Tumgik
#anestesi
anes-tesia · 1 year
Text
Me deshaces con esa mirada que me susurra que lo estás disfrutando tanto como yo.
Eli
121 notes · View notes
el-fit01 · 1 year
Text
2 notes · View notes
Text
ANESTHÉSIE ET ​​HYPNOSE ? Hypnose DCS unique au monde
🌀✨ Vous en avez assez de vivre avec l'anxiété et le stress ? Avez-vous peur de la chirurgie et de l'anesthésie ? L’hypnose réelle et professionnelle peut être la solution que vous recherchiez ! 🌟
Dans les hôpitaux du monde entier, de plus en plus de médecins et de chirurgiens utilisent l’hypnose comme outil complémentaire pour contrôler la douleur et l’anxiété lors d’interventions médicales.
Grâce à son efficacité pour réduire la perception de la douleur et favoriser la relaxation, l’hypnose révolutionne notre approche de l’anesthésie et des traitements médicaux.
Une histoire qui m’a particulièrement frappé est celle de Maria, une patiente qui a subi une intervention chirurgicale sous hypnose.
Grâce aux conseils d'un hypnothérapeute expert, Maria a réussi à surmonter sa peur et son anxiété préopératoires et à vivre l'expérience avec sérénité et tranquillité.
Après l’opération, elle a déclaré ne ressentir aucune douleur et se sentir beaucoup plus détendue que lors des expériences passées.
Si vous souhaitez également vivre une expérience médicale plus relaxante et plus confortable, je vous recommande de vous renseigner sur l'hypnose et d'en parler à votre médecin.
L'hypnose véritable et professionnelle peut être une alliée valable dans la gestion de la douleur et de l'anxiété, vous permettant d'affronter les procédures médicales avec plus de tranquillité et de sérénité. ✨🌀
#hypnose #anesthésie #bien-être #santé #relaxation
Tumblr media
0 notes
herricahyadi · 5 months
Note
Bang Heri, minta pendapatnya.
Saya ingin memutuskan melanjutkan kuliah S2 di LN. Tapi mengingat ibu saya yang membutuhkan kehadiran saya rasanya sedih dan memikirkan ulang keputusan saya tersebut. Dan, teman-teman saya tidak henti-hentiny memberikan masukan untuk kuliah di LN. Jadi ada 2 opsi, tetap kuliah di LN dan kuliah di Indo. Menurut mas Heri pertimbangan yang bijak dan matang seperti apa kak?
IBU ATAU LANJUT KULIAH?
Ini berat sih, ya. Saya pernah berada di posisi ini. Saya ceritakan kisah saya sedikit ya.
Jadi, sewaktu kuliah di Turki untuk S3 saya kemarin itu, kurang lebih saya sudah tinggal selama 4 tahun dari 2014 ke 2017-2018. Memang setiap tahun saya pulang ke Indonesia. Tapi, ada satu momen di mana sekitar tahun 2017-2018, sewaktu pulang dan biasa bertemu dengan ibu saya, saya lihat uban di rambut ibu saya makin mendominasi. Itu momen yang tidak akan saya lupa di mana akhirnya saya merenung: saya ke mana saja selama ini baru sadar kalau ibu sudah setua itu?
Dulu, saya berpikir akan menghabiskan hidup saya setidaknya sampai 10-15 tahun lagi di Turki. Mungkin baru akan balik sekitar 2030an. Tapi, setelah perenungan itu, saya memutuskan untuk balik segera. Saya sudah terlalu lama melewatkan waktu bersama ibu. Awal 2020 kemarin saya balik dan berhenti dari kuliah.
Tahun 2020-2021, ternyata saya baru tahu kalau ibu selama ini sakit. Ternyata kanker rahim dan sudah menyebar. Selama 2020 sampai 2022 itu saya menemani ibu operasi dua kali dan kemo dua kali. Bolak-balik RS Fatmawati hampir setiap minggu. Dulu saya tidak mau bertanya sudah stadium berapa, karena saya berpikiran positif saja itu kanker jinak yang bisa hilang dari operasi dan kemo. Di tengah tahun 2022 baru saya lihat dokumen RS, tertulis di situ Stadium 3C. Kesempatan hidup lama untuk pengidap kanker stadium ini hanya 25%.
Desember 2022 harusnya jadwal ibu operasi besar angkat kanker. Semua sudah siap, sudah anestesi, cek ini, cek itu. Hingga pas di pengecekan terakhir kondisi ibu ternyata makin parah. Sudah susah bangun dari tempat tidur. Dan, waktu dibawa ke RS, pas keluar rumah badannya kuning semua. Sampai RS untuk pengecekan persiapan operasi, tapi ibu minta dirawat UGD karena kondisinya sudah tidak kuat. Masuk IHC, hari ketiga jam 10 malam ibu menghembuskan nafas terakhir setelah 3 hari di IHC.
Sebelum ibu operasi ini, sebenarnya saya sudah mengajukan lanjut kuliah S3 dengan program AF dari pemerintah Turkiye, alhamdulillah diterima. Rencananya setelah selesai ibu operasi, tahun depannya saya bisa mulai kembali kuliah dengan bolak-balik Indo-Turki. Februari 2023 tahun lalu adalah momen keputusan besar saya ambil: saya tidak melanjutkan dan berhenti total S3. Padahal tinggal ujian sedikit dan masuk disertasi. Kondisi ini dampak dari kepergian ibu dan rasa yang sudah lagi tidak bergairah untuk lanjut kuliah.
Tapi, saya sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan karena berhenti kuliah. Karena ternyata saya bisa menemani ibu sampai akhir hayatnya. Keputusan besar yang tepat yang saya ambil.
Itu pengalaman saya. Bagi kita masing-masing mungkin ada pertimbangnya sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain.
Kamu bisa membaca masa depan di tiap keputusan yang kamu ambil. Jika kehadiranmu untuk ibumu jauh lebih bernilai, saranku pentingkan ibumu. Jika usiamu masih jauh di bawah 30, kamu masih banyak kesempatan. Namun, jika ibumu masih bisa berkompromi dengan ketidakhadiranmu, kamu masih bisa mengusahakan agar balik ke Indo serutin yang kamu bisa. Bisa jadi perkuliahanmu itu jadi kebahagiaan ibumu juga. Perbanyak komunikasi. Sekarang sepertinya sudah tidak sulit untuk komunikasi jarak jauh.
Apalagi jika ternyata perkuliahanmu karena beasiswa. Itu kesempatan emas yang tidak semua orang bisa menikmati. Jika tidak ada keringanan untuk penundaan keberangkatan, sebaiknya kamu bisa segera melihat kemungkinan-kemungkinan. Ini hanya bisa kamu lakukan sendiri, karena kamu yang lebih tahu situasinya. Orang-orang luar seperti saya ini hanya bisa memberikan insight dan pertimbangan yang mirip-mirip.
Semoga kamu mengambil keputusan yang tepat ya.
37 notes · View notes
kaktus-tajam · 4 months
Note
Permisi dok mau tanya kenapa ya skala rasa sakit tiap orang bisa beda-beda, dan apakah ada cara untuk meningkatkan skala rasa sakit biar bisa lebih tahan sakit😅🙏🏻 -dari aku yg low pain tolerance wqwq, trims dok
Spektrum Nyeri
Wah berasa ujian. Harus buka lecture saat blok Saraf nih haha, ada satu bab khusus tentang fisiologi nyeri.
Ada banyak cara manajemen nyeri sebenarnya, farmakologis maupun non-farmakologis. Tapi sebelumnya… bedakan dulu apakah nyeri ini bersifat akut atau kronis. Karena nanti penatalaksanaannya bisa berbeda.
Ada banyaak jurnal dan artikel tentang pain treshold ini seperti olahraga, relaksasi, pengalihan pikiran, akupuntur, dll… namun sebagai dokter dan pasien yang juga memiliki nyeri kronis, mungkin aku sedikit berbagi insights lain saja yaa:
1. Nyeri adalah makhluq Allah. Tidak mungkin Allah menciptakan rasa sakit itu tanpa hikmah. Unik ya, ada yang ambang nyerinya rendah, tinggi, bahkan ada yang diuji dengan tidak dapat merasakan nyeri!
Teringat pasien diabetes kami, yang ulkus di kakinya sedemikian parah, berlubang dan bernanah (bahkan kadang berbelatung)… ternyata diakibatkan kehilangan rasa nyeri! Allah uji dengan dicabutnya rasa nyeri itu.. sehingga ketika beberapa bulan sebelumnya telapaknya terluka, ia tidak menyadarinya. Akibatnya, terlambat diobati dan ditangani dengan tepat.
Di sisi lain..
Dulu saat di Masjid Nabawi, diperjumpakan seorang wanita Mesir yang diberikan Allah ujian penyakit rheumatoid arthritis, ketika sistem imun tubuhnya menyerang sendi-sendi. Nyeri sekali, shalat pun ia tidak bisa berdiri.
Dari dialog Arab/English/Google Translate kami, ada satu hal yang ia sampaikan: Dengan sakitnya itu, ia benar-benar mensyukuri seluruh persendiannya. Di saat teman serombongannya berjalan-jalan ke mall dan stay di hotel. Wanita ini memilih berdiam di masjid saja, karena “hadiah” rasa sakit yang Allah berikan itu. MasyaAllah.
Teringat juga seorang ustadzah yang ditakdirkan lahir dengan kelainan kolagen yang membuat tubuhnya jauh lebih lentur dibanding populasi normal. Sehingga hari-harinya akrab sekali dengan rasa nyeri pada seluruh tubuhnya. Kata seorang murid beliau, suatu hari: alhamdulillah jadi mesin penggugur dosa seumur hidup… Beliau bilang bahwa sakit dan sehat, sama-sama kendaraan untuk mendekat kepada Allah.
2. Pertolongan Allah
Berita para ibu Palestina yang dari rahimnya melahirkan para pejuang syuhada, namun dioperasi Caesar tanpa anestesi bagiku di luar nalar.
Berita para pejuang yang diamputasi tanpa anestesi bagiku melebihi bukti dari jurnal manapun. Dari lisan mereka hanya ayat suci Al-Qur’an yang tidak berhenti menderes. Sebagaimana seorang Sahabat yang minta diamputasi saat khusyuknya dalam shalat.
Hari ini kita ditampakkan..
Tentang kun fayakun, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, termasuk memutus jaras rasa nyeri itu sebagaimana Allah dinginkan api yang membakar Nabi Ibrahim as.
Jadi buat siapapun (termasuk meningatkan diri sendiri) yang diuji dengan nyeri, semoga Allah takdirkan penghapusan dosa bersamanya. Semoga Allah jadikan sakitnya itu penghantar menuju kedekatan bersama Allah. Semoga Allah angkat rasa nyerinya.. aamiin aamiin!!
-h.a.
31 notes · View notes
deixaram · 2 years
Text
partiram-se em dois
como em toda história, nós tivemos o nosso início, porém, acabamos negligenciando o meio e adiantando o fim. mas fazer o quê, né!? acontece...
eu neguei tanto... até que enfim aceitei que: quando o desgaste surge, o que resta é ir levando do jeito que dá, e nem sempre ambos querem fazer da mesma forma, sempre tem um querendo resolver as questões, cobrando ou fazendo inovações.
bem... eu preferi pôr um ponto final. não gosto de prolongar relações fadadas ao fracasso. é desgastante e desestimulante.
e você foi resistente e esforçado, querendo a todo custo reerguer das cinzas aquele velho elo que existia entre nós, enquanto eu agia de forma literalmente displicente.
contudo, nem toda força de vontade é eterna, e você também abriu mão da gente.
nossa separação não doeu como eu imaginava no princípio de todos aqueles problemas; achei que seria um tremendo peso e martírio para mim. entretanto, o cansaço sentimental me anestesiou por completo.
foram idas e vindas. perdões e mágoas. promessas e mais promessas que não deram em nada.
a gente descidiu partir, porque, descobrimos que de longe fomos feitos para estarmos juntos, tentamos, e só nos machucamos; um desistiu e o outro ainda insistiu, até que não suportasse mais.
e eu o amei, amei muito. só que apenas o amor não basta. tem que haver mais. talvez não estivéssemos prontos um para o outro, ou fomos apenas unidos para aprender e amadurecer com nossas vivências.
acredito veementemente que nem tudo é em vão.
desfecho: amores esfriam, prioridades viram tanto faz, interesses mudam, saudades viram passado.
— deixaram
370 notes · View notes
ac0ntece · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Tínhamos tantos sonhos, alegrias, vontades, sem medo de amar, coração entregue, sorriso de canto a canto da boca. O brilho nos olhos.
Hoje, não temos, temos sim, alegrias, mas não temos vontade, temos medo de amar e não amamos, não nos e permitimos sofrer o que já sofremos todos os dias. São tantos demônios..
Costumo pensar que ainda há um pouco das duas em mim, e que me tornei algo novo. Mas, a verdade é triste: eu estou acabada, estou beirando ao colapso, estou modo louco, qualquer coisa que me anestesie da minha mente é um alívio. A falta da vontade viver, a culpa, a dor, o medo, os traumas.
Só posso dizer que não restou muito de mim, não de quem eu era pelo menos, não de uma Brígida que podia se orgulhar.
— Brí
16 notes · View notes
kphpdraisme · 4 months
Text
Kemarin, di Rumah sakit
Bukankah, memang seperti ini harusnya Rumah Sakit bekerja?
Lampu temaram, wewangian lembut menenangkan, tv dinyalakan tanpa jelas tayangan, dengan bangku-bangku berisikan suami istri menunggu giliran dipanggil,
Atau pekerja kantoran yang menyandarkan kepalanya sembari melepas penat,
Atau nakes bermasker dan baju lengkap, hilir mudik mengganti alat-alat kesehatan.
Bukankah, harusnya semenangkan ini, menanti dirawat?
Tidak dengan tekanan peluru sniper. Atau ancaman bom. Atau pekikan ibu yang menemukan jasad anaknya. Atau ayah yang mencari jasad anaknya. Atau operasi yang tak berjalan karena tiada bahan bakar, tiada obat, tiada anestesi. Atau tangisan yang riuh mencekam, karena operasi tetap berjalan, dengan tanpa anestesi.
Tanpa lampu temaram, tanpa setitik cahaya.
Wahai Gazaku, yang Rumah Sakitnya lebih banyak menerima korban jiwa daripada korban luka,
Semoga tiap darah yang tergenang, dan mengukir dinding-lantai itu,
Menjadi saksi atas, tiap nyawa, yang tidak diam pada kezhaliman.
Wahai Gazaku, hari ini aku masih iri padamu. Pada harap tinggi akan janji Tuhan kita yang kau yakini tanpa tapi.
Dan, aku benar benar iri.
10 notes · View notes
Note
Big wolf Staring Doflamingo in the eyes as he slowly lifts his leg up by his desk
D: do it and I cut your balls off personslly and without anestesis
21 notes · View notes
anes-tesia · 2 years
Text
Nadie nació amando, pero los que vivan bien van a morir recordando, y el amor es lo único en esta vida que merece ser recordado.
Efímera Lunar Intemporal
90 notes · View notes
el-fit01 · 8 months
Text
0 notes
nagasakimako · 1 year
Text
Tumblr media
Il tiopentale sodico - o tiopentone, o Pentothal, o più semplicemente C11H17N2NaO2S, come preferiva chiamarlo Uraume - era un forte barbiturico usato nelle anestesie generali. In piccole dosi poteva essere utilizzato per intontire il soggetto, e renderlo più collaborante... In quel caso, per invogliarlo a parlare.
Sukuna sorrise, raggiungendo il centro della stanza a grandi passi.
Read my fic on Wattpad and Ao3!
26 notes · View notes
faizaalbi · 1 year
Text
Sunset Bersama Rosie
Tumblr media
Penulis: Tere Liye
Tahun terbit: 2011
Halaman: 429 halm
Premis: Tegar—Laki-laki yang dulu sangat mencintai sahabatnya Rosie dan telah kehilangan kesempatan untuk menyatakannya—sangat ingin tinggal di Jimbaran, Bali untuk mendampingi anak-anak Rosie, yaitu Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili, yang kehilangan sosok ayah dan berpisah dengan ibunya yang depresi, tetapi Tegar memiliki janji kehidupan bersama Sekar di Jakarta.
Tema: Keluarga, Kesempatan, Berdamai
Plot: Tragedi (Rosie dan keempat kuntum bunganya yang tiba-tiba kehilangan Nathan sebagai suami dan ayah karena kejadian meledaknya bom di Jimbaran, Bali)(Tegar yang kehilangan kesempatan mengungkapkan cintanya kepada Rosie)
POV:  Sudut pandang orang pertama, Aku (Tegar)
Alur: Campuran (Mayoritas alur maju, tapi ada alur mundur, yaitu ketika Tegar mengingat kejadian 15 tahun lalu (menyaksikan Nathan menyatakan perasaannya kepada Rosie dan kehilangan kesempatan untuk menyatakan perasaannya kepada Rosie) dan ketika Tegar tidak sengaja mengungkapkan perasaannya 15 tahun yang lalu untuk menenangkan Rosie yang kalap karena depresi berat).
Ritme: Lambat. Suasana, perasaan, raut muka, gestur tubuh digambarkan secara detail dengan bahasa yang indah.
Latar: Gili Trawangan, Pantai Jimbaran Bali, Gunung Rinjani, Bali, Jakarta
Tokoh
Tegar: 35 tahun. Bertanggung jawab. Baik dan sabar. Bisa diandalkan. Atletis, bisa mengendarai mobil, motor, dan kapal cepat dengan ngebut. Terlalu mencintai Rosie. Cintanya melebihi cinta Rosie ke Nathan ditambah cinta Nathan ke Rosie. Terlalu mencintai anak-anak. Om, uncle, dan paman yang paling hebat, keren, dan super bagi anak-anak Rosie.
Rosie: 35 tahun. Sahabat terdekat Tegar, suami Nathan, ibu dari Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Sangat menyukai sunset. Terlambat menyadari perasaannya kepada Tegar. Mengalami depresi berat setelah ditinggal mati Nathan, suaminya.
Sekar: Gadis cantik. Lebih cantik daripada Rosie. Mudah menangis. Sangat mencintai Tegar. Cintanya melebihi cinta Tegar ke anak-anak, ditambah dengan cinta anak-anak kepada Tegar, ditambah cinta Tegar kepada Rosie, juga ditambah cinta Oma kepada anak-anak.
Nathan: 35 tahun. Suami Rosie.13 tahun menjalani pernikahan dengan Rosie dengan intensitas kebahagiaan tinggi. Lebih agresif daripada Tegar. Dua bulan mengenal Rosie, langsung menyatakan perasaannya. Meninggal dunia akibat kejadian bom di Jimbaran
Anggrek: Sulung Rosie dan Nathan. 12 tahun. Wajahnya mewarisi gurat muka Rosie. Keibuan dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang membaca buku. Pandai menulis cerita, pandai menjelaskan banyak hal dan selalu bertanya hal aneh dan ganjil. Memanggil Tegar dengan sebutan Om
Sakura: Anak kedua Rosie dan Nathan. 9 tahun. Lancar empat bahasa asing. Menyukai segala hal yang berbau komik. Rambutnya suka dikepang.Aktif, memiliki otak kanan yang sama hebatnya dengan otak kiri. Pandai bermain musik, biola. Jahil dan super-ngeles. Memanggil Tegar dengan sebutan Uncle.
Jasmine: Anak ketiga Rosie dan Nathan. 5 tahun. Pendiam, pemerhati yang baik, penurut, dan tidak banyak membantah. Rambutnya ikal. Kalimat-kalimatnya selalu menyentuh. Bisa memerjemahkan perasaan orang lain dengan baik. Suka merajut dan merawat Lili.  Memanggil Tegar dengan sebutan Paman.
Lili: Bungsu Rosie dan Nathan. 1 tahun. Selalu digendong Jasmine. Setelah berusia 3 tahun, hanya dengan Jasmine, ia berbicara. Rambutnya panjang hitam. Kelak memanggil Tegar dengan sebutan Papa.
Oma: Nenek kandung Rosie dan nenek bagi Tegar. Mengetahui perasaan Tegar kepada Rosie dan Rosie kepada Tegar.
Ayasa: Dokter psikiater perempuan yang merawat Rosie ketika depresi berat. Masih muda, Seumuran Tegar, Cantik. Tidak pakai kacamata.
Clarice: Peneliti dari Sydney yang memperkenalkan dr. Ayasa untuk perawatan depresi Rosie. Punya helikopter. Menyayangi Tegar dan keluarga Rosie dan Nathan.
Michell: Turis yang langganan menginap di Resort Rosie. Dokter Anestesi.
Linda: Mantan sekretaris Tegar saat Tegar bekerja di Jakarta. Sahabat Sekar.
Bagi kamu yang udah baca novelnya,
pilih tim Tegar-Rosie atau Tegar-Sekar?
Pic: google
13 notes · View notes
herricahyadi · 2 years
Text
Kepergian Ibu
Tepat tiga minggu yang lalu, di RS Fatmawati, saya menemani Ibu yang berbaring lemas terpasangi selang infus di hidung, lengan tangan, juga pinggul. Tidak tega melihatnya terbaring kesulitan bernafas. Sehari sebelumnya, Jumat, Ibu masih bisa berkomunikasi dan meminta untuk pulang. “Udah,” katanya. Ditambah, karena berada di ruangan high care unit (HCU), tidak boleh menemani. Namun, karena kondisi Ibu yang semakin kritis, saya diperbolehkan untuk mendampingi. Sambil membacakan surat Yasin dan Ar-Ra’du berulang kali.
Sabtu sore itu, Ibu sudah tidak lagi merespon dengan baik. Paginya masih bisa merespon perawat yang mengganti cairan infus dan juga menyuntikkan cairan makanan. Siapa nyana, malamnya adalah hari terakhir Ibu. Saya tidak menduga akan secepat ini. Seharusnya, Kamis itu jadwal Ibu untuk anestesi setelah semua proses untuk operasi dijalankan dengan baik. Meski hasil tes darah agak buruk, tapi dokter tetap membolehkan operasi dengan syarat harus transfusi darah. Tapi kondisinya makin menurun. Benar-benar tidak menyangka.
Dan, selama tiga minggu ini baru kali ini saya merasakan kehilangan orientasi. Serasa tidak bergairah. Apa-apa yang dikerjakan tidak ada ruh. Mata sembab. Dan, sulit berkomunikasi dengan orang lain. Entah, mungkin inilah rasanya kehilangan yang sebenarnya. Sekeras apapun saya berusaha untuk merasionalisasi: bahwa ini adalah sunnatullah dan kita semua sedang menunggu giliran, tetap tidak bisa menghapus kesedihan.
Sedikit pesan untuk kalian, jika orang tua kalian masih ada, luangkan waktu untuk bersama mereka. Terutama ibu. Prioritaskan mereka dan bahagiakan mereka bagaimanapun caranya. 
97 notes · View notes
soulturva · 9 months
Text
A Experimentação
O sangue circulava pesando em sua cabeça enquanto os pés quase formigavam sem circulação, a mente que antes pesava naquilo que se era designada se anestesiou enquanto a fumaça do cigarro subia e lentamente matava seus pulmões.
Desde que aquele trabalho lhe fora dado, ela se imergira em um infinito de sensações e se lembrara também de muita coisa que tivera tentado deixar para trás. Mas como sempre, vestia o uniforme e mesmo que ás vezes questionando a própria força, seguia o percurso. Pegou seus equipamentos, conferiu as lâmpadas e deu um carinho na nova folha de zamioculca que estava a brotar, também lembrou que não havia dado água á ela e que também se esquecera de beber. "- Bom,eu bebi. so não foi água." E ria de suas intempéries.
Agora já estava em missão e mesmo que a incerteza a apavorasse, ela engolia o medo e seguia a estrada, tentava respirar com calma, notando o cheiro das plantações: primeiro uma terra molhada, pois havia chovido durante a tarde, seguido de uma vasta plantação de eucaliptos. Se lembrava que, quando criança, sentia-se alucinada ao se concentrar na ilusão ótica que o caule das árvores causavam! Atualmente, bem, acho que você entende quando digo que com o passar do tempo, o histórico da drogaria mostra que aumentamos o consumo e passamos a ter cartões fidelidade.
Mas aquele não era o momento de pensar em ansiolítico! O foco se voltou para o caminho e então avistou o objetivo, surgindo na sua frente. O coração disparou, o peito inflou numa inspiração lenta seguida de sustentação e então soltou leve o ar, como se quisesse impedir que seus movimentos pudessem ser descobertos. Diminuiu o ritmo e se aproximou devagar: via o alvo ali, cada vez mais nitido em sua frente e ela só precisava se lembrar do treino, daquilo que ela havia se dedicado há tanto tempo. Há momentos que até quem não tem crença, se entrega para uma fé, um acreditar em algo tão genuíno que duvido que não se questione sobre o poder de fazer as coisas acontecerem através da energia que emana. E foi esse o momento em que a mente dela quase explodiu num instinto de autoconfiaça e coragem e sem exitar, pegou-o em suas mãos! Ela sentia a agonia do desconhecido da cabeça até os dedos dos pés, que já não se suportavam ao se encostar. Como sempre, muita coisa começou a pensar e sua atenção parecia não querer se concentrar naquilo que estava acontecendo: ele estava em suas mãos, ela sentia-o como se vibrasse e se comunicasse pelos seus nervos, veias até o córtex cerebral e nesse momento se lembrou do machucado em sua mão que pressionava com voracidade e sem sentir nada, enquanto sua experimentação, teimava em tomar forma através daqueles dedos escuros, em teclas escuras, numa página escura dentro de uma teia que envolve todo o mundo e ela, que poderia se resguardar em sua sala escura, num desses livros de página escura que gosta de ler, deixaria público aquele devaneio. Pensou que aquilo tudo estava acabado, ficou um bom tempo coçando a orelha direita, até senti-la arder, com os olhos fixos na tela mas notando apenas o contraste, sem foco, sentiu que seu conto chegava ao fim e parecia que já sentia saudade. Mas lembrou-se também que a escassez lhe rondava, pigarreou e salivou a boca que estava seca perante toda aquela concentração e, satisfeita lapidou e emoldurou-o no layout temporário que acabara de experimentar.
3 notes · View notes
pappermintherbal · 1 year
Text
ASLI DARI KEBUN PAPPERMINT, WA:0813-5812-3335
Daun Pappermint, Bibit tanaman peppermint berkualitas
WA 0813-5812-3335 (INFORMASI PEMESANAN)
Tanaman Pappermint, Tanaman berkualitas, Budidaya tanaman pappermint, mengobati gangguan pencernaan, tanaman mint herbal
Tumblr media
 Peppermint adalah tanaman herbal yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pastagigi, selain itu daun mint juga biasa terdapat di minuman dingin maupun infused water, perawatannya pun cukup mudah, menyukai media tanam yang tidak terlalu menyimpan air seperti sekam, penyiraman sehari 2x dengan sinar matahari fullday, tanam dan panen mint mu sendiri dirumah yuk. Dan banyak juga jenis mint yang ada di Griya Mint Malang.
Manfaat & kandungan Peppermint: Peppermint diketahui memiliki sifat , anestesi, dekongestan, astringent, antibakteri, antimikroba, antispasmodic, dan sifat karminatif. Oleh karena itu ia dikatakan bermanfaat mengobati berbagai macam kondisi, termasuk pilek, flu, sinusitis, batuk kering, demam, mual, masalah pencernaan, Irritable Bowel Syndrom (IBS), kram menstruasi, nyeri otot, nyeri arthritis, jerawat, gatal, kulit berminyak, iritasi kulit, ketombe, luka bakar, gigitan serangga, sakit kepala, stres, mood tak stabil, dan ketidakseimbangan emosional.
Hubungi Di Bawah Ini Yaa             
📲 0813-5812-3335
Dan Bisa Langsung Ke Lokasi Kami Di :
Jl. Phospat No 31, Pandean 2 , Purwantoro,  Blimbing,  Malang, Jawa Timur,  Indonesia
Atau Bisa Klik Di Shopee Yaa!!!
Terimakasih Dan
Happy Shooping...
8 notes · View notes