Tumgik
#darirumahgugunm
pcltlr · 4 years
Text
Relationshit.
Dari dulu gua bukan orang yang gampang buat menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bukan kayak orang-orang lain yang dengan mudah pindah hati. Oh sangat jelas, itu oposisi dari sifat gua. Sampai ketika gua akhirnya menjalani hubungan dengan seorang perempuan. Gua kalau udah menjalani hubungan sama perempuan, yang memang gua udah yakin aja sama orang itu.
Dan gua termasuk orang yang susah yakin sama perempuan  sebenernya, mungkin karena dari kecil gua ga punya saudara perempuan yang deket, ga ada temen curhat perempuan atau apapun itu. Bahkan curhat ke ibu pun ga pernah sama sekali. Jadi itu yang membuat gua susah yakin sama perempuan buat diajak komitmen. dan emang sih gua juga nyadar kalo sifat itu ga baik, karena lu pasti berfikir kalau gua adalah orang yang picky. But I’am fine wtih that, pernah sih ada juga orang yang ma ngenalin gua, tapi gua bilang ga bisa, karena gua udah tau cewek yang mau dikenalinnya. Memang sifat cuek gue ga bisa diilangin. karena kedinginan gua juga mungkin yaa dari kecil. Gimana ya, udah mendarah daging.
Gua menjalani hubungan dengan perempuan itu di lebih dari 3 tahun. Seperti yang gua bilang tadi. Kalau gua udah yakin, susah pindahnya. Tapi Allah menegur gua, semua yang gua anggap baik, belum tentu allah berkata sama. Di pertengahan hubungan, sedikit demi sedikit circle pertemanan gua sempit sesempit sempitnya. Seakan ada bloking besar buat gua untuk menjalani kehidupan seperti sedia kala. Kerjaan gua adalah memastikan perempuan itu untuk selalu bahagia dan senang di setiap harinya. Dengan gua yang wajib memberikan kabar padanya dihampir setiap jam. Shit banget emang. Sampe hubungan itu juga yang menghalangi gua buat berkembang. Dulu musimnya pendaftaran ketua himpunan di jurusan gua. Ada temen yang ngajakin gua buat coba daftar, karena memang gua udah ikut himpunan selama 1 tahun. But lol, gua dilarang dengan alasan nanti kalau kepilih, banyak orang yang bakal tau gua. Oh sejujurnya kebodohan ini ga mau ceritain lagi, karena gua juga muak sama diri gua yang saat itu. Terlebih gua turutin semua itu. Hilang satu kesempatan gua buat mengembangkan diri selagi di masa kuliah. Dulu juga gua pernah ada rencana dari awal masuk kuliah buat namatin S2 secara fast track, it mean gua bisa selesaiin S2 dan S1 selama 5 tahun. Setiap semester gua ambil SKS anatar 23 atau 24. Selalu gua maksimalkan, karena agar bisa S2 langsung. But you know? Gua membatalkan itu karena dia. Lu boleh hina gua untuk kebodohan yang ini.
Alasan gua melakukan kebodohan terhina gua jtu adalah karena gua sayang sama dia. Alah shit, berbicara tentang sayang sama ornag lain, padahal diri sendiri aja ga gua sayangin. Saat itu hidup gua hanya tentang dia, ga ada kabar dari sahabat yang dulu sering berbincang. Teman-teman yang membuat hidup gau berwarna hilaang lenyap ditelan oleh hubungan yang ga sehat itu. Kebebesan ga akan pernah gua rasain seutuhnya lagi saat itu. selalu ada orang yang meminta untuk gua bahagiakan. padahal shit, itu bukan kewajiban gua. Dan akhirnya gua sadar. Bahwa gua memang saling sayang, apa gunanya dipertahanin, kalau hubungannya udah ga sehat. Bukannya memilih berpisah juga sebuah perjuangan? But its only few stories about my relationshit.
Akhirnya sampai saat ini gua masih ga bisa buat menjalin hubungan lagi. karena sudah jadi mind blowing gtu, kalau gua menjalin hubungan sama perempuan, 100% hidup gua udah bukan punya gua seutuhnya lagi. Gua ga tau ini akan berlangsung sampai kapan, mungkin sampai pikiran ini sehat lagi dengan waktu yang tidak ditentukan.
Titik terbodohnya adalah, ohh gua sangat benci untuk berbicara ini. Gua tau banget itu salah, banyak orang yang ngomong juga ke gua. Tapi gua seakan kambing tuli yang menghiraukan semua itu. dan saat ini? ohh rasanya penyelasan itu sangaat sangaat mendarah daging jika hubungan diteruskan sampai pernikahan. pikirku semuanya mungkin akan membaik setelah menikah, percaya atau tidak. Sering kali Allah memberi pelajaran pada hambanya dari sudut yang tidak pernah hambanya sangka. Sang pemilik hati seketika membalikkan hati saya secara tiba-tiba, memberi waktu untuk berfikir jernih dan logis. akhirnya hatiku membatin “ga bisa kalau selalu kayak gini. terus terusan mengorbankan batin ternyata tidak baik juga. dia mungkin senang, gua? akan mati perlahan oleh pikiran gua sendiri.” 
Walau memang sendiri tak selalu menyenangkan, tapi untuk saat ini jalan terbaik buat gua adalah itu. Dan nyatanya memang sendiri lebih baik, sejauh ini.
Hubungan bukan untuk saling mengikat, seharusnya hubungan digunakan untuk saling mendukung satu sama lain, untuk berkembang bersama di dunia yang hanya sementara ini.
Salam hangat #darirumah
@fadhila-trifani @henniarum @sekotenggg @adhit21 @mathmythic 
10 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Pascal
Salam..
Semester baru tiba dengan segala kejutannya. Di semester ini penyesalan memilih jurusan teknik informatika mulai bermunculan. Kayaknya gw salah jurusan deh, mata kuliah apaan ini, susah amat, buset tugas apaan ini banyak beudh kayak dosa gw. Itu seenggaknya pikiran-pikiran yang selalu aja ada dikepala gw. Di semester ini ada satu mata kuliah killer pertama bagi mahasiswa informatika. Pertama? Yoi cuy baru siksaan pertama, kenapa begitu? Lu tau, mata kuliah ini setiap tahunnya penyumbang mahasiswa ngulang terbanyak se-kampus. Gw ulang, SEANTERO KAMPUS. Kurang tersesat apa gw waktu itu.
Oiya, matkul ini btw namanya "Dasar Algoritma dan Pemrograman (DAP)". Gila ga, baru dasar aja udah kayak gini, gimana lanjutannya. Apees apes. Akhirnya hari pertama praktikum tiba, gw lupa hari apa tepatnya. Dihari itu gua masih polos banget cuy, baru tau ngoding aja di mata kuliah itu. Dan asal lu tau, temen gw baaanyak yang lulusan SMK, beuh makin bikin mampus aja gw. Apa cuma gw dikelas ini yang nekat masuk jurusan ini yang backgroundnya dari pondok? Gw dipondok seringnya megang nampan ama jailin orang, nyampe sini dikasih komputer ama layar biru. Gila! Tp disitu gw mulai mencerna apa yang dibicarakan oleh dosen dengan ampun2an, dikit demi dikit, tetep susah.. ga masuk sama logika anak pondok :v. Apaan ni ngoding, mending nulis i'dad dah bodo amat walaupun dicoret mulu. Oiya, dipraktikum itu ada beberapa asisten yang bantuin kalo misal ada kebingungan dengan pelajarannya. tapi tidak membantu banyak juga buat gw wkwk.
Saat itu bahasa pemrograman yang gw pelajari sekaligus bahasa pemrograman yang pertama kali gua tau selama gw hidup, namanya PASCAL. Buset cuy, kalo lu tau, itu layar cuma biru, terus tulisannya item. YaAllaah ga beda jauh ama masa depan lu, ga jelas banget. Mau nanya malu, ga nanya kagak ngerti, karna temen gw rata-rata udah pada bisa. Lah samping gw senasib, sama-sama newbie. Tapi bener, masa-masa tersulit belajar ngoding adalah saat lu masih awam, ga tau kodingan itu jenis makhluk tuhan kayak gimana, dan lu udah terlanjur terjun kedalamnya.
Tapi untungnya karna dipondok udah dibiasakan dengan bersosialisasi, gw pun ga mau nyerah gitu aja. Gw samperin orang-orang pinter diluar jam kelas buat memperdalam tuh makhluk tuhan yang susah dipahami, yaa kira-kira sebanding susahnya kayak memahami kaum hawa kalau lagi ada maunya tapi gengsi buat ngomong :v. Allah emang begitu baik, gw dibantu diloloskan dari praktikum itu, walaupun nilainya C. Seenggaknya gw ga menyumbang nama sebagai mahasiswa ngulang di mata kuliah itu hahaha. Mau lanjut cerita, tapi masih mikir mau cerita apa, lanjutin besok kayaknya..
Sesuatu yang menyeramkan menurut orang lain mungkin benar menyeramkan. Tapi kita memiliki kemampuan masing-masing untuk menghadapinya. Percayalah bahwa kemampuan kita bisa menaklukkan hal itu.
-to be continued-
Salam hangat #darirumah
@fadhila-trifani @henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21
10 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
!Jodoh
Akan rindu menulis satu hari satu post di dinding ini. Nikmat juga menjadikan tumblr sebagai pelarian.
Ada 3 hal yang tidak bisa diprediksi oleh siapapun selaku hamba Allah. Rezeki, Mati, dan Jodoh. Tapi saya hanya ingin menulis tentang jodoh aja di part ini. Karena memang tema tulisannya yang sedang senada.
Mengapa ya jodoh selalu menjadi misteri? padahal banyak yang melakukan perencanaan dalam berhubungan bahkan hingga rencana pernikahan. Maksudku, mengapa jodoh masih tidak bisa dipastikan oleh hambanya? sedangkan hambanya sudah tau ingin menikah dengan siapa sejak ia menjalin hubungan dengan orang lain. 
Pertanyaan itu dulu selalu saja hinggap di benak saya. Sampai Allah menegur saya akan hal itu, bahwa memang benar jodoh selalu saja menjadi misteri, sampai saya mati. Bahkan tidak jarang orang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya karena dia telah yakin bahwa kekasihnya adalah jodohnya. Tapi angka perceraian di dunia cukup tinggi, terlebih di negara sendiri masih teramat tinggi bila kita lihat. Itu sebabnya, saya tidak pernah memikirkan mengapa orang tua saya berpisah, mungkin memang Allah menakdirkan mereka tidak jodoh. Tapi disetiap perpisahan, pasti selalu ada hati yang dikorbankan. Termasuk dalam perceraian pun.
Kalau kamu sudah memiliki kekasih yang diyakini sebagai jodohmu, tidak apa-apa, pertahankanlah. Karena kita sebenarnya hanya bisa berkeyakinan atas nama hamba saja. Tapi ingatlah bahwa, mencintai sesama manusia tidak dibolehkan secara berlebihan. Mengapa? karena manusia hanyalah manusia, bukan tempat untuk kmau bersandar seutuhnya. Bagaimana jika Allah memanggil kekasihmu lebih awal? akankah kamu tetap mencintai Allah? karena Allah telah mangambil orang yang sangat kamu cintai melebihi cintamu padaNya. Bagaimana jika setelah menikah Allah pisahkan kita dengan pasangan kita? karena kita lebih ingat pasangan kita daripada mengingatNya.
Sudahlah, tidak ada hal yang harus kita berlakukan secara berlebihan didunia ini. Karena ketika itu hilang dari kita, kita akan kecewa pada yang mengambil hal itu. Tidak sedikit kan kita melihat banyak perkataan manusia yang menyalahkan Allah. Mungkin saja salah satu akibatnya karena Allah menegur dia dalam hal hubungannya dengan sesama manusia. 
Saat nanti kita memiliki keturunan yang dititipkan Allah, kita tetap tidak boleh mencintai anak kita secara berlebih. Ingat kisah nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya yaitu nabi Ismail? mungkin itu adalah bukti juga bahwa mencintai anak pun tidak boleh melebihi cinta kita pada Rasul dan Allah.
Mencinta memang fitrah dari seorang manusia. Tapi jangan sampai cinta itu lah yang malah menjadikan kita murka pada sang pemilik cinta.
Hidup didunia memang hanya sekali. Tapi jika kita memanfaatkan hidup ini sebagai sarana kita mendapat keridhoan Allah, maka satu kali sudah lebih cukup
Sekian, 30 tulisan sudah tercatat di dinding tumblr ini. Terimakasih buat teman-teman yang bersedia menjadi bagian dari sejarah, khususnya sejarah hidup saya. Kepada Hennika, Trifun, Rezha, Ucup, dan Adhit. Kalian luar biasa, semoga tetap bisa berkolaborasi dalam kebaikan.
Salam terhangat #darirumah, untuk kamu yang membaca ini.
Rangkas, 13 Mei 2020.
6 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
De,
Salaam..
Sepertinya ada suatu hal yang ingin kuceritakan, padamu tentang orang tuaku yang selalu memanggil de, kepadaku. Hingga kini, saat usiaku telah menginjak kepala 2.
Aku hidup di keluarga kecil, cukup indah dan bermakna bagiku. Sebagai anak ke 2 dari hanya 2 bersaudara, sudah menjadi budaya tentang orang tua yang menyematkan panggilan kesayangan pada anak-anaknya.  
Seperti judul ini, dede adalah panggilan bagiku karena aku adalah anak bungsu. biasa orang tua memang membuat template panggilan kesayangan, contohnya keluargaku, aa untuk kakakku, dan aku dengan panggilan yang telah kusebutkan itu.
Lucu ya, sampai paman dan bibiku, pun memanggil demikian. Sebenarnya aku tidak risih dengan itu. Karena bagiku itu tidak merugikanku, toh itu berarti orang-orang sayang padaku jika memanggilku dengan panggilan itu. Kok bisa aku mengatakan itu? iya bisa sekali, ternyata panggilan itu memang tidak membuatku selalu dipandang dede dede oleh saudara-saudara ku. Mereka sudah cukup memandangku sebagai manusia yang sedikit dewasa. hahaa
Iya, hanya saudaraku, tidak untuk orang tuaku. Sedewasa apapun aku, sebijak apapun perkataan yang aku keluarkan. Orang tua selalu menganggap aku adalah anaknya, anak yang dulu pernah iya besarkan dari bayi. Uniknya, orang tua tidak pernah menganggapku sebagai manusia dewasa, walaupun sedikit. Tidak tahu jika nanti, kala sudah menempuh hidup baru, bersama siapa akupun tidak tahu, setidaknya sampai saat ini wkwk.
Tapi paling tidak, saat nanti pun orang tua telah menganggapmu dewasa dan kau tau itu. Percayalah, mereka tidak seutuhnya menganggapmu demikian. Mereka pasti selalu berfikir akan kekurangan anak-anaknya dalam menjalani hidup, yang selalu membutuhkan uluran tangan orang tua saat melakukan kesalahan, atau jatuh tersungkur oleh kerasnya dunia.
Kita memang tidak benar-benar dianggap dewasa oleh orang tua, tidak apa-apa, bersyukurlah. Karena apa? karena kita juga akan merasakan hal yang sama saat nanti, kita memiliki anak.
Semoga kita tetap baik-baik saja. Jangan lupa tersenyum, walau hati tak sejalan. Setidaknya untuk meredakan hatimu yang sedang lelah :)
Salam hangat, #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
Rumah, 07/05/2020 Pukul 00.10 WIB.
6 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
!Keluarga
Salaam..
Tanda seru diawal memang terasa aneh (dijudul ini), tapi itu mengartikan sebuat isyarat (jika dalam dunia koding) wkwk.
Ok, kali ini gue mau sharing tentang pertemanan, hmm bukan pertemanan lagi kayaknya, lebih ke ikatan kekeluargaan yang dipupuk selama bertahun-tahun tanpa peduli darimana asal-usulnya. 
Selama kuliah, gue nyoba buat menjalin pertemanan dengan teman diluar temen pondok tentunya. Entahlah, semakin bertambahnya umur, rasanya circle pertemanan ini semakin mengecil sampai bisa diitung dengan sebelah jari tangan. mungkin lu juga akan merasakan, kalau sekarang belum wkwk. akhirnya gue punya sahabat pas kuliah dulu. tentunya sahabat lebih sedikit jumlahnya dari teman. dalam hidup gue, gue selalu percaya bahwa sahabat itu yang mengorbankan waktunya untuk ada pas kita butuhin bantuan. dan bisa bertukar pemikiran bareng sampai ngga ada lagi gap pertemanan (dalam artian, ngga ada lagi kata gampang baperan. karena lu dah saling paham kondisi sahabat lu).
Yang ingin gua kaitan dengan pertemanan di pondok, adalah bahwa lingkup pertemanannya yang udah ngga ada gap lagi, semuanya mengalir begitu aja tanpa disadari. Saat semester-semester awal kuliah, hingga diakhir-akhir memang gua sadari kalau gua emang jarang banget kontekan sama temen pondok. Tapi ketika gua sudah lulus dan sudah mulai kontekan sama mereka lagi, semuanya seakan mengalir aja tanpa pernah mempermasalahkan. rasanya kayak, kita ngerantau jauh dari keluarga tanpa pernah kontakan selama bertahun-tahun. terus tiba-tiba kita pulang dari perantauan, tapi keluarga masih tetap sama, masih menerima kehadiran kita. exactly, itu yang gue rasakan. dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada di pertemanan kami. tapi justru itulah yang membuat ikatannya semakin kuat. 
Pada akhirnya !keluarga lah tempat kita bermuara, saat dunia begitu membingungkan.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
7 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Diri Sendiri
Ketika berbicara cinta, sering kali kita berfikir tentang hubungan antara 2 orang yang saling mencintai. Apalagi seperti sekarang, dimana hubungan 2 orang kekasih mejadi sunnah muakkad hukumnya untuk di unggah di akun sosial media. Seakan tujuan dari memiliki kekasih hanya untuk membuat orang tau, bahwa dirinya sedang saling mencintai. Lucu ya membayangkannya.
Disisi lain, yang teramat jauh tidak pernah kita hiraukan adalah tentang mencintai diri sendiri. Betapa banyak orang yang menjalin kasih hanya karena ingin dicintai oleh orang lain? padahal dia lupa bahwa kewajiban untuk mencintai dirinya adalah dirinya sendiri.
Pola hidup telah berubah, penilaian sosial seakan menjadi paramater utama dalam menjalani kehidupan. Apa yang kita unggah di media sosial saja, tidak jarang tujuannya hanya untuk membahagiakan orang lain. Biasanya agar tidak ada sentimen negatif terhadap kita, dan membuang jauh-jauh tentang kebahagiaan diri sendiri. Itu sebabnya mengapa kita juga sulit mencintai diri sendiri.
Jika memang kita adalah bagian dari sekumpulan orang itu, mari kita sehatkan pikiran lagi. Belajar untuk membahagiakan diri sendiri, mencintai diri sendiri sebelum kita berikan itu pada orang lain. Sepertinya ketika kita kecil dulu, mudag rasanya membahagiakan diri sendiri. Mengapa saat ini rasanya jauh sekali melalukan itu?
Mencintai diri sendiri adalah kewajiban kita, saat sudah selesai, barulah kita bisa berbicara tentang mencintai orang lain.
Semoga kita selalu bahagia.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @fadhila-trifani @adhit21 @mathmythic @sekotenggg
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Mengalah.
Salaam..
Masih berbicara tentang dewasa.
Saat kita memilih untuk menjadi dewasa, itu artinya kita harus siap dengan segala perilaku orang lain terhadap orang yang telah "dewasa". Pernah dapat perkataan seperti ini? "Udah ngalah aja, kamu kan udah dewasa". Kalau sudah, selamat kedewasaanmu sudah dianggap orang lain.
Betapa banyak pertentangan yang kita hadapi, dan diakhiri dengan kita yang harus mengalah? Hingga akhirnya mengalah menjadi hal biasa untuk dilakukan manusia dewasa. Padahal nurani tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Sepertinya wajar jika hati pun mengeluarlan amarah jika sudah tak kuat.
Tetapi sekali lagi, jika kita telah memilih untuk menjadi dewasa, tidak ada ctrl+z untuk kembali. Ini dunia nyata, bukan dunia maya. Karena menjadi dewasa memang tak seindah persepsi kita terhadapnya.
Menurutku, manusia dewasa adalah manusia yang sebenarnya sudah selesai dengan permasalahan seperti itu, yang sudah siap untuk mengampu apa yang orang lain pandang terhadapnya. Memang berat, tapi percayalah hadiahnya pun akan setimpal dengan apa yang kita perjuangkan.
Cara termudah untuk menjadi dewasa, adalah dengan mendefinisikan arti kedewasaan sesuai dengan dirimu sendiri. Karena setiap orang punya jalan yang berbeda.
Sampai ketemu di part selanjutnya :) Semoga kamu tetap baik-baik saja.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Habit.
Salaam..
Lagi ga ada cerita yang mau ditulis, berbagi #sudutpandang dulu kali ya buat yang ini.
Proses pembentukan habit gua yang menjadikan gua seperti sekarang ini ada di pondok, mungkin saja saat ini lu berkata, masa sih? lebay ah? dan kata-kata lainnya. oke gapapa, mungkin memang benar seperti itu haha. Tapi intinya yang ingin gua katakan bahwa, pencarian gua untuk mencari bentuk pendidikan seperti dipondok dengan kehidupan yang dipenuhi peraturan dan disiplin selama 24 jam nonstop nihil cuy. Sekali lagi, ini hanya pendapat gua pribadi.
Segimanapun awalnya habit seseorang, akan ditempa selama 6 tahun untuk mengikuti pola aturan hidup dipondok. Bukan waktu yang singkat tentunya. Awal dari kehidupan disini mungkin terasa terpaksa, tapi bayangkan, selama 6 tahun lu hidup kayak gtu, ego lu bakal kalah juga, bakal lunak juga sama disiplin-disiplin yang telah diatur oleh pondok, dan pada akhirnya habit lu dan pola kehidupan lu akan mengikuti peraturan itu.
Tapi itu ga seburuk yang dibayangkan, ketika ego melunak kalah oleh situasi, disitu hati mulai ikut berperan. Menikmati setiap pola kehidupan baik yang setiap hari dilakukan, dan setidaknya masih menempel sampai saat ini walau tidak seluruhnya, karena lingkungan sudah berbeda tentunya.
Hal yang sangat kita benci saat ini, mungkin akan kita rindukan dimasa depan. Itu sebabnya agama melarang hal apapun secara berlebihan, termasuk perasaan.
Semoga kita selalu bahagia,
Salaam hangat #darirumah
@sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani @henniarum
6 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Sesal.
Salaam..
Penyelasan terdalam gua ada di part ini.
Tapi sebelum kesana, gua cerita hal lain dulu. Masih ingat tentang hadits bukhari? bukan, maksud gua tentang tugas akhirnya. Gua sidang di akhir tahun 2018, dan jadi sejarah juga sih buat gua, karena apa? karena gua yang lulus dengan jalur sidang TA pertama diangkatan gua. Padahal waktu itu, angkatan gua masih ga boleh ikut sidang emang karena bukan jadwalnya. Lah kok bisa? iya, dosen pembimbing gua, beliau nyuruh gua buat daftar sidang bulan desember 2018 (lewat jalur khusus dong daftarnya :v), gua kaget banget, karena emang itu masih jadwal sidangnya angkatan kakak tingkat gua haha. dan sampe hari ini juga gua ga tau alasannya kenapa gua disuruh sidang desember, padahal sidang bulan januari juga ada (buat angkatan gua). Dengan segala revisinya, akhirnya gua sidang yudisium kalau ga salah tanggal 8 Januari 2019. Tanggal bersejarah, karena sebenarnya itulah tanggal resmi lu jadi alumni di perguruan tinggi, bukan tanggal pas wisuda wkwkwk.
Sekitar bulan juli 2019, gua main ke Bandung buat refreshing, mengunjungi sahabat gua yang masih menjalankan kuliahnya (yang gua sebut di eps.1/#odp1). Masih ingat orang yang waktu itu ketemu di depan gerbang pas mau pendaftaran ulang diawal masuk kuliah? iya, kami dulu sempet ngontrak bareng dipertengahan kuliah, karena timeline kuliah kami berbeda, jadi kami memutuskan untuk tidak satu kontrakan lagi. Oiya, btw gua ke Bandung karena lagi ada di fase mencari tempat kerja yang baru, sebelumya (setelah sidang yudisium) gua sempet kerja 3 bulan di salah satu startup di Jakarta. Karena bosen dirumah aja, akhirnya gua mutusin buat main ke Bandung.
Agak flashback dikit pas masa-masa bimbingan tugas akhir, dulu dosen pembimbing gua sempet ngajak buat lanjut studi dikampus yang sama, sembari penelitian gitu. Ngga tau alasannya kenapa, orang yang entah tugas akhirnya pun tanpa persiapan diajak lanjut studi. Tapi ternyata ceritanya nyambung, Allah begitu baik, semuanya memang telah di tulis oleh-Nya, skenario terindah untuk setiap hamba-Nya. Entah bagaimana ceritanya, gua ada di hari jum'at ketika lagi di Bandung. Gua keliling kampus dan ketemu sahabat gua, dia baru selesai bimbingan tugas akhirnya kalau gak salah. Di persimpangan jalan, gua bilang buat shalat jum'at dideket kosan temen gua aja, sekalian ketemu karena udah lama ga ketemu. Tapi entah gimana ceritanya, gua akhirnya mutusin buat shalat jumat bareng dia di mesjid kampus.
Akhirnya kami shalat bareng di masjid kampus. Karena kami shalatnya tidak bersebelahan, akhirnya setelah shalat gua keluar masjid sendirian buat langsung ke kosan temen gua yang tadi gua sebut. Lu tau? pas keluar pintu masjid, tiba-tiba gua ketemu sama dosen pembimbing gua cuy. Beliau ternyata masih ingat sama gua, kira-kira gini.
"Ehh gugun, apa kabar? dimana sekarang?" sapa beliau
"Alhamdulillah sehat Pak, lagi dirumah aja pak nunggu panggilan kerja. Bapak apa kabar?" jawab gua seraya bertanya balik.
"Baik juga Alhamdulillah, gimana.. mau ga kalau lanjut studi lagi?" tanyanya,
what? gua cuma bisa mikir keras sambil ngebatin.. yaAllaah, sekenario mana yang Kau turunkan saat ini di depan hamba, sebegitu kagetnya gua saat itu. Ajakannya masih sama seperti dulu gua pas masa-masa bimbingan. Ga mungkin juga kan gua langsung memutuskan, gila cuy ini bukan keputusan mudah, karena gua suka nonton youtube politisi-politisi yang diundang di talkshow seperti di Mata Najwa dan ILC, ada terpatri untuk mencoba bahasa-bahasa diplomatis yang gua pelajari dari para politisi tersebut :v. Akhirnya jawaban diplomatis itu keluar dari gua.
"Terimakasih pak, tapi nanti saya pikirkan dulu pak, sambil tanya sama orang tua dulu juga.. insyaAllah saya kabarin Bapak lagi." jawab gua sembari tersenyum :)
"Okay kalau begitu, jangan lupa kabari ya kalau sudah ada keputusan." pungkas beliau.
Setelah itu kami berpisah. Singkat cerita gua meminta arahan dan bimbingan untuk memutuskan hal ini ke orang terdekat serta orang tua gua. Keputusan akhirnya adalah gua memilih untuk melanjutkan studi, kembali lagi ke almamater tercintaah dengan jurusan yang sama wkwk.
Di masa-masa S2 gua, temen pondok gua yang kuliah di mesir lagi libur dan datang ke Bandung buat main. Yang inti ceritanya adalah bahwa biaya kuliah di mesir lebih ringan daripada di kampus gua. Deg, langsung gua nyalahin diri sendiri dalam hati. Kenapa dulu pas lulus dari pondok ga kesana aja, kenapa dulu terlalu dangkal mencari alasan untuk kuliah di bidang ini, dan kenapa kenapa yang lainnya. Sebenernya jujur gua ga terlalu bodoh juga sama bahasa arab, dan bahkah gua lebih menyukai pelajaran bahasa arab daripada pelajaran umum seperti keluarga IPA dan IPS. Dulu sebenernya juga gua pernah ada rencana buat lanjut studi kesana sehabis mondok, tapi dulu kayaknya ngewujudin keinginan itu cuma mimpi buat orang kayak gua. Andai waktu bisa diulang, ah tapi rasanya ga akan pernah terjadi, yang tersisa cuma penyesalan terdalam yang gua lakukan di 5 tahun lalu. Semoga lu yang baca ini ga ngelakuin hal bodoh itu. Tapi tak apa, nasi sudah menjadi bubur yang ga akan pernah menjadi nasi lagi. Tinggal bagaimana gua ngolah bubur ini menjadi bubur terbaik dan bermanfaat untuk orang lain.
Thank you sudah membaca panjang lebar cerita tentang masa kuliah gua di eps. terakhir ini.
Kita mungkin pernah merasa menyesal atas keputusan yang pernah diambil di masa lalu. Tapi kita juga tidak bisa menjamin jalan mana yang akan membuat kita bahagia, ingatlah bahwa semua ini telah Allah tuliskan untuk kita, skenario terindah.
Semoga kita bahagia,
Salaam terhangat #darirumah
@sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani @henniarum
6 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
kmnu
Salaam,
Masih melanjutkan cerita dari part sebelumnya..
Kala itu kami bertiga bertekad untuk membuat wadah perkumpulan bagi mahasiswa yang memang memiliki budaya yang sama dengan kami, langkah pertama, kami mengajak teman-teman terdekat yang memang juga memilki visi yang sama. Saya lupa tepatnya berapa orang.
Hingga suatu saat kami mengadakan perkumpulan dan merancang bagaimana kelanjutan dari organisasi yang akan dibuat. kmnu, atau biasa juga disebut dengan keluarga mahasiswa nahdlatul ulama. Sebenarnya ada 2 pilihan saat ingin membuat organisasi berbasis nahdlatul ulama, pertama pmii, kemudian disusul dengan kmnu. Karena memang dikampus itu belum ada wadah untuk mahasiswa nu. pada akhirnya kami memilih kmnu. Alasan terkuat teman-teman yang saya ingat adalah, kami membuat ini bukan untuk gerakan politik, melaikan untuk merawat tradisi yang sudah lama kami amalkan sebelum masuk kampus. Berlandaskan asas kekeluargaan, kami mencoba untuk melakukan syiar pada teman-teman mahasiswa baru yang saat itu sedang mengikuti mentoring. Tidak kami sangka, ternyata cukup banyak yang tertarik dengan organisasi yang baru ini.
Oiya, status kami adalah organisasi eksternal. Berdiri dengan seadanya kemampuan kami tanpa bersender pada pihak kampus. Untuk menjalin silaturahmi, kami mengadakan yasinan beserta tahlilah dan shalawatan setiap hari jumat malam. Jangan dibayangkan kalau kami yasinan di mesjid kampus ya, sangat jauh sekali angan-angan itu. Saat itu, kami hanya bisa bermimpi untuk mensyiarkan NU di kampus tercintah. Kami mencari mesjid terdekat dengan kampus yang memang mayoritas warganya juga NU, tidak etis doong kalo bukan sesama NU, hahaha.
Seiiring berjalannya waktu, banyak teman-teman lainnya yang tertarik untuk mengikuti rutinan di kmnu ini. Semakin lama, angan yang ingin mensyiarkan NU di mesjid kampus pun terlaksana. Dengan penuh lobi, akhirnya kami diizinkan dkm untuk melaksanakan rutinan (tahlil dan yasinana) di mesjid kampus, Eits, tetep bukan didalemnya ko, kami melakukannya di teras mesjid. Tapi saat it ukami snagat sennag sekali, karena pada akhirnya syiar ini sampai di kampus jga. Ada satu hal yang mungkin politik ya, saat itu ketua dari organisasi islam saya saat di kampus adalah sahabat saya (dari NU). ketika mengadakan acara, kami melobinya untuk mengundang group kmnu untuk tampil sebagai acra hiburan dalam bentuk shalawatan. Dari sana, semakin banyak yang kenal akan organisasi ini. hingga sekarang, Syukur alhamdulillah, organisasi ini masih berjalan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Sebenarnya masih banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tapi capek nulisnya wkwk. sudah yaa.. thank youu, buat kamu yang sudah rela membca tulisanku.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
!Beda.
Salaam..
Memang manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka karenanya sering terjadi perbedaan antara manusia. Allah begitu indah menciptakan manusia dan isinya. Kalimat yang paling ngena untuk kita bertaruh didunia ini adalah “Wala tansa nasibaka”. Bahwa benar hal yang petama kali dihisab adalah shalat, tapi bukan karena hal itu lantas kita mengabaikan urusan dunia dong. Allah juga berfirman seperti itu kok, jangan lupakan nasibmu didunia. Menurutku, Allah menyampaikan arti yang tersirat disana, “Bagaimana kau mau dengan tentram beribadah kepadaku, sedangkan kau dalam keadaan lapar”. Maksudku, jangan juga kita lupakan urusan dunia ini, karena kita juga memerlukan apa yang ada didunia untuk membuat kita nyaman dalam beribadah kepada Allah.
Terlepas dari rezeki yang Allah berikan memang berbeda untuk setiap umatnya, disitulah letak bersyukurnya. Terkadang sesuatu yang menurutmu kurang, mungkin saja Allah sedang mengujimu untuk bersyukur. Ada lagi perintahNya yang ngena, “Hablun minan naasi”. Jaga hubunganmu antar sesama umat. Bukankah Allah memerintahkan itu ada manfaatnya untuk kita?, bahwa silaturahmi akan memperpanjang umur dan menambahkan rezeki kita. Allah sering kali mengahdirkan kejutaan saat setelah kita bersilaturhmi lho. Memberikan jalan keluar baru untuk masalah yang sedang dihadapi. Kita takkan pernah tahu. 
Tapi jangan lupa juga bahwa manusia dibekali dengan ego yang muncul dari Hawa Nafsu. Sering kali kita melihat manusia yang tidak menerima perbedaan dari manusia yang lainnya, hingga membuat perdebatan yang tak berkecukupan. diawali dari apa? tentu nafsu, nafsu untuk selalu ingin menang dihadapan orang lain. Karena dengan itulah, cara manusia menunjukkan bahwa dirinya lebih tinggi dari orang lain, yang setelah itu akan menimbulkan kesombongan.
Pernah ga berfikir, kan Allah maha kuasa, pencipta alam semesta ini. Mengapa Allah tak membuat semuanya Islam saja sesuai dengan agama yang menyembahNya?, karena letak pembelajaran toleransinya disana. Bagaimana kita akan belajar tentang arti perbedaan saat semua manusia dibumi ini memiliki kepercayaan yang sama, tapi hal itu mungkin kok jika Allah mengingkan “Kun fayakun”.
Pada akhirnya perbedaan bukanlah sarana untuk mencari perselisihan, kenapa harus berselisih? saat kita mempercayai, bahwa yang mencitakan kita sama kok, Allah. Biarlah kita berjalan pada jalannya masing-masing.
Semoga kita bahagia, dalam menyikapi perbedaan.
Salaam terhangat #darirumah
@sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani @henniarum
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Kecil.
Salaam..
Kali ini gua mau nunjukkin ke lu sebuah foto fenomenal bagi gua wkwkw
Tumblr media
Gugun kecil adalah gugun yang ceria, penuh dengan tawa. Terlihat dari foto itu saja membuktikan kalo dia adalah orang yang periang wkwkwk. itu adalah foto ku beberapa belas tahun yang lalu. di taman mini indonesia indah tepatnya. sepertinya dunia ini sangat indah kalau tidak ada kata tua. Karena semakin tua, keceriaan itu rasanya semakin terasa hilang. semakin banyaknya beban yang ditanggung seiring bertambahnya usia, mungkin umur adalah salah satu parameter saat Allah ingin menguji hambanya, mungkin. 
Rasanya kasih sayang teramat terasa saat masih kecil. Tidak seperti sekarang, semuanya dituntut untuk mandiri. “Udah gede, belajar mandiri.”, menurutku bukan masalah itu, kadang sedewasa apapun manusia dan semandiri apapun dia, pasti butuh tempat untuk bersandar. walau bukan sandaran fisik yang dia butuhkan. setidaknya sandaran hati, karena manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial, tidak bisa lepas dari kodratnya yang akan selalu membutuhkan uluran tangan orang lain selama ia didunia. 
Kebingungan-kebingungan ini seperti menghujam sekaligus yang tidak bisa dicicil sejak kecil. semuanya seakan ditumpahkan saat ini. Walau tak ada tempat untuk bersandar sebagai makhluk sosial tentunya, jika sebagai makhluk tuhan, tentu sandaran terbaik adalah Allah.
Mungkin sebuah keniscayaan saat orang ingin kembali ke masa kecil yang hanya mengenal canda dan tawa tanpa memikirkan esok akan ada cobaan apa, tanpa peduli orang akan berbicara seperti apa terhadap dirinya. mengalir layaknya air, walau diinjak, ia tetap berjalan tanpa memikirkan semua yang ada pada lingkungannya (terhadap hal negatif). Nuhuuns 
Salam hangat #darirumah
@henniarum​ @sekotenggg​ @fadhila-trifani​ @adhit21​ @mathmythic​
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Memandang
Salaam..
Sudah yang terakhir aja berbicara tentang fase ini.
Pernah merasa berbeda saat memandang sesuatu? Maksudku bukan memandang dalam artian melihat dengan ain, tapi memandang sesuatu dari sudutmu.
Iya, itu terjadi padaku. Dulu aku memandang sesuatu hanya dari apa yang bisa membuatku bahagia dari hal tersebut, tanpa memandang apa esensi darinya. Saat itu kami membuat perlombaan yang bertemakan pendidikan. Untuk bisa melaksanakan acara itu, kami membutuhkan persetujuan guru. Disana kami membuat list jenis perlombaan yang nntinya akan dilombakan. Salah satunya disana tertulis lomba "fotografi pendidikan". Seru bukan kalau dibayangkan? Pikir kami saat itu, sepertinya lombanya akan menarik kalau kita bawa ranah pendidikan ke hal-hal yang disenangi para peserta, contohnya fotografi.
Akhirnya kami meminta persetujuan guru yang menjadi penanggungjawab. Beliau memberikan komentar tentang lomba yang kami anggap itu cukup menarik, yang aku sebutkan diatas. "Kenapa ada lomba ini? Ngga relevan dong sama tema pendidikan yang kalian usulkan". Kemudian lomba itu dihapus, dan kami cukup kaget, karena lomba itu memang menarik untuk diadakan. Menarik untuk diadakan, sesuai dengan apa yang membuat kami bahagia.
Seiiring berjalannya waktu, kejadian itu mulai aku sadari. Bahwa untuk melakukan sesuatu, kita harus bersandar pada apa value yang ingin diangkat dari hal tersebut. Beberapa tahun kemudian setelah kejadian itu, aku mengalami apa yang guruku alami. Ada sesuatu yang tidak sesuai dengan value yang ingin dicapai.
Disaat kuliah aku ikut kepanitiaan selama 1 tahun, cukup kecil sih acaranya. Acaranya ada 3 kali selama setahun. Disana aku kebetulan sekali menjadi wakil ketua di acara yang pertama, dan diacara kedua, aku ditugaskan menjadi ketua. Hal yang aku pandang sebagai sesuatu yang dilakukan tidak bersandar pada nilainya adalah waktu untuk bermusyawah. Temanku, yang menjadi ketua saat acara yg pertama bilang "kita ngumpulnya minimal 1 jam ya. kalau udah abis pembahasan sebelum 1 jam, kita ulang aja supaya mereka ngga lupa". Iya, inti dari perkumpulan itu sebenarnya ada di 20 menit awal saja. Sisanya? Ya kalian paham lah.. Aku sangat tidak setuju dengan itu, karena menurutku, setiap orang yg hadir diperkumpulan itu menunda urusan pribadinya masing-masing hanya untuk hadir. Betapa dzolimnya memaksa orang-orang mengikuti ke egoan kita bukan?. Sampai saat ini pun, aku tidak tahu apa alasan temanku untuk mengadakan perkumpulan minimal 1 jam.
Saat acara kedua, aku memiliki tekad untuk mengadakan perkumpulan seperlunya, sesuai dengan pembahasan inti saja. Karena aku sebagai ketuanya saat itu, akhirnya perkumpulan hanya berjalan 20 menit, dan setelah itu semua anggita dipersilahkan melakukan kegiatannya masing-masing. Singkat sajalah yaa.. Wkwkw
Ketika kita melakukan sesuatu dan ada value yang ingin dicapai. Kenapa harus tetap disana saat kita sudah mendapatkan value itu. Masih banyak hal baik lain yang bisa kita lakukan, daripada berdiam pada satu hal yang sama.
Semoga kita tetap baik baik saja. Kalau sedang tidak baik-baik saja, semoga lekas pulih.
Salam hangat #darirumah
@mathmythic @fadhila-trifani @adhit21 @henniarum @sekotenggg
4 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Dewasa
Salaam,
Mengawali tulisan di tema baru..
Dewasa hanyalah salah satu fase dalam kehidupan, terlepas itu adalah pilihan atau bukan. Yang pasti cepat atau lambat, semua orang akan merasakannya. Saat ada di fase itu, barulah kita mengerti akan makna kehidupan, walau mungkin hanya sedikit. 
Tapi pernah ga sih berfikir, kenapa kita harus hidup didunia ini? semakin dewasa, rasanya semakin sulit aku menemukan jawaban itu. Bahwa benar kita hidup didunia untuk menyembah beribadah menyembah Allah. Maksudku, untuk apa kita dihidupkan? Dewasa adalah fase yang paling menyebalkan bagiku, karena banyak sekali pertanyaan seperti itu yang sepintas memenuhi pikiranku.
Tapi, apa parameter dewasa itu sendiri? apa karena sebutan orang lain yang menyematkan kalau kita sudah dewasa? atau karena apa? darimana awal kedewasaan itu muncul? Semua masalah yang menghampirimu, lalu kamu kemudian kamu berhasil menghadapinya, apa itu ukuran kedewasaan?
Ah entah lah, persetan akan fase ini. hidup terasa membingungkan sekali. Seakan setiap ingin menutup mata dimalam hari, hati selalu khawatir “masalah apa yang akan kuterima esok hari?”.
Semoga kamu tetap baik-baik saja, bertahan pada cobaan berat yang akan menghampiri setiap saat di fase ini.
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
4 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Salah Langkah
Tumblr media
Salaam..
Hmm.. kurang lebih 5 tahun lalu gue mengenal kampus swasta itu, dan sekarang gue udah jadi alumninya, hahaha. paragraf selanjutnya agak sedikit formal yaa.
Perantauan dimulai ketika aku dan satu temanku melihat brosur tentang kampus itu. dulu kami belum memutuskan kemana akan melangkah selanjutnya, padahal waktu itu kami sudah kelas 3 sma. Melangkah selanjutnya? Iya, karena kami adalah pelajar yang merantau dari umur 12-an tahun. Bagi kami rindu itu sudah biasa, terdidik selama 6 tahun sudah cukup meneguhkan hati kami. Akhirnya kami berdua mencoba mendaftar menjadi mahasiswa baru di kampus tersebut. Kau tau jurusan apa yang aku pilih? Teknik Informatika. Alasannya sangat dangkal, karena aku merasa bosan sekali selama 6 tahun mempelajari pelajaran yang rata-rata dalam bahasa arab, serta nama jurusan itu bagiku terlihat cukup keren. Pikirku saat itu, sepertinya belajar komputer akan membuka sedikit wawasan baru tentang hal lain di dunia ini. bukankah hidup ini tentang mencari hal baru? hal yang belum kita ketahui, agar kita mampu merasa bagaimana orang lain menjalankan setiap perannya sebagai khalifah di dunia. Tapi entahlah, rasanya tak akan cukup juga umur kita untuk mengetahui segala hal yang ada di bumi ini, manusia teramat kecil.
Singkat cerita kami pun diterima di kampus tersebut dengan sedikit test. sampai detik itu, aku belum tau wujud nyata calon kampusku. Ah masa bodo, masalah saat ini saja masih banyak yang belum diselesaikan (karena waktu itu memang sedang banyak ujian untuk siswa akhir), nanti saja mencari tahunya. 
Hingga waktu kelulusan pun tiba, kami biasa menyebutnya dengan Haflah. Namun bagiku acara itu tidak lebih dari hari raya merindu. Kami akan dipisahkan oleh jarak sampai waktu yang tidak ditentukan, dengan sahabat yang telah mengganti peran menjadi keluarga selama 6 tahun. Satu hal yang selalu terpatri dalam hatiku bahwa dalam dunia perantauan, sejatinya sahabat adalah keluarga yang kita pilih. Perasaannya tidak kalah sedih saat berpisah dengan keluarga (orang tua) di hari pertamaku diantar ke tempat suci itu. Dari sudut yang lain, hati ini juga merasa senang atas pencapaian yang telah aku catatkan pada sejarah hidup ini (setidaknya sejarah hidupku untuk kubuka kembali saat menjalani hari tua nanti). Benakku juga selalu berkata, inilah waktuku untuk melakukan pencarian hakikat hidup, mengumpulkan bekal pengalaman untukku tuai nanti. Walau nanti hidupku tak sekaya billgates, setidaknya pengalamanku tak semiskin kamu, yang membaca ini. :v 
Di penantianku memasuki dunia perkuliahan, aku adalah salah satu orang yang tidak mengikuti les dimanapun. Bahkan untuk mendaftar SBMPTN pun tak terbesit di otakku. Aku juga bingung, jangan tanyakan hal itu. Akan tetapi ada kabar mengejutkan setelah pengumuman SBMPTN tersebut, temanku yang dahulu mendaftar kampus bersama, memutuskan untuk pindah dikarenakan dia memiliki pilihan kampus lain untuk melanjutkan pendidikannya. I’am ok with that, sampai hari pertamaku menapakkan kaki dikampus itu tiba.
Inilah cerita awal tentang Salah Langkahku..
Terimakasih sudah mampir, kita berjumpa lagi esok hari jika semesta masih menerima kehadiranku dibumi ini.
Salam hangat #darirumah
@henniarum​ @mathmythic​ @adhit21​ @fadhila-trifani​ @sekotenggg​
5 notes · View notes
pcltlr · 4 years
Text
Yasinan
Salaam..
Melanjutkan dari part sebelumnya.
Dua tahun sudah saya menjadi bagian dari organisasi itu, banyak sekali aspek perbedaan yang coba saya tolerir tentang budaya keagamaan. Sisi positif? tentu ada, membuat saya tidak kaku pada perbedaan walaupun sesama agama. 
Disamping itu, banyak sekali saya berkenalan dengan orang-orang yang memang baik dalam perilaku, yang akhirnya membuat lingkungan saya di kampus setidaknya ada teman yang mengingatkan saat melakukan kesalahan dalam pandangan agama. Tetapi, disisi lain batin saya rindu akan budaya islam yang sejak kecil saya amalkan, seperti yasinan, tahlilan, shalawatan, dan lainnya. Karena seperti yang saya ceritakan sebelumnya, 3 hal itu bukanlah budaya yang dibwa oleh kaum mayoritas kampus wkwk. Bukan budayanya berarti bid’ah, kullu bid’atin dolalah, wa kullu dolalatin finnar. Entahlah, setahu saya bid’ah yang finnah itu adalah bid’ah dalam menyimpangnya aqidah, bukan perbedaan syariat. Wallahu a’lam.
Singkat cerita saya dan sahabat saya (yg saya ceritakan di part sebelumnya) mencari mahasiswa minoritas lainnya yang memiliki budaya NU seperti kami, setidaknya dalam hal tahlilan dan yasinan. Karena kami berfikir, tidak mungkin juga orang NU yang kami berdua di kampus yang sangat luas ini. Pada akhirnya kami menemukan teman kakak tingkat yang sudah jauh lebih senior dari kami, mereka sering melaksanakan rutinitas tahlilan bersama ternyata di mesjid kampus. hmm jangan bayangkan kami yasinan didalam mesjid ya, kami yasinan di teras mesjid bagian pojok, membentuk lingkaran kecil hingga melaksanakan mahallul qiyam. Ini bagian yang paling seru, setelah baca surat yasin, biasanya kami melakukan mahallul qiyam, kalau ngga tau apa itu, silahkan cari di google, banyak contohnya. Kami melantunkan mahallul qiyam dengan suara yang lantang secara bersamaan. Saat pertama aku mengikuti rutinan itu, banyak mata yang memandang pada kami, melihat dengan penuh tanda tanya, mungkin hatinya sedang bertanya tanya “Ini orang lagi ngapain yak”. Tapi setelah itu, aku pun biasa saja dengan semua orang yang melihat pada kami. Toh kami pun ga mengganggu mereka.
Ternyata kegiatan itu telah lama dilakukan oleh para senior saya secara bersama-sama, akan tetapi tidak pernah terdapat niatan untuk menjadikannya  sebuah organisasi. Saat itu, ada juga mahasiswa kating saya yang ikut di rutinan itu, dia NU, tapi dia sama dengan saya, merupakan anggota organisasi islam dikampus, tapi berbeda dengan saya. Lucunya, dia tetap menjadi minoritas didalam organisasinya wkwk, kasusnya sama seperti saya.
Entah bagaimana ceritanya, saya, sahabat saya, dan kating saya itu mengusulkan untuk membuat sebuah wadah untuk mahasiswa kampus yang memang memiliki budaya yang sama dan rindu pada budaya itu karena sulit menemukannya di kampus ini. Ceritanya akan saya lanjutkan di part selanjutnya. Thank youuu,,
Salam hangat #darirumah
@henniarum @sekotenggg @mathmythic @adhit21 @fadhila-trifani
4 notes · View notes