Tumgik
#chiki oya
brickme · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
My top 10 favorite Ribon covers from the 70s + 80s + 90s
112 notes · View notes
anamon-book · 6 years
Photo
Tumblr media
まんが専門誌 ぱふ 1980年11月号 特集・坂口尚/おおやちきの世界 清彗社 表紙=真崎守
16 notes · View notes
jariten · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
February 2022 roundup bonus round!!
I got a lot of Japanese reading done this month and thought I’d do a little selection of my favorites. 
In the shoujo-sphere I’m still sticking to familiarizing myself with the more famous artists of the 1970′s-80′s and finally read some A-ko Mutsu! The Tenshi mo Yumemiru Rosokuya bunko was a great introduction consisting of a short series with stories all taking place in the span of night from the perspective of multiple characters, and 4 other stand alone one shots. The world she depicts and the characters that inhabit it are just beyond charming or quite like anything else I get why she’s the main representative of the “otometic” style.  Similarly I read more Chiki Oya another representative of an extremely goofy and slapstick style of comedy that doesn’t really exist anymore and the Candy to Choco Bonbon bunko gave me more of that plus her more “serious” stories.
I also finally read the manga adaptation of Kenji Miyazawa’s Night on the Galactic Railroad by Hiroshi Masumura. I didn’t actually know multiple versions of the original story existed so it was interesting to experience both the “first” and “final” version back to back. Aside from parts of the beginning and the whole ending not much is different but I’m with the general public who prefers the final version. If you liked the 1985 anime movie adaption this version is a must. And I’m still making babysteps with horror manga Mangaka-tachi ga Kaita Kaidan: Samayou Reiki curated by Haruyuki Nakano was really fun although some of the selected artists were a bit obvious but I loved the theme of urban supernatural horror, and how some of the stories were just plain silly. The featured artists are Shigeru Mizuki, Daijiro Morohoshi, Junji Ito, Katsuhiro Otomo, Ryouhei Saigan, Suzue Miuchi, Yousuke Takahashi, Sasaya Nanae, and Kazuo Umezz. There’s two other volumes in this curated anthology series but they’re expensive hardcovers so I think I have to pass on collecting the rest.
47 notes · View notes
arviananerissa · 7 years
Text
BE HEALTHY JOURNEY (Part 1)
Hari ini telah memasuki hari ke-13 di bulan Ramadhan. Masya Allah sudah hampir setengah jalan di bulan Ramadhan. Ayooo, semangat terus untuk memperbaiki diri dan ibadah di bulan yang Allah lipatgandakan semua amal kebaikan. Bismillah..
Ngomong-ngomong, seneng banget deh ngeliat banyak temen-temen yang ikut 30 days writing challenge di bulan Ramadhan ini. Tulisan-tulisannya sangat inspiratif, dan yang lebih menginspirasi bagi diri saya adalah konsistensi dan eager untuk menulis yang bisa dilakukan secara terus menerus disiplin di setiap harinya. Hehe, saya pun ada ketertarikan di awal sebelum Ramadhan untuk ikut, tapi masih banyak tapi (banyak mikir tea) hehe. Masih ada tulisan ilmiah (aka tesis) yang masih perlu diproritaskan. Demi meraih cita-cita sebagai psikolog anak & biar ga baperan terus LDMan Bandung-Jakarta hehe, maka perlu penyelesaian segera. ZMGDH. Jadi menulis kembali di tumblr ni merupakan refreshing bagi saya yang bikin mood lagi, di sela-sela ngerjain tesis hehe. Writing is such a therapeutic for me.
Nah, sebagian dari kita ketika memasuki bulan Ramadhan mengalami beberapa perubahan, terutama pola makan, istirahat, dan ibadah. Yang jika tidak disiapkan dengan baik, akan terlewat begitu saja, dan mungkin perubahan ini akan menimbulkan ketidaknyamanan, baik secara fisik maupun psikis. Kalau saya menyebutnya warming-up awal sebelum Ramdhan itu penting, untuk mempersiapkan diri kita agar bisa terus produktif beribadah di bulan Ramadhan ini. Misalnya, dari membiasakan shaum sunnah sebelum bulan Ramadhan, mengelola asupan makanan yang baik dan sehat, juga mempersiapkan check list amalan yaumi dan targetan Ramdhan juga step by step biar accomplished pas hari Raya Idul Fitri.
Berkaitan dengan mempersiapkan diri secara fisik, banyak artikel dan para ahli yang memberikan tips bagaimana mengelola kesehatan selama bulan Ramadhan. Apa yang sebaiknya di makan pas sahur, pas buka, dan seberapa banyak yang dapat kita konsumsi. Sebenernya saya juga bukan ahli di bidang kesehatan, jadi banyak belajar banget untuk mempersiapkan konsumsi terbaik saat Ramadhan tahun ini. Dulu perasaan pas di rumah, ya sahur-buka biasa-biasa aja di rumah, udah tersedia, kadang bantuin mamah masak pas sahur atau bikin candil pas mau buka. Tapi sekarang, pas dihadapkan pada profesi sebagai ibu rumah tangga, yang perlu mempersiapkan asupan makanan terbaik untuk suami, jadi lebih banyak berpikir dan mencari ilmunya.
Seketika saya bertanya pada diri sendiri, “Makanan seperti apa sih yang baik bagi keluarga?”. Yang Halal dan Thoyyib pastinya. Apakah selama ini saya sudah mengkonsumsi makanan yang baik dan benar? Serta halalan thoyyiban? Emmmm, tidak sepenuhnya nampaknya, hehehe.. Halal sih insya Allah diupayakan, tapi thoyyib nya masih suka dinomorduakan. Masih suka jajan macaroni seblak-tapi ga pedes (atuhlah), atau martabak nikmat Andir yang pandan-jagung-keju-susu, sama cilok goreng borma setiabudhi tea Ya Allah, I can’t ignore. Seketika saya merefleksikan diri 25 tahun ini saya makan apa aja yah dari ASI ibu sampai segala rupa dicoba. Apakah saya memberikan asupan terbaik bagi diri saya yang Allah amanahkan ini? …………
Alhasil, saya ingat bahwa mamah saya pernah cerita. Semenjak saya dalam kandungan, mamah selalu menjaga asupan makanan yang masuk ke tubuhnya. Non MSG, non pengawet, makanan makanan rumah, yang banyak sayur dan buahnya. Sampe ketika saya dan kakak saya beranjak sekolah di taman kanak-kanak dan mulai mengenal warung, wuiiiih larangan mamah terhadap bangsa chiki-chikian itu nomer satu ngga bolehnya. Permen gulali atau es-es yang mamang2 juga kita ngga boleh nyicipin. Niatnya baik banget memang mamahku ini, sangat mulia dan melindungi anaknya agar tetap sehat dari makanan2 olahan. Oya btw mamahku juga ngga pernah nyetok mie, chcken nugget, sarden, atau sosis di rumah, atas dasar menghindari makanan yang banyak mengandung pengawet.  Ya tapi, yang namanya anak-anak tau laah yaah, semakin dilarang, akan semakin penasaran. Alhasil, saya dan kakak saya hehehe si teteh yang berjarak 2 tahun diatasku, kita suka curi-curi makan chiki kalo TPA, abis ngaji nyingsed di warung belakang mesjid. Jajan chiki bom-bom yang ada hadiahnya uang koin dibalut kertas, ih enak pisan itu teh chikinya. Murah lagi. Kalo teteh favoritnya, chiki tik-tik, yang snack kentang panjang gitu, tapi saya yakin itu sedikit banget kandungan asli kentangnya, da ngga kerasa hehehe. Terus berkembang ke supermarket, kalo ke Borma teh belinya chiki ball keju, atau cheetos jagung bakar, atau chitato sama jet-z. Tidak seperti kakak saya yang cukup sensitive terhadap MSG dan kadar garam yang tinggi, sehingga membuat amandelnya meradang. Saya dari kecil, sehat2 aja Alhamdulillah, jarang sakit, paling batuk pilek kalau udah jajan es lilin yang dicelup ke cokelat tea lgsg mengeras. Nah itu paling radang, batuknya, tapi Alhamdulillah ngga sampe amandel meradang.
Eh, balik lagi ke topik. Itu flashback, yang menyadarkan saya, mengapa sih saya teh seneng banget makan chiki, goreng2an, atau jajanan di pinggir SD, ya karena itu, dulunya dilarang keras. Jadi setiap sedih, kesel, lagi paciweuh, makanan2an snacking teh relieving pisan. Mungkin ada banyak orang lain juga yang merasakan seperti ini. Semacam emotional eating, yaitu pola makan yang dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, namun berhubungan dengan emosi negatif yang timbul untuk memperoleh kenyamanan dari mengkonsumsi makanan/minuman tertentu (Psychology Today.com). Tapi masih dalam rentang normal sih, ngga yang sampai disorder atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Akhirnya, waktu ada kesempatan saya berdua nyetir bareng mamah, saya ngobrol tentang topik emotional eating ini. Sekitar awal bulan di tahun ini, dulu pas lagi persiapan pernikahan. Kurang lebih begini percakapannya :
A: “Mah, kenapa yah aku ngerasa tiap tahun makin gedee aja badan teh?”hahaha.
M : “Ya, pola makannya vi, coba itu gorengan2 udah jangan dibeli lagi biar ngga usah dimakan, chiki2 yang gitu ih mamah mah ngga kuat da”.
A: “Iyayah mah, makannya sih ngga bener, emm, tapi kenapa yah mah, aku teh suka banget sama gorengan?”.
M:”Makan gorengan mah boleh sebenernya, tapi ngga perlu suka, karena kalau suka itu jadi berlebihan, terus menerus pengen, tapi sebenernya kan belom tentu tubuh kamu butuh”.
A: “Wuiii iyaa juga”. Terus mah,  aku teh kemarin baca penelitian temenku tentang emotional eating, katanya biasanya seseorang itu cenderung melampiaskan emosi negatif pada makanan karena ada hal yang membuatnya tidak nyaman di masa lalu yang mungkin coping yang termudah dan tercepat adalah dengan mengunyah makanan. Atau bisa jadi makanan sebagai basic needs kita, dipantang berlebihan sehingga tidak terpenuhi kebutuhannya, alhasil rasa ingin itu muncul terus jika ada kesempatan yang tidak terlarang”. Nah, arvi jadi inget, dulu kan mamah ngelarang banget, aku sama teteh makan chiki, gorengan, ama makanan2 di warung itu. Jadinya kita kesenengan kali mah sekarang, karena bisa mendapatkannya dengan leluasa hehe.
M: “Ya, mamah sih prinsipnya sayang anak”.
A : “Gimana mah?”
M: “Ya mamah, sebagai ibu, sudah Allah titipkan amanah seorang anak yang ada di rahim mamah, ya mamah jaga baik2, kesehatannya, kebahagiaannya, pendidikannya, dan tentunya agamanya. Dari pas hamil mamah makan yang beneer banget, ampe vitamin2 dan sayur yang ngga enak pahit2 juga mamah makan. Biar anak mamah sehat, kuat, pinter semua.”
A: “Tapi kan mamah mah emang makannya bagus dari dulu juga mah”.
M: “Ya, selain kebiasaan, dulu mbah putri juga kasih makan mamah di rumah dari kebon, ya lotek, tahu goreng, telor, sama ayam kalo pas disembeleh. Tapi secukupnya aja, kalau ambil makan, terus kenyang ya istirahat dulu, nanti dilanjut. Mamah mah kan ngga pernah ngeharusin kalian kalo makan diabisin kan? Ampe mulut penuh, perut kekenyangan? Tapi yg mamah ajarin, ambil seperlunya, secukupnya”.
A: “Hehe, iyasih mah. Ya kita ambil sendiri, kalo enak ambilnya banyak, kalo ngga enak ya dikit aja haha kaya tumis paria, yang pait pisan.”
M: “Nah, itu, makanya kalo makan teh jangan kebawa nafsu, pengen ini pengen itu, ya makan buat sel2 tubuh kamu juga dapet makanan. Jadi kalo makanan yang cuma plas-plos ga ada gizi vitaminnya mah, ngga usah dimakan, dipajang aja, apa diicip gitu dikit”.
A: “Hahahha, iyayah mah.. Alhamdulillah.. Jadi waktu dulu teh arvi sama teteh sering dilarang ngga boleh makan chiki, gorengan, jajanan di warung yang ngga sehat, karena mamah teh sayang yah sama kita. Pengen kita makan-makanan yang sehat dan bergizi, biar sehat, pinter, bahagia. Hehehehe, ihh meni so swiiit”.
M: “Ya iya atuh, yaa tapi gitu sih, kalian teh masih suka sembunyi2 beli2 cireng, ciki, apalagi teteh keripik pedees, hhhh…
A: “Hahahaha, atuda enaaaak.. Udah lama juga mah, engga. Tapi aku jadi dapet insight sih mah, baru kaya tersadar gitu, jadi setiap aku mau makan2an yang ‘ngga bener’ aku inget kalo mamah sayang aku, pengen anaknya sehat, rasa sayang ini yang bikin aku juga sayang sama tubuh aku sendiri, ngejaga asupan yang masuk ke tubuhku, makan-makanan yang juga sehat, dan bergizi. Jadiiii, mulai sekarang no more gorengan? Hahahaha, step by step lah ya, bismillah..
Dari sini, saya memahami, betapa peran ibu sangat penting dalam kesehatan keluarga. Seluruh aspek sih sebenernya, yang berkaitan dengan rumah dan keluarga, ibu pasti memiliki peran mencerdaskan dan memberikan yang terbaik. Jadi kalau ada yg pernah cerita ke saya, ibu mah ngga bisa sakit, strong, Allah kasih kesehatan terus, karena apa? Karena Allah menganugerahi kekuatan pada ibu untuk mengurus suami dan anak-anak dengan niat lillahitaala. Karena kalau segalanya dijalani dengan rasa ikhlas sepenuh hati, akan terasa lebih ringan dan membahagiakan. Terima kasih Ibu.
Jadi, makanan seperti apakah yang baik bagi keluarga kita? (Bersambung)
3 notes · View notes