#giovanni apa
Explore tagged Tumblr posts
Text
US Vogue January 1, 1967
Simone d'Aillencourt in navy plaid over white leotard and floaty chiffon coat by Emilio Pucci. Coral strings by Giovanni Apa. Hairstyle: Alba & Francesca. Costa Smeralda, Sardinia.
Simone d'Aillencourt en bleu marine à carreaux sur justaucorps blanc et manteau en mousseline flottante par Emilio Pucci. Cordes de corail par Giovanni Apa. Coiffure: Alba & Francesca. Costa Smeralda, Sardaigne.
Photo Henry Clarke
vogue archive
#us vogue#january 1961#fashion 60s#1967#swinging sixties#spring/summer#printemps/été#emilio pucci#italian designer#italian style#alba & francesca#giovanni apa#simone d'aillencourt#henry clarke#sardinia#costa smeralda#sardaigne
37 notes
·
View notes
Text
2030:
Harusnya ada hari yang lebih baik dari hari ini. Aku mendamba hari seperti yang sudah-sudah, yang berhias pelangi di atas awan, yang tanpa diiringi awan gelap dan hujan badai yang mengundang gemuruh. Tapi aku di sini, menyandarkan kepala kepada kaca mobil yang mendadak terasa asing, enggan bergerak dan enggan merespon apa pun yang diucap Giovanni kepadaku.
Aku di sini, belum berani melangkah mendekati yang dikabarkan seisi dunia bahwa mereka tengah berbahagia. Aku di sini dengan pakaian terbaikku, dengan senyum yang kusiapkan semalaman penuh demi tak usik bahagianya, dengan luka yang tak kunjung pulih bahkan usai hari-hari penuh gemuruh menghantamku bertubi-tubi.
Kilas balik bermain dengan begitu nyata dalam benakku, hari-hari di mana seluruhnya masih begitu baik dan melodi tentang lagu-lagu manis masih berlarian bebas mengitari kami, hari-hari di mana tak ada lain dari aku dan Khinanta yang menghantam dunia.
“Lo mau pulang aja, Sab?”
Giovanni mengejutkanku. Jemarinya mengusap punggungku sebagaimana Khinanta biasa lakukan, tautan alisnya menyapaku seraya aku membalas mereka dengan sorot yang sendu. Aku masih di sini, sudah di sini usai nyaris hancur kala surat berhias bunga matahari singgah di kamarku.
Aku menggeleng. “Enggak lah," kataku. "We need a proper goodbye.”
“Nggak perlu dipaksa, lo tau 'kan?”
“Iya, Gi.” Aku meringis. “Nggak papa.”
Nggak ada yang nggak bemasalah. Nggak ada yang baik-baik saja dari pertemuan yang kuyakini akan buatku semakin hancur, yang buatku semakin luruh bersama bayang-bayang masa lalu tentangku dan Khinanta. Nggak akan ada yang baik-baik saja kecuali dunia betul-betul berakhir hari ini dan aku dapat kembali dengar suaranya menyapaku. Setidaknya satu kali lagi untuk selamanya.
Sejujur-jujurnya aku nggak ingin ceritakan Khinanta kepada dunia bahwa dia adalah satu yang tak pernah kembali. Bahwa kami tak pernah melalui segalanya namun mengakhiri seluruhnya begitu saja. Aku nggak ingin dunia tahu tentang bahagiaku dan Khinanta.
Aku mengusap wajah dengan kasar, merapikan setelan jas terbaikku yang nyaris usang sebab tak pernah kugunakan ke sembarang tempat. Gio mematikan mesin mobilnya masih dengan ketenangan luar biasa sebagaimana ia biasanya. Ketenangan yang secara tak langsung juga buat aku sedikit lebih baik dari aku seharusnya.
Gio meraih tanganku yang tak berhenti bergerak nyaris melucuti kuku yang menghiasi jemari, beberapa tepukan ringan dihadiahinya sementara aku dengan susah payah menahan jutaan debit air yang mendesak pelupuk mataku.
“Yuk?” Ajaknya.
Aku mengangguk. “Everything will be good 'kan, Gi?”
“You'll be good, Sabda.”
Aku akan jadi baik. Bahkan kalau langit mendadak runtuh hari ini, aku akan jadi baik. Aku harus jadi baik, dengan atau tanpa Khinanta, aku harus jadi baik untuk memoar kami yang tercecer pada tiap sudut kota. Aku, sekurang-kurangnya harus jadi baik untuknya.
Namun dinding pertahananku yang semula rapuh ini runtuh seolah dihantam badai. Tak ada yang tersisa selain puing-puing runcing yang menusuk dadaku dan menari bebas di sana, menciptakan goresan-goresan luka baru sebelum aku bahkan pulih dari luka lainnya.
Khinanta di sana, berdiri begitu rupawan dengan setelan putih yang tak kusangka begitu apik membalut tubuhnya. Khinanta berdiri tanpa cacat, bersanding dengan nona yang luar biasa menawan, nona yang kuketahui menjadi pemilik benda cemerlang yang melingkar sempurna pada jemari Khinanta.
Kalau senyumnya sebaik itu, mungkinkah ada sisa-sisa tentangku yang menghantui pikirnya? Mungkin nggak sih, Khinanta berdiri di sana tapi dia masih ingat aku? Masih ingat potongan nada kami yang sampai sekarang masih rumpang? Kalau senyumnya sebaik itu bersanding dengan Aaluna, mungkin nggak sih Khinanta masih ingat aku?
Atau seluruhnya masih saja hanya inginku? Aku yang terlalu banyak berandai-andai tentang kami. Aku yang terus-terusan dihantam pening tiap kali sekelebat bayangkan figurnya masih membersamaiku. Seluruhnya yang semu ini, hanya inginku, ya?
Tatap kami bersahutan dalam sepersekian detik. Khinanta tahu ada aku di sini. Khinanta dan sorotnya yang tak secemerlang kali terakhir aku bisa rengkuh dia, Khinanta yang turut terpaku menatapku selayaknya yang kami lakukan di persimpangan jalan hari itu. Sorotnya redup, seolah-olah kebahagiaan telah direnggut, aku nggak bisa lihat hal-hal baik lain selain memoarku akan tawanya beberapa tahun silam.
Aku ingin kembali rengkuh dia. Merengkuhnya hangat di atas sana, merayakan perjumpaan yang kudambakan nyaris tiap malam, merengkuhnya seolah tak ada hari lain yang bisa kami lewati tanpa isak tangis, merengkuhnya seolah-olah aku adalah miliknya. Secara utuh dan tanpa cacat, aku adalah miliknya. Kalau saja dunia baik-baik saja, aku pasti masih dan selalu jadi miliknya. Nggak akan aku jumpai Khinanta dengan warna setelan yang tak senada. Aku seharusnya bersama dia, mengawaninya sampai bumi meledak dan menjadi atom.
“Sabda,”
Lamunanku buyar. Dunia kembali berpesta merayakan perpisahan abadiku dan Khinanta, menghancurkanku menjadi keping yang nyaris hilang secara utuh. Dunia kembali berbahagia atas kesenduan yang tak kunjung rampung.
“Sabda,” Giovanni menarik lenganku. “Mau naik sekarang atau nanti?”
Aku melirik Giovanni, “sekarang,” kataku.
“Yuk?”
“Gi,”
“Kenapa?”
“Habis ini langsung pulang, ya?”
Giovanni mengangguk. “Iya, habis ini kita pulang.”
Aku mengekori Gio menuju altar seolah anak usia lima tahun yang mengikuti ayahnya sebab tak ketahui arah, melewati tawa yang terdengar begitu nyaring dan bisik-bisik tentang sempurnanya Khinanta bersanding dengan Aaluna yang terdengar begitu memilukan. Kalau denganku, Khinanta tak seindah ia sekarang, ya?
Atensiku sekali lagi berlarian kepada hari-hari sebelum hari ini. Ketika surai Khinanta masih cokelat terang dan menutupi dahinya dengan sempurna, ketika aroma bunga freesia menyapa indera penciumanku dan seketika aku tahu bahwa Khinanta tak lagi jauh dariku.
Namun kali ini seluruhnya asing. Surainya gelap hitam sempurna, garis-garis gemas di wajahnya perlahan samar, berganti garis-garis tegas yang buatku kebingungan dibuat mereka, senyumnya begitu Giovanni menyapa tak selebar yang sudah-sudah, pipinya jauh lebih tirus seolah tak pernah lagi konsumsi jajanan berlebih, dan aroma yang mengeruak di sekitarnya tak lagi familiar denganku.
Khinanta seolah dilahirkan menjadi dirinya yang baru. Khinanta yang sama sekali baru tanpa ada aku di sana.
“Khinan,” sapa Gio sebelum memberinya rengkuhan singkat dan senyum tipis terpatri pada roman Khinanta. “Selamat, ya,” katanya.
Khinanta mengangguk, lantas pada sekon setelahnya, saat Giovanni sibuk beri salam pada Aaluna, aku dan Khinanta beradu tatap. Tatapnya hangat namun sekaligus dingin sampai menusuk jantungku dan tembus mencipta luka baru lagi. Aku melempar senyum, senyum yang mati-matian kujaga supaya tak bersanding air mata jatuh dari pelupuk mataku.
“Khi,” sapaku.
Khinanta diam, masih mengunci tatap kami seolah tak lagi ada manusia dalam gedung bernuansa putih ini.
“Kak Sabda,” aku ingin mati dengar suaranya. “Sudah lama, ya?”
Lama sekali. Sudah lama sekali sejak terrakhir kali aku dibawanya terbang menuju angkasa dan berlarian bersama bintang-bintang. Sudah lama sekali sejak yang menyelimuti kami ialah pelangi dan melodi.
“...iya,” kujawab. “Selamat, ya.”
Ia tak jawab. Aku juga tak harapkan jawabnya untuk yang satu itu, aku harapkan rengkuhnya yang seperti dulu, yang hangat dan mengingatkanku bahwa seluruhnya akan baik-baik saja sepanjang aku bersamanya.
Aku mengulurkan lenganku, memanggil gemerincing miliknya untuk menyatukan milikku meski tak lagi aku yakini bahwa ia masih miliki tali tipis itu. Gemerincing yang tak nyaring namun nyaris-nyaris buatku gila, ideku yang hancur berkeping-keping namun sama sekali tak mampu kutinggalkan.
Ia menjawabnya.
Lonceng kecil itu berbunyi, menyahuti milikku tepat saat kuasanya menyambut milikku dan hangat menjalar dengan kurang ajar. Khinanta masih Khinanta yang dulu. Seluruhnya tentang dia masih seolah nada-nada yang tak kunjung rampung, nada-nada rumpang yang mampu kudengarkan setiap malamnya seraya berandai-andai tentang dunia yang lebih baik. Khinanta masih selayaknya kepingan film romansa yang kusimpan dengan baik kasetnya, masih selayaknya buku tentang bunga matahari yang mekar sempurna dan kusimpan apik tiap lembarnya.
Aku dan Khinanta sudah usang, namun tiap kepingku dan dirinya masih hidup. Masih tersimpan dengan begitu baik, dengan sisa-sisa tawa yang kami dambakan abadi.
Aku menyayanginya. Aku sayang Khinanta. Dahulu dan sekarang, dan sampai dunia benar-benar berakhir kelak. Meskipun usai nanti aku masih dihantui bayangku tentang kami, meskipun seusai nanti Giovanni jadi satu-satunya tempatku luapkan tangis, dan meskipun nanti tak akan lagi ada namaku dan Khinanta bersanding menjadi satu, aku ini masih miliknya.
Aku ini masih seluruhnya miliknya, dan meski tanpa kalimat yang sempat dilontarkannya kepadaku pada perjumpaan singkat kami, aku tahu dengan baik bahwa sorotnya masih mengarah padaku.
Aku dan Khinanta tak akan hancur kecuali dunia turut hancur bersama kami.
0 notes
Text
Colegiado reunido nesta quarta-feira (13).FOTO: Giovanni Kalabaide A Comissão de Defesa dos Direitos da Pessoa com Deficiência realizou nesta semana a última reunião do ano para a deliberação de propostas. Parlamentares aprovaram a realização de duas atividades para 2024. Uma delas, é o Seminário sobre Síndrome de Down, em Jaraguá do Sul, programado para o mês de março, em parceria com a Associação Up Down e a APAE da cidade. O colegiado também aprovou apoio da Alesc para a realização do 3º Simpósio Internacional de Inclusão no Ensino Superior, em parceria com a Associação Nacional para Inclusão das Pessoas Autistas. Os dois requerimentos foram apresentados pelo presidente da Comissão de Defesa dos Direitos da Pessoa com Deficiência, deputado Dr. Vicente Caropreso (PSDB). Avaliação dos trabalhos “Este ano nos marcou com conquistas, como a criação de políticas públicas que visam garantir acessibilidade e inclusão de pessoas com deficiência em diversos setores da sociedade. Além disso, a Comissão atuou em casos de violação de direitos, garantindo que as leis sejam devidamente cumpridas e que as pessoas com deficiência sejam respeitadas e tratadas com dignidade”, destacou o deputado Caropreso. Em 2023, a Comissão de Defesa dos Direitos da Pessoa com Deficiência promoveu 10 reuniões ordinárias, com a aprovação de 22 requerimentos e 13 projetos de lei, e promoveu 20 eventos em parceria com a Escola do Legislativo. O colegiado também realizou diversas audiências públicas e representações em todo o estado. Gicieli Dalpiaz Agência AL Fonte: Agência ALESC
0 notes
Text
Giovanni Bellini
APA Citation
Eckenstein, L. (1902). Albrecht Dürer.London: Duckworth & Co..
1 note
·
View note
Text
congratulations on your acceptance, harrison & jordy! please make sure you check the next steps here
robert scott wilson, homosexual + homoromantic, cis man + he/him → isn’t that lysander finch? i’ve seen them hanging out with the siphoners. i hear they’re 36, but they’ve only been in alexandria for 4 years. they seem to be charismatic & dutiful, but also resentful & vengeful. it’s cool that they’re capable of molecular combustion, molecular immobilization, divination + healing!
kj apa, homosexual, cis male + he/him → isn’t that character luca d'angelo? i’ve seen them hanging out with the heretics. i hear they're 944, but they’ve only been in alexandria for 82 years on and off. they seem to be charming & ambitious, but also hedonistic & manipulative. it’s cool that they’re capable of telekinesis!
also please see below for a couple of updates!
nicholas galitzine and theo james are now reopened, giovanni's childe wanted connection has now been taken
0 notes
Text
Memasihkan yang Pernah – M. Aan Mansyur (2023)
Malang, 13 Oktober 2023
__________________________________________________________
Merupakan sebuah projek Poetography yang dikerjakan oleh Aan Mansyur dan diterbitkan oleh Shiramedia pada tahun 2023 dengan mengusung konsep kombinasi antara puisi dan fotografi. Dalam kotak yang berukuran 16 cm x 13 cm pembaca disuguhkan dengan 3 bagian yang masing-masing berupa buku foto dan puisi, kartu foto, dan kartu puisi. Kartu puisi dan kartu foto masing-masing berjumlah 20 untuk kartu foto dan 20 untuk kartu puisi.
Dijelaskan pada bagian belakang kotak, konsep Poetography merupakan sebuah ‘percakapan’ yang dilatar belakangi oleh adanya kesenjangan antara teknologi komunikasi dan manusia dalam kemampuannya melakukan percakapan, dalam konteks ini percakapan yang dimaksudkan bukan hanya antar manusia melainkan juga manusia dengan dunia sekitarnya. Lebih lanjut poetography, merupakan eksperimen oleh Aan Mansyur dalam mengamati hubungan antara citra visual dan citra verbal yang dalam hal ini puisi dan fotografi. Sebagai seorang penulis, foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur meninggalkan kesan misterius, melankolis tidak menggebu-gebu. Citra visual dalam hal ini berupa foto yang dihadirkan memiliki tempo yang cenderung rendah, pemilihan foto hitam putih dengan kontras yang rendah mendukung tempo rendah tersebut . Saya kira foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur mencoba memainkan imajinasi pembaca dalam hal pemahaman maupun pemaknaan. Sehingga foto-foto yang dihadirkan tidak memiliki makna benar atau salah melainkan subyektifitas masing-masing pembaca tergantung pada perspektif dan latar belakang budaya.
Yang cukup menarik dalam poetography ini bagi saya adalah bagaimana foto dan puisi yang dihadirkan bisa saling berkerjasama, sebagaimana jika foto-foto tersebut disandingkan dengan puisi akan lebih terasa dan lebih kuat. Berbeda jika foto-foto tersebut tidak disandingkan dengan puisi. Namun sejauh yang saya baca, kekuatan utamapada poetography ini bukanlah pada foto-fotonya melainkan pada teks yang dihadirkan dalam bentuk puisi. Foto-foto yang dihadirkan terasa sebagai media yang membantu mem-visualisasikan puisi-puisi tersebut.
Dari 20 foto yang dihadirkan, Aan Mansyur cenderung memiliki ketertarikan kepada subyek benda mati, hanya beberapa saja subyek yang dihadirkan dalam foto merupakan makhluk hidup. Dan dari 20 foto tersebut, 14 foto yang dihadirkan berlatar belakang hutan sebagaimana elemen-elemen yang ditampilkan seperti pohon, Semak belukar, daun – daun kering dan juga benda-benda terbengkalai. 6 sisanya elemen yang dihadirkan berupa manusia, kupu-kupu, burung mati, benda-benda mati, maupun hanya menampilkan lingkungan saja sebagai latar suasana. Komposisi yang digunakan sebenarnya cukup sederhana yaitu menempatkan subyek utama pada “dead center”, dan pemilihan hitam putih dengan kontras yang rendah memudahkan pembaca mengetahui point of interest tanpa adanya distraksi yang lain.
Bagi saya latar belakang Aan Mansyur sebagai penulis membuat foto-foto yang dihadirkan memiliki karakteristik yang tersendiri. Saya mengambil kata-kata “Poetic theory of vision” oleh Giovanni Chiaramonte dalam Instant Light : Tarkovsky Polaroid untuk menggambarkan bagaimana latar belakang sebagai penulis mempengaruhi cara pandang Aan Mansyur dalam melihat dunia. Foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur bukan hanya sebagai representasi objektif dari apa yang ditangkap oleh kamera namun juga sebagai interpretasi subjektif dari pengalaman, ingatan, budaya dan juga lingkungan yang membentuknya.
Namun, ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya yang mungkin bisa menjadi catatan kepada penerbit, yaitu kartu-kartu poetography yang menjadi inti dalam buku Memasihkan yang Pernah tidak terpotong secara rapi. Hal tersebut sedikit mengganggu saya, karena foto-foto dihadirkan dengan kecenderungan tempo yang rendah yang mana untuk membacanya memerlukan konsentrasi yang cukup. Sehingga detail maupun kesalahan kecil yang ada pada kartu foto akan terasa dan sedikit mengganggu.
Konsep poetography yang diusung dalam buku Memasihkan yang Pernah ini, berusaha menggali kembali hubungan antara teks dengan fotografi. Selain itu poetography juga membangkitkan kembali pemahaman fotografi sebagai sebuah percakapan. Sebagaimana Tiffany Faircy dan Liz Orton (2019) jelaskan dalam artikelnya bahwa melihat gambar bersama dan berbicara tentang gambar Bersama akan membantu kita memahami, melihat, dan hidup berdampingan lebih baik. Dengan menawarkan dialog sebagai kerangka kerja, memperluas membayangkan kemungkinan-kemungkinan dan merangsang sebuah percakapan baru.
Sebagai penutup, saya mengutip kalimat dari Giovanni Chiaramonte dalam buku Instant Light : Tarkovsky Polaroid “Because of its proximity to this poetic theory of vision, lying between the experience of time as an absolute and remembering as a creative act”.
0 notes
Text
Rainbow rocket movie cast (FINAL) (LEAKED)
Reviewbrah as Giovanni
Steve Coogan as Maxie
The rock as Archie
Tilda Swinton as cyrus
Kelsey grammer as ghetsis
Jonathan van ness as lysandre
Jennifer saunders as Lusamine
Dawn French as wicke
Gavin lee (squidward from the spongebob musical) as faba
Bella Ramsey as moon/Ailey
Jojo siwa as Lillie
Cole sprouse as gladion
Kj apa as Guzma
David duchovny as looker
14 notes
·
View notes
Text
BIOMEKANIKA
Hello guys, balik lagi bersama aku untuk mempelajari semua tentang Fisika. Pada kesempatan kali ini aku mau jelasin tentang BIOMEKANIKA. Apakah kalian tahu apa itu BIOMEKANIKA? Kali ini aku aku akan menjelaskan banyak hal tentang BIOMEKANIKA. Apakah kalian sudah siap?
A. Teori awal Biomekanika
- Leonardo Da Vinci (1452-1519)
Menggabungkan mekanika dengan penalaran anatomi dan fisiologi untuk menggambarkan fungsi tubuh biologis.
- Giovanni Alfonso Borelli (1608-1679)
Menggambarkan tubuh manusia terdiri dari struktur tulang yang dihubungkan dengan persendian dan diperkuat dengan otot yang menjembatani antar persendian.
- Isaac Newton (1642-1727)
Menjelaskan dampak impulse eksternal pada tubuh manusia.
Jadi Definisi Biomekanika adalah studi sistem mekanika organisme hidup terutama manusia bedasarkan ilmu fisika dan mekanika teknik secara statika dan dinamika untuk menggambarkan gaya dan momen pada tubuh (kinetic), serta gerakan anggota tubuh (kinematic).
Setelah kita mengetahui tentang awal teori yang disampaikan dari para ilmuwan, selanjutnya kita akan membahas tentang prinsip, Hukum, Model, dan contoh Biomekanika. Dalam Biomekanika memiliki banyak sekali prinsip-prinsip dan contoh didalam nya, tetapi saya hanya akan menjelaskan tiga contoh dan prinsip Biomekanika.
B. Prinsip Biomekanika
* Prinsip gaya-gerakan (force-motion)
Gerakan tercipta karena adanya gaya yang tidak seimbang dalam tubuh atau suatu benda. (Hukum Newton ꞮꞮꞮ).
* Prinsip gaya-waktu (time-force)
Waktu berpengaruh terhadap gerakan. (Hukum newton ꞮꞮ).
* Prinsip Inersia
Kemampuan benda untuk mempertahankan posisinya. (Hukum Newton Ɪ).
C. Hukum Biomekanika
D. Model Biomekanika
E. Contoh Biomekanika
Hukum Newton Ɪ
Sebuah benda ditarik oleh 3 tali yang satu diantaranya berlawanan arah. Jika benda tersebut tetap diam di tempat meski ditarik oleh tiga gaya. Berapa nilai F3 jika nilai F1 = 14 N dan F2 = 20 N ?
Diketahui:
F1= 14N
F2= 20N
Ditanya: F3?......N
Dijawab:
Sesuai dengan rumus Hukum newton 1 tetapi yang di tanya adalah gaya gesek nya saja jadi rumus nya adalah
F3= F1+F2
F3= 14N+20N F3= 34N
Hukum Newton 2
Sebuah balok bermassa 5 Kg ditarik oleh dua buah gaya hingga bergerak. Jika F1 = 10 N dan F2 = 10 N, berapa besar percepatan benda tersebut?
Jawab:
Perlu kita ketahui bahwa gaya merupakan besaran vektor. Kita bisa membuat besar gaya resultan untuk menggabungkan F1 dan F2.
F.resultan = √((F1)2 + (F2)2) = √ (100 + 100) = √ 200 = 14,14 N
Kemudian dengan menggunakan Hukum Newton 2, maka
F = m.a
a = F/m
a = 14,4/5
a = 2,83 m/s2
Jadi percepatan balok tersebut yakni 2,83 m/s2
Hukum Newton ꞮꞮꞮ
Amar memiliki massa sebesar 40 kg, kemudian Tama mendorong tembok dengan gaya 200 N. Maka, gaya reaksi yang dilakukan oleh tembok terhadap Tama adalah sebesar?
A. 200 N
B.-200 N
C. 400 N
D.-400 N
E. 100 N
Diketahui : m = 40 kg
F(aksi) = 200N(+)
Ditanya : F(reaksi) ?
Jawaban : B
F(aksi) = -F(reaksi)
200 = -F(reaksi)
F(reaksi) = -200N
Bagaimana Pembelajaran hari ini? semoga bermanfaat ya!
daftar Pustaka
https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2019/06/106653824-c43e8ced-35a3-4af3-9713-40a63e4e937f-9876740d38a8d6abba528ffc980d5fe0_600x400.jpg
https://www.slideshare.net/posku/03-biomekanika
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8d/Giovanni_Alfonso_Borelli.jpg
https://asset.kompas.com/crops/uUyH0ps7CGYKxN_GRxTIQTXFe84=/0x37:300x237/750x500/data/photo/2021/06/08/60be9c75bd372.jpg
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/biomekanika-48617385
https://slideplayer.info/slide/11915765/
https://www.siswapedia.com/contoh-soal-dan-jawaban-hukum-newton/
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-hukum-3-newton-aksi-reaksi
1 note
·
View note
Text
Cliff sama Giovanni ngedadak cupu. Kenapa ini jadi gampang banget??
apa karena ini tanggal 5? Jadi mereka ngalah aja?
Anyway, welcome to the shadow club Mewtwo!
2 notes
·
View notes
Text
Saints&Readings:
St Herman Of Alaska
Our venerable father Herman of Alaska (1756 - December 13, 1837) was an 18th century missionary to Alaska. He, in 1970, became the first saint to be glorified by the Orthodox Church in America, concurrent with parallel services in another location by the Russian Orthodox Church Outside Russia. St. Herman is remembered by the Church on August 9 and December 13.
Herman of Alaska was a Russian Orthodox monk from Valaam Monastery in Russia who traveled with eight other monks in 1793 to bring the Gospel to the native Aleuts and Eskimos in the Aleutian Islands. As part of the Russian colonization of the Americas, Russians had been exploring and trading there since at least 1740. Thus, he marks the first arrival of Orthodox Christian missionaries in North America. He built a school for the Aleutians, and he often defended them from the injustices and exploitation of the Russian traders. He was known to them as Apa which means "Grandfather." He lived most of his life as the sole resident of Spruce Island, a tiny wooded island near Kodiak Island....keep reading
Martyr Eugene & Compagnons
The Holy Martyrs Eustratius, Auxentius, Eugene, Mardarius, and Orestes (the Five Companions) suffered for Christ under the emperor Diocletian (284-305) at Sebaste, in Armenia.
Among the first Christians imprisoned and undergoing torture at that time was Saint Auxentius, a presbyter of the Arabian Church. One of those who witnessed the steadfastness of the Christians was the noble military commander Saint Eustratius, the city prefect of Satalios, and archivist of the province. He was secretly a Christian, and when he openly confessed his faith, he was subjected to torture. They beat him, and put iron sandals studded with sharp nails on his feet, then forced him to march to the city of Arabrak.
Witnessing the arrival of Saint Eustratius in Arabrak, one of the common people, Saint Mardarius, confessed that he was also a Christian like Saint Eustratius. He was arrested and cast into prison. Holes were drilled in his ankles, and ropes were passed them. He was suspended upside down, then heated nails were hammered into his body. He died a short time later. To him is attributed the prayer “O Master Lord God, Father Almighty ...” (which is read at the end of the Third Hour)...keep reading
Virgin-Martyr Lucy (Lucia)
Saint Lucy was born in Syracuse, Sicily during the reign of Diocletian. She distributed her wealth to the poor, and made a vow of virginity. Since she refused to marry him, a rejected suitor denounced her to the prefect Paschasius as a Christian, and she was arrested. She was sentenced to be defiled in a brothel, but with God’s help she preserved her purity.
Then the pagans attempted to burn her alive, but she was not harmed by the fire. Finally, she was killed by a sword thrust to the throat.
The name Lucy (Lucia) is derived for the Latin word for light (lux), and so she is often invoked for afflictions of the eyes. There is a tradition that she was blinded by her torturers, and the church of San Giovanni Maggiore in Naples even claims to possess her eyes.
Today’s saint should not be confused with Saint Lucy of Campania (July 6)
1 Tim 4:4-8,16 NKJV
8 For bodily exercise profits a little, but godliness is profitable for all things, having promise of the life that now is and of that which is to come. 9 This is a faithful saying and worthy of all acceptance. 10 For to this end [a]we both labor and suffer reproach, because we trust in the living God, who is the Savior of all men, especially of those who believe. 11 These things command and teach.
Take Heed to Your Ministry
12 Let no one [b]despise your youth, but be an example to the believers in word, in conduct, in love, [c]in spirit, in faith, in purity. 13 Till I come, give attention to reading, to exhortation, to [d]doctrine. 14 Do not neglect the gift that is in you, which was given to you by prophecy with the laying on of the hands of the eldership. 15 Meditate on these things; give yourself entirely to them, that your progress may be evident to all. 16 Take heed to yourself and to the doctrine. Continue in them, for in doing this you will save both yourself and those who hear you.
Footnotes:
1 Timothy 4:10 NU we labor and strive,
1 Timothy 4:12 look down on your youthfulness
1 Timothy 4:12 NU omits in spirit
1 Timothy 4:13 teaching
Mark 9: 33-41
Who Is the Greatest?
33 Then He came to Capernaum. And when He was in the house He asked them, “What was it you [a]disputed among yourselves on the road?” 34 But they kept silent, for on the road they had disputed among themselves who would be the greatest. 35 And He sat down, called the twelve, and said to them, “If anyone desires to be first, he shall be last of all and servant of all.” 36 Then He took a little child and set him in the midst of them. And when He had taken him in His arms, He said to them, 37 “Whoever receives one of these little children in My name receives Me; and whoever receives Me, receives not Me but Him who sent Me.”
Jesus Forbids Sectarianism
38 Now John answered Him, saying, “Teacher, we saw someone who does not follow us casting out demons in Your name, and we forbade him because he does not follow us.”
39 But Jesus said, “Do not forbid him, for no one who works a miracle in My name can soon afterward speak evil of Me. 40 For he who is not against [b]us is on [c]our side. 41 For whoever gives you a cup of water to drink in My name, because you belong to Christ, assuredly, I say to you, he will by no means lose his reward.
Footnotes:
Mark 9:33 discussed
Mark 9:40 M you
Mark 9:40 M your
New King James Version (NKJV)
Scripture taken from the New King James Version®. Copyright © 1982 by Thomas Nelson. All rights reserved
7 notes
·
View notes
Text
tabs open for film paper that i am really really trying to finish tonight because i have 5 other things to do
two tabs of mla format because having to go between mla and apa means i don’t ever remember how to do either
bell hooks “whose pussy is this”
one movie (she’s gotta have it) on netflix
one movie (parting glances) on kanopy
one movie (rope) on a less legal streaming website
letterboxd
wikipedia page for rope because i keep mixing up the names of the main characters
wikipedia page for don giovanni (listening to don giovanni a cenar teco)
1 note
·
View note
Text
US Vogue January 1, 1967
Simone d'Aillencourt wears a long dress with a wide skirt, the touch and the brilliance of art nouveau colors, at the Cala di Volpe hotel on the Costa Smeralda in Sardinia. A dress in synthetic and stretch Ban-lon fibers and nylon jersey, by Ken Scott. Coral strings by Giovanni Apa. Hairstyle: Alba & Francesca.
Simone d'Aillencourt porte une robe longue à jupe large, la touche et l'éclat des couleurs art nouveau, à l'hôtel Cala di Volpe sur la Costa Smeralda en Sardaigne. Une robe en fibres synthétiques et extensibles banlon et jersey de nylon, par Ken Scott. Cordes de corail par Giovanni Apa. Coiffure: Alba & Francesca.
Photo Henry Clarke
vogue archive
#us vogue#january 1967#fashion 60s#1967#swinging sixties#spring/summer#printemps/été#ken scott#giovanni apa#alba & francesca#costa smeralda#sardinia#sardaigne#simone d'aillencourt#henry clarke#ban-lon
8 notes
·
View notes
Text
2026:
Aku diam; Khinanta juga. Khinanta diam dengan bibir yang bergetar, dengan air mata yang enggan surut, pun dengan tangan yang rapat-rapat ia simpan di bawah meja.
Pergelangan tangan kulirik, sudah nyaris satu jam kami saling bersua. Aku hanya duduk di depannya, mengaduk minuman tanpa memaksanya untuk bicara. Aku paham Khinanta. Aku tahu ia sedang tidak baik-baik saja untuk tumpahkan segalanya dengan kalimat rasional.
Namun nyatanya ada bagian lain yang buatku bertanya atas perihal apa Khinanta begitu kalut. Aku ingin dengar ceritanya ... aku ingin tahu atas sebab apa ia mendapat luka di pipinya yang tak bisa lepas begitu saja dari pandangku.
“Khinan,”
Suaraku serak kala menyapanya, namun Khinanta angkat kepalanya. Ia menatapku lurus, percikan cahaya di maniknya kembali menyapaku, berbekal ratusan tanda tanya di sana.
“Lo kenapa, sih?” Aku bertanya dengan suara yang serak. “Kenapa gue selalu nyari lo?”
Ia tak menjawab, malah kini kuasanya merangkak naik, meraih milikku yang sedari tadi bertumpu pada meja. Hangatnya menjalar pada jemariku, meluruhkan nyeri yang sebelumnya bersarang sebagai hadiah bogemku kepada dinding rumah yang tak bersalah.
Boleh nggak, kalau aku berharap nggak pernah temui dia sejak awal? Kalau aku berharap hari itu aku nggak bersedia temani Giovanni ke gereja, atau aku masih Sabda yang ogah makan batagor di depan gereja, atau nggak peduli ketika Khinanta berkawan gemintang buatku jatuh cinta?
Boleh nggak kalau aku berharap aku nggak cukup gila untuk datang ke kampusnya hari itu, atau aku pengecut banget sampai nggak berani chat Khinanta lebih dulu, atau aku nggak beride untuk bikin gelang yang bergerincing tiap kami saling sapa, atau aku nggak izinkan dia penuhi kamarku dengan melodi piano?
Boleh nggak, Tuhan?
Karena sungguh aku nggak inginkan lihat dia sesendu sekarang. Aku dihantam pening, seluruhnya adalah inginku. Seluruhnya adalah inginku, tapi aku malah hendak kabur, nggak bertanggung jawab atas maniknya yang perlahan redup.
“Nggak apa, Kakak.”
Ia mengeratkan kuasanya pada jemariku yang malah buat pipiku hangat oleh air mata yang perlahan tumpah. Nyeri dalam dadaku menyapa, pandanganku kabur oleh air mata, sesak bertubi-tubi hujani aku. Pikiranku kalut, mendadak segalanya adalah tentang dia.
Mendadak segalanya adalah tentang dia; tentang kami. Tentang untaian nada yang tak sengaja tercipta, tentang gang kecil yang tak pernah kujumpai sebelumnya, tentang senar gitar yang mendadak putus, tentang warung nasi goreng yang luar biasa pedas tapi dicintainya setengah mati, tentang Ibu penjaga warung yang menyapa kami hangat seolah telah mengenal lama, tentang hari-hariku yang sepenuhnya baru usai temukan Khinanta.
Tuhan.
Tuhan, kenapa aku nggak diizinkan untuk bersama ia? Kenapa aku nggak diizinkan untuk seutuhnya mengasihinya? Kenapa dunia menolak pertemuanku dengannya?
Tuhan, katanya seluruh kehendak dunia ada padamu. Lantas, kenapa harus berpura-pura memahamiku dan cerita kami di awal, kalau pada akhirnya kau jua yang pisahkan kami?
Tuhan, kenapa takdir kau mainkan seenaknya?
Aku menolak. Aku menolak kenyataan bahwa takdir tengah dibolak-balik, dilempar, dihajar, dan dicabik-cabik begitu saja. Aku menolak permainan ini, aku nggak ingin lebih hancur lagi. Aku nggak ingin lebih ringkih lagi.
“Kakak,” ia menyapaku dengan panggilan itu lagi. Kakak itu lagi “Kak Sabda, ada saya.”
Kalau sekarang ada Khinanta, mungkinkah esok ia tak hilang? Mungkinkah esok aku tak hilang? Mungkinkah kami masih mampu berbagi tawa meski singkat, berbalas nada meski sumbang, bersahut kata meski rumpang?
Aku tak ingin semuanya sirna. Memoriku tentangnya, aku tak ingin semuanya sirna oleh permainan semesta yang luar biasa bajingannya.
“Khinan,” aku meraung. Napasku tercekat oleh kata yang mengganjal. “Kalau dunia berakhir besok, datang ke aku, ya?”
Entah sekacau apa rupaku sampai Khinanta meringis, menggertak giginya perlahan lantas bulir-bulir pada pelupuk matanya kembali tumpah, membalas lirihku dengan senyum yang dipaksakan.
“Kalau dunia berakhir, kamu aja udah cukup.” Kataku. “Aku nggak mau yang lain, Khi.”
Sebab meski aku telah patah berkali-kali, Khinanta memulihkannya dalam sekejap. Meski aku telah tenggelam berkali-kali, Khinanta membawaku ke permukaan dengan mudah. Ia datang begitu saja, mengambil peran paling penting di hari-hariku, dan aku nggak akan pernah siap untuk nggak lagi jumpai ia.
“Kak Sabda...”
Ia terpejam, meloloskan bulir-bulir air matanya dari cantiknya netra kecokelatan miliknya.
“… saya nggak tahu.”
Ia tak tahu; tidak jua paham, atau menolaknya dalam pikiran. Namun sungguh, aku memahaminya lebih dari apa pun di dunia. Khinanta tengah bergelung dengan benang tanpa ujung di kepalanya, dan seharusnya tak kubuat lebih rumit benang itu. Khinanta miliki tanggungan untuk hidup dan Tuhannya. Ia tak segamblang aku.
Aku bergantung pada harapan semu. Hanya aku yang inginkan kami, hanya aku yang merutuki Tuhan atas jalanNya yang sama sekali kubenci. Khinanta tak inginkan aku, tak inginkan kami.
Lantas, mengapa jemarinya masih bertaut dengan milikku? Lantas, mengapa ia memilih datang?
“Sekali aja, Khi ...”
“… sekali aja bilang kamu sayang sama aku ...”
“… please, Khinan, please.”
Aku selalu memahami diamnya.
Aku nyaris tak pernah mengusik diamnya, aku nggak pernah tuntut Khinanta untuk bicara. Sebab kala ia diam pun, aku larut juga kepadanya. Bahkan ketika ia enggan bersua barang satu kata, aku mengagumi sorot teduhnya.
Namun kali ini aku inginkan jawabnya, inginku diberi tahu olehnya bahwa yang selama ini kami lewati bukanlah omong kosong. Aku ingin tahu, aku ingin kami sama-sama tahu.
Namun ia diam, jemarinya melonggar seolah izinkan kuasaku untuk kembali menganggur. Ia diam dalam tangisnya; sungguh aku tak mampu menebak apa yang berlarian dalam benaknya. Tangisnya itu, untuk aku, kah? Atau untuk kami?
Nyatanya kami tak akan pernah sama. Tak akan pernah selaras, heningnya dan riuhku tak pernah bisa lebur. Kami terlalu jauh, aku terlalu jauh terbawa bayangnya.
Heningnya tak pernah semenyiksa ini. Khinanta tak mampu jawab—bunga-bunga yang timbul di perutku ini, entah dipangkas oleh siapa.
0 notes
Text
Giovanni Brusca: Pembunuh Bayaran Tersadis dalam Sejarah Mafia
Sepanjang hidupnya, pria ini disebut-sebut pernah menghabisi nyawa sekitar 200 orang. Orang ini memang begitu kejam, bahkan dianggap sebagai pembunuh bayaran paling sadis dalam sejarah mafia. Dia adalah Giovanni Brusca.
Orientasi
Brusca lahir dari keluarga mafia di San Giuseppe Jato, sebuah daerah di Palermo, Italia, pada 20 Februari 1957. Kakek buyut dan kakeknya adalah mantan petani yang kemudian diangkat menjadi anggota kelompok mafia setempat. Sementara ayahnya, Bernardo Brusca, adalah godfather lokal yang kelak dihukum seumur hidup karena berbagai kasus pembunuhan berencana.
Pekerjaan pertama Brusca adalah sopir pribadi Bernardo Provenzano, seorang Don seperti ayahnya. Sejak itu pangkatnya naik menjadi bagian grup pembunuh bayaran Corleonesi (sebuah faksi di dalam jejaring mafia Sisilia yang mendominasi Cosa Nostra pada 1980-an dan 1990-an) yang berada di bawah komando Salvatore "Totò" Riina. Sejak ayahnya ditangkap pada 1989, Brusca-lah yang menggantikannya sebagai capomandamento. Kedegilan Brusca pun tak terbendung. Ia menjelma monster haus darah. Sebab itu pula ia punya beberapa julukan: “Algojo”, “Eksekutor”, dan terakhir yang paling sering disebut orang, “Si Babi”.
Peristiwa 1
Sebuah kasus tahun 1993 menunjukkan betapa sadisnya Brusca. Ia menculik, membunuh, lalu merendam bocah berusia 11 tahun bernama Giuseppe Di Matteo ke dalam larutan asam. Di Matteo adalah anak dari Santino Di Matteo, biasa dikenal dengan nama Mezzanasca, salah satu anggota Cosa Nostra dari wilayah Altofonte. Ketika tertangkap pada 1992, Santino secara mengejutkan bersedia bekerja sama dengan aparat untuk mengungkap kasus pembunuhan dua hakim pemberani anti-mafia, Giovanni Falcone dan Paolo Borsellino. Mengetahui hal tersebut, Salvatore Riina berang bukan main. Ia pun mengutus Brusca untuk menghabisi Santino. Dalam konteks waktu itu, tugas tersebut jelas terbilang mahaberat. Dengan status Salvatore Riina sebagai pemimpin dalam Corleonessi, siapapun yang hendak menangkapnya tak hanya wajib memiliki nyali besar dan anggota yang mumpuni, tapi juga butuh strategi yang brilian. Untuk menyelesaikan kasus ini, Falcone turut dibantu Tomasso Buscetta. Mantan mafia yang ditangkap di rumah persembunyiannya di dekat hutan Amazon ini bersedia menjadi informan pemerintah—atau "pentiti" dalam istilah Italia. Kesediaan Buschetta menjadi pentiti membuat dunia mafia mengecam dirinya sebagai pengkhianat. Namun demikian, ia tidak merasa seperti itu dan justru menganggap Salvatore Riina-lah yang pengkhianat karena telah melanggar 'etika' mafia dengan membunuh para bos mafia lain, juga wanita beserta anak-anak, agar dapat berkuasa sepenuhnya, sesuatu yang sangat diharamkan dalam kode etik kejahatan mafia. Hal lain yang membuat Buscetta bersedia adalah karena ia punya dendam kepada Salvatore Riina lantaran dua anaknya turut dibunuh. Atas bantuan Buscetta, sebanyak 474 anak buah Riina berhasil diringkus dan 338 orang dinyatakan bersalah. Begitu banyaknya jumlah tahanan, maka pemerintah Italia bahkan harus membuat jeruji khusus yang dinamakan Maxiprocesso (Maxi Trial). Demikian pula ketika pengadilan para tersangka yang juga diselenggarakan secara berbeda pada Desember 1987. Keberhasilan ini membuat pamor Falcone dan Borsellino melangit. Khusus Falcone, ia pun dijagokan menjadi Ketua Pengadilan Palermo.
Namun, setelah voting dilakukan, Falcone ternyata kalah oleh sosok hakim lain yang dikenal memiliki kedekatan dengan Riina. Walhasil, ratusan anak buah yang sebelumnya dinyatakan bersalah dari Maxi Trial dibebaskan. Tak hanya itu, Riina yang masih muntab dengan kedua hakim pemberani tersebut ingin mereka mati. Ia pun mengutus Brusca untuk menjadi eksekutor. Hasilnya: Keduanya tewas dalam ledakan bom masing- masing pada 23 Mei 1992 dan 19 Juli 1992. Kelak tragedi itu dinamakan Capaci Bombing. Kasus tersebut dengan segera membuat rakyat Sisilia berang bukan main. Riina dan komplotannya pun diburu habis-habisan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Sisilia, mereka menolak bungkam terhadap mafia. Dan kemarahan itu membuahkan hasil: pada 15 Januari 1993, Riina berhasil ditangkap. Keberhasilan ini salah satunya berkat Balduccio Di Maggio, sosok mafia lain yang berkolaborasi dengan aparat setelah ia mendapat kabar akan dihabisi Riina.
Komplikasi Pada November 1993, Santino, yang menjadi salah satu tokoh penting dalam eksekusi Falcone dan Borsellino, juga bersedia menjadi pentiti bagi pengadilan. Mengetahui hal ini, Brusca kalap. Muncullah kemudian ide untuk menculik anak Santino, Giuseppe. Menurut pengakuan salah satu penculik, Gaspare Spatuzza, komplotan mereka berpakaian seperti polisi dan mengatakan kepada Giuseppe bahwa ia dibawa untuk menemui ayahnya yang kala itu tengah berada dalam lindungan aparat. Giuseppe diculik selama 26 bulan oleh Brusca. Selama ratusan hari itu pula ia mengalami siksaan dan berbagai foto mengerikannya kerap dikirim ke Santino agar ia bungkam. Ketika Santino akhirnya mencoba bernegosiasi, Brusca yang sudah tak tahan memutuskan membunuh Giuseppe dengan cara dicekik. Tak hanya itu, tubuh Giuseppe juga direndam ke dalam tong berisi cairan asam. Dalam istilah Italia, tindakan bengis macam itu disebut sebagai lupara bianca: sebuah upaya menghalangi penyelidikan dengan menghancurkan barang bukti. Tapi, lebih dari itu, Brusca memang sengaja melakukannya agar keluarga Giuseppe, terutama Santino sebagai ayahnya, tidak dapat menguburkan jasad sang anak.
Reorientasi
Brusca akhirnya ditangkap pada 20 Mei 1996 di sebuah rumah kecil di Agrigento ketika ia sedang makan malam bersama keluarganya. Penangkapan tersebut dirayakan oleh puluhan polisi. Mereka bersorak sorai, menyembunyikan klakson, hingga saling berpelukan. Beberapa mencopot topeng untuk menunjukkan mereka tidak lagi takut kepada mafia. Brusca didakwa hukuman seumur hidup karena berbagai kasus kejahatan, terutama sebagai salah satu dalang pembunuhan Falcone dan Borsellino. Untuk mencari keringanan, Brusca kemudian bersedia menjadi pentiti. Namun, sejak tiga bulan pertama, keterangannya banyak yang tidak dapat diverifikasi. Sampai kemudian ia membocorkan rahasia: pembunuhan Falcone melibatkan Menteri Dalam Negeri Italia kala itu, Nicola Mancino. Atas berbagai informasi yang diberikan, Brusca pun diberi “hadiah”: diizinkan keluar dari penjara selama satu minggu setiap 45 hari untuk menemui keluarganya. Bagaimana dengan Santino ketika mengetahui Brusca berhasil ditangkap? Syahdan, keduanya pernah bersemuka langsung di pengadilan saat pengambilan sumpah untuk menjadi pentiti. Santino pun segera berseru kepada hakim: "Saya menjamin kolaborasi saya, tetapi untuk hewan ini saya tidak menjamin apa pun. Jika Anda meninggalkan saya sendirian dengannya selama dua menit, saya akan segera memotong kepalanya!"
5 notes
·
View notes
Text
we have THREE new wanted connections!
did you hear matai huang (lewis tan), our resident were-creature, is looking for their fraternal twin? they’re a 34 old human/were-panther/vampire (depending on the story you go with) who arrived in the chateau UTP years ago. they look like ross butler, victor zheng, ni han jin, liu haikuan, any chinese or half-chinese character. the player does require you to contact them prior to filling this out. - matai and his twin were born to a hunter's guild and depending on your faceclaim will depend on whether they are full siblings or not (still twins, just... twin half-brothers). if full siblings, their dad was from a were-panther pride and if half-siblings, your muse could still be human or have eventually been turned into a vampire. - @unveiledveins
did you hear theodore armstrong (zane phillips), our resident merfolk, is looking for their brother? they’re a 25-35 year old human who arrived in the chateau number of years ago. they look like alexander ludwig, nick robinson, jordan calloway, liam hemsworth, open to others. the player does not require you to contact them prior to filling this out. - theodore grew up on a farm with this character and they were brothers, despite the fact that theodore was adopted. when he found out that he was a merman, your character was one of the first he eventually told. @unveiledveins
did you hear giovanni d'angelo (frank grillo), our resident vampire, is looking for their childe? they’re a 800-950 year old vampire who arrived in the chateau 50-100 years ago. they look like sidharth malhotra, kj apa, tom hardy, sinqua walls, open to others. the player does not require you to contact them prior to filling this out. - this is giovanni's first progeny, and the one he views as the "heir" to his empire. definitely his favorite. @unveiledveins
0 notes
Text
hello ! below the cut are some of my muses that i’m dying to play so if any of them tickle ur fancy or are your wanted opposites just hit the lil heart n we can plot some stuff out <333
dahlia fernandez 19 - 24, model / social media influencer - cindy kimberly.
annabelle taylor 24 - 29, helps family run chain of gyms cross country - lily james.
ivy taylor 19-24, nursing major & kind of a bitch - amalia williamson.
ainsley taylor 25-30, nurse in a big hospital - brie larson.
veronica rossi 20 - 25, owns a diner / single mother - ariana grande.
harper ellis 19 - 24, fashion vlogger - natalia dyer / verse dependent cindy kimberly.
gia santos 20 - 25, works at a hooters / student undecided major who kinda wants to vlog - madison beer.
alexandra bridgers 20 - 25, socialite / works with special needs children at a horse ranch - madelaine petsch.
elena cruz 28 - 33, a server at her family’s restaurant - alexandra daddario.
charlotte florentina 19 - 24, vlogger / social media influencer - ludovica martino.
laila huang 19 - 24, aspiring singer / works at a pizza shop - lisa manoban.
maggie adams 19 - 24, related to tristan, just inherits his money and helps around the club - danielle campbell.
noelle chen 30 - 35, very well known fashion designer - gemma chan.
camila cortez 31 - 36, high school english teacher - melissa fumero.
cleo ‘cj’ jansen 19 - 24, student / messy, undecided major - josefine frida pettersen.
georgie abbott 19 - 24, volunteers at a library, journalism & psychology major - milena tscharntke.
roxanne brown 19 - 24, film major / takes videos of skateboarders for thrasher w zane - diamond white.
natasha wellington 19 - 24, living off her dad’s money, but she’s humble so she’s a manager at a pacsun - nicola peltz.
daphne hughes 19-24, probably high or drunk 24/7 & a professional dancer - haley lu richardson.
rosalie karlsson 19-24, v wealthy & a student / literature major - marilyn lima.
maxine richardson 19-24, helps manage her brothers band - abigail cowen.
yasmine gonzalez 25-30, owns a bar with her two brothers - emeraude toubia.
nicolette gonzales 20-25, bitchy actress who doesn’t want to end up working at her siblings bar - sofia carson.
ophelia williams 20-25, model & victoria’s secret angel - sophie turner.
paisley andrews 19-24, mass communications major & blogger - thalia crawford.
carmen espinoza 19-24 rich girl with daddy issues / receptionist at moms law firm - irene ferreiro garcia
joaquin juarez 19-24, soccer player for fc barcelona - diego tinoco.
nikolai gervais 20-25, world known chef - harry styles.
warren bryant 19-24, vlogger like scotty sire - nick robinson.
tristan thomas 33-38, owns a club & is the leader of an underground shady ass gang - charlie hunnam.
dante simmons 21-26, something major / student teacher, probably fucking his professor - keith powers.
zane bishnoi 22-27, film major / films skateboarders for thrasher w roxanne - avan jogia.
marco cruz 26-31, college dropout who now works at the apple store, alcoholic who cant stay sober - matthew daddario.
joseph auva’a 20-25, nfl player - kj apa.
vincent gonzales 22-27, owns a bar with his brother and sister - jordan connor.
valentino gonzales 28-33, owns a bar with his brother and sister / drug dealer - peter gadiot
kaleb donahue 25-30, bachelor prince next in line for the throne - daniel sharman.
adrian karlsson 23-28, v wealthy & shady businessman kinda like don draper - bill skarsgard.
jackson taylor 28-33, firefighter or police officer ( verse dependant ) - scott eastwood.
zachary taylor 19-24, student / music major - logan shroyer.
noah thompson 22-27, film major & just started working at warner bros - dylan o'brien.
liam moretti 45-50, carpenter / father of frankie and rex - mark ruffalo.
frankie moretti 26-31, line cook at the diner veronica owns - matthew daddario.
rex moretti 19-24, youtuber kinda like cody ko - noah centineo.
elijah baker 32-37, special education teacher - chris evans.
axel savea 35-39, traveling reporter for cnn - jason momoa.
theo leblanc 21-24, nhl player on the same team as caspian - timothee chalamet.
matthias leblanc 19-24, ghost writer for major artists - maxence danet fauvel.
elliot davis 20-25, works at the music store his uncle owns / wants to start a band - bradley simpson.
jordan ali 32-37, an actor aka hollywood’s golden boy - rami malek.
caspian brown 20-25, rich ass nhl player on the same team as theo - herman tommeraas.
maddox richardson 19-24, professional skater & in an underground band - luke hemmings.
augustus liu 19-24, in an underground band - calum hood.
milo young 25-28, drummer for a famous band - ben hardy.
diego velasquez 19-24, son of the prime minister of spain / is a big bratty asshole - benjamin wadsworth.
luca romano 20-25, owns the family car garage / mechanic - giancarlo commare.
giovanni lombardi 20-25, professional skateboarder - ludovico tersigni.
emmett o'hare 27-32, architect who’s addicted to gambling his money away - richard madden.
nathaniel o'hare 20-25, writer who has a hard time completing his work - michel biel.
gabriel miller 30-35, owns an alcohol distribution company with his brother - chris hemsworth.
maxwell miller 24-29, owns an alcohol distribution company with his brother - liam hemsworth.
finnegan jacobs 20-25, used to play professional footie and is now an aspiring disney animator - harry styles.
sawyer casey 19-24, college drop out / twitch.tv streamer & pro gamer - tom holland.
18 notes
·
View notes