Dengan perbedaan yang sedemikian rupa mereka harus hidup bersama di Yerussalem, demi menjaga bangunan suci masing-masing. Apakah memang perbedaan yang damai bersama terlalu utopis untuk dicapai? Apalagi, di era zaman now, di mana kebanggaan ras dan agama dianggap dapat memecah belah. Dan sudah berabad-abad kita mencatat sengketa kota bernama kedamaian,Yerussalem (-dalam bahasa Ibrani). Tetapi ironi, di sekeliling kota ini kita dipertontonkan pembangunan pemukiman oleh pemerintahan Zionis Israel. Padahal, dunia internasional sudah banyak mengecam pendudukan ilegal tersebut. Kalau pun benar klaim Yahudi bahwa tanah Palestina itu adalah tanah yang dijanjikan untuk mereka, tetap saja mereka tidak bisa main gusur semaunya. Karenanya, jutaan penduduk Arab-Palestina mengungsi ke negara-negara tetangga, hidup di Tepi Barat dengan segala tekanan pendudukan atau terjebak di Jalur Gaza yang di blokade. Kenapa Yahudi tidak datang baik-baik? Minta izin kepada penduduk Arab-Palestina yang secara de facto telah menjadi penghuninya selama 14 abad. Kenapa Yahudi tidak melakukan apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka di masa Shalahuddin Al-Ayyubi dahulu? Bangsa barat mengenalnya sebaga Saladin, pahlawan islam yang mahsyur dengan sifat toleransinya. Pada zaman Saladin, komunitas Yahudi bebas mendirikan sinagog, beribadah di dalamnya serta menjalankan semua ritual sesuai keyakinan mereka. Bayangkan di masa itu, umat Islam hidup berdampingan dengan umat Nasrani dan juga Yahudi. Tidak ada blokade, tidak ada bau anyir darah, tidak ada isak tangis yatim yang kematian orang tua akibat dibunuh lawannya. Kenapa Yahudi harus datang membuntut tentara Inggris di tahun 1948, lalu dengan klaim sepihak mengaku negara berdaulat dan mengubah peta dunia seenaknya? Prof. Roger Garaudy, seorang ilmuwan Perancis, mengungkap bahwa isu "tanah yang dijanjikan" versi Zionis Yahudi tersebut merupakan mitos. Sehingga, yang sebenarnya terjadi adalah "tanah yang ditaklukkan" (the conquered land), bukan"tanah yang dijanjikan" (the promised land). Roger memaparkan bukti-bukti yang mendukung pernyataannya tersebut dengan mengacu pada literatur-literatur Yahudi dan Nasrani. Dengan demikian, isu "tanah yang dijanjikan" yang digunakan oleh Israel sebagai dalih pendudukan atas Palestina sebenarnya bukan merupakan ajaran Taurat, bukan pula ajaran Injil. Dan memang kenyataannya kaum Zionis tidak lagi berpedoman pada Taurat. Mereka lebih berpegang pada kitab suci lain yang bernama Talmud, atau dikenal juga dengan sebutan Shulhan Arukh, yaitu kitab yang ditulis oleh seorang Rabi Yahudi yang bernama Joseph Ben Ephraim Caro di abad ke-16 M. Kitab Talmud ini mengajarkan pandangan-pandangan yang buruk, di antaranya adalah: Kaum Yahudi adalah kaum pilihan Tuhan. Selain kaum Yahudi adalah binatang dan pagan (penyembah berhala). Kaum Yahudi harus selalu bekerja keras untuk meruntuhkan bangsa dan kaum lainnya, agar kaum Yahudi dapat menguasai dunia. Kaum Yahudi diizinkan untuk mencuri harta benda selain kaum Yahudi. Kaum Yahudi diizinkan untuk berbuat curang kepada selain kaum Yahudi, menjalankan riba pada mereka, dan memaksa mereka untuk menjual semua miliknya kepada kaum Yahudi. Sedangkan, klaim Zionis Israel bahwa Palestina adalah bumi yang dijanjikan untuk nabi Ibrahim dan anak keturunannya disandarkan pada ayat Taurat (Perjanjian Lama). Di antaranya, “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram, ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu..,” (Kejadian 12:1) Lalu dalam ayat lain yang mereka sebutkan juga, “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram, ‘Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke utara dan selatan, timur dan barat; karena segala tanah yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada anak cucumu sampai selama-lamanya’.” (Kejadian 13:15) Dr. Muhsin bin Muhammad Shalih, dalam salah satu risalahnya, At-Tariq Ila Al-Quds, menjelaskan di antara bentuk kejanggalan klaim tersebut, antara lain: Jika memang di sana ada perjanjian, yaitu nabi Ibrahim serta keturunannya akan diberikan wilayah Palestina,  maka perlu kita pahami bahwa bani israil bukanlah satu-satunya keturunan nabi Ibrahim, kaum Arab pun termasuk anak cucu beliau dari garis keturunan nabi Ismail. Dan di antara mereka adalah nabi Muhammad SAW. Lalu persoalan berkaitan dengan keturunan, Yahudi Ashkenazi yang mendominasi Zionis Yahudi hari ini mayoritasnya bukan dari garis keturunan Nabi Ibrahim. Sebab, secara umum mayoritas orang-orang yahudi sekarang berasal dari keturunan yahud al-khazar. Yaitu salah satu suku di wilayah turki yang masuk dalam agama Yahudi pada abad 9-10 Masehi. Selain itu, berdasarkan perspektif Al-Qur’an menjelaskan bahwa ikatan kepemimpinan Nabi Ibrahim serta anak keturunannya terlepas dari segala bentuk kezaliman. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim,” (QS. Al-Baqarah: 124) Tidak akan ada perdamaian sampai kezaliman di muka bumi lenyap. Klise. Tapi itulah realita peradaban manusia kini. Sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang zalim pasti akan bergejolak. Konflik Yerussalem, Palestina, Timur Tengah menjadi contoh gejolak antara penguasa/yang memaksa berkuasa menentang nurani dengan kesombongan. Konteks seperti ini bisa kita refleksikan dengan pada interaksi antara individu di sebuah organisasi. Kita sering berinteraksi dan menemukan berbagai karakter yang berbeda. Tentu, karakter yang dirasa menzalimi akan mendapat teguran dari sesama rekannya. Dan ada batas-batasannya bila dia telah melanggar hal yang disepakati, keadilan harus ditegakkan entah dengan hukuman atau negosiasi yang setimpal. Lebih jauh, sebenarnya hikmah yang ingin kita cari dalam berorganisasi adalah kita bisa saling mengenal karakter manusia yang berbeda-beda. Melalui itu kita belajar untuk mencari solusi bersama dengan pikiran-pikiran yang berbeda pula. Menyikapi perbedaan adalah dengan belajar saling mengenali prinsip, kekurangan, kelebihan dan hal-hal tertentu dari setiap rekan kita. Dengan begitu kita, bisa saling memahami dan bahkan menyayangi di tengah perbedaan. Di tataran berbangsa, bersuku dan beragama tentu dinamika saling mengenalnya lebih rumit lagi. Tapi intinya sama bukan? Perbedaan di setiap sudut bumi adalah niscaya, sedangkan saling mengenal di antara mereka adalah upaya dengan itikad baik untuk mencapai kesepakatan. Sebaliknya, semua itu tidak akan terjadi bila diikuti dengan kesombongan. Seperti mengutip Emile Durkheim, sosiolog keturunan Yahudi, ”Sesungguhnya semua umat laksana sungai-sungai yang kita ketahui hilirnya, tapi tidak dengan hulunya. Maka kepindahan manusia dari tanah air mereka menuju tanah lainnya untuk berdagang, berlibur, berperang atau untuk menetap, menjadikan mereka membaur dengan lainnya selama ia tidak membuka ruang bagi faham kesukuan yang menyatakan kemurnian ras, dan tidak pula bagi faham keturunan yang mendorong munculnya kesombongan antara satu sama lain”. Maka kemuliaan hubungan dan pertemuan harus berada pada cahaya yang membangkitkan teladan tertinggi dan prinsip-prinsip yang mulia, sehingga manusia menjadi bersaudara tanpa dibatasi paham kesukuan dan kebangsaan. Selama tujuannya adalah kebaikan dan kedamaian atas nama kita sebagai manusia. Sedangkan apa-apa yang menyimpang dari nurani maka ia adalah cabang yang layu dan lemah yang harus dipotong. #NarasiNurani #DimanaNurani #KamiBersamaPalestina #BacaSejarahYuk #DialogAntarPerbedaan #BicarakanSARAUntukBasmiPrasangka Tsurayya Fajri Islami, 20 Desember 2017.
5 notes · View notes
dianesstari · 7 years
Text
Anis Matta: ISLAM DAN PETA GEO-POLITIK GLOBAL
1. Pasca runtuhnya Turki Utsmani 1924, didunia Islam ada 2 bentuk format politik: pertama, non negara (non state) yakni gerakan-gerakan kebangkitan, salah satu contohnya Ikhwan. Umumnya adalah gerakan kemerdekaan yang merata di dunia Islam. Kedua, berdirinya nation state (daulah qaumiyah). Bentuk-bentuk ini tidak pernah ada sebelumnya karena dunia Islam dalam kondisi terjajah. 2. Bentuk-bentuk ini berdiri dalam satu peta yang dibentuk oleh perjanjian Sykes-Picot tahun 1916. Pasca PD I tahun 1914, ada 3 imperium utama yang hilang: Tsar Rusia, Komunis (revolusi Bolzevik), dan Khilafah Utsmaniyah. Lalu pada 1917 inisiasi satu negara muncul dengan perjanjian Balfour (1917) yakni Israel yang mengawali migrasi bangsa Yahudi ke neagra baru yang kini disebut Israel. 3. Bentuk map Sykes-Picot, sebagian besar negara Timteng diberikan ke Inggris kecuali Syiria dan Lebanon diberikan ke Prancis. Sedang wilayah Afrika diberikan ke Prancis, karenanya Prancis menjadi bahasa penting di kawasan tersebut hingga kini. 4. Setelah PD II, peta dunia berubah lagi. Inggris dan Prancis yang awalnya sebagai kekuatan utama disingkirkan AS. Termasuk kekuatan baru yang muncul di Jerman di bawah Hitler juga habis. Muncullah kekuatan baru yang bertahan yakni Rusia. Karenanya, pasca PD II muncul 2 kekuatan baru yang menguasai dunia: AS dan Soviet. 5. Sejarah Eropa secara umum penuh peperangan, setelah itu abad 17 terjadi perjanjian perdamaian dan berdiri negara-negara bangsa baru. Ini modelnya. Setelah PD II Eropa menuju ke model imperium baru tapi bukan seperti model imperium sebelumnya. Model ini yang digagas Amerika dengan global order. Payung politiknya namanya PBB, payung ekonominya adalah IMF dan World Bank. AS memperkenalkan instrumen penguasaan baru kepada dunia yang sama sekali baru. 6. Global order ini terbelah karena ada dua kekuatan yang saling mengikat. Meski mereka sepakat pada 1945 membentuk badan baru, setelah 1946 mereka terlibat dalam perang dingin. Pada era perang dingin ini terjadilah rekrutmen besar-besaran terhadap kekuatan-kekuatan dunia. AS dan sekutu melakukan rekrutmen, Uni Soviet juga. Inilah era proxy war. Negara-negara satelit ini bertempur tapi tempat bertempurnya bukan di negara tapi di tempat lain. Hampir seluruh Amerika Latin semua di bawah komunis, Timur Tengah minus Teluk semua di bawah komunis, dan Asia Tenggara ini hampir semua di bawah komunis karena AS kalah perang Vietnam. Untung kudeta 1965 gagal di Indonesia. Negara Teluk semua diproteksi AS, namun rata-rata mereka merdeka tahun 1960-an. 7. Pasca Perang Vietnam, AS mengalami keterpurukan secara politik karena dianggap kalah oleh Uni Soviet. Namun, Uni soviet sendiri bermasalah. Wilayah yang sangat luas yang dikuasi Uni Soviet nyatanya tidak bisa digunakan sebagai alat yang mengaplikasi system ekonomi komunis. System ekonomi komunis ini tidak bekerja. Semua wilayah miskin. Konsepnya semua ditarik ke pusat lalu didistribusi. Tapi ini tidak berhasil. 8. Di era Roesevelt, AS mengatakan bahwa pertarungan dengan Uni Soviet adalah pertarungan ideology. Siapa yang berhasil membuktikan sistemnya bekerja lebih baik maka dia akan menang. Dibuatlah program ekonomi, salah satunya Marshal Plan untuk menghidupkan Jerman yang hancur. Karenanya Jerman Barat dan Timur sangat kontras. Ironi ini dipertahankan; satu sejahtera satu miskin. Kedua, menghidupkan kembali Jepang yang sudah dihancurkan, termasuk Korsel yang secara cepat berkembang. 9. Tahun 1970-an Intelijen AS mendapat data ekonomi Uni Soviet ternyata tidak sampai 1/3 dari ekonomi AS. Karenanya mereka menerapkan satu strategi baru menghadapi Uni Soviet: memaksa Soviet terlibat dalam pertempuran yang banyak untuk menyedot sumber dananya. Salah satunya saat Ronald Reagen berkuasa, ia menginisiasi terjadinya Perang Bintang. Ini untuk memaksa Soviet masuk dalam pertempuran yang sebenarnya imajinatif, tapi menyedot sumber daya yang banyak karena AS tahu ekonomi Soviet jauh lebih kecil. 10. Yang kedua, ada satu kesalahan fatal yang dilakukan Uni Soviet yakni invasi ke Afghanistan. Ini masalah. Penasehat AS waktu itu memberikan saran: kita harus menjadikan Afghaistan ini menjadi Vietnam-nya Soviet. Bagaimana caranya? Satu, kita persenjatai mujahidin. Kedua, kita mobilisasi mujahidin dari seluruh dunia. Untuk yang kedua ini, ada 3 lembaga intelijen yang bekerja: Intelijen Pakistan, Saudi dan Mesir. 11. Karenanya tahun 80-an orang-orang muslim rame-rame dimobilisasi ke Afganistan dan tidak ada istilah teroris waktu itu. Dr Abdullah Azzam dengan leluasa bepergian ke negara-negara Islam dan menyerukan jihad Afghanistan. Tidak ada yang disebut teroris. Mahasiswa yang naik pesawat dari Saudi ke Pakistan mendapat diskon tiket 75 persen. Usama Bin Laden dengan mudah mendapat markas di Peshawar dan menggalang mujahidin dari seluruh dunia untuk datang ke sana. Kita seluruh umat Islam di dunia berfikir bahwa ini momentum, apalagi Syaikh Abdullah Azzam menyatakan bahwa dari bumi Afghan ini akan muncul Khilafah. Dan ini sangat menarik umat Islam. Faktanya, ini adalah rencana yang dibuat dengan baik oleh AS pada waktu itu untuk menjadikan Afghanistan sebagai Vietnamnya Soviet. Dan ini berhasil. 12. Pada 1979, hubungan Uni Soviet dan China sudah rusak. Sejak 62 sudah rusak. Tahun 54 Stalin meninggal dan digantikan Kuschev dan hubungan dengan Mao rusak. AS masuk dan lakukan rekrutmen di China. Tahun 79 era Deng Sao Ping akhirnya China bergabung ke system kapitalisme global. Saat Uni Soviet masuk Afghanistan kehancurannya sudah bisa diramalkan. 13. Muncullah pemimpin baru: Ghorbachev dengan ide Galsnost dan Perestroika untuk memperlambat laju kehancuran Soviet. Namun ini sudah terlambat. Tahun 1989 tembok Berlin runtuh dan tahun 90-an kemudian Uni Soviet Runtuh sama sekali. Sampai disini peta dunia berubah lagi, yakni dunia yang dikuasai satu kekuatan: AS dengan World Order-nya. 14. Dalam setiap perubahan dari waktu ke waktu map ini berubah. Ada negara hancur dan hilang, ada imperium terbentuk ada imperium bubar. Map ini adalah hal yang flexible. Kita juga tidak tahu Indonesia akan bertahan berapa lama. Termasuk map dunia. dan map dunia Islam ini akan seperti apa di masa mendatang. Ide tentang map ini yang diperkenalkan alquran. Ide tentang geo-politik yakni dalam surat ar-Rum. Kenapa ide tentang map ini turun di Mekah saat umat Islam tidak punya negara. Bercerita tentang pertarungan dua imperium yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Tapi 20-30 tahun kemudian dua imperium ini ada dalam map umat Islam. Nama Romawi dan Persia tiba-tiba ada dalam map Islam. Map baru ini adalah map yang kita buat. 15. Fenomena jihad Afghan tahun 80-an ini adalah awal dari cerita panjang yang kita sebut dengan isu teroris. Dikapitalisasi sedemikian rupa oleh AS setelah fungsi mujahidin yang menguntungkan mereka ini selesai. Berapa banyak sudah fatwa agama yang kita buat yang masuk dalam rencana orang lain yang mengharuskan kita jihad ke Afghanistan. Waktu itu tidak salah kita kesana karena kita menghadapi dua musuh. Berkoalisi dengan salah satunya untuk mengahadapi yang satu. Setelah satu selesai, maka sekarang giliran kita berhadap-hadapan. 16. Persoalan bagi AS setelah Soviet runtuh adalah ketika para mujahidin ini, jika mereka kembali ke negaranya dan mengorganisir diri, apakah itu bukan ancaman? Maka dibuatkan isu teroris sebagai instrument control terhadapnya. Masalahnya, ini sudah seperti dinosaurus yang beranak-pinak dimana-mana dan tidak ada yang tahu dia anak siapa. Setelah itu dimunculkan tokoh Ossama bin Laden yang mulai menggeser posisi Syaikh Abdullah Azzam. Dan map saat Ossama menjadi sangat keras. Siapa yang mengarahkan Ossama untuk menyerang kepentingan-kepentingan AS dimana-mana? 17. Fakta persinggungan kita dengan Barat atas perang Afghanistan adalah cerita panjang. Kalo searching di internet soal hubungan Ikhwan-CIA, maka akan banyak dijumpai tulisan tentang ini. Ini adalah cerita yang banyak mereka ceritakan. Di Pilpres 2016 lalu, salah satu yang banyak diungkap Hillary Clinton adalah cerita soal ini. Dia menyalahkan kelompok Republlik dalam isu teroris. Teroris ini khan kalian yang buat? Asalnya adalah cerita di Afghan. “Khan kita sama-sama yang buat?” 18. Setelah seperempat abad runtuhnya Uni Soviet, apa yang kita alami kini persis seperti saat Uni Soviet menjelang runtuhnya. Pada tahun 60-90an, ekonomi AS 40 persen dari total ekonomi dunia, kalo digabung ekonomi Eropa berada di angka 70-80 dari ekonomi dunia. Per hari ini ekonomi AS tinggal 20 persen, 50 persennya hilang. Begitu dikombinasi AS dan Eropa tinggal 30-45 persen. Fakta ini menjelaskan kenapa sekarang ini ada ancaman revolusi social di AS dan Eropa. Fenomena ini sebagaimana yang terjadi di Soviet, ia runtuh bukan karena perang tapi karena negara-negara di dalamnya yang memisahkan diri karena tidak tahan atas kemiskinan. Waktu Deng Xiaping beralih ke system sosialis, ia hanya buat satu penjelasan: “Sosialisme itu tidak harus berbagi kemiskinan, tapi juga berbagi kekayaan.” Hal tersebut juga yang terjadi di AKP Turki soal kenapa foto Kemal Attaturk selalu dipajang. Kata Dovutoglu, karena ia memang sudah tidak ada gunanya. Justru itu dihadirkan. Tidak ada gunanya karena telah selesai maknanya. Sengaja dipajang supaya orang tidak sadar akan tafrighul ma’ani. 19. Sekarang ancaman besar AS dan Eropa adalah menurunnya kesejahteraan dan gagalnya untuk naik kembali. Saat ini kita tidak punya penjelasan bagaimana mereka akan runtuh tapi yang jelas jalannya turun. Sekarang angka kemiskinan di AS mencapai 47 juta dari 300 juta penduduk menurut standar PBB. Itu angka yang sangat besar. Ini menjelaskan mengapa Trump menang kemarin. Kebanyakan yang memilih adalah orang kulit putih yang turun dari kelas menengah menjadi kelompok miskin. Hutang AS kini sama besarnya dengan PDB-nya, 17 Trilyun USD. 20. Fakta ini menunjukkan seluruh kekacauan sedang terjadi di dunia. Ini adalah ancaman terhadap system global, sebagaimana dulu sistem komunis tidak bekerja, sekarang ini orang sampai pada kesimpulan bahwa sistem kapitalisme global juga tidak bekerja. Jika search kalimat post –kapitalisme, akan banyak buku tentang itu karena system ini tidak bisa bekerja. Itu sebabnya kepercayaan pada PBB menurun, pada Bank Dunia menurun, pada IMF juga menurun. Salah satu krisis yang menandai bahwa mereka benar-benar turun dan tidak akan bisa kembali lagi adalah krisis financial tahun 2008 lalu. Waktunya persis Obama setelah itu naik presiden. 21. Karena system global ini tidak bisa bekerja, maka kemampuan AS untuk mengontrol dunia menjadi lemah. Salah satu indikatornya adalah Arab Spring pada tahun 2010. Meski kini ada kontra Arab Spring, namun hakikatnya AS sudah tidak bisa mengontrol. Rusia yang sebelumnya bukan siapa-siapa setelah runtuh, tiba-tiba pada 2010 kembali menjadi global player. Lebih dari 40 tahun kawasan Timur Tengah dominan dikuasai AS, kini tidak lagi. Rusia menganeksasi sebagian wilayah Ukraina, di situ ada NATO, ada AS tapi tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Di Laut Cina Selatan, AS intens memberi peringatan tapi China jawab: kita siap berperang selama apapun. Ini membuktikan wibawa militer AS hilang. Meski secara de facto ia tetap yang terkuat. AS terkuat tapi China tidak takut. Karenanya pada ara pelantikan Donald Trump 20 Januari lalu di Davos , Xi Jin Ping diundang dan berkomentar: kalo AS tidak bisa melakukan peran sebagai pemimpin global, kita siap menggantikan! Hari ini hanya ada satu negara yang punya proposal global: China. China punya proposal meng-connect dunia secara darat dan laut. Hubungan darat ke Eropa sudah tersambung. 22. Kesimbangan dunia secara total berubah. Pertama, wibawa militer AS menurun, kedua share ekonominya menurun 50 persen, dan ketiga AS sebagai pusat inovasi teknologi pelan-pelan diambil alih negara lain. Ketiga peran ini sebentar lagi dilewati negara lain. Map dunia segera berubah. 23. Pertanyaannya, dimana kita dalam perubahan ini? Umumnya ketika kita bicarasiyasah syar’iyah kita berfikir sebagaimana saat buku itu ditulis. Peta sederhananya begini: tahwil qawaid as-siyasah syar’iyyah ila qawanin daulah (transformasi kaidahsiyasah syar’iyyah ke hukum negara), wa minal qawanin ila siyasati ammah (dari hukum negara ke system politik pada umumnya), wa minal siyasati ammah ila ijroati tanfidhiyah ( serta dari system politik ke teknis pelaksanaan). Yakni bagaimana mentransformasi prinsip siyasah ke negara. Itu yang kita fahami selama ini. Karena itu kita tidak pernah berfikir tentang peta. Waktu buku siyash ditulis negara Islamestablish. Kita dominan. Islam sebagai ideology berubah jadi system. Sekarang situasi berubah secara total. Yang perlu dilakukan adalah persoalan mindset. Maksudnya, kita perlu membaca kembali konteks ini semua dalam perpektif aqliyah handasiyah (enginering), dalam perspektif pengubah map. 24. Setelah krisis yang menimpa dunia Islam ini, baik gerakan kebangkitan dan nation state semua sama-sama hilang. Nation state yang ada di dunia Islam itu tidak bekerja. Gerakan kebangkitan Islam juga mengalami masalah. Krisis pasca Arab spring juga berdampak pada krisis di semua gerakan kebangkaitan Islam, mau ikhwan mau salafy semua mengalami masalah. Ciri dari krisis ada 2: satu, saat orang bingung dan kedua tidak ada yang bisa menjawab. Munculahdisorder (ketidakaturan). Sebagaimana disebut al-Mawardi, peran negara yang sederhana adalah law and order,menciptakan keteraturan. Yang kedua adalah qadha (krisis), ketiga jika krisis tidak ada penyelesaiannya maka masuk perang (harb).Perang adalah cara mengakhiri krisis untuk memulai lembaran baru. Karenanya setelah perang Dunia I ada negara baru, ada negara hilang. Kita sekarang ini ada di krisis menuju perang. Apa yang terjadi di kemudian hari kita tidak tahu. Kalau kita ikuti berita setiap hari, maka diberitakan perang nuklir. Korut kini bisa menyapu seluruh main land AS. Krisis ini juga sedang menimpa Indonesia. Perubahan ini mengancam kita secara keseluruhan. 25. Karena krisisnya ada di sistem globalnya, di dunia Islamnya, di gerakan Islamnya, maka Pemikiran siyasah syar’iyah ini harus kita upgrade menjadi pemikiran aqliyatul handasiyah, bagaimana berfikir dalam skalata’sis mandzumah jadidah: menciptakan system baru. Karena salah satu keberhasilan harokah Islamiyah satu abad ini adalah dia mengembalikan identitas keislaman kita. Ideology ini kembali hidup. Karena itu di dunia ini tidak ada yang bisa melawan kapitalisme kecuali hanya Islam. Tapi ideologi ini tidak punya instrumen. Belum diubah menjadi sistem. Dan tugas kita di abad ini adalah membawa ideologi ini menjadi system. Tahwilu ideolojia ila mandhumah ‘alamy (mentransformasi ideologi Islam menjadi system global). Disarikan dari Ceramah Anis Matta pada di Depok, 30 Juli 2017 by. Abu Khalifa
2 notes · View notes
pondokpesantren · 7 years
Text
Peran Pesantren Dalam Dinamika Perjuangan Bangsa Indonesia
Tidak ada data resmi tentang kapan pondok pesantren pertama muncul di Indonesia. Namun dari catatan para sejarawan, pesantren mulai dikenal di Nusantara sejak masuknya Islam di Indonesia. Menurut para ahli, pondok pesantren sebagai sebuah model lembaga pendidikan Islam mulai dikenal di Pulau Jawa sekitar permulaan abad ke-15 atau kurang lebih 500 tahun yang lalu. Selama kurun waktu hampir setengah milenium itu, lembaga pesantren telah mengalami banyak perubahan di berbagai segi dan telah memainkan berbagai macam peran strategis dalam masyarakat dan bangsa Indonesia. Pada era walisongo, peranan terpenting dari pondok pesantren tampak dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Pesantren dengan figur kiayi atau wali juga memiliki kekuatan politis untuk melegitimasi sebuah kekuasaan seperti yang terjadi pada kasus kerajaan Demak dan Pajang. Peran politis tersebut semakin menguat pada zaman penjajahan Belanda, dimana hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari pesantren.
Adapun perkembangan pondok pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan tertua di Indonesia mulai menjamur khususnya di tanah Jawa sejak abad ke-17. Keberadaan pesantren dalam sejarah Indonesia telah melahirkan hipotesis yang barangkali memang telah teruji, bahwa pesantren dalam perubahan sosial bagaimanapun senantiasa berfungsi sebagai “platform” penyebaran dan sosialisasi Islam.
Nurcholish Madjid, menyebutkan bahwa pesantren mengandung makna keislaman sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia. Kata “pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren. Sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seorang yang mengikuti gurunya kemana pun pergi.
Dalam perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten mengikatkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilai-nilai Islam. Realitas ini tidak saja dapat dilihat ketika pesantren menghadapi banyak tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, namun pada masa pasca-proklamasi kemerdekaan pesantren justru dihadapkan pada suatu tantangan yang cukup berat yaitu adanya ekspansi sistem pendidikan umum dan madrasah modern. Di tengah kondisi yang demikian, di mana masyarakat semakin diperkenalkan dengan perubahan-perubahan baru, eksistensi lembaga pendidikan pesantren tetap saja menjadi alternatif bagi pelestarian ajaran agama Islam. Pesantren justru tertantang untuk tetap survive dengan cara menempatkan dirinya sebagai lembaga yang mampu bersifat adaptatif menerima dinamika kehidupan.
Berdasarkan fakta-fakta historis, sangat sulit dipungkiri keterlibatan pondok pesantren dalam membentuk dan mencerdaskan bangsa Indonesia. Namun perkembangan konstelasi politik dan sistem pendidikan di Indonesia telah sedikit banyak mengkaburkan peran tersebut sehingga seakan-akan pondok pesantren tidak memiliki kontribusi yang memadai bagi lahirnya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara yang berdaulat serta berketuhanan.
Pondok Pesantren sejatinya merupakan fenomena pendidikan Islam klasik yang terdapat sejak dari Aceh hingga Nusa Tenggara, yang muncul sejak abad ke 15, dengan berbagai nama seperti dayah (Aceh), pondok (Jawa Barat), nyantren (Madura), pesantren (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dan sebagainya. Meski demikian, dalam perjalanan sejarahnya, pondok pesantren lahir dan berkembang sebagai pembebas masyarakat dari keterbelengguan pendidikan (agama), sosial, ekonomi, politik dan didirikan sebagai bagian dari adaptasi budaya komunitasnya terhadap tantangan modernitas.
Pesantren sendiri pada dasarnya berari tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti tempat tinggal sederhana yang terbuat dari pohon bambu. Kata pondok bersal dari bahasa Arab “فندوق” yang berarti Hotel atau Asrama
1. Masa Kolonial Belanda
Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, penyebaran ajaran Islam merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Begitu pula yang terjadi ketika Belanda mulai bercokol di bumi Nusantara, penyebaran Islam dan pendidikan Islam masih menjadi salah satu peran pokok dari pondok pesantren. Namun disamping itu, pada masa awal penjajahan Belanda banyak tokoh-tokoh pesantren yang terpanggil menjadi tokoh-tokoh perjuangan bangsa Indonesia dan gigih terlibat dalam berbagai perlawanan menentang Belanda. Sebagai contoh misalnya dalam perang Dipenogoro di Jawa -selain Pangeran Diponegoro sendiri adalah santri- ia juga dibantu oleh Kyai Mojo dan Sentot Prawirodirjo yang merupakan elit pesantren. Mereka bahu membahu menentang penjajah Belanda yang dalam pemahaman mereka adalah kafir.
Selain Pangeran Diponegoro, kasus yang hampir sama terjadi pada Perang Paderi dengan tokoh sentralnya Imam Bonjol yang juga tergolong dari kaum santri. Perang Aceh mengenalkan kita pada Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Muthia, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro dan kawan-kawan yang kesemuanya merupakan didikan dayah di Aceh. Bahkan yang paling akhir kita mengenal KH. Zenal Mustofa dari Tasikmalaya dengan santrinya memberontak penjajah Jepang, sehingga banyak diantara mereka yang gugur di medan perang menjadi syuhada. Kemudian ketika Jepang memobilisir tentara PETA (Pembela Tanah Air) guna melawan Belanda, para kyai dan santri mendirikan tentara Hizbullah dan Sabilillah sebagai bentuk manifestasi jihad melawan kekafiran. Laskar Hizbullah dan Sabilillah kemudian yang berkontribusi pada terbentuknya BKR dan TKR  yang merupakan cikal bakal TNI.
Pesantren yang hadir hingga di pelosok-pelosok pedesaan, mampu mengembangkan masyarakat Muslim yang solid, yang pada gilirannya berperan sebagai kubu pertahanan rakyat dalam melawan penjajah. Masyarakat Muslim yang solid ini kelak menjadi modal yang kuat bagi persatuan bangsa Indonesia sehingga bangsa ini bisa berdiri sebagai bangsa yang merdeka.
Pengaruh kyai dari pesantren ternyata tidak hanya terbatas pada masyarakat awam, tapi juga menjangkau istana-istana. Kiai Hasan Besari, dari pesantren Tegalsari Ponorogo, misalnya berperan besar dalam meleraikan pemberontakan di Keraton Kartasura. Bukan hanya itu, pesantren dulu juga mampu melahirkan pujangga. Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah santri Kiai Hasan Besari yang berhasil menjadi Pujangga Jawa terkenal.
Pada awal abad ke-20 Kyai Kholil, Bangkalan-Madura mendorong dan merestui KH Hasyim Asy’ari untuk membentuk Nahdlatul Ulama (NU). NU pun menjadi organisasi massa Islam terbesar dan paling berakar di Indonesia. Di jalur yang sedikit berbeda, rekan seperguruan KH Hasyim Asy’ari di Makkah, yaitu KH Ahmad Dahlan pun mengambil peran yang kemudian mempengaruhi kelahiran “pesantren moderen” .
Awal abad ke-20 antara tahun 900-1930 adalah periode kebangkitan intelektual di wilayah yang kemudian disebut sebagai Nusantara. Pada periode ini berdirilah Syarekat Islam (sebelumnya Syarekat Dagang Islam) yang di arsiteki H. Samanhudi dan HOS Cokroaminoto yang lagi-lagi orang pesantren. Bahkan menurut banyak sumber, kelahiran Syarekat Dagang Islam sebagai sebuah organisasi nasional lebih dahulu dari pada Budi Utomo.   Pada periode ini berdiri pula beberapa pesantren seperti Pesantren Salafiyah Syafi’iah Situbondo (1914), Pesantren Cipasung (1931), Pesantren DDI (Darul Dakwah wal Irsyad) Mangkoso (1939) dan sebagainya. Pondok-pondok tersebut lahir dan berkembang sebagai respon atas hegemoni kolonial Belanda yang tidak memberi kesempatan masyarakat untuk mendapatkan hak-hak dasarnya, terutama hak memperoleh pendidikan.
Pesantren juga sukses dalam memberantas buta huruf pada masyarakat akar rumput di masa penjajahan dengan mengenalkan sistem bahasa Arab Melayu. Di lain hal, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat muslim Indonesia yang pertama membuka isolasi kultural dengan dunia luar. Hal ini adalah bentuk kemampuan pesantren dalam mengaktualkan bahasa Arab. Turunannya adalah membuka wacana bangsa hingga dapat berinteraksi dengan dunia dan keilmuan yang lebih luas. Dengan demikian, sistem pendidikan pesantren berhasil melahirkan tokoh-tokoh ulama, zuama’, bahkan politikus kaliber internasional
2. Peran Pesantren pada Masa Kemerdekaan
             Di zaman pergerakan pra-kemerdekaan, peran para elit pesantren juga sangat menonjol, lagi-lagi melalui alumninya. HOS Cokroaminoto pendiri gerakan Syarikat Islam dan guru pertama Soekarno di Surabaya, adalah juga alumni pesantren. KH. Mas Mansur, KH.Hasyim Ash’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, KH.Kahar Muzakkir dan beberapa orang lagi adalah alumni pesantren yang menjadi tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Di tengah masyarakat mereka adalah guru bangsa, tempat merujuk segala persoalan di masyarakat. Di tengah percaturan politik menjelang kemerdekaan Republik Indonesia peran mereka tidak diragukan lagi.
Pada masa pasca Kemerdekaan Indonesia, munculah para tokoh pendidikan seperti Ki Hasyim ‘Asy’ary dari Nahdlatul Ulama, Mohammad Dahlan dari Muhammadiyyah, KH. Agus Salim, HOS. Cokroaminoto (guru dari Soekarno, Tan Malaka, dan Kartosuwiryo) serta banyak lagi yang lainnya. Mereka semua adalah para tokoh jebolan pesantren yang begitu besar jasanya terhadap kemerdekaan dan konsen pada pengembangan pendidikan di Indonesia.
Dalam konteks mempertahankan kemerdekaan, sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sebuah peristiwa dahsyat di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Hari tersebut saat ini diperingati sebagai hari pahlawan. Dalam peristiwa tersebut Sutomo yang didukung oleh arek-arek Surabaya berjuang mati-matian mempertahankan setiap jengkal tanah air. Bahkan KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 20 November 1945 mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad untuk mempertahankan tiap jengkal tanah air Indonesia. Keterlibatan pesantren dan kaum santri dalam peristiwa-peristiwa perlawanan terhadap penjajah sangat sulit untuk dipungkiri, cuma sangat disayangkan bahwa dalam penulisan sejarah peran mereka sepertinya sengaja dimarjinalkan.
Pada perkembangan selanjutnya, alumni-alumni pesantren terus memainkan perannya dalam mengisi kemerdekaan. Mohammad Rasyidi, alumni pondok Jamsaren adalah Menteri Agama RI pertama, Mohammad Natsir alumni pesantren Persis, menjadi Perdana Menteri, KH.Wahid Hasyim, alumni pondok Tebuireng, KH.Kahar Muzakkir dan lain-lain menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan; KH. Muslih Purwokerto dan KH. Imam Zarkasyi alumni Jamsaren menjadi anggota Dewan Perancang Nasional; KH. Idham Khalid menjadi wakil Perdana Menteri dan ketua MPRS. Ditambah lagi dari kalangan ‘moderen’ sempat menyumbangkan tokoh-tokoh penting di pemerintahan, seperti Mukti Ali di lingkup Departemen Agama, Muhammad Natsir yang pernah menjadi perdana menteri, serta Syafrudin Prawiranegara yang sempat menjadi perancang ekonomi nasional maupun perdana menteri. Singkatnya, di awal-awal kemerdekaan RI para kyai dan alumni pesantren berpatisipasi hampir di setiap lini perjuangan bangsa. Perlu dicatat bahwa jabatan-jabatan itu bukan diraih untuk tujuan politik sesaat, tapi untuk sarana membela dan memperjuangkan agama, negara dan bangsa.
3. Peran Pesantren pada Masa Orde Lama
            Pada Orde Lama dimana Soekarno semakin nampak sebagai seorang diktator sejak ia diangkat menjadi presiden seumur hidup. Sebenarnya, sedikit banyak ada juga peran dari pesantren dalam proses pencitraan Soekarno yang kemudian berhasil menjadi penguasa mutlak di Indonesia. Elit pesantren NU bahkan pada tahun 1954 malah menyematkan gelar waliyul amri adh dhorury bi asy syaukah bagi Soekarno yang berarti menambah legitimasi kekuatannya. Keputusan ini sangat ditentang oleh Masyumi dan pesantren-pesantren yang menyokongnya sebab bisa menghalangi perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai dasar Negara yang akan diperjuangkan dalam sidang konstituante.
Pada masa Soekarno menggalakkan ideologi yang saling bertentangan, yaitu Islamisme, Nasionalisme dan Komunisme (Nasakom), maka kyai-kyai NU kemudian mengambil jalan tengah mendukung konsep Nasakom yang digagas oleh Soekarno yang saat itu benar-benar sebagai penguasa mutlak. Kyai-kyai NU juga mendukung terhadap keputusan Presiden Soekarno untuk melakukan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai cara untuk mengakhiri perdebatan di dalam Sidang Konstituante yang berlarut-larut selama 3,5 tahun. Perdebatan di Dewan Konstituante memang sangat meruncing dan cukup mengkhawatirkan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Perdebatan ini akhirnya tidak menghasilkan keputusan tentang dasar negara apakah Islam, Komunisme atau Pancasila. Menurut Soekarno, Dekrit Presiden untuk kembali ke Pancasila, UUD 1945 dan NKRI merupakan keputusan yang harus diambil karena menghindarkan keterpecahbelahan kesatuan dan persatuan bangsa.
Adapun pesantren-pesantren lainnya yang tidak berafiliasi ke NU justru kebanyakan berada di luar lingkaran pemerintahan dan tidak mau berkompromi dengan keberadaan PKI di bumi Indonesia yang berketuhanan. PKI dalam mainstream mereka adalah kumpulan orang-orang kafir yang menghinakan agama. Pesantren-pesantren yang semacam inilah yang kemudian menjadi korban dan target sasaran PKI dalam menjalankan agenda-agenda politiknya. Banyak tokoh-tokoh ulama yang kritis terhadap Nasakom dan para kyai langgar yang menjadi korban pembantaian PKI. Kekuatan pesantren oposisi inilah yang kemudian merapat mendekati Angkatan Darat karena mempunyai misi yang hampir sama.
Dalam perkembangannya, ternyata PKI sebagai salah satu kekuatan Nasakom melakukan kudeta berdarah dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap para jendral angkatan darat yang mereka sebut sebagai anggota Dewan Jendral. Tindakan ini sebenarnya blunder besar bagi perjalanan PKI di Indonesia. Karena blunder tersebut, pencitraan PKI di masyarakat memburuk dan oleh Angkatan Darat bersama dengan dukungan dari pesantren berhasil menumpas PKI  dan antek-anteknya di bumi pertiwi. Pada sekitar tahun 1965 sampai 1967 ketika mahasiswa melalui KAMI, HMI, PII, dan lainnya bergerak melalui demonstrasi besar-besaran menuntut pembubaran PKI di Indonesia maka pesantren tidak mau ketinggalan dengan melakukan penyadaran di tingkat grass root, bahkan mereka turut serta dalam pembasmian anggota-anggota PKI.
4. Peran Pesantren pada Masa Orde Baru
Di era Orde Baru pembangunan fisik di segala bidang di galakkan oleh Soeharto. Akan tetapi kekuatan Islam yang dahulu ikut menaikkannya ke tampuk kekuasaan ternyata oleh Soeharto sengaja di marginalkan. Proses marginalisasi peran politik ummat Islam semakin menjadi ketika pemerintah memaksakan fusi bagi partai-partai Islam menjadi satu partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan. Tokoh-tokoh partai Islam yang kebanyakan berasal dari peantren kemudian balik ke ‘kandang’ masing-masing sehinggga pesantren berusaha menempatkan dirinya pada wilayah yang netral, yang bersih dari efek pergesekan dengan dunia politik. Meski demikian, terdapat pula beberapa pesantren yang tumbuh sebagai identitas keIslaman yang berbeda suara dengan pemerintah. Pada periode ini lahir beberapa pesantren seperti Pesantren Istiqlal Ciranjang Cianjur (1963), Pesantren al-Mukmin Ngruki (1967), Pesantren Darul Istiqomah Maccopa Maros (1967), dan Pesantren Qomarul Huda Bagu, Lombok Tengah (1972)
Pada periode 1980-an, pesantren lebih banyak mencerminkan peran sosialnya, terutama sebagai penguat masyarakat sipil ditengah hegemoni negara yang mencengkeram kuat rakyatnya, adapun peran politiknya bisa dikatakan terkebiri sejak LB Moerdani dan Ali Murtopo menjadi orang penting di ring I Soeharto. Pada periode ini lahir pesantren-pesantren seperti Pondok Modern Muhammadiyah (1983), Pesantren Edi Mancoro Salatiga (1984) dan sebagainya.
Pada masa Orde Baru ini, ditengah kekuasaan yang hegemonic, kalangan pesantren secara umum mengambil sikap oposisi terhadap kekuasaan karena banyak kebijakan-kebijakan LB Moerdani dan Ali murtopo yang sengaja menyudutkan umat Islam. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa masyoritas masyarakat pesantren tidak berafiliasi terhadap partai mayoritas. Namun peran yang lebih tegas ditunjukkan pasca tahun 1984 dimana kalangan pesantren mulai menjadi tempat persemaian kekuatan masyarakat sipil. Gerakan pemberdayaan masyarakat melalui pesantren mulai gencar dilakukan. Relasi yang awalnya oposisi mutlak dengan penguasa mengalami dinamisasi menjadi lebih taktis. Dengan cara yang demikian tanpa mengurangi kemandirian dan kekritisannya pesantren dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk tujuan pemberdayaan masyarakat.
Pada periode ini beberapa pesantren besar mengalami penurunan jumlah santri secara signifikan dikarenakan adanya peraturan dari pemerintah di bidang pendidikan yang tidak mengakui ijazah pesantren. Hal ini tidak lantas mematikan pesantren dan  perannya di dalam masyarakat, tetapi justru banyak pesantren yang kemudian berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan membangun madrasah-madrasah yang diakui pemerintah dan tentunya mengajarkan ilmu-ilmu umum selain ilmu keagamaan. Animo masyarakat untuk sekolah di madrasah-madrasah di bawah pesantren pun ternyata luar biasa besarnya, sehingga pesantren tidak sampai kehilangan fungsi dan peran khusunya di ranah pendidikan.
Ketika pengetahuan agama dan umum sama-sama diajarkan  di pesantren, maka sebaran distribusi alumni pesantren menjadi semakin luas. Banyak santri yang kemudian melanjutkan studinya ke perguruan tinggi umum non perguruan tinggi agama Islam. Para santri ini kemudian mengembangkan kajian-kajian agama secara informal dan intensif yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memilik background agama. Pada akhir 70-an dan awal 80-a, kajian-kajian tersebut kemudian menguatkan pergerakan-pergerakan mahasiswa seperti HMI, PMII, IMM, LDK, usrah-usrah, aktifitas masjid kampus dan lain-lain yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dari peran dan kontribusi alumni-alumni pesantren.
Harus diketahui, bahwa pada periode ini tumbuhlah pemikir-pemikir Islam kaliber Internasional yang berasal dari kaum santi seperti Nurcholis Majid, Abdurrahman Wahid, Amin Rais, Musthofa Bisri di bidang budaya, dan sebagainya.  Pada gilirannya nanti, tokoh-tokoh di atas lah yang dengan lantang berani mengemukakan isu-isu perubahan nasional dan isu suksesi yang pada masa Soeharto adalah sesuatu yang tabu.
6. Peran Pesantren pada Masa Reformasi
            Dari masa ke masa, ranah pendidikan tetaplah menjadi wilayah strategis bagi pondok pesantren untuk menunjukkan perannya. Tapi, di era reformasi para elit pesantren banyak yang terseret arus untuk terjun dalam percaturan politik. Akibatnya banyak pesantren-pesantren yang secara akademis “terlupakan” oleh para kyainya sendiri karena disibukkan oleh kegiatan politik. Bahkan ada beberapa pesantren yang iklimnya “memanas” gara-gara para elitnya berseberangan partai. Kasus pesantren di Jawa Timur sangat unik karena banyak pesantren yang para pengelolanya mengalami konflik internal karena di sebuah pesantren saja ada kyai yang di PKB, kemudian kyai satunya di PKNU, satunya lagi PPP, atau di Partai Golkar dan sebagainya. Kran demokrasi era reformasi yang terbuka lebar seakan-akan menjadi kesempatan emas bagi para elit pesantren untuk berkiprah di dunia politik dimana di era Orde Baru akses untuk ini tertutup rapat.
Alam reformasi telah memunculkan sejumlah nama tokoh yang tidak lepas dari peran pendidikan pesantren, baik langsung maupun tidak langsung. Amien Rais, pendiri PAN dan mantan Ketua MPR; Abdurrahman Wahid, pendiri PKB sekaligus mantan Presiden RI ke-4; Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden PKS sekaligus Mantan Ketua MPR; Hasyim Muzadi, mantan Ketua PB NU dan mantan Wakil Presiden RI; Nurcholis Madjid, Rektor Paramadina; dan selainnya adalah beberapa nama tokoh dari dunia pesantren yang aktif berperan dalam pembangunan dan penataan kembali bangsa Indonesia. Hal ini tidak saja menunjukkan kualitas pendidikan pesantren dalam mencetak pemimpin dan tokoh-tokoh bangsa tapi membuktikan besarnya kepedulian santri terhadap problematika bangsa ini.
Setelah lebih dari sepuluh tahun reformasi bergulir, sepanjang itu pula pesantren berperan bagi pembangunan negara. Dalam kondisi seperti ini posisi pesantren semakin diperhitungkan dalam interaksi riil sosial, politik dan budaya. Dalam kancah politik, kaum santri tidak lagi menjadi obyek dari kepentingan sesaat para politisi dan partai politik, akan tetapi dinamika perpolitikan Indonesia diwarnai pula oleh politisi santri yang tidak lagi malu dengan identitas kesantriannya, atau munculnya partai-partai politik yang berbasis massa kaum sarungan seperti PKB, PKU, PNU, PBR, PKNU dan sebagainya.
Jika kini beberapa gelintir alumni pesantren dituduh terlibat dalam berbagai aksi terorisme, maka tidak pada tempatnya jika kemudian peran dan potensi pesantren dalam membangun bangsa ini, baik di masa lalu maupun di masa depan, dinafikan. Jangan-jangan itu hanya rekayasa pihak-pihak yang takut dengan dominasi pesantren di kancah perpolitikan nasional saat ini. Sehingga mereka membuat berbagai fitnah untuk menyudutkan pesantren. Dalam menghadapi isu-isu ini, pemerintah seharusnya tidak perlu lagi mempertanyakan apa peran dan fungsi pesantren dalam membangun negara ini, yang justru perlu dipertanyakan adalah apa yang telah dilakukan pemerintah dalam membangun pesantren sebagai sebuah kekayaan bangsa yang orisinil.
Penulis:M.Rafi Aliefanto
Sumber:el-hikmah.com,ibid dan Nurcholish Madjid(ALM)
from Peran Pesantren Dalam Dinamika Perjuangan Bangsa Indonesia
0 notes
zainalarifin · 7 years
Text
Thought via Path
Masih ingatkah kita kisah saat Rasulullah berdakwah ke Thaif? Bagaimana perlakuan penduduk Thaif kepada manusia paling itu? Mereka tidak hanya mendustakan dan mengusir beliau, tetapi juga menghina dan melempari dengan batu. Murka atas kelakuan penduduk Thaif, Allah mengutus Malaikat JIbril dan Malaikat Penjaga Gunung guna menawarkan pada Rasulullah untuk membinasakan para penduduk Thaif dengan menimpakan dua buah gunung yang ada di Makkah. Tapi Rasulullah menolak dengan mengatakan, “Jangan, siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) Tiada Tuhan Selain Allah dari Rahim mereka.” Begitulah Islam, indah dengan akhlak mulia, mempesona dengan ketawadhuan. Dalam iman ada rasa cinta, takut, dan juga harap. Dan keputusan sang Nabi untuk tidak menimpakan hukuman kepada penduduk Thaif adalah perwujudan dari rasa cintanya kepada sesama manusia, rasa takutnya tidak bisa mengajak mereka kepada jalan kebenaran, dan harapannya kelak atas generasi penerus Thaif. Ibrahim, seorang laki-laki berkebangsaan Turki berusia sekitar 50 tahun. Adalah pemilik sebuah toko kelontong di salah satu kota di Perancis. Menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Tinggal seorang diri karena sang isteri telah berpulang kepada Sang Pemilik. Di dekat toko Ibrahim ada sebuah apartemen yang salah satu penghuninya adalah sebuah keluarga yahudi yang memiliki seorang anak bernama Jad. Tapi dalam film yang dibuat berdasarkan cerita persahabatan Ibrahim dan anak yahudi, nama sang anak adalah Moses. Dan akan ditemui beberapa perbedaan antara kisah yang tertulis dengan film yang dibuat. Jad adalah pengunjung tetap di toko kelontong Ibrahim, ia ditugaskan untuk membeli berbagai keperluan sehari-hari, mulai dari makanan sampai dengan perlengkapan kamar mandi. Dan setiap kali berbelanja, Jad selalu mengambil sepotong coklat tanpa sepengetahuan dan seijin Ibrahim. Dalam versi film, Jad (Moses) begitu terpengaruh dengan lingkungannya yang diramaikan dengan prostitusi terbuka. Setiap hari Jad memandangi seorang wanita susila kulit hitam yang berdiri menjajakan dirinya kepada setiap laki-laki yang lewat. Hingga akhirnya, Moses yang sedang dalam masa puber memutuskan untuk melakukan hal yang biasa lelaki dewasa lakukan. Ia memecahkan celengannya dan dengan berani menawar sang wanita dengan uang sekedarnya. Sang wanita tuna susila kulit hitam menatapnya tak percaya dan menanyakan berapa usianya. Begitu Moses memberitahu usianya baru 16 tahun, wanita itu langsung mengusirnya dan memintanya untuk tumbuh dewasa dulu. Gelora muda Moses tidak membiarkannya menyerah begitu saja, ia pun kemudian mendatangi beberapa wanita tuna susila kulit putih dan salah satu dari mereka menerima Moses dengan tangan terbuka. Sejak itu, jadilah Moses pelanggan tetap penyaluran hawa nafsu yang tidak pada tempatnya. Ibrahim bukan tidak tahu hal itu, ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk berbicara. Hingga suatu hari usai belanja, Jad lupa mengambil sepotong coklat seperti biasanya. Ibrahim kemudian memanggil Jad dan mengingatkannya soal itu. Tentu saja Jad kaget, sebab ia mengira selama ini Ibrahim tidak mengetahui aksi nakalnya. Jad yang ketakutan meminta Ibrahim agar tidak mengadukan hal itu kepada orang tuanya. Di luar dugaan, Ibrahim tidak marah, ia hanya meminta Jad berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa ijin. Bahkan Ibrahim mengijinkannya untuk mengambil sepotong coklat setiap kali berbelanja tanpa harus membayarnya. Peristiwa ini merupakan keterpesonaan Jad untuk pertama kalinya pada Ibrahim. Selama ini ia hanya menganggap Ibrahim seorang tua Arab yang mudah dikelabui. Dari sinilah kemudian pertemanan yang kemudian menjadi persahabatan berawal. Sejak saat itu, keduanya seringkali menghabiskan waktu bersama. Jad sering membawa dan menceritakan berbagai macam persoalan kepada Ibrahim. Dan tiap kali itu pula, Ibrahim selalu membuka sebuah buku dan meminta Jad membuka halaman secara acak, lalu Ibrahim pun membacakannya. Jad tidak tahu buku apa sebenarnya yang dibaca Ibrahim, tapi entah bagaimana segala permasalahan dan persoalan bisa terjawab dengan apa yang tertulis dalam buku itu. Waktu terus berlalu, hari pun berganti, Ibrahim yang semakin tua akhirnya meninggal dunia. Jad sangat sedih dan terpukul, sebab Ibrahim adalah satu-satunya teman sejati. Tempat ia berkeluh kesah, mengadukan dan bertanya segala hal. Jad lalu mendapatkan warisan sebuah kotak yang berisi buku yang biasa mereka baca. Meneruskan kebiasaannya saat bersama Ibrahim, tiap kali ia ditimpa masalah dan persoalan, ia buka buku tersebut. Jad tercengang, bingung, sebab ia tidak bisa membacanya karena buku itu dalam bahasa Arab. Jad kemudian pergi menemui seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia, ia membuka halaman buku secara acak dan meminta sang teman membacakannya, persis ketika dulu bersama Ibrahim. Ajaib, apa yang dibaca ternyata berkaitan dengan persoalan yang ia hadapi. Beberapa kali hal itu terjadi, hingga memunculkan rasa penasaran di hatinya. Ia bertanya kepada temannya, buku apa sebenarnya yang sering mereka baca itu. Teman Tunisia Jad menerangkan bahwa buku itu adalah Al-Qur’an, kitab suci orang muslim. Dengan rasa sedikit tak percaya, takjub, dan berbagai rasa aneh lainnya mulai menjalarinya. Serta merta ia langsung bertanya bagaimana menjadi seorang muslim. Teman Tunisia menerangkan bahwa untuk menjadi seorang muslim, ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengikuti syari’at. Tanpa rasa ragu sedikitpun, Jad kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Jad kini seorang muslim, dan namanya berubah menjadi Jadullah Al-Qur’ani, yang merupakan perwujudan rasa takdzimnya atas Al-Qur’an yang begitu istimewa dan special, mampu menjawab setiap problem dan persoalan hidupnya selama ini. Sebagaimana dilansir Hidayatullah.com pada 1 Maret 2012, tercatat Jadullah Al-Qur’ani yang sejak keislamannya telah bertekad menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan Al-Qur’an, berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani. Hingga suatu hari, ia menemukan sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Tepat di atas gambar benua afrika, ada tanda tangan Ibrahim dan sebuah ayat yang berbunyi, ““Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!!…” (QS. An-Nahl; 125). Berdasarkan penemuannya itu, Jadullah dengan mantap berkemas dan pergi ke Afrika. Ia yakin itu adalah salah satu wasiat Ibrahim untuk dirinya. Jadullah melebarkan sayap-sayap dakwahnya ke berbagai negara di Afrika, diantanya adalah Kenya, Sudan, Uganda, serta negara-negara sekitarnya. Alhamdulillah, berkat Rahmat Allah, ia berhasil mengislamkan lebih dari enam juta suku Zulu. Allahu Akbar! Dan ini hanya baru satu suku, belum lagi suku-suku yang lainnya. Sungguh safari dakwah yang sangat bermakna dan penuh hikmah. Jadullah Al-Qur’ani kembali ke haribaan Allah di tahun 2003, dalam masa-masa dakwah. Dunia bersedih kehilangan salah seorang muslim sejati, dai hakiki, yang telah menghabiskan 30 tahun hidupnya dalam dakwah. Berjuang dan berkorban tanpa lelah, bersusah-susah menyusuri tiap celah dakwah agar semua orang bisa merasakan kebahagiaan sejati yang ia rasakan. Bahkan banyak orang yang masuk Islam bukan karena dirinya, melainkan karena orang yang diislamkan olehnya. Keajaiban lain terjadi, sang ibu yang seorang yahudi fanatic, seorang yang berpendidikan tinggi, dan merupakan seorang dosen di sebuah perguruan tinggi, akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam di tahun 2005, dua tahun sepeninggal anaknya. Ibu Jadullah selama ini tidak pernah terima dengan keislaman anaknya, selalu berusaha dan berjuang keras agar sang anak kembali kepada agama mereka dan meninggalkan serta menanggalkan keislamannya. Namun segenap kemampuan dan keilmuannya tak mampu membuat Jadullah berpaling dari cahaya Al-Qur’an yang ia dapati dari sikap dan akhlak mulia Ibrahim. Menurut Jadullah, Ibrahim tak pernah mengajarkannya tentang Islam. Bahkan selama 17 tahun bersahabat, Ibrahim tak pernah sekalipun mengajaknya berdiskusi tentang agama. Ibrahim tua hanya menunjukkan akhlak mulia yang seharusnya tergambar dari setiap muslim. Akhlak mulia pancaran dari ajaran Qur’an, kitab suci umat Islam, panduan dan pedoman hidup bagi mereka yang mengaku muslim. Bukankah demikian juga yang dicontohkan Rasulullah SAW? Mari berdakwah dengan hati, mari berjuang dengan cinta! Sumber : Pengalaman Pribadi Konten ini bukan karya jurnalistik dan merupakan pendapat pribadi penulis We-Media, serta tidak mewakili pandangan dari pihak UC News 727 Tidak Suka AD Redmi Big Sale in Akulaku Learn More Aisyah_herny Pengikut 401 Ikuti KOMENTAR TOP ULTRAS GARUDA ASUS_A00731 Des. 2017 01:2958 24 Murka atas kelakuan penduduk Thaif, Allah mengutus Malaikat JIbril dan Malaikat Penjaga Gunung guna menawarkan pada Rasulullah untuk membinasakan para penduduk Thaif dengan menimpakan dua buah gunung yang ada di Makkah. Tapi Rasulullah menolak dengan mengatakan, “Jangan, siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) Tiada Tuhan Selain Allah dari Rahim mereka.” Begitulah Islam, indah dengan akhlak mulia, mempesona dengan ketawadhuan. (INI baru islam) Batman 0 setuju wa //@Iron Man: gak asal kumpul meninggikan derjat sendiri. saya jadi merasa bingung dengan hal ini. saya menyukai islam sederhana tegas dan lemah lembuh serta penuh kayakinan dan iman yg kuat terhadap tuhan allah swt.amin. gk seperti si rijik terlalu memaksa, ancaman, menindas dan memfitnah,, untuk muslim cernalah ajaran islam seperti kisah diatas Spiderman 0 [email protected] ITU YNG MENCIPTA KAN LANGIT DAN BUMI BERSERTA ISINYA TERMASUK MENCIPTAKAN KAMU......termasuk yang menciptakan nabi isa dan nabi muhammad.....??? //@Ceriwis: itu maksudnya,Allah menguji kesabaran Muhammad,klo kepingin pinter ya belajar,jangan dengki,hatimu kotor sih..... Superhero 1 cie cie cemburu ama artikelnya,,,itu nyata, lho! //@gisella: malaikat kok disuruh jaga gunung. kwkwkww 21 KOMENTAR LAIN Superman ASUS_Z00AD30 Des. 2017 23:1531 0 Satu tempat di Surga sdh menjadi haknys. Insya Allah...amiennn...👍👍👍 Hulk A74A*31 Des. 2017 01:2423 4 subhanallah, patut di contoh,bagi ulama2, yg jaman sekarang mau dakwa pake tarif, tanpa iklas dr hati , Spiderman 0 Bener banget dakwah ko bayar..adakah yang bener2 ridho karna Allah.? Semoha ada 1 diantara 1000000000000000 Ojakzz 0 Jaga mulut tuh.... //@Superman: Ente dakwah juga? Atau cuma orang yg gk pernah kajian tapi kritik ke ustadz? Superman 2 Ente dakwah juga? Atau cuma orang yg gk pernah kajian tapi kritik ke ustadz? 1 KOMENTAR LAIN Superman SM-G313HZ30 Des. 2017 22:3218 23 alhamdulillah makin banyak non muslim menyadari kebenaran islam .mari wahai kaum non muslim.pelajarilah alquran..maka kalian akan menemukan kebenaran hakiki di dalamnya..amiiin jenonkajjah@jj 0 masa... yaudah tinhgal fi inggris gih //@Alien: klu kalian mau lebih mengenal siapa itu ISA ALMASIH. maka baca n pelajarilah dari injil yohanes....jgn pernah bilang bible sudah direvisi itu hanya pembaruan dari kosakata. krna bahasa indonesia tidak selengkap bahasa inggris. Alien 1 klu kalian mau lebih mengenal siapa itu ISA ALMASIH. maka baca n pelajarilah dari injil yohanes....jgn pernah bilang bible sudah direvisi itu hanya pembaruan dari kosakata. krna bahasa indonesia tidak selengkap bahasa inggris. Superman 0 Haha agama 3in1 nusroni masa yes tuhan ada suku dan manusia pula itu kemudian di gantung pake kolor.. dan di sambut nanyi pawai.! sungguh kejinya 20 KOMENTAR LAIN Alien SM-J120G30 Des. 2017 21:3817 1 sangat menarik perjalan hidup jad?? hanya orang berfikir yg bisa mendapat hidayah allah SWT Ceriwis 0 Hanya orang bodoh yg mendoakan Nabi-nya supaya masuk surga dgn kata : "mudah-mudahan'. Berarti blm ada kepastian masuk surga atau masuk neraka. Iron Man Redmi Note 231 Des. 2017 05:287 1 masyaallah... sedih,rasa hati ini,sedang kt yg islam turunan kbnyakan menolak dri kebenaran,mengikuti hari raya mereka,dn mengikuti kebiasaan mereka tanpa kt sadari, sedangkan jadullah,30 thn beliau berdakwah hingga ajal menjemput,seudah mengislamkan bgtu bnyk org, smoga kebaikannya di balas oleh Allah, aamiin... Superhero 0 aamiin 😭 Siswa Wijaya Redmi 4X30 Des. 2017 21:216 0 Ibrahim, Jadullah...begitulah muslim sejati, Islam Kaffah. Terima kasih artikel nya Thor Lenovo A2020a4031 Des. 2017 07:574 1 ini pendukung si Felix, novel dsb, tau Ndak ya kisah ini, biar mrk BNN paham dan mengerti beginilah seharusnya Islam ditampilkan. dng kelembutan, kasih sayang. tdk teriak2 kayak calo terminal. bukankah iman yg sempurna menghasilkan rasa cinta kasih dan sayang kpd setiap makhluk hidup. berdakwah lah Islam dengan hikmah dan kelembutan. Aisyah_herny 1 Insya Allah tau mas/mbak. Bahkan koh Felix sendiri seorang yang sangat santun. Saya sudah pernah bertemu dan berbincang dengan beliau. Kenalilah dulu, bukankah tak kenal maka tak sayang? KOMENTAR TERBARU Batman SM-G532G1 Jam0 0 kira2 kalo difilmkan bagus nih... Superman Lenovo A60007 Jam0 0 Kemarin banyak warga makan bareng dengan Nabi ISa Surono Pujo kesumo.. Superman Lenovo A60007 Jam0 0 Ayo bawakan kami semua ke surga . Superman Lenovo A60007 Jam0 0 sumbernya cerita pribadi. boleh juga penulisnya mampu membangun kalimat yang begitu menarik dan banyak manusia simpatik dengan karangan cerita novel. kalau mau mengangkat suatu cerita agama bagi pembaca , karangan ini cocok untuk mempengaruhi serta meyakinkan suatu agama. Ceriwis SM-J500G12 Jam0 0 sungguh jauh berbeda dgn sikap akhlak si rijik itu. Hulk vivo 171412 Jam0 0 Semua masuk islam di surga dapat 72 bidadari bisa berbuat sex tertulis dalam quran dan ajaran nabi abal2 muhammad Spiderman SM-T116NU13 Jam1 0 semoga cepat perang nuklir antara korut dan US....biar luluh lantak dunia ini, at biar cepat kiamat.....biar cepat mengakhiri segala persoalan dunia yng semakin memanas...... Althin Althinjuga A37f13 Jam1 0 Aku mencintai sahabat Jadillah karna Allah...... semoga mendapat kedudukan yg mulia disisi Allah... Iron Man SM-J320G14 Jam0 1 berita sampah..dgn kitab jiplakannya yg seaat.😅😅😅 Ceriwis 0 Haha ngapain k panasan brow Franss Gulo ASUS_Z00UD15 Jam0 0 kt pun ga ada wktu itu,siapa tahu ,oklh dame2 aja Superhero Coolpad R10817 Jam1 0 biarkan mereka mengenal syahadat dan rosululloh secara benar ...baru lah kenalkan islam tidak dg kekerasan dan paksaan,.. allah maha kuasa yg membolak balikan hati manusia.. raja manusia... tuhan manusia... Komentator Sejati SM-J500G18 Jam0 0 artikel dan judul yang bodoh....penuh kebohongan.... Superman A37fw19 Jam0 0 adu domba adu domba sedang di adu domba hobah.... Spiderman X900920 Jam1 0 betul broooo gak usahbawa bom gak usah teriak2Allohu Aabar sambil mondarmandir dijalan pakek jubah bawa pentungn dakwah yg santun pasti orang bersimpati Ceriwis 20148172 Jan. 2018 06:270 0 Hanya orang bodoh yg mendoakan Nabi-nya supaya masuk sorga dgn kata "mudah-mudahan". Berarti blm ada kepastian masuk sorga atau masuk neraka. Ceriwis S4D2 Jan. 2018 02:360 0 ngantuk bacane Superman HUAWEI Y541-U021 Jan. 2018 23:540 0 bisa menjadi inspirasi.... JabarPengguna JakartaLenovo A2010-a1 Jan. 2018 23:240 0 1.Tidak hanya Islam, tapi jauh sebelumnya sdh ada ajaran monotheisme (pengabdian kpd Tuhan yg Esa) yaitu jaman leluhur Israel : Ibrahim (2295 SM) dan leluhur umat manusia : Nuh & Adam, juga jaman Bani Israel (diawali dari Yakub dan keturunannya) pun paham monotheisme, selama ribuan tahun banyak nabi nabi yg diturunkan sbg utusan Tuhan ke kaum Israel, ini krna kaum Israel dari dahulu selalu ingkar dan terlaknat serta sebagian sirik jd penyembah berhala dgn banyak dewa (polytheisme), JabarPengguna JakartaLenovo A2010-a1 Jan. 2018 23:240 0 2.....maka harus ada penuntun yaitu nabi, kitab nya pun diturunkan bbrpa tahap selama rentang masa nabi2 turun dari Musa, Daud sampai Sulaiman, khusus untuk nabi Isa itu dgn injilnya seharusnya pewahyu (nabi) terakhir nya kaum Israel tapi kaum ini tdk mengakui nya, malah pengikut Krist/ kaum Nasrani lah yg menjadikan Kristen suatu agama baru setelah Yahudi, padahal tak ada itu agama Kristen krna harusnya itulah (Isa & injil) sbg pewahyu & kitab terakhir bani Israel dgn Yahudinya. JabarPengguna JakartaLenovo A2010-a1 Jan. 2018 23:230 0 3...Lima abad setelah Isa, muncul pewahyu paling akhir (SALIBIS MENUDUH Muhammad itu nabi palsu) datang dari tanah Arab (sengaja Allah tdk menurunkan di daerah bangsa Israel krna takut kasus nabi di bunuh lagi (penyaliban Isa/Yesus) terulang lagi), dan Islam sbg monotheisme terakhir resmi muncul akibat rusak nya paham monotheisme umat Nasrani asli jadi polytheisme dgn konsep trinitas ( Tiga Tuhan) nya Kristen era Paulus Lihat Al-Maidah ayat 72, isinya Allah mengutuk kaum yang MEMPERTUHANKAN Yesus Yuk, Komen! at Ruko Zainal Arifin – Read on Path.
0 notes
medijavanean · 7 years
Text
Thought via Path
Fenomena Londonistan Oleh: Jaya Suprana . SAYA memang tahu ada nama Pakistan, Afghanistan, Turkistan, Kazhakstan, Kirgistan, Uzbekistan dan lain-lain nama berakhiran “stan”. Namun saya tidak tahu bahwa ternyata ada pula nama Londonistan. Ternyata Londonistan adalah julukan terbaru bagi sebuah kota yang bernama London . Yang menciptakan julukan Londonistan adalah jurnalis terkemuka, Melanie Phillips, demi melukiskan betapa besar pengaruh Islam terhadap ibukota Inggris di masa kini. Sejak 2001 sampai dengan 2016, di London telah didirikan 423 mesjid baru sementara sekitar 500 gereja telah ditutup. The Hyatt United Chuch dibeli oleh umat Islam dari Mesir dan diubah menjadi masjid. Sama halnya dengan gereja Santo Peter dirubah menjadi masjid Madina. Masjid Brick Lane semula adalah sebuah gereja Methodist. Bukan hanya bangunan yang berubah sebab pada tahun 2016 jumlah kaum Mualaf di kota Londonistan meningkat dua kali lipat. The Daily Mail sengaja secara khusus mempublikasikan serial foto fakta Londonistan antara lain dengan foto sebuah masjid dan sebuah gereja bertetangga di pusat kota Londonistan. Atau adegan di dalam gereja San Giorgio yang berkapasitas tampung 1.230 jemaat namun hanya hadir 12 orang pada upacara misa. Hanya 20 orang tampak hadir di dalam katedral Santa Maria. Masjid di kawasan Brune Street Etatate punya masalah beda akibat daya tampung hanya maksimal 100 orang maka setiap Jumat, umat terpaksa meluber ke jalanan. Walikota London masa kini adalah Muslim. Ceri Peach dari Universitas Oxford menyatakan homogenitas umat beragama di Inggris masa kini memudar akibat dominasi Kristen memang melenyap. Direktur The National Secular Society, Keith Porteus Wood yakin bahwa di Inggris dalam 20 tahun mendatang jumlah Muslim akan lebih besar ketimbang jumlah Nasrani. Menurut riset NatCen Social Research Institute jumlah umat Anglican pada lingkup waktu 2012 sampai dengan 2014 mengalami kemerosotan menjadi sekitar 1,7 juta , sementara jumlah umat Islam di Inggris meningkat menjadi satu juta insan. Demografikal, umat beragama di Manchester 15,8 persen Muslim, Birmingham 15,8 persen bahkan Bradford 24,7 persen. Wajar apabila para penderita Islamophobia makin dilanda gelisah paranoid bahwa gelombang bencana Islamisasi sedang melanda Inggris. Namun bagi mereka yang mengerti kodrat proses peradaban, sama sekali tidak merasakan apalagi menganggap fenomena Londonistan sebagai suatu mimpi buruk di malam hari. Gejala Londonistan sekadar ekspresi perubahan peta demografik keagamaan di Inggris di mana kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan. Kemerosotan jumlah umat Kristen bukan akibat pertumbuhan Islam. Ketika masih belajar kemudian mengajar di Jerman pada tahun 70an abad XX di mana umat Islam setempat masih dalam jumlah sangat terbatas, saya pribadi sudah menyaksikan bagaimana jumlah umat Kristen yang rajin ke gereja terus menerus merosot. Jumlah warga yang secara adminisratif ke luar dari agama Kristen makin banyak akibat keberatan membayar pajak gereja yang secara legal wajib dipotongkan langsung dari salaris bulanan. Terutama generasi muda Jerman pada masa itu sudah mulai menganggap agama Kristen sudah tidak relevan akibat tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai Islamophobia sebenarnya hanya suatu penyakit jenis khayal yang sengaja direkayasa oleh mereka yang merasa kepentingannya terancam akibat tumbuhnya jumlah umat Islam. Sehingga meski pun pada kenyataan mayoritas pelaku kekerasan terorisme di bumi Amerika Serikat sebenarnya bukan Muslim, namun Donald Trump dan para pendukungnya sengaja membiasakan diri untuk menggunakan istilah teroris Islam radikal. Penulis adalah pembelajar peradaban Dicopypaste dari sumber: http://m.rmol.co/read/2017/04/08/286891/Fenomena-Londonistan- – Read on Path.
0 notes
tekstilpisan-blog · 7 years
Text
Segregasi Rasial di Tengah Konflik Rohingya; Diantara Agama dan Politik
Untuk mengawali tulisan ini, sebagai kalimat pembuka ijinkan saya menyampaikan beberapa hal. Pertama apabila teman-teman membaca sebuah tulisan berupa opini, jurnal, buku atau dalam bentuk lainnya diharapkan membaca hingga selesai agar mendapatkan kesimpulan yang utuh sehingga meminimalisir kesalahpahaman terjadi. Kedua biasakan menganalisa suatu masalah menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang benar agar mendapatkan nuansa yang objektif dan komprehensif.
Manusia merupakan makhluk yang merdeka dimana dibekali kebebasan berpikir dan penyimpulan atas kondisi social seiring berjalannya laju gerak zaman. Ketika sesama manusia berkelompok dan menghasilkan gagasan kolektif maka bisa berdampak kebaikan ataupun keburukan. Begitu juga dengan konflik yang dapat terjadi di tengah proses kehidupan. Gesekan ide dapat menghasilkan perbedaan ideologi untuk suatu tujuan. Tujuan yang dicapai harus melalui perangkat baik berupa sistem ataupun kekuasaan. Berbicara konteks kebangsaan dan kenegaraan kekuasaan tidak lepas dari aspek politik, militer dan ekonomi. Bahkan rakyat pun bisa menjadi korban apabila dirasa mengganggu atau menghambat tercapainya tujuan.
Saya banyak mendengar dari diskusi-diskusi baik individu maupun sekelomok orang yang mengatasnamakan golongan tertentu yang menyatakan bahwa konflik Rohingya karena agama. Saya belum mendapatkan landasan rasional dan bukti-bukti ilmiah apabila konflik tersebut memang disebabkan karena agama. Agama hadir dan berdampak kerusakan di muka bumi? Manusia diperintahkan mensejahterakan bumi dengan agama sebagai pedoman kemudian saling membunuh karena agama itu sendiri. Ditinjau dari pendekatan rasional-tekstual maupun filosofis-sifistik tidak akan dapat ditempuh untuk menguatkan argumen tersebut. Yakin konflik tersebut berdasarkan agama?
Kita lihat sekilas Negara bagian Rakhine, menurut sensus penduduk bagian Rakhine 2014 mencapai 3.100.000 jiwa. Dari angka tersebut ada 96,2% beragama Budha, 1,8% beragama Kristen  dan 1,4% beragama Islam. Angka tersebut tidak termasuk kelompok Rohingya karena memang tidak diaku sebagai warga Negara Myanmar. Rohingya di Negara bagian Rakhine berjumlah sekitar 1.000.000 jiwa itupun ternyata tidak semuanya Muslim. Saya sepakat bila dilihat dari keseluruhan wilayah Rakhine, Rohingya menjadi kelompok minoritas. Muslim minoritas berarti Budha yang mayoritas dengan 96,2%. Ada sekitar 2.982.200 jiwa beragama Budha dan sisanya Kristen dan Islam. Ditambah 1.000.000 jiwa dari kelompok Rohingya. Sekali lagi, Budha yang menjadi mayoritas. Kembali kemasalah, apakah konflik Rohngya berdasarkan agama?
Kita bisa melihat dari perspektif sosial bahwa dalam konsep rekayasa sosial, setiap perubahan sosial dimulai dari mengarahkan perhatian pada perubahan individu, setelah diterima kemudian pada tingkat kelompok yang akan muncul pada perubahan norma sosial yang menjadi “social control”. Teori ini disebut perubahan sosial yang terencana (planed social changed). Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial. Bila ditinjau dari konsep itu maka perubahan yang terjadi karena gerakan individu yang menggerakkan pola pikir individu lainnya. Karena perubahan sosial pasti ada penyebabnya bisa karena ide, tokoh, ataupun social movement. Jelas ada tokoh (dalang) disetiap skenario perubahan sosial. Lihat kelompok Rohingya, bagaimana kekuatan keamanan (militer) dan taraf ekonominya. Sasaran dalam rekayasa sosial dalam konteks kenegaraan akan mudah dilihat dari tiga sisi: politik, militer dan ekonomi. Karena kejahatan (crimes) dan kemiskinan (poverty) dua hal substansial yang menjadi alat untuk merubah tatanan sosial . masih kekeuh karena agama? Agama yang menjadi penyebab? Kita lihat dari konteks agama.
Agama turun di muka bumi untuk mengatur kehidupan manusia. Sebagai pedoman dan petunjuk. Pedoman tersebut tentu kearah kebaikan dan kebenaran. Agama diwilayah Negara bagian Rakhine ada Budha, Kristen dan Islam.
Budha dalam substansi ajaran yang dibawa Sidharta Gautama merupakan nilai-nilai pokok berupa norma dan kebaikan-kebaikan dalam hidup 563-483 SM dalam kitab Tripitaka tidak ada yang menjelaskan keharusan manusia untuk intimidasi dan segala bentuk kekerasan. Justru perdamaian yang dijunjung tinggi. “kebencian tidak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian…” (Dhammpada:5). “….Samana Gotama menjauhkan diri dari membunuh makhluk. Ia telah membuang alat pemukul dan pedang. Ia tidak melakukan kekerassan karena cinta kasih, kasih sayang dan kebaikan hatinya kepada semua makhluk.” (Brahmajala Sutta)
Iman Kristiani juga memberikan pesan-pesan universal. “janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanah apa yang baik bagi semua orang!”. (Roma 12:17). “kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu.” (Lukas 6:27).
Islam jelas berarti selamat dan merupakan ajaran rahmatanlilalamin, banyak pesan-pesan universal yang mengajarkan perdamaian. Islam dibawa bukan dengan pedang melainkan dibawa dengan dakwah yang penuh dengan keharmonisan. “tidak ada paksaan dalam agama.” (QS: 2:257). “untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (QS: 109:7). “orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka…..” (QS: 4:153).
Redaksinya jelas bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh agama merupakan nilai-nilai kebaikan dan memang substansinya pedoman untuk umat manusia. Jadi bukan agama penyebabnya melainkan oknum manusia yang beragama, terlepas dari penganut agama manapun.
Saya tegaskan sekali lagi, bukan agama penyebab dari konflik Rohinya. Pasti ada alasan lain yang mendasar sehingga konflik ini berkelanjutan. Temuan yang cukup mengejutkan diungkap oleh Matthew Smith, direktur eksekutif organisasi hak asasi manusia Fortifs Rights berdasarkan dokumen resmi yang secara langsung memperlihatkan keterlibatan pemerintah Myanmar dalam kebijakan keras dan diskriminatif atas muslim Rohingya. Dokumen rahasia yang dirahasiakan setebal 79 halaman itu mengungkapkan, para pejabat Myanmar telah mengeluarkan perintah kepada otoritas Negara bagian Rakhine sejak tahun 1993-2008 agar secara konsisten menjalankan kebijakan yang membatasi, dan sebagian besar hingga kini masih berlaku. Simela Victor Muhamad, 2015. Artinya masalah ini memang terjadi sejak lama. Politik dan ekonomi memang menjadi faktor utamanya. Berbicara politik dalam konteks kenegaraan tidak bisa lepas dari unsur kekuasaan. Hal ini yang menjadi pilihan bagi pemerintah Myanmar untuk menghambat pergerakan bagi kelompok Rohingya. Bukan karena Rohingya merupakan kelompok muslim melainkan persoalan kemanusiaan. Kabar terkini juga militer Myanmar menggelar operasi yang menewaskan ratusan orang , termasuk warga sipil Rohingya. Data resmi yang diakui militer dan pemerintah Myanmar menyatakan bahwa ada 399 orang yang tewas dalam seminggu ini. Mereka adalah 370 gerilyawan, 13 aparat keamanan, 2 pejabat pemerintah dan 14 warga sipil. Sindonews.com 4 Sept, 2017.
Berbicara Rohingya jangan dilhat dari tahun 2017. Kita mundur pada puncaknya masalah ini melejit ke dunia internasional. Kita ambil dari tahun 1993 bermula dari kebijakan ekstrim pemerintah Myanmar hingga 2008 masih konsisten pada pembatasan-pembatasan hak kelompok Rohingya. 2014 menghilangkan nama Rohingya dari istilah kenegaraan termasuk 2015 mencabut kartu identitas penduduk. Hal ini menyebabkan hilangnya hak-hak politik seperti memilih dan dipilih. Ada maksud politis terselubung dan berdampak pada hak pendidikan, kesehatan, pangan dan segmen lain yang merupakan hak vital bagi kelangsungan hidup umat manusia. Ini membuat kelompok Rohingya semakin lemah dan merasa terancam sehingga keputusan pahit bahwa Rohingya harus hijrah ke negeri tetanggapun harus dilakukan, pindahnya Rohingya hingga ke Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Sekali lagi, masalah ini terjadi karena ada diskriminasi dan intimidasi. Pertama warga Rohingya tidak diakui sebagai warga Negara dalam konstitusi Myanmar atau dianggap warga ilegal asal Bangladesh. Dasarnya ialah Rohingya merupakan tamu dan bukan asli Myanmar, dilihat dari etnisnya mirip Asia Selatan daripada Asia Tenggara sehingga belum diakui hingga sekarang. Kedua, Negara bagian Rakhine kaya akan sumber daya alam berupa minyak, gas dan energi. Potensi ini dipelihara oleh militer Myanmar. Ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah Myanmar tahun 2015 soal pencabutan identitas kelompok Rohingya sehingga kehilangan hak memlih dan dipilih dalam konteks politik. Bisa disimpulkan bahwa kelompok Rohingya dibatasi dalam hal kekuasaan, salah satunya untuk meminimalisasi pengelolaan baik bagi penentu kebijakan maupun pemegang sektor lainnya. Kemudian penjagaan militer terhadap sumber daya alam mirip sekali dengan skema Inggris pada masa penjajahan yang menguasai sektor strategis untuk melemahkan lawan perlahan dan bermain dalam jangka waktu. Seiring berjalannya waktu kelompok tertindas akan melemah dari segi ekonomi sehingga mudah terpecah belah. “politik pecah belah etnis sebagai sebuah peta konflik.” Kompas, 2017
Dalam konsep STRATAK (strategi dan taktik) konteks kenegaraan ini mirip dengan politik devide et impera yaitu kombinasi strategis antara politik, militer dan ekonoomi dengan tujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara pemecahan kelompok. Politik ini pasti mencari titik lemah dalam memecah belah kelompok sehingga menciptakan konsumerisme yang menyebabkan ekonomi anjlok. Kelemahan ekonomi dalam system pertahanan bagaimanapun akan terasa sangat sulit. Politik butuh ekonomi, bukan politik atau ekonomi tapi politik dan ekonomi.
Belum selesai sampai disini, masalah yang terjadipun masih dikemas sedemikian rupa sehingga seakan menjadi sebuah informasi by design yang meluncurkan serangan langsung berskala besar, misalnya dikemas dengan label agama agar sedikit menarik senada dengan pendapat Hans J. Morgenthau bahwa manusia itu mementingkan diri sendiri dan kekuasaan. (Khairul Afif, 2017).
Politik yang seharusnya melahirkan nilai-nilai untuk menopang kehidupan dengan berbasis spiritual, kini justru spiritual yang dipropagandakan untuk mengejar politik yang bernilai. Kita sebagai rakyat Indonesia dengan label muslim terbesar mestinya dapat merefleksikan konflik Rohingya di tengah masyarakat. Sejalan dengan tujuan Negara Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia dengan kemerdekaannya berikhtiar untuk melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.
Satu pesan saya, manusia merupakan makhluk yang merdeka dengan basis spiritual akan kontradiksi dengan penghakiman terhadap sesama umat manusia. Klaim intelektual harus selaras dengan kemampuan berpikir agar terhindar dari Fallacy of Logic. Istiah para ilmuan “intellectual cul-de-sac”  atau kejumudan berpikir. Ini yang akan menyebabkan dekadensi peradaban.
 Salam kebebasan berpikir.
Panjang umur peradaban.
Yakin usaha sampai.
0 notes
zainalarifin · 7 years
Text
Fenomena Londonistan
Oleh: Jaya Suprana .
SAYA memang tahu ada nama Pakistan, Afghanistan, Turkistan, Kazhakstan, Kirgistan, Uzbekistan dan lain-lain nama berakhiran “stan”. Namun saya tidak tahu bahwa ternyata ada pula nama Londonistan. 
Ternyata Londonistan adalah julukan terbaru bagi sebuah kota yang bernama London . Yang menciptakan julukan Londonistan adalah jurnalis terkemuka, Melanie Phillips, demi melukiskan betapa besar pengaruh Islam terhadap ibukota Inggris di masa kini.  
Sejak 2001 sampai dengan 2016, di London telah didirikan 423 mesjid baru sementara sekitar 500 gereja telah ditutup. The Hyatt United Chuch dibeli oleh umat Islam dari Mesir dan diubah menjadi masjid.  Sama halnya dengan gereja Santo Peter dirubah menjadi masjid Madina. Masjid Brick Lane semula adalah sebuah gereja Methodist. Bukan hanya bangunan yang berubah sebab pada tahun 2016 jumlah kaum Mualaf di kota Londonistan meningkat dua kali lipat.  
The Daily Mail sengaja secara khusus mempublikasikan serial foto fakta Londonistan antara lain dengan foto sebuah masjid dan sebuah gereja bertetangga di pusat kota Londonistan. Atau adegan di dalam gereja San Giorgio yang berkapasitas tampung 1.230 jemaat namun hanya hadir 12 orang pada upacara misa. Hanya 20 orang tampak hadir di dalam katedral Santa Maria. 
Masjid di kawasan Brune Street Etatate punya masalah beda akibat daya tampung hanya maksimal 100 orang maka setiap Jumat, umat terpaksa meluber ke jalanan. Walikota London masa kini adalah Muslim.  
Ceri Peach dari Universitas Oxford menyatakan homogenitas umat beragama di Inggris masa kini memudar akibat dominasi Kristen memang melenyap. Direktur The National Secular Society, Keith Porteus Wood yakin bahwa di Inggris dalam 20 tahun mendatang jumlah Muslim akan lebih besar ketimbang jumlah Nasrani.  
Menurut riset NatCen Social Research Institute jumlah umat Anglican pada lingkup waktu 2012 sampai dengan 2014 mengalami kemerosotan menjadi sekitar 1,7 juta , sementara jumlah umat Islam di Inggris meningkat menjadi satu juta insan. Demografikal, umat beragama di Manchester 15,8 persen Muslim, Birmingham 15,8 persen bahkan Bradford 24,7 persen. 
Wajar apabila para penderita Islamophobia makin dilanda gelisah paranoid bahwa gelombang bencana Islamisasi sedang melanda Inggris. Namun bagi mereka yang mengerti kodrat proses peradaban, sama sekali tidak merasakan apalagi menganggap fenomena Londonistan sebagai suatu mimpi buruk di malam hari. 
Gejala Londonistan sekadar ekspresi perubahan peta demografik keagamaan di Inggris di mana kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan. 
Kemerosotan jumlah umat Kristen bukan akibat pertumbuhan  Islam. Ketika masih belajar kemudian mengajar di Jerman pada tahun 70an abad XX di mana umat Islam setempat masih dalam jumlah sangat terbatas, saya pribadi sudah menyaksikan bagaimana jumlah umat Kristen yang rajin ke gereja terus menerus merosot. 
Jumlah warga yang secara adminisratif ke luar dari agama Kristen makin banyak akibat keberatan membayar pajak gereja yang secara legal wajib dipotongkan langsung dari salaris bulanan. Terutama generasi muda Jerman pada masa itu sudah mulai menganggap  agama Kristen sudah tidak relevan akibat tidak sesuai dengan perkembangan zaman. 
Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai Islamophobia sebenarnya hanya suatu penyakit jenis khayal yang sengaja direkayasa oleh mereka yang merasa kepentingannya terancam akibat tumbuhnya jumlah umat Islam. 
Sehingga meski pun pada kenyataan mayoritas pelaku kekerasan terorisme di bumi Amerika Serikat sebenarnya bukan Muslim, namun Donald Trump dan para pendukungnya sengaja membiasakan diri untuk menggunakan istilah teroris Islam radikal. 
Penulis adalah pembelajar peradaban
Dicopypaste dari sumber: http://m.rmol.co/read/2017/04/08/286891/Fenomena-Londonistan-
0 notes