Tumgik
#bermanfaat untuk orang lain
herricahyadi · 8 months
Text
APA-APA “NIKAH"
Sering tidak ketemu orang yang selalu ngomongin nikah? Terutama kalau bicara dengan kita-kita yang masih memilih untuk menyendiri. Di hampir tiap topik pembicaraan, dia selalu bawa-bawa nikah. Sampai kita sebal dan enggan untuk meresponnya lagi.
Bagi dia, nampaknya, pernikahan adalah tujuan hidup. Puncak dari dunianya mungkin dengan menikah. Sampai-sampai dia menganggap remeh orang yang belum menikah dan selalu mendorong dengan berbagai cara agar orang lain juga menikah. Biasanya sampai menggunakan dalil “sunnah Rasul”.
Padahal, manusia itu punya opsi-opsinya sendiri. Apalagi manusia-manusia dewasa yang sudah dianggap bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Tujuan hidup mereka bisa saja berbeda. Dus, cara pandang terhadap sesuatu, misalnya pernikahan, juga bisa jadi berbeda. Ada saja yang tidak menganggapnya sebagai opsi yang mendesak; sekadar pelengkap; atau bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Bisa jadi mereka punya tujuan hidup yang dianggap jauh lebih penting untuk digapai dan di situ dia menemukan kebahagiaan.
Lagipula, jika bicara “sunnah Rasul”, itu terlalu banyak dan bahkan bisa jadi lebih prioritas. Belajar dan bekerja itu sunnah Rasul, berbakti kepada kedua orang tua itu sunnah Rasul, mendalami ilmu agama dan mengamalkannya sunnah Rasul, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ juga sunnah Rasul. Dari sekian banyak sunnah Rasul yang bisa jadi kita lalai, mengapa harus menikah yang diutamakan? Iya, kita semua tahu bahwa naturalnya memang kita diciptakan berpasang-pasangan dan anjuran untuk menikah itu dari Rasulullah ﷺ sendiri. Tapi tidak dengan paksaan. Orang yang belum menikah, sementara dia sedang mengejar pendidikan tinggi juga sedang melaksanakan sunnah Rasul. Apalagi sampai keilmuan yang dia miliki bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Kita bisa mengajak orang dalam kebaikan tanpa meremehkan kebaikan lain yang sedang ia kerjakan. Sebab husnuzan itu juga bagian lain dari sunnah Rasul yang sering kita lewatkan.
298 notes · View notes
kurniawangunadi · 6 months
Text
Ramadan #29
Cawan hanya akan mengeluarkan apa yang menjadi isinya. Kalau isinya air, maka yang akan tertuang adalah air. Kalau isinya kopi, yang tertuang juga kopi. Isinya susu, yang akan tertuang juga susu.
Seperti itulah kita melihat ke diri sendiri, selama ini apakah yang keluar dari pikiran, lisan, dan tindakan kita. Kalau sulit melihatnya, minta orang lain untuk melihat diri kita sendiri seperti apa, apa yang mereka lihat dan rasakan selama ini tentang diri kita sendiri.
Jangan-jangan selama ini, kita tertipu dengan diri. Merasa diri sudah baik, ternyata yang keluar dari dalam diri kita adalah muntahan-muntahan kalimat negatif, pikiran negatif nan pesimis, kasar, kalau bicara tidak mampu memfilter kata-kata, dan tetap merasa diri telah berbuat hal yang benar dan membenarkan karakter diri yang demikian.
Astaghfirullah hal adzim.
Di salah satu kajian Ust. Adi Hidayat, saya pernah teringat bahwa salah satu ciri orang beriman itu tenang, tidak hanya dirinya. Tapi membuat orang-orang di sekitarnya juga tenang ketika bersamanya. Ini bikin refleksi lagi, apakah selama ini orang-orang disekitarku merasa terusik dan tersakiti oleh perilaku/lisanku dalam ketidaksadaranku? Atau mereka merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi? Dan rasa-rasa lainnya.
Memang paling benar sebelum kita menilai orang lain, mari belajar untuk menilai diri sendiri. Khususnya di bulan ramadan yang penuh dengan refleksi diri ini.
Semoga kita semua bisa menjadi cawan dengan isi yang baik, sehingga apa-apa yang keluar dari diri kita adalah hal-hal baik, diterima oleh orang-orang di sekitar kita juga hal yang baik dan bermanfaat.
Aamiin
87 notes · View notes
prawitamutia · 6 months
Text
lapis-lapis syukur
baru-baru ini saya mendapat nasihat tentang syukur dari ibu. materi ini diperoleh ibu dari suatu kajian. hati saya terketuk untuk melihat seberapa dalam saya sudah bersyukur. begini kira-kira catatan ibu.
yang kita sebut dengan syukur tidak cukup jika hanya sampai pada lisan saja. "Alhamdulillaah..." "Terima kasih..." ya, itu syukur tetapi baru permukaan saja.
yang kita sebut dengan syukur harus kita buktikan dengan memanfaatkannya. tidak boleh ada yang mubazir, yang tidak terpakai sia-sia. entah waktu kita, energi kita, harta kita. lalu kesempatan, kesehatan, kehadiran orang-orang di sekitar kita.
tapi, rupanya itu juga masih lapisan luar. yang kita sebut dengan syukur adalah menghasilkan sesuatu dari yang kita manfaatkan itu. entah menjadi energi baru, harta baru, kesempatan baru, pengalaman baru, pemahaman baru, karya baru. sesuatu yang kita manfaatkan menjadi sesuatu yang ada hasilnya.
cukup? masih belum. yang kita sebut dengan syukur adalah berbagi, meninggalkan sedikit saja jejak amalan atau ilmu kita. agar yang kita dapatkan, manfaatkan, dan hasilkan itu bisa bermanfaat bagi orang lain pula. sesuatu yang berwujud hasil itu menjadi sesuatu yang ada dampaknya.
terakhir, yang kita sebut dengan syukur adalah melakukannya dengan istiqomah. karena hanya keajekan dan keteguhan amalan yang bisa membuahkan hasil atau perubahan yang ajek dan teguh pula. inilah lapis syukur yang paling dalam. sesuatu yang ada dampaknya itu menjadi sesuatu yang langgeng.
prompt 5.
bagaimana denganmu? seberapa rutin kamu mengucapkan syukur? apakah kamu sudah memanfaatkan hidupmu dengan optimal? apa yang sudah kamu hasilkan dari kesempatan itu? apakah kamu sudah membaginya? apakah kamu sudah istiqomah?
104 notes · View notes
funifunfun · 5 months
Text
Sebuah Validasi
Terlalu keras pada diri sendiri menyebabkan orang lain juga akan keras kepada dirimu. Menganggap terlalu berlebihan dalam segala masalah. Setiap orang memiliki masalah dan dinamikanya masing-masing, namun tidak seberisik kita.
Bersyukur dan let it flow, ikuti arus nya, ikuti jalan takdir. Berdoa untuk selalu diberikan yang terbaik dalam segala hal. Lapangkanlah hati untuk menerima segala takdir baik maupun buruk. Berpikirlah hal hal yang baik dan positif, ucapkanlah hal hal yang baik. lakukanlah tindakan tindakan yang baik untuk dirimu sendiri dengan mengingat tidak mencelakai orang lain.
mungkin secara tidak sengaja memang benar, ucapan yang kita anggap biasa bisa menjadi pisau tajam bagi orang lain. karena perbedaan culture, pola pengasuhan, kebiasaan, pengalaman yang dimiliki membuat setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, jagalah lisan, jaga sikap dan jaga tingkah laku kepada siapapun itu. bahkan dengan orang terdekat.
Luka dan bahagia lebih sering kita dapatkan dari orang yang paling dekat dengan kita. Saringlah apa apa yang masuk ke dalam tubuh kita. baik asupan makan, yang kita dengar, kita cium, kita lihat, kita rasakan. Pilihlah dan izinkanlah segala hal baik yang masuk ke dalam diri kita. Berikan energi energi positif pada diri kita. Jika kamu sudah berdamai, orang di sekitar pasti akan merasakan hal itu. carilah kebahagiaan dan ketenangan itu ada di dalam diri kita, dari diri kita yang paling dalam, selami hingga ke dasar dasarnya. Kamu akan menemukan dirimu yang asli, dirimu yang nyata. Sesungguhnya apa yang kamu inginkan, apa yang harapkan, apa yang terbaik buat dirimu. Itu ditanyakan kepada dirimu sendiri. Validasilah dirimu oleh dirimu sendiri. Mencari validasi ke berbagai orang akan membuat luka bagi dirimu sendiri karena membuka luka yang sudah mulai sembuh namun kamu buka kembali. dan bisa jadi juga akan menyakiti dan membunuh orang yang menjadi tempat kita mencari validasi.
Semangat untuk individu yang selalu membutuhkan validasi dari orang lain. kamu pasti bisa mencari validasi itu ke dalam diri kamu sendiri. Latihlah terus otot otot mental kita, sama hal nya seperti membentuk otot fisik, diperlukan berulang kali latihan untuk kita bisa memiliki otot yang kita harapakan, begitu juga otot otot mental kita. Sekali dua kali gagal tidaklah masalah, bahkan beribu kali gagal itu tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika kita berhenti untuk mencoba lagi dan terus mencoba lagi untuk bangkit.
Tenang, cuma sampai kita mati saja kok, kalau sudah mati mungkin sudah tidak akan ada masalah hidup (ya karena udah mati wkwk). Coba lihat usiamu sekarang berapa tahun, kira kira punya ekspektasi hidup hingga berapa tahun. Apakah sisa sisa waktumu hanya untuk digunakan untuk berisik dengan segala hal di luar ekspektasi? atau bisa kamu gunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat lagi, untuk dirimu sendiri dan untuk orang lain.
Ingat perlu jaga niat, karena segala tindakan tergantung dari niatnya. Milikilah niat sebaik baiknya. dan tentu saja lakukan tindakan yang tidak menyimpang dari niat kita.
Semangattt readersss :))
107 notes · View notes
milaalkhansah · 3 months
Text
Ke Psikolog
Tumblr media
Tadi malam gue mutusin buat konsul online.
Sebenarnya keinginan buat 'nyari' bantuan ke psikolog ini udah lama ada. Tapi gue maju mundur terus. Selain karena budgetnya belum ada, juga karena gue merasa 'lebay' sampe harus ke psikolog segala. (Yeah gue selalu menyepelekan apa yang lagi gua rasain. Jangan ditiru ya sobat) tapi karena tadi malem lagi ke trigger sesuatu, dan gua udah cape mengulang fase yang sama terus-terusan, akhirnya gue milih buat nyari bantuan ke yang profesional.
Di awal gue sempat bingung mau cerita apa. Atau mungkin saking banyaknya yang pengen gue tanyain sampe gak bisa milih yang mana dulu mau gua tanya. Dan jujur juga sempat ragu, apa psikolog tersebut bisa mengerti cerita gue, dan apa yang gue rasain. Tapi hamdalah akhirnya gua bisa cerita juga. Dan setelah membaca cerita dan penjelasan gue yang gak panjang-panjang amat. Jawaban dokternya adalah:
Tumblr media
Respon gua pas baca jawaban dokternya: 😃🤣😅
Yes, GUA NGAKAK.
kek 'apaan dah, lebay banget sampe bipolar segala.."
Gue denial.
Padahal gue sebenernya mengakui, kalau apa yang ada dipikiran gue dan apa yang gue lakuin selama ini adalah tanda bahwa gue memang lagi 'sakit'.
Tapi gue berusaha buat mengingatkan diri gue sendiri bahwa yang sedang memberi gue diagnosa ini seorang dokter. Seorang yang ahli di bidangnya. Seorang yang punya ilmunya. Apa yang gua ceritain itu bener-bener real terjadi dan gue rasain, dan gua juga gak self diagnosis.
Terus setelah itu dokter itu memberi gua saran-saran yang bagi gua terasa seperti sebuah 'template' ??!
Kayak, coba bercerita ke orang yang lebih dewasa dan dapat dipercaya (meanwhile gua udah gak percaya siapa pun lagi untuk berbagi) atau coba ikut komunitas-komunitas yang bermanfaat (meanwhile gua udah gak punya energi apa-apa lagi untuk berteman dengan orang lain)
Tapi gua juga nyadar, 'emang gua berharap jawaban apa lagi?' 'toh yang dikatakan dokternya emang benar kan? Dan gua juga udah tau itu, tapi emang gua aja yang males lakuinnya'
Tapi di antara jawaban-jawaban 'basic' itu, ada satu kalimat dokternya yang gua 'highlight' karena cukup ngena di gue:
Tumblr media
Dokternya paham, bahwa semua bentuk 'pelarian' yang gua lakukan selama ini hanya memberi gua ketenangan sementara. Tapi sifat 'merusaknya' bisa jauh lebih lama.
Sebenarnya tujuan gue pertama kali mutusin buat konsul itu bukan buat nyari penyelesaian atas apa yang lagi gue rasain. Tapi gua cuman lagi butuh didengarkan. Lagi butuh bercerita. Terus gue mikir, daripada gua capek-capek nyari seseorang yang bisa dengerin gue, dan belum tentu juga dia bisa mengerti dengan betul apa yang gue rasain, atau malah berakhir gue bercerita dengan orang yang salah which bakal nambahin masalah baru, lebih baik gua bayar seseorang yang emang profesional, yang bisa ngasih saran, dan bisa melihat apa yang gue rasain dari kacamata kesehatan.
Dan sebagai seseorang yang pertama kali konsul online gue pengen bagi beberapa hal buat yang kepikiran juga mau konsul online untuk pertama kalinya.
Pilih satu hal/masalah/perasaan yang ingin kamu tanyakan/konsultasikan. Jangan langsung berebes tanyain/ceritain semua (meski itu gak salah/dilarang sih) tapi karena waktu Konsul onlinenya tuh terbatas, jadi kalau kebanyakan bertanya si dokter juga bingung mau jawab yg mana dulu (barangkali gak bingung cuman pertanyaan kita semua tu pasti gak akan ke jawab semuanya, jadi daripada capek ngetik mending sebelum konsul online, mikirin dulu masalah mana yang pengen dicari penyelesaiannya. Jadi bisa lebih fokus gitu lohh.
Dengerin aja perkataan dokternya. Jangan keras kepala dan denial (kayak saya 🙏) jangan "ah masa sih, ah gak deh kayaknya, ah lebay amat masa seperti itu dll" ingat, kita ini pasien dan dia dokternya. Dia yang lebih tau kondisi kita. Karena didukung bukti dan ilmu. Sedangkan sanggahan kita hanya didukung oleh pikiran dan perasaan kita sendiri yang belum tentu bener
Konsul ke psikolog gak harus saat lagi ada masalah, jadi temen berbagi atau cerita juga bagus. Daripada cerita ke orang yang salah. Yang penting kan kita bayar ehehehu.
Sediain uwang yang banyak wkwkwkw. Palagi kalau kamu merasa gak cukup dengan sekali konsul/cerita. Kemarin gue konsul ke alodoc, 45k dapat 1 jam, tapi kemarin bablas jadi 80 menit wkwk, dikasih lebiin sama dokternya (makasie pak dok 🙏) entah karena respon beliau yang lumayan lama, atau karena pertanyaan gua yang kebanyakan WKWKWKWK
Sebagai konsul pertama, so farr itu udah lumayan sih. Meskipun gue gak cukup puas dengan jawaban dokternya. Setidaknya gua merasa lega bisa bercerita sama seseorang. Seseorang yang gua tau gak akan menghakimi apa yang gue ceritain.
Terus di akhir, dokternya ngasih oleh-oleh rekomendasi buku
Tumblr media
Nanti deh gua coba baca.
Gue bersyukur sudah memberanikan diri untuk konsul. Dan kepikiran mau rutin konsul lagi untuk selanjutnya. Karena gue beneran mau sembuh...semoga rezeki gua selalu dimampuin supaya gue bisa mentake care diri gua dengan lebih baik lagi. Physically and mentally aamiin.
41 notes · View notes
rubahlicik · 23 days
Text
Megathrust vs IKN : Isu atau Pengalihan Isu?
Ketika rame ramenya berita soal pembangunan IKN, isu soal megathrust yang mengancam pulau Jawa dan Sumatra pun jadi rame lagi dibahas.
Aink ga tau, ini emang ada kesengajaan dari pihak media yang ingin 'nakut2in' masyarakat biar makin pro sama proyek ikn, atau emang ada tambahan data lapangan yang didapet BMKG yang bikin kedatangan megathrust jadi semakin dekat.
Kalo baca berita soal megathrust, yang paling ngeri tuh komenan sotoy netizen kita. Keliatan banget begonya. Duh maap aink ga bisa filter
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sebagai masyarakat awam, wajar sih kalo ga paham sama fenomena kegempaan, tapi tolong dong itu kegaktahuannya jangan dikonversi jadi hatespeech tanpa dasar🤣.
Kalo soal urusan hatespeech, apa pun gorengannya emang netizen kita tuh yang paling menyala🔥🔥🔥
Aink mau share dikit soal megathrust karena dulu aink pernah kuliah khusus di bidang kegempaan. Dosennya juga orang orang yang suka diwawancarain kalo ada gempa di indo.
Kenapa share disini? Karena kalo di sosmed lain yang ada malah capek debat, bukan berbagi info. Semoga postingan ini bermanfaat buat warga Tumblr yang terbuka pikirannya.
Ada beberapa poin yang harus aink bahas.
1. Megathrust itu benar, BMKG ga lagi halu, bukan juga sedang promosi IKN
Buat yang ga tahu, sebetulnya benua dan samudra yang kita tahu selama ini tuh berada di atas lempengan batuan yang aktif bergerak. Kalo kalian baca baca soal lempeng tektonik, kalian bakal tahu kalo tanah yang kita pijak ini senantiasa bergerak dan pergerakannya diDrive oleh lempeng tektonik yang jadi pijakan dasar dari tanah yang kita injak.
Karena masing2 lempeng tektonik ini bergerak, tentu mereka akan berinteraksi satu sama lain. Ada yang bergesekan, ada pula yang tabrakan. Nah untuk kasus megathrust di bawah pulau Jawa, kasusnya adalah tabrakan.
Lempeng Australia tuh menghunjam ke bawah lempeng eurasia, tempat kepulauan kita berada. Efeknya apa? Di jalur tempat terjadinya tumbukan di bawah tanah muncul banyak aktivitas kegempaan. Ga cuma itu, bidang tumbukan antar lempeng dibawah tanah, saking panas dan besarnya tekanan disana membuat material di bidang kontak tumbukan memanas, batuan yang memanas lalu berubah bentuk jadi magma yang kemudian naik ke atas dan muncul sebagai gunung api. Pernah dengar istilah ring of fire?
Karena interaksi dua lempeng ini sangat intens, makanya banyak muncul aktivitas kegempaan dan vulkanisme di area ini..
2. BMKG ga salah, tapi masyarakat salah menafsirkan
Gempa berskala besar mengancam karena di daerah tersebut Uda lama ga terjadi gempa. Mungkin alasan ini terdengar konyol, kenapa bakal gempa gede? Karena Uda lama Weh disana ga gempa🤣
Tapi ini bener. Di area pertemuan lempeng tektonik aktif, aktivitas kegempaan tuh pasti. Gesekan antar dua lempeng ini akan selalu menghasilkan energi gempa.
Simpelnya gini, anggap aja pintu rumah kita macet. Ada sesuatu yang bikin permukaan lantai dan bagian bawah pintu jadi macet. Lantai dan pintu dalam posisi saling mengunci (interlock). Trus kita dorong, kita kasi energi supaya pintu bergerak. Tergantung seberapa besar tingkat kemacetan dan dorongan yang kita kasi, pintu suatu saat pasti akan bergerak. Nah yang jadi masalah tuh, geraknya kayak gimana? Bergerak perlahan-lahan, atau menggebrak sekaligus?
Gempa pun gitu, di area yang aktif, energinya akan terus nambah (build up) karena lempeng tektonik jalan terus. Yang jadi masalah tuh pelepasan energi yang Uda dibuild up, apakah akan dilepas perlahan menjadi gempa gempa dengan magnitude kecil tapi di banyak titik dan intensitas sering, atau akan keluar dalam sekali hantam? Melepas semua energi yang Uda dibuild up sekali waktu.
Tumblr media
Order here: Appa pangsit
Kalo teman teman inget gempa yang di Tohoku, jepang tahun 2011, kasusnya mirip mirip. Jadi di sepanjang jalur tektonik aktif disana, ada satu segmen yang ga keluar gempa cukup besar dalam waktu yang lama. Berarti ada build up energi tuh disana. Peneliti Jepang tuh canggih, mereka ga bisa meramal kapan terjadi gempanya, tapi bisa mensimulasikan gempanya, include tsunami dari gempa tersebut.
Pemerintahnya tanggap, mereka langsung bikin dinding (sea wall) di pesisir pantai dengan ketinggian 5-10meter dengan panjang hampir 2km. Dari data yang didapat peneliti Jepang ketika sea wall dibangun, harusnya tinggi dan struktur tanggul tuh cukup untuk membendung tsunami ketika gempa terjadi.
Tapi naas, gempa Tohoku ternyata jadi salah satu gempa terbesar dalam 100 tahun terakhir. Magnitud 9, tinggi tsunami 14 meter kalo ga salah. Cek aja beritanya, abis tuh Tohoku, mana ada reaktor nuklir pula Deket sana.
Build up energi di gempa Tohoku melampaui perkiraan para peneliti disana. Apa kabar Indonesia?
BMKG harusnya bisa ngerilis simulasi magnitude gempa dan ketinggian tsunami yang mungkin terjadi dari data data yang ada saat ini. Tapi kapan terjadinya, ga ada yang tahu.
Sama kayak kalian dorong pintu macet, apa kalian bisa mastiin di detik ke berapa pintu akan terbuka sepenuhnya ketika kalian dorong sekuat tenaga?
Terlalu banyak variabel. Kalo BMKG disuruh bubar karena ga bisa meramal gempa Uda aja sekalian universitas sains kebumian di seluruh dunia disuruh tutup. Ga ada hasilnya, kata si paling sotoy.
3. Peran pemerintah apa?
Nah ini yang aink sesalkan, sebetulnya indo sama Jepun tuh 11 12 kalo di lihat dari aktivitas kegempaannya. Bedanya mereka tanggap, paham, kita engga.
Disana tuh secara berkala ada latihan evakuasi gempa dan bencana alam lainnya. Effort mitigasi bencananya jelas, meskipun pas gempa Tohoku bisa dianggap gagal.
Pemerintah kita dan instansi terkait harusnya bisa kayak gitu. Ada benarnya netizen yang bilang kita tuh cuma ditakut-takutin tapi ga dikasih solusi.
Kalo dari ilmuwan, yang bisa dikasih tuh mentok di informasi. Simulasi gempa yang mungkin terjadi, peta wilayah terdampak, sama bikin standar bangunan yang bisa meminimalisir efek gempa.
Sisanya balik lagi ke pemerintah dan masyarakat. Pemerintah mau ga bikin sosialisasi berkala soal mitigasi bencana alam? Ini kita ngomongin hal yang pasti terjadi, tapi ga tau kapannya ..
Sama kayak mati, ajal tuh pasti tapi kan aink sebagai muslim harus ada persiapan kalo nanti waktunya tiba. Menghadapi gempa megathrust pun harusnya gitu. Jangan takut takut doang, ovt tapi no action loh.
Ketika di jepang serius bikin sea wall, masyarakat kita masih asal2an bikin bangunan. Iya tau masalah duit dan selera emang kalo bikin rumah tuh, tapi peneliti kegempaan kita sebenarnya uda mapping. Kalo untuk daerah x, tanahnya seperti apa, standar minimal struktur dan bahan bangunannya seperti apa.
Tapi ya gitu, di negara kita bakalan lebih banyak 'tapi'nya.
4. Trus kita gimana?
Perdalam literasi soal kegempaan, kalo terjadi kita mesti ngapain aja. Baca2 lagi soal pertanda terjadi nya tsunami, kayak air di pantai yang tiba-tiba surut.
Kalo bisa surat2 dan barang berharga ada di satu box, kalo misal harus evakuasi kita tahu barang penting apa aja yang harus dibawa.
Sebagai muslim kita mesti berdoa, ancaman bencana tuh ada karena Allah Uda nunjukin tanda tandanya. Bukan karena ada segelintir orang yang ngaku pinter trus sotoy berteori bakal ada gempa disana sini, bakal ada kiamat tgl sekian dsb.
Kalo aink pribadi tetep berharap biar segmen megathrust ini keluar gempanya, tapi dicicil. Soalnya kalo harus sekaligus aink yakin kita ga bakal sanggup. Semoga keluarnya dikit dikit, pelan pelan aja pak supir.
5. IKN emang aman?
Yes, kalo kita bahasnya tentang gempa tektonik, Kalimantan tuh paling Selo karena emang posisinya jauh dari boundaries antar lempeng. Jadi kalo pun ada gempa, bukan gempa yang dipicu dari aktivitas pergerakan lempeng.
Tapi ya namanya musibah kita ga bisa sotoy. Kita cuma bisa belajar dari fakta lapangan dan catatan sejarah.
Sayang banget sebetulnya kalo isu ilmiah kayak gini harus dibiaskan sama isu kepentingan politik. Kalo dibuat diskusi ilmiah terbuka harusnya bisa jauh lebih bermanfaat. Tapi ya namanya juga Indonesia, apa sih yang ga dipolitisasi?
28 notes · View notes
langitawaan · 7 months
Text
SENI MENANTI CINTA
Tumblr media
Review ala @langitawaan
Sebenarnya buku ini tiba di rumah dengan selamat tepat di hari pertama launching, 26 Februari 2024. Tapi, karena waktu itu aku diharuskan istirahat jadilah bukunya belum terbaca dengan sempurna. Maafin ya, Bu Dok.
Mana nih fansnya @kkiakia , kalian wajib beli yak! Kudu, harus! Buku "Seni Menanti Cinta" ini berisi 3 bab. Yok kita kupas tipis-tipis;
1. Cinta Tak Perlu Tergesa-Gesa
Di bab ini kita akan dapati tulisan Kia yang menekankan betapa berharganya diri kita, jadi sebelum kita akhirnya mencintai manusia lain, yang wajib kita cintai terlebih dahulu ya diri kita sendiri + kelapangan hati jika akhirnya lagi-lagi kita bertemu seseorang yang belum tepat untuk membersamai :).
"Percayalah, kita akan sangat berharga bagi seseorang yang tulus dan menyadari bahwa kita adalah kepingan rasa syukur yang indah, yang selama ini tersembunyi untuk ditemukan" —halaman 24.
2. Berbagai Upaya Memaknai Cinta
Boleh dibilang bab ini yang paling aku sukai. Setelah sebelumnya galau dan patah hati berkepanjangan di bagian ini Kia menuliskan nasihat yang menegaskan bahwa kita harus percaya jika Allah sudah mengatur takdir setiap makhluk-Nya dengan sangat sempurna termasuk perihal si dia yang masih rahasia. Jadi, tunggu, tenang sembari tawakal.
"Di mata seseorang yang tidak tepat, menjadi diri sendiri pun akan tampak salah." —halaman 50.
3. Cinta yang Sedang Tuhan Persiapkan
Pada bab ini aku paling suka bagian "Hati Seorang Ayah Saat Putrinya Menikah". Secara keseluruhan bagian ini berisi tentang nasihat pernikahan yang begitu hangat teruntuk yang telah dan/atau akan menikah. Jadi kalian semua bisa banget baca ini.
"Saat kita bersama orang yang tepat, tanpa kepercayaan diri pun kita akan tetap bersinar". —halaman 88.
Sebagai salah satu teman yang menjadi saksi perjalanan Kia sampai akhirnya menikah dengan pujaan hati ditambah kami pernah konslet bareng pada masanya :(( memang mantap betul temanku satu ini, galaunya dijadikan karya yang insyaAllaah bermanfaat.
Jadi aku mau ajak kalian buat beli dan baca buku ini. Nah kabar baik sekaligus buruk tersisa waktu 1 hari lagi buat meminang buku ini. Aku ulang ya, 1 hari lagi alias cuma sampai besok :") jadi buruan ygy sebelum menyesal karena nggak kebagian ^0^.
Kalian bisa beli di sini atau di sini.
Selamat menyelami dan menemukan kehangatan selama membaca buku ini 🌻.
Rebah, 19.20 | 05 Maret 2024.
99 notes · View notes
slythereeen · 1 year
Text
Calon yang Paling Sedikit PR-nya
"Carilah calon yang paling sedikit PR-nya", - sebuah wejangan dari seorang senior kepada saya yang masih mahasiswa kala itu.
Ada beberapa kutipan dalam perjalanan hidup yang sampai sekarang saya selalu ingat, salah satunya ini. Tentang mencari Calon yang Paling Sedikit PR-nya. Saya yang kala mahasiswa saat itu langsung meng-iyakan penyataan ini. Iya dongs, nanti saya gak mau mencari orang yang masih banyak PR. Alih-alih bisa bermanfaat untuk orang lain, kita nantinya malah disibukan dengan urusan-urusan internal pasangan.
Definisi PR disini bisa jadi banyak. Emang contoh PR-nya apa? Dari pasangan yang masih memiliki luka pengasuhan, kita yang keliling dunia dan pasangan belum, sampai ke pasangan yang belum memiliki 'sertifikat IELTS' di saat kita sudah berjuang duluan sebelum bertemu. Intinya, hal-hal yang mungkin kita sudah kita tandai sebagai "done" dalam hidup kita tapi ia masih belum atau bahkan belum terpikirkan.
Logis sekali karena kita ingin mencari yang terbaik. Tapi sayangnya, pernyataan tadi tidak sepenuhnya benar, bagi saya pernyataan diatas cukup membagongkan. Ko gitu? Karena pada kenyataanya, mencintai seseorang tidak se-transaksional itu. Tidak semua orang memiliki PR karena kehendaknya, ada juga yang punya PR bahkan di saat ia lahir. Alih-alih menyudutkan seseorang karena PR PR-nya, lebih baik belajar menjadi orang yang siap membantu mengerjakan PR-nya. Memahami PR PR-nya. Pernyataannya mungkin kita harus ganti menjadi "Ketika mencari calon, selain menyiapkan satu ruangan untuk PR kita. Siapkan juga satu ruang untuk menerima PR-nya".
Dah lah, segitu dulu tulisan saya kali ini. Ngomongin ini, kadang kita selalu berfokus ke privilege yang ada pada pasangan kita tapi suka lupa terkait PR-nya. Semoga setelah ini, kita bisa lebih memahami lagi pasangan kita bahwa tidak ada yang sempurna, termasuk kita pribadi. Tinggal bagaimana kita melihat keindahan dibalik ketidak sempurnaan antara kita. As always, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind (with your beautiful face).
355 notes · View notes
atifadhilah · 7 months
Text
Tentang Ikhlas.
Ternyata, ada yang lebih utama dari menjadi bermanfaat, yakni menjadi ikhlas.
Memang kalau bermanfaat, setelah itu untuk apa? apakah ingin memperoleh tepuk tangan orang lain yang dibantu? haus akan terima kasih? ingin dikenang sebagai orang baik lalu terlupakan? ingin kembalian berupa dunia dan seisinya? Nyatanya memang tak semudah itu meluruskan niat, mendawamkan ridho, menjernihkan akal.
Tumblr media
Semoga kebaikan apapun yang dijalani (dan mungkin tersembunyi), tetap bisa menjadi bekal, dan apa-apa yang sudah yang tertakar, insya Allaah tak akan tertukar. Bidznillah!
81 notes · View notes
mamadkhalik · 6 months
Text
Menulislah
Sejak menonton film catatan akhir sekolah dan radio galau FM, ketertarikan akan dunia menulis mulai muncul. Kadang iseng-iseng buat buku harian, nulis di blogspot, Instagram, dan sekarang tumblr.
Ketika kuliah, membaca kebiasan menulis tokoh-tokoh Islam besar seperti Buya Hamka, Sayyid Qutb, Abbas As-Sisiy, Yusuf Qardhawy, dan tokoh lainya, membuat diri ini menyadari betapa sesederhana tulisan mampu merubah zaman saat itu dan juga setelahnya.
Menulis tak hanya menulis, namun memberikan ruh dalam tulisan agar mengingatkan manusia untuk belajar dari kesalahan dan mendekat kepada ketakwaan.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ust. Sholikin Abu Izzudin, bahwa tulisan kita itu haruslah senantiasa memberikan hikmah, pengingat, dan juga menyalakan optimisme selayaknya pribadi seorang muslim agar lebih semangat lagi untuk berbuat baik dengan orang lain, dan tentu harus bertanggungjawab.
3 bulan kebalakang, mencoba belajar menulis untuk mengikuti jejak orang-orang shaleh, berbagi ilmu, menyalakan optimisme, dan yang paling minimal bermanfaat untuk orang lain melalui tulisan.
So, here we go. Bahtera Dakwah dan Menyala Kesatuan.
Tumblr media Tumblr media
Surakarta, 20 Ramadan 1445 H.
43 notes · View notes
kurniawangunadi · 2 years
Text
Membingungkannya Orang Dewasa
Ada sebuah hal yang kalau sampai ada dalam diri kita, mudah-mudahan itu bisa ilang.  Salah satunya adalah memiliki pikiran “paling benar”, itu justru adalah hal yang bisa berakibat fatal.
Kehilangan relasi, kehilangan teman, kehilangan kepercayaan, dan banyak sekali yang akan hilang. Apalagi jika pikiran paling benar itu muncul dari asumsi, bukan data. Datang dari pikiran sendiri, bukan dari hasil diskusi. Disimpulkan sendiri, tidak dikonfirmasi.
Hal-hal yang selama ini menjadi hambatan terbesar dalam sebuah relasi adalah pikiran tersebut. Rasanya semua kesalahan itu ada di orang lain, bukan salah kita, bahkan kita tidak merasa memiliki kontribusi pada kesalahan yang terjadi. Lupa untuk mengevaluasi diri sendiri. Apalagi dalam pernikahan, ini adalah pikiran yang bisa menghancurkan pernikahan tersebut.
Itulah kenapa seringkali kita menemukan nasihat; lemesin ego, belajar minta maaf meski gak salah, mengalah, dan banyak hal lainnya sebelum kita menikah.
Karena, meski benar, belum tentu lawan bicara kita tahu bahwa dia salah. Menyalahkan orang lain yang tidak tahu salahnya apa dan tidak juga menjelaskan dengan baik di mana salahnya di momen yang tidak tepat itu sama juga kita berkontribusi salah. Memang, seni dalam berkomunikasi itu sesuatu yang perlu untuk kita pelajari seumur hidup.
Selebihnya, kelapangan hati untuk menerima salah dan khilafnya orang lain. Apalagi jika itu sesuatu yang bisa diperbaiki bersama. Untuk kebaikan bersama adalah hal yang mungkin sudah jarang saat ini. 
Jadilah orang yang dihatinya memiliki ruang yang cukup untuk melihat kesalahan sebagai sebuah tanda bahwa “ini akan bertumbuh”. Artinya akan ada perbaikan, artinya akan ada sesuatu yang lebih bermanfaat lagi ke depan, artinya akan semakin baik lagi dengan evaluasi yang dilakukan.
Ini adalah nasihat yang selalu kepegang setiap kali bertemu masalah,”Tenang! Ini pertanda akan bertumbuh jika kita berhasil menyelesaikan masalah ini. Jangan khawatir, hadapi saja.” Bukan justru pergi dan menghindarinya. (c)kurniawangunadi
442 notes · View notes
yasirmukhtar · 8 months
Text
Cobaan
Satu tahun ke belakang, saya lagi dapet banyak cobaan yang lebih nonjok dari yang pernah dialami sebelumnya.
Secara default, saya memikirkan betapa banyak kerugian materiel yang saya alami.
Teorinya saya ngerti. Dunia itu di tangan, jangan di hati. Tapi tetep aja saya ngerasa rugi ketika inget opportunity loss yang terjadi.
Saya punya banyak impian dan wishlist. Pengen bayarin istri ikut ini itu, pengen beli barang-barang tertentu yang udah lama ditahan-tahan, atau minimal pengen investasi ke suatu hal. Semua itu saya pertimbangkan dengan hati-hati supaya setiap materi yang dialokasikan tepat guna dan bermanfaat.
Tiba-tiba saya harus kehilangan kesempatan-kesempatan itu begitu aja, poofff, karena cobaan-cobaan ini.
Nyesek banget. Saya butuh waktu lama untuk memproses semua ini. Tapi ini jadi momen buat saya untuk restart dan refresh lagi hubungan saya dengan materi.
Saya memaknainya seperti Allah sedang "mengambil" perhatian saya supaya saya inget lagi tentang apa yang esensial dalam hidup.
Selain itu, saya juga jadi introspeksi, mungkin saya secara ga sadar udah menumpuk dosa yang sangat banyak.
Maka, meski ga mudah, saya berusaha ikhlas atas takdir yang saya jalani dengan meresapi empat gagasan ini:
I've been so lucky, so comfortable, in a very long time compared to many people. Saya cuma baru sekarang aja dapet cobaannya. Banyak orang lain yang dapet cobaan yang berat lebih dulu. It's just a matter of time. Semua orang akan dapet giliran untuk dapet cobaan karena dunia ini emang tempatnya kepahitan dan kesusahan.
Saya tidak kehilangan apa-apa karena pada dasarnya saya ngga punya apa-apa. Semua yang saya miliki hanya dilewatkan oleh Allah kepada saya, bukan untuk disimpan selamanya. Nanti ada tempatnya saya diberi hal-hal yang bisa saya simpan selamanya, tapi bukan di sini.
Saya ga jadi bahagia dengan menolak tadir saya. Yang ada saya malah tambah miserable. Sementara takdirnya tidak bisa saya hindari juga. Jadi yang lebih baik adalah terima dengan ikhlas lalu move on.
Ada beberapa hadits yang intisarinya menyebutkan bahwa jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka hamba itu Allah beri musibah sebagai hukuman yang disegerakan di dunia (supaya di akhirat dosa-dosanya lebih ringan atau sudah bersih). Maka saya ikhlas dengan ujian dunia yang tidak seberapa kalau dibandingkan dengan hukuman di akhirat. (Source)
Wallahu'alam.
76 notes · View notes
zharfaqonita · 24 days
Text
Reminder Diri
Terkadang, hidup sempurna itu hanyalah tampak di sosial media.
Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam hidupnya.
Menjadi manusia saja, kadang masih banyak banget perjuangannya, apalagi jadi manusia baik, manusia penuh amanah, manusia bermanfaat. Pasti ujian dan ketidaksempurnaan dalam beberapa part hidup adalah suatu hal yang wajar.
Hidup itu udah berat, berat banget.
Tapi, kalo dipikul sendiri, pasti lebih kerasa beratnya daripada ujian sesungguhnya.
Makanya, Allah nyuruh kita untuk selalu curhat.
Iya, mencurahkan setiap hal yang kita lalui kepada-Nya.
Walaupun kadang, cara Allah mendengar dan menjawab do'a kita bisa jadi lewat manusia, tapi itulah keajaiban Allah. Selalu ga terduga bagaimana caranya.
Kalau kata ustadz Adi Hidayat:
Manusia, mau sesempurna apapun dia, (kecuali Rasul-Nya) pasti pernah melakukan kesalahan, jiwa kita hanya cenderung pada dua hal; ketaqwaan atau kemaksiatan.
Tapi, bukan berarti Allah membiarkan kita terhadap hal tersebut, justru dengan itu Allah ngingetin kita kalau Allah peduli sama kita.
Gaada bersih kalau gaada perbandingan dengan kotor, gaada sehat kalau gaada perbandingan dengan sakit.
Dan itulah hati, cara Allah membandingkan hati yang bersih dan penuh ketaqwaan ya dengan memperlihatkan bagaimana hati yang pernah bermaksiat.
Disitulah Allah memberikan pengingat ke kita melalui hidayah, hidayah juga dikasi ke setiap manusia, tinggal manusia nya aja yang mau mengambil kesempatan itu atau engga.
Sama hal nya dengan kehidupan, gaada senang kalau gaada perbandingan sedih, gaada ringan kalau gaada perbandingan berat.
Dan Allah akan selalu ngingetin kita; "Allah bersama prasangka hamba-Nya"
Semua akan terlihat mudah, ringan, bisa dilalui jika selalu berkhusnudzon sama Allah. Begitu pula khusnudzon kita terhadap manusia, bisa jadi Allah menitipkan keberkahannya melalui perantara manusia lain.
Jadi, jangan merasa sendiri, zhar.
Innallaha ma'ana.
21 notes · View notes
azmi-azizah · 3 months
Text
Mengambil Ibrah dari Mereka yang Tidak Kenal Lelah bersama Al-Qur'an
by Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al Hafidz
Mereka yang tak kenal lelah berinteraksi dengan Al-Qur’an contohnya adalah Rasulullah serta para sahabat.
“Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” 
Dua golongan itu yang kita patut iri atau berkeinginan menjadi seperti mereka. Bagi aktivis keduniaan tidak akan punya keinginan itu. Barangsiapa yang menjadi aktivis akhirat akan tergiur untuk menjadikan interaksi dengan Al-Qur’an menjadi pengisi siang dan malamnya. Banyak sahabat yang menggabungkan kedua kriteria golongan itu dalam dirinya (menjadi ahlul Qur’an dan ahli sedekah).
Mereka yang tidak lelah bersama Al-Qur'an adalah yang tidak lelah dalam mengimaninya. Sampai akhir hayatnya tidak pernah terlintas sedikitpun untuk meninggalkan Al-Qur’an. Mendengarkannya saja dapat meningkat keimanannya. Apalagi membaca, menghafal, mentadabburinya.
Membaca Al-Qur’an bisa terus meningkatkan keimanan. Orang yang menghafalkan Qur’an itu karena merasa tidak puas hanya dengan membacanya saja. Jika ia sekali khatam per bulan, setahun hanya sekitar minimal 12x. Dia ingin khatamnya ratusan kali.
Jika keinginan itu melemah, recovery secara fisik dan batin dibutuhkan. Ketidaklelahan kita terhadap Al-Qur’an harus ada dalam : tilawah, tahfidz, tafsir, tadabbur, ta’allum, ta’lim, tathbiq.
Mengapa ada manusia yang tidak pernah lelah bersama Al-Qur’an? Sebab mereka orang-orang yang sudah beriman. Keimanan harus terus dipupuk dengan keilmuan. Harus ngaji. Do’a berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat → maksudnya ilmu yang tidak menghasilkan energi.
Ilmu ketika bersama iman akan menjadi ilmu yang sangat memberi manfaat / energi yang besar bagi manusia. Ketika manusia terus menambah ilmu, ia akan semakin yakin terhadap Al-Qur’an. Sehingga hatinya selalu tunduk kepada Allah. Ilmu harus kita jadikan menu harian. Terutama ilmu tentang Al-Qur’an.
Ta’dzim pada Qur’an → memandang Al-Qur’an sebagai sesuatu yang amazing. Merasa rugi sekali jika tidak membacanya, mengamalkan, dsb. Manusia yang memiliki ta’dzimul mal akan melakukan apapun untuk meraih itu. Begitupun pada Al-Qur’an, milikilah ta’dzimul Qur’an. Barang siapa yang mengagungkan lambang-lambang Allah (Al-Qur’an, Rasulullah, syariat Allah), hatinya dipenuhi ketaqwaan kepada Allah.
Al-Qur’an menjanjikan kebahagiaan. Bersama Al-Qur’an sangat membahagiakan dibandingkan memiliki materi / kekayaan sebanyak apapun. Ketika menjauh dari Al-Qur’an, hati akan berubah menjadi dipenuhi kesedihan, kegalauan. Harus kembali pada Al-Qur'an agar bahagia.
Ketika bersama Al-Qur’an kok nggak bahagia, segera istighfar atau bertasbih. Cek : apakah kebanyakan dosa, hubbun dunya, sudah tidak mencintai / dicintai Allah, tidak yakin lagi pada Allah. Tasbihlah saat tidak bahagia bersama Al-Qur’an, sesuai anjuran Rasul. Seseorang yang tidak ada cinta pada Allah di hatinya, Allah tidak mencintainya, sulit merasa bahagia dengan Qur’an.
Salah satu yang membuat orang tidak lelah dengan Al-Qur’an → dia telah membayar keimanannya dengan mujahadah (kerja keras). Misalnya dengan dia atur definitif kapan waktu untuk bersama Al-Qur’an. Bukan hanya ketika sempat, tapi menyempatkan waktu khusus. Kalau berhalangan di jam terjadwal, diqodho waktu lain. Setiap 1 bentuk mujahadah pasti akan menambah keimanan.
Jangan menyerah meski mengalami sisi lemah kemanusiaan. Manusia mungkin mengalami futur, tapi tetap lanjutkan interaksi bersama Al-Qur’an meskipun waktu berkurang. Biasanya sejam, tapi di hari itu (sedang tidak oke kondisinya) cuma setengah atau seperempat jam, tidak masalah. Itu lebih baik daripada menghentikan atau meninggalkan sama sekali.
Mujahadah lain contohnya : ia tetap menyelesaikan waktu bersama Qur’an meski harus ditambah sunnah tilawah lain, seperti tetap menyelesaikan tilawah yang biasanya harian ia kerjakan, ditambah dengan Al-Kahfi di hari Jum’at. Semua bentuk interaksi bersama Al-Qur’an akan punya dampak (sebab keutamaan) masing-masing. Optimalkan setiap bentuk interaksi dengan Al-Qur’an.
SESI QnA:
Bagaimana meningkatkan semangat istiqomah berinteraksi dengan Al-Qur'an?
= Dulu ustadz menghafal selalu membersamakan dirinya dengan orang-orang yang nggak lelah bersama Al-Qur’an. Akan membuat kita mikir, kok saya lelah banget baru sekian padahal beliau masya Allah mujahadahnya. Saya nggak mau kalah sama dia. Ambil inspirasi dari orang-orang sekitar kita, terutama orang-orang yang sudah menghadap Allah dan istiqomah selama hidupnya dengan Al-Qur’an
Bagaimana kiat memutqinkan hafalan Al-Qur’an?
= Ustadz tidak mau mengistilahkan kiat agar mutqin, tapi kiat untuk istiqomah dengan Al-Qur’an. Sebab orang yang istiqomah pasti mutqin. Sedangkan yang mutqin, belum tentu istiqomah. Orang yang istiqomah, sampai usia berapapun, setua apapun, selalu sibuk dengan Al-Qur’an. Seandainyapun kita sudah beristiqomah dengan Al-Qur’an tapi tidak mutqin, tetap mulia dan mendapatkan dampak kemuliaan itu dalam hidupnya. Bisa jadi dalam bentuk rezeki, kesabaran menghadapi ujian, dsb. Jika hanya fokus mutqin, itu hanya parsial. Target yang lebih besar : istiqomah. Istiqomah itu lebih mahal daripada semua materi, semua gelar. Istiqomah juga bentuk ikhtiar totalitas dalam ketaatan / penghambaan kepada Allah. Yang Allah nilai itu keistiqomahannya dalam mujahadah murojaah, bukan mutqin-nya. Allah tidak menilai hasil, tapi keistiqomahan dan kesabaran dalam prosesnya.
Bagaimana menanamkan ruh Al-Qur’an dalam keluarga?
Do’a itu penting. Manusia itu lemah dalam menghadapi keluarganya. Bisa lemah karena dirinya, lingkungannya, atau pembiayaan, dll. Sering-seringlah do’a pada Allah, beri qudwah pada keluarga, ada apresiasi & punishment. Jika dengan semua ikhtiar belum berhasil, kita sudah mulia di sisi Allah sebagai orang yang peduli pada keluarga agar jadi ahlul Qur’an. Berproseslah selalu. Yakinlah, bisa jadi Allah tidak realisasikan yang kita impikan itu di anak kita → barangkali di generasi berikutnya. Bisa jadi Allah realisasikan saat kita telah tiada.
- - -
7 Juli 2024, taujih disampaikan dalam Stadium General Halaqoh Qur'an Santri Non Mukim Rumah Qur'an Inspirasi.
Note : catatan ini saya bagikkan disini dengan sedikit ubahan kata untuk lebih mudah dipahami
26 notes · View notes
hanamaulida · 3 months
Text
Makin kesini, makin susah cari waktu untuk sekedar nulis. Menumpahkan semua yang ada di pikiran dan hati.
Penyebabnya karena merasa bahwa nulis adalah kegiatan yang harus dilakukan di waktu khusus, mood harus bagus, situasi harus kondusif.
Sampai akhirnya, di berbagai tanggungjawab yang secara sadar diambil dan diamanahkan, nggak ketemu-temulah perpaduan kriteria itu. Rasanya selalu berkejaran dengan waktu, tapi tetep sempet liat-liatin update-an orang. Huhu sedih.
Sekarang, pengen rutinin nulis lagi. Gapapa nggak sempurna. Nggak papa nggak selalu inspiring. Karena tujuan utamanya bergeser --bukan lagi untuk menggugah orang lain. Tapi terlebih dulu menggugah diri sendiri untuk sadar penuh hadir utuh disini dan kini. Yang mana bagiku, itu bisa dicapai ketika menyempatkan nulis.
Ohiya ngomong-ngomong... Hari ini saya pulang terlambat. Banyak pekerjaan yang numpuk, akibat nunda. Dan akibat kebanyakan inisiatif 😅😅😅
Di titik ini saya mulai sadar, bahwa apa yang saya tanam kini membuahkan hasil. Habis mengusulkan sesuatu, terbitlah berjibaku. Sendirian.
Kalau ada yang bilang "Hana jangan terlalu berlebihan lah kontribusi di kantor, gak ada yang peduli juga" dimana saat itu saya mengiyakan, tapi sejujurnya ternyata saya nggak bisa.
Saya selalu merasa, Allah mentakdirkan saya kerja di sektor publik, maka saya harus kerja yang bener. Jadilah beda diantara yang sama. Jadi yang peduli diantara yang tidak.
Bukannya jadi sok si paling peduli, tapi kenyataannya, sedikit sekali pegawai (dalam hal ini Pemda) yang benar-benar sadar kalau kita mengemban tugas mulia untuk mengayomi masyarakat. Padahal masyarakat itu sangat butuh kita. Bahkan karakter dan kondisi yang mereka alami sekarang sedikit banyak dipengaruhi oleh kita (pemerintah).
Dan jujur, seringnya, ini juga bikin saya capek dan stress.
Kadang saya juga mikir "Ngapain sih kerja serius amat? Segitunya? Toh gak ada yang peduli. Malah yang ada dibilang sombong, sok-sokan" Tapi kemudian detik itu juga disadarkan bahwa ya memang apa yang saya lakukan adalah wujud penghambaan saya ke Allah berupa menjadi manusia bermanfaat.
Jadi nggak ada urusan sama penilaian orang lain, atau cibiran. Cukup fokus pada diriku dan apa yang bisa kulakukan.
Capek? Wajar dan manusiawi. Orang hidup pasti capek. Wong tidur-tiduran di kamar seharian aja capek.
Tinggal kita pilih, kita mau capeknya ngapain.
Ya Allah, jadikanlah aku lelah di jalan yang benar....
Serang, 1 Juli 2024.
53 notes · View notes
kaktus-tajam · 9 months
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
83 notes · View notes