Tumgik
#kesuksesan tiba
penaalmujahidah · 1 month
Text
Di usia yang hampir kepala tiga ini, rasanya ambisi untuk mencapai mimpi-mimpi sudah memudar. Tapi bukan berarti mimpi-mimpi itu hilang, dia tetap ada. Hanya saja usaha untuk mewujudkannya tak sesemangat dulu.
Saat ini hanya ingin hidup dengan tenang, ibadah yang khusyuk dan konsisten, merawat kesehatan diri, membahagiakan diri dengan hobi, membaca banyak buku yang disukai, mendengarkan cerita harian ibu, dan menikmati perasaan cukup atas karunia yang Allah beri.
Perasaan ingin menikah pun sudah tak semenggebu dulu. Takdir yang tidak sesuai harapan mengajarkanku banyak hal. Terutama tentang pandanganku terhadap pernikahan. Seandainya dulu takdirku sesuai inginku, aku mungkin tidak bisa mengupgrade diri sejauh ini. Tapi memang skenario Allah lebih indah, sehingga aku bisa memaknai pernikahan dengan lebih luas karena aku bisa ikut kelas-kelas pra nikah, kesehatan mental, belajar parenting, dan banyak hal. Meskipun saat ini aku belum menikah, tapi aku merasa lebih bahagia bisa menikmati hidup dengan tenang. Tak lagi dihantui bayang-bayang masa lalu. Justru dari kegagalan yang aku alami, banyak hal yang dapat dipelajari.
Sepertinya kutipan "Dari pada sibuk mencari, lebih baik sibuk menjadi" itu ada benarnya. Biarlah saat ini aku menjadikan diriku lebih baik dari sebelumnya. Bukan agar aku menemukan pasangan yang baik pula, tapi yang lebih dulu diutamakan adalah agar Allah ridho. Saat Allah sudah ridho, Allah akan hadirkan seseorang yang juga baik untuk menjadi partner agar aku bisa lebih dekat kepada-Nya.
Rentetan takdir yang telah aku lalui membuatku bisa memandang hidup ini dengan lebih baik, meskipun belum sepenuhnya, tetapi setidaknya lebih baik dari sebelumnya. Aku belajar untuk tidak menaruh ekspektasi berlebihan terhadap sesuatu. Belajar menyediakan ruangan kosong untuk diisi penerimaan jika kenyataan tidak sesuai harapan. Mengukur kesuksesan dan kebahagiaan hidup dengan sederhana, tidak seperti kebanyakan orang yang membuat standar sukses dan bahagia dengan muluk. Katanya bahagia itu kalo kita punya pekerjaan yang wah, gaji yang besar, rumah yang mewah, followers sosmed yang banyak, menikah dengan yang good looking, punya anak, dan lain-lain. Memang itu semua menyenangkan, tetapi hal-hal yang membuat senang tidak selalu membuat tenang bukan? Maka makna kebahagiaan aku sederhanakan, yang penting aku bisa untuk terus memupuk syukur agar bahagia itu tumbuh subur meskipun dari hal-hal yang dianggap kecil oleh orang lain.
Saat ini bukan lagi waktunya aku merasa tertinggal dari teman-teman yang lebih dulu menikah, atau yang lebih dulu sukses dalam standar kebanyakan orang, aku hanya sedang berusaha untuk hidup lebih meaningful. Menikmati setiap inci aktivitasku tanpa harus membanding-bandingkan dengan orang lain. Karena aku memahami bahwa setiap kita memiliki ranah masing-masing untuk bertumbuh.
Aku tak perlu lagi risau tentang masa depan, karena yang harus aku lakukan adalah mempersiapkan diri untuk mati, karena kata guruku, mati juga perlu seni. Semoga saat masanya tiba, aku dapat menutup hidupku dengan indah. Allah mengampuni semua dosaku, dan ridho terhadapku. Aamiin.
48 notes · View notes
edgarhamas · 1 year
Text
Sang Nabi ﷺ Pun Berproses
@edgarhamas
Salah satu inspirasi terbesar kehidupan Rasulullah ﷺ yang relate dengan semua orang adalah: betapa pentingnya sebuah proses.
Syaikh Hasan Diddou menyampaikan, "bahwa salah satu tiang yang menyangga kesuksesan Rasul ﷺ adalah At Tadarruj Al Marhaliyah", maknanya: berlevel dan berproses.
Baginda Rasul ﷺ menjadi manusia besar yang dipilih jadi utusan Allah tentu bukan dengan persiapan yang serba tiba-tiba.
Masa kecil dan remaja beliau menunjukkan pada kita semua bahwa Nabi ﷺ benar-benar dididik oleh Allah untuk jadi manusia yang kuat fisik dan mentalnya. Beliau ﷺ telah menjadi yatim sejak kecil, sang ibu wafat saat usianya 6 tahun, disusul sang kakek yang berpulang saat beliau 8 tahun.
Baginda Nabi muda telah bekerja mandiri sejak usia beliau 15 tahun, menggembala domba: yang ternyata hikmahnya pun luarbiasa.
Setidaknya, kata Ibnu Hajar Al Asqalani, Rasul muda dididik Allah sebagai penggembala domba dengan hikmah istimewa: agar terbiasa dengan kesepian, supaya memiliki sifat yang rendah hati, dan punya gambaran bagaimana cara memanajemen.
Rasul menjadi manusia hebat dengan proses.
Aku pun ingin bertanya padamu: bukankah Allah Mahakuasa untuk memenangkan Nabi Muhammad ﷺ 1 hari saja setelah beliau diutus menjadi Rasul ﷺ?
Ya, Allah Mahakuasa atas itu. Namun dengan hikmah luarbiasa, kita disuguhkan kisah perjuangan Nabi yang 23 tahun; panjang dan penuh tantangan.
Agar umatnya tahu bahwa berproses adalah cara kita mengimani sunnatullah. Allah adalah Rabb yang Mahabijaksana, Al Hakim. Dia menetapkan sebuah sistem dimana siapapun yang ingin berjaya; janganlah ia nafikan proses.
Bahkan, kau tahu kan? Langit dan bumi diciptakan dalam 6 masa.
"Jika Allah berkehendak, Dia Mahakuasa untuk menciptakan semesta sekejap saja", tulis Imam Al Qurthubi, "namun Allah mengajarkan hamba-Nya tentang kelembutan dan ketelitian pada segala hal..."
Maka, kawan, hargailah proses. Di situ sabar dan syukurmu terasa sangat bermakna.
Bekasi, 25 Januari 2023
354 notes · View notes
selongsongpeluru · 1 year
Text
In the night the stormy night she'll close her eyes
Tumblr media
Hai kamu, tak terasa genap dua puluh duan tahun kamu turut serta menghirup oksigen di bumi dan bercokol di dunia yang fana ini. Kamu hebat. Bagaimana bisa kamu melewati ini semua, padahal baru pertama kali hidup di dunia? Cepat beri tepuk tangan yang meriah untuk dirimu sendiri.
Usiamu bertambah, tapi bukankah sejatinya umur kita berkurang hari demi hari? Maka dari itu pejamkan mata, lalu berdoalah yang baik-baik. Para malaikat siap mengaminkan doamu satu per satu sampai menembus langit. Lantas, Sang Maha Segalanya mengambil ancang-ancang mengabulkan doamu hanya dengan berkata “kun fayakun”.
Semoga diberikan selalu padamu usia panjang yang berkah, agar kamu bisa membahagiakan orangtua, orang yang kamu sayang, dan tentu saja dirimu sendiri. Semoga dipermudah jalanmu menuju kesuksesan, dipermudah menyelesaikan skripsi dan bisa lulus serta wisuda dengan predikat baik tahun ini. Semoga, saat waktunya tiba nanti dipertemukanlah kamu dengan orang yang baik lagi tepat.
Seluruh amin yang kencang, untukmu dan mimpimu yang mulia.
Mohon haturkan beribu terima kasih kepada dirimu sendiri. Terima kasih karena sudah memilih untuk tidak menyerah. Terima kasih sudah mati-matian bertahan. Ucapkan pula permohonan maaf karena sering mengajaknya makan tak enak, tidur tak nyenyak, dan melakukan semuanya sendirian. Berjanjilah akan sering mengajaknya bergembira dan menikmati hidup.
Pesanku, lipatgandakan rasa syukurmu kepada Tuhan. Atas berkat rahmatnya, kamu dapat merasakan manis-pahitnya hidup di dunia. Kamu banyak dipertemukan dengan orang-orang baik; orangtua & keluarga yang menyayangimu, sahabat-sahabat tempatmu bercerita, teman yang selalu memberi uluran tangan, serta orang-orang yang memberikan kesan dalam hidupmu. Kamu dipertemukan dengan para malaikat yang menyembunyikan sayapnya.
Pesanku lagi, tutuplah telingamu akan hal-hal yang mengecilkan hatimu, merendahkan, dan meremehkan dirimu. Mereka tak ubahnya hanya sekelompok orang yang tak akan pernah memahamimu, karena mereka tak akan pernah berada di posisimu. Jangan hiraukan, toh mereka tidak membuat saldo rekeningmu bertambah. Pikiran orang-orang yang sayang kepadamu saja.
Pokoknya hari ini harinya kamu. Lompatlah setinggi langit, pergilah jalan-jalan, makanlah makanan enak. Tak lupa dengarkan lagu favoritmu. Apapun itu, lakukan sesukamu. Lakukan sepuasnya seakan tidak ada hari esok. Dunia milikmu hari ini!
Selamat ulang tahun.
Jangan lupa, aku akan terus bersamamu. Aku masih ingin melihatmu esok hari.
66 notes · View notes
belantaraaksara · 1 year
Text
Bagi banyak orang mungkin keluarga adalah tempat dimana membuat mereka merasa nyaman. Tapi tidak semua orang mendapatkannya. Terkadang keluarga tidak semenyenangkan itu bagi sebagian orang. Kita hanya berkumpul dan tertawa bersama saat lebaran tiba. Setelahnya kembali seperti biasa. Saling bersinggungan, membanding-bandingkan kadar kesuksesan saudaranya, berselisih dan kembali membahas sengketa, lalu kembali lagi seperti ini, merayakan lebaran. Seperti itulah siklusnya.
Kadang, keluarga tidak semenyenangkan itu. Oleh karenanya, sebagian orang lebih memilih teman yang berharga untuk dijadikannya tempat mengeluh.
Sungguh beruntung mereka yang hidup di tengah-tengah keluarga besar yang harmonis, semoga tidak ada perang dingin di dalam keluarga seperti itu.
Dan, sungguh beruntung aku memiliki teman-teman yang baik. Semoga semuanya selalu diberikan kesehatan.
Mohon maaf lahir dan batin. Kita semua para pelaku kesalahan. 1444 H
#fr
59 notes · View notes
sohibatusobah · 2 months
Text
Jangan dulu pergi
Tumblr media
Part menyedihkan dari pergi merantau adalah mendengar bahwa orang tua jatuh sakit. Seakan ingin memiliki pintu kemana saja dan pulang memeluk mereka.
Dulu waktu kecil hal yang paling di tunggu-tunggu adalah berkumpul bersama di kampung halaman. Terlebih melepas rindu kepada nenek dan kakek.
Dari kecil aku selalu diajarkan untuk bersikap baik dan patuh kepada mereka sebagaimana mereka adalah orang tua ku juga. Umi selalu bilang "tanpa mereka, tidak akan ada Abi Umi di dunia ini. Dan tidak akan ada kalian juga di sini. Mereka yang sudah lelah payah membesarkan Abi dan Umi. Maka, kakak kalau sudah berkeluarga nanti, jangan lupa tetap silaturahmi sama kakek dan nenek."
Namun kini, aku telah kehilangan satu diantara mereka. Nenek.
Bayangan cahaya wajah nya hadir kembali. Memenuhi pikiran diwaktu senggang. Aku rindu nek.
Dan kemaren aku mendengar berita duka itu hadir secara tiba-tiba. Seakan duka yang lalu belum juga hilang.
Kakek terjatuh di kamar mandi menyebabkan tidak bisa bangun dan bicara karena pendarahan di kepala. "struk ringan"
Robbii aku ingat sekali pamitan beberapa bulan lalu sebelum pergi merantau. Sangat mengharukan.
Kakek yang selalu memegang pucuk kepala kami sebelum pergi, dan mendoakan kesuksesan kami. Tidak hanya itu. Setelah kami masuk mobil, kakek juga memegang kendaraan kami dan mendoakan keselamatan kami.
Siang tadi saat sedang asik berkelana dengan mata kuliah, pesan dari ponsel berdering. Umi bilang kalo kondisi kakek makin kritis. Kesadarannya menurun. Ku tutup buku-buku itu lalu aku buka pesan-pesan dari Nya. Ku baca pesan pesan Nya di selingkan dengan Al Fatihah.
Kek, sungguh pijakan kaki ku sampai hari ini adalah sebab dari doa-doa tulus mu.
Allah, berikanlah kakek kekuatan dan kesembuhan yang sempurna🌼
Cairo, 29 April 2024
9 notes · View notes
menungguminggu · 1 month
Text
Tentang Obrolan Selasa Malam dan Kehidupan Setelah Wisuda
Dayen, Azham, dan beberapa mahasiswa yang baru lulus Maret kemarin tiba-tiba ngajak ngopi beberapa hari yang lalu. “Pengen ngobrol soal hidup setelah lulus, Mas. Pengen sharing bareng”, katanya. Datang di kafe tempat ketemuan dengan ekspektasi bahwa malam itu akan berjalan sebagaimana acara ngopi lainnya: guyon nggak jelas sambil mentertawakan konyolnya kehidupan. Ternyata saya salah besar. Hasilnya adalah obrolan deep talk yang sisa keraknya masih tertinggal di kepala sampai hari ini. Dan tulisan ini adalah hasil refleksi saya berdasarkan obrolan hari itu. Soal kehidupan setelah kelulusan yang nampak begitu luas dan dingin serta harus dihadapi dengan kesendirian. Dan mungkin posisi saya yang hingga saat ini masih belum bisa mengerti kenapa otak ini mau-maunya memikirkan rumitnya kehidupan mahasiswa.
Ngomong-omong, pada suatu ketika saya pernah membaca sebuah quote di Instagram yang berbunyi “ Hidup Itu dijalani ke depan tapi hanya bisa dimaknai dengan melihat ke belakang”. Tulisan itu rasanya nampol banget bagi saya yang tahun ini masuk usia 34 tahun. Sejak lebaran kemarin saya jadi banyak menghabiskan sore dengan siram-siram tanaman atau bengong di teras sarungan (udah fix jadi bapak-bapak) sambil nglamun mikir macem-macem. Dan banyak dari lamunan itu sebenarnya adalah upaya saya untuk memaknai hidup yang sudah berjalan sejauh ini. Ngelamun soal jalan hidup yang membawa saya pada detik ini, juga memikirkan kawan lain yang saya yakin juga sibuk berjibaku dengan hidup keseharian. Dan dalam lamunan itu saya jadi sadar akan beberapa hal soal kehidupan sebagai orang dewasa. Hal-hal yang kemudian saya bayangkan juga agaknya akan menjadi bagian kehidupan mahasiswa saya nanti setelah lulus.
Sendiri di Lautan Tuntutan dan Ekspektasi
Sesaat kita lulus, rasanya hampir semua orang di sekitar saya bicara bersemangat soal masa depan yang harus berhasil diraih. Soal janji kesuksesan yang ditiupkan dalam ubun-ubun kita selama panjangnya proses pendidikan tinggi. Rektor bicara panjang lebar di acara wisuda soal opportunity, kesempatan untuk meraih mimpi, potensi diri yang harus diwujudkan, dan kata-kata motivasi yang nyaring memekakakkan telinga. Tapi di balik hiruk pikuk suara itu, yang jarang dibahas adalah perasaan sendiri dan kesepian yang kita alami saat tubuh ini tiba di stasiun sunyi bernama kehidupan nyata. Yang saya sadari setelah kelulusan dan menjadi dewasa adalah ini: perasaan kesendirian dan sepi di tengah luasnya realita hidup beserta semua kemungkinan dan percabangan jalannya. Walaupun raga kita ada di dalam sebuah acara ngopi atau kumpul-kumpul bersama teman yang lain, meskipun kita tertawa pada lelucon yang sama, tapi sejatinya semuanya hidup dalam dunianya masing-masing. Selamat datang di realita hidup, guys.
Kalau dipikir-pikir, menjadi dewasa berarti  harus siap menerima semua ekspektasi yang diberikan dunia di pundak kita. Menjadi dewasa berarti pribadi yang kuat, kompetititf, dan mampu bertahan dari apapun yang diberikan hidup. Dan kita semua berupaya berupaya berlari mengejar imaji itu. Salut dan puja-puji diberikan pada sosok-sosok yang berhasil mencapai puncak setelah kelulusan, yang pialanya ditampilkan dengan foto di kantor perusahaan multinasional dengan lanyard keanggotaan mengkilat, foto mobil baru atau keluarga kecil yang tertawa lepas di depan rumah, atau foto diri di depan kampus luar negeri. Sementara itu sosok lain yang masih kesulitan berjuang dan terseok dalam hidup kan menatap foto-foto itu dengan nyeri di ulu hati dan memutuskan untuk mundur dan menarik diri.
Dunia setelah kelulusan adalah kompetisi tanpa henti yang harus dihadapi sendiri.
Mungkin itu alasannya kenapa rasanya semakin sulit untuk bisa mencapai kebahagiaan sejati di dunia ini. Di dunia yang rasanya semakin menekankan pada persaingan dan ekspektasi untuk ‘tampil dan bersinar’, semua orang sejatinya merasa sendirian serta tidak memiliki tempat untuk bercerita dan didengarkan. Semua upaya untuk keluar dari lintasan kompetisi ini akan dianggap sebagai tanda kelemahan, termasuk meminta pertolongan pada orang lain atau memilih untuk hidup sederhana. Orang yang menolak untuk ikut dalam balapan imajiner akan dianggap sebagai orang yang menyerah kalah. Dan di dunia dimana cerita di media sosial telah menjadi penanda kesuksesan utama, tidak ada satu orang pun yang mau kelihatan lemah atau kalah. Padahal sejatinya semua orang dipenuhi dengan pertanyaan dan keraguan soal hidup, tanpa terkecuali. Sebagai akibatnya hidup sebagai orang dewasa terasa kering dan dingin, dimana satu-satunya sumber kebahagiaan yang paling populer adalah perasaan superior jika merasa kehidupan kita lebih dari orang lain.
Saya bayangkan hidup mahasiswa sekarang kok rasanya akan lebih rumit lagi setelah lulus. Atau seenggaknya jauh lebih rumit dari pas jaman saya lulus 2013 dulu. Dimana-mana sekarang banyak konten yang bicara soal ‘sukses di usia muda’ terus dilanjutkan ke cerita anak-anak muda yang udah mapan banget padahal usianya dua puluh tahunan. Belum lagi hidup di medsos rasanya kalau nggak update hidup yang sok sibuk atau ikut kegiatan tertentu pasti rasanya kayak ketinggalan sama temen-temen yang lain. Padahal realitanya sangat berbeda dan kompleks. Kebanyakan anak-anak muda yang sukses dan sok jadi motivator itu punya privilege yang nggak dimiliki orang banyak, tapi mereka sengaja tidak mengakuinya dengan tujuan agar kesuksesan yang mereka punya sekarang nampak lebih heroik dan dramatis. Ekonomi cenderung mengkerut sehingga membuat cari kerja nggak segampang dulu. Seorang alumni angkatan 2019 yang terkenal pinter banget dengan pandangan pahit bahwa ia menghabiskan sisa waktu enam bulan terakhir untuk datang ke berbagai wawancara kerja dan berakhir dengan penolakan. Apalagi inflasi nggak setara dengan peningkatan upah (pernahkan kamu nyoba lihat harga rumah sekarang?). Di dunia yang semakin menghimpit dan keras, orang-orang malah saling sikut-menyikut dan membandingkan diri lewat imaji-imaji palsu serta tidak bisa melepaskan diri dari adiksi validasi media sosial.
“Kenapa Kok Mau Repot Gitu Mas?”
Pertanyaan Rista soal kenapa kok diri ini mau repot-repot peduli sama kehidupan mahasiswa ternyata saya bawa terus sampai pulang ke rumah. Pertanyaan itu nggak pernah saya pikirkan sebelumnya. Lha, kenapa ya? Kok saya mau repot-repot mikir hidup anak orang? Kayak nulis di blog ini misalnya. Sepanjang perjalanan pulang otak ini rasanya diputer-puter, tapi sampai pas di rumah pun rasanya nggak ketemu jawaban yang memuaskan. Satu sisi otak mengatakan kalau semua yang saya lakukan itu hanyalah bagian dari idealisme sebagai dosen muda. Semacam sebuah upaya untuk mempertahankan keinginan masa lalu untuk bisa jadi seorang dosen yang ‘baik dan berpengaruh ke anak didiknya’. Mungkin juga sebenarnya yang saya lakukan ini hanyalah sebuah upaya ‘pemberontakan sunyi’ bagi dosen senior yang (di mata saya) hidup materialis dan melihat segala upaya untuk memahami hidup mahasiswa sebagai tindakan sia-sia dan konyol karena toh kan nggak ada honornya. Sisi otak yang lain berupaya menjelaskan kalau mungkin apa yang saya lakukan ini adalah upaya untuk membalas pengalaman saat kuliah S1, dimana dosen pembimbing saya nggak pernah membimbing sama sekali. Boro-boro mbimbing, pas tahun lalu ada acara di UNAIR beliau datang aja nggak inget kalau pernah ngajar saya di kelas S1 atau S2. Jadi mungkin yang saya lakukan ini semacam cara untuk berkompensasi dengan trauma masa lalu.
Setelah dipikir-pikir lagi, mungkin jawaban dari pertanyaan Rista itu lebih sederhana. Dalam dunia yang rasanya semakin rumit dan menekan seperti sekarang, saya hanya ingin membantu kalian sedikit. Nggak ngerti juga ya. Mungkin karena di wajahmu saya melihat diri saya sendiri 10 tahun lalu. Selain itu mungkin semua yang saya lakukan ini adalah janji pribadi yang saya ucapkan beberapa tahun yang lalu. Ada  satu kejadian penting saat saya jadi dosen sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu saya mengajar mata kuliah periklanan pada angkatan 2017, dan kebetulan saya memberikan tugas in-depth interview pada kating kalian. Tugas itu juga yang akhirnya menjadi inspirasi saya untuk membuat tugas akhir komunikasi filsafat (yang entah bagaimana reaksi dan efeknya jauh lebih besar dari yang saya bayangkan sebelumnya). Dalam tugas in-depth interview itu, saya meminta mahasiswa untuk bertanya pada mahasiswa lain soal ‘apa hal paling buruk yang pernah dikatakan orang padamu’ atau ‘hal paling penting dan membahagiakan yang pernah dikatakan seseorang padamu’. Dalam satu tugas yang dikumpulkan dan rasanya tak akan pernah saya lupakan, saya membaca hasil wawancara dari seorang mahasiswi yang luar biasa depresif, menolak menikah dan menjalin hubungan, dan berpandangan sangat minim soal masa depan hanya karena sebuah satu ucapan jahat yang tanpa sengaja dilontarkan ibunya pada waktu ia masih kecil. Dan cerita dengan nada yang mirip saya temukan di beberapa hasil tugas yang lain. Tugas itu mungkin nampak sederhana dan remeh-temeh untuk mahasiswa, tapi itu adalah pengalaman yang sangat berpengaruh buat saya. Saya menyadari bahwa kata-kata yang dilontarkan bisa menentukan seluruh hidup seseorang. Dan sepanjang tahun-tahun berikutnya, saya semakin sadar bahwa kadang yang diinginkan oleh mahasiswa kadang hanyalah sebuah kalimat afirmatif sederhana. Yang mereka butuhkan adalah seseorang yang berupaya untuk memahami mereka seutuhnya, dan dengan tulus mengatakan bahwa ada seseorang yang percaya dan menghargai apa yang mereka lakukan, betapapun kecil dan tidak signifikan prestasi yang mereka tunjukkan. Seseorang yang mau mengajukan pertanyaan yang tepat, seperti "Kamu nggak papa ta?" atau "Apa sih yang kamu dapatkan selama empat tahun terakhir? Apa kamu punya penyesalan? Adakah yang ingin kamu sampaikan dalam soal hidup?". Seperti yang sudah sering saya tuliskan sebelumnya, dunia ini nggak kekurangan suara dan teriakan. Yang sulit didapatkan adalah seseorang yang mau mendengarkan. Kalau memang kalian nggak punya orang yang mau mencoba memahami hal terdalam yang ingin kalian ceritakan atau sampaikan, maka biarkan dosenmu ini aja yang mencoba mendengarkan dan memahamimu. Sama seperti yang berupaya saya lakukan dengan membaca cerita-ceritamu di tugas akhir komfil. Rasanya cuma itu yang bisa saya lakukan untuk membantumu. Sebagai dosen walimu, dan lebih dari itu, sebagai seseorang yang pernah merasakan berada di posisimu sekarang.
Dalam tulisan kali ini, saya izin buat sekalian ngepost beberapa potongan tulisan yang pernah kalian tulis soal saya. Tulisan-tulisan yang rasanya terlalu besar dan agung untuk orang yang kayak saya. Sebenarnya sampe sekarangpun saya merasa nggak sehebat seperti yang kalian tulis. Aku yo mek ngene iki tok rek, ndak yoi atau hebat atau kerenseperti yang kalian tuliskan. Tapi lewat blog ini saya mau berterima kasih karena tulisan-tulisan kind yang sudah kalian tulis itu sudah ‘menyelamatkan’ saya dalam banyak hal, terutama saat saya berjibaku dengan pertanyaan apakah memang apa yang saya lakukan sebagai dosen selama ini memang sudah benar. I hope so.
Suwun, rek. Semoga kita bisa bertemu dan bicara soal hidup lagi di pada saat kamu sudah bisa menjawab hal-hal penting dalam hidup. *6 Mei 2024 - Ditulis sambil mendengarkan Waiting For The End-nya Linkin Park".
------------------------------------------------------------------------------
Tumblr media
~~~
Tumblr media
~~~
Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes
mnurulwathoni · 11 months
Text
Rencana yang paling indah adalah sebuah rencana yang akan selalu membawamu dan membuatmu semakin baik kedepannya,
memiliki impian atau cita-cita di kemudian hari adalah satu hal yang sangtalah baik, namun jangan pernah sama sekali mengkhawatirkan akan hari esok jika kegaganlah yang justru kau temukan,
karna hidup itu akn terus begitu, terus berjalan da ia tidak akan pernah terhenti hanya karna melihatmu menangis pun tertawa,
dan oleh sebab itu nanti, hatimu harus lebih luas dari samudra, dan dirimu harus lebih besar dari dunia,
teruskanlah bermimpi sehebat mana yang kau bisa, agar jiwamu terus hidup, agar tidak mati langkahmu.
Mengertilah dunia itu sangat keras kepada orang yang tidak mau bertanggung jawab atas hidupnya sendiri,
karna tidak ada solusi bagi orang yang memilih menyerah dan tidak punya keyakinan atas apa-apa yang telah mereka perjuangkan, dan atas mereka-mereka yang memilih menyerah detik ini sementara kesuksesannya akan tiba satu menit yang akan datang.
Kesuksesan itu adalah hak semua orang namun hanya bisa dirasakan oleh mereka-mereka yang senantiasa memiliki impian lalu berusaha untuk mewujudkannya.
SUDUT PANDANG JILID 2
13 notes · View notes
galeritumbang · 1 month
Text
Second Home
Siang tadi tiba² ditanyain bu kepsek, "mba, njenengan hari ini ada acara mboten?". Dengan bingung dan rasa berat hati pun aku menjawab, "....mboten bu, pripun?". Dan ternyata seperti biasa, beliau mengajakku dan beberapa guru yg memang lebih dekat dengannya untuk ikut keliling mencari sesuatu. Bahkan beliau sudah melabeli grup yg sering diajaknya pergi² dgn geng dolan wkwk. Padahal hari ini hari pertamaku haid, jadi sesungguhnya keadaan perut dan bagian tubuh lainnya kurang nyaman.
Ternyata benar² setelah selesai rapat langsung pergi ke daerah Wates. Diajaklah aku dan mba Afi ke sebuah toko mas. Karena pihak sekolah memang sedang mencarikan kenang²an untuk guru² yg sudah lolos menjadi PPPK. Dan hari ini kami membelikan sebuah cincin untuk bu Puji yg sudah mengabdi di sekolah kami selama 22 tahun. Masyaa Allah, perlu waktu yg tidak sebentar ya untuk menempuh jalan kesuksesan.
Sebelumnya bu kepsek dan bu Mei melihat² gelang terlebih dahulu, namun rasanya kalau gelang terlalu kecil gramnya haha. Akhirnya beralih ke cincin. Lalu, aku dan mba Afi yg sama² belum menikah tentu saja dikomporin untuk memilih cincin² yg sesuai dgn selera masing². Lucunya, aku dan mba Afi ini sama.. kami sama² kurang paham perihal perhiasan. Jadi kami pun hanya kesana-kemari mengamati beberapa bentuk cincin.
Sampai akhirnya di depan kami ada alat untuk mengukur lingkar jari² tangan. Mba Afi dan aku pun mencoba untuk kali pertama. Dan baru diketahui bahwa jari manis mba Afi berada di ukuran 10, sedangkan jari manisku berada di angka 12. Respon bu kepsek yg spontan cukup membuatku kaget yah, beliau langsung nyeletuk begini "loh mba, ternyata jarine njenengan cilik bgt, pdhl njenengan kan gedhe. kok iso malah jari²ne cilik kepiye?". Aku pun tertawa juga, karena memang selama ini jemari tanganku bukan tipe yg gemoy. Bisa dibilang termasuk dlm kategori jari² yg cukup ramping wkwk.
Setelah selesai membeli cincin, kami melewati alun-alun wates dan mampir ke Mie Ayam Pakdhe Wonogiri yg terletak di dekat lintasan rel kereta api. Seperti biasa, aku dan mba Afi yg masih berstatus guru baru di sekolah saat ini hanya mampu jadi pendengar dan pengamat bagi bu kepsek dan bu Mei yg menceritakan keluh kesah di sekolah. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk pulang, dan bu Mei mengingatkan "makasih ya mba-mba, besok kalo uang sekolah udah ada lagi.. kita lanjut nyari kenang²an untuk guru yg lain yaa". Dan bu kepsek tak lupa juga berterimakasih, "makasih banyak ya mba, besok² kita nyari lagi sekalian main ya. nah ini baru yg disebut lembur juga mba". Wkwk jujur ada di antara rasa senang karena sering dilibatkan, tapi juga harus siap sewaktu-waktu kalau diajak pergi sana-sini.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.. bener² besyukur dgn lingkungan kerja sekarang yg jauh lebih baik dan sehat. Huhu suka terharu kalau inget kebaikan bapak/ibu guru saat di sekolah saat ini yg bahkan rasanya benar² sudah seperti keluarga kedua. Pantas saja guru² yg sudah keterima PPPK dan pindah ke sekolah yg baru merasakan berat untuk meninggalkan sekolah. Bahkan ketika sekolah memiliki hajat, guru² yg sudah tidak di sekolah kami tetap masih hadir dan ikut menghadiri berbagai macam acaranya. Semoga Allah senantiasa menjaga tali kekeluargaan di sekolah kami saat ini. Aamiin🤲🏻✨
*Ditulis dengan segala rasa lelah dan terkantuk-kantuk
Jogja, 13 Mei 2024 | 21.49
3 notes · View notes
nidzomizzuddien · 1 year
Text
Cinta; Hati atau rasio?
Al kisah, seorang yang hidup dengan penuh ambisi, bekerja tanpa henti, meniti anak tangga kesuksesan satu demi satu. Pikirannya tertata dan sistematis, ia mampu memecahkan masalah-masalah dengan baik. Logikanya selalu terukur dan teliti juga sedikit rumit, di semua tempat, bahkan juga dalam urusan cinta.
Dalam cinta, ia selalu gagal, tidak hanya sekali, berkali-kali ia gagal. Bukan karena parasnya, tetapi logikanya selalu menang telak dihadapan hatinya. Pasangannya tak menemukan hati dalam dirinya, cinta itu kering, hambar, dan tidak dapat dinikmati 'menu yang buruk'. Ia selalu ditinggalkan, namun ia tak pernah bersedih. Ia tak menyadari, bahwa kesedihan adalah cinta, ia hanya menganggap seseorang datang dan pergi itu biasa.
Suatu hari, seseorang datang dalam hidupnya, ia intens bertemu, ia berbagi kisah setiap hari, dan selalu menyempatkan bersama untuk menghabiskan waktu senggang. Tak disangka, seseorang itu jauh masuk ke dalam hidupnya. Hatinya tersentuh, namun ia tak menyadari. Orang tersebut masuk jauh menyentuh jiwanya, kesepian yang dulu ia anggap biasa, kini dirobohkan dan dibangun sebuah kastil dihatinya yang diisi oleh mereka.
Namun ia tak menyadari keberadaan seseorang itu dalam hidup nya adalah cinta. Ia mengukurnya dengan logika, bahwa seseorang itu hanyalah teman baginya. Sebab logikanya tak menemukan alasan untuk jatuh cinta padanya. Ia berkeyakinan, bahwa cinta itu harus logis, dengan alasan yang jelas.
Seseorang tersebut berkata padanya, bahwa cinta tak memiliki alasan. Sebagaimana cinta padanya tak memiliki alasan, ia dicintai karena itu adalah dia. Sesederhana itu. Namun ia tak percaya.
Sampai suatu hari, seseorang itu pergi karena ingin memberi pelajaran padanya. Ia menghilang sesaat setelah memberikan pelukan. "Aku akan pergi, dan tak akan pernah kembali, sampai kamu berani mengikuti hatimu, dan berhenti selalu memenangkan logikamu. Jika itu tak terjadi, maka aku akan menghilang selamanya".
Sejak hari itu, hidupnya terasa sepi, hatinya hampa. Namun ia tak mengerti mengapa. Ia tiba-tiba selalu menangis, dan selalu berhalusinasi melihat seseorang tersebut. Tetapi ia tak pernah berani jujur, kenyataan itu selalu dinafikan.
Sampai suatu hari ia bercerita pada sahabatnya, 'ada apa denganku? Mengapa aku begini, aku menyesal membiarkannya ada dalam hidupku.' Sahabatnya berkata, 'itu adalah cinta, katakan padanya jika kamu mencintainya'. Ia menjawab 'tidak mungkin aku mencintainya, tak ada alasan untuk itu'. Sahabatnya membalas 'lalu mengapa kamu menangis?' ia menjawab 'aku tidak tahu'.
"kamu tidak tahu mengapa kamu menangis, karena kamu mencintainya. Berhentilah menggunakan akalmu, kamu tidak akan menemukan apapun, datangi dia sekarang atau kamu akan menyesal selamanya"
Saat itu ia pun menyadari bahwa cinta itu sebenarnya adalah persoalan hati. Selama ini ia gagal bukan karena ia tidak cocok, tapi ia tak pernah memberikan hatinya pada orang lain, ia tak pernah menggunakan hati untuk berhubungan dengan orang lain.
Ia berkata "cinta memang unik, ia seperti permainan dua orang, yang seiring waktu melibatkan orang lain. Mulanya seseorang saling jatuh cinta dan ingin mendominasi untuk menentukan siapa yang terbaik, karena mereka masih jatuh cinta dengan logikanya. Sampai saat hati bermain, mereka tak lagi menghitung-hitung, dan hanya mencintai, membuat seseorang bahagia, bersama dan saling mendukung. Sungguh indah".
Sekian..............
.
.
@nidzomizzuddien
17 notes · View notes
glxyyyyyie · 6 months
Text
people come and go
sejauh mata memandang,ternyata waktu begitu cepat terlewati
banyak sekali akulturasi yang harus dirasakan dan dilalui,
memaknai setiap suasana dan menyimpan dalam memori adalah hal paling mudah untuk tetap mengigatnya esok hari
"setiap orang ada masanya"
"setiap masa ada orangnya"
selain orang orang yang aku temui di masa sekolah
mulai dari tk,sd,smp,
aku mulai banyak menyisihkan mana yang harus aku sapa setiap hari,
mana yang bisa menerima candaanku,
mana yang sepemikiran dalam pembelajaran,topik masa depan dan harapan,serta mereka yang mempercayaiku menceritakan hal hal rasasia dalam kehidupannya,
selanjutnya mereka yang aku temui dalam hal pekerjaan,
setelah melewati masa sekolah kembali kepada masyarakaat dan meneruskan kehidupan dan menikmati tujuan mulai kembali diatur,
banyak hal yang kemudian mengarahkan diriku kepada hal yang harus aku lalui sewajarnya.
ketika bertemu dengann mereka yang sifatnya berbeda beda aku harus tetap pada posisiku,
sebagai seorang pekerja baru yang bisa mengelak saja tidak mungkin
kembali kepada masyarakat juga membuat aku tersadar bahwa teman sewaktu kecil kini sudah sama sama beranjak dewasa,
bersyukur kini masih diberi kesempatan mengatur kebersamaan demi kesuksesan sebuah acara,
diperkuliahan aku juga menemukan banyak hal baru yang meyakinkan lagi diriku bahwa memang segala sesuatu tak harus sama dengann apa yang kamu bayangkan
semua tergantung target hidup dan konsisten yang harus kamu tetap lakukan
jadi,nikmati setiap masa yang ada,tetaplah berusaha berbuat baik meskipun sulit,
carilah sebanyak mungkin relasi karena kamu tidak pernah tau siapa yang tiba tiba bisa membantumu,
tetap pikirkan bagaimana kamu bisa menemukan cinta sejati tanpa kamu melupakan hal yang wajib kamu lakukan,
setiap orang yang datang dikehidupanmu memiliki sebuah makna,
tetap jaga apapun yang tidak perlu orang lain tahu tentang hal yang kamu dapat dari orang yang masanyaa sudah habis bersamamu
karena pada akhirnya semua terus bergerak,kamu juga tidak akan mampu mengajak setiap orang untuk bersamaan melewati satu jalan,semua sudah memiliki garis edarnya masing masing
jadi nikmati setiap masanya.
2 notes · View notes
asqinajah · 2 years
Text
Bahkan, kamu pun punya porsi kebermanfaatan sendiri :)
Mungkin kamu pernah iri dengan orang lain; iri dengan apapun yang dimiliki, yang dikenakan, yang dilakukan, dan berbagai iri lain yang berhubungan dengan pencapaian. Padahal, jelas semua pencapaian itu tak hadir tiba-tiba. Ada perjuangan di belakangnya, yang seringkali kita gelap mata dan hanya tau 'akhirnya'. Walhasil, kita pun seringkali mendambakan hasil yang instan dan sat-set, ketimbang menghargai proses yang panjang lagi -biasanya- tak mengenakkan.
Termasuk, tidak menghargai proses dalam hidup yang sedang ka jalankan. Padahal, coba lihat sebentar ke dalam diri, bahwasanya kamu pun sedang berjalan menuju 'kesuksesan', seperti yang kau damba dari orang lain.
Mungkin kamu tak setenar mereka, tak sekaya mereka, bahkan tak seluas orang lain dalam cakupan kebermanfaatannya. Tapi, tenang saja, setiap orang tak harus sama, kamu adalah kamu, dengan porsimu dan juga pencapaianmu.
Kita memang ingin sama-sama menjadi yang terbaik, berproses yang terbaik. Tapi yang terbaik untuk kita bukan berarti harus dikenal banyak orang kan? Tak perlu menimbang dan membandingkan dirimu dengan orang lain, nikmati saja prosesmu, usahalah yang sungguh-sungguh untuk meraih cita-citamu; bukannya sibuk berusaha untuk meraih sebagaimana yang diraih orang lain.
Kamu adalah kamu. Kamu bukan orang lain.
Nikmati dan fokuslah dengan proses dan tujuanmu.
Terhadap orang lain, ambil saja sebanyak-banyaknya pelajaran, dan bagikanlah sebanyak-banyaknya kebermanfaatan.
Dan, selalu minta tolonglah ke Allah.
:)
(12/10/22)
37 notes · View notes
lilanathania · 11 months
Text
Ular Tangga Hidup
Pernah main ular tangga? Sebuah permainan klasik dengan dadu di mana kita harus melewati berbagai rintangan untuk mencapai tujuan. Ketika bermain dan berulang kali terkena ular, apakah Anda termasuk tipe yang santai atau gampang ngambek?
Tumblr media
Manusia biasanya senang berencana dan berangan. Sebelum umur 30, aku ingin... Sebelum umur 40, aku ingin... Kalimat-kalimat ini sangat lazim dalam sebuah rencana masa depan. Namun, realita sering menyuguhkan hal yang berbeda. Apa yang kita tata dan usahakan dengan sedemikian rupa seringkali berujung kecewa.
Saya setuju bahwa hidup itu serius, pilihan dan keputusan yang perlu diambil juga sulit. Tapi mungkin kita terlalu keras. Gagal beberapa kali, penghakiman yang kejam datang dari sekitar dan juga diri sendiri: Kamu kalah! Memalukan! Tidak pelu mencoba lagi!
Padahal, kadang-kadang merencanakan masa depan itu seperti bermain ular tangga. Ada pemain yang ingin buru-buru menang, sukses mencapai finish. Biasanya ia tipe yang mudah jengkel ketika berkali-kali terkena ular. Apalagi kalau ditertawakan dan diejek teman-temannya, pasti bete dan tidak mau main lagi. Tapi ada juga yang santai. Melorot terus, tapi tetap tersenyum sambil optimis memberi jampi-jampi pada dadu agar pas mendapatkan tangga.
Sekarang coba tengok rencana masa depan masing-masing. Ada berapa banyak hal yang belum tercapai? Lalu, apa yang terjadi?
Tidak ada.
Kita sebetulnya tidak kenapa-kenapa. Mungkin belum sukses menurut takaran kita, tapi baik-baik saja. Masih hidup, bernapas, dan bisa berjuang terus. Lalu kenapa harus sekeras itu pada diri sendiri?
Mungkin kita belum beruntung dalam melempar dadu.
Mungkin kita perlu melihat hidup dengan sedikit lebih santai dan bercanda.
Tentu bedanya dalam permainan ini nasib kita ditentukan dadu, sedangkan di kehidupan sungguhan selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari semua 'ular' yang pernah menjatuhkan.
Hidup selalu datang dengan kejutan. Mungkin bisnis kita tiba-tiba mandek, pasangan selingkuh, pekerjaan tidak sesuai harapan, orang terkasih meninggal, apapun bisa terjadi. Sudah melangkah hati-hati sekalipun, kita bisa terjatuh.
Jika saat ini Anda merasa gagal, stuck, atau tidak tahu harus melakukan apa, mungkin Anda sedang jatuh terkena ular. Ketika orang-orang di sekitar sukses dan Anda masih gitu-gitu aja, mungkin di ronde ini mereka yang sedang mendekati finish. Peran Anda sekarang adalah bertepuk tangan, ikut merayakan kesuksesan dan kebahagiaan orang lain. Saat tiba-tiba Anda mendapatkan bantuan tak terduga, mungkin itu adalah tangga keberuntungan. Roda terus berputar, kesempatan kita akan datang pada waktunya.
Tanpa perlu membanding-bandingkan, kita nikmati saja permainan ular tangga kehidupan ini. Syukuri setiap tangga dan ambil hikmah dari setiap ular. Daripada bersungut-sungut, bukankah lebih seru bermain ular tangga sambil tertawa?
5 notes · View notes
nazuuusstuff · 2 years
Text
Bentala itu jahat setelah saya pikir lagi, La. Perempuan seperti awak ini memang sudah seharusnya menetap di surga saja, tetapi Tuhan berbaik hati karena mengirimkan satu orang paling baik perbuatan dan hatinya, elok rupanya, cantik pula perkataan bahkan intonasi suaranya. Leela, tolong dimaafkan kalau mereka sudah jahat sama awak, La. Tolong, dimaafkan ya? Tuhan saja maha pemaaf, masa awak tidak?
Leela, saya tidak tahu seberat apa beban yang ada di punggung awak itu, awak bisa bagi itu ke saya, agar ringan bawaanya. La, jangan lengah, sekali kamu lengah bentala dan seisinya ini bisa mengalahkan awak. Pesan saya, jangan lengah, harus kuat. Hadiah paling indah sebentar lagi, La, cita-cita awak, pun, sebentar lagi akan tiba. Tolong di perkuat lagi punggung ini dan mantapkan setiap langkah yang awak ambil untuk kedepan, lawan rasa takut awak itu. Sebentar lagi awak sampai di depan gerbang kesuksesan awak.
7 notes · View notes
akhmads · 1 year
Text
Antara Pilihan, Kesempatan, dan Keinginan Orang Tua - Part 2
Keinginan Orang Tua
Tumblr media
"Orang tua mungkin tidak selalu tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka, tetapi mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk mereka." – Ayah Rio
Rio kembali ke rumah setelah bekerja seharian di perusahaan multinasional tempatnya bekerja. Ia merasa lelah dan sedikit tegang, mengingat diskusi dengan orang tuanya malam sebelumnya. Rio sudah tahu bahwa orang tuanya ingin dia bergabung dengan perusahaan keluarga, tetapi ia tidak pernah benar-benar memikirkannya sebelumnya.
Setelah Rio membuka pintu rumah, ia mendapati ayahnya duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Ayahnya mengangkat kepalanya ketika melihat Rio masuk ke ruangan.
"Apa kabar, Nak?" kata ayah Rio sambil tersenyum.
Rio merasa sedikit canggung. Ia tahu bahwa ayahnya ingin membicarakan masalah yang telah mereka diskusikan sebelumnya. Rio duduk di sofa bersebelahan dengan ayahnya.
"Ayah, saya ingin bicara denganmu tentang perusahaan keluarga," kata Rio perlahan.
Ayah Rio mengangguk dan melipat koran yang ada di tangannya.
"Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?"
Rio memulai pembicaraan dengan menjelaskan mengenai keputusan yang sudah ia ambil untuk menerima tawaran kerja di perusahaan multinasional tersebut. Ayahnya mendengarkan dengan baik dan mengangguk-angguk, tetapi ketika Rio selesai berbicara, ayahnya terlihat agak kecewa.
"Aku tahu kamu ingin mencari pengalaman baru dan berkarir di perusahaan multinasional, tetapi bagaimana dengan perusahaan keluarga kita?" kata ayah Rio.
Rio merasa kesal. Ia merasa bahwa ayahnya tidak mengerti keputusannya dan tidak menghargai usaha yang sudah ia lakukan untuk mencapai kesuksesan di perusahaan multinasional tersebut.
"Ayah, saya mengerti bahwa perusahaan keluarga kita penting, tetapi saya juga ingin mengejar impian saya dan membangun karir saya sendiri," kata Rio dengan tegas.
Ayah Rio terdiam sejenak. Ia tahu bahwa anaknya sudah dewasa dan harus membuat keputusan sendiri, tetapi ia juga tidak bisa menolak rasa kekecewaannya.
"Kamu tahu, Nak, perusahaan keluarga kita sudah ada sejak lama dan sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Saya harap kamu bisa mempertimbangkan kembali keputusanmu," kata ayah Rio.
Rio merasa sedikit terpojok dengan ucapan ayahnya. Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya, tetapi ia juga tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri.
"Mungkin kamu benar, Ayah. Saya akan mempertimbangkan kembali keputusan saya," kata Rio, mencoba untuk mengakhiri pembicaraan itu.
Rio merasa sedikit putus asa ketika kembali ke kamarnya. Ia merasa bahwa ia harus memilih antara keinginan orang tuanya dan keinginannya sendiri, dan itu tidak mudah.
Rio merenungkan kembali keputusannya dan berusaha memikirkan solusi yang terbaik untuk situasinya. Ia menyadari bahwa sulit untuk memenuhi keinginan orang tua dan mengikuti keinginannya sendiri sekaligus.
Setelah berpikir lama, Rio akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan bertemu dengan orang tuanya. Ia ingin membicarakan masalah ini dengan mereka dan mencari solusi yang terbaik untuk semua pihak.
Rio tiba di rumah orang tuanya pada pagi hari dan segera duduk bersama ayah dan ibunya di ruang keluarga.
"Ayah, Ibu, saya ingin membicarakan tentang perusahaan keluarga," kata Rio.
Ayah dan ibu Rio mengangguk dan memperhatikan Rio dengan seksama.
"Saya tahu bahwa kalian ingin saya bergabung dengan perusahaan keluarga kita, tetapi saya juga ingin mengejar impian saya dan membangun karir saya sendiri di perusahaan multinasional tempat saya bekerja sekarang," kata Rio dengan tegas.
Ayah Rio mengangguk dan memahami keinginan anaknya. Ia memutuskan untuk memberikan dukungan pada Rio dalam mencapai impian dan karirnya.
"Aku mengerti, Nak. Kamu harus mengejar impianmu dan membangun karirmu sendiri. Kami akan selalu mendukungmu," kata ayah Rio.
Ibu Rio juga memberikan dukungan pada Rio dan mengatakan bahwa penting bagi anak-anak untuk mengejar impian mereka sendiri dan membangun karir mereka sendiri.
Rio merasa lega dan bahagia mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Ia tahu bahwa keputusannya untuk mengejar karirnya sendiri adalah hal yang tepat dan ia tidak perlu merasa bersalah karena telah membuat keputusan tersebut.
Beberapa bulan kemudian, Rio mendapatkan promosi dan dipindahkan ke kantor cabang di luar negeri. Ia merasa senang dan bersemangat dengan tantangan baru yang ia hadapi.
Rio selalu mengingat saran dari orang tuanya, yaitu untuk mengejar impian dan karirnya sendiri, tetapi tetap menghargai dan memperhatikan keinginan dan harapan orang yang dicintai. Ia tahu bahwa hidup bukan tentang memilih antara keinginan orang tua dan keinginan diri sendiri, tetapi tentang menemukan kesempatan dan mengambil keputusan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang-orang yang dicintai.
Rio merasa bahagia dan sukses dengan keputusannya dan selalu berjanji untuk selalu mengikuti hatinya dan memilih yang terbaik untuk masa depannya dan keluarganya.
Ia juga selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kampung halamannya dan membantu orang tuanya di perusahaan keluarga. Ia tahu bahwa perusahaan tersebut adalah bagian penting dari keluarga dan ia ingin membantu menjaga warisan keluarga mereka.
Rio juga berusaha memberikan pengaruh positif pada generasi muda di kampung halamannya. Ia sering memberikan motivasi dan inspirasi kepada mereka agar berani mengejar impian mereka sendiri dan membangun karir yang mereka inginkan. Rio berharap dapat menjadi contoh bagi mereka dan membantu mereka meraih kesuksesan seperti dirinya.
Dengan begitu, Rio merasa bahwa keputusannya untuk mengejar karirnya sendiri dan tetap menghargai keinginan orang tuanya adalah pilihan yang tepat. Ia berhasil menemukan keseimbangan antara keinginan dan harapan orang tuanya serta impian dan karirnya sendiri.
3 notes · View notes
fidafalalanotepath · 1 year
Text
Berteman,
Selayaknya pertemanan pada umumnya yang memiliki kekhasan tersendiri, mungkin pertemanan yang terjalin dengan aku juga berbeda dengan pertemanan orang-orang lain
Baik pertemanan ku dengan teman-teman yang ada jogja sebagai teman masa remajaku, begitu juga dengan pertemanan ku dengan teman-teman yang ada di bandung, tidak aku bedakan tidak aku spesialkan
Berteman dengan teman-teman di jogja yang notabenenya mereka adalah teman hidup aku selama 6 tahun di asrama. Aku tidak pernah membutuhkan handphone untuk menjalin percakapan yang ringan, menurutku lebih baik menunggu bertemu, entah akan menahun atau bertahun aku akan menunggu, tapi bukan berarti aku tidak bisa diajak mengobrol sejenak menggunakan handphone, bisa, tapi hanya sesaat tidak intens apalagi menjadi rutinitas
Mungkin akhirnya karena tipe pertemanku seperti itu, lalu aku jauh dari jogja, membuat aku banyak kehilangan momen kehidupan-kesuksesan-kesedihan teman-teman ku itu, banyak yang akhirnya tidak aku ucapkan, banyak yang akhirnya tidak diceritakan
Tapi, akhirnya aku ngga apa-apa karena ketika bertemu aku selalu merasa haru, mereka masih mau berteman dengan aku yang se-cuek ini dalam menjalin pertemanan jarak jauh, mereka menyempatkan bertemu, bertanya apa aku sudah di jogja atau belum, walaupun tentu pasti aku juga akan mengabari. Rasanya masih tetap sama, mereka dan aku berbagi kisah hidup, berbagi sedih dan senang, haru sekali ditiap pertemuan yang menahun itu
Iya, aku merasa cukup sekali dengan tipe pertemanan seperti ini, tidak dipaksakan, tidak memaksa, memahami tipikal masing-masing dan menghargai pertemuan menahun itu
Bahkan, pertemanan yang aku jalin di bandung pun seperti itu, kita satu kota tapi bertemu pun tidak pasti sebulan sekali, kadang lama sekali untuk bertemu, tapi rasanya masih sama,
Aku bersyukur, pertemanan yang kita jalin ini lebih dari cukup, walaupun mungkin ada hal-hal yang seharusnya disampaikan, diberitakan, diceritakan, dan berakhir dalam benak, aku paham betul, tapi semoga ketika bertemu perasaan-perasaan gegap gempita itu masih sama, ya
(Ditulis tiba-tiba karena aku merasa harus bersyukur untuk pertemuan dengan teman-temanku di jogja beberapa pekan lalu)
2 notes · View notes
saatrenungan · 1 year
Text
youtube
Renungan 1Feb2023
Bacaan Injil Mrk 6,1-6
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat, Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabidihormatidi mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nyaatas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka
Demikian sabda Tuhan Terpujilah Kristus
Dalam kisah Yesus ditolak di Nazareth, setelah kisah pencobaan di padang gurun, Yesus kembali ke Nazareth, kampung halaman-Nya. Berita tentang pelayanan-Nya sudah terdengar di seluruh Galilea. Dia datang mengajar di rumah ibadat dan menceritakan tentang identitas-Nya sebagai Mesias yang telah di nubuatkan Nabi Yesaya ratusan tahun sebelumnya. 
Sebenarnya mereka menyadari kuasa Yesus dalam setiap perkataan dan pengajaran-Nya namun meragukan identitas-Nya sebagai Mesias karena mengetahui Yesus adalah anak tukang kayu. Itulah sebabnya mereka meminta Yesus melakukan mukjizat seperti yang mereka telah dengar terjadi di Kapernaum agar keraguan itu sirna, namun bukannya memenuhi harapan mereka untuk mengadakan mukjizat, Yesus malah menjawab bahwa “sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai ditempat asalnya” dan menegur kedegilan hati mereka seperti halnya ketika kelaparan hebat melanda Israel, Elia diutus Allah kepada seorang janda di Sarfat, tanah Sideon dan bukan kepada orang Israel. 
Mereka enggan mengakui Yesus sebagai Mesias karena tidak mau membuka hati menerima kehadiran Allah dalam diri mereka dan hanya mengenal-Nya sebagai anak Yusuf. Meskipun mereka menyadari kuasa Yesus namun mereka mengabaikan panggilan Roh Kudus bahkan hendak membunuh-Nya karena Yesus menolak melakukan apa yang mereka inginkan 
Dalam kehidupan sehari-hari sama seperti orang di Nazareth, kita sulit untuk melihat dan mengakui kesuksesan sesama dan memandang rendah orang lain. Rasa iri menjadikan kita tidak tulus dan sulit memberikan apresiasi keberhasilan sesama dan mencari kelemahan dan kekurangan orang lain. Kenyataan duniawi sering membuat kita sulit berubah dan percaya akan jalan “kebenaran dan keselamatan” sejati. Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita mundur sejenak dari hiruk pikuk dunia dan mendengakan panggilan-Nya melalui sabda-Nya, kita kadang berharap membangun iman kepada Tuhan melalui peristiwa mukjizat yang luar biasa, dan mengabaikan berbagai kejadian sederhana dalam hidup ini seperti nafas hidup, kesehatan, rejeki, keluarga dll padahal Tuhan sering berbicara kepada kita melalui mereka. Kita sering berharap mendengar dan melihat yang jauh dan kurang peka melihat hidup kita sendiri dan kurang bersyukur dan mengabaikan kehadiran-Nya dalam hidup
Berkah Dalem
2 notes · View notes