Tumgik
#kesehatan pikiran
chillinaris · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes
fannyauliaadzkia · 10 months
Text
❝ O v e r t h i n k i n g
Overthinking dimulai pada malam ini, banyak kicauan suara yang berbisik dalam pikiran dan membuatku jenuh. Seolah-olah meminta diselesaikan secara cepat, berbagai macam masalah dan tuntutan dalam diri untuk tetap memikirkan hal ini, namun ku sangat resah dan menolak sambil berkata ‘aku ingin tidur saja malam ini’.
Aku sudah mencoba untuk berusaha menolak, akan tetapi mereka ingin aku menulis dan menyampaikan beberapa kalimat untuk aku sadar kalau aku punya masalah dalam hal ini, selama ini aku hanya memikirkan dan memendam saja tanpa untuk diselesaikan, baiklah akan ku coba selesaikan sedikit demi sedikit tapi tidak memaksa untuk menyelesaikan secara cepat, aku hanya baru menulis beberapa hal masalah dan ini membuat aku cukup legah.
Terkadang tidak selamanya overthinking itu buruk, kalau diri ini mulai sadar adanya overthinking segera ambil kertas dan pena atau note untuk menulis apa yang dipikirkan, tak lama dari itu ada sedikit legah dan akan sadar bahwa aku memiliki masalah ini dan harus segera diselesaikan.
1 note · View note
cerdassehatcom · 1 year
Text
Pentingnya Istirahat untuk Kesehatan Anda
Pentingnya Istirahat yang Cukup untuk Kesehatan Anda – Apakah Anda sering merasa lelah, stres, atau kurang energi dalam menjalani aktivitas sehari-hari? Mungkin Anda mengabaikan salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan Anda, yaitu istirahat yang cukup. Dalam kehidupan yang serba sibuk dan penuh dengan tuntutan, sering kali kita lupa betapa pentingnya memberi waktu bagi tubuh dan pikiran…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Benarkah Sering Meditasi Bikin Pikiran Makin Muda ? Ini Penjelasannya
BNews–KESEHATAN-– Studi dalam NeuroImage menyebutkan, orang-orang yang sering melakukan meditasi dalam jangka panjang; memiliki otak yang lebih muda, dengan konsentrasi jaringan yang lebih tinggi pada daerah otak yang paling terdampak oleh penuaan. Artinya, penelitian dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran UCLA ini menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu; meminimalkan usia otak dan…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
kurniawangunadi · 5 months
Text
Memaknai Sakit
Untuk pertama kalinya dalam hidup, opname karena ada gejala hipertensi. Tekanan darah cenderung tinggi, sebenarnya hal ini sudah diketahui dari beberapa bulan lalu karena memang ada "bakat". Saran dari dokter untuk melakukan perubahan gaya hidup ternyata kini memang harus diiringi dengan obat-obatan yang mungkin akan dikonsumsi terus menerus untuk menjaga agar tidak melebar ke hal-hal lainnya. Selain dikontrol dengan obat-obatan, jenis asupan makanan juga berubah. Aktivitas juga dimodifikasi. Dan banyak sekali hal yang intinya: diatur ulang. Beberapa refleksi dari keadaan ini pun silih berganti bermunculan. Mau ku tangkap satu persatu. 1. Kalau kita bisa sangat mudah bahagia, itu hal yang sangat baik. Pertanyaannya jadi ke diri sendiri, apakah aku mudah bahagia? Atau untuk bisa bahagia, syaratnya banyak? Misal harus punya uang dulu, harus ada pasangan dulu, harus punya anak dulu, harus pulang kampung, harus jalan-jalan, banyak! Nah, kemudahan kita untuk bisa bahagia itu patut sekali disyukuri karena itu menjaga pikiran kita tetap sehat. Alih-alih dipenuhi dengan beban pikiran entah pekerjaan, cicilan, perkataan orang, dsb. 2. Kesehatan itu mahal banget. Jadi proses penjagaan kesehatan ini jadi ilmu yang penting bagi kita yang akan menjadi orang tua. Karena kesehatan anak-anak kita nanti dimulai dari bagaimana kita menjadi orang tuanya. Aku teringat dulu waktu kecil, sering sekali konsumsi mie instan yang mana itu kandungan natriumnya sangat tinggi. Karena keadaan saat itu yang memang edukasinya berbeda dsb, bukan untuk disesali, tapi jadi pelajaran berharga bagiku saat ini jadi orang tua untuk benar-benar telaten dan memperhatikan apa yang dikonsumsi sama anak-anak. Jujur, ini proses yang melelahkan bagi orang tua terkait kontrol makanan. Tapi, sering kan lihat berita bagaimana faktor makanan saat ini berpengaruh bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak? 3. Jangan takut sama rezeki. Tadi pas berkendara, dengerin kajiannya UAH tentang rumus ketentraman hati. Mungkin nanti jika diberi sakit, ada hal-hal yang harus kita tiadakan dalam hidup kita dan kita ganti dengan baru, misal pekerjaan, makanan, dsb. Karena kondisi tertentu, kamu tidak bisa bekerja lagi dengan model pekerjaan kemarin. Takut buat ganti karena selama ini merasa kran rezekinya di situ. Merasa pesimis bisa bekerja di tempat lainnya misal. Atau mungkin hasilnya khawatir tidak sama dengan hasil yang kemarin. Jangan khawatir. Di kajian tadi di jelaskan, justru saat kita merasa kayak diujung, dititik nadir, itu tanda-tanda dan isyarat dari Allah buat kita berkomunikasi langsung dengan Dia, Dia yang tanpa batas, yang bisa mengabulkan segala permohonan kita. Dan lain-lain. Nanti malah jadi panjang sekali. Mungkin teman-teman yang berprofesi di bidang kesehatan di laman tumblr ini juga bisa memberi saran/edukasi dengan reply. Agar kita-kita yang mungkin masih semangat-semangatnya mengejar mimpi, tidak lupa menjaga diri, menjaga kesehatan badan, pikiran, dan hati <3
142 notes · View notes
auliasalsabilamp · 8 months
Text
Usia Orangtua Kita itu Terbatas
Semakin bertambah hari, maka mereka semakin mendekat ke titik kematiannya. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin menua dan melemah.
Selagi jantung mereka masih berdetak, maksimalkanlah bakti kepada mereka. Akan ada momen yang sangat kita rindukan kelak tatkala mereka telah tiada.
Minta maaflah, datangi dan peluk mereka. Karena itu hal yang sangat kita rindukan tatkala mereka meninggalkan dunia ini selama-lamanya.
Yakinlah, akan banyak kemudahan hidup yang kita dapatkan dengan berbakti kepada orang tua.
Kemudahan rezeki, kesehatan, peluang yang terbuka, ketenangan hati dan pikiran, dsb.
Bukankah keridaan Allah itu bergantung kepada keridaan orang tua? Maka rida siapa lagi yang harus kita prioritaskan di dunia ini?
Ustadz Farhan Fadilat Syah
207 notes · View notes
milaalkhansah · 3 months
Text
Ke Psikolog
Tumblr media
Tadi malam gue mutusin buat konsul online.
Sebenarnya keinginan buat 'nyari' bantuan ke psikolog ini udah lama ada. Tapi gue maju mundur terus. Selain karena budgetnya belum ada, juga karena gue merasa 'lebay' sampe harus ke psikolog segala. (Yeah gue selalu menyepelekan apa yang lagi gua rasain. Jangan ditiru ya sobat) tapi karena tadi malem lagi ke trigger sesuatu, dan gua udah cape mengulang fase yang sama terus-terusan, akhirnya gue milih buat nyari bantuan ke yang profesional.
Di awal gue sempat bingung mau cerita apa. Atau mungkin saking banyaknya yang pengen gue tanyain sampe gak bisa milih yang mana dulu mau gua tanya. Dan jujur juga sempat ragu, apa psikolog tersebut bisa mengerti cerita gue, dan apa yang gue rasain. Tapi hamdalah akhirnya gua bisa cerita juga. Dan setelah membaca cerita dan penjelasan gue yang gak panjang-panjang amat. Jawaban dokternya adalah:
Tumblr media
Respon gua pas baca jawaban dokternya: 😃🤣😅
Yes, GUA NGAKAK.
kek 'apaan dah, lebay banget sampe bipolar segala.."
Gue denial.
Padahal gue sebenernya mengakui, kalau apa yang ada dipikiran gue dan apa yang gue lakuin selama ini adalah tanda bahwa gue memang lagi 'sakit'.
Tapi gue berusaha buat mengingatkan diri gue sendiri bahwa yang sedang memberi gue diagnosa ini seorang dokter. Seorang yang ahli di bidangnya. Seorang yang punya ilmunya. Apa yang gua ceritain itu bener-bener real terjadi dan gue rasain, dan gua juga gak self diagnosis.
Terus setelah itu dokter itu memberi gua saran-saran yang bagi gua terasa seperti sebuah 'template' ??!
Kayak, coba bercerita ke orang yang lebih dewasa dan dapat dipercaya (meanwhile gua udah gak percaya siapa pun lagi untuk berbagi) atau coba ikut komunitas-komunitas yang bermanfaat (meanwhile gua udah gak punya energi apa-apa lagi untuk berteman dengan orang lain)
Tapi gua juga nyadar, 'emang gua berharap jawaban apa lagi?' 'toh yang dikatakan dokternya emang benar kan? Dan gua juga udah tau itu, tapi emang gua aja yang males lakuinnya'
Tapi di antara jawaban-jawaban 'basic' itu, ada satu kalimat dokternya yang gua 'highlight' karena cukup ngena di gue:
Tumblr media
Dokternya paham, bahwa semua bentuk 'pelarian' yang gua lakukan selama ini hanya memberi gua ketenangan sementara. Tapi sifat 'merusaknya' bisa jauh lebih lama.
Sebenarnya tujuan gue pertama kali mutusin buat konsul itu bukan buat nyari penyelesaian atas apa yang lagi gue rasain. Tapi gua cuman lagi butuh didengarkan. Lagi butuh bercerita. Terus gue mikir, daripada gua capek-capek nyari seseorang yang bisa dengerin gue, dan belum tentu juga dia bisa mengerti dengan betul apa yang gue rasain, atau malah berakhir gue bercerita dengan orang yang salah which bakal nambahin masalah baru, lebih baik gua bayar seseorang yang emang profesional, yang bisa ngasih saran, dan bisa melihat apa yang gue rasain dari kacamata kesehatan.
Dan sebagai seseorang yang pertama kali konsul online gue pengen bagi beberapa hal buat yang kepikiran juga mau konsul online untuk pertama kalinya.
Pilih satu hal/masalah/perasaan yang ingin kamu tanyakan/konsultasikan. Jangan langsung berebes tanyain/ceritain semua (meski itu gak salah/dilarang sih) tapi karena waktu Konsul onlinenya tuh terbatas, jadi kalau kebanyakan bertanya si dokter juga bingung mau jawab yg mana dulu (barangkali gak bingung cuman pertanyaan kita semua tu pasti gak akan ke jawab semuanya, jadi daripada capek ngetik mending sebelum konsul online, mikirin dulu masalah mana yang pengen dicari penyelesaiannya. Jadi bisa lebih fokus gitu lohh.
Dengerin aja perkataan dokternya. Jangan keras kepala dan denial (kayak saya 🙏) jangan "ah masa sih, ah gak deh kayaknya, ah lebay amat masa seperti itu dll" ingat, kita ini pasien dan dia dokternya. Dia yang lebih tau kondisi kita. Karena didukung bukti dan ilmu. Sedangkan sanggahan kita hanya didukung oleh pikiran dan perasaan kita sendiri yang belum tentu bener
Konsul ke psikolog gak harus saat lagi ada masalah, jadi temen berbagi atau cerita juga bagus. Daripada cerita ke orang yang salah. Yang penting kan kita bayar ehehehu.
Sediain uwang yang banyak wkwkwkw. Palagi kalau kamu merasa gak cukup dengan sekali konsul/cerita. Kemarin gue konsul ke alodoc, 45k dapat 1 jam, tapi kemarin bablas jadi 80 menit wkwk, dikasih lebiin sama dokternya (makasie pak dok 🙏) entah karena respon beliau yang lumayan lama, atau karena pertanyaan gua yang kebanyakan WKWKWKWK
Sebagai konsul pertama, so farr itu udah lumayan sih. Meskipun gue gak cukup puas dengan jawaban dokternya. Setidaknya gua merasa lega bisa bercerita sama seseorang. Seseorang yang gua tau gak akan menghakimi apa yang gue ceritain.
Terus di akhir, dokternya ngasih oleh-oleh rekomendasi buku
Tumblr media
Nanti deh gua coba baca.
Gue bersyukur sudah memberanikan diri untuk konsul. Dan kepikiran mau rutin konsul lagi untuk selanjutnya. Karena gue beneran mau sembuh...semoga rezeki gua selalu dimampuin supaya gue bisa mentake care diri gua dengan lebih baik lagi. Physically and mentally aamiin.
41 notes · View notes
dinisuciyanti · 11 months
Text
FYP (for your pengetahuan)
Kemarin malam, salah seorang (teman) adik laki-laki yang beda usia 8th bertanya padaku:
Lu udah 30 pernah gak kepikiran resiko mengandung?
Ku balas cepat: "Emang nikah cuma persoalan punya anak?" Kemudian dia kesal karna jawabanku begitu wkwk.
Dulu, banget, pas usia ku masih remaja belia kinyis-kinyis, usia lucu-lucunya berkhayal digandeng suami pas wisuda S1, ya, aku terpikir usia 30 keatas rentan hamil, "ayo nikah sebelum 30", pikirku.
Sekarang? ya aku tau, semakin berumur, tidak se-optimal ketika muda, untuk hal apapun, termasuk belajar, bekerja, dll. Tapi, pemikiran resiko hamil itu bukan prioritas, gak kepikiran malah. Mikirin diri sendiri aja dulu, merasa tenang aman dan nyaman gak sama pasangan, kalo gak tenang, ya ngapain ngejar sebelum 30. Pikiran yang sangat sempit.
Jangan sampai kamu mengorbankan diri untuk hal yang superficial. Gak usah jauh-jauh mikirin resiko hamil usia 30, kamu nya jaga kesehatan gak buat persiapan hamil? Tau gak kalo ibu hamil anemia itu bahaya buat anaknya? Tau pentingnya suplemen besi gak? Minum kopi tiap hari, neguk suplemen besi gak pernah, dan galau berat ingin nikah usia 20s. Komedi.
Dikira hamil cuma perkara ada bayi di rahim usia golden age 20s? Kalo mindset para calon ibu muda masih gini, apa yang kamu harapkan generasi emas 2045?
21 Oktober 2023
86 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Jadi Ibu Tak Semudah Itu
Entah kenapa, makin kesini, makin belajar untuk memaklumi orang lain. Kalau ada teman curhat soal anaknya, bertanya atau minta saran, aku senang hati berusaha membantu jalan keluarnya. Memahami kondisinya terlebih dahulu, pasti tidaklah mudah. Mencari duduk permasalahannya; apa yang perlu kita cari penyebabnya. Semua ibu pasti pernah khawatir, lelah, merasakan masa-masa sulitnya
Begitu pula aku yang juga sharing dengan beberapa temanku, siapa tahu memang punya case sama dengan yang aku alami. Terkadang, aku juga dapat masukan dari ibu psikolog, yang mana beliau jg bertahun2 beliau berpengalaman di dunia anak, dulu pernah menjadi wali muridku. Aku juga terkadang dapat masukan dari teman dekatku di pesantren, yang agamanya lebih baik dariku. Atau dengan teman-teman yang punya background kesehatan
Aku bisa dengan mudah menerima, kalau sedang mencari solusi. Namun, di lain waktu juga tidak mudah mencerna, saat aku pengalami parental burn out
Hal seperti ini normal kok. Setiap orang butuh waktu, butuh banyak mengurai satu persatu, juga butuh waktu untuk kembali dekat dengan-Nya. Tentu setiap individu memiliki caranya masing-masing. Bukan masalah kalau kita butuh jeda
Jadi, kini saatnya aku memposisikan orang lain sebagai diriku sendiri. Mungkin dia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, disaat anggapan atau pertanyaan kita justru direspon dengan pandangan 'negatif' atau bisa dibilang tersinggung. Padahal, tutur kata kita sama sekali tidak menyakiti
Jangankan ini yang langsung berkomunikasi, bahkan kalau kita sharing cerita pribadi di story saja, ada pula yang tersinggung. Kok bisa ya? Tapi, yaudah lah.. toh kita juga nggak bisa mengontrol orang lain. Maka dari itu, kita hanya perlu pemakluman yang luas. Mewajarkan sesuatu yang tidak perlu dijadikan masalah
Respon kita terhadap sesuatu, berhubungan erat dengan kondisi hati dan pikiran kita saat itu juga. Memang tidak mudah, sadar menerima masukan positif, saat berada pada kondisi yang penuh energi negatif
Take your time. Gapapa kok. Nanti apabila dipaksa berlari menuju energi positif, padahal kondisi kita berbeda, atau kita tidak sedang baik-baik saja, malah jadi toxic positivity. Semoga tidak lupa kemana seharusnya kita kembali
Jakarta, 15 Januari 2023 | Pena Imaji
74 notes · View notes
yonarida · 3 months
Text
Menciptakan Work Life Balance
Menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance) adalah kunci untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, serta memastikan produktivitas dan kepuasan hidup. Beberapa strategi untuk mencapai work-life balance yang lebih baik:
Prioritaskan dan Rencanakan Waktu
Tetapkan Prioritas: Identifikasi apa yang paling penting dalam hidup Anda, baik di tempat kerja maupun di rumah. Buatlah daftar prioritas dan fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting.
Buat Jadwal yang Realistis: Rencanakan waktu Anda dengan bijaksana. Buat jadwal harian atau mingguan yang mencakup waktu untuk pekerjaan, keluarga, teman, dan diri sendiri.
Gunakan Kalender dan Daftar Tugas: Gunakan kalender atau aplikasi manajemen waktu untuk membantu mengatur tugas dan kegiatan Anda. Buat daftar tugas harian yang realistis dan usahakan untuk menyelesaikannya.
Tetapkan Batasan
Pisahkan Waktu Kerja dan Waktu Pribadi: Cobalah untuk tidak membawa pekerjaan ke rumah. Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi, terutama jika bekerja dari rumah.
Belajar Mengatakan Tidak: Jangan merasa bersalah untuk menolak permintaan atau tugas tambahan jika sudah merasa terlalu banyak. Menetapkan batasan ini penting untuk mencegah kelelahan.
Manfaatkan Waktu dengan Efektif
Gunakan Waktu Istirahat dengan Bijak: Pastikan untuk mengambil istirahat singkat secara teratur selama jam kerja untuk menjaga produktivitas dan mencegah kelelahan.
Delegasikan Tugas: Jika memungkinkan, delegasikan tugas kepada rekan kerja atau anggota keluarga untuk mengurangi beban Anda.
Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Tetapkan Rutinitas Kesehatan: Jaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, dan cukup tidur. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan energi.
Praktikkan Mindfulness dan Meditasi: Luangkan waktu untuk berlatih mindfulness atau meditasi untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan fokus.
Pertahankan Hubungan Sosial
Sisihkan Waktu untuk Keluarga dan Teman: Pastikan Anda memiliki waktu yang cukup untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman. Hubungan sosial yang baik dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan kesejahteraan.
Terlibat dalam Kegiatan yang Anda Nikmati: Luangkan waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan yang Anda nikmati. Ini penting untuk menjaga keseimbangan dan kebahagiaan pribadi.
Pertimbangkan Karier dan Tujuan Hidup
Evaluasi Karier Anda: Tinjau kembali apakah pekerjaan Anda saat ini mendukung tujuan hidup dan kesejahteraan Anda. Jika tidak, pertimbangkan untuk mencari peluang karier yang lebih sesuai.
Tetapkan Tujuan Jangka Panjang: Buatlah tujuan jangka panjang yang mencakup aspek karier dan kehidupan pribadi. Ini dapat memberikan arah yang jelas dan membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik.
Cari Dukungan
Bicarakan dengan Manajemen: Diskusikan kebutuhan dan batasan Anda dengan atasan atau manajemen. Mereka mungkin bisa memberikan fleksibilitas atau bantuan untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik.
Dapatkan Dukungan Profesional: Jika Anda merasa kesulitan mengelola stres atau mencapai keseimbangan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional, seperti psikolog atau konselor.
Dengan mengikuti strategi-strategi ini, Anda dapat menciptakan work-life balance yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan kepuasan hidup secara keseluruhan.
16 notes · View notes
astimuninggar · 1 month
Text
Mari hidup bahagia Bu! Sesekali perlu untuk tidak memikirkan rumah berantakan dan cucian menumpuk kalau sudah muncul tanda jiwa kita sedang tidak baik-baik saja. Sebab kesehatan mental ini lebih berharga supaya tetap positif di depan orang lain. Walau tak berarti semua pekerjaan akan beres dengan sendirinya, setidaknya energi yang sedikit dan sedang carut marut ini dapat diprioritaskan untuk hal-hal yang lebih berharga, anak kita contohnya. Agar tidak ada drama anak dibentak gara-gara ibunya capek. Nauzubillah.
Makhluk hormonal seperti kita ini memang repot ya?! Yang lelah fisiknya, yang terserang jiwanya, yang terdampak bisa se-Indonesia raya kalau kita tidak bisa mengendalikan. Pantas saja surga di bawah telapak kakinya. Kalau boleh saya menafsirkan, 'di bawah telapak kaki yang capek'. Artinya memang surga harus dilalui dengan berlelah-lelah dulu seperti ini. Ingat ini untuk mengontrol emosi.
Sinyal-sinyal capek itu hanya kita yang tahu Bu. Stop berharap orang lain mengerti rumitnya pikiran dan hati kita, daripada malah buang-buang energi lagi karena berekspektasi terlalu tinggi. Makan enak, tidur nyenyak. Jika itu bisa menyembuhkan lelah, kenapa tidak?
Semoga lekas membaik!
Ummu Abrisam, 26/8/24
8 notes · View notes
o-agassy · 9 months
Text
Memulai Berbenah
Tumblr media
Randomly di timeline yutube muncul channel mas adji santosoputro yang lagi ngobrol dengan mbak andra alodita.
Apa yang ada di pikiran saya waktu itu? Ternyata Algoritma yutub lebih peduli terhadap kesehatan mental saya dari pada saya sendiri.
Video bisa langsung dicek di channel mas adji diatas.
Tagline nya sederhana namun punya makna. Pulih nan selaras. Dalam sepertinya jika dijelaskan pemaknaannya.
Ada beberapa hal yang saya highlight dari beberapa menit video itu.
"Apakah benar ini adalah hidup yang gue inginkan?"
"Mencoba melepaskan diri dari kemelekatan terhadap apapun itu" "
"Gue punya waktu banyak bahkan untuk beristirahat. Itu bahkan malahan tak ternilai. Gue bisa berperan seperti yang selayaknya. Menjadi istri dan menjadi seorang ibu"
Bagaimana penjelasannya? Panjang. hahaha.
Yang jelas, terima kasih untuk kreator video ini karena telah memberikan trigger positif untuk saya pribadi untuk bekal muhasabah diri. Saya adalah orang yang percaya bahwa setiap darii kita berhak untuk terus berjuang menemukan a better and a proper version of our-self. Jadi jangan takut untuk berubah.
Perlahan tapi pasti. Setiap hari kita terus berbenah untuk menemukan arah.
18 notes · View notes
rismaisnayah · 1 year
Text
Selamat Datang Quarter Life Crisis
Oh beginikah rasanya di fase QLC ? Nano nano ngga jelas mana rasa yang dominan. Semua bercampur aduk asin, manis, pahit, pedas, hambar. Semua hal terasa menumpuk di pikiran, gonjang ganjing masalah pekerjaan, tak jarang dan bahkan keseringan membandingkan diri dengan orang lain, merasa tidak bisa apa apa, pertemanan yang terasa tak sesehat dulu (barangkali sedang masanya seleksi circle pertemanan saja, tapi kitanya tidak sadar).
Ditambah lagi merasa belum bisa membahagiakan keluarga terutama orang tua, belum menemukan jodoh yang tepat disamping teman2 sebaya atau dibawah kita sudah pada menimang anak dan masalah-masalah lain yang dirasakan sampai di level berulangkali diri mempertanyakan apa sebenarnya tujuan hidupku ? Apa yang sebenarnya kucari ?.
Kerungsingan kerungsingan itu akan sampai di fase ketika usia kita mendekati atau mencapai quarter. Hello selamat datang quarter life crisis!! Masa masa yang hampir pasti dialami semua orang pada usia ini. Menjadi ujian pertama pendewasaan diri jika sebelumnya kita pusing dengan pencarian jati diri. Fase yang begitu memusingkan bahkan sampai stressful dan tak jarang sampai mengganggu kesehatan mental.
Mencari solusi atas apa yang saat ini dialami biasanya adalah hal yang pertama kali dilakukan. Padahal barangkali, tidak semua masalah perlu dicari solusinya. Ada hal hal yang hanya perlu dijalani saja. Ibaratnya kita tidak tau sampai dimana ujungnya tapi kita tetap terus melangkah menyusuri setapak demi setapak untuk sampai kesana.
Penerimaan diri terhadap apa yang saat ini dijalani mungkin adalah solusi terbaik. Terima bahwa kita sedang stres, marah, bingung, pusing, sedih, dan sedang tidak jelas rasa yang paling dominan yang mana. Ibarat bubur, rasa rasa itu masuk ke tim bubur diaduk jadi satu dan tidak terlihat komponen mana yang memberikan rasa terkuat. Its okay tak apa, terima bahwa kamu sedang dalam kondisi ini dan yakini bahwa sebentar lagi kamu akan baik baik saja.
Support kepusingan itu dengan banyak banyak mendekat kepadaNya. Ceritakan bahwa saat ini diri sedang dalam kondisi tidak baik baik saja dan minta agar dikuatkan hati, jiwa dan perasaan selama menghadapi proses ini. Satu prinsip yang perlu kuat kuat dipegang adalah yakin bahwa Allah tidak akan pernah menempatkan kita pada ujian yang kita tidak mampu untuk menghadapinya. Fase ini adalah fase yang bahkan Allah tidak pernah ragu bahwa kita sanggup melewati prosesnya.
Dan satu prinsip lagi yang perlu diilmui pada fase ini adalah kesadaran bahwa begitu banyak pelajaran yang kita dapatkan yang barangkali menjadi bekal kita untuk menghadapi tempaan hidup ke depan. Ingat satu hal ini dan camkan ke diri, Allah menempatkan kita pada fase ini tentu untuk suatu kebaikan. Yang saat ini barangkali kita belum tau maksudnya, dan Allah tidak akan pernah sedikitpun menyakiti hambaNya.
Its okay tepuk tepuk pundakmu dan katakan "kamu pasti bisa bertahan ada Allah sebagai sandaran". Hai diri, sekali lagi kukatakan selamat datang di fase mencintai diri sendiri :)
33 notes · View notes
kurniawangunadi · 7 months
Text
Bisikan
Dalam perjalanan riset buat menulis sebuah naskah di tahun 2020 lalu, ada beberapa statement yang sama - terjadi di beberapa orang sekaligus. Yaitu ia kayak mendengar bisikan di dalam kepalanya kalau ada orang yang tidak suka dengannya, ada orang yang membicarakannya di belakang. Padahal tidak ada.
Merasa diri tidak perlu dikasihani, padahal tidak ada yang mengasihani. Merasa diri memiliki perspektif yang benar, padahal tidak ada yang menyalahkan.
Pikiran itu memumpuk rasa tidak percaya yang berlebih, bahkan saat orang lain berniat baik pun disangka ada kepentingan. Yang kemudian terjadi adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk menjalani relasi di berbagai bentuk. Padahal relasi ini mungkin tidak menetap dan akan terus berkembang. Sebagaimana kata bijak yang mengatakan : siap fase ada temennya, setiap teman ada fasenya. Tentu hal yang paling di rekomendasikan untuk mengatasi hal itu adalah minta bantuan ke layanan kesehatan mental yang profesional Akan tetapi, fokusku bukan itu kemarin saat melakukan riset, tapi berusaha untuk menyelami cara berpikir dan cara pandang yang demikian. Cara pandang yang terasa sangat menyakiti diri, hanya saja hal-hal seperti ini memang tidak mudah untuk seketika meniadakannya.
Akan menjadi semakin besar layaknya bara api yang disiram minyak, kalau tipikal orang yang serupa bertemu, saat asumsi-asumsi itu divalidasi. Semakin bias antara khayalan dan kenyataan. Berat menjalani hidup yang demikian. Rasanya dulu waktu membaca lembar demi lembar cerita yang masuk, aku tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjalaninya.
64 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Berbakti Kepada Kedua Orangtua
Usia orangtua kita itu terbatas, semakin bertambah hari maka mereka semakin mendekat ke titik kematian. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin menua dan melemah.
Selama jantung mereka masih berdetak, maksimalkan pengabdian kepada mereka. Akan ada saat-saat yang sangat kita rindukan ketika mereka pergi.
Minta maaf, datang dan peluk mereka. Karena itulah yang sangat kami rindukan saat mereka meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Yakinlah, akan banyak kemudahan hidup yang kita dapatkan dengan berbakti kepada orang tua. Kemudahan rezeki, kesehatan, peluang yang terbuka, ketenangan hati dan pikiran, dsb.
Bukankah keridaan Allah itu bergantung kepada keridaan orang tua? Maka rida siapa lagi yang harus kita prioritaskan di dunia ini?
- Ustadz Farhan Fadilat Syah -
55 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
si slow respon
ada nggak sih yang semakin ke sini semakin ngerasa ‘capek’ balas pesan? capeknya tuh lebih ke arah, di dunia nyata energi udah habis kesedot untuk interaksi sehari-hari, jadi di dunia maya sebisa mungkin untuk menghindari teralu bersosialisasi lagi.
semakin ke sini saya sangat sadar diri intenitas ketertarikan saya untuk membangun komunikasi di media sosial semakin berkurang dari hari ke hari.
sehingga ketika menerima begitu banyak pesan masuk, terlebih dari orang asing dan keharusan untuk membalasnya membuat saya seperti mengeluarkan tenaga yang begitu banyak.
ada kalanya saya ingin hidup di media sosial sendirian saja. menikmati keramaianya, tanpa mengikutsertakan diri di dalamnya.
ada waktu-waktu di mana saya hanya ingin membuat story, tanpa perlu mendapatkan balasan apa-apa. ada kalanya saya hanya ingin online dan berlalu larang tanpa perlu disapa dan ditanya lagi apa. ada waktu di mana saya hanya ingin memosting quotes galau, meme receh, ataupun setangkai bunga, yang tidak harus selalu mewakili perasaaan saya sedang bagaimana.
saya tahu bahwa saya adalah orang yang mengesalkan. saya juga tahu bahwa  saya adalah orang yang sering membuat orang-orang terdekat saya menarik nafas panjang meminta kesabaran, tetapi baru sekarang saya tahu, bahwa mereka mempunyai hati yang  lapang untuk memberi udzur tingkah saya yang terkadang menjengkelkan karena sering lama dan menunda untuk membalas pesan.
terdengar selebay itu, tetapi memang begitulah adanya. untuk membalas sebuah pesan, terkadang saya membutuhkan waktu yang panjang untuk memikirkan jawaban. sehingga lupa menjadi pemenang. berpindah dari satu kolom chat ke kolom chat yang lain, seakan berpindah dari satu perasaan ke perasaan yang lain dengan cepat.
membuka pesan ini, aku tertawa. membuka pesan itu aku mengernyitkan dahi kebingungan. pindah ke chat yang lain, aku terdiam sedih membaca pesan. dan bisa dibayangkan bagaimana perasaanku dalam satu hari jika membalas begitu banyak pesan dengan perasaan yang berbeda-beda ketika membukanya? jawabannya aku sangat kelelahan.
terkait hal ini, aku bahkan telah membuat rencana, jika aku menikah nanti..., barangkali aku akan kembali pada keadaan di mana aku memilih untuk menutup diri dari media sosial. aku pengen hiatus. aku pengen hanya segelintir orang saja yang aku pilih untuk mempunyai akses untuk berbicara denganku. orang-orang yang telah mengenal, bahwa diamku adalah caraku untuk menyayangi dan menghemat energiku yang sangat cepat habis ini.
aku selalu meragukan diriku apakah aku orang yang introvert, karena selama ini definisi introvert di kepalaku hanyalah orang-orang pemalu yang sulit untuk berkomunikasi. sedang aku sama sekali bukan orang seperti itu.
namun, ketika melihat diriku yang lebih merasa nyaman dalam kesendirian, diriku yang mudah akrab tetapi sulit untuk membuat pertemanan yang dalam dengan banyak orang, diriku yang selalu mudah lelah dan merasa ‘penuh’ dalam keramaian yang bising. aku baru menyadari bahwa aku definisi lain dari seorang introvert yang selama ini telah salah kupahami.
jika kalian mempunyai teman yang memiliki kepribadian yang sama denganku, atau barangkali kalian lah orang yang sama itu. kalian pasti punya kecemasan jika karena sifat slow respon kalian yang amat menyebalkan, membuat banyak orang merasa dilupakan dan diabaikan. namun, selama kalian mengetahui bahwa lingkaran terdekat kalian adalah orang-orang yang telah memahami kalian luar dalam. yang telah menyayangi menyenangkan dan tidak menyenangkannya kalian sebagai seorang teman. nggak papa. jika dengan slow respon adalah salah satu cara kalian untuk menjaga kewarasan dan kesehatan pikiran.
- Chapter 03 in 2023
111 notes · View notes