Tumgik
#Tahfizh Smart
mutiarafirdaus · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Membersamai Manusia-Manusia Baik
Tahun ini, bertemu dengan banyak sekali orang orang baik. Yang nggak sekedar baik, tapi juga mereka yang antusias menggerakkan aksi kebaikan.
Semangat yang digemakan, jadi membuat pribadi ini turut tertular. Memang, senantiasa berada dalam lingkaran orang-orang baik nampaknya sudah jadi keharusan.
Esok lusa, semoga semakin banyak orang orang baik yang ditemui dan semakin banyak kebaikan yang diserap dari mereka.
Dan ayat andalan yang jadi peringatan buat selalu bertahan dengan orang-orang baik, adalah SABAR. Sebagaimana tertulis di surat Al Kahfi, Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru pada Tuhan mereka, pagi maupun sore seraya berharap ridhaNya. Jangan palingkan pandanganmu karena mengharapkan keindahan dunia.
Dibalik foto senyum super lebar ini, ada episode pusing-pusing sendirian, super mager buat lanjutin amanah/program, baper sama satu dua orang, ketawa lebar karena ragam guyonan, dan sampai juga kok pada saat dimana Allah bilang udahan atau justru masanya diperpanjang, tapi dibersamai dengan orang orang baru, yang penuh dengan kebaikan.
Jadi kalau kamu BT atau hilang mood membersamai proyek kebaikan dan malah sok tahu ingin hidup bebas sendirian, jangan jangan senyum lebar itu lambat laun akan menghilang.
Yang buat kita bahagia ialah ketika bisa menularkan kebahagiaan kepada orang lain. Dan kebahagiaan didapat ketika jiwa seorang hamba dekat dengan Rabb Semesta Alam. Dan tidaklah bisa mendekat, kecuali interaksinya menguat dengan Quran.
Setelah ini, semangat lagi ya mengelola proyek kebaikan yang telah Allah titipkan. Tidaklah sampai di sini, kecuali Allah ingin kamu ambil bagian dari kilaunya pesona perjuangan Islam 💕
Inframe : Superteam-Garasi Baca Biman-LDK Madani-Tahfizh Smart-TPA Al Barokah 💕💐
4 notes · View notes
unimiff · 2 years
Text
Tumblr media
Edisi menyaksikan wisuda Tahfizh Smart 10 melalui layar ponsel. Ada perasaan haru dan bangga terhadap para mahasantri yang sudah sampai di titik ini. Selamat untuk para wisudawan, terutama Halakah Aisyah. Terima kasih telah berjuang.
Terima kasih telah menemani perjuangan adik-adik ini sampai akhir, Ustazah R. Pas sekali julukan-julukannya Tila, yang santun tutur katanya dan lembut bahasanya Fatimah, yang kritis dan sangat berhati-hati dalam bacaannya Iffah, yang tidak pantang menyerah dan semangatnya sebagai contoh bagi santri lainnya Nisa, yang sangat menjaga adabnya kepada guru Ratih, yang paling tanggap dan inisiatif di halakah Salmaa, yang tak pernah lelah dalam mengulang hafalannya dan berusaha hadir QT di segala kesibukannya Vania, yang selalu konsisten ziyadah di setiap paginya dan juga pandai mengatur waktunya Afi, yang terpadat jadwal rapatnya dan senantiasa patuh pada gurunya
فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ So when you have finished [your duties], then stand up [for worship]. Jangan terlena, selamat melanjutkan perjuangan bersama Al-Qur'an!
#SetiapDetikHarusBernilai
4 notes · View notes
hrkurnia · 4 years
Text
Taat tapi Asik
Tumblr media
ya begitulah tagline bujang TahfidzSmart 4 IQF meski sudah banyak yang tidak bujang sekarang. Asrama pertama yang saya jalani dengan penuh lika-likunya.
Tidak terasa sudah 4 tahun berlalu. Kalau soal kenangan manis tidak usah dipermasalahkan. Banyak album lengkap dengan foto-foto keseruan hidup bersama selama 1 tahun. Banyak obrolan group yang masih bisa kita baca kembali. Belum pula program alumni dari IQF nya sendiri.
Namun bagaimana interaksi dan hafalan Qur'an lah yang perlu dipertanyakan sampai hari ini.
Ada rasa kesal didiri ini mengingat sudah 4 tahun namun hafalan Qur'an saya segini-gini aja. Bacaan pun begitu-begitu aja. Argh, padahal banyak kesempatan dan peluang untuk meningkatkannya tapi tidak saya indahkan.
Tapi biarlah yang berlalu, saatnya kembali melihat bagaimana saya di masa depan. Ayo, kembali serius.
Luangkan dulu hatimu (untuk membaca Qur'an) niscaya Allah akan Luangkan waktumu.
0 notes
fsfajriah · 6 years
Text
Tumblr media
Setahun yang lalu, aku lupa hari apa dan pukul berapa. Ponselku bergetar, ternyata surel yang kutunggu-tunggu dari beberapa hari yang lalu pun datang. Isinya sederhana, tapi cukup membuatku terpana. Ya, surel yang berisi pengumuman diterimanya aku sebagai Mahasantri Indonesia Quran Foundation.
"Hah? Diterima? Di-te-ri-ma? Ga salah neh? Dems apss?" pikirku waktu itu setelah baca surel yang berjudul Tahfizh Smart 6.
Sampai saat ini, aku masih merasa belum pantas untuk diterima. Alasannya klasik, aku tidak lebih baik dari mereka yang belum beruntung itu. Pun, aku malu karena niat awalku tidak semulia mahasantri lainnya, menjadi Penjaga Kalam-Nya. Hafizhah, istilahnya.
"Lho, lalu alasanmu masuk IQF tuh apa?"
A..aku.. Ingin mencari lingkungan yang baik, jawabku sekenanya. Waktu itu. Tapi, ya, lumayan benar, sih. Tapi tidak sepenuhnya.
Seiring berjalannya waktu aku tidak lagi memikirkan alasanku menceburkan diri ke dalam "aquarium" itu apa—mungkin, karena terlalu nyaman dengan lingkungan dan kegiatan-kegiatan baru di IQF. Ya, walaupun cukup banyak. Dan, ya, cukup menyita waktu luangku—hingga akhirnya, di dalam halaqah Quranku diingatkan perihal pentingnya meluruskan niat.
"Kalo merasa sulit, makhorijul hurufnya engga bener-bener, coba cek lagi niatnya. Untuk apa ada di sini? Ingat lagi tujuan awal. Niatnya udah karena Allah belum? Jangan sampai di sini cuma numpang tidur doang, tapi ga dapet apa-apa."
Jleb! "cuma numpang tidur doang"!!
Rasanya aku pengen bilang, "Ustadzah bisa baca pikiran aku, ya?" Tapi kuurungkan. Karena, telanjur sedih. Iya. Sesedih itu.
Sedih. Ketika kenyamanan sudah dirasa, semangat sudah terpacu, kebahagiaan sudah diraih, tapi ternyata ada hal utama yang tidak diperhatikan: niat. Hal sederhana, tapi berdampak hebat. Ni-at.
"Niat awalku tuh apa sih?" nanya ke diri sendiri.
Agak mikir, lama. Kucoba bongkar tumpukan ingatan masa silam dengan harapan menemukan alasan masuk akal kenapa ikut program.
Aku baru ingat alasan utamaku ikut program ini, memang, semata-mata mencari tempat tinggal yang nyaman. Soal belajar atau menghafal Quran, itu tambahan.
Aku ingat betul ketika dulu lagi cari-cari info kost-an yang nyaman dan murah, info asrama Quran IQF inilah yang kudapat duluan. Aku baca dengan teliti segala informasi, aku kepoi website resminya dengan jeli. Aku tertarik. Aku akan menjadi pribadi yang lebih baik kalo masuk IQF, pikirku waktu itu. Ya, alasan utamaku adalah mendapatkan tempat tinggal dengan lingkungan terbaik. Sungguh, masalah menjadi Hafizhah, belum terpikirkan waktu itu. Aneh, kan? Memang.
Waktu terus melangkah. Quran Time pagi hingga Quran Time malam sudah kulalui beberapa pekan. Aku mulai memantapkan diri, mulai nyaman dengan segala agenda asrama yang kulalui: dari Quran Time pagi, Quran Time malam, kajian, tahajjud jama'i, juga semangat teman-teman yang membuat iri hati. Aku ikut terbawa arus positif di "aquarium" itu.
"Luruskan niat," kata Ustadzah, selalu. "Kalau niat di awal kurang baik, perbaiki sekarang, besok, lusa, seterusnya. Perbaiki niat setiap hari. InsyaAllah Allah mudahkan," tambahnya.
Nasihat yang auto-telontar sebelum atau selepas Quran Time itu seperti alarm untukku pribadi, pengingat kala niat mulai salah; kala semangat mulai melemah; kala hafalan tak kian menambah.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu, aku nikmati segala proses. Biar terseok, asal tidak berbelok, prinsipku. Jujur, menyeimbangkan antara kuliah dengan agenda asrama bukan perkara mudah. Pernah aku menangis karena keduanya. Merasa bodoh, tugas kuliah yang tak selesai-selesai, hafalan yang hilang karena jarang diulang.
Tapi, hey, aku tidak berjuang sendirian.
Ku tengok kanan, ada dia yang dengan segudang amanah organisasi tapi bertahan hingga titik ini. Ku tengok kiri, ada dia yang sedang berkutik menyelesaikan skripsi hingga tidur bukan lagi kebutuhan yang patut didahului. Mereka semua, tanpa sadar, begitu menginspirasi.
Aku tidak percaya sudah melangkah sejauh ini. Niat yang awalnya salah, tapi membawa berkah. Tapi di belakang itu semua, ada hal yang mengejutkan. Ternyata, aku pernah menulis "Menjadi Hafizhah 30 Juz" dan "Tinggal di asrama Indonesia Quran Foundation" di daftar mimpi yang akan aku raih. Wow. Mulia sekali mimpiku.
Jujur, aku lupa pernah menuliskannya. Ternyata, semuanya sudah kutulis di catatan pribadi di ponselku. Daftar mimpi Shindy. Aku tidak percaya, Allah mengantarkanku untuk kembali menggapainya. Aku menulis mimpi itu sebelum ikut seleksi. Mungkin, malaikat mengaamiini. Padahal, aku saja lupa untuk mewujudkannya. Alasanku ikut program ini pun, bukan semata-mata mewujudkan mimpi itu. Ini keren. Betapa mimpi yang dituliskan punya energi tersendiri. Walaupun, penulisnya sendiri sudah melupakannya.
Tidak hanya itu. Ada hal lain yang lebih mengejutkan. Ternyata aku punya dan sudah membaca buku Mahasiswa-mahasiswa Penghafal Quran yang ditulis oleh mahasantri IQF dari sebelum aku menjadi mahasiswa UI secara resmi. Ini sangat mengejutkan. Dulu, setelah aku baca buku itu, ingin sekali menjadi mahasiswa penghafal Quran. Tapi, sekadar ingin. Mencari tahu tentang asrama Quran pun, belum begitu tertarik hingga lupa begitu saja. Pun, aku tidak sadar asrama yang diceritakan di buku itu bernama Indonesia Quran Foundation, asrama yang aku tinggali saat ini.
Betapa kebetulan-kebetulan yang terlalu berkaitan. Aku menyebut segala rangkaian kebetulan itu sebagai takdir. Semoga dengan memahami skenario-Nya yang indah, aku tidak pernah lelah untuk meluruskan niat yang salah. Bismillah. Mari melangkah dengan saling mengingatkan tanpa lelah.
Fitri Shindy Fajriah
Mahasantri TS06 dan TS07
#SetiapDetikHarusBernilai #IndonesiaQuranFoundation #tahfizhsmart7
1 note · View note
meidazahra-blog · 7 years
Text
Tahapan Menanamkan Cinta Alquran kepada Anak
(Oleh : Iin Savitry, *Bunda Bidadari* ) 1. Sejak menikah dan mengandung anak pertama, saya meminta suami untuk *tilawah dengan suara kencang di samping saya*. Saat suami tahajud pun saya memintanya membacakan dengan suara kencang. Jadi, putra kami, Silmi, sejak dia dalam kandungan, sudah terbiasa 'melihat dan merasakan' ayahnya tilawah dan shalat tahajud di sisinya. Hal ini berlangsung terus HINGGA SEKARANG. Saya sering meminta suami tahajud di kamar anak2 dengan suara kencang. Anak-anak juga jadi terbiasa MELIHAT ayahbundanya TILAWAH ALQURAN DENGAN MEMEGANG MUSHAF di akhir hari sebelum tidur, dan di awal hari setelah shalat subuh. Ditambah saat waktu utama. Di saat tahajud. Sekarang, saat Silmi berusia hampir 10 tahun dan 'Ulya 8,5 tahun, alhamdulillaah mereka sudah biasa bangun untuk mendirikan shalat tahajud setidaknya dua raka'at pendek. Kadang-kadang mereka mengikuti kebiasaan kami, tahajud sembari memegang mushaf Alquran. Kami berusaha membiasakan tilawah Alquran dengan tartil di saat utama itu. Ini adalah saat Allah turun ke langit dunia untuk menjawab permohonan hambaNYA yang bangun untuk mendirikan shalat tahajud dan memohon padaNYA. Ini lagi-lagi pembiasaan kebaikan. 2. Saya membiasakan *i'tikaf selama malam ganjil di bulan Ramadhan,* dalam kondisi mengandung dan menyusui. Maksain diri ya? Iya. Agar anak-anak kami terbiasa mendengar lantunan ayat suci yang indah di saat paling utama, di akhir malam. Kebiasaan ini meningkat menjadi 10 hari teakhir di bulan ramadhan, sejak anak2 berusia 7 tahun dan sudah berkali-kali khatam Alquran. 3. Saya meminta* suami membelikan Alquran khusus* untuk Silmi, putra kami, sejak dia berusia 2 tahun. Alquran terjemah tajwid berwarna 10 juz ada 3 jilid. Kami langsung berikan Alquran itu kepadanya dan kepada 'Ulya adiknya. Dengan Alquran itulah Silmi pertama kali *MENGKHATAMKAN Alquran* di usia 6,5 tahun, dalam waktu 4 bulan. Adiknya, 'Ulya juga pertama kali MENGKHATAMKAN Alquran di usia 5 tahun, dalam waktu 5,5 bulan. Bahkan 'Ulya sudah mulai tilawah Alquran SEBELUM dia bisa membaca huruf latin. Di usia 5 tahun 8 bulan baru dia bisa membaca satu kalimat latin dengan lancar. Sekarang, mereka memiliki Alquran khusus untuk menghafal, dan Alquran terjemah khusus untuk mengkaji Alquran sekeluarga. Juga ada Alquran kecil yang biasa dibawa kemana-mana. SEMUA Alquran yang mereka miliki WAJIB dikhatamkan setidaknya dua-empat bulan sekali. Sekarang, mereka dibiasakan mengkhatamkan Alquran minimal sekali sebulan. Berarti satu juz/hari. PLUS membaca terjemahannya. Tentu saja masih tarik ulur. Kondisi aktivitas fisik yang tinggi juga penambahan tugas2 kerumahan sesuai peningkatan usia mereka, membuat mereka harus berjibaku mengatur waktu dan mengendalikan kemalasan dalam mendawamkan khataman Alquran minimal sebulan sekali. Ini tahapan pembiasaan. Juga untuk menggugurkan kewajiban sebagai seorang Muslim yang SUDAH BISA MEMBACA ALQURAN. Ini belum sampai ke tahapan MENCINTAI Alquran ya. Masih jauh. 4. Saya terapkan *konsep Steril di usia 0-7 tahun.* Artinya? *Saya bersihkan rumah kami dari segala sesuatu yang menghalangi datangnya cahaya Alquran*. Apa itu? TV dan musik. Rumah kami bersih dari TV dan musik. Saya juga *membiasakan diri menidurkan anak-anak dengan melantunkan juz'amma dari mulut saya sendiri*. Dari AnNaba' hingga AnNaas. Walau mereka sudah tidur. Ingat target mimpi saya terhadap anak? Mereka HARUS menghafal minimal juz'amma bersama saya. Dan harus kuat pemahaman mereka akan surah-surah di juz'amma. Ini target yang saya kejar. Dan alhamdulillaah Silmi, putra sulung kami, di usia 4,5 tahun sudah hafal juz'amma. 'Ulya di usia 6 tahun sudah hafal juz'amma. Apakah hafalan mereka sudah ajeg? Belum. Sampai sekarang kami masih terus-menerus menanamkan pemahaman akan makna dari ayat-ayat suci dari Allah ini. Bukankah itu tujuan utamanya? *Hafal Alquran itu suatu yang niscaya bagi orang yang memilih untuk terus berinteraksi dengan Alquran, dengan terus-menerus membacanya..berulang-ulang...dengan penghayatan*. Dan menjadi penghafal Alquran itu istimewa. Benar-benar manusia terpilih. Keluarga Allah di dunia. Kami ingin mencapai posisi ini. Mengenai TV dan tontonan, *masuk usia 7 tahun, saya pindah ke fase FILTERISASI* . Jadi program mengkaji film mulai diintensifkan. Resiko tinggi. Iya. Tetapi ini membangun daya imunitas dari dalam. Modal besar mereka untuk berdakwah ke generasi mereka dan setelahnya yang mayoritas bobrok dan rapuh. Mereka harus MENGENDALIKAN alat itu, demi kepentingan dakwah ke depan. Jadi, sekarang di ruang tamu kami ada Led TV 43' milik Taman Baca Keluarga Pelangi (Catat: bukan milik keluarga kami). Besar yaaa...yap. Ada program menonton film pekanan buat anak2 taman baca/santri2 rumah tahfizh. Dan anak2 sedang saya persiapkan menjadi relawan program MEDIA LITERACY. Ini berhubungan dengan TV. Lalu, bagaimana hubungan mereka dgn TV? TV tak menjadi ancaman bagi mereka, alhamdulillaah. Dan memang tak pernah. Karena mereka dipersiapkan baik-baik di usia awal. Di fase steril. Ini bicara tahapan persiapan yang panjang. . Gada keajaiban dalam pengasuhan anak. Adanya kelelahan yang terencana. 5. Setelah anak-anak *khatam Alquran pribadi minimal 4 kali* , dan anak-anak sudah bisa membaca lancar huruf latin, kami masuk ke program lanjutan. Kami mulai *program TADARUS Alquran sekeluarga* sejak 'Ulya berusia 7 tahun. Setelah subuh, kami baca Alquran bersama-sama. Masing-masing membaca setengah halaman, lalu membaca terjemahannya. Lalu ayahnya membahas dari segi bahasa dan tafsir dari kitab tafsir muyassar Ibnu Katsir yang dianggap paling mudah dicerna oleh anak-anak. Saya back-up dengan berbagai buku yang bisa mempermudah proses penyampaian pesan. Buku pemdamping yang kami pakai di kajian Alqur'an ini adalah Muhammad Teladanku dan EMIAH. Keduanya terbitan Sygma. Alhamdulillaah, 8 Muharram 1438 H/9 Oktober 2016 kemarin Allah kembali menakdirkan kebaikan kepada kami sekeluarga, kami dimudahkan mengkhatamkan kajian Alquran sekeluarga untuk kedua kalinya. Sekarang kami ulang lagi kajiannya dari awal, dengan lebih perlahan dan mendalam. Disertai arti. Satu dua ayat bisa dikaji beberapa hari. Mulai memperkenalkan bahasa Arab, makna Asma'ul husna dalam kehidupan sehari-hari, dan memperkuat asbabun nuzul tentang ayat-ayat. Juga mencoba membedah mukjizat ilmiah ayat-ayat Alquran. Kami berusaha meningkatkan tahapan mengkaji Alquran dengan mencoba membahasnya dengan menggunakan buku-buku asmaul Husna, buku siroh tematik ( Buku Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad Saw), buku ProLM (kajian detil tentang karakter FAST), dan buku Ensiklopedia Peradaban Islam. Ketiga ensiklopedia keren ini terbitan Tazkia Publishing. Juga dengan menggunakan ensiklopedia mukjizat ilmiah Alquran dan Hadits.(EMIAH, terbitan Sygma). Juga buku2 lain tentang penciptaan alam dan nubuwah nabi tentang akhir zaman. Kajian ini disesuaikan dengan tahapan KEBUTUHAN BELAJAR putra-putri kami. Di tahapan usia 7-14 tahun ini, model belajar mereka cocoknya kongkrit operasional. Jadi kami harus mengarahkan anak-anak untuk menerapkan secara sederhana hasil kajian di keluarga kami. Kami memyebutnya 'Personal Program'. Ini sebenarnya bagian dari 'Personal Curriculum' bagi tiap anggota keluarga. Termasuk kami, ayahbundanya. Di usia ini kami ajak anak-anak membuat program hidup 10 tahun kedepan. Apa mereka mampu? Mampu ko. Do not underestimate the power of kid's critical thinking. Mereka ini sudah diarahkan untuk berkali-kali MENGKHATAMKAN Alquran. Agar itu menjadi kebutuhan mereka sepanjang hidup, kebutuhan yang mereka nikmati dan dengan sukarela dilakukan. Jadi, kami yakin, cahaya Alquran akan membimbing akal mereka. Itu janji Allah. Dan telah dicontohkan oleh Rasulullaah, para sahabat dan para ulama hingga sekarang. Ini masalah keyakinan. Yang menjelma dalam program-program harian. Itu aja.... Ngejalaninnya aja ga semudah menuliskannya. Ada banyak kendala. Tetapi MIMPI sudah ditetapkan. Tinggal dibedah menjadi 3: FAKTA, MASALAH, SOLUSI. Breakdown lebih kecil. Dan terus BERGERAK. Kita diciptakan untuk BERGERAK. Aktif. Diam tenangnya saat tahajud. Ini waktu istimewa. Be smart. Be FAST. JANGAN jual waktu utama itu dengan harga murah. JANGAN habiskan waktu utama itu untuk bicarakan bisnis kecil dengan manusia. Bicarakan bisnis utama kita dengan Sang Pemilik Alam Semesta. Gakan rugi. Ga percaya? Buka Alquran. Surah Ash Shaff. Surah ke 61. Ayat 1O-14. Ini penawaran dari Allah kepada orang beriman. Perdagangan yang gakan rugi. Di dunia dan akhirat. *Fokus dulu ke Alquran bersama keluarga. Baru ke yang lain.* Wallaahu a'lam bishawab. - Iin Savitry, #BundaBidadari - ‌d
1 note · View note
alimurtadlo-blog · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
[Tahfizh Smart] Kisah ini bermula ketika aku baru saja menginjakkan kaki di bumi rantauan ini. Sebuah chat WhatsApp masuk ke handphoneku.
"Al, tau Indonesia Quran Foundation?", tulisnya. Sebuah pertanyaan yg menggugah jari jemariku untuk mulai membuka laptopku dan mencari apa itu Indonesia Quran Foundation (IQF).
"Oh, ternyata asrama Penghafal Qur'an" gumamku dalam hati.
Menghafal adalah impian setiap muslim di dunia ini, tak terkecuali bagiku, aku sudah tertarik menghafal sejak di bangku madrasah. Menghafal surat2 yg bagiku indah untuk dibaca, seperti surat Al Mulk, surat Ar Rahman, surat Al Fath, surat Muhammad, dlsb. Namun, aku punya kendala dalam menghafal. Aku cepat sekali menghafal, tapi hafalanku tidak bertahan lama. Sebatas keinginan untuk menghafal itulah aku coba berkunjung ke asrama IQF. Jauh...! itu kesan pertamaku berkunjung kesana. Setelah menimbang banyak hal, disertai pertimbangan uang saku dari orang tua, pada tahun tersebut aku mengurungkan niatku untuk berasrama di sana. Aku memilih asrama mahasiswa saja yang lebih terjangkau dari segi finansialnya. Lagi2, aku mendapatkan chat dari teman baikku.
"Gimana, Al, jadi berasrama disana?"
"Tidak, terlalu mahal, hehe, insyaAllah di tahun terakhir, doakan ya".
Sebuah keinginan yang hanya terbesit pada waktu itu, ternyata Allah mendengar doaku, qodarullah, hari ini aku menjadi mahasantri IQF, salah satu impianku sewaktu menjadi mahasiswa baru. Nyaman, nyaman sekali, itu kesan pertamaku, bangun ditengah malam adalah impianku setiap hari, berlama-lama dengan kalamnya adalah keindahan yang tak bisa digantikan oleh apapun di dunia ini. Rasanya, aku ingin selamanya disini saja :), disini aku mendapatkan sebuah metode menghafal yang baru.
"Ziyadah (menambah hafalan) itu bagus, tapi lebih penting Murojaahnya (mengulang hafalan), karena kunci menghafal adalah murojaah".
"Hati2 kalo ingin cepat2 menghafal brti itu datangnya dari setan"
"Menghafal ibarat kamu mendengar perkataan dari Allah, sedangkan bacaan dalam sholatmu ibarat kamu berbicara kepada Allah"
"Maksimalkan setiap detik usahamu dalam mendekat padaNya"Aku berharap, setahunku disini bisa banyak mengubah habitku. Mengubahku menjadi sosok yang bersemangat memaksimalkan potensiku, menjadi sebaik-baiknya versi dari diriku. AamiinRajinlah membaca Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat. (HR. Muslim 1910).
Tahfizh Smart Setiap detik harus bernilai
0 notes
yumfs · 7 years
Photo
Tumblr media
Dulu di TS 5, kajian Ustadz Fajri adalah yang paling menakutkan bagi para mahasantri. Ustadz yang masyaAllah pinter banget ini dulu bawain kajian Matan Jazari, isinya pelajaran tajwid mulai dari makharijul huruf shifatul huruf sampai hukum2 bacaan yang dijadikan syair. Dan kita diharuskan hafal sekitar 2-4 bait setiap pertemuan. Setiap 3 kali pertemuan, di pekan terakhir setiap bulan dilakukan evaluasi bulanan. Dan kajian Matan adalah momok bagi kami para mahasantri. Biasanya kita2 (yg akhwat deng, gatau yg ikhwan gmn) pada pasrah aja entah ngisi apa. Kadang walaupun udah ngapalin juga pas disuruh nulis ulang lagi di kertas jawaban, entahlah blank aja gitu karena ujiannya malem2 juga kali ya jadi udah ngantuk / kepikiran tugas kampus (alibi). Tapi still, kita mahasantri TS5 bersyukur pernah belajar dan ngapal Matan Jazari, yang memang baru pas angkatan 5 ini pertama kalinya dimasukin di kurikulum tahfizh smart.
Nah sepertinya belajar dari tahun lalu, melihat nilai ujian Matan yg waw luar biasa, akhirnya kajian Matan dihapuskan dan diganti kajian Tajwid biasa di TS 6 ini. Terus Ustadz Fajri sekarang jadinya ngisi kajian Tadabbur yang dulunya dipegang Ustadz Hasan. Dan sekarang kajian Ustadz Fajri menjadi kajian yang paling ditunggu-tunggu (padahal dulu kalo ustadznya berhalangan ngisi kita-kita seneng banget wkwk). InsyaAllah nanti tiap pekannya bakal ditadabburi ayat-ayat quran yang membahas salah satu disiplin ilmu dan dimoderatori oleh mahasantri yang berkuliah di jurusan tersebut. Keren banget lah ini. Nanti InsyaAllah saya posting juga isi kajiannya😊✨
0 notes
enamcahaya · 7 years
Text
Professional Wanna Be
Wow wow wow, apaan nih?
Jadi yaa, untuk menjadi profesional itu dibutuhkan kiat-kiat dan strategi supaya tercapai. Misalnya kaya kalau mau jadi guru yang profesional, berarti harus mendalami ilmu keguruan dan kependidikan serta menerapkannya. Begitupun untuk menjadi dokter, peneliti, ilmuwan, penulis, dan lainnyaaa... Betul kaaaan?!
Tapiii yang mau aku tulis di sini itu bukan untuk yang kek gituan,, tapi lebih penting dari apapun. What what what ?!
Yaitu PROFESIONALISME PEREMPUAN.
Luar biasa bukan? Karena aku sendiri sempet kebingungan sekaligus terkejut, apakah selama ini aku sudah mengonsepkan diri untuk menjadi seorang pereumpuan yang profesional? Karena yang selama ini dilakukan baru sekedar untuk ruang lingkup diri kekinian saja, semacam muwashafat. Belum merancang, bagaimana jika nanti jadi seorang istri,, jika nanti menjadi seorang ibu..
Perenungan panjang yang singkat ......
Naaah, alhasil tulisan ini sekaligus sebagai hasil usaha Saya untuk mengerjakan NHW 2 nya IIP Batch 4. Yang keren nih yaaa, IIP ngasih kunci supaya indikator kita singkat menjadi SMART yaitu: - SPECIFIK (unik/detil) - MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar) - ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah) - REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari) - TIMEBOND ( Berikan batas waktu)
Cekidot...
CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”✅📝 a. Sebagai individu b. Sebagai istri c. Sebagai ibu
Buatlah indikator yg kita sendiri bisa menjalankannya. Buat anda yang sudah berkeluarga, tanyakan kepada suami, indikator istri semacam apa sebenarnya yang bisa membuat dirinya bahagia, tanyakan kepada anak-anak, indikator ibu semacam apa sebenarnya yang bisa membuat mereka bahagia.Jadikanlah jawaban-jawaban mereka sebagai referensi pembuatan checklist kita.
Buat anda yang masih sendiri, maka buatlah indikator diri dan pakailah permainan “andaikata aku menjadi istri” apa yang harus aku lakukan, “andaikata kelak aku menjadi ibu”, apa yang harus aku lakukan. Kita belajar membuat "Indikator" untuk diri sendiri.
Bismillaahirrahmaanirrahiim ..
a. Sebagai individu
S: Menjadi hamba yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul Nya
M: Selama setahun. Membuat muwashafat/ targetan yang sifatnya ruhiyah/ jiwa, fikriyah/ keilmuan, dan jasadiyah/ raga., 
A: Mengikuti pengajian kelompok kecil agar ada pengontrolan dan evaluasi terhadap targetan
R: Pencapaian targetan setiap hari/ disesuaikan dengan bentuk amal yaumiyahnya, seperti shalat rawatib, tahajud, tilawah, tahfizh, muraja’ah, mentoring, membaca buku, olahraga, dll.
T; PERSEMESTER dan satu Pekan sekali dievaluasi oleh diri sendiri dan kelompok pengajian.
---
S: Menjadi anak yang berbakti pada orang tua
M: Selama setahun. Dengan membuat form list hal-hal yang sudah dilakukan untuk orang tua dan tidak dilakukan pada hari itu (sesederhana apapun), 
A: Dekat dengan orang tua selama dan sebisa mungkin
R: Setiap hari. Membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Langsung menyaut bila dipanggil. Membantu bila dimintai tolong, tidak mengucapkan perkataan yang menyakiti, dll.
T: Persemester yang dievaluasi setiap pekan
---
S: Menjadi calon yang berilmu dan berkesiapan :)
M: Selama setahun. Dengan membuat form list hal-hal persiapan yang sudah dilakukan ketika nanti menjadi istri dan seorang ibu
A: Mengikuti kajian tentang pernikahan dan membaca buku
R: Dua bulan minimal mengikuti 1 kajian atau membaca 1 buku
T:  Persemester yang dievaluasi setiap pekan
------------
b. Sebagai istri
Dear my future husband, andaikata aku menjadi seorang istri ......
S: Menjadi istri yang shalihah
M: Selama setahun. Melist hal-hal yang suami tegur dari Saya sebagai istri. Melist hal-hal kegiatan ibadah yang Allah sukai dan saling mengingatkan
A: Mengutamakan shalat berjamaah di masjid untuk suami, bangun untuk ql, tilawah, dll
R: Seminimal mungkin membuat kesalahan. dan minimal 80% dari targetan amal yaumiyah dilakukan.
T: Persemester. Sebulan sekali dievaluasi bersama
---
S: Menjadi istri yang pengertian
M: Selama setahun. Dengan melist hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh suami
A: Mengenal lebih dalam tentang suami baik berkegiatan di dalam rumah maupun di luar rumah
R: Minimal seminggu sekali ada permaianan/ kegiatan yang lebih mendekatkan :D
T: Persemester. Sebulan sekali meminta evaluasi dari suami atas hal-hal yang sudah dilakukan tsb
------------
c. Sebagai ibu
Dear my future son and girl, andaikata kelak aku menjadi ibu ......
S: Menjadi Ibu yang care
M: Selama 9 bulan 10 hari
A: Melist hal-hal yang bisa memaksimalkan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan. Seperti Menhafal al quran, mengaji, muraja’ah, membaca buku, belajar (lagi) pengetahuan dari awal (matematika, ipa), olahraga, pola makan sehat.
R: Minimal 80% dari targetan dilaksanakan. 
T: Per 3 bulan yang dievaluasi setiap pekan
---
S: Menjadi ibu yang kuat
M: Selama dua tahun
A: Belajar memprioritaskan kebutuhan anak dan keluarga. Mulai mengurangi hal-hal yang bersifat pribadi. Seperti tidak sering menonton, kumpul bareng teman (yang tidak terlalu penting), tidak main hape selagi anak bangun, dll
R: Minimal 80% dari targetan dilaksanakan. 
T: Per 3 bulan yang dievaluasi setiap pekan
------
......
Alhamdulillaaah.. selesai... Semoga sesuai dengan yang dimaksud fasil.. Hehe.
Tapi beneran deh, kalau yang ketika nanti menjadi istri dan ibu, ga kebayang.. Jadi maaf yaa kalau kesannya ‘sok ideal’ hehe..
...
ikhtiar, iman maksimal.
Sitta.
0 notes
ichigoichiyo · 7 years
Photo
Tumblr media
Last day! Kuy daftar Tahfizh Smart (TS) 6! Jangan sampai nyesel pernah punya niat tapi ga jadi daftar! 😂😂😂 ' ' Indonesia Qur'an Foundation (IQF) adalah salah satu momen terbaik gue. Meski ga bisa nyelesein program sampai selesai karena harus pulang ke Kupang, tapi gue merasa beruntung pernah menjadi salah satu santri di tempat ini 💕 ' ' Kenapa IQF? Programnya tersistem dengan baik. Mau lo mahasiswa atau udah kerja, IQF memfasilitasi lo untuk tetap bisa menghafal Al Qur'an. Selain itu ada kajian rutinan semacam fiqih, bahasa Arab, matan, hingga kajian keilmuan lainnya. Salah satu poin plusnya buat gue adalah, IQF ga lupa bikin program yang punya manfaat untuk masyarakat di lingkungan sekitar asrama. Salah satunya TPA Sahabat Qur'an. Love it! 💕 ' ' Tertarik? Ini hari terakhir loh. Silakan segera kepo akun @indonesiaquran atau kunjungi websitenya aja yaa... Semoga Allah mudahkan langkah2 orang2 yang berniat baik. ' ' Ingat, niat jadi penghafal Qur'an aja ga cukup. Tapi kudu konkrit. Dan jangan lupa istiqomah, soalnya ini paling susah. *pengalaman* 😂😂😂 #notetomyself #tahfizhsmart #tahfizhsmart6 #indonesiaquranfoundation
0 notes
unimiff · 6 years
Text
TAHFIZH SMART 7: TENTANG MERAWAT HARAPAN
Tumblr media
 “Niatkan sampai selesai 30 juz. Jangan berhenti menjadi penghafal Quran 5 juz, 10 juz, atau 15 juz saja.” Kalimat salah seorang ustaz tersebut terngiang-ngiang di kepalaku, sedikit demi sedikit menepis keraguan untuk mendaftar sebagai santri Tahfizh Smart 7 Indonesia Quran Foundation (TS7 IQF). Ada beberapa hal yang membuatku ragu. Pertama, statusku bukan lagi mahasiswa. Terhitung sejak beberapa bulan sebelumnya resmi sudah aku menjadi alumni kampus kuning. Maka selayaknya sebagian besar mahasiswa yang telah lulus S1, maka pilihan kegiatan selanjutnya adalah melanjutkan pendidikan, mencoba peruntungan di dunia kerja, atau membina rumah tangga. Opsi ketiga jelas-jelas bukan berada di rencana hidupku. Bagaimana dengan opsi 1 dan 2? Hmmm, jangan-jangan ada opsi lain yang lebih baik tapi belum terlihat. Hal kedua yang membuatku ragu adalah teman-teman seangkatan aku kuliah dan sesama santri di TS6 tidak ada yang lanjut ke TS7. Seperti yang aku katakan sebelumnya, masing-masing menempuh jalannya sendiri-sendiri. Aku yang kurang suka menjadi seorang “kakak” dalam suatu lingkungan agak enggan untuk mendaftar TS7. Selanjutnya, yang membuatku ragu adalah restu orang tua. Saat akan mendaftar TS6 tahun lalu saja, orang tuaku bertanya segala macam hal. Lokasi asramanya dimana, apakah asramanya bersih, guru-gurunya siapa, apakah berafiliasi dengan partai politik tertentu, dan seterusnya dan seterusnya.
Akan tetapi, Allah memang Mahakuasa membolak-balikkan hati manusia. Umak dan Apa malah sangat mendukung agar aku melanjutkan program tahfizh di IQF. Ternyata setahun belakangan ini mereka banyak belajar tentang keutamaan para penghafal Quran. Alhamdulillah. Sekarang masalahnya tinggal pada diriku sendiri. Apakah karena pola yang berkembang di masyarakat adalah sekolah, kuliah, lulus, kerja, menikah, dst. maka aku harus mengikuti pola tersebut? Tapi ternyata tidak ada aturan baku yang mengatakan bahwa setelah lulus SMA kita harus kuliah, lalu wisuda, bekerja tetap dan berumah tangga. Hidup bukanlah sebuah kompetisi untuk menyelesaikan pos-pos tantangan kehidupan seperti itu. Toh aku juga masih bisa bekerja lepas sehingga tidak mengganggu waktu quran time pagi dan malam hari.
Dan kalau sudah tidak ada teman seangkatan yang lanjut TS7, apakah ada masalah? Mungkin aku perlu mengecek lagi niatku dalam menghafal Alquran karena apa dan untuk siapa. Apakah hanya karena ikut-ikutan trend dan karena banyak teman? Jika iya, maka trend akan berganti dan suatu saat teman akan pergi. Tetapi jika niatnya adalah karena Allah, maka bahkan jika tinggal kita sendiri saja di dunia ini yang melakukannya, maka lakukanlah.
Akhirnya bismillah, aku pun mendaftar sebagai santri TS7. Aku merasa bahwa banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan dari TS6 dan aku siap dan masih sangat butuh untuk belajar bersama orang-orang baru di TS7 nantinya. Di IQF, aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Santri yang semangat belajar dan ber-Qurannya begitu tinggi, ustaz dan ustazah yang ilmunya dalam dan luas tetapi tetap rendah hati, serta keluarga Umi dan Abi yang memiliki keikhlasan tak bertepi.
Di IQF juga aku belajar bahwa setiap orang memiliki titik nol yang berbeda-beda. Ada orang-orang yang memang sudah sejak lahirnya berada di lingkungan yang baik, keluarga yang islami, dan pendidikan yang berkualitas. Mereka mendapatkan kemewahan untuk mengenal Islam dan menghafalkan Quran lebih dahulu. Di sisi lain, ada juga orang-orang yang baru memulai untuk mempelajari agamanya lebih dalam. Datang ke IQF dengan hafalan masa kanak-kanak, juz 30 pun belum selesai dan bacaan belum lancar. Akan tetapi, aku juga belajar bahwa untuk yang sudah baik dari lahir, tidak boleh sombong. Untuk yang baru mulai belajar, tidak boleh berputus asa. Mungkin kita memiliki awal yang berbeda-beda, tetapi kita semua memiliki cita-cita dan tujuan akhir yang sama, yaitu menjadi hafizh / hafizhah 30 juz dan meninggal dunia dalam kondisi terbaik.
Jika belum bisa menyamai mereka yang sudah baik dari lahir, maka kita yang baru mulai belajar dengan izin Allah bisa memperkecil jarak. Memperkecil jarak dalam hal keilmuan bisa dilakukan dengan belajar sedikit lebih banyak. Memperkecil jarak dalam hal jumlah hafalan dengan ziyadah sedikit lebih banyak. Memperkecil perbedaan dalam hal kelancaran hafalan dengan muraja’ah sedikit lebih sering. Tilawah sedikit lebih banyak, ber-Quran sedikit lebih lama, dan sedikit lebih yang lainnya. Jangan mengutuk masa lalu, tetapi cobalah untuk merajut masa depan yang lebih baik, karena seperti janji Allah, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.
Jika Tahfizh Smart 6 adalah tentang menemukan dan memulai perjuangan, maka Tahfizh Smart 7 adalah tentang merawat harapan. Harapan untuk tidak berhenti menjadi penghafal Quran 5 juz, 10 juz, atau 15 juz saja, tetapi menyelesaikannya. Harapan ini harus terus dipupuk dan disemai dengan tetap membersamai para penghafal Quran lainnya. Saat ini wadahnya adalah Indonesia Quran Foundation. Mungkin nanti, setelah tidak di sini lagi, harapan itu juga harus tetap dimiliki. Dan harapan hanya tinggal harapan saja jika tidak diwujudkan dengan aksi nyata. Tolong, bantu aku mewujudkannya, mungkin dengan doa? Semoga istiqamah bersama kalam-Nya dalam segala suasana.
 Depok, 28 November 2018
Miftahul Jannah
Santri TS6 dan TS7 Indonesia Quran Foundation
#TahfizhSmart7
#IndonesiaQuranFoundation
#SetiapDetikHarusBernilai
 PS: Bagaimana dengan cerita tentang TS6? Mungkin nanti bisa kamu baca di buku Mahasiswa-mahasiswa Penghafal Quran (MMPQ) jilid 2, kalau tulisannya selesai dan lulus seleksi dari redaksi 😊
4 notes · View notes
mutiarafirdaus · 2 years
Text
Tumblr media
11 Pesan untuk TS 11
L : Umi, lulu degdegan deh besok ketemu santri² baru TS, nanti pada gimana ya..
U : Biasanya murid yang deg degan ketemu guru baru. Ini malah gurunya
H : Emang ada berapa Kak U murid barunya?
L : Delapan atau sepuluh gitu
H : Haa! Aku kira satu
L : Wkwkwk halaqoh macam apa itu isinya satu orang, Hauur!
Empat tahun ke belakang ini, 1 Agustus selalu jadi momentum (banyak banget yang gue jadiin momentum 🤣) yang membuatku menarik napas panjang, bersiap untuk menyusun narasi tentang rancangan pembelajaran Quran selama satu tahun kedepan. Melayarkan kapal dengan penumpang baru yang belum kukenal.
1 Agustus adalah saatnya bertemu dengan para mahasantri baru. Dengan harapan yang mereka bawa. Dengan ragam latar belakang yang mereka punya.
Dengan nalar kritis yang luar biasa. Dengan kesungguhan yang terlihat dari manik mata. Dengan senyum yang terkembang menghias rupa. Dan tak terasa, tetiba harus melepas mereka ketika momen wisuda.
Prinsip dasar yang harus kupegang! Belajar dari lingkaran demi lingkaran yang setiap tahunnya berganti adalah,
1. Jangan pernah meletakkan ekspektasi besar kepada satu dua orang tertentu terlebih dahulu, yang secara zhahir mungkin mereka memang terlihat cemerlang
2. Belajarlah untuk konsisten dengan janji yang dibuat. Jadwal yang disusun. Target yang dicanangkan. Dan tuntas menyelesaikan apa yang sudah dimulai
3. Kamu juga harus ikutan menambah hafalan dan murojaah juga intens dalam tilawah. Meski hanya setengah halaman. Meski hanya seperempat juz. Setiap hari harus bertambah! Hingga tak terasa berjumpa dengan Ramadhan tahun depan, semoga ada hilal baik kita bisa tasmi' semua hafalan :"
4. Jaga adab pergaulan. Jangan bertingkah kayak bocah mulu dihadapan orang-orang. Ceria boleh, tapi gausah kebangetan. Tolong ngakak-ngakaknya direm dan jangan kebablasan
5. Doakan selalu murid-murid. Mereka itu bangunnya lebih pagi, tahajudnya lebih panjang, hambatan dalam berquran lebih banyak, dan semangatnya lebih tinggi dari kamu, kalo ngga bisa jadi teladan yang baik minimal jadi pengirim doa yang baik
6. Harus mau melapangkan hati untuk mengayomi setiap individu yang diamanahkan. Sependiam apapun dia. Seceriwis apapun dia. Sehandal debat apapun dia. Semanut apapun dia. Anggap saja mereka Haur yang lucu dan kamu selalu ringan hati untuk melayaninya :")
7. Terus belajar mengupgrade diri. Ilmu pengetahuan itu berkembang, jangan sampai kamu ketinggalan. Hikmah dalam Quran itu begitu dalam, jangan sampai kamu hanya puas dengan yang dangkal. Baca buku-bukunya dan simak materinya!
8. Muliakan guru-guru dan muridmu. Ingat, mereka semua manusia. Dan sejatinya murid kita ialah guru juga bagi kita. Maka harusnya memuliakan mereka pun sama sama kamu lakoni ya
9. Murah senyum! Mari latihan fake smile dari sekarang wkwkwk. Kalo bt atau capek sugesti diri dulu kalo mengajar itu menyenangkan, gaboleh bakhil dengan ilmu yang dipunya. Udah mah ilmunya sedikit, malas ngajarin orang pula.
10. Gausah kritik sistem mulu. Kalo kamu jadi qiyadah TS juga gabakal bisa mengelola kemudi dengan lihai.
11. Perbaiki niat setiap saat. Inget kita mau ketemu Rasulullah, Ubay bin Kaab, Abdullah bin Ummi Maktum, Mush'ab bin Umair, Abdullah bin Mas'ud dan sahabat mulia lainnya kan? Apa-apa yang dikerjakan mengharap pertemuan dengan Allah kelak di Surga, maka akan ringan terasa dan abadi manfaatnya. Perbaiki niat setiap saat!
Dan yang membahagiakan di TS kali ini adalah, Rafi tergabung menjadi mahasantri!
Alhamdulillah ya Allah :") Terimakasih karena sudah mau membuka hati dan mengirimkan ia ke tempat baik ini. Semoga Allah teguhkan langkahnya dan istiqomahkan sentiasa.
Bismillah, mari kita sambut Tahfizh Smart 11!
Ahad, 31 Juli 2022
6 notes · View notes
unimiff · 3 years
Text
Tumblr media
Setiap semester, biasanya Tahfizh Smart IQF mengadakan mabit murojaah sebelum pekan murokaah dan pekan tes juz. Kondisi pandemi saat ini serta santri yang tidak hanya bermukim di asrama, tetapi juga daring dari rumah, membuat pengurus harus berpikir kreatif. Akhirnya tercetuslah ide mabit daring. Alhamdulillah, tadi pagi telah selesai rangkaian kegiatannya dan ditutup dengan kajian murojaah. Nah, dari kajian murojaah ini begitu banyak ilmu, hikmah, dan inspirasi dari pengisi kajian, yaitu Ustaz Muhammad Luthfi. Aku akan bagikan beberapa di antaranya.
Murojaah itu merupakan bentuk tanggung jawab seorang penghafal Al-Qur'an atas amanah dari Allah yang begitu besar. Amanah yang bahkan bumi, langit, dan gunung pun menolak untuk mengembannya, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surah Al-Ahzab. Hafalan tanpa murojaah bagaikan jasad tak bernyawa. Hafalan tanpa murojaah bagaikan jalan setapak yang sudah lama tidak dilewati. Ia akan hilang.
Menjaga Al-Qur'an itu dengan banyak membacanya. Hafalan yang tidak dimurojaah bahkan akan lebih cepat hilang daripada unta yang tidak diikat.
Setidaknya, kita perlu 3 waktu murojaah
1. Murojaah pribadi: yang sudah mutqin atau lancar, minimal terulang dalam 1 pekan. Misalnya jika ada 7 juz, maka 1 hari minimal 1 juz.
2. Murojaah partner: hafalan yang sudah lancar, minimal sehari 5 halaman, disetorkan kembali ke teman agar ada yang membenarkan jika kita salah atau terlewat.
3. Murojaah ke musyrif/ah: yang belum mutqin. Minimal 5 halaman per hari.
Ketika murojaah, ada hal-hal yang perlu dilakukan:
1. Ketika akan setoran ke guru, persiapkan terlebih dahulu. Ketika menyiapkan, baca dengan tartil agar tidak ada yang terlewat
2. Perhatikan tajwid. Tajwid merupakan fondasi dari hafalan.
Waktu terbaik untuk murojaah
Pagi sebelum / sesudah subuh. Rasulullah saw. mendoakan keberkahan untuk umat beliau pada waktu pagi.
Bakda asar
Bakda magrib
Kemudian, Ustaz bercerita bahwa salah seorang pelatih beliau ketika ikut musabaqah dulu pernah mengatakan bahwa penghafal Al-Qur'an itu waktunya bukan 24 jam, melainkan 21 jam. Kenapa? Karena 3 jam-nya itu waktu khusus minimal untuk bersama Al-Qur'an. Minimal loh yaaa. Ya Allah.
Bagaimana mengkhatamkan hafalan? Ada beberapa cara dalam membaginya.
Salah satunya bisa dibagi dalam 7 hari, ikut rumus
فمي بشوق
Al-Fatihah - Al-Maidah
Al-Maidah - Yunus
Yunus - Bani Israil
Bani Israil - Asy-Syu'ara
Asy-Syu'ara - Ash-Shaffat
Ash-Shaffat - Qaf
Qaf - An-Nas
Bisa juga khatam dalam 10 hari.
Mengikuti tanggal: 1 bulan khatam 3 kali
Misal tanggal 27: murojaah juz 7, 17, dan 27
Yang paling penting untuk dicatat dalam murojaah adalah:
Dalam murojaah, perlu meluangkan waktu, bukan menunggu waktu luang. Dalam murojaah, perlu mengosongkan waktu, bukan menunggu waktu kosong. Dalam murojaah perlu mujahadah
Ada lagi cerita beliau tentang pengalaman paling berkesan selama lomba. Tahun 2014 adalah tahun paling berkesan bagi beliau.
Waktu awal tahun 2014, ketemu finalis tunanetra dari Afganistan sewaktu lomba di Iran. Padahal kita tahu, Afganistan merupakan negeri konflik. Dan ingat, ini orang tunanetra masyaAllah.
Lalu, di Kepulauan Riau, ketemu peserta saat MTQ Nasional, yang lagi-lagi seorang tunanetra dari Bandung.
Kemudian, di Saudi Arabia, ada simulasi tampil. Saat itu tidak lancar dan dibimbing terus. Beliau sudah pasrah apakah diberi kesempatan tampil atau tidak, yang penting niatnya untuk ibadah di Mekah. Ternyata beliau diberi kesempatan untuk tampil di Masjidil Haram, di depan kakbah dan diberi kelancaran dan diberi juara 3. Dan masyaAllah, juara pertamanya dari Qatar dan seorang tunanetra!
Jadi, sekarang coba lihat cermin.
TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK SEMANGAT MUROJAAH. Mata kita sehat, negeri kita aman, waktu luang ada. Apakah kita punya cukup hujjah untuk disampaikan di hadapan Allah kelak jika kita masih malas-malasan dalam murojaah, dalam membersamai Al-Qur'an?
Padang, 27 November 2021
5 notes · View notes
mutiarafirdaus · 4 years
Text
Tentang IQF -versi Lulu-
2015
Aku baru lulus dari Pesantren kala itu. Anak sok idealis yang sedang menunggu pengumuman SBMPTN.
Kessos UI menjadi tujuan utamaku melanjutkan studi sejak resmi dilantik menjadi siswa kelas 3.
Bayangan dimasa depan, aku adalah reinkarnasi dari Najwa Shihab, dicampur Anis Matta, ditambah sedikit bumbu Fahri Hamzah, dan dilengkapi kelembutan Kak Seto.
Aku akan berdiri di garda depan, menjadi Ketua KPAI. Menjadi wakil rakyat di Parlemen. Berkeliling negara menjadi Duta Bangsa. Dan menciptakan kesejahteraan serta kebahagiaan hidup bagi masyarakat Indonesia.
Ya, figur2 itu adalah sosok yang menghiasi meja kelas di urutan pertama dengan background kuning yang menyala sebagai labelitas spot duduk Lulu Faradisa. Dan cita-cita itu tertanam kuat meski tidak diiringi belajar dengan giat.
Tak ada yang duduk di spot itu selain dia, meskipun hari-hari belajar diisi dengan kabur dari jam pelajaran, meja itu seperti mewakili idealisme pemiliknya yang berkeliaran entah kemana.
Tapi naas, di lingkungan keluarga sejak kecil aku selalu tampak berbeda. Alih-alih mendukung cita-cita untuk bereinkarnasi dengan tokoh-tokoh tersebut, selepas dari Pesantren keluarga memintaku untuk mengikuti program 20 Hari Bersama Quran di Asrama Quran Mahasiswa.
Seharusnya pendaftarannya sudah tertutup, tapi ada satu calon peserta yang mengundurkan diri karena kecelakaan.
Dengan malas bin enggan kuikuti alur tesnya, tes hafalan surat Maryam. Ayat satu kubaca dengan kacau. Kemudian wawancara, setengah hati kujawab seadanya. Dan pengumuman mengatakan, aku lulus di program itu. Ohtidak.
Aku membuka pintu asrama dengan gontai. Harusnya pintu ruangan bimbel yang kubuka, bukan pintu asrama ini.
Singkat cerita, kami mendapatkan pembinaan berquran selama 20 hari. Dan ritual tidur sehabis subuh sangat menyiksaku disini.
Asrama ini mewajibkan seluruh santrinya mengikuti kegiatan Quran Time sejak subuh hingga pukul setengah tujuh.
Dari trik pura-pura sakit sambil pegangin minyak kayu putih di atas perut di pagi hari, sampai sembunyi untuk tidur dibalik speaker mushola, atau kabur pulang sejak malam dan tidak mengindahkan panggilan kakak pengurus dipagi hari sudah kulakukan.
Berkali-kali Kakak Pengurus mengirimkan pesan mengingatkan tentang adab dan komitmen. Aku tau segala sikap ini salah, tapi tak bolehkah melampiaskan segala kesal dan lelah?
Kehidupan sosialku pun kacau selama mengikuti program. Aku enggan berteman. Ku pasang wajah paling masam tiap kali berhadapan dengan santri lainnya, mau dia senior mau dia ustadzah, pokoknya mereka harus jadi pelampiasan karena aku berada di tempat ini.
Sejak dulu, aku tidak mau menjadi guru. Apalagi ustadzah. Bayangan bahwa mereka akan bertahun-tahun mengendap di surau yang sama, sedangkan para muridnya sudah berkiprah dan melanglang buana membuatku tak rela harus berada di posisi itu.
Tapi kata seorang kawan, menghafal Quran tidak sesempit itu. Tidak semua orang yang menghafal Quran harus berakhir menjadi Ustadzah di surau-surau. Maka dengan aneka rutukan, kujalani hari-hari mengikuti program.
Allah Maha Baik, memudahkanku menghafal ayat-ayatNya. Ziyadah satu juz yang ditargetkan tuntas 20 hari, ku singkat menjadi 10 hari. Teman-teman terkejut aku tuntas setoran, mengingat kelakuan yang selalu tidur dan kabur-kaburan.
Tapi hafalan itu tidak bisa diujikan. Aku menghafalnya karena nafsu. Nafsu ingin cepat setoran agar bisa melanjutkan tidur dibalik speaker. Maka setelah setoran, hilang sudah hafalan. Aku mendapatkan hasilnya sesuai dengan niatan di awal.
10 hari kedua aku mulai membuka hati berada di tempat ini.
Mulai mendengarkan kajian dan kultum-kultum. Mulai mencatatnya. Mulai senyum ketika disapa. Mulai mengobrol tentang hal-hal yang lucu. Mulai mendengarkan nasihat orang-orang dengan seksama. Mulai merancang, Juz mana lagi yang mau ku hafal ya. Mulai menangis karena tidak bisa mengujikan ziyadah yang pernah disetorkan. Mulai terkesima mendengar cerita-cerita para mahasiswa yang begitu semangat berjibaku dengan hafalannya. Mulai berkenalan dengan para santri lama. Mulai menyusun timeline menyelesaikan hafalan Quran. Dan mulai mengurangi kadar tidur di waktu Quran Time.
Meskipun tidak bisa diujikan secara sempurna, sepertinya hafalan Quran itu mulai bereaksi. Bukankah Quran ialah sebaik-baik obat bagi penyakit hati?
Sampai tiba akhirnya waktu diwisuda. Kami-peserta program 20 HBQ- akan diwisuda bersama para santri yang sudah dibina setahun di program Tahfizh Smart 3. Bersama mahasantri binaan di daerah Parung SEBI.
Wisuda menjadi momentum dimana aku mulai merutuk untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini isi rutukanku adalah, kenapa tidak kumanfaatkan waktu sebaik-baiknya 20 hari kemarin bersama Quran? Kenapa tidak kunikmati ukhuwah dengan kakak-kakak hebat yang kini akan pergi melanjutkan kehidupan? Kenapa aku lebih memelihara kesombongan? Kenapa dan kenapa lainnya..
Satu hal yang kupikirkan. Tempat ini memang bukan asrama Quran biasa.
Tempat ini ialah representasi dari cita-cita dan idealisme Pemuda Muslim yang menginginkan Indonesia kembali berjaya dengan nafas-nafas Quran disetiap lininya. Tempat ini ingin menanamkan Quranic Worldview bagi para Intelektual Muslim masa depan agar mereka menjalani hidup dengan berpatokan pada GPSnya, yaitu AlQuran. Tidak salah jalur atau punya pemikiran ngelindur.
Hingga kelak, Negri ini bisa kembali berjaya dan adidaya karena dikelola oleh insan-insan yang menjaga hubungan dengan RabbNya.
Maka wisuda menjadi pemisah antara aku, IQF, dan kawan-kawan lain. Aku berjanji ketika kelak menjadi Maba Fisip, ada satu semangat yang akan kugelorakan pada semesta. Yaitu semangat mendekat kepada Al Quran bagi Pemuda Muslim Indonesia.
Pengumuman SBMPTN diterbitkan, dan tidak ada namaku disana. Bagus.
Aku nanar menatap laman pengumuman. Allah, bukankah cita-cita duniawi ku sudah sedikit bergeser? Kenapa masih belum boleh juga mewujudkannya?
2020
"Ustadzah, izin cuci muka ya. Aku ngantuk banget"
Aku menoleh kepada salah satu santri yang memasang mimik wajah bersalah. Dengan senyum sumringah aku mengangguk mengizinkan.
"Semangat Kak! Insya Allah habis cuci muka semoga dimudahkan ya ngafalnya."
Dia tersenyum lebar dan beranjak ke tempat mengambil wudhu.
Tempat ini tak banyak berubah. Speaker besar mushola masih berada di posisinya. Kolam ikan masih setia dengan penghuninya. Sejuknya asrama masih ternaungi oleh aneka tumbuhan sayur dan buah-buahan. Dan riuh suara berQuran setiap pagi dan malam masih nyaring terdengar.
Ustadzah, sampai saat ini aku masih malu dan geli mendengarnya jika orang-orang memanggil dengan sebutan itu. Karena masih banyak cacat dan aib yang melekat dan terpelihara didalam jiwa.
5 tahun sudah sejak hari itu. Diawali dengan rutukan, dijalani dengan tangisan, dan berakhir dengan syukur dan harapan. Terimakasih IQF, atas batu loncatan yang membuatku memiliki titik balik sebuah kehidupan.
3 tahun sejak wisuda, Allah mengantarkanku berkenalan dengan Qur'an, Palestina, dan guru-guru yang luar biasa. Sesuatu yang tak pernah kuduga menjadi bagian hidup.
Allah Maha Baik memang, dan alur hidup ini sangat menggelikan. Apa-apa yang kita perjuangkan untuk menjadi garis hidup, jika tak sesuai dengan ketetapanNya tentu tak akan bisa terjadi meski semesta telah berhimpun untuk mendukung. Teori itu jelas termaktub dalam hadits yang 40.
Dulu, kukira menjadi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial ialah satu-satunya tempat dan sumber ilmu yang akan mengantarkanku meraih cita-cita. Ternyata tidak selalu begitu.
Meskipun tidak lulus disana, Allah tak pernah lepas mendidik dan menyemangatiku untuk mewujudkan cita-cita. Sebuah cita yang berharap bisa mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi bangsa Indonesia.
Dan benar saja, sejak mengenal Quran aku betul-betul merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam menjalani hari-hari. Kuharap ini tidak berlangsung satu dua hari, tapi terus terjaga hingga usai sudah kiprah kita didunia.
Terimakasih IQF, atas segala inspirasi dan semangat berQuran yang semoga terus terkobarkan.
Semoga aku dan kamu, istiqomah dalam menjaga habit berQuran🌻
7 notes · View notes
unimiff · 6 years
Text
SEDIKIT CERITA
Sudah lama ingin menjadi bagian dari para penghafal Quran. Waktu sekolah, alasan sibuk belajar dan lingkungan kurang mendukung. Sewaktu kuliah, alasan semakin sibuk lagi dan lingkungan lebih tidak mendukung lagi. Tapi ternyata, itu hanyalah alasan-alasan yang dijadikan pembenaran. Tak jauh dari kampus Universitas Indonesia, Depok, terdapat beberapa lembaga tahfizh Quran yang menyediakan asrama bagi para peserta programnya. Salah satunya adalah Indonesia Quran Foundation (IQF) yang terkenal dengan program tahfizh smart-nya. Santri IQF rata-rata merupakan mahasiswa yang aktif di kampus, organisasi, ataupun mulai merintis bisnis sendiri. Di sela-sela kesibukan mereka, mereka tetap menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan Quran. Karena pada dasarnya kita semua diberikan waktu yang sama, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Yang menjadi masalah adalah, apakah kita merasa menjadi orang paling sibuk sedunia, sehingga tidak sempat untuk berinteraksi dengan Alquran?
Qadarullah, di semester akhir kuliah, saya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri menjadi santri IQF. Pikir saya, sekarang atau tidak sama sekali. Alasan awalnya sederhana, agar ada kegiatan bermanfaat lain yang dikerjakan selagi menyandang status sebagai mahasiswa, menemani saat-saat menyelesaikan skripsi. Setelah menjalani rangkaian tes, alhamdulillah dinyatakan lulus dan layak menjadi santri IQF.
Hampir setahun lamanya menjalani hari-hari di asrama IQF dengan segala programnya, tujuan tinggal di sini menjadi berbeda, perlahan berubah dari alasan awal ketika mendaftar. Saya menjadi sadar, nikmat untuk berinteraksi dengan Alquran setiap harinya, dikelilingi orang-orang luar biasa yang saling mengingatkan dalam kebaikan, nikmat untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, adalah nikmat yang begitu luar biasa, yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Ternyataaaa, setiap tahunnya, banyak sekali calon santri akhwat yang mendaftar ke IQF, tetapi tidak bisa diterima. Bukan karena mereka tidak memenuhi syarat, tapi karena asrama yang ada tidak bisa menampung semua yang mendaftar. Sayang sekali. :(
Renovasi dan perluasan asrama akan memungkinkan IQF dapat menambah kuota penerimaan mahasantri baru. Saat ini, ada bangunan atau ruangan yang cukup luas milik Umi dan Abi (pemilik lahan tempat berdirinya asrama IQF) yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana menginap untuk santri. Namun agar bisa dihuni, tempat ini harus melalui proses renovasi. Ruangan yang lebih luas, memungkinkan IQF untuk menambah penghuni lagi di dalamnya. Sehingga program tahfizh smart pada periode berikutnya, IQF dapat menambah kuota untuk santri baru.
Ingin sekali rasanya agar saudara-saudaraku di luar sana juga merasakan nikmatnya hidup bersama Alquran. Ingin rasanya agar manfaat tinggal di IQF dirasakan oleh sebanyak-banyaknya orang. Oleh karena itu, bantu renovasi asrama IQF yuuk. Tidak masalah seberapa besar nominalnya. Semoga berapapun yang kamu sisihkan dari rezeki yang diberikan oleh Allah kepadamu untuk menyiarkan kalam-Nya di muka bumi ini, diberikan ganjaran yang berlipat ganda. Semoga tercatat sebagai amal jariyah, duhai saudaraku.
Ladang amal sedang terbuka lebar. Coba klikhttps://kitabisa.com/renovasiiqf
untuk informasi lebih lanjut. Sekian SEDIKIT CERITA dari saya. Semoga harimu menyenangkan dan penuh manfaat!
😊
0 notes
unimiff · 6 years
Text
OKTOBER: PERTANGGUNGJAWABAN
Akhir Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2018, aku melewati salah satu fase yang (menurutku) penting selama perjalanan hidup di IQF: tasmi’. Hari itu bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, aku didaulat untuk memperdengarkan hafalan Alquran di depan orang-orang yang hadir. Seminggu sebelumnya Ustazah S sudah memberitahu kalau aku yang akan tasmi’ pertama kali dari santri akhwat, jadi agar dipersiapkan dengan baik. Sebelumnya, beberapa orang santri ikhwan telah tasmi’ pula dengan dihadiri oleh sesama ikhwan.
Tumblr media Tumblr media
               Seminggu sebelum hari-H, aku sudah tidak ziyadah (menambah hafalan baru) lagi, tetapi fokus ke muraja’ah (mengulang) hafalan lama yang akan di-tasmi’-kan.
               Singkat cerita, tibalah hari-H. Jengjeeeng. Kegiatan tasmi’ dimulai sore hari. Saat itu yang datang untuk menyimak baru ada NF, lalu menyusul FSF, lalu kemudian Ustazah S. Bismillah, dimulai dengan pembacaan surah Al-Fatihah bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan aku membaca surah Al-Baqarah sendirian. Oh ya, IS dan Teh M juga menyusul di menjelang akhir pembacaan surah Al-Baqarah. Karena yang datang tidak terlalu banyak dan surah ini lumayan sering aku ulang-ulang sebelumnya, alhamdulillah lumayan oke, meskipun bukan tanpa kesalahan sama sekali! Ada beberapa kesalahan di sana sini, tapi alhamdulillah lumayanlah. Surah Al-Baqarah selesai menjelang magrib. Lalu kita pun istirahat dan rencananya tasmi’ akan dilanjutkan setelah shalat isya.
               Nah, setelah isya, semakin banyak santri yang sudah kembali ke asrama dan ikut turun ke mushalla untuk ikut menyimak. Tasmi’ pun dilanjutkan dari surah Ali Imran sampai surah An-Nisa. Dengan kondisi banyak pasang mata yang tertuju padaku dan mereka mengharapkan ayat-ayat Allah itu mengalir lancar dari mulutku, entah mengapa kemudian aku merasa potongan-potongan ayat itu seolah-olah menari-nari di dalam kepala, tetapi tidak bisa aku keluarkan. Mereka terserak bagaikan mozaik yang tidak bisa aku satukan. Sering kali NF sebagai korektor memberikan clue ayat selanjutnya.
               Tahukah kamu bagaimana rasanya? Sediiiiiiiiiiih. Jika ada kata yang menggambarkan kesedihan yang mendalam, maka itulah dia. Lebih sedih daripada ketika kucing kesayanganku sewaktu kecil pergi meninggalkan rumah dan tidak kembali lagi, lebih sedih daripada ketika aku harus extend dan tidak bisa lulus tepat waktu, bahkan lebih sedih daripada ketika aku dinyatakan tidak lulus tes kerja di perusahaan yang sangat aku idam-idamkan.
               Aku membayangkan, di dunia saja rasanya seperti ini. Bagaimana rasanya di akhirat nanti, ketika disuruh membacakan ayat-ayat ini di hadapan Sang Pencipta langsung? Bagaimana rasa gugupnya? Jika hafalanmu tidak benar-benar mutqin, akankah kamu sanggup, untuk kemudian dimasukkan ke dalam surga sesuai dengan tingkatan hafalanmu? Bisakah kamu mempertanggungjawabkan apa yang telah kamu kumpulkan sedikit-demi sedikit, (mungkin) dengan bersusah payah, bisakah kamu menjaganya?
               Yang paling aku sedihkan adalah bukan karena aku tidak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang dan mempersembahkan yang terbaik di hadapan Ustazah S, tetapi lebih karena aku yang tidak bisa menjaga. Maka benarlah, sesuatu yang dititipkan, jika tidak dijaga dengan baik, maka akan diminta dan diambil kembali oleh pemiliknya. Alquran itu adalah titipan. Dia bisa kita hafalkan bukan karena usaha dan kerja keras kita semata, aplaagi karena kecerdasan otak kita. Dia adalah pemberian dari Allah swt. Jika Dia berkehendak, maka dengan mudahnya akan dicabut hafalan itu dari dalam diri kita. Maka tugas kita adalah menjaganya dengan sebaik mungkin dan meminta pertolongan kepada-Nya untuk menjaga kita.
               Maka untukmu siapapun yang membaca tulisan ini, jangan lakukan kesalahan yang sama denganku. Jika telah mendapatkan sesuatu, bertanggung jawablah. Jagalah ia dengan sebaik-baiknya penjagaan. Mari kita sama-sama menjaga, mulai sekarang dan seterusnya.
8 notes · View notes