Tumgik
#kesiapan
surya01909 · 6 months
Text
Menanti kesempatan
Aku percaya bahwa keberuntungan terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Karena itulah aku melayakkan diri terus menerus untuk menyiapkan diri ketika kesempatan itu datang, aku tidak menyesal. Mungkin saat ini usaha-usaha yang telah dilakukan belum terlihat hasilnya. Seperti usaha yang percuma saja. Tetapi nanti ketika kesempatan itu datang, bersinarlah.
Miracle is another name of effort. Ya aku mempercayainya. Walaupun ada kemungkinan terburuk kesempatan itu tidak datang. Aku yakin usaha-usaha itu tidak akan sia-sia. Setidaknya aku meyakini ada kebaikan yang aku dapatkan dari usaha-usaha yang aku lakukan. Bukankah hal-hal baik akan selalu muncul bagi mereka yang bersabar.
Lelah-lelah, berkorban, atau terseok. Seperti menjadi nikmat jika kita memiliki tujuan yang jelas. Kita menyadarinya jika itu adalah jalan-jalan yang harus ditapaki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tak bisa hanya berdiam diri menunggu keajaiban tanpa melakukan apapun. Believe in heart. Ya aku percaya, tak akan kecewa dengan hasil yang kelak kudapatkan.
5 notes · View notes
smilingtearss · 1 year
Text
"Sudah sejauh mana persiapannya chi?"
Persiapan apa dulu nih, yang terlihat secara fisik atau persiapan mentalnya? Kalau persiapan teknis yang terlihat hasilnya dalam bentuk fisik sudah satu per satu diceklis. Nah, persiapan mentalnya?
Sejauh ini aku masih belum sepenuhnya siap. Kalau mau dipersenkan nih, baru sekitar 30%. Sisanya? Masih berusaha dikumpulkan keping demi kepingnya. Tidak semudah itu.
I mean, iya di awal tahun aku menargetkan akan menikah tahun ini, tapi ga secepat ini juga. Eh tapi bulan Mei juga ga awal tahun banget juga tapi prosesnya tuh..... dimulainya terlalu cepat rasanya. Aku belum ada persiapan sama sekali. Dimulai dari 0.
Aku mempunyai bentuk pernikahan ideal di kepalaku sampai beberapa waktu yang lalu. Memunculkan berbagai keraguan di hati. Tapi kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Mungkin inilah yang terbaik.
"Kak udah muncul rasa ke abang tu kak?" Jujur, belum. I dont thing I have fallin in love. Ya ga segampang itu juga rasa itu muncul. Sebenarnya ini yang membuatku ragu. Whyyy... Apakah ini wajar adanya apa orang yang prosesnya secepat ini? Yang menguatkanku sejauh ini adalah melihat bagaimana keluarga excited karena aku, finally, akan segera menikah. Pusing mikirin ini itu tentu saja. Tapi excited nya itu loh. Bagaimana mama menyukai abang ini, bagaimana keluarga mendukung proses sejauh ini.
Orangnya baik, penyayang, lembut, terlihat menghargai perempuan, bertanggung jawab, I love it. I love those traits of him. But not him as a person, yet. Hati ini belum sepenuhnya jatuh. Aku, sebagai orang yang sangat meromantisasi the feeling of fallin in love, belum merasakannya. Sepertinya inilah alasan terkuat mengapa aku masih ragu.
Apakah aku akan siap menjalankan hari-hari bersama nantinya dengan orang ini? Apakah aku sudah siap menahan egoku untuk hidup berdua dengan orang yang baru aku kenal? Apakah aku sudah siap untuk itu semua?
Belum.
Tapi tak apa. Masih ada waktu dua bulan lebih dikit. Menikah bukan berarti kita dikekang kok chi. Bicarakan bersama. You can do it. Semangat, calon pengantin! :)
6 notes · View notes
hargo-news · 4 months
Text
Penjagub Ismail Tinjau Kesiapan TPS di Kabupaten Gorontalo Utara
Hargo.co.id, GORONTALO – Penjabat Gubernur (Penjagub) Gorontalo Ismail Pakaya meninjau kesiapan Tempat Pemungutan Suara (TPS) jelang Pemilu 2024. Peninjauan dilakukan bersama unsur Forkopimda, KPU dan Bawaslu di wilayah Gorontalo Utara, Minggu (11/2/2024). “Hari ini Forkopimda bersama jajaran, juga ibu bupati bersama Forkopimda Gorut melakukan peninjauan dalam rangka persiapan pelaksanaan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lampung7com · 1 year
Text
Sambut Nataru, Polres Pringsewu Laksanakan Apel Gelar Pasukan Operasi Lilin Krakatau 2022
Sambut Nataru, Polres Pringsewu Laksanakan Apel Gelar Pasukan Operasi Lilin Krakatau 2022
LAMPUNG7COM | Polres Pringsewu Polda Lampung melaksanakan apel gelar pasukan operasi lilin krakatau 2022 di lapangan apel Mapolres setempat. Kamis (22/12/22). Bertindak selaku pimpinan apel Kapolres Pringsewu AKBP Rio Cahyowidi, perwira apel Kasat Lantas Iptu Khoirul Bahri dan Komandan Apel Kantor Regident Ipda Agus Darmawan. Apel gelar pasukan dalam rangka mengamankan Natal 2022 dan tahun baru…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tvpapua-blog · 4 months
Text
Cek Kesiapan dan Disiplin Personel Pengamanan Pleno, Sipropam Lakukan Monitoring
tvpapua.com, Jayapura, 17/02 Jayapura – Guna menjamin kelancaran pelaksanaan Pleno Pemilu 2024 tingkat PPD di masing-masing Distrik Kota Jayapura, Si Propam Polresta Jayapura Kota lakukan monitoring kesiapan dan kehadiran personel yang melaksanakan pengamanan, Sabtu (17/2) siang. Hal tersebut dikatakan Kasi Propam Polresta Ipda Basri saat ditanyakan terkait pengawasan personel yang laksanakan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
asohel · 11 months
Text
Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka untuk Guru
Penerapan merdeka belajar sudah semakin mendesak. Sebagai guru perangkat pembelajaran kurikulum merdeka tentu adalah salah satu materi yang Anda cari dan nantikan. Kali ini Ascarya Solution Group akan memberikan kepada Anda file gratis perangkat pembelajaran kurikulum merdeka untuk Anda, mulai dari tingkat SD-SMK. Continue reading Untitled
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gooselacom · 1 year
Text
Sekjen DPD RI Memastikan Kesiapan Dukungan Pasca Cuti Lebaran
Sekjen DPD RI Memastikan Kesiapan Dukungan Pasca Cuti Lebaran
Jakarta, Goosela.com – Usai Libur Cuti Bersama Idul Fitri 1444H, Sekretaris Jenderal DPD RI Rahman Hadi memeriksa secara langsung kesiapan operasional Kesekretariatan Jenderal DPD RI dalam memberikan pelayanan terhadap Anggota dan PImpinan DPD RI, di Gedung DPD RI, Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (26/4/2023). Pada momen ini digunakan Sekretaris Jenderal DPD RI Rahman Hadi untuk…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Ini Arahan Presiden Jokowi Kesiapan Serentak Pemilu 2024
Ini Arahan Presiden Jokowi Kesiapan Serentak Pemilu 2024
RELASIPUBLIK.OR.ID, JAKARTA || Presiden Joko Widodo menghadiri Rapat Konsolidasi Nasional Kesiapan Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024, yang digelar di Ancol Beach City, Jakarta, pada Jumat, 2 Desember 2022. Kepala Negara memaparkan lima arahan yang penting dilakukan oleh jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjelang pesta demokrasi terbesar dan serentak pada tahun 2024 mendatang. Arahan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
transpublikid · 2 years
Text
Kasad Cek Kesiapan Akhir Pos Komando Kesehatan G20 Bali
Kasad Cek Kesiapan Akhir Pos Komando Kesehatan G20 Bali
JAKARTA | TRANSPUBLIK.co.id – Satu hari jelang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 15 dan 16 November 2022 di Nusa Dua Bali, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dr. Dudung Abdurachman mengecek kesiapan akhir personel dan materiel di Pos Komando (Posko) TNI AD dan Pos-Pos Kesehatan yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan kepada VVIP, unsur delegasi, panitia…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
newscakra · 2 years
Text
Apel gabungan TNI / POLRI/ PEMKAB.Lampura Kesiapan Penanggulangan Bencana
Apel gabungan TNI / POLRI/ PEMKAB.Lampura Kesiapan Penanggulangan Bencana
Lampung Utara, MN Cakrawala-Dalam rangka kesiap siagaan penanggulangan bencana, Polres Lampung Utara bersama TNI Kodim 0412-LU dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Utara melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dishub, Satpol- PP, Damkar, Ormas, Senkom dan Pramuka menggelar apel gabungan bertempat di Lapangan Mapolres Lampung Utara pada Senin (10/9/2022). Bertindak selaku pimpinan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kurniawangunadi · 8 months
Text
33 Tahun dan mengapa belum menikah di usia ini?
Ini tentu bukan bercerita tentangku, tapi tentang pengamatan. Sebagai penulis, beberapa kali melakukan proses interview, ngobrol, bertukar pikiran, dan sebagainya. Dulu, pandangan seperti ini tidak banyak kutemukan karena dulu usiaku masih 24 tahun saat memulai karir. Sekarang, tahun ini telah beranjak 33 tahun, sebentar lagi anak pertama masuk SD. Dan beberapa kali juga, melalui istri, ditanya apa ada temanku yang bisa dikenalkan ke teman-temannya istri. Yang tahun ini, menjelang kepala tiga. Dari proses-proses yang risetku selama menulis dan apa yang terjadi, datanya tidak sesederhana itu. Kita berada di lingkungan yang baik, tidak serta merta membuat kita langsung ketemu pasangan hidup yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Dipadu padankan dengan obrolan bersama psikiater beberapa waktu terakhir. Ada beberapa pendapat subjektif yang bisa kuhadirkan dari seluruh kumpulan riset itu, nanti kalau kamu ada lainnya, boleh ditambahkan : 1. Kehidupan yang semakin materialistik, ukuran terhadap materi dan kesiapan materi menjadi parameter yang sangat menentukan dalam pernikahan. Dan ukuran ini membesar, seperti kepemilikan rumah, kendaraan, atau gaji dalam nominal tertentu, serta tuntutan hidup materialistik (apa-apa diukur dengan uang) ini berpengaruh pada pola pikir dan kesiapan orang untuk menikah. Memang, mempersiapkan finansial untuk menikah itu penting, tapi ketika semua keputusan berpusat pada uang - mendominasi pikiran. Itulah awal mula dari kondisi tersebut. Apakah kamu setakut itu pada masalah rezeki? Kondisi yang sangat mungkin berbeda dengan waktu orang tua kita dulu. 2. Kondisi mental dan emosional yang belum pulih. Percaya atau enggak, orang lain bisa merasakan apakah kita ini cukup stabil atau se-eror itu. Apalagi jika keeroran kita tervalidasi melalui asesmen. Kita perlu untuk mengakui dan menyadari kalau memang kita perlu meluangkan waktu untuk mengobati diri sendiri. Kalau pun butuh waktu beberapa tahun, ya itu bagian dari konsekuensi. Karena masuk ke dalam pernikahan memang memerlukan kondisi mental emosional yang cukup kuat. "Badai"nya sesuatu, dinamikanya sangat beragam, dan tantangan yang akan dihadapi sangat berbeda dengan saat kita masih single. Kita akan berkompromi dengan banyak sekali orang. Apalagi jika nanti kita memiliki anak. Mereka perlu orang tua yang sehat jiwa dan pikirannya. Agar jangan sampai, kalau saat kita memiliki trauma, ternyata tanpa sengaja menjadi penghambat bagi anak-anak kita. 3. Romantisasi keadaan. Belum menikah di usia tersebut sebenarnya itu bukan masalah, tidak ada panduan bahwa menikah itu harus usia 25-30. Tidak ada dosanya juga belum menikah di umur 30 lebih. Tapi, membiarkan diri meromantisasi keadaan sehingga dari sana kita merasa mendapatkan dukungan, validasi, pembenaran pendapat, dan apapun yang sebenarnya digunakan untuk menutupi kekhawatiran diri karena belum menikah. Alih-alih berusaha untuk membangun persepsi diri yang benar, pandangan hidup yang lebih luas, dengan demikian kita bisa memiliki value kita sendiri yang kuat, yang tidak goyah saat kita sendirian dikamar yang sepi, atau saat di tengah kumpulan keluarga.
4. Tidak siap dengan masalah. Kalau kata buku yang kubaca, menikah itu seperti memilih masalah yang akan kita jalani seumur hidup, jadi pilihlah masalah yang kamu mau menjalaninya. Tontonan berupa film, drama, dan romanitasi yang berseliweran di media sosial secara tak sengaja membangun kesadaran kita bahwa menikah itu pasti akan sebahagia itu. Ini juga berkaitan pada poin satu tadi salah satunya. Tidak siap dengan beragam masalah, harus beradaptasi dengan beragam kondisi, kompromi dengan pasangan, belum lagi hal-hal lainnya. Tidak setiap pernikahan itu selalu dimulai dengan sudah memiliki rumah, kadang harus ngontrak. Tidak dimulai dengan langsung ada mobil, harus kerja bertahun-tahun dulu. Belum lagi nanti kalau harus memilih sekolah anak yang disesuaikan sama budget keluarga. Belum lagi, bersosialisasi dengan masyarakat. Singgungan yang banyak itu akan menciptakan dinamika, salah satu dinamikanya adalah masalah-masalah tersebut. Belum lagi dinamika soal tinggal di mana, siapa yang akan ngejar karir duluan, dan berbagai pembagian peran dan tugas dalam keluarga. Apakah kamu siap menghadapi dan berkompromi dengan beragam masalah itu? Sesuatu yang memang sudah sepaket dengan pilihanmu untuk berkeluarga.
Apakah kamu bisa membayangkan? Empat dulu, ada banyak temuan lainnya dari hasil diskusiku selama ini. Pendapat di atas sangat subjektif, benar-salahnya tidak mutlak. Tapi semoga bisa menjadi pelajaran penting. Pelajaran yang membuat kita bisa memiliki perspektif yang lebih luas dalam mengamati sesuatu. Ada tambahan? (c)kurniawangunadi
608 notes · View notes
kayyishwr · 1 month
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
113 notes · View notes
yunusaziz · 10 months
Text
Pilar ke 1 : Tahap Persiapan Menikah
"Membentuk keluarga harus melalui proses pernikahan secara matang. Bukan accident. Bukan coba-coba. Bukan iseng. Bukan sekedar untuk senang-senang."
Beberapa waktu lalu saya mendapati curhatan seorang teman saya yang boleh dibilang memilih menikah di usia muda. Di tahun pertama, ia menceritakan betapa senangnya memiliki sosok yang begitu perhatian, menjadi penyemangat di dalam keterpurukannya, dsb. Seoalah menjadi 'warna-warni' kehidupan di kehidupan hambar sebelumnya, katanya. (Mendengarnya agak geli, can't relate. Crayon kalik😌).
Yah, pun kata banyak orang memang di usia jagung pernikahan memang saat-saat dimana romansa yang dahulu sekian lama ditanam, kini ranum dan tinggal dinikmati buah penantiannya.
Sampai akhirnya dia bercerita, di tahun-tahun selanjutnya muncul perasaan hambar, datar. Gairah yang dulu begitu berkobar, perlahan mulai meredup dan dingin tiada kehangatan. Angan hidup bahagia bersama sampai tua yang dulu diagung-agungkan, perlahan ciut menuju utopia belaka.
Kurang lebih satu jam saya diam menyimak ia berbicara, sampai akhirnya dia mengizinkan saya memberi tanggapan. Saya langsung ajukan pertanyaan, "Kamu masih ingat dahulu kamu memilih menikah di waktu (usia) itu? Dan kenapa dia?". Seketika dia terdiam.
Saya mengajukan pertanyaan itu bukan tanpa dasar, melainkan mencoba untuk menggali akar masalah, melalui hipotesis bahwa persoalan itu terjadi karena faktor kesiapan yang belum sepenuhnya matang.
Jika untuk urusan berkendara saja kita butuh SIM, masa untuk kebutuhan yang sangat mendasar bagi hajat manusia dalam menjalani rumah tangga tidak ada sertifikat kelayakan menikah?
Disinilah letak proses persiapan begitu fundamental. Baik itu kesiapan mental, spiritual, moral, finansial, medikal, lebih lagi hal yang paling dasar yaitu konseptual, meliputi keteguhan visi yang akan diperjuangkan.
Setiap calon pengantin harus memiliki kemampuan untuk memverbalkan visi pernikahan mereka, sehingga pernikahan mereka benar-benar visioner. Sebab, bagian yang sangat penting bagi para calon pengantin adalah bab penguatan dan pelurusan motivasi menikah.
Akhir kata biar nggak kepanjangan. Sekarang Alhamdulillah sudah banyak fasilitas sekolah pra nikah yang setidaknya bisa jadi teman dalam proses persiapan itu. Yah memang, tidak ada sekolah/kursus yang mampu menjamin utuh kesiapan dalam menghadapi renak-renik kehidupan berumahtangga.
Akan tetapi, paling tidak kompetensi/keterampilan dasar diajarkan, yang darinya memberikan bekal dalam menghadapi dinamika berumahtangga.
Sambungan tulisan kemarin, sebagai tambahan closing statement:
304 notes · View notes
lacikata · 11 months
Text
Komunikasi.
“Laki-laki memang diciptakan nggak peka, mau apa-apa ya silakan diskusiin, nggak bisa laki-laki tuh sesuai keinginan perempuan, yang benar aja disalahin apalagi suruh nebak-nebak harus gimana, harus apa. Jadi bukan cuek dan nggak peka.
Sebenarnya kadang memang kita perempuannya kebangetan.
Sulit ngadepin masalah pake logika, maunya ngikutin apa praduga kita doang.
Udah dijelasin begini-begitu sampai benar banget tapi kita perempuannya masih ambekan.
Sampai datang rasa capeknya suami.
Suami kalau udah salah dikit, susah benarinnya. Pasti ngambeknya istri lebih parah, susah didandanin. Perkara jawaban suami yang terkesan jadi cuek sebenarnya jawaban dia udah nggak tahu lagi harus apa.
Karena dijelasin salah. Didiemin, suruh jawab dan diskusi.
Coba ingat-ingat aja, kadang perempuannya yang kufur nikmat. Sudah ia diberikan suami, sudahlah suami bertanggung jawab menafkahi, sudahlah dibantu suami, suami salah satu; kebaikannya ketutup semua.
Nggak ada semua yang mau istri, ada di suami semua.
Mana tahu nih ya, kita sebagai istri yang kurang introspeksi.”
Bercermin dari kisah Syuraih Al-Qadhi rahimahullah, ketika di malam pertama Syuraih melihat istrinya adalah wanita yang sangat cantik, kemudian Syuraih berwudu dan salat dua raka’at sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Setelah Syuraih mengucapkan salam ternyata Syuraih dapati istrinya bermakmum di belakangnya.
Syuraih pun mendekatinya, ingin menyentuh dahi istrinya dan berdoa. Namun, istrinya mengatakan, “Tunggu sebentar.” kemudian dilanjutkan, “Aku minta maaf. Aku adalah wanita yang asing bagimu. Aku tidak mengetahui akhlakmu. Tolong jelaskan hal-hal yang kau sukai niscaya aku akan melakukannya dan jelaskan hal-hal yang tidak kau sukai niscaya aku akan meninggalkannya sehingga aku bisa menjaga dan menghargai dirimu.”
Syuraih pun menjelaskan hal-hal yang disukainya dan hal-hal yang tidak disukainya. Setelah itu, istrinya bertanya kembali, “Maaf, mengenai tetangga-tetanggamu. Siapa yang kau sukai mereka berkunjung kepadaku, yang aku bergaul dengan mereka dan yang kau tidak sukai?”
Istri bertanya pada suami, sebab istri adalah orang baru dan tidak mengetahui lingkungan suaminya. Syuraih pun menjelaskan, “Keluarga fulan adalah keluarga baik silakan kau bergaul dengan mereka, keluarga fulan jangan.”
Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Di sinilah, dalam berumah tangga perlu saling memahami, paham kewajiban-kewajiban seorang istri sebagai istri dan sebaliknya. Seorang istri pun perlu memahami tabiat suaminya.
Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan, “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Pakaian jika tidak pas tidak enak, adakalanya dipermak. Seperti itulah pakaian, ketika seorang wanita melihat suaminya memiliki kebiasaan, “Aku ini tidak suka makan jengkol.” maka si istri jangan masak jengkol. Suami tahu istri masak jengkol bisa memicu keributan.
Dalam berumah tangga perlu kedewasaan, kesiapan dalam menerima kekurangan pasangan dan tidak menuntut kesempurnaan dalam bersikap, bertutur kata, tindak-tanduk, perhatian dan pelayanan dari pasangan.
Bercermin dari kisah Syuraih dan istrinya yaitu tentang keterbukaan dan lancar dalam berkomunikasi. Keduanya tidak menggunakan metode tebak-tebakan, tidak menggunakan prinsip, “Jika engkau benar-benar mencintaiku tentu engkau mengetahui apa keinginan kekasih hatimu.”, “Jika engkau benar-benar cinta, engkau pasti tahu di mana letak kesalahanmu.”, atau ungkapan lain yang semisal.
Syuraih dan istrinya memulai kehidupan berumah tangga dengan daftar hal-hal yang disukai dan sebaliknya. Syuraih menyampaikan secara detail hal-hal yang ingin didapatkan dari istrinya dan hal-hal yang tidak ingin dilakukan dan diperbuat oleh istrinya. Demikian juga sebaliknya. Daftar-daftar tersebut betul-betul mereka jadikan panduan teknis dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Inilah yang diperlukan, saling mempelajari dan memahami satu sama lain.
*kisah Syuraih dikutip dari penjabaran Ust. Aris Munandar حَفِظَهُ اللهُ dan Ust. Riza Basalamah حَفِظَهُ اللهُ
“Don’t assume your partner knows about everything you expect in a relationship. Let them know. A relationship should be based on communication, not on assumption.” – Turcois Ominek.
375 notes · View notes
menyapamentari · 18 days
Text
Berumah tangga itu juga tentang tiba - tiba mesin air di rumah mati, tiba - tiba harus bor tanah ulang dan beli mesin air baru. Berumah tangga itu juga tentang tiba - tiba atap bocor, kran air tiba - tiba rembes, tv tiba - tiba layarnya buram. Dan keadaan tiba - tiba lainnya yang sebetulnya telah menjadi takdir Allaah. Keadaan tiba - tiba yang membutuhkan kesiapan mental, keyakinan hati, pola berfikir hingga tentang konsep rezeki.
Hal - hal sederhana yang mungkin tidak terfikirkan saat persiapan menikah namun dalam perjalanan seringkali menguji diri.
86 notes · View notes
mamadkhalik · 3 months
Text
Seni Menanti Cinta
Setelah membaca buku dari Kak @kkiakia saya teringat dengan hadist ini :
Dari Umar R.A, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah," (HR. Bukhari-Muslim)
Satu fase bernama pernikahan itu haruslah dimulai dengan niat yang benar.
Tumblr media
Akan ada masanya rasa yang menggebu-gebu itu hadir, akan ada masanya kecewa itu menjadi momok yang berlarut-larut, dan juga akan ada masanya ketika kita merasa bahagia dengan sederhana, dari menemukan pasangan yang tepat, seseorang yang mau mendengarkanmu, seseorang yang menjadikan dirimu lebih percaya diri.
Memang rumit kalau urusan yang satu ini. Tapi ada satu kalimat yang cukup ngena :
Pernikahan adalah keputusan yang harus kita lakukan dengan kesadaran, kesiapan, dan tanggungjawab.
Mungkin sangat klise sekali, tapi memang cinta itu haruslah memahami darimana berasal. Kepada Sang Pencipta kita merapal doa, selanjutnya berusaha dengan niat yang tulus tanpa menghilangkan jati diri, tidak terjebak ingin terlihat baik di depan manusia. Sesederhana itu.
Surakarta, 10 Ramadhan 2024
114 notes · View notes