Tumgik
#Tahun Hijriah berganti
imamentalaritmatikabcc · 11 months
Text
Tumblr media
0 notes
Text
Tumblr media
Tahun Hijriah berganti, pertanda diri harus kembali introspeksi. Selamat Tahun Baru Islam 1445 Hijriah.
KLIK https://wa.me/6282114163839, Fingerprint Test Allsmart Jabar, Tes Sidik Jari Allsmart Jabar, Tes Bakat Fingerprint Allsmart Jabar, Fingerprint Test Akurat Allsmart Jabar, Biometric Fingerprint Test Allsmart Jabar
Allsmart Region Jawa Barat Ruko Bukit Cimanggu City Blok B1/12A Tanah Sareal Bogor
(Seberang Bogor Icon Hotel)
https://www.instagram.com/allsmartjabar.idhttps://karakaedu.comhttps://youtube.com/channel/UCgy7iIFrJWns_fUa9VxoV_Q
#fingerprinttestapk, #fingerprinttestbakat, #fingerprinttestadalah, #fingerprinttestandroid, #fingerprinttestapp, #fingerprinttestaccuracy, #fingerprinttestbandung, #fingerprinttestdibandung, #biayafingerprinttest, #biometricfingerprinttest
keakuratan fingerprint test, fingerprint test jakarta, fingerprint test bandung, biometric analysis di jakarta, tes sidik jari online, stifin test, tes stifin penipuan, biometrical analysis jakarta
0 notes
danyusuf · 3 years
Text
Refleksi Dua-dua: Bukan Sebuah Krisis
Tumblr media
Tahun telah berganti –baik Masehi maupun Hijriah, dan umur pun telah bertambah. Dua puluh dua sudah bukan angka yang bisa dianggap kecil bagi manusia kini. Di umur ini, apa yang didaku sebagai quarter-life crisis­, sebuah “penyakit psikis” yang dialami manusia “modern” mulai banyak melanda. Sederhana saja, di umur ini, jika menurut kebiasaan, pendidikan jenjang strata 1 telah usai dilampaui. Setiap orang mulai memikirkan urusannya masing-masing. Berpisah dengan kawan dekat sudah menjadi hal yang biasa. Dan tanpa sadar, kita semua mulai sibuk menanyakan diri sendiri. Tentang apa yang akan dituju? Apa yang akan dilakukan setelah ini? Serta apa tantangannya? Dan tak lupa dengan siapa akan melewatinya?
Perasaan-perasaan semacam itu pun juga saya rasakan, meskipun saya pribadi tidak mau menganggapnya sebagai krisis. Alasannya sederhana, saya adalah orang idealis sejak kecil, dan saya percaya (sekaligus memperhitungkan tentu saja!) bahwa ada jalan untuk melewatinya. Maka saya menjadi tidak begitu terpengaruh dengan lingkungan saya.
Barangkali di antara gejalanya, yang sangat saya rasakan adalah hilangnya teman-teman terdekat. Kehilangan ini semakin terasa karena pandemi yang menyebabkan banyak di antara kita tidak sempat berpamitan satu sama lain. Hal ini tentu saja menghasilkan perasaan sedih terhadap diri saya.
Sebagai orang dengan arti nama “sendirian”, saya sebenarnya terbiasa menyendiri. Hanya tetap saja, saya tetaplah manusia dengan keinginan bersosialisai. Meskipun bedanya, saya cenderung selektif dalam memilih teman berbicara. Maka di titik ini, ketika suasana Jogja semakin sepi, keinginan bersosialisasi itu saya luapkan ke satu-dua orang terdekat saja, yang alhamdulillah, sampai sekarang masih setia menemani kegiatan bercerita bersama saya.
Faktor lain yang sedikit saya rasakan adalah tekanan dari teman-teman sekitar. Ketika sebagian besar di antara mereka satu per satu telah wisuda dan bahkan bekerja, saya masih saja di sini, berkutat dengan skripsi yang belum kunjung usai, sembari sesekali mencari peluang pekerjaan sambilan yang tak tentu ada. Tapi setidaknya dengan adanya asrama, saya lebih tenang dalam mengahadapi masa depan. Maklum, asrama yang saya tempati telah memiliki tujuan dan arah yang jelas yang sesuai dengan rencana hidup saya.
Pada akhirnya, di umur ke dua puluh dua ini, memang banyak hal yang perlu dikerjakan dan dipikirkan secara serius. Tapi bukan berarti itu harus menjadi beban yang dipikirkan terlalu banyak dan memicu krisis. Insyaallah akan ada jalan selama kita mau mencarinya dan tidak berputus asa. Maka semoga kita semua dilindungi dari beban-beban pikiran yang tidak diperlukan, dan mampu menjalani hidup dengan menyenangkan, apa pun keadaannya.
Yogyakarta, 4 Januari 2021 Dan Yusuf, memasuki dua-dua
Refleksi dua-dua adalah tulisan mengenai Fardan yang telah memasuki umur 22 tahun. Sejatinya rubrik ini diterbitkan ketika 14 November lalu, namun baru bisa terwujudkan awal Januari Ini.
2 notes · View notes
aufhanaja · 4 years
Text
Pergi~
Selama pandemi sesuatu yang biasa menjadi tidak biasa. Membuat sebagian orang harus memperbarui adaptasinya kembali
Yang biasanya ada harus pergi
Yang biasanya tak ada menjadi disisi:)
Senang,sedih,bosan,betah hilir mudik berganti.
..
Saat itu ada juga yang sudah dikenal dekat pergi tetiba memutuskan kontak, mengaku fake friend katanya
Tak apa bukan sebuah hal yang membuatku harus terpuruk, ataupun menyesali..
Bahkan jika ditanya tentang kehilangan, rasulullah lah yang paling perih merasakannya..
Ditinggal sang ayah sebelum lahir, di tinggal ibu saat 6 tahun, dua tahun sembuh dari luka ditinggal oleh kakek tercintanya lalu pada saat bahagianya melimpah anak pertama dan kedua menyusul kakeknya beberapa saat anak perempuan dipinang, dan pada 10 hijriah sang istri serta paman pembela menutup usia.
Coba lihat.. seperih apa hati seorang nabi? Adakah beliau berniat untuk mengehentikan perjuangan? Jika bukan sang musthafa siapa lagi yang bisa menggugah kita dari kegalauan sepele?
Teruntuk aku,segeralah berbenah terus mendekat kepada dan untukNya
Maka semua akan mudah:)
1 note · View note
duniairputih · 5 years
Text
Zaid bin Tsabit: Cendikia Muda, Penghimpun Al-Qur'an!!
Jika berbicara tentang bagaimana para sahabat pada awal masuk islam banyak pertentangan dari pihak keluarga. Berbeda dengan sahabat yang satu ini. Ia justru memeluk islam bersama keluarganya. Masih belia usianya, 11 tahun kira-kira. Seorang Anshor dari suku Bani Najar yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam.
Seorang bocah kecil yang begitu besar keinginannya dalam membela agama Allah. Hal ini terlihat saat hendak perang badr. Kedatangannya menghadirkan perhatian pada diri Rasulullah, karena melihat seorang bocah dengan membawa pedang yang hampir seukuran tinggi badannya tersebut bersemangat menghampiri Rasulullah.
Saat itu usia Zaid sekitar 12 tahun. Seorang yang masih di bawah batas umur diperbolehkan berperang (min.15th). Benar saja, wajah semangat itu berganti menghadirkan raut murung dan kesedihan mendalam karena izin dari Rasulullah tak ia dapat.
Ia berbalik, menunduk, kembali pulang sambil menyeret pedang yang dibawanya. Sesampainya di rumah, dipeluknya sang bunda, ia menangis, mengadu, perihal apa yang baru saja terjadi. Tentu sang bunda sedih, keinginan sang anak untuk ikut berperang harus gugur, setidaknya untuk saat itu.
"Nak, jika engkau tidak bisa bergabung dengan pasukan ini. Engkau bisa tetap membela islam dengan cara lain".
Beginilah keadaan hati seorang bunda saat melihat anak tercinta gagal mewujudkan impiannya. Ia membesarkan hati Zaid, menghiburnya dengan tidak melupakan tujuan utama yaitu dakwah.
Setelah Badr, sang bunda membawa Zaid menghadap kepada Rasulullah. Menceritakan perihal yang terjadi pada anaknya.
"Ya Rasulullah, ia seorang yang cerdas, lagi bisa baca tulis. Ia juga sudah menghapal belasan surat Al-quran. Tolong uji dia, dan berikan pekerjaan yang bisa membantumu".
Ia, menyerahkan putra tercintanya untuk diuji langsung oleh Rasulullah. Kemudian Rasulullah menghendaki, dan diberilah Zaid tugas untuk menjadi sekretaris Rasulullah.
Sebuah tugas penting yang bukan hanya kemampuan baca tulis saja yang diperlukan. Namun juga kemampuan menjaga rahasia. Karena setiap surat yang diterima dan dikirim Rasulullah bukan perihal surat sederhana tak bermakna, namun merupakan dokumen penting lagi rahasia. Beginilah keadaan Zaid, menjadi seorang yang amanah sedari usia muda.
Islam menjadi semakin luas, semakin jauh pula surat-surat yang dikirim dan diterima dari berbagai negeri. Hal ini tentu membuat Rasulullah membutuhkan seorang yang bisa menjadi penerjemah. Maka dalam tekad dan kesungguhan yang kuat, Zaid belajar menguasai berbagai macam bahasa. Seperti Habasyi, Koptik, Parsi, Romawi, Ibrani, juga Aramik. Hal ini mampu dikuasai dalam waktu singkat. Zaid ingin, urusan umat islam harus diselesaikan pula oleh umat islam.
--------------------------------------
Ketika itu tahun ke-10 hijriah. Setelah bersama Jibril mengulang hafalan sampai 2 kali dalam satu bulan Ramadhan, tahun terakhir kenabian. Rasulullah mempercayakan Zaid bin Tsabit untuk mendengarkan setoran hafalan Al-Quran setelahnya. Betapa istimewa Zaid, dan bukankah berarti saat itu Zaid juga telah menghapal seluruh isi Al-Quran?! MasyaAllah..
Ketika masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, terjadilah peperangan di Yamamah. Kala itu, ribuan muslim menemui syahidnya, lalu ratusan diantaranya adalah para penghapal Al-Qur'an. Hal ini menimbulkan kekhawatirkan di hati Umar untuk kemudian disampaikan kepada Abu Bakar, bahwa pengumpulan Al-Quran menjadi satu mushaf harus dilakukan.
Setelah sebelumnya menyampaikan keberatan atas ide Umar, Abu Bakar menyetujui dan mencari seorang yang pantas dan kompeten untuk melakukan tugas tersebut. 21 tahun usianya kala itu, Zaid bin Tsabit dipercaya khalifah untuk mengerjakan pengumpulan Al-Qur'an. Penolakan yang sama seperti Abu Bakar pada awalnya. Tentang ketakukan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah.
"Demi Allah, jika Abu Bakar menyuruhku memindahkan gunung dari satu tempat ke tempat lain, itu lebih ringan dibanding aku harus menghimpun Al-Quran".
Tapi perihal ini bukan sekedar meminta persetujuan Zaid, melainkan perintah seorang khalifah yang tak bisa ditolak.
Zaid seorang yang hapal Al-Qur'an, tidak ada yang meragukannya. Namun, dalam upaya pengumpulan Al-Qur'an, ia tak menunjukkan seberapa hebat dirinya. Maka didatangilah para sahabat penghapal yang juga dapat dipercaya serta pengumpulan ayat-ayat yang tersebar dalam lembaran pelepah kurma, batu, kulit, dan lainnya.
Pengumpulan Al-Qur'an adalah perihal penyatuan dan pencocokan antara hafalan sahabat dengan lembaran ayat yang tertulis. Setelahnya, Zaid menuliskan kembali ayat-ayat yang terpisah itu sesuai urutan surat.
Bukan perkara mudah, karena ini adalah kitab suci, pedoman bagi umat manusia. Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Sungguh pertanggungjawaban yang amat berat.
Maka, ialah seorang muda yang energik, berpikiran cerdas, memiliki pengalaman menuliskan wahyu di sisi Rasulullah, dan tidak ada seorangpun yang meragukan keshalihan Zaid bin Tsabit menjadi alasan Khalifah Abu Bakar memerintahkannya menghimpun Al-Quran.
Zaid bin Tsabit kemudian berhasil menyusun kumpulan ayat Al-Quran menjadi satu mushaf yang hari ini berada disetiap rumah-rumah muslim di dunia.
Zaid bin Tsabit merupakan guru. Pun sejak usia muda, ia juga menjadi bagian dari dewan syuro, penasehat khalifah.
-----------------------------------------------------
Hari ini kita merindukan sosok pemuda seperti Zaid. Menjadikannya sebagai cermin, kemudian berkaca, memandang diri sendiri, lalu merenungi sudah seberapa besar jasa kita bagi agama ini?!
Begitu besar umat muslim berhutang pada Zaid bin Tsabit. Melalui perantaranya, bacaan Al-Quran mampu menggema di penjuru belahan dunia. Lembar-lembar Al-Quran mampu dibaca dan dipelajari dengan lebih mudah. Maka alangkah malu menjadikan Al-Qur'an berdebu di sudut rumah kita.
Zaid bin Tsabit menyadarkan kita bahwa seorang muslim harus memiliki kecerdasan yang bukan hanya digunakan untuk pencapaian dan pemuas diri, melainkan untuk kepentingan umat. Itulah sebenar prestasi.
Lalu menjadi orang tua seperti ibunda Zaid bin Tsabit. Mengarahkan dan mensupport anaknya untuk berkontribusi membela agama Allah. Menjadikan anaknya bercita-cita bahwa menolong agama Allah-lah yang utama.
Illahi Rabbi,,
Sebagaimana tercucur segala rahmat dari-Mu kepada Zaid bin Tsabit atas setiap bacaan Al-Quran yang terlantun. Maka karuniakan pula kepada kami kecintaan untuk selalu mempelajari dan mengajarkan Al-Quran.
Penuhilah pula seluruh hidup kami, hati kami, dengan cahaya Al-Quran. Allahummarhamna bil Qur'an.. Aamiiin
7 notes · View notes
dijeedij · 5 years
Text
Metamorfosa
Kehangatan setiap episode perjalanan hidup tertuang ke dalam piring piring makanan siang hingga malam ini. Di hari yang penuh berkah, Jum'at 7 Juni 2019. Dini hari kami baru saja sampai di rumah, setelah mudik ke Blitar untuk merayakan Hari Kemenangan seluruh ummat islam, Idulfitri 1440 Hijriah.
Tawa, canda, dan pertanyaan pertanyaan yang belum berganti templatenya memenuhi diri ini, setiap harinya. Semakin bertumbuh, semakin banyak harapan. Semakin bertumbuh, sangat berbeda cara pandang orang lain pada kita. Lalu aku terbersit, apakah hidup ini memang kumpulan dari harapan orang lain pada kita?
Pun saat ramadhan kemarin, aku merasa kali ini, ku habiskan dengan lebih syahdu. Lebih mempersiapkan diri dari ramadhan² sebelumnya, lebih menikmati setiap ibadah yang ku lakukan. Hingga ada bagian dimana malam itu aku menangis terhanyut dalam lantunan ayat ayatNya, mengingat diri yang fakir dan hina ini.
Mengenang seluruh ujian yang Allah hadirkan dalam hidup, mengingat kebesaran dan dekapan cinta kasihNya lebih dalam lagi. Mataku malam itu basah, tepat di malam ke 27 Ramadhan. Lantunan do'a dan kefakiran diri terus terucap, mengenang seluruh rentetan kejadian masa lalu dan kesalahan kesalahanku padaNya.
YaRabb, mungkinkah usia kami, sudah kami habiskan dengan baik?
Di hari ini, 3 Syawal 1440 Hijriah semua berlalu lalang dari satu rumah ke rumah yang lain. Dari satu salam ke salam yang lain, hangat suasana hari raya memang membuat semua terhanyut. 23 tahun tepat aku mengulang hari lahir. Membayangkan hari itu, ummi dan abi panik bukan main anak pertamanya akan lahir melanjutkan silsilah keluarga.
Alhamdulillah wa syukurillah, segala metamorfosa pemikiran, hati, dan cara pandang ku rasakan tumbuhnya. Setiap nasihat, pesan terbaik akan selalu menjadi pelecut semangat dari orang tua, teman, sahabat dan semua orang yang ku kenal.
Segala harap, do'a dan perubahan pasti setiap orang inginkan. Bahkan metamorfosa terberat, adalah selepas ramadhan. Apakah ibadah masih bisa se semangat dan se syahdu saat ramadhan?
Selamat bermetamorfosa,
Metamorfosa dengan versi terbaikmu.
Jum'at, 7 Juni 2019 | 3 Syawal 1440 Hijriah
7 Juni 1996—7 Juni 2019
1 note · View note
ayojalanterus · 3 years
Text
Kisah Umar bin Abdul Aziz: Cara Memimpin Rakyat Disaat Pandemi
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Sudah dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Di Indonesia, banyak pejabat dan pemimpin daerah seperti bupati maupun gubernur yang berjibaku mengatasi pandemi ini sambil terus berusaha memberikan pelayanan untuk masyarakatnya. Banyak di antara bupati atau gubernur itu yang terpapar Covid-19 dan harus dirawat di rumah sakit. Apabila mereka mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, biasanya hanya melakukan isolasi mandiri di rumah atau rumah dinasnya sambil terus bekerja secara online. Namun, beberapa di antara mereka ternyata juga ada yang meninggal dunia karena pandemi ini. Adakah teladan dari pemimpin Islam di masa lalu yang mengalami kondisi seperti ini? Sosok pemimpin yang lingkungan dan masyarakatnya mengalami masa pandemi harus bisa menjadi teladan dalam kebaikan, khususnya dalam mematuhi upaya-upaya kesehatan. Sejarah mencatat bahwa kejayaan Islam pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sehingga masyarakat Muslim pada waktu itu hidup tenteram dan sejahtera padahal bersamaan dengan situasi pandemi. Jarang orang yang tahu bahwa pada zaman Umar bin Abdul Aziz itu juga merupakan masa pandemi thaun yang terjadi pada sekitar tahun 100 Hijriah. Bagaimana khalifah yang terkenal merakyat itu mematuhi upaya kesehatan di tengah pandemi? Apakah keluwesan sikapnya sebagai pelayan umat menjadikannya berbaur secara leluasa untuk membalas kecintaan dari rakyatnya tanpa mempedulikan protokol kesehatan? Pengalaman kaum muslimin dalam menghadapi wabah tidak lepas dari upaya karantina dan pencegahan penularan. Tidak terkecuali, bagi pemimpin kaum muslimin saat itu yang merupakan tokoh sentral dalam mengendalikan masyarakatnya. Kepemimpinan Bani Umayyah terjadi pada masa-masa pandemi thaun yang datang silih berganti. Mereka sudah biasa memindahkan pusat pemerintahan ke daerah pinggiran yang lebih aman dari wabah thaun. Khalifahnya memiliki tradisi membangun istana khusus untuk tinggal dan bekerja di tempat yang jauh dari rakyatnya sebagai bentuk karantina agar terhindar dari thaun yang mewabah. Mereka sangat memperhatikan makanan dan berbagai upaya kesehatan lainnya agar tidak tertular penyakit. Apakah hal ini juga terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz yang juga merupakan khalifah dari Bani Umayyah? Sejarah telah mencatat bahwa Umar bin Abdul Aziz merupakan sosok yang sederhana. Sejak menjadi khalifah, ia meninggalkan kehidupan yang berkecukupan dan justru menjadi seperti rakyat biasa. Sosok ulama sekaligus pemimpin umat yang lebih suka dipanggil amirul mukminin itu meninggalkan istana khalifah dan menempati rumah dinas sederhana untuk bekerja. Ketika penasihatnya menyampaikan untuk mengikuti protokol kesehatan dengan standar kerajaan berupa karantina di istana agar tidak terpapar wabah, Umar bin Abdul Aziz dengan kreatif memberikan solusi lain yang jitu. Meskipun tidak berkenan untuk tinggal di istana, Beliau tetap menjaga protokol kesehatan di rumah kerjanya yang kecil dengan makanan sehat ala kadarnya dan lebih banyak bekerja mandiri sehingga tidak melibatkan staf yang banyak. Imam Jalaluddin As-Suyuthi menceritakan dalam kitabnya tentang kisah thaun pada masa Umar bin Abdul Aziz. Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Artha’ah bin al-Mundir, dia berkata, “Ada beberapa orang yang mendampingi Umar bin Abdul Aziz memintanya untuk menjaga makanannya serta menyarankannya untuk melakukan isolasi atau karantina mandiri dari thaun. Mereka mengabarkan bahwa para khalifah sebelumnya telah melakukan protokol kesehatan itu. Lalu Umar pun bertanya, ‘Lalu di mana mereka sekarang?’ Ketika mereka mengatakan banyak hal, dia berdoa, ‘Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku lebih takut pada suatu hari selain hari Kiamat, maka janganlah Engkau memberiku keamanan dari ketakutanku itu.” Kisah ini tercantum dalam Kitab Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Tha’un karya Imam Suyuthi (Penerbit Darul Qalam, Damaskus tanpa tahun: hal 188). Makna dari riwayat tersebut bukan berarti Umar bin Abdul Aziz mengabaikan protokol kesehatan. Beliau tetap berusaha menghindari kerumunan dengan tinggal di rumah kerja khusus yang sederhana. Kondisi ini sekarang dikenal dengan istilah work from home (WFH) atau bekerja dari rumah. Karena Beliau seorang pejabat, maka WFH dilakukannya dari rumah dinas. Rumah dinasnya berbeda dengan rumah pribadi. Tidak ada banyak pelayan yang mengurus Beliau dan tidak ada seorang penyair pun yang mengerumuni sambil menghiburnya sebagaimana umumnya raja di istana. Bahkan, untuk kunjungan kerja saat turun ke bawah melihat rakyatnya, Beliau lebih suka menyamar sehingga tidak ada konvoi pengawalan dari pasukan maupun sambutan dari rakyat ramai. Meski menolak tinggal di istana megah dan menolak makan makanan kerajaan, Umar bin Abdul Aziz berupaya menerapkan protokol kesehatan dan diet dengan caranya sendiri. Khalid Muhammad Khalid dalam kitabnya menuliskan bahwa menu makan malam Amirul Mukminin itu hanya roti kering, sepiring kacang adas, dan garam. Menu itu juga tidak jauh beda dengan yang dimakan istri dan anak-anaknya yang terbiasa makan malam dengan kacang adas di rumah pribadinya. Kisah ini disebutkan dalam kitab Khulafaur Rasul karya Khalid Muhammad Khalid (Kairo: Darul Muqattam, 2003: 369). Ternyata menu berupa kacang adas, atau yang disebut lentils dalam bahasa Inggris, yang dimakan oleh Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya merupakan makanan bergizi yang murah dan sangat bermanfaat untuk kesehatan lahir maupun batin. Pada masa wabah, semua orang butuh makanan sehat dengan harga yang terjangkau. Umar bin Abdul Aziz dan istrinya juga mengerti betul bahwa selain untuk kesehatan badan, makanan yang dikonsumsi dirinya dan keluarganya juga perlu diupayakan agar memberikan kekuatan batiniah, yaitu terhindar dari sikap sombong dan tetap berempati kepada rakyatnya. Kedua hal tersebut sangat penting bagi kehidupan seorang pemimpin dan keluarganya agar selamat dari berbagai fitnah dunia dan akhirat. Secara khusus, Al-Hafidz Adz-Dzahabi menyebutkan keistimewaan kacang adas dalam kitabnya. Beliau mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang mengungkapkan bahwa memakan adas akan mengisi hati dengan rasa simpati, mengisi mata dengan air mata, dan menghilangkan kesombongan. (Thibb An-Nabawi Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: hal.149) Di sisi lain, kacang adas memang diakui secara ilmiah sebagai sumber makanan berprotein tinggi dan dapat mencegah berbagai virus penyebab penyakit. Meskipun tidak lazim dikonsumsi masyarakat Indonesia, banyak kacang-kacangan lain, misalnya kacang tanah yang manfaatnya serupa. Baik kacang adas maupun kacang tanah, keduanya memiliki kandungan berkhasiat yang mampu mencegah penyakit infeksi karena mikroorganisme, terutama untuk menghambat virus (Francis U. Umeoguaju, dkk, 2021). Apabila cara hidup Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya di tengah wabah thaun diterapkan saat pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu masih sangat relevan. Menjauhkan kerumunan dalam berbagai acara kemasyarakatan dapat ditiru oleh semua orang, baik pimpinan maupun rakyat biasa. Teknis pelaksanaannya tentu tetap beretika dan tidak menyinggung orang lain. Apabila Umar bin Abdul Aziz memiliki keperluan di wilayah yang jauh, Beliau terbiasa menulis surat ke pemimpin daerah setempat. Beliau memang terkenal sebagai khalifah yang rajin berdakwah dengan berkirim surat, bahkan hingga ke raja-raja di India. Mengenai soal makan, tentu kita tidak harus meniru secara persis apa yang dimakan oleh Beliau dan keluarganya. Bila ingin meniru, maka kita menyesuaikan dengan makanan yang tersedia dan menjadi kebiasaan di negeri kita masing-masing. Meskipun demikian, nilai gizi atau nutrisi pada makanan yang dikonsumsi saat pandemi perlu diutamakan. Melalui contoh sederhana, yaitu kacang adas yang dikonsumsi Umar bin Abdul Aziz, maka apa yang Beliau dan keluarganya konsumsi itu tidak lepas dari aspek ilmiah. Ternyata nutrisi kacang adas sangat bermanfaat untuk kesehatan di masa pandemi karena mengandung protein tinggi. Yang tidak kalah penting, saling memiliki empati dan menjauhi kesombongan sangat layak untuk diterapkan hari ini. Di berbagai tempat, masih banyak tokoh pimpinan yang memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadinya. Masih banyak pula orang kaya yang memamerkan hartanya di tengah rakyat yang sedang sengsara karena pandemi. Di sisi yang lain, masyarakat umum banyak yang mengabaikan protokol kesehatan dan marah bila diingatkan oleh petugas. Kita semua berharap bahwa berbagai aspek kehidupan akan membaik, meskipun pandemi belum usai. Situasi seperti ini sudah pernah terjadi sewaktu Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Maka, prinsip-prinsip mulia yang telah diajarkan oleh Umar bin Abdul Aziz layak kita terapkan di situasi yang sedang melanda kita seperti saat ini. Lebih dari seorang khalifah, Beliau adalah seorang waliyullah yang dengan karomahnya mampu menjadi cahaya panutan umat sehingga menebarkan manfaat dan berkah dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga bisa diteladani hingga hari ini. Bahkan, ketika India dilanda tsunami Covid-19 beberapa waktu lalu, kacang adas/lentils menjadi makanan yang dibagikan secara gratis oleh pemerintah India untuk rakyatnya.[aktual]
from Konten Islam https://ift.tt/2TyyZtl via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/07/kisah-umar-bin-abdul-aziz-cara-memimpin.html
0 notes
ephantukangedit · 3 years
Photo
Tumblr media
. 28 Mei 2021 Masehi. 16 Syawal 1442 Hijriah. FYI ya guys, hari ini bertepatan dengan beberapa peristiwa, antara lain : 1. Tahun 1905, Perang Rusia-Jepang : Pertempuran Tsushima berakhir dengan kekalahan Rusia. 2. Tahun 1980, Hari Lahir Mark Feehily, anggota grup musik Westlife. 3. Tahun 2008, Nepal berganti sistem pemerintahan dari kerajaan ke republik. 4. Tahun 2012, Meninggalnya Burhanuddin Soebely, Seniman Indonesia asal Kalimantan Selatan. Semoga menambah wawasanmu tentang peristiwa penting yang sudah terjadi ya guys... Jangan lupa klik LIKE, SHARE atau SAVE ya, semoga bermanfaat... #news #informasi #indonesia #instanews #infohariini #peristiwa #hariini #today #event #todayevent #28mei2021 #16syawal1442H #ephantukangedit #alfatihmultimedia #alfatihgrup #love #like #follow #instagood #lfl #ftf (di Surakarta) https://www.instagram.com/p/CPZqHpGh73v/?utm_medium=tumblr
0 notes
fakta4 · 4 years
Photo
Tumblr media
Sejak saat itu, simbol bulan dan bintang menjadi tren di kalangan umat Islam dan seolah dianggap sebagai lambang Islam, padahal bukan. Lebih tepatnya, bulan dan bintang adalah lambang negara Turki serta beberapa negara mayoritas muslim lainnya (seperti Pakistan dan Maladewa). ☪️ Lebih jauh lagi, simbol tersebut awalnya adalah lambang dari kota Byzantium (sebelum berganti nama menjadi Konstantinopel) sejak abad ke-7 SM. Setelah ditaklukkan Turki, Konstantinopel kemudian berganti nama menjadi Istanbul. Selamat tahun baru Hijriah 1 Muharam 1442 🙏 #Fakta #Fakta4 #sejarah #Islam #FA4_522 https://ift.tt/3hffOeT
0 notes
dianesstari · 7 years
Text
Jalan Hijrah
#Metamorforself Jalan Hirah; 
Masya Allah, Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah yah. Momen sakral yang selalu mengingatkan saya atas sekelumit kisah indah yang tercatat dalam tinta sejarah emas tentang perjuangan “hijrah” Rasulullah dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah untuk menyelamatkan keimanan mereka dari para kaum kafir Quraysi.
Proses perjalanan hijrah Rasulullah dan para sahabat selalu memantik percikan-percikan hidayah yang membuat pipi saya harus tertampar-tampar setiap kali menelusuri jejak shiro mereka tentang betapa mengangumkannya konsep keimanan dan keyakinan yang mereka miliki, dan lagi-lagi saya harus tertunduk malu untuk yang kesekian kali karena menyadari antara diri saya saat ini sungguh tak ada apa-apanya dibanding perjuangan hijrah mereka yang terpisah 1400 abad tahun yang lalu itu. Bahkan kalau kalian mendengarkan kisah mereka dibacakan, saya pastikan kalian akan bergumam “kok ada yah manusia dengan tenaga super kebaikan seperti ini.”
Kisah mereka sangat mudah kalian temui di toko buku atau sekedar googling di hp dan lebih bagusnya lagi ikutan kajian. Jadi saya mungkin tidak akan fokus membagikannya disini supaya kalian menyisihkan waktu untuk berdua saja dengan kisah itu melekat-lekati setiap tetes hikmah dan pembelajaran didalamnya. Karena di tulisan kali ini yang akan saya bagikan hanyalah kisah perjuangan saya sendiri -yang sedari awal tadi sudah saya katakan tak ada apa-apanya dibanding kisah perjalanan hijrah mereka. Stop baca tulisan saya ini sebelum kalian membaca kisah perjuangan hijrah luar biasa dari Rasulullah dan para sahabatnya.
***
When the first sight meet “Hidayah”
“Wahai manusia! Berhijralah kalian dan berpegang teguhlah pada Islam”
(H.R Thabrani)
Kata Hijrah yang diambil dari bahasa arab hajarah-yahjuru-hajran-hujrana ini memiliki makna yang sangat luas tentang menjauhi-meninggalkan-pindah-berpisah- dan menuju sesuatu atau istilah kerennya sih “MOVE ON”.
Bisa dibilang kisah move on saya ini terhitung langka, saya move on awalnya hanya gara-gara saya tidak bisa lulus di universitas favorit yang saya impi-impikan sejak lama. Lalu impian saya yang lain ikut runtuh satu per satu, dunia terasa terbalik dan saya merasa sedang tidak berpijak di bumi saat itu. Allah mencabut satu per satu nikmatNya sehingga mau tak mau saya harus berkawan dengan ujian. Jad I meet for the first sight with Hidayah itu bukan karena saya insyaf abis ikut kajian dan  nimbrungin halaqo-halaqoh, punya teman akhwat yang selalu nasehatin atau seperti kisah Umar Radyallahu anha yang langsung tersentuh ketika mendengarkan bacaan Al-Quran. Saya tidak, bahkan hidayah itu pertama kali datang ketika saya benar-benar down dan putus asa, yah ketika kondisi hati saya bergemuruh karena ekspektasi yang saya bangun selama ini ternyata sangat jauh dari kenyataan.
 Jadi begini ceritanya. Dulu saya kepingin banget kuliah di jurusan kedokteran. Alhamdulillah saya terpilih untuk ikut jalur undangan yang memang pesertanya terbatas hanya ditujukan untuk siswa-siswa yang nilainya tinggi, kalau ngak salah kata pak guru gitu dulu. Entah bagaimana caranya saya bisa apply jalur itu. Jurusan yang saya pilih waktu itu tidak tanggung-tanggung, jurusan kedokteran umum UNPAD di semarang. Selain itu saya juga gabung di kursusan yang targetnya khusus menembak universitas favorit. Nama programnya “Go to Big Five”. Program ini adalah beasiswa langsung dari yayasan HJ Kalla. Alhamdulillah lolos dan dapat beasiswa kursusannya. Setiap hari saya berjibaku dengan soal-soal tes prediksi, ikut Try out dan seminar tentang tips dan trik mencapai skor tertinggi. Saya sangat pede akan lulus. Tibalah masa pengumuman. Saat itu saat-saat paling menyakitkan. Saya tidak lulus jalur undangan juga jalur SNMPTN yang merupakan jalur masuk bersama untuk perguruan tinggi negeri. Kedokteran umum UNHAS di pilihan pertama dan jurusan kedoteran umum UNSRAT manado di pilihan kedua gagal saya dapatkan. Kecewa, sedih, semuanya berkumpul jadi satu. Dari kegagalan itu saya mencoba bangkit untuk mencoba segala kemungkinan yang ada. Saya hampir mendaftar di semua universitas yang masih terbuka. Dan lagi-lagi saya gagal. Saya menangis setiap kali mengecek jadwal pengumuman. Nenek saya yang tahu kalau semenjak bangku SD hingga SMA saya selalu mendapatkan prestasi dan masuk peringkat 5 besar juga ikutan heran. Bahkan nilai UN saya berada di urutan nilai tertinggi kedua. Rencana sudah saya susun jauh-jauh hari, usaha sudah saya gunung lembahkan namun Qadarullah ternyata takdir berkata lain.
Saya tertekan sampai depresi, saya tidak tahan dengan sms teman-teman yang sudah pada lulus, apalagi jika sampai bertanya kabar, “gimana kamu Nti, lulus dimana? Nyess. Sakitnya tuh di hati pakai banget. Saya sampai ngak mau keluar kamar dan makan berhari-hari, saya malu ketemu teman-teman atau sekedar balas sms mereka. Bahkan saking tertekannya rambut panjang yang selama ini saya rawat akhirnya saya potong pendek mirip rambut pemain bola tapi tidak juga sampai botak amat. Intinya Saya kehilangan kepercayaan diri. Ditambah lagi kondisi keluarga saya yang saya tidak bisa sebutkan disini.
Ketika Hidayah menyapa
“Katakanlah: Hai hambah-hambahku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah maha mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS: Az-zumar:53)
Dan di hari- hari kesedihan itulah saya merenungkan banyak hal. Dan entah bagaimana caranya hidayah itu begitu lembut menyapa hati saya seperti tanah kering yang sedang dihujani bertubi-tubi air dari langit. Mungkin karena doa orang-orang yang mencintai saya. Allah sungguh Maha baik, di saat kita berada di kondisi terpuruk Allah datang merangkul kita dengan kasih sayangNya. Sejak saat itu satu pemahaman baik yang saya dapatkan bahwa setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan.
Tidak ada jalan keluar selain mendekat kepada Allah, seberapapun banyaknya masalah yang kita hadapi. Bukankah Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kesanggupan hambahNya?
Saya mendekat, menagis sejadinya-jadinya dihadapanNya. Saya menyesal, kenapa baru sekarang saat diberikan ujian saya menangis dihadapanNya seperti ini. Saya malu, saya takut sudah melewatkan banyak hal tanpa melibatkanNya.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Sejak saat itu perubahan paling mencolok adalah ibadah sholat saya yang masih bolong-bolong akhirnya dengan sekuat tenaga bisa saya rutinkan 5 kali sehari.
Berganti waktu, akhirnya Allah menakdirkan saya untuk kuliah di sebuah perguruan tinggi islam. Saya baru tersadarkan sekarang bahwa dari kepingan puzzle ketidaklulusanku waktu itu, Allah ternyata sedang menyusun rencana lain yang jauh lebih baik, menghadiakan saya hidayah yang begitu indah. Saya akhirnya mengenal agama saya lebih baik. Bergabung di halaqoh tarbiyah yang sukses membuat saya merasakan kenikmatan juga kebahagiaan menjadi seorang muslimah.
Perlahan-lahan saya mulai meninggalkan musik, sudah tidak lagi berjabat tangan dengan yang bukan muhrim, mengakhiri hubungan pacaran, menghapus foto-foto di medsos. Perlahan namun pasti, saya bermetamorfosis dari ulat yang penuh masa lalu yang kelam menjadi kupu-kupu pembelajar yang terus berusaha menerbangkan kebaikan.
Perjalanan hijrah saya tidak berhenti sampai disitu. Saya kemudian mantap untuk mengenakan jilbab lebar dengan warna gelap. Menenggelamkan diri di lautan dakwah bersama dengan proyek-proyek unta merahnya. Saya sangat bersyukur dengan nikmat keimanan yang Allah berikan. Saya jadi mengerti mungkin saja ketika kemarin saya lulus di jurusan kedokteran saya pasti tidak akan menjadi seperti sekarang ini dengan jilbab hitam kebanggaan. Mungkin saya akan terus jemawa dan sibuk dengan segala pencapaian dunia. Mungkin saya tak akan pernah mengecap rasa manisnya hidayah. Mungkin saya tak akan pernah sampai pada pemahaman baik ini, bahwa kehidupan dan kebahagian ada pada ketaatan kita pada Allah. Maha sempurnaNya Allah yang menjadikan kecintaan dan kerinduaan tertinggi ada pada kenikmatan ibadah dan penghambaan kepadaNya. Saya sungguh belajar banyak hal tentang takdir bahwa tidak semua apa yang kita ingini harus dituruti. Kita hanya hambah yang harusnya patuh pada aturanNya. Bahwa kita boleh saja berencana namun Allah yang menentukan. Bahkan kita begitu lemah dihadapanNya, Sunggu Allah yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita, karena sesuatu itu boleh jadi terlihat baik namun sebenarnya buruk dan begitu pun sebaliknya.
Di perjalanan hijrah ini, saya selalu mengajak diri saya untuk terus berproses menjadi lebih baik, untuk terus mendekat kepadaNya karena perjalanan hijrah tak mengenal batas. Kecuali jika kakimu sudah melangkahkan kaki ke syurga. Yah, perjalanan hijrah ini punya ujung bahagia yang indah. Makanya butuh perjuangan untuk melewatinya. Di tengah perjalanan pun akan sering kita temui jalan yang menanjak, bertebing, berlubang membuat kakimu harus berdarah-darah. Namun itu semua terbayarkan nanti jika kakimu sudah melangkahkan kaki di SyurgaNya insyaAllah.
Teruslah berbuat kebaikan di perjalanan hijrah ini karena iman itu yazid wa yanqus akan selalu berbolak-balik – naik-turun, dan kita tidak akan pernah tahu kapan jatah perjalanan kita habis untuk kemudian berpulang ke kampung akhirat yang sebenarnya. Tanpa perbekalan, kita tak akan pernah sampai.
Jangan lupa untuk selalu menguprade niat, karna niat ini yang akan menentukan langka-langkah kita di perjalanan. Salah niat, salah langkah bahkan akan salah tujuan. Sesungguhnya apa yang kita dapatkan nanti akan sesuai dengan niat kita di awal.
Selamat menikmati perjalanan hijrahmu, bagi yang belum yuk berhijrah! Kita sama-sama berproses di jalan ini. Semoga Allah selalu memudahkan langkah-langkah kita menuju kebaikan kebaikan yang menghebatkan kita nantinya. Salam semangat! Salam hijrah!
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dijalan Allah dengan harta benda, diri mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberi rahmat-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal selama-lamanya, sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”
(QS. At-taubah;20-22)
“Berhijralah, karena Hijrah adalah serangkaian episode hijrah menuju Jannah”
@dianesstari
Bersama rimbunnya rindu untukNya, 5 september 2017
Writing project bersama @xyouthgen. Semoga dengan ini kita bisa saling memancarkan cahaya kebaikan. Biidznillah. Allahumma bini’mati tatimussolihat.
28 notes · View notes
umarsyafiiq · 7 years
Text
[Enlightenment Reflection]
Detik demi detik, menit ke menit, hari berganti hari, tiba-tiba tahun baru lagi.
Kembali. Siklus yang amat kukenali.
Sungguh, benarlah ucap Hasan Al Bashri kala itu, bahwa hakikat manusia ini tidak lain hanyalah kumpulan hari-hari. Jika berlalu hari satu per satu, berlalu pulalah kesempatannya, pun usianya.
Apa kabar, wahai diri?
Di usia ke 9, Imam Syafi'i mampu hafalkan 30 Juz Al-Qur'an. Lalu aku? Di usia 13, Nabi Ismail dengan mantapnya mengorbankan jiwa demi tegaknya syiar Islam. Lalu aku? Di usia 21, sang Fatih sudah mengemban amanah seorang panglima perang. Lalu aku? Merasa mengerjakan banyak, merasa menuntaskan banyak, padahal tak lain hanyalah tenggelam dalam fatamorgana dunia. Larut dalam hingar bingarnya.
Lantas kemana larinya waktu yang kugunakan? Atau, kemana lelah letihku selama ini bermuara?
Ada yang perlu dibenahi. Banyak.
Ayo, wahai diri, kencangkan lagi sabukmu, juga tali sepatumu. Tata kembali niatmu yang barangkali sudah tak jelas bentuknya.
Bukan, bukan semata-mata karena ini tahun baru kita. Melainkan karena memang begitulah hakikat waktu kita, selalu berkurang tanpa toleransi, tanpa jeda.
Selamat tahun baru hijriah 1439H!  Semoga kita menjadi pribadi yang semakin baik setiap waktunya, untuk Allah. Semoga bukan hanya semoga. Aamiin.
#EnlightmentReflection #MaskamUndip
~Nyaman Bersama Maskam~
13 notes · View notes
5udarta · 5 years
Text
Tumblr media
AHMAD BIN MISKIN dan NAFSU TERSEMBUNYI
Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak pernah bercerita:
Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak.
Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami. Maka aku bertekad untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.
Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku. Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata:
“Berikan makanan ini kepada keluargamu.”
Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:
“Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan rasa lapar yang melilit. Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan.”
Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan fikiranku dalam khayalan ukhrowi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini. Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku.
“Ambillah, beri dia makan”, kataku pada si ibu.
Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.
Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama. Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.
Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah. Dalam posisi seperti itu, tiba-tiba Abu Nashr dengan kegirangan mendatangiku.
“Hei, Abu Muhammad...!
Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?”, tanyanya.
“Subhanallah....!”, jawabku kaget. “Dari mana datangnya?”
“Tadi ada pria datang dari Khurasan.
Dia bertanya-tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya.
Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta,” ujarnya.
"Terus?”, tanyaku keheranan.
Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashroh ini. Kawan ayahmu. Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.
Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melejit sukses. Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.
Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.
Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis.
Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya.”
Dengan perubahan drastis nasib hidupnya ini, Ahmad bin Miskin melanjutkan ceritanya:
Kalimat puji dan syukur kepada Allah berdesakan meluncur dari lisanku.
Sebagai bentuk syukur. Segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.
Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal shalih. Adapun hartaku, terus bertambah melimpah ruah tanpa berkurang. Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal shalihku.
Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. Ada semacam harapan pasti dalam diri, bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.
Suatu malam, aku tidur dan bermimpi.
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat. Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain. Aku juga lihat, badan mereka membesar. Dosa-dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memanggul dosa-dosa itu masing-masing di punggungnya.
Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar seukuran kota Basrah, isinya hanyalah dosa-dosa dan hal-hal yang menghinakan.
Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal. Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu sisi timbangan, sedangkan amal baikku di sisi timbangan yang lain. Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku..!
Tapi ternyata, perhitungan belum selesai.
Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan. Namun alangkah ruginya aku.
Ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI.
Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu-nafsu itu.
Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.
Tiba-tiba, aku mendengar suara, “Masihkah orang ini punya amal baik?”
“Masih...”, jawab suara lain. “Masih tersisa ini.”
Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa? Aku berusaha melihatnya.
Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah ku sedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya. Habis sudah harapanku... Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi-jadinya.
Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku,sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas = Rp 250 juta), dan itu tidak berguna sedikit pun.
Aku merasa benar-benar tertipu habis-habisan. Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai-sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekanku.
Tak sampai disitu, ternyata masih ada lagi amal baikku. Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku.
Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.
Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus memberat.
Hingga akhirnya aku mendengar suatu suara berkata, “Orang ini selamat dari siksa neraka..!”
==============
Masih adakah terselip dalam hati kita nafsu ingin dilihat hebat oleh orang lain pada ibadah dan amal-amal kita..?
🌷Jangan pernah bersandar pada amal yg tlh kau lakukan.... Sebab dari *ketertipuan* ini adalah sikap bersandar kpd amal secara berlebih. Ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, riya dan akhlak buruk kepada Allah Ta'ala
Orang yang melakukan *amal ibadah* tidak akan pernah tahu apakah amalnya *diterima atau tidak*....🍀 Mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya *bernilai keikhlasan* atau tidak.....
Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba2Nya. Dia Maha Kaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya.
Wallahu Ta'ala A'lam....
Teruslah mengerjakan Amal shole sebanyak-banyaknya tapi jangan merasa diri paling sholeh,sebab amal belum cukup mengantarkan kita kesurga tanpa Rahmat & Kasih sayang dari Allah S.W.T
Astaghfirullahal azhiim..... *Ampunilah kami ya ALLAH jika di hati kami masih ada rasa bangga diri trhdp amal2 kami....* 😢😥
*Barakallah fiikum.*
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
1 note · View note
pesantrenpandeglang · 4 years
Text
Amalan yang Mulia di Bulan Muharram serta Keutamaanya
Diantara nikmat Allah Ta’ala yang diberikan atas hamba-hamba-Nya adalah perguliran musim-musim kebaikan yang datang silih berganti, mengikuti gerak perputaran hari dan bulan. Agar Allah mencukupkan ganjaran atas amal-amal mereka serta menambahkan limpahan karuniaNya.
Setelah bulan dzulhijjah akan datang bulan yang mulia, yang merupakan bulan pembuka dalam kalender hijriah. Didalamnya terdapat banyak keberkahan dan keutamaan yakni bulan Muharram.
Di dalam bulan Muharram terdapat amal yang sangat disunnahkan untuk dikerjakan umat islam yaitu berpuasa sunnah. Berpuasa di bulan yang mulia ini akan banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah.
Puasa ini terdapat di tanggal 9 dan 10 Muharram. Puasa ini disebut dengan puasa tasu’a dan puasa Asyura. Tasu’a diambil dari kata taasi’ yang berarti sembilan muharram dan Asyura diambil dari kata ‘Aasyir yang berarti sepuluh muharram.
Salah satu keutamaan apabila kita melaksanakan puasa Asyura yakni Allah akan menghapus dosa kita selama satu tahun. sebagaimana yang terdapat didalam hadits:
قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهَا
Rasulullah SAW bersabda: “Puasa hari ‘Asyura, aku berharap Allah akan menghapuskan dosa selama setahun”
Dari Abdullah bin Abbas, berkata: Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan menganjurkan umat islam untuk berpuasa.
Suatu ketika, mereka berkata: ” Ya Rasulullah, ini hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Mendengar jawaban tersebut, Nabi berkata: “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan juga.”
Diriwayatkan dalam sebuah hadits Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam, dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.”
Dengan demikian kita sebagai umat islam yang dirahmati Allah, hendaknya menjalankan amalan-amalan sunnah untuk menyempurnakan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
(dn.com/danisha)
from WordPress https://ift.tt/34MWwtJ via IFTTT
0 notes
kreditmultiguna · 4 years
Quote
بسم الله الرحمن الرحيمAssalamu'alaikum sahabat semua 🙏🙏🙏"KISAH AHMAD BIN MISKIN dan NAFSU TERSEMBUNYI"Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak pernah bercerita:Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah.Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun,sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak.Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.Maka aku bertekad untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain.Akupun berjalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku.Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata:“Berikan makanan ini kepada keluargamu.”Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:“Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan rasa lapar yang melilit.Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan.”Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan fikiranku dalam khayalan ukhrowi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya,dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku.“Ambillah, beri dia makan”, kataku pada si ibu.Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki.Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku,sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah. Dalam posisi seperti itu, tiba-tiba Abu Nashr dengan kegirangan mendatangiku.“Hei, Abu Muhammad...!Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?”, tanyanya.“Subhanallah....!”, jawabku kaget. “Dari mana datangnya?”“Tadi ada pria datang dari Khurasan.Dia bertanya-tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya.Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta,” ujarnya."Terus?”, tanyaku keheranan.Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashroh ini. Kawan ayahmu.Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun.Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan.Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melejit sukses.Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmuatau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis.Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya.”Dengan perubahan drastis nasib hidupnya ini, Ahmad bin Miskin melanjutkan ceritanya:Kalimat puji dan syukur kepada Allah berdesakan meluncur dari lisanku.Sebagai bentuk syukur. Segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi.Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah,santunan dan berbagai bentuk amal shalih.Adapun hartaku, terus bertambah melimpah ruah tanpa berkurang.Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal shalihku.Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan.Ada semacam harapan pasti dalam diri,bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.Suatu malam, aku tidur dan bermimpi.Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.Aku juga lihat, bada n mereka membesar.Dosa-dosa pada hari itu berwujud dan berupa,dan setiap orang memanggul dosa-dosa itu masing-masing di punggungnya.Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besarseukuran kota Basrah, isinya hanyalah dosa-dosa dan hal-hal yang menghinakan.Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu sisi timbangan,sedangkan amal baikku di sisi timbangan yang lain.Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku..!Tapi ternyata, perhitungan belum selesai.Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.Namun alangkah ruginya aku.Ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI.Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih.Semua itu membuat amalku tak berharga.Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu-nafsu itu.Aku putus asa.Aku yakin aku akan binasa.Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.Tiba-tiba, aku mendengar suara, “Masihkah orang ini punya amal baik?”“Masih...”, jawab suara lain. “Masih tersisa ini.”Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa? Aku berusaha melihatnya.Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah ku sedekahkankepada wanita fakir dan anaknya.Habis sudah harapanku...Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi-jadinya.Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku,sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas = Rp 250 juta), dan itu tidak berguna sedikit pun.Aku merasa benar-benar tertipu habis-habisan.Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku.Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai-sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekanku.Tak sampai disitu, ternyata masih ada lagi amal baikku.Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah.Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku.Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus memberat.Hingga akhirnya aku mendengar suatu suara berkata, “Orang ini selamat dari siksa neraka..!”==============Masih adakah terselip dalam hati kita nafsu ingin dilihat hebatoleh orang lain pada ibadah dan amal-amal kita..?🌷Jangan pernah bersandar pada amal yg tlh kau lakukan....Sebab dari *ketertipuan* ini adalah sikap bersandar kpd amal secara berlebih. Ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, riya dan akhlak buruk kepada Allah Ta'alaOrang yang melakukan *amal ibadah* tidak akan pernah tahu apakah amalnya *diterima atau tidak*....🍀Mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya *bernilai keikhlasan* atau tidak.....Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba2Nya. Dia Maha Kaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya.Wallahu Ta'ala A'lam....Teruslah mengerjakan Amal shole sebanyak-banyaknya tapi jangan merasa diri paling sholeh,sebab amal belum cukup mengantarkan kita kesurga tanpa Rahmat & Kasih sayang dari Allah S.W.T*Barakallah fiikum.*Astaghfirullahal azhiim..... *Ampunilah kami ya ALLAH jika di hati kami masih ada rasa bangga diri trhdp amal2 kami....* 😢😥Aamiin Ya Rabbal Alamiin[ Ar-Rafi’i dalam Wahyul Qalam, 2/153-160 ]Wallahu a'lam KISAH AHMAD BIN MISKIN dan NAFSU TERSEMBUNYI Allaahumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shobihi wa sallimDi tulis ulang dari grup / halaman facebook :Wardi Milano‎ ke SEJARAH ULAMA DAN KARAMAHNYADi dalam grup tersebut tulisan ini di publikasikan oleh :Wardi Milano‎ ke SEJARAH ULAMA DAN KARAMAHNYASemoga Allah memberikan kebaikan dan manfaat atas tulisan ini bagi kita semuanya, Amin...
http://www.masdull.com/2020/01/kisah-ahmad-bin-miskin-dan-nafsu.html
0 notes
gaulislam · 5 years
Text
Lebaran Lembaran Baru
gaulislam edisi 606/tahun ke-12 (29 Ramadhan 1440 H/ 3 Juni 2019)
Allahu Akbar! Ramadhan akan segera berakhir! Nggak terasa, bulan yang super spesial ini akan segera berganti dengan bulan yang baru. Saat buletin ini terbit, sudah tanggal 29 Ramadhan 1440 H. Umur bulan dalam kalender hijriah kalo nggak 29, ya 30 hari. Berarti besok atau lusa sudah berganti bulan. Yes! Tanggal 1 Syawwal sudah…
View On WordPress
0 notes
goybegalcinta-blog · 6 years
Text
Baca! Ini Doa Akhir Tahun dan Awal Muharram
Doa Akhir Tahun dan Awal Muharram – Apa doa akhir tahun dan awal tahun baru hijriyah? Sebagian orang mungkin hanya memahami tahun baru itu pergantian dari akhir tahun ke tahun baru yang berada di akhir desember berganti awal januari. Perlu diketahui ada Tahun Baru Hijriah disetiap tahunnya.
Doa Akhir Tahun ada baiknya kita mengakhiri tahun ini dengan memanjatkan doa dan minta pengampunan. Doa…
View On WordPress
0 notes