#Program Pembinaan
Explore tagged Tumblr posts
realitajayasaktigroup · 12 days ago
Text
Lapas Batam Gandeng Mitra untuk Pembinaan Keterampilan Bahasa Jerman
Kolaborasi Tingkatkan Kualitas Pembinaan Warga Binaan Lewat Program Bahasa Asing HARIANSOLORAYA.COM, BATAM | 28 Mei 2025 — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Batam kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan pembinaan yang berkualitas kepada warga binaan. Kali ini, Lapas Batam menggandeng sejumlah mitra strategis untuk menyelenggarakan kursus Bahasa Jerman sebagai bagian dari program…
0 notes
kantorberita · 4 months ago
Text
Rutan Kelas IIB Bengkulu dan Kejati Bengkulu Perkuat Sinergi dalam Pengelolaan Layanan Pemasyarakatan
Rutan Kelas IIB Bengkulu dan Kejati Bengkulu Perkuat Sinergi dalam Pengelolaan Layanan Pemasyarakatan KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Bengkulu, Yulian Fernando, melakukan kunjungan koordinasi ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bengkulu pada Kamis (13/2/25), Dalam pertemuan ini, ia bertemu dengan Kepala Seksi (Kasi) Ekonomi dan Keuangan Kejati Bengkulu, Riky…
0 notes
suraudotco · 17 days ago
Text
Banyak yang Menolak Tapi Orang Tua Ini Buktikan Efektivitas Program Karakter Militer Dedi Mulyadi di Barak
SURAU.CO – Sebuah pertanyaan menggelitik mengemuka di tengah masyarakat, khususnya di Jawa Barat: “Benarkah siswa bisa berubah hanya dalam waktu dua minggu?” Pertanyaan ini mencuat seiring sorotan terhadap program Karakter Militer Dedi Mulyadi, yang digagas oleh tokoh tersebut. Program ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa, terutama mereka yang dianggap memerlukan intervensi lebih dalam…
0 notes
cecedivi · 10 months ago
Text
Hub : 0838-4385-6102,Program Pembinaan ASN Jakarta Pusat: Meningkatkan Profesionalisme dan Produktivitas Pegawai
Tumblr media
Pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jakarta Pusat merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan teknis, tetapi juga pada peningkatan etika kerja, disiplin, dan loyalitas pegawai. Melalui Pembinaan ASN Jakarta Pusat yang terstruktur dan berkesinambungan, diharapkan tercipta pegawai yang mampu menjawab tantangan dan dinamika dunia kerja yang semakin kompleks.
Tujuan Utama Pembinaan ASN
Tujuan utama dari Pembinaan ASN Jakarta Pusat adalah untuk memastikan bahwa setiap pegawai mampu menjalankan tugasnya dengan optimal. Pembinaan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari peningkatan kompetensi teknis hingga pengembangan soft skills yang sangat dibutuhkan dalam lingkungan kerja modern. Pelajari strategi efektif dalam pembinaan ASN di Jakarta Pusat dan tingkatkan produktivitas pegawai! adalah pesan utama yang harus diterima oleh setiap pihak yang terlibat.
Dengan pembinaan yang tepat, pegawai ASN di Jakarta Pusat dapat meningkatkan efisiensi kerja mereka, memahami lebih dalam tanggung jawab mereka, dan berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Pelatihan ASN Jakarta Pusat: Pilar Pembangunan Sumber Daya Manusia
Pelatihan ASN Jakarta Pusat merupakan bagian integral dari program pembinaan. Melalui pelatihan ini, pegawai ASN diberi kesempatan untuk memperdalam pengetahuan mereka di bidang tertentu, mengasah keterampilan yang relevan, serta mendapatkan wawasan baru yang berguna dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
Pelatihan ini dirancang secara spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh pegawai di lingkungan kerja mereka. Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga praktis dan aplikatif. Selain itu, pelatihan ini sering kali melibatkan pemateri atau motivator yang berpengalaman, sehingga peserta dapat Pelatihan ASN oleh Motivator di Jakarta Pusat dengan lebih efektif.
Strategi Efektif dalam Pembinaan ASN
Pembinaan ASN yang efektif harus didasarkan pada strategi yang terukur dan dapat diimplementasikan. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam Pembinaan ASN Jakarta Pusat:
Penilaian Kebutuhan Pegawai: Sebelum memulai program pembinaan, penting untuk melakukan penilaian kebutuhan secara menyeluruh. Ini mencakup identifikasi kelemahan dan potensi pegawai, sehingga program pembinaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.
Pengembangan Soft Skills: Selain keterampilan teknis, pengembangan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim juga menjadi fokus dalam pembinaan ini. Soft skills yang baik akan meningkatkan kemampuan pegawai dalam berinteraksi dengan rekan kerja dan masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi: Untuk memastikan efektivitas program pembinaan, monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara berkala. Ini membantu dalam mengukur kemajuan pegawai dan menyesuaikan program pembinaan jika diperlukan.
Penggunaan Motivator: Mengundang motivator yang berpengalaman dapat memberikan dampak positif pada semangat dan motivasi pegawai. Pelatihan ASN oleh Motivator di Jakarta Pusat memberikan dorongan ekstra bagi pegawai untuk terus berkembang dan meningkatkan performa mereka.
FAQ
Apa itu Pembinaan ASN Jakarta Pusat? Pembinaan ASN Jakarta Pusat adalah program yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi, etika, dan produktivitas pegawai ASN di wilayah Jakarta Pusat melalui pelatihan, mentoring, dan evaluasi.
Bagaimana cara pelajari strategi efektif dalam pembinaan ASN di Jakarta Pusat dan tingkatkan produktivitas pegawai? Untuk pelajari strategi efektif dalam pembinaan ASN di Jakarta Pusat dan tingkatkan produktivitas pegawai, diperlukan penilaian kebutuhan yang akurat, pengembangan soft skills, monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan, serta pelibatan motivator profesional.
Apa manfaat dari Pelatihan ASN Jakarta Pusat? Pelatihan ASN Jakarta Pusat membantu pegawai dalam meningkatkan kompetensi teknis dan soft skills mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Mengapa penting melibatkan motivator dalam pelatihan ASN? Melibatkan motivator dalam pelatihan ASN dapat memberikan inspirasi dan motivasi tambahan bagi pegawai. Pelatihan ASN oleh Motivator di Jakarta Pusat memberikan pendekatan yang lebih personal dan dapat membantu pegawai dalam menghadapi tantangan pekerjaan sehari-hari.
Bagaimana cara menghubungi untuk informasi lebih lanjut? Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat Baca Juga atau menghubungi Hub : 0838-4385-6102.
Kesimpulan
Program Pembinaan ASN Jakarta Pusat merupakan investasi jangka panjang dalam pengembangan sumber daya manusia di lingkungan pemerintahan. Dengan strategi yang tepat, pelatihan yang berkelanjutan, dan evaluasi yang konsisten, pegawai ASN akan menjadi lebih profesional, efisien, dan mampu memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Pembinaan ini tidak hanya menguntungkan pegawai, tetapi juga masyarakat yang menerima manfaat dari pelayanan yang diberikan.
Penulis Artikel: (Arya-SMKN 3 JEMBER)
0 notes
sorotbalik · 6 months ago
Text
Serial Opini—Hilangnya Figur Filosofis Dalam Manajemen Dakwah Kampus Hari Ini
Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih kurang 3 tahun telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali kehidupan kampus. Kampus yang selama ini merupakan wadah aktualisasi ilmu, sosial, politik bahkan pergerakan menjadi seolah terasa 'kering' dan yang paling utama adalah, menurunnya minat melanjutkan pada mereka, generasi penerus.
Disclaimer: Sebelum berbicara jauh dan agar tersampaikan maksud tulisan ini, saya ingin membatasi topik ini pada sekup manajemen dakwah kampus. Pun bukan bermaksud mengeralisir, karena data yang saya dapatkan hanya hasil diskursus beberapa pengelola aktif beberapa LDK, yang rata-rata mengalami fenomena serupa.
Di masa itu, aktivitas mahasiswa yang selama ini menjadi ruang pembelajaran dan aktualisasi nilai dan interaksi fisik, bergeser secara drastis ke ruang virtual, di mana segala aktivitas mau tidak mau terselenggara melalui media daring. Teknologi memang berhasil menjaga roda organisasi tetap berjalan, tetapi ada trade-off yang sulit dihindari: proses internalisasi nilai tidak terakomodasi secara optimal. Hemat saya.
What : Hilangnya Figur Filosofis Pergerakan
Salah satu dampak signifikan dari pergeseran ini adalah berkurangnya figur filosofis dalam dakwah kampus. Figur filosofis bukan sekadar pemikir atau teoritikus, melainkan mereka yang mampu merumuskan narasi besar serta mengelaborasikan nilai-nilai perjuangan menjadi strategi jangka panjang. Mereka menjaga arah gerakan dan memastikan setiap langkah dakwah memiliki pondasi nilai yang kuat.
Sebelum pandemi, dakwah kampus bukan hanya sekadar kegiatan formal. Ia adalah laboratorium nilai yang memungkinkan kader dakwah memahami dan menerapkan prinsip dakwah melalui praktik dan pengalaman langsung. Aktivitas seperti syuro', diskusi struktural maupun kultural, daurah, mabit, dsb. terlaksana maupun diikuti bukan hanya sekedar sarana teknis (prokeristik), melainkan juga wahana pembelajaran dalam upaya membentuk karakter, kedalaman pemikiran, dan kekuatan ruhiyah kader.
Mari kita derivasikan, bagaimana nilai bisa diinternalisasi melalui sarana-sarana di atas:
Manajemen Syuro
Syuro' dalam dakwah kampus bukan sekadar forum keputusan, tetapi ruang pembinaan yang menginternalisasi nilai-nilai spiritual dan moral. Dimulai dengan tilawah sebagai taujih rabbaniyah-bukan sebatas 'yang penting barokah', tetapi pilih tema ayat yang sesuai topik rapat, agar Al-Qur'an betul-betul menjadi referensi pengambilan keputusan. Syuro' juga melatih kader dalam menjaga adab, berpikir kritis, dan menahan ego saat berbeda pendapat. Nilai ukhuwah, ikhlas, dan bahkan itsar tertanam dalam dinamika musyawarah yang mengutamakan maslahat, membentuk karakter kader yang bertanggung jawab, tawadhu', dan teguh menjaga prinsip dakwah.
atau dalam Daurah misalnya,
Daurah dalam dakwah kampus menjadi sarana internalisasi nilai tidak hanya ditumbuhkan melalui forum materi semata, malainkan ada sarana lain diluar daurah yang juga memiliki peranan dalam menumbuhkan hal itu. Misalnya, kegiatan seperti adanya usbu' ruhiy, yang tidak hanya untuk peserta tetapi juga untuk panitia saat pra daurah, dsb. Sehingga tidak hanya peserta saja upaya untuk mewujudkan kebarokahan, tetapi semua pihak. Dalam sarana ini, nilai mujahadah, ikhlas, ukhuwah, dan tadhiyyah terinternalisasi strategis ke dalam setiap sesi demi sesi daurah sebaga sarana mewujudkannya. Diskusi reflektif dan muhasabah, dsb. di luar kurikulum membantu kader memperdalam pemahaman tentang visi dakwah, menjadikan daurah sebagai ruang untuk penguatan ruhiyah, mental, dan kepemimpinan.
dan lain hal. Kali lain kita bahas, udah kepanjangan hehe.
Namun, di masa pasca-pandemi ini, sarana-sarana tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya hilang, tetapi tampaknya belum sepenuhnya pulih. Banyak aktivitas yang berjalan sebatas pemenuhan program kerja (prokeristik) tanpa diiringi semangat riayah (pemeliharaan) sebagai wujud dari nilai istimror (keberlanjutan). Akibatnya, ruh nilai yang dahulu begitu ditekankan dalam setiap aktivitas dakwah mulai memudar.
Refleksi dan Tantangan Dakwah Hari Ini
Apakah ini akhir dari tradisi kaderisasi yang mendalam? Tentu tidak. Hilangnya figur filosofis ini bukanlah sebuah keputusasaan, melainkan alarm bagi kita untuk melakukan refleksi dan adaptasi pada pengelolaan kekinian (dari aspek rentang zaman) dan kedisinian (dari aspek rentang geografis). Dakwah kampus pasca-pandemi memang menghadapi tantangan baru, tetapi bukan berarti ruang untuk menumbuhkan pemikir-pemikir konseptual telah tertutup.
-----------------------------------------------------------------------
Lalu bagaimana sebenarnya dampak dari hilangnya figur filosofis ini terhadap gerakan dakwah kampus? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa menumbuhkan kembali pemikir-pemikir konseptual yang dibutuhkan?
Nantikan jawabannya di tulisan selanjutnya.
30 notes · View notes
ekopuspito · 2 months ago
Text
OPINI: Refleksi Pendidikan Guru Penggerak dan Kehidupan Setelahnya
Tumblr media
Sebagai alumni Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 9 di Kabupaten Garut, saya cukup terkejut ketika menerima Surat Edaran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa Program Sekolah Penggerak secara resmi dihentikan. Padahal, sejak diangkat menjadi kepala sekolah, saya sudah memupuk ambisi untuk mendaftarkan sekolah saya agar menjadi bagian dari program tersebut jika programnya dibuka kembali. Di awal masa transisi pemerintahan, saya sempat optimis bahwa kebijakan pendidikan di era Presiden Prabowo tidak akan mengalami perubahan besar, mengingat adanya beberapa kesinambungan visi dengan pemerintahan sebelumnya. Apalagi, penunjukan menteri pendidikan dari kalangan akademisi sempat menumbuhkan harapan bahwa arah reformasi pendidikan yang telah dirintis akan tetap berlanjut. Namun, kenyataan berkata lain—perubahan yang terjadi terasa begitu drastis, bahkan bertolak belakang dengan ekspektasi.
Meski demikian, saya tetap memandang bahwa setiap kebijakan baru pasti hadir dengan pertimbangan dan tujuan tersendiri. Hal yang menarik selama mengikuti program PGP adalah beragamnya motivasi dari para peserta. Ada yang ingin mencari tantangan baru, ada pula yang sekadar ingin mengisi waktu luang, atau bahkan tertarik dengan peluang pengembangan diri yang ditawarkan. Di balik semua alasan itu, satu benang merah yang saya temukan adalah keinginan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik—baik sebagai individu, guru, maupun pemimpin. Keragaman motivasi ini menjadi kekuatan tersendiri yang menciptakan dinamika pembelajaran yang kaya dan bermakna.
Program PGP memperkenalkan pembelajaran dengan kerangka MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi nyata) yang sangat kontekstual dan aplikatif. Salah satu momen paling berkesan dalam program ini adalah ketika saya memulai modul pertama: “Mulai dari Diri”. Saya diajak untuk merenungi alasan saya ada di sini, apa mimpi saya, dan bagaimana saya ingin bertumbuh. Bagi saya, ini bukan sekadar refleksi biasa. Ini adalah perjalanan ke dalam diri sendiri—sebuah percakapan batin yang selama ini mungkin tertunda. Momen ini menjadi ruang refleksi yang kuat—sebuah titik awal untuk memahami motivasi terdalam sebelum benar-benar melangkah. Diskusi-diskusi yang terjadi dalam sesi tersebut membentuk semacam ikatan emosional dan intelektual antara peserta dan fasilitator. Inilah yang membuat pembelajaran menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan; ia menjadi pengalaman yang mengubah cara pandang dan sikap. Saya melihat langsung bagaimana pendekatan ini mampu menumbuhkan makna, bukan hanya pengetahuan.
Setiap kelebihan, tentu ada kekurangan.
Bagi saya, pengalaman ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang paling bermakna adalah yang berakar pada realitas. Ketika peserta bisa melihat hubungan langsung antara modul yang dipelajari dan tantangan yang mereka hadapi, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh. Itulah mengapa sesi-sesi reflektif seperti ini sangat penting, karena memberikan ruang untuk peserta mengenali diri, memahami motivasi, dan menautkannya dengan tujuan jangka panjang mereka.
Tidak ada kebijakan yang sempurna, bukan? Seperti halnya PGP. Salah satu kritik yang cukup sering saya dengar adalah soal kebijakan pengangkatan kepala sekolah yang mewajibkan peserta berasal dari alumni PGP. Bagi sebagian kalangan, ini dianggap sebagai ketidakadilan, terlebih bagi mereka yang telah lama melalui proses seleksi kepala sekolah yang sah sebelum program ini ada. Saya bisa memahami keresahan itu. Bahkan secara pribadi, saya pun setuju bahwa pemimpin, apalagi kepala sekolah, tidak bisa dibentuk hanya dalam waktu singkat. Dibutuhkan perjalanan panjang, pembelajaran nyata, dan proses pembinaan berkelanjutan untuk mencetak pemimpin yang matang, visioner, dan berdampak.
Tapi di sisi lain, saya juga tidak menutup mata terhadap kontribusi positif PGP dalam membangun kompetensi kepemimpinan yang reflektif dan adaptif. Program ini menawarkan ruang belajar yang luas, sekaligus menanamkan semangat transformasi pendidikan dari dalam. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan kolaboratif, para peserta dibekali keterampilan untuk menjadi penggerak di lingkungan masing-masing, baik dalam pembelajaran maupun dalam pengelolaan sekolah secara menyeluruh. Hanya saja, hal ini masih perlu adaptasi untuk merespon sebagian orang yang tidak memiliki pandangan yang sama tentang PGP.
Walau kini kebijakan berganti, saya percaya bahwa pengalaman dalam program PGP akan tetap relevan dan berdaya guna. Apa yang saya pelajari, refleksikan, dan praktikkan dalam program ini telah menjadi bagian dari proses tumbuh saya sebagai pendidik.
Untuk itu, meski arah kebijakan berubah, semangat untuk terus mengembangkan diri dan memberikan kontribusi terbaik dalam dunia pendidikan harus tetap menyala. Karena sejatinya, pendidikan tidak pernah statis. Ia adalah proses panjang yang dibentuk oleh dedikasi, keberanian untuk berubah, kemauan untuk terus belajar, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk menciptakan pendidikan yang lebih inovatif dan relevan. Bagi kita yang terlibat di dunia pendidikan, memahami pro dan kontra dari kebijakan semacam ini adalah langkah penting untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kini, meskipun jalan yang saya tuju tak lagi searah dengan rencana awal saya, saya tahu bahwa mimpi untuk membawa perubahan di dunia pendidikan belum selesai. Justru di sinilah tantangannya—melangkah meski peta telah berubah, berjuang meski arah tak lagi sama. Karena sejatinya, pendidik adalah mereka yang tak pernah berhenti belajar dan menyalakan harapan.
Terakhir, tulisan ini murni lahir dari pengalaman pribadi dan sudut pandang yang terbentuk dari proses panjang dalam dunia pendidikan. Tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung pihak manapun. Justru, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi semangat dan mengajak kita semua untuk terus berupaya memperbaiki dan memajukan pendidikan dari tempat kita masing-masing.
Mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas bukanlah perkara instan. Ia menuntut komitmen, ketekunan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Terlebih lagi, jika arah pendidikan yang kita cita-citakan adalah pendidikan yang melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara spiritual—paham agama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salam hangat,
Eko Puspito
*) Kepala Sekolah SDTQ Al-Furqan Garut | Mahasiswa S2 IAI PERSIS Garut Prodi MPAI
3 notes · View notes
tkimpianku · 1 year ago
Text
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu: Pondasi Etika dalam Pendidikan
Adab, atau etika, adalah prinsip-prinsip perilaku yang baik yang membentuk dasar dari interaksi manusia. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki adab yang baik adalah hal yang esensial. Dalam konteks pendidikan, pentingnya adab sebelum ilmu sangatlah signifikan, karena adab adalah fondasi yang kuat bagi pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Artikel ini akan membahas mengapa adab sebelum ilmu sangat penting dalam pendidikan, bagaimana adab memengaruhi pembelajaran, dan bagaimana kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai adab ke dalam lingkungan pendidikan.
Mengapa Adab Sebelum Ilmu Penting dalam Pendidikan?
Membentuk Karakter yang Baik: Adab membantu membentuk karakter individu. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki karakter yang baik adalah hal yang penting. Adab mencakup nilai-nilai seperti kesopanan, kerendahan hati, kejujuran, dan empati, yang merupakan landasan bagi karakter yang baik.
Membangun Lingkungan Belajar yang Positif: Adab menciptakan lingkungan belajar yang positif di mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Ketika siswa, guru, dan staf pendidikan mempraktikkan adab yang baik, suasana di dalam kelas dan di sekolah secara keseluruhan menjadi lebih harmonis dan produktif.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih fokus dan terlibat dalam pembelajaran. Mereka belajar untuk mendengarkan dengan baik, berbicara dengan sopan, dan menghormati pendapat orang lain, yang semuanya merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Membantu Menciptakan Hubungan yang Baik: Adab membantu dalam membangun hubungan yang baik antara siswa dan guru, serta antara siswa satu sama lain. Ketika setiap individu mempraktikkan adab yang baik, hubungan di antara mereka menjadi lebih saling menghargai dan menguntungkan.
Persiapan untuk Kehidupan di Masyarakat: Mengajarkan adab sebelum ilmu membantu menyiapkan siswa untuk kehidupan di masyarakat. Keterampilan sosial dan emosional yang mereka pelajari melalui adab membantu mereka berinteraksi dengan baik dengan orang lain di berbagai situasi, baik di sekolah maupun di luar.
Menanamkan Kesadaran Etis: Adab juga mencakup kesadaran etis, yaitu kesadaran tentang apa yang benar dan salah. Memiliki kesadaran etis yang kuat membantu siswa membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Bagaimana Adab Memengaruhi Pembelajaran?
Menciptakan Kehadiran Mental yang Positif: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih terbuka terhadap pembelajaran dan memiliki kehadiran mental yang positif. Mereka merasa nyaman dan aman dalam lingkungan belajar, yang memungkinkan mereka untuk fokus pada pembelajaran.
Meningkatkan Partisipasi: Adab yang baik mendorong partisipasi aktif dalam kelas. Siswa yang menghormati pendapat orang lain dan berbicara dengan sopan lebih cenderung untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dan berbagi ide-ide mereka.
Memperkuat Komunikasi: Adab yang baik memperkuat komunikasi antara siswa dan guru. Ketika siswa menggunakan bahasa yang sopan dan menghargai waktu dan ruang belajar guru, komunikasi antara keduanya menjadi lebih efektif dan produktif.
Meningkatkan Kolaborasi: Adab yang baik juga membantu meningkatkan kolaborasi di antara siswa. Ketika siswa menghargai pendapat dan kontribusi satu sama lain, mereka lebih mungkin bekerja sama dalam proyek-proyek kelompok dan mencapai hasil yang lebih baik.
Membangun Keterampilan Sosial dan Emosional: Praktik adab membantu membangun keterampilan sosial dan emosional siswa, seperti empati, pengendalian diri, dan kerjasama. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Integrasi Nilai-Nilai Adab ke dalam Lingkungan Pendidikan
Program Pembinaan Karakter: Sekolah dapat mengembangkan program pembinaan karakter yang melibatkan pelatihan adab sebagai bagian integral dari kurikulum mereka. Program semacam itu dapat mencakup pelatihan dalam hal-hal seperti sopan santun, kerendahan hati, kejujuran, dan empati.
Pendidikan Etika: Sekolah juga dapat memasukkan pendidikan etika ke dalam kurikulum mereka, yang mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip etika dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Model Perilaku Positif: Guru dan staf pendidikan dapat berperan sebagai model perilaku positif dengan mempraktikkan adab yang baik dalam interaksi mereka dengan siswa dan sesama staf.
Penghargaan dan Pengakuan: Sekolah dapat memberikan penghargaan dan pengakuan kepada siswa yang menunjukkan adab yang baik. Ini dapat menciptakan insentif tambahan bagi siswa untuk mempraktikkan adab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Partisipasi Orang Tua: Orang tua juga dapat berperan dalam mengajarkan adab kepada anak-anak di rumah. Mereka dapat memberikan teladan yang baik dan mendukung upaya sekolah dalam membangun budaya adab yang positif.
Untuk artikel lain, silahkan kunjungi website KB-RA Impianku Malang
7 notes · View notes
azizulumar · 10 months ago
Text
Tumblr media
Locus KAMMI
KAMMI hari ini telah meneguhkan eksistensinya menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang dapat survive dengan pergolakan zaman. Kabar mengenai semakin minimnya minat berorganisasi dari mahasiswa zaman sekarang tak membuat KAMMI lekang dan tertinggal. Justru dengan perkembangan yang terjadi membuat KAMMI lebih kuat dikarenakan proses adaptasi yang dilakukan. Proses ini muncul sebab adanya keresahan yang terjadi bercampur dengan keinginan untuk terus menjaga nilai gerakan. Alhasil berbagai ide muncul dengan berbagai konsep yang dinilai cocok dan dapat meningkatkan integritas KAMMI.
Di lain sisi, dalam upaya penjagaan integritas KAMMI dan eksistensinya, KAMMI perlu terus meningkatkan kepaduannya dalam program kaderisasi. Program kaderisasi inilah yang kemudian menjadi hal penting yang perlu diperhatikan KAMMI. Kesungguhan dalam perekrutan, pemaksimalan pemberdayaan dan memantapkan pembinaan perlu digodok dengan matang. Permasalahan ini menjadi salah satu gembok yang membuat KAMMI kesulitan dalam membuka pintu inovasi baru dalam bergerak. Inovasi ini berkaitan dengan pendekatan yang dilakukan dalam proses perekrutan terlebih dahulu dan persiapan mentor dalam konsep pembinaan yang baik. Kemudian, program kerja yang dilakukan dapat dimaksimalkan sebagai proses berkembang(pemberdayaan) kader.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses ini, yaitu analisis mengenai kondisi internal dan eksternal KAMMI. Kondisi ini akan mempengaruhi poin dari setiap langkah/rencana yang akan dijalankan. Perencanaan ini perlu ditinjau dari berbagai sisi, terutama pada prospek berjangka. Setiap program tersebut perlu adanya program yang berkelanjutan dan analisis mendalam apabila memerlukan pembaharuan.
Melihat hal tersebut, maka diperlukan program yang dapat menjadi lahan pemberdayaan kader merangkap sebagai penjagaan citra KAMMI dalam eksistensi kebaikan dan gerakan. Program tersebut dilakukan dengan pembangunan locus atau kelas khusus KAMMI. Ada 3 locus yang saya tawarkan, yaitu :
- Kelas Juara
- Lembaga Sosial
- Tim Analisi Siyasi
1. Kelas juara
Bagi saya pemberdayaan kader harus memerlukan sebuah bukti nyata. Maka penghargaan atau juara dapat menambah nilai KAMMI di mata mahasiswa. Prestasi menjadi lahan dakwah yang kurang terjamah dari organisasi dakwah. Maka KAMMI perlu memperhatikan lahan ini sebagai bentuk pemberdayaan kader. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa perlombaan bukan melulu soal juara tetapi sikap percaya diri untuk tampil dan berkompetisi adalah poin plus yang dapat diraih.
2. Lembaga Sosial
Dulu saya sempat melihat ada IG dengan nama akun Rumah KAMMI Peduli. Menurut saya, ini adalah hal yang perlu dilanjutkan dan diteruskan. Akan tetapi dengan melihat rencana, jaringan dan program yang lebih fleksibel. Sosial masyarakat menjadi salah satu program atau bidang yang menonjol di KAMMI. Keunggulan yang terjadi ini perlu dipertahankan dalam bentuk yang lebih profesional agar peluang manfaat semakin tersebar. Selanjutnya, program lembaga sosial ini dapat disesuaikan dengan sasaran yang dituju. Apakah dalam proses mengentaskan kemiskinan, lingkungan hidup, nilai religius pemuda, dan masih banyak lagi. Maka dengan adanya berbagai peluang yang dapat dilakukan, dirasa perlu adanya pengembangan lebih mengenai proyek sosial KAMMI.
3. Tim Analisis Siyasi
KAMMI sebagai gerakan politik ekstraparlementer dan gerakan yang turut andil dalam berbagai aksi pro rakyat harus senantiasa menjaga nafas gerakan siyasinya. Program ini menjadi salah satu program yang saya kira bisa menjadi identitas KAMMI. KAMMI perlu memainkan peran dalam berbagai isu politik dalam berbagai tingkatan wilayah. Selain itu KAMMI dalam proses untuk terus berdakwah amar makruf nahi mungkar, perlu meluaskan jaringannya dengan turut andil dalam pengambilan kebijakan secara adil. Tim ini juga bersifat sebagai ranah pengembangan kader dalam siyasi KAMMI kedepan. Untuk ab 2 atau selanjutnya, tim ini cocok untuk menjadi tim diskusi dan pengambilan kebijakan siyasi KAMMI dalam berbagai tingkatan wilayah.
Ketiga locus tersebut bisa terlaksana dengan adanya konsisten dan komitmen kader terutama BPH dalam menggerakkan program ini. Tak lupa, program locus tersebut perlu ditunjang dengan pembinaan yang matang sebagai pondasi kader KAMMI di setiap waktu.
2 notes · View notes
qibtiyah · 1 year ago
Text
📮📮🇲🇨🇲🇨📮📮
*YANG "NONGKI" DI JALAN DAKWAH*
(Seri Indonesia Membina)
@ Dwi Budiyanto
Ada seorang murabbi di Yogyakarta, enam puluh tahun usianya. Tak banyak di antara kita mengenalnya.
Empat kali dalam sepekan ia menempuh jarak 60 Km lebih untuk mengisi forum pembinaan pekanan dan taklim rutin, di daerah Gunungkidul.
Dengan motor ia tempuhi jalan terjal dan menanjak. Ia tampil sebagai dai dan murabbi yang tak berpikir popularitas.
****
“Selagi konsisten membina, insya Allah, kita tidak pernah menganggur di jalan dakwah ini. Kalau tidak mau membina, terus kita mau ngapain?” demikian kata Ustadz Cholid Mahmud ~Allahuyarham, suatu ketika.
Pernyataan tersebut ditegaskan ulang Ustadz Cahyadi Takariawan dalam peluncuran Gerakan Indonesia Membina pada 20 Mei yang lalu.
Selagi kita merekrut dan membina tak ada seorang pun di antara kita menjadi pengangguran di jalan dakwah. Mungkin ada di antara kita akan mengatakan, “Apa peranku? Aku bukan pengurus lembaga, organisasi, bukan pula pejabat publik. Lalu apa peranku?
Ustadz Cholid Mahmud punya jawaban yang paling sederhana dan itu menjadi jawaban bagi kita semua: siapapun di antara kita selagi merekrut dan membina, tidak mungkin akan nganggur di jalan dakwah,” kata Ustadz Pak Cah.
Benar sekali. Di jalan dakwah ini, posisi itu sangat terbatas, tapi kontribusi tidak berbatas. Posisi ketua, presiden, pengurus lembaga, anggota dewan, kepala sekolah, bupati, atau jabatan publik lainnya itu sangat terbatas.
Sementara kontribusi untuk merekrut dan membina adalah kerja-kerja tanpa batas. Seorang murabbi tidak akan mengalami pergantian antar waktu atau dipensiunkan, selagi ia memiliki komitmen yang kuat.
Ketika orientasi untuk berkontribusi pada “yang tak berbatas” melemah, seseorang akan fokus pada posisi “yang serba terbatas”. Kalau tidak berambisi merebutnya, kemungkinan lain adalah putus asa dan merasa disisihkan.
Sementara itu, para dai yang menyibukkan diri dalam kerja-kerja perekrutan dan pembinaan akan senantiasa disibukkan dengan amal kebaikan. Nah, naluri untuk merekrut dan membina inilah yang perlu terus-menerus kita jaga.
Ada seorang murabbi di Yogyakarta, enam puluh tahun usianya. Tak banyak di antara kita mengenalnya. Ia jauh dari sorot kamera dan ingar-bingar pemberitaan.
Kiprahnya tidak pernah terunggah di laman Instagram manapun. Televisi tidak pernah menyiarkannya. Ia bergerak dalam kesunyian. Empat kali dalam sepekan ia menempuh 60 Km lebih untuk mengisi forum pembinaan pekanan dan taklim rutin di daerah Gunungkidul.
Dengan motor ia tempuhi jalan terjal dan menanjak. Ia tampil sebagai dai dan murabbi yang tak mikir berat.
Saya bayangkan, beliau tak pernah berpikir njlimet bahwa merekrut sekarang sulit. Orang lebih tertarik pada pembicara di Youtube. Seorang dai dan murabbi butuh viralitas agar punya daya tarik. Tak terlintas sedikit pun pikiran itu.
Beliau langsung bertegur sapa dengan masyarakat. Hadir di tengah-tengah mereka. Menyibukkan dalam program taklim, penyediaan air bersih bagi masyarakat, pengadaan hewan kurban, bakti sosial, beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa.
Beliau bukan anggota dewan, bukan calon bupati, bukan pengurus lembaga dakwah. Pada 2024 ini, di usia ke-60, beliau seperti tak kehabisan energi sebagai dai dan murabbi. Di hadapan para dai dan murabbi seperti ini, rasanya kami seperti remah-remah.
Para dai dan murabbi tidak pernah terjangkit “nongki-nongki syndroma”. Sindrom nongkrong-nongkrong tak jelas yang menunjukkan kemalasan untuk berjuang.
Dalam terminologi dakwah, seperti disampaikan Ustadz Aunur Rofiq Saleh Tamhid dalam buku “Pesan-Pesan Tarbawi untuk Para Murabbi” (2024) sebagai penyakit qu’ud.
Dalam Alquran, orang-orang yang tidak mau aktif berdakwah dan berjuang disebut sebagai qaa’iduun (orang-orang yang gemar duduk-duduk berpangku tangan). Mereka lebih suka kongko-kongko daripada gigih bekerja.
قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
Mereka berkata, "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja". (*Q.s. Al-Maidah: 24*).
Mereka yang terjangkiti sindrom nongki-nongki, sering menciptakan alasan-alasan dramatik agar terhindar dari kerja-kerja dakwah dan pembinaan. Entah khawatir dengan resiko, takut tantangan, hingga menciptakan bayang-bayang kecemasan yang berlebihan.
Semua berakar dari bergesernya orientasi terhadap dakwah dan pembinaan. Ada juga yang menganggap kerja membina tidak lagi penting dan bergengsi daripada kerja-kerja meraih mobilitas vertikal. Lalu dengan enteng, pikiran dan perkataan mereka mengatakan, *“Silakan membina sendiri. Aku memilih duduk-duduk di sini. Meniti karir. Mengembangkan bisnis. Toh ini juga dakwah.”*
Betapa kita merasa iri melihat mereka yang tak pernah nganggur di jalan dakwah ini. Karir dan bisnis kita boleh jadi menanjak, tapi jangan-jangan kita adalah pengangguran di jalan dakwah ini.
Kita merasa cukup karena telah ikut berinfak, tanpa kita sadari itu tak istimewa, karena para murabbi yang produktif itu pun melakukan hal yang sama. Jangan-jangan infak kita itu tak seberapa dibanding apa yang dikeluarkan para murabbi untuk menjamu dan meringankan beban mutarabbinya.
Mari kita selisik diri masing-masing. Apakah kita sudah lama menganggur di jalan dakwah ini? Apakah selama ini kita hanya nongki-nongki saja di jalan dakwah? []
#IndonesiaMembina
[note: nemu tulisan ini dari grup liqo setelah 1 tahun ngga aktif ngebina rasanya agsj,&×*××[ajq8192pepshsl+;+&! sediiii tp bingung harus gimana, sengaja nitip ditumblr biar bisa terus dibaca]
3 notes · View notes
rupaska · 5 days ago
Text
Tingkatkan Fungsi Intelijen, Petugas keamanan Pendekatan Emosional Kepada WBP
Pasangkayu, 5 Juni 2025 — Dalam upaya untuk meningkatkan fungsi intelijen dan menjaga keamanan di Rumah Tahanan (Rutan) Pasangkayu, petugas Kesatuan Pengamanan tengah mengedepankan pendekatan emosional terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Langkah ini dilakukan untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan meningkatkan kepercayaan antara petugas dan penghuni rutan.
Kepala Rutan Pasangkayu, Bapak Tisep Oven Harry, menjelaskan bahwa pendekatan ini dimulai dengan pelatihan khusus bagi para petugas untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan empati. "Kami ingin memastikan bahwa setiap petugas mampu memahami dan merespon kebutuhan emosional para WBP, sehingga tercipta lingkungan yang kondusif dan aman," ujarnya.
Selain itu, program-program pembinaan seperti konseling individu dan kelompok diskusi rutin diadakan untuk memberikan dukungan emosional serta menampung aspirasi dari para WBP. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi potensi konflik dan meningkatkan ketertiban di dalam rutan
Tumblr media
0 notes
realitajayasaktigroup · 12 days ago
Text
Lapas Batam Gandeng Mitra untuk Pembinaan Keterampilan Bahasa Jerman
Kolaborasi Tingkatkan Kualitas Pembinaan Warga Binaan Lewat Program Bahasa Asing HARIANSOLORAYA.COM, BATAM | 28 Mei 2025 — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Batam kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan pembinaan yang berkualitas kepada warga binaan. Kali ini, Lapas Batam menggandeng sejumlah mitra strategis untuk menyelenggarakan kursus Bahasa Jerman sebagai bagian dari program…
0 notes
kantorberita · 8 months ago
Text
Program "Jumat Berkarakter" SMA Negeri 3 Bengkulu: Membangun Karakter Positif dan Kepedulian Sosial
Program “Jumat Berkarakter” SMA Negeri 3 Bengkulu: Membangun Karakter Positif dan Kepedulian Sosial KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Bengkulu, H. Rustiyono, M.Pd, yang baru saja menjabat, telah membuat terobosan dengan meluncurkan Program “Jumat Berkarakter”, Program ini dimulai pada minggu pertama bulan Oktober 2024 dan terus berlangsung hingga saat ini. Kegiatan…
0 notes
suraudotco · 18 days ago
Text
Saat Warga Jakarta Timur Lebih Pilih Dedi Mulyadi daripada Pramono Anung dalam Tangani Tawuran
SURAU.CO – Fenomena tawuran remaja yang kian meresahkan kembali memantik perdebatan sengit. Masyarakat kini aktif membandingkan metode penanganan paling efektif. Dua pendekatan berbeda dari dua tokoh publik menjadi pusat diskusi. Gubernur Jakarta Pramono Anung menawarkan satu pendekatan. Figur publik Dedi Mulyadi (yang kebijakannya saat menjabat di Jawa Barat sering menjadi rujukan) menawarkan…
0 notes
sorotbalik · 6 months ago
Text
Serial Opini—Dampak dan Upaya Menumbuhkan Kembali Figur Filosofis
"Lalu bagaimana sebenarnya dampak dari hilangnya figur filosofis ini terhadap gerakan dakwah kampus? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa menumbuhkan kembali pemikir-pemikir konseptual yang dibutuhkan?"
Menjawab pertanyaan di atas sekaligus menjadi lanjutan tulisan serial "Hilangnya Figur Filosofis Dakwah Kampus Hari Ini" yang pertama (kalau belum baca saran saya baca dulu hehe), maka pada tulisan kedua ini akan membahas dampak hilangnya figur filosofis dan bagaimana kiat dalam menumbuhkan kembali.
Dampak dari hilangnya figur filosofis terhadap gerakan dakwah kampus? di kepala saya sebenarnya ada 7 poin, tetapi untuk meringkas saya sampaikan 3 saja.
1. Kehilangan Narasi Besar dan Arah Strategis
Figur filosofis adalah penentu arah gerakan, tugasnya adalah membuat peta dan memegang kompas dalam menavigasi sebuah bahtera dalam mengarungi lautan. Mereka bukan hanya menyusun strategi, tetapi juga memastikan gerakan dakwah berlandaskan nilai-nilai Islam dan pergerakan secara mendalam. Ketika peranan dari figur ini hilang, maka gerakan dakwah akan kehilangan narasi besar yang menjadi pondasi perjuangan. Tanpa narasi besar, dakwah kampus cenderung akan terjebak pada aktivitas teknis tanpa visi jangka panjang, yang akhirnya membuat gerakan kehilangan daya tarik dan relevansi terhadap perubahan zaman.
2. Dakwah Menjadi Prosedural, Bukan Substansial
Tanpa pembinaan filosofis, aktivitas dakwah cenderung hanya akan menjadi rutinitas administratif saja. Kader akan beralih fokus pada mindset "apapun yang menting program berjalan" daripada memahami esensi dan nilai dakwah yang seharusnya menjadi ruh di setiap aktivitas. Akibatnya, kaderisasi kehilangan makna pembentukan karakter dan lebih mengutamakan hasil teknis. Ketika mindset yang demikian terus dirawat, maka keluhan/tudingan "Kader zaman sekarang gampang ngeluh, lemah komitmen dan kurang militansi." hanya akan terus bermunculan, sebab mereka mengerjakan sesuatu tanpa keterikatan dan kepahaman nilai serta bekal ilmu yang cukup.
3. Menurunnya Kepercayaan Diri Gerakan
Ketika gerakan dakwah kehilangan arah dan tidak memiliki narasi besar yang menginspirasi, yang memunculkan semangat pada diri kader, maka dampaknya dalah kepercayaan diri para kader juga akan ikut melemah. Mereka merasa aktivitas yang dijalankan tidak memberikan dampak besar atau signifikan, sehingga semangat juang menurun atau yang lebih parah, mulai mempertanyakan kejelasan gerakan pada hal yang 'fundamental' sekalipun. Bagi mereka yang peduli dan memiliki daya pikir kritis, akan mulai mempertanyakan persoalan-persoalan yang sejak dulu sebetulnya sudah selesai. Namun karena ketiadaan sosok yang mampu menjadi 'jawaban' di tengah kekeruhan itu, akhirnya mereka yang tadinya kader produktif justru mulai kontra-produktif, menjadi destruktif dari luar gerakan.
Dari tiga poin di atas saya rasa sudah menunjukkan seberapa vitalnya kader filosofis di dalam sebuah manajemen dakwah. Lantas sekarang, bagaimana upaya dalam melahirkan figur filosofis itu?
1. Studi Literatur Sejarah Gerakan Dakwah
Ini adalah cara paling mudah. Upaya untuk menumbuhkan filsuf gerakan ini bisa dimulai dari membaca buku-buku yang mengkaji manajemen dakwah era dahulu. Ambil hal-hal yang esensial; nilai perjuangan, kunci keberhasilan, termasuk sebab-sebab kehancuran. Ada berbagai macam buku-buku yang bisa dibaca, @mamadkhalik mungkin boleh dibantu buatkan daftarnya hehe.
2. Menghidupkan Tradisi Diskusi Kritis dan Reflektif
Diskusi adalah ruang bagi kader untuk melatih kemampuan berpikir kritis, mematangkan ide, dan mengeksplorasi pemahaman mendalam tentang dakwah itu sendiri. Pendekatan diskusi semisal analisis kasus dakwah lintas waktu sebagai komparasi dalam mencari celah (gap), untuk menemukan jembatan penghubung adalah salah satu solusi yang menurut hemat saya bisa dicoba.
2. Membentuk Komunitas Pemikir Dakwah
Bentuk komunitas kecil yang fokus pada pengembangan konsep dan strategi dakwah. Komunitas ini bertugas mempelajari isu-isu besar keumatan dan menyusun strategi dakwah berbasis nilai. Komunitas ini juga menjadi wadah untuk menyalurkan kader dengan minat intelektual tinggi. Teringat ketika Abi menyampaikan tadzkirah tentang QS. At-Taubah : 122. QS. At-Taubah: 122 menegaskan bahwa tidak semua orang perlu berada di garis depan untuk menjalankan tugas dakwah yang bersifat teknis atau operasional. Sebaliknya, ada kebutuhan untuk sebagian kelompok yang mendalami ilmu agama secara serius agar dapat memberikan arahan, nasihat, dan panduan. Saya rasa ini visi terselubung komunitas yang dibentuk mentor saya @kayyishwr dengan komunitas aamalacom nyahehe. Bagaimana menumbuhkan semangat keilmuan dan melandasi amal dengan keilmuan yang kokoh.
3. Mendorong Produksi Karya dan Pemikiran
Mungkin kader perlu distimulan dengan kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan ataupun karya. Dengan sistematika penulisan yang jelas, misalnya menggunakan teori Golden Circle-nya Simon Sinek. Berangkat dari why, lalu how dan what, yang poin intinya, membangun cara berpikir/mengonsep ide dalam pendekatan sistematis dan komprehensif, baik itu keresahan yang mendalam, tujuan yang terukur, dsb. Sehingga harapannya dari situ tercipta basis-basis pemikir yang kuat di kalangan kader.
Kesimpulan
Dakwah kampus tidak perlu kembali sepenuhnya ke cara-cara lama, (pun saya juga paling nggak suka meromantisasi masa lalu hehe), tetapi perlu mengadaptasi nilai-nilai esensial dalam pendekatan baru. Figur filosofis yang kuat tidak hanya diperlukan untuk masa sekarang, tetapi juga untuk memastikan gerakan dakwah tetap relevan di masa depan, baik dalam programnya maupun dalam membentuk kader-kader penerusnya.
Jadi, apakah kita siap untuk mengambil langkah nyata dalam menumbuhkan kembali figur-figur filosofis ini? Jawabannya ada di tangan kita semua—para kader yang masih peduli pada urgensi dan keberlanjutan dakwah kampus.
Wallahua'lam.
20 notes · View notes
lapaspolewali · 6 days ago
Text
Persiapan Menjalani Pembinaan, Karupam Berikan Pengarahan kepada WBP yang Telah Menjalani Mapenaling
Tumblr media
Persiapan Menjalani Pembinaan, Karupam Berikan Pengarahan kepada WBP yang Telah Menjalani Mapenaling
Polewali Mandar, lapaspolewali.kemenkumham.go.id – #LuluareLapole Karupam (Kepala Regu Pengamanan) memberikan pengarahan kepada para tahanan baru yang telah menjalani program Masa Pengenalan Lingkungan (mapenaling) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Polewali Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Sulawesi Barat (Sulbar). Rabu, 04 Juni 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu para tahanan beradaptasi dengan lingkungan baru mereka dan memahami tata tertib yang berlaku. Karupam menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai tata tertib dan proses pembinaan yang akan dijalani. “Setelah menjalani mapenaling, kini saatnya kalian berfokus pada pembinaan. Hal ini sangat penting untuk perkembangan diri dan reintegrasi ke masyarakat,” kata Karupam dalam arahannya.
Karupam juga mengingatkan para tahanan untuk mematuhi tata tertib yang telah disampaikan selama masa mapenaling. “Kedisiplinan dan kepatuhan terhadap aturan akan sangat membantu dalam menciptakan suasana yang positif di dalam Lapas Polewali,” tambahnya.
Bertempat di Lapangan Pancasila Lapas Polewali, upacara berlangsung dengan penuh khidmat. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kalapas Polewali, Akhmad Widodo sebagai Inspektur Upacara serta diikuti oleh seluruh jajaran pegawai Lapas Polewali serta perwakilan warga binaan pemasyarakatan (WBP) sebagai peserta upacara.
Diharapkan dengan pengarahan ini, para tahanan baru dapat lebih siap menghadapi kehidupan sehari-hari di Lapas Polewali dan berkomitmen untuk menjalani proses rehabilitasi dengan baik. Semoga semua tahanan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri.
Hal ini sejalan dengan slogan pemasyarakatan, "Pemasyarakatan PASTI Bermanfaat untuk Masyarakat."
Sementara itu, secara terpisah, Kakanwil Ditjenpas Sulbar, Ramdani Boy, mendukung upaya yang dilakukan oleh jajaran Lapas Polewali. “Sehingga melalui pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kinerja di jajaran Kanwil Ditjenpas Sulbar” tutup salah seorang Pimti Pratama di Lingkungan Kemenimipas di bawah kepemimpinan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Menimipas), Agus Andrianto itu di sela-sela waktunya.
Kemenimipas #Menimipas #AgusAndrianto #Ditjenpas #Pemasyarakatan #HBP61 #HariBhaktiPemasyarakatan61 #Pemasyarakatanpastibermanfaatuntukmasyarakat #RamdaniBoy #AkhmadWidodo Akhmad Widodo Lapas Polewali
(Humas Lapole, Juni 2025)
0 notes
rupmoker · 7 days ago
Text
Tumblr media
Rupbasan Mojokerto Gelar Rapat Evaluasi Semester I dan Susun Rencana Kerja Triwulan II
Rupbasan Mojokerto Gelar Rapat Evaluasi Semester I dan Susun Rencana Kerja Triwulan II
Mojokerto – Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Timur, menggelar rapat evaluasi kinerja Semester I sekaligus penyusunan rencana kerja Triwulan II, pada Selasa (03/06/2025), bertempat di ruangan kepala Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Timur.
Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Timur, Sudarso dan diikuti oleh seluruh pegawai Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai capaian kinerja selama enam bulan pertama tahun 2025 dan menyusun strategi kerja untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tugas di triwulan berikutnya.
Dalam rapat tersebut, dilakukan pemaparan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program prioritas, serapan anggaran, pengelolaan benda sitaan negara, serta pembinaan sumber daya manusia. Beberapa catatan dan rekomendasi perbaikan turut disampaikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kinerja dan pelayanan publik.
“Evaluasi ini penting sebagai bentuk refleksi bersama terhadap apa yang sudah dicapai dan apa yang perlu ditingkatkan. Kami ingin memastikan bahwa setiap rencana kerja benar-benar dilaksanakan dengan maksimal, selaras dengan prinsip akuntabilitas dan profesionalisme,” ujarnya
Selain mengevaluasi kinerja, rapat juga digunakan untuk merumuskan Rencana Kerja Triwulan II Tahun 2025, termasuk strategi peningkatan kinerja pengelolaan barang bukti dan benda sitaan, optimalisasi layanan publik, serta penguatan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
Kegiatan ini mencerminkan komitmen Rupbasan Kelas II Mojokerto Kanwil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Timur untuk terus melakukan pembenahan internal demi mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pelayanan pemasyarakatan yang prima.
@kemenimipas @ditjenpas @ditjenpas.jatim @agusandrianto.id @gun2gunawan29 @kadiyono88 #Kemenimipas #guardandguide #Ditjenpas #Pemasyarakatan
1 note · View note