Tumgik
#lbnc
f-ngrl · 9 months
Text
youtube
Producers MarginChoi & HD BL4CK of LBNC released their collab album "Dark Adaptation".
01. Golden Hour 02. YAY (Feat. ODEE) 03. Untitled (Feat. 넋업샨, 격) 04. The Dangers 05. 알약 (Feat. EPTEND) 06. 정당화 (Feat. Hesper) 07. Where U At (Feat. TOKAI) 08. Wander In Darkness (Feat. Chaboom) 09. Repentance Mix & Master MarginChoi Cover Art MaginChoi
3 notes · View notes
solplparty · 2 years
Video
youtube
국뽕 래퍼 가오가이의 삶ㅣ[나는 래퍼다] 가오가이 with 키츠요지, 비앙 https://youtu.be/LIT41_GLwxE 올라가자고 하더니만 이제는 내려가재 ▶딩고프리스타일 (Dingo Freestyle) : http://bit.ly/Dingo__Freestyle ▶딩고뮤직 (Dingo Music) : http://bit.ly/Dingo__Music contact : [email protected] #가오가이 #키츠요지 #비앙 #꼼짝마! #호프갱 #LBNC #dejavu #딩고프리스타일 #DingoFreestyle #DF dingo freestyle
0 notes
khh-pics · 3 years
Text
Tumblr media
Yo Boy
Real Name: Kang Yoseob
Birthday: N/A
Label: LBNC Record
Instagram: @82yoboy
Edit by lbncfan on instagram
4 notes · View notes
onlinemarketing2123 · 4 years
Text
https://clnk.in/lBnc
Tumblr media
0 notes
rsun0525 · 5 years
Photo
Tumblr media
#shortribs #japanesefood #netde #igdelaware #thehungryeyes #food #foodporn #instafood #foodstagram #foodgasm #yummy #delicious #letsguide #follow #followme #florida (at Seito Sushi Sand Lake) https://www.instagram.com/p/B4VprA-lBNC/?igshid=1f1q92amd7jch
0 notes
lithiumedge · 5 years
Photo
Tumblr media
Thanks for the treat kuya Zen. Yun walking na nauwi sa SB... hahaha! #SBLover #AnotherSecretRecipe #ILoveSweets (at Starbucks Antlers Square, Dasmariñas) https://www.instagram.com/p/B2whu-lBNcS/?igshid=m2l7z63wiyi5
0 notes
f-ngrl · 11 months
Text
hd bl4ck and leebido both left lbnc yesterday. i wonder why... this really marks the end of the label as i knew it...
4 notes · View notes
solplparty · 3 years
Video
youtube
가오가이, EUROKO PIZZA (유로코피자) - 김치 (Prod. by Loky Beatz) Live Clip https://youtu.be/x1Ood9uStLI 가오가이, EUROKO PIZZA (유로코피자) - 김치 (Prod. by Loky Beatz) Live Clip입니다. PIZZA BREAK X 가오가이 (FIRST BITE 007) 피자 프랜차이즈 유로코피자가 뮤직 프로젝트 "PIZZA BREAK"의 새 작품, "PIZZA BREAK X 가오가이 (FIRST BITE 007)"를 공개한다. "FIRST BITE"는 유로코피자를 베어 무는 가장 맛있는 첫입이라는 의미로, 개성 있는 아티스트가 유로코피자와 함께 콜라보 트랙을 발매하는 싱글 프로젝트이다. 일곱 번째 콜라보 아티스트는 바로 랩퍼 “가오가이 (kaogaii)”! 가오가이(kaogaii)는 베테랑 힙합 뮤지션 차붐이 수장으로 있는 레이블 “LBNC (Layback & Chill)” 의 소속 랩퍼이다. 이름과는 상반된 매력을 지닌 애국랩퍼 가오가이는 2020년 방영된 쇼미더머니9을 통해 대중들에게 자신의 존재를 각인시키고 참가 직후 EP 앨범 [열혈2]를 발매하여 그가 가진 화끈한 음악적 색채를 방송 바깥에서도 뽐내고 있다. 또한 가오가이는 각종 음악 커뮤니티와 게시판을 뜨겁게 달군 아웃사이더 디스전의 시발점이 되었던 랩퍼로, 그 결과에 대해 리스너들 사이의 열띤 갑론을박이 되는 주인공이기도 하다. 더욱 더 귀추가 주목되는 그의 새 행보에 유로코피자가 함께한다. 가오가이와 유로코피자의 콜라보 곡 “김치”는 가오가이의 자전적인 이야기로, 미니멀하지만 중독적인 트랩비트에 가오가이의 강렬한 색채를 더한 화끈한 사운드가 매력인 곡이다. 가오가이는 곡을 통해, 여러 가지 일들을 겪어도 심지를 잃지 않고 앞으로 나아가겠다는 자신의 의지를 보여주고 있다. Stone Music Entertainment
0 notes
kazoo-nkt · 5 years
Photo
Tumblr media
新東海橋 https://www.instagram.com/p/BxL85x-lBNc/?igshid=1wpnbv99gtvu4
0 notes
Text
Le marché de la démocratie participative
Le mardi 16 octobre (date à confirmer), à la Cité du Livre, salle Jules Isaac, Magali Nonjon* interviendra sur le thème de « Le marché de la démocratie participative ».
Aujourd'hui la démocratie participative ne s'affiche plus seulement dans les discours, elle s'incarne dans des règles juridiques, des dispositifs participatifs, des services administratifs, des échanges marchands, etc. Les militants d'hier sont pour l'essentiel concurrencés par des professionnels (agents publics, consultants, salariés de grandes entreprises d'aménagement) qui vivent de l'offre de participation et ont, à ce titre, intérêt à l'entretenir. La demande de participation tend ainsi désormais à devenir la finalité et l’alibi de ce que les auteures qualifient de marché de la démocratie participative. En s'intéressant à la construction savante de l'impératif participatif, aux luttes d'expertises professionnelles qui l'ont accompagnée tout comme à la sociologie et aux pratiques concrètes de ces acteurs auxquels les autorités publiques ont confié la charge d'animer, d'organiser ou encore d'évaluer des dispositifs participatifs, cet ouvrage rappelle combien la qualité démocratique ne peut à elle seule expliquer le développement des politiques participatives en France. Les dynamiques de professionnalisation y ont joué un rôle majeur. C’est ce que montre cet ouvrage qui éclaire également les logiques sociales et politiques de la sophistication croissante des technologies de gouvernement et plus largement l'ambivalence politique du tournant participatif contemporain. Remise en cause sur le plan symbolique par la promotion du citoyen-expert et des formes participatives de légitimation politique, la division du travail politique entre le professionnel et le profane semble en pratique plus solide que jamais.
*Magali Nonjon est maître de conférences en science politique à Sciences Po Aix et chercheuse au laboratoire Croyance, Histoire, Espace et Régulation (CHERPA). Elle est également chercheuse associée au Laboratoire Biens Normes et Contrat (LBNC).
[email protected] / 06 42 37 78 55
from Les Amis du Monde diplomatique https://ift.tt/2Jsu3MM via IFTTT
0 notes
dictionarsis-blog · 7 years
Text
CERBUNG| Sakit Teraniaya Menahan Luka
LORO BRONTO NANDANG CIDRO
Chapter I
PROLOG
. . .
Kabut masih dingin menyelimuti malam, embunpun masih enggan membasahi pucuk pucuk rerumputan. Semilir udara dingin masih memeluk larut dalam mimpi dan semua matapun masih terpejam.
"jdog dog dog dog!!!" Tiba tiba pintu kamarku di gedor dengan begitu kasarnya.
"Pardi, masih tidur kamu ya?! Pemalas amat sih kamu jadi babu!" Lengkingan suara si penggedor pintu tak kalah kasarnya.
Kembali pintu kamarku di gedor dengan kasar untuk yang ke dua kalinya. "jdog dog dog dog!!!"
"bangun kampret!" Di cariin ibuk tu!" Teriakan kasar anak gadis Ndoroku memaksaku bangun dari tidur.
Malam masih dini hari dan Adzan subuh belum juga berkumandang, tapi aku sudah di bangunkan dengan begitu kasarnya tanpa prikemanusiaan. Tak bisakah aku di berikan sedikit saja waktu untuk menikmati indahnya hidup walau hanya sekedar di dalam mimpi.
"mmmh.... iya iya, ini Pardi sudah bangun kok Non. Ada apa sih Non?" Jawabku begitu bangun dan membuka pintu kamarku dengan mata yang masih terkantuk kantuk.
"kamu itu kerjaannya tidur terus! di cariin ibuk tu! udah sana cepet!" Perintah Non Ega bernada kasar tak berprikmanusiaan.
Sayang sunguh teramat di sayang, wanita secantik Ndoro Ayu Gayatri - nama anak ndoroku - harus bertabiat buruk seperti ini. Coba kalau Non Ega sedikit saja berperangai lemah lembut, pasti Non Ega akan semakin sempurna sebagai seorang seorang Raden Ayu yang memang berparas ayu itu.
Tak ingin membuat juraganku marah, aku langsung buru buru menemui Ndoro Putri - ibu Ndoro Ayu Gayatri - yang sedang berada di dapur.
"nyuwun sewu Ndoro Putri."
("maaf Ndoro Putri.")
"wonten nopo nggih?"
("ada apa ya?") Tanyaku dengan sopan santun tingkat babu.
"wonten nopo wonten nopo!"
("ada apa ada apa!")
"tugasmu saben ndino ki ngopo?!"
("tugasmu tiap hari itu apa?!") Hardik Ndoro Putri garang sambil berkacak pinggang.
"wonten nopo nggih Ndoro?"
("ada apa ya Ndoro?") Tanyaku lagi karena benar benar tak mengerti apa kesalahanku.
Aku merasa kemarin apa yang seharusnya menjadi tugasku sudah aku kerjakan semua. Tadi malam aku sudah mengerjakan tugas terakhirku menimba air untuk mandi pagi keluarga majikanku ini. Benar benar aku tak mengerti apa kesalahanku hari ini sampai aku harus di marah marahi di pagi sebuta ini. Aku benar benar tidak mengerti.
"kowe ki jan ra nggenah babar blas dadi menungso."
("kamu itu nggak bener banget jadi orang.")
"wis tugase saben ndino kok sek iso lali."
("sudah tugasnya tiap hari kok masih bisa lupa.")
"kae motomu melek'o, jo kakean turu."
("itu buka mata kamu, jangan kebanyakan tidur.")
"wong jedhing ora ono banyune ngono kok sek takon ono opo ono opo!"
("orang bak mandi gak ada airnya gitu kok masih nanya ada apa ada apa!")
"penggaweanmu ki nyapo wae sih?!"
("kerjaan kamu tiap hari itu apa sih?!") Omel Ndoro Putri masih dengan berkacak pinggang.
Aku hanya bisa menundukkan kepala di caci maki seperti ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa tadi malam aku sudah mengisi bak mandi karena itu pekerjaan yang aku lakukan terakhir tadi malam. Jadi bagaimana bisa sekarang tiba tiba airnya habis?
Tanpa berani membantah ataupun membela diri, aku kemudian buru buru menimba air kembali mengisi bak kamar mandi rumah juraganku ini.
"nyuwun ngapunten Ndoro Putri."
("maaf Ndoro Putri.")
"mbok bilih kulo kesupen."
("mungkin saya lupa.")
"sepindah malih nyuwun ngapunten Ndoro."
("sekali lagi maaf ndoro.") Maafku tanpa berani menatap Ndoro Putri.
"ono opo sih Buk ne?"
("ada apa sih Buk?")
"pagi pagi kok sudah gemberah wae."
("pagi pagi kok sudah ribut.") Terdengar suara bariton Ndoro Kakung yang ternyata juga sudah bangun.
"kae loh Pak ne, bocah gemblung kae."
("itu loh Pak, bocah gemblung itu.")
"wis dadi tugase saben dino kok sek iso sampek kelalen."
(udah jadi tugasnya tiap hari kok masih isa lupa.")
"jian nyatu dasar bocah pekok."
("emang dasar bocah begok.") Jawab Ndoro Putri masih memaki maki ku.
"Buk, ngomong ki mbok yo sing nduwe unggah ungguh toto kromo to buk."
("Buk, kalau ngomong itu mbok yang punya tata krama apa buk.")
"ora usah kasar ngono yo iso toh?"
("nggak usah kasar gitu juga bisa kan?")
"priyayi kok omongane koyo wong ra nduwe aturan."
("bangsawan kok bicaranya kayak orang gak punya aturan.")
"pantesan Ega ki saiki omongane koyo bocah alasan."
("pantas Ega sekarang omongannya kayak ocah liar.")
"lha ibuk'e dewe tebak'e sing ngajari."
("ibunya sendiri ternyata yang ngajarin.")
"halaah... Bapak iki."
("halaah... Bapak ini.")
"Pardi kae ojo panggah di belani wae."
("Pardi itu jangan di belain terus.")
"suwe suwe marai nglunjak."
("lama lama bikin nglunjak.") Jawab Ndoro Putri tak mau kalah.
Mendengar itu semua aku hanya bisa menangis dalam hati. Apa sebenarnya dosa hidupku sampai aku harus menjalani kisah hidup sepahit ini. Setiap hari aku selalu di hujani dengan makian demi makian yang seakan tak ada habisnya. Kesalahan sekecil apapun, bahkan tanpa kesalahan sekalipun aku selalu mendapatkan marahan, omelan dan makian itu. Bahkan Ndoro Putri (Raden Ayu Hartati / ibu Non Ega) tak segan segan main tangan kepadaku.
Tak ubahnya seperti Ndoro Putri ibunya. Non Ayu Gayatri juga bersikap seperti itu. Belum pernah dalam ingatanku Non Ega bersikap lembut tanpa di bumbui dengan makian setiap bicara kepadaku.
Semua penghinaan itu aku telan mentah mentah tanpa berani sedikitpun aku melawan. Aku sadar diri siapa aku di sini. Aku hanyalah orang numpang (ngenger dalam bahasa jawanya) di rumah Raden Mas Haryo Seto ini. Aku sadar, tanpa budi baik mereka mungkin aku sudah mati atau terlantar lontang lantung di jalanan.
Biarpun begitu paling tidak mereka mau menampungku di rumah megah mereka, memberiku makan dan hidup serta menyekolahkan aku.
Hanya Raden Mas Haryo Seto (ayah Non Ega) atau yang biasa aku panggil Ndoro Kakunglah satu satunya orang di rumah ini yang bersikap baik kepadaku. Ndoro Kakung selalu membelaku saat aku di hujani caci maki oleh istri dan anaknya. Ndoro Kakung jugalah yang selalu menasehati dan menguatkanku agar aku sabar dan tabah menghadapi semua ini. Wejangan demi wejangan Ndoro Kakung itu yang membuatku bisa bertahan sampai sekarang.
Ndoro Kakung juga selalu meyayangiku. Beliau berusaha tak membeda bedakan aku yang hanya seorang abdi dengan Non Ega anak kandungnya. Apa yang beliau berikan untuk Non Ega, Ndoro Kakung juga memberikannya untukku. Walaupun itu harus di iringi dengan kemarahan dan omelan Ndoro Putri istrinya.
"le Pardi, sing sabar yo ngger."
("le Pardi, yang sabar ya nak.")
"omongane Ibukmu kae ojo di lebokne neng ngati yho le."
("omongan Ibukmu itu jangan di masukin hati ya nak.") Kata Ndoro Kakung berusaha menghibur sambil menepuk pundakku.
Ndoro Kakung adalah sosok orang yang baik hati, arif dan bijaksana. sosok seorang lelaki, bapak, dan pemimpin yang sempurna di mataku. Seandainya saja beliau adalah ayahku, betapa beruntungnya aku.
"halah... mboten nopo nopo kok Ndoro."
("halah... gak apa apa kok Ndoro.") Jawabku mencoba menyembunyikan kegetiran hatiku.
Aku tak tau siapa sebenarnya jati diriku. Aku juga tak tau siapa sebenarnya ibu bapakku. Yang aku tau dari kecil aku sudah di asuh oleh keluarga Raden Mas Haryo Seto ini.
Dulu aku mengira mereka adalah kedua orang tuaku. dulu aku juga mengira kalau Raden Ayu Gayatri adalah saudaraku. Dulu aku juga mengira kalau aku juga seorang Raden, Raden Mas Supardi lebih tepatnya. Tapi kenyataanya ternyata aku bukanlah siapa siapa. Aku hanyalah anak yang entah dari mana asalnya yang di rawat keluarga priyayi ini sampai aku dewasa seperti sekarang ini.
Yah beginilah nasib yang harus aku hadapi. nasib dari seorang anak yatim piatu bernama Supardi bin pulan yang biasa di panggil Pardi atau kampret oleh Ndoro Ayu Gayatri alias Non Ega.
Selesai mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajibanku tiap pagi, aku buru buru mandi karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Selesai mandi dan berseragam, secepat kilat aku sarapan dan setelah itu segera berangkat ke sekolah.
Seperti biasa sebelum berangkat aku berpamitan cium tangan dulu kepada Ndoro Kakung dan Ndoro Putri. Seperti biasa, setiap pagi Ndoro Kakung selalu sibuk dengan burung perkutut kesayangannya sambil mendengarkan kleningan gending jawa dari tape mini kompo kesayangannya.
"Ndoro, kulo nyuwun pamit badhe bidal sekolah rumiyen."
("Ndoro, saya pamit berangkat sekolah dulu.") Pamitku kepada Ndoro Kakung.
"yo ngger, ngati ati yho."
("iya nak, hati hati ya.")
"sekolah sing pinter."
("sekolah yang pinter.") Jawab Ndoro Kakung sambil menyodorkan tangannya.
Segara aku menyambut sodoran tangan beliau, menjabat dan mencium tangannya. Setelah menyelesaikan rutinitas pamitan, aku segera menggenjot sepeda jengki inventarisku.
==========LBNC==========
SMA Negeri 1 Trenggalek
Karena tugas yang harus aku selesaikan di rumah setiap pagi, hampir setiap hari aku selalu terlambat datang kesekolah. Untung saja pihak sekolah bisa memahami dan memaklumi itu karena nama besar Raden Mas Haryo Seto. Karena pengaruh Ndoro Kakung jugalah aku bisa bersekolah di sini, di SMU terbaik di kabupaten Trenggalek ini. Disini jugalah Ndoro Ayu Gayatri bersekolah. Non Ega setingkat denganku hanya berbeda kelas.
Hari ini sudah lewat jam tujuh aku baru sampai di sekolah. Setelah memarkir sepeda jengki alat trasportasiku setiap hari, buru buru aku berlari masuk ke kelasku.
"tok tok tok...."
"nyuwun sewu pak.... permisi...."
"eh Pardi.... masuk di...."
"kamu telat lagi ya....?" Kata pak Bambang guru wali kelasku penuh wibawa.
"enggih pak... nyuwun sewu..." Jawabku sopan.
"yo wis.... ayo masuk...." Perintah pak Bambang.
Di sekolah ini aku bisa menemukan sedikit kenyamanan hidup walau tak bisa sepenuhnya. Paling tidak disini tidak ada Ndoro Putri yang selalu memandangku dengan dendam dan telingaku bisa sedikit beristirahat dari teriakan dan cacian beliau.
"Pardi.... ke kantin yuk....?" Ajak Rudi teman sekelasku saat jam istirahat sekolah.
"enggak ah Rud.... terimakasih...." Jawabku menolak.
Aku memang lebih suka berada di kelas dan membaca buku buku pelajaranku dari pada bermain atau sekedar jajan di kantin begitu jam istirahat sekolah. Selain karena aku ingin belajar biar pintar, karena aku juga tidak punya uang untuk jajan jajan di kantin.
Sebenarnya aku bukannya tidak punya uang sama sekali karena sejahat apapun Ndoro Putri, beliau tetap memberikan aku uang saku. Tapi aku tak ingin menghabiskan uang yang tak seberapa itu hanya untuk sekedar jajan jajan di kantin. Lebih baik uang itu aku tabung buat bekalku setelah lulus sekolah nanti.
"haiyaah.... ayo lah...."
"tenang aja tak bayarin...." Ajak Rudi lagi.
"beneran enggak Rud... terima kasih...." Jawabku lagi.
"yo wis lah.... aku ke kantin dulu ya di..." Kata Rudi sambil berjalan keluar dari kelas.
Sekeluarnya Rudi dari ruangan kelas, aku kembali membolak balik buku pelajaranku. Satu tekatku bahwa aku harus belajar dengan giat karena aku sudah di tingkat akhir sekolahku dan ujian nasional tinggal satu tahun lagi. Aku ingin lulus dengan nilai terbaik, aku ingin membanggakan Ndoro Kakung yang selama ini sudah teramat baik kepadaku. Aku juga ingin membuktikan kepada Ndoro Putri dan Non Ega bahwa aku bukanlah sampah, bahwa aku juga bisa berguna bisa membuat bangga keluarga. Mungkin hanya dengan itu aku bisa membalas segala budi baik beliau semua.
"Pardi.... rajin banget Di...."
"udah ganteng, pinter, rajin lagi...." Canda Sri dan trio gerombolannya yang baru masuk kelas setelah beristirahat.
"haiyaah.... apa sih Sri....?"
"gak usah aneh aneh lah...." Jawabku sambil masih membolak balik buku.
"yeee... Supardi ini di bilang ganteng kok gak percaya..."
"kalau kamu mau aku mau kok jadi pacarmu Di..." Sambung Siti sobat segerombolan Sri.
"kamu jangan nyolong start duluan apa Ti..."
"emang kamu doang yang mau jadi pacarnya Pardi...?"
"kita kita juga mau tau... ya gak Sri...?" Sambung Eka salah satu anggota dari gerombolan trio macan itu.
"hehehehehe..... aku jadi malu....."
"kalau Pardi mau sih Sri gak bisa nolak..."
“pokoknya Pardi holic deh...” Jawab Sri dengan pipi merona merah menahan malu.
"haiyaah.... iki opo toh....."
"wong elek kok buat rebutan...."
"lagi pula...maaf ya nona nona yang cuantik..."
"Supardi bin pulan gak sempat buat yang namanya pacar berpacaran..."
"Supardi ingin belajar dengan tekun biar bisa menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama..." Jawabku serius atas candaan mereka.
Sementara ini aku tak pernah ada niat dan punya waktu untuk yang namanya asmara. Aku ingin belajar dengan tekun dan menjadi orang sukses sebagaimana wejangan Ndoro Kakung.
Tapi aku juga tak bisa sepenuhnya menutup mata dan hatiku dengan yang namanya asmara. Aku tau ada beberapa gadis yang menaruh hati kepadaku. Selain Sri dan Siti yang selalu terang terangan menggodaku, sebenarnya ada satu gadis lagi yang aku tau pasti bahwa dia sangat menaruh hati kepadaku.
Dari tatapan matanya, dari senyumnya, dari sikapnya, dari segala gerak gayanya aku tau kalau dia menaruh hati kepadaku.
gadis itu bernama Triana Subur Lestari atau yang biasa di panggil Ana. Ana adalah satu satunya gadis di sekolah ini yang sebanding dengan Non Ega dari segala segi.
Hanya ada satu yang menjadi pembeda antara Ana dan Non Ega.
Ana yang tak kalah kaya cantik dan tenar dengan Non Ega itu lebih bersifat ramah sopan santun baik hati dan tidak sombong. berbanding terbalik dengan Non Ega yang angkuh sombong dan congkak. Karena itulah mereka selalu menjadi musuh bebuyutan, karena hanya Ana jugalah satu satunya yang berani melawan Non Ega di sini.
"jiaaaah... ada yang hancur tu hatinya..."
"hahahaha.... kasiaan deh trio macan..."
"ni Di...." Tawa Rudi terbahak bahak mendengar itu sambil memberikan seplastik minuman dingin kepadaku.
"oh... terimakasih Rud..." Jawabku sambil menerima sedekah Rudi tersebut.
"apaan sih Rud...?"
"nyamber aja kayak jambret sih..."
"sirik kamu ya mentang mentang gak laku....?" Jawab Siti manyun.
"yeeee.... ada yang sewot nie yee...."
"lagi pula emang kalian berani sama Ndoro Ayu Gayatri yang terhormat itu hah...?"
"tar di semprot pada tau rasa kalian..." Jawab Rudi ngeledek.
Tiba tiba saja....
"jgluaagh...!!!" Suara meja di gebrak.
Kami berlima terkejut mendengar suara gebrakan meja itu.
"heh...!!! pada ngomongin aku kalian ya...?!" Bentak Non Ega yang tiba tiba saja sudah berada di sini.
Inilah yang aku maksud tak bisa menikmati sedikit kenyamanan hidup sepenuhnya. Karena di sini juga sikap Non Ega kepadaku tak ada bedanya dengan di rumah. Non Ega tetap saja berlaku kasar dan semauanya sendiri kepadaku.
"apa apaan sih kamu Ga...?"
"biasa aja kali..." Kata Siti sewot.
"iya ni... mentang mentang Raden Ayu belagunya minta ampun..." Sambung Eka tak kalah sewotnya.
"udah udah udah... kalian apa apaan sih...?" Kataku berusaha melerai Siti dan Eka yang sewot karena ulah Non Ega itu.
"apa kalian....?!"
"gak suka, mau ngajakin ribut hah...!" Balas Non Ega menantang.
"udah udah... yang waras ngalah aja..."
"kita keluar aja yuk, sebelum di gigit genderuwo..." Kata Siti mengajak teman temannya menghindar dari konfrontasi dengan Non Ega.
"heh... apa kamu bilang...?!"
"sudah mulai berani kalian rupanya hah..?!"
"udah bosen hidup kamu ya...?!" Hardik Non Ega yang semakin tersulut emosi mendengar perkataan Siti itu.
Tanpa berani menjawab lagi, kemudian Sri dan gerombolannya keluar dari ruang kelas dengan masih di iringi tatapan mata tajam menantang dari Non Ega. Tak satupun di antara mereka ada yang berani membalas tatapan itu, karena itu bisa berakibat fatal buat mereka.
"heh... ngapain kamu lihat lihat...?"
"jarang lihat cewek cakep kamu ya...?"
"sana pergi kamu... nyepet nyepetin mata aja kamu..."
"sana sana sana minggat...!" Kata Non Ega yang sekarang malah balik mengusir Rudi.
Tak ingin membuat aku semakin sulit, Rudi langsung bergegas keluar dari ruang kelas meninggalkan aku dan Non Ega berdua. sudah bukan rahasia umum lagi kalau aku sering di perlakukan Non Ega kurang manusiawi seperti ini.
"ada apa ya Non...?"
"kok tuben kesini...?" Tanyaku.
"udah deh... jangan sok polos kamu jadi anak..."
"ya jelas aku ada perlu ama kamulah..."
"ni kerjain PR aku... nanti sore harus udah kelar...!" Kata Non Ega sambil memberikan buku PR nya.
"iya Non... baik..." Jawabku tak bersemangat.
"heh... gak usah pakek lemes gitu juga kali..."
"kerjain tu cepet.. jangan kebanyakan ngeluh..." Perintah Non Ega.
"oh iya... satu lagi...."
"jangan pernah lagi deket deket ama gerombolan cewek kampungan itu apa lagi dengan yang namanya Triana semprul Lestari itu...!"
"awas kalau kamu berani macam macam...!!!" Ancam Non Ega sebelum keluar dari kelasku.
"iyaaaa...." Jawabku terpaksa banget.
Yah begitulah nasibku tidak di rumah tidak di sekolah. Selalu saja di intimidasi sama yang namanya Raden Ayu Gayatri. Bahkan Non Ega juga mengatur dengan siapa aku boleh dan tidaknya bergaul di sekolah. Sungguh sungguh penderitaan seorang kacung yang tiada akhir.
Belum sempat Non Ega keluar dari kelasku, Triana yang baru di omongin Non Ega itu tiba tiba juga muncul di kelasku.
"halooo... barusan kayaknya ada yang manggil aku ya...?" Suara lembut Triana si gadis cantik berlesung pipit yang tiba tiba sudah berdiri di pintu kelasku.
Mendengar dan melihat musuh besarnya berada di situ, tatapan mata Non Ega tiba tiba berubah memerah mengisyaratkan permusuhan. Sepertinya Non Ega sudah bersiap melancarkan konfrontasi dengan Triana.
Segera kau mendekati Triana dan memintanya segera keluar dari sini sebelum terjadi konfrontasi antara dua gadis cantik ini dan sebelum aku semakin di persulit Non Ega karena keberadaanya. Dan seperti biasanya Ana selalu memahami kesulitanku sehingga di segera keluar dari sini menghindari konfrontasi dengan Non Ega.
Sepulang sekolah aku langsung pulang ke rumah dan langsung menyerahkan buku PR Non Ega yang sudah selesai aku kerjakan tadi di sekolah.
Tanpa sempat beristirahat walau barang sejenak, setelah makan aku langsung kembali melakukan pekerjaan rutinku sehari hari. Di awali dengan menimba dan mengisi bak mandi sampai penuh, bersih bersih rumah dari nyapu sampai ngepel, mencuci piring dan pakaian yang segunung banyaknya.
Setelah selesai melakukan semua pekerjaan di rumah, tanpa ada waktu beristirahat aku kemudian pergi mencari pakan untuk sapi dan kambing Ndoro Kakung yang lumayan jumlahnya. Selesai mencari pakan yang baru selesai sekitar jam lima sore, aku langsung kembali melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Sehabis mencari pakan aku menyapu halaman depan dan belakang rumah joglo yang lumayan besar ini. Rutinitas harianku ini di akhiri dengan menimba air buat mandi keluarga Ndoroku besok pagi. Rangkaian pekerjaan itu baru bisa aku selesaikan sekitar jam enam sore, setelah itu aku baru bisa beristirahat.
==========LBNC==========
R.A. GAYATRI NOYOLESONO
Raden Ayu Gayatri Noyolesono binti Raden Mas Haryo Seto Noyolesono, itulah nama lengkap anak gadis Ndoroku yang biasa aku panggil Non Ega.
Non Ega adalah gadis yang sungguh sempurna dari segi manapun kita ingin melihatnya. Parasnya yang ayu khas putri priyayi bersenyum manis dengan tatapan mata sayu. Wajahnya, bibirnya, hidungnya, alisnya, tubuhnya, kulitnya semua indah sempurna.
Keayuan Non Ega membuat siapa saja yang memandang akan langsung jatuh hati kepadanya. Siapa saja, tak terkecuali aku sang kacung.
Walaupun aku hanya seorang abdi di keluarga ini, tapi diam diam aku menaruh hati kepada Ndoro Ayuku ini. Perasaan cinta kasih dan sayang yang mungkin hanya akan bisa aku simpan rapat rapat selamanya di dalam hati.
Mungkin karena rasa itulah aku bisa menerima segala perlakuan tak manusiawi Non Ega kepadaku selama ini. Aku bahagia kalau Non Ega memanggilku walau dengan bentakan. Aku bahagia kalau Non Ega menyuruhku walau dengan makian. Aku bahagia walau harus teraniaya asal Non Ega bahagia.
"Pardi..." Pangil Ndoro Kakung.
"enggih Ndoro... wonten nopo...?"
("iya Ndoro... ada apa...?") Jawabku sopan sambil menghadap beliau.
"bapak karo ibuk arep tinda'an neng Madiun..."
("bapak ibuk mau pergi ke Madiun...")
"kowe jogo omah karo Ndoro Ayumu kae yo..."
("kamu jaga rumah sama Ndoro Ayumu itu ya...")
"enggih Ndoro...."
"yo wis ngati ati...."
("ya udah hati hati...")
"bapak ibuk budal yho...."
("bapak ibuk berangkat ya...")
"ndok... Ega... bapak ibu budal ndok..."
("ndok... Ega... bapak ibuk berangkat ndok...")
"enggih pak..."
"pokoke ojo lali oleh olehe...."
("pokoknya jangan lupa oleh olehnya...") Teriak Non Ega dari dalam kamarnya.
Karena Ndoro Kakung dan Ndoro Putri sedang ada urusan ke Madiun yang katanya selama tiga hari. Jadi selama tiga hari ini hanya ada aku dan Non Ega berdua di rumah ini.
Selesai mengerjakan pekerjaan sapu menyapu halaman depan dan belakang, aku berniat untuk menimba air. Tapi hari ini rutinitasku entah kenapa sengaja atau tidak jadi terbalik. aku yang biasanya menimba air dulu baru mandi, kini malah sebaliknya. aku berniat mandi dulu baru setelah itu menimba air.
tanpa melihat kanan kiri atau ada tidaknya orang di dalam kamar mandi, aku langsung saja menyelonong masuk karena pintu tak terkunci.
"kyaaaaaih...."
"uediaan kowe yo....?!" teriak non ega sambil menutupi aurat sekenanya.
ternyata di dalam kamar mandi itu ada non ega. walaupun sekilas aku bisa melihat betapa mulus dan montoknya tubuh polos non ega. non ega yang cantik semakin kelihatan cantik dengan tubuh telanjang dan rambutnya yang basah.
"nyuwun sewu ndoro ayu...."
"saya gak sengaja..." kataku meminta maaf sambil bergegas keluar dari kamar mandi.
sumpah aku ketakutan setengah mati karena itu. Aku takut bukan karena kemarahan non ega, tapi aku takut kalau kalau non ega sampai melaporkan kejadian ini kepada orang tuanya.
biarpun tapi aku juga bahagia tak terkira, karena rupanya tuhan masih berbaik hati kepadaku. tuhan masih menganugerahi dan memberiku kesempatan untuk menikmati keindahan raga non ega walau hanya sekejap mata.
"pardi.... sini kamu...!" panggil non ega membentak.
mendengar panggilan non ega itu aku benar benar ketakutan. takut kalau ini akan menjadi bencanaku. apa jadinya kalau non ega sampai melaporkan kecelakaan ini ke orang tuanya.
"heh... sini kamu kampret...!"
"kalau nggak aku laporin kamu nanti ke ayah sama ibuk..."
"mau kamu aku laporin hah...?!" teriak non ega lagi.
"ja... ja... jangan non...."
"sumpah pardi gak sengaja non ega..."
"pardi jangan di laporin ndoro kakung ama ndoro putri ya non..." kataku memohon.
akhirnya walau ragu aku memberanikan diri untuk mendekat memenuhi panggilan non ega.
begitu mendekat menghadap non ega, kembali aku terkejut setengah mati dengan apa yang aku lihat. ternyata non ega hanya menutupi tubuhnya dengan lilitan handuk yang tak sempurna menutup tubuhnya. sedetik aku bisa menikmati lagi keindahannya.
tanpa berani bersikap lebih tidak sopan, aku segera menundukkan wajahku di hadapan non ega walau sebenarnya aku ingin menikmati keindahan itu lebih lama lagi.
"pardi mohon non ega...."
"pardi jangan di laporin ya non...?" kataku sekali lagi memohon.
"ya udah, kamu gak akan aku laporin..."
"tapi kamu harus di hukum karena sudah berani tidak sopan." jawab non ega yang sedikit bisa mengobati ketakutanku.
aku sedikit lega mendengar jawaban non ega itu. walau aku yakin seyakin yakinnya bahwa hukuman dari non ega itu tak akan ringan. walau seberat apapun hukuman yang nantinya akan non ega berikan aku siap, asalkan jangan sampai aku di laporkan.
"iya non... terimakasih...."
"pardi siap di hukum asal jangan di laporin ke ndoro kakung dan ndoro putri..."
"ya udah... kamu pergi sana dulu..."
"ntar aku pikirin dulu apa hukuman yang pantas buat kamu..."
dengan sedikit kelegaan aku segera pergi meninggalkan non ega dengan senyum penuh arti. selalu terbayang indah tubuhnya, ayu wajahnya, basah rambutnya, wangi aroma tubuhnya. kemolekan raga sang putri dengan kesempurnaan sejati seorang priyayi.
selesai non ega mandi, baru aku kembali lagi kebelakang dan melanjutkan pekerjaanku menimba air kemudian mandi setelah itu.
sebenarnya aku heran dengan keluarga raden mas haryo seto ini. bagaimana mungkin rumah seorang priyayi sekaya beliau tapi di rumahnya belum mempunyai sanyo maupun jet pump. sungguh sebuah tanda tanya besar.
hari itu hari minggu yang berarti dua setelah keberangkatan ndoro kakung dan ndoro putri dari urusannya di madiun.
"pardi...." panggil non ega dari dalam.
saat itu aku sedang di halaman belakang sedang memotong rumput teki yang sudah mulai rimbun.
buru buru aku masuk dan menemui non ega.
"iya non.... ada apa...?
"cepet kamu mandi trus dandan yang rapi..." perintah non ega.
"loh... emang mo kemana non..." tanyaku bingung tentang maksud non ega.
"udahlah.... jangan banyak cingcong napa..."
"mau kamu aku laporin ke bapak ibuk soal yang kemarin...?" ancam non ega.
mendengar ancaman non ega itu seketika keringat dinginku bercucuran. buru buru aku menuruti perintah aneh non ega, jangan sampai non ega melaporkan kejadian kemarin kepada kedua orang tuanya yang bisa berakibat berakhirnya riwayat ku si anak yatim teraniaya ini.
selesai mandi dan berpakaian rapi, aku kemudian menemui non ega yang sudah menungguku di ruangan depan.
ternyata non ega juga sudah berdandan rapi. cantik sekali non ega kalau berdandan seperti itu. mengenakan baju biru berbelahan dada rendah dengan tank top putih di dalamnya di padu dengan celana hot pants coklat setengah paha ketat yang semakin mempertegas keayuan dan kelincahan seorang gayatri. dengan baju seperti itu, belahan dada non ega sedikit mengintip dari celah kerah tanktop ya. dan dengan celana model begitu kemulusan dan kemontokan paha non ega semakin jelas tersaji. rambut hitam bergelombangnya yang panjang di biarkan indah tergerai yang semakin memperayu parasnya.
menyadari kedatanganku, non ega memandangiku dengan lekatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. bahkan non ega menyempatkan diri berputar mengelilingiku untuk memastikan sudah pantas atau belumkah penampilanku.
aku yang mengenakan kaos oblong putih dangan celana blue jeans merasa malu dan risih di perhatikan seperti itu.
"emang kita mau kemana non...?" tanyaku sekali lagi.
"ya ya ya ya...lumayan..."
"ayuk jalan..." ajak non ega tanpa memperdulikan pertanyaanku.
langsung kami mengendarai sepeda motor F 1 ZR lansiran tahun 2001 warna hitam orange milik non ega menyusuri jalanan kota trenggalek yang sepi nan asri. tentu saja aku yang berada di depan selaku babu dan tukang ojek non ega.
dengan navigasi non ega, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam melintasi jalan yang berkelok naik turun pegunungan, akhirnya kami sampai di sebuah pantai yang bernama karanggongso di prigi trenggalek.
sebuah pantai lepas yang indah dengan deburan ombak yang dahsyat berpantai pasir putih nan indah. sebuah pantai yang masih asri alami yang tak kalah indahnya dengan pantai kuta di bali. cuma sayang belum melegenda dan mendunia seperti pantai kuta di bali.
hamparan batu batu karang besar banyak tedapat di bibir pantai yang menjadi lokasi favorit para sejoli memadu kasih. hamparan pohon pandan di luar bibir pantainya semakin memperidah panorama pantai karanggongso. mungkin inilah yang di maksud trully paradiso.
sesampainya di pantai aku menghentikan motor di bawah teduhnya pohon kelapa.
"kita mau ngapain ke sini non...?" tanyaku penasaran kenapa non ega mengajakku ke sini.
"mau senam...!!!"
"begok amat sih kamu jadi kutu kupret...!"
"orang ke pantai kok masih nanya mau ngapain...!"
"udah deh jangan banyak bacot...!" jawab non ga dengan nada tinggi.
"iya iya ndoro ayu... sendiko dawuh..."
non ega kemudian turun dari motor dan berjalan di bibir pantai berpasir putih bermain dengan riak debur ombak. aku hanya melihat dan memperhatikan non ega dari tempatku memarkirkan motor.
terlihat bahagia sekali non ega berada di sini. dengan lincah dia belarian berkejaran dengan riak ombak yang membasahi kakinya.
sejenak non ega berhenti berlarian dan memandangku. terlihat dari gerak tubuhnya non ega sedang memanggilku. suara non ega tak terdengar karena kalah dengan suara deburan ombak.
aku yang sedang menikmati kelincahan sang putri tak menghiraukan panggilannya. aku masih duduk diam di tempatku menikmati betapa bahagia dan lincahnya sang putri bermain pasir putih di antara riak deburan ombak yang membasahi kakinya.
"paardiiii....!!!"
"kesini kampreeet...!!!" teriakan non ega yang sayup terdengar di telingaku karena kalah dengan suara deburan ombak.
tersadar akan panggilan sang ndoro ayu, aku buru buru berlari menghampirinya.
"ada apa non ega...?" tanyaku.
"kuping kamu budeg kali ya...?!"
"di pangil pangil sampai serak kok gak denger..."
"temenin apa... jangan cuma nongkrong doang..." jawab non ega.
aku bingung mendengar permintaan non ega itu. di temanin yang seperti apa maksud non ega ini.
"maksud non ega gimana ya...?" tanyaku bingung.
"guoblog banget sih kamu..."
"udah deh jangan tolol tolol banget apa..." kata non ega sambil menarik lenganku.
aku hanya mengikuti apa maunya ndoro ayuku ini. ternyata non ega mengajakku naik ke atas bukit karang di pinggir pantai. karena sulitnya medan untuk naik ke bukit itu, terpaksa aku manahan tubuh non ega dari belakang dan mendorongnya naik mendaki bebatuan terjal itu.
sumpah tanpa aku sengaja, saat mendorong tubuh non ega tanpa sadar aku malah menyentuh bokong montok non ega.
sebenarnya aku takut kalau non ega akan marah kepadaku, tapi ternyata ketakutanku itu tak terbukti. non ega tidak marah ataupun menunjukkan gelagat tidak suka.
setelah bersusah payah, akhirnya kami sampai juga di atas bukit. dari sini kami bisa melihat pemandangan biru samudra lebih luas lagi. non ega kemudian mengajakku duduk di bawah sebuah batu besar yang agak tersembunyi. begitu kami duduk, kami mendengar ada suara suara aneh tak jauh dari tempat kami duduk. sejenak tatapan mata kami beradu heran dan mencari asal suara apa itu.
ternyata di balik batu besar tempat kami duduk ada sepasang sejoli mesum. si cewek yang memakai rok itu sedang duduk di pangkuan cowoknya sambil menggoyang goyangkan pinggulnya maju mundur.
“ooocch.... eeemmmh....” suara desah tertahan cewek itu.
mengetahui itu mata kami berdua melotot seakan tak percaya bahwa ada yang berani berbuat senekat itu di sini. sedetik tatapan kami beradu. terlihat sungging senyum misterius di bibir tipis non ega. sebuah senyum yang sudah pasti berakibat buruk buatku.
BERSAMBUNG
0 notes
mmrmorning · 3 years
Photo
Tumblr media
살맛나는 생생도시 안산. @midmorningarchive_art 안산시 휘장, 안산은 경기도 서남부에 위치한 도시로 상록구와 단원구 총 2개의 구를 보유중이다, 수도권 공업 중심지이기도 하다, 한때 인구증가세를 보이다가 최근들여 인구가 줄어들고있는 도시 중 하나이기도 하다, 공업도시이다보니 외국인 인구도 많은곳이기도 하다, 북두의 권 실사판의 레이와 야인시대의 김후옥, 정도전의 변안열 역할로 유명한 배우 송금식이 여기 출신이며 LBNC 레이블의 수장인 래퍼 차붐, 걸 그룹 I.B.I에서 활동했었던 루리, 고등래퍼에서 활약한 래퍼 김농밀 등의 유명인들도 꽤 많다. . #경기도 #안산시 #안산 #휘장 #엠블럼 #Gyeonggido #Ansan #Emblem #그림 #Drawing #낙서 #Doodle https://www.instagram.com/p/CPjjLMulJAu/?utm_medium=tumblr
0 notes
swissforextrading · 6 years
Text
Ursula Bassler elected as next President of the CERN Council
The CERN Council today announced the election of Dr Ursula Bassler as its 23rd President, for a period of one year renewable twice, with a mandate starting on 1 January 2019. She will take over from Professor Sijbrand de Jong, who concludes his three-year term at the end of December. The President-elect of the CERN Council, Ursula Bassler (Image: Julien Ordan/CERN)  “I know Dr Ursula Bassler as a great physicist, someone who is totally devoted to particle physics and who also has significant administrative experience. She was unanimously elected, and I am sure that she will do very well as the next President of the CERN Council, keeping up the collaborative spirit with great enthusiasm and passion,” said Professor Sijbrand de Jong. Ursula Bassler is currently deputy director at France’s National Institute for Nuclear and Particle Physics (IN2P3 - CNRS). After her PhD at the Pierre and Marie Curie University in Paris, which she completed in 1993, she went on to work at the LPHNE Laboratory of Nuclear and High-energy Physics in Paris, where she studied the structure of the proton as a member of the H1 experiment at HERA, the unique electron-proton collider at DESY in Hamburg, Germany. In 1998 she joined the DØ experiment at the Tevatron collider at Fermilab in the United States, where she worked on the DØ calorimeter designed to measure particle energies with high precision and contributed to improving our understanding of the properties of the top quark particle. Between 2007 and 2013 she headed the particle physics division at the Institute of Research into the fundamental laws of the Universe at French Alternative Energies and Atomic Energy Commission (CEA), in Saclay, France. Within the IN2P3 directorate, she was involved, in particular, in preparing the Institute’s contribution to the detector upgrades for the High-Luminosity LHC and in shaping France’s involvement in the European Open Science Cloud. Ursula Bassler has participated in several national and international committees, such as the CVI, the international committee that evaluated the activities of INFN in Italy, as well as the Scientific Council of DESY in Germany, and HEPAP at the DOE in the United States. She also took part in the evaluation of the starting grants of the European Research Council and was a member of the LHC Committee at CERN and the LBNC Committee at Fermilab. She has been a delegate of the CERN Council since 2016. “CERN as an organisation is essential to make progress in particle physics, as we need continuous, long-term efforts,” said Ursula Bassler. “During the upcoming update of the European Strategy for Particle Physics, it will be important to design the vision for the future infrastructures in our field and to start laying out a path for their realisation with the CERN Member States and the global particle physics community. I’m looking forward to working as Council President, together with the CERN directorate, the European Strategy Group and all delegations, on this challenging endeavour.” https://home.cern/about/updates/2018/09/ursula-bassler-elected-next-president-cern-council (Source of the original content)
0 notes
f-ngrl · 1 year
Photo
Tumblr media
Leebido X HD BL4CK [A prescription for] 2023.06.16 12PM
4 notes · View notes
solplparty · 3 years
Video
youtube
차붐, LOKY BEATZ, EUROKO PIZZA (유로코피자) - Pepperoni Pizza (Prod. by Loky Beatz) Live Clip https://youtu.be/Jvu1EIYEC6k 차붐, LOKY BEATZ, EUROKO PIZZA (유로코피자) - Pepperoni Pizza (Prod. by Loky Beatz) Live Clip 입니다. PIZZA BREAK X Chaboom (FIRST BITE 005) 피자 프랜차이즈 유로코피자가 뮤직 프로젝트 "PIZZA BREAK"의 새 작품, "PIZZA BREAK X Chaboom (FIRST BITE 005)"를 공개한다. "FIRST BITE"는 유로코피자를 베어 무는 가장 맛있는 첫입이라는 의미로, 개성 있는 아티스트가 유로코피자와 함께 콜라보 트랙을 발매하는 싱글 프로젝트이다. 다섯 번째 콜라보 아티스트는 바로 랩퍼 “Chaboom (차붐)”! 안산 출신으로 유명한 베테랑 힙합 뮤지션 차붐은 현재 LBNC 레이블의 수장으로써 신인 뮤지션 발굴 및 육성에 힘을 쏟고 있지만 본인의 창작 활동 또한 게을리하지 않고 있다. 작년에 나온 정규 앨범, 올해 나온 두 장의 앨범 및 여러 피쳐링 활동이 바로 그 증거이다. 발매하는 작품마다 차붐 특유의 ‘안산 바이브’를 풍기며 완성도 있는 작업물을 보여줬던 그는 힙합 씬 내의 어린 뮤지션들의 귀감이 되는 선배 아티스트임과 동시에 시대에 뒤쳐지지 않는 날 선 감각을 가진 독보적인 매력의 아티스트이다. 차붐과 유로코피자의 콜라보 곡 “Pepperoni Pizza”는 차붐이 유년기 시절 너무 먹고 싶어 했던 페퍼로니 피자가 현재의 그에게는 어떤 의미로 다가오는지 들려주는 노래이다. 전작들과 마찬가지로 “PIZZA BREAK” 시리즈의 총괄 프로듀서 로키 비츠(Loky Beatz)가 비트메이킹을 담당하였으며 밴드 프롬올투휴먼의 기타리스트 박재우가 기타 세션을 맡아 곡의 무드를 완성해주었다. [Credit] 01. Chaboom (차붐), EUROKO PIZZA (유로코피자) - Pepperoni Pizza (Prod. by Loky Beatz) Produced by Loky Beatz Lyrics by Chaboom Guitar by 박재우 (from all to human) Mixed by LEE JUNG HOON @ Maltese Sound, Loky Beatz Mastered by LEE JUNG HOON @ Maltese Sound Executive Produced by Loky Beatz Co-Produced by 정명진 & EUROKO PIZZA Photo by 김대훈 Artwork by 노은서 Stone Music Entertainment
0 notes
f-ngrl · 1 year
Photo
Tumblr media
2023.06.12 wonjjang_henta2 쯔고 레쯔고;;🔥🔥
5 notes · View notes