Tumgik
#mantiq
eyeoftheheart · 7 months
Text
Tumblr media
The Conference of the Birds (Manteq at-Tair)
1 note · View note
victusinveritas · 1 year
Text
Tumblr media
Attar's The Concourse of the Birds, Folio 11r from a Mantiq al-tair (Language of the Birds) ca. 1600
Painting by Habiballah of Sava.
658 notes · View notes
metmuseum · 6 months
Photo
Tumblr media
"Allusion to Sura 27:16", Folio from a Mantiq al-Tayr (Language of the Birds). dated 892 AH/1486 CE. Credit line: Fletcher Fund, 1963 https://www.metmuseum.org/art/collection/search/451732
22 notes · View notes
mcrbxe · 1 year
Text
Ber.fal.sa.fah
Tumblr media
KIta sudah tidak asing bukan, dengan definisi klasik kemanusiaan yang dikemukakan oleh Aristoteles; الإنسان حيوان ناطق (Manusia adalah hewan yang rasional)? Kedudukan 'Natiq' atau 'rasional' dalam ilmu mantiq (Ilmu Logika) ialah sebagai fasl qorib, yakni; suatu hal yang bisa disebut sebagai 'pembeda' dari suatu benda dengan benda lainnya. Atau lebih mudahnya; keistimewaan, karakteristik, kekhasan.
Kita ketahui, semua makhluk hidup (selain tumbuhan) memiliki organ bernama otak yang terdapat di dalam rongga tengkoraknya. Akan tetapi; tidak semua dari pemilik otak, berakal. Seperti, binatang; Kucing, anjing, singa, gajah dll.
Lantas, dari pernyataan yang terdapat di paragraf pertama, bisa kita ketahui bahwa keistimewaan manusia daripada makhluk lainnya ialah; memiliki akal, sebuah daya nalar, alat untuk berpikir. Sebuah fitrah yang Allah anugerahkan, sebuah kelaziman yang menjadi pengkhususan.
Nah, aktivitas berpikir pun hanya akan terlaksana tatkala empat unsurnya terpenuhi dengan lengkap, yaitu: 1) Fakta. 2) Indra. 3) Otak. 4) Informasi sebelumnya. Adanya suatu realitas bertemu dengan indra yang sehat, kemudian dicerna oleh otak yang sebelumnya sudah memiliki informasi tentang fakta yang terindra. Jika ada satu elemen saja yang kurang, maka tidak mungkin terjadi proses berpikir (al-‘amaliyat al-’aqliyah) pada hewan rasional ini.
'Berpikir' merupakan komponen 'penting' dalam mencapai keimanan, penanaman akidah, pun mengarungi ombang-ambing medan kehidupan. Namun, tidak menafikan dengan adanya dorongan pada umat untuk 'selalu berpikir' pula lah, mampu menghasilkan 'kemunduran, kemerosotan' suatu negara semakin merajalela. Hm, kok bisa?
Sejak Barat datang meracuni umat dengan; metode berpikirnya, paradigma yang ia bawa, falsafahnya, seolah cerdas dan keren karena senantiasa menggunakan logika dalam menghukumi sesuatu bahkan benda remeh pun tak luput dari benaknya, saat itu pulalah umat mengalami yang namanya kelambanan berpikir. Mereka memfokuskan pada yang tak perlu, sehingga lupa sekaligus tak sadar apa yang seharusnya mereka selesaikan.
Benar adanya; berpikir merupakan keharusan, meneliti ialah komponen penting dalam berteori, sedangkan ketergesaan datangnya dari setan.
Akan tetapi, segala sesuatu memiliki tempat serta batasannya masing-masing, begitu pula dengan aktivitas berpikir. Tidak segala hal yang ada di semesta perlu dipikirkan atau dicari dasar filosofisnya, karena ada;
(1) perkara yang 'sudah jelas' tatkala kita menyebut atau mendengar namanya, tanpa memerlukan teori lebih untuk memahami substansinya.
Contoh; kursi, meja, cangkir. Yasudah, cukup sampai situ saja kita bisa paham, sehingga tidak perlu mengkaji lebih untuk mencari dasar filosofi kursi. Jika kita memusatkan pemikiran kita pada kursi, mencari makna lebih di dalamnya, justru itu akan mengaburkan makna asli pun menambah kesalahan sehingga sukar untuk dipahami.
Inilah yang disebut dengan "falsafah al-'aliyyah" atau "tafkir al-alliyah" [Falsafah dari sesuatu yang empiris, maknanya bisa dipahami dengan menyebut namanya saja.]
(2) Ada pula perkara yang bersifat filosofis, membutuhkan pengkajian yang mendalam, serta tak kontradiktif dengan bentuk empirisnya.
Contoh; tentang kebangkitan, pembebasan, manuver, berhukum, perkara-perkara sains. Hal semacamnya ini tidak bisa diselesaikan dengan asal-asalan, butuh pengkajian mendalam serta ketelatenan berpikir untuk memecahkan persoalannya. Karena jika tidak dilakukan, hal demikian bisa berdampak buruk bagi umat, menghilangkan kesempatan emas, serta menimpakan bahaya besar untuk umat.
Dari hal ini bisa kita paham bahwa dengan terbiasa mengkaji sesuatu yang empiris inilah, membuat umat mengalami kelambanan berpikir, berpikir rumit, serta lalai dalam perkara yang seharusnya segera dipecahkan.
Inilah yang terjadi ketika Barat memulai serangan terhadap Negara Islam serta rakyatnya melalui racun pemikiran, sedang umat saat itu mulai tersibukkan dengan aktivitas berangan-angan, merenung serta berpikir lamban yang dicekoki oleh Barat. Hingga akhirnya umat mengalami kemunduran pun keterlambatan dalam menghadapi sianida berupa perang pemikiran yang diselancarkan Barat dengan tanpa penuhnya kesadaran.
Oleh karena itu, tatkala kita mengalami krisis keadaan, hal semacam ini harus dimusnahkan, tersebab 'kelambanan' akan melahirkan 'kehancuran'.
Seperti halnya lapar yang terbayarkan dengan adanya aktivitas makan, begitu pula menempuh kehidupan; kita perlu menyesuaikan tindak pada kondisi yang terjadi. Jika perkara tersebut memerlukan pengkajian, maka menelaahnya adalah suatu keharusan. Namun jika tidak demikian, maka hanya perlu sekadar aktivitas berpikir biasa tanpa adanya penelitian atau pendalaman.
Selasa, 27 Ramadhan 1444H || Negeri Seribu Menara
25 notes · View notes
Text
Tumblr media
Unknown artist, page from a manuscript of ‘Mantiq al-Tayr’ (Conference of the Birds,منطق‌الطیر) by Attar of Nishapur (عطار نیشاپوری), ca. 1610
Via: https://www.reddit.com/r/museum/comments/1bz7gth/unknown_illustrator_page_from_a_manuscript_of/
3 notes · View notes
ipi25 · 7 months
Text
seni mengakui kebodohan.
di azhar, kamu akan paham jika di langit masih ada langit. ada human human masyaAllah di bidang tertentu.
n aku mengakui, sebelajar apapun aku, aku tau aku baru belajar n paham ya di azhar. sedangkan org lain mungkin sudah hebat sejak di Indonesia.
jadi aku sangat mengakui aku bodoh.
kyk sometimes aku emg bisa, tapi semuanya ga ada yg bener2 kepegang, ilmu aku kayak gado gado aja gtu, saking tiap hari kyk hari ini fiqh, terus mantiq, terus ushul fiqih, trus quran, trus nahwu. semua dalam satu waktu bener bener gado gado wkwkkwkw.
akhirnya, yaa dgn kenyataan aku yg kyk gini, bukan suatu hal yg buruk ketika aku bilang "laa adri, laa a'rif". aku gatau.
klo ngomong laa adri di depan syekh syahawi selalu ngingetin aku cerita imam malik yg laa adri itu, dan syekh ga akan marah klo itu pembahasan yg blm dipelajari, krna beliau cm mau ngetes aja kadang biar ilmu thalib tersebut lebih duaqiq ketika memahami masalah. (keren jg klo dipikir2 metode pengajaran beliau, biar thalib ga merasa cukup dgn pemahaman yg thalib punya, jadi ditanya terus sampe thalibnya ngerasa bodoh)
n hari ini jg, aku cukup pasrah ketika ustadzah ngetes murojaah quran aku yg cukup semrawut jg.
akhirnya ketika aku ga bisa lanjutin ayat, ya udh aku bilang laa arif wkwkkw
eh ternyata secara ga langsung malah diapresiasi kyk "mending kyk gitu (diar) pas gatau ya udh bilang gatau, kyk klo ga murojaah ya bilang ga murojaah " asbab wurud knp ustadzah bilang gtu adalah krna biasanya org klo ga tau diem dulu lamaaa, krna mikir, i think mikirnya mereka adalah bentuk usaha juga yoo, cm tabiat org mesir tuh emg sat set kyk pingin dijawab cepet gtu, akhirnya yoo gtu wkwkwk.
ya gtu sekiam.
4 notes · View notes
astronicht · 10 months
Note
Given that's the only ship that I know of that we have in common ... 17 and Isabella/Suhail?
Oh wonderful, I love them!!
17:
Which— one of the things I loved most in those books was Isabella describing her “Grey Years” bc it was so real and important. And I’d write something here about Suhail’s grey time, bc he had his own! He went home to help his family, he sacrificed his own academic pursuits, etc! When I think about how Isabella showed up and was like (paraphrased) “this is horribly awkward but here I got you something” and she BRINGS HIM the IN-UNIVERSE ROSETTA STONE I genuinely want to cry, imagine someone bringing you your wildest dream. ANYWAY. I’d really need to reread to write this but it would be a fic where technically! Nothing happens. But it’d be something like:
Suhail, a day in the life, where he’s thinking of walking into the library attached to the bathhouse (styled after the madrasa libraries attached to hammams) to read one or two manuscripts there, but there’s no overarching point— it’s not for a project, the books are poetry but not anything groundbreaking, stuff most kids memorize. So he doesn’t! And—
And he goes to eat with his family instead, and the food is very good, and he thinks about the food he missed while he was gone — because this type of loneliness or dream deferred isn’t straightforward, and there are good parts. And he goes to the bathhouse and watches the man stoke the furnaces and thinks about the poem that is the in-Universe translation of the story of the king who falls in love with the bathhouse furnace man, but his desire is so great that he literally burns up (which I think is irl from Mantiq-ut-Tayr, the title of which references David learning the speech of birds in the Qur’an, which would be a neat linguistic tie-in for my guy Suhail, but I’d need to check that). But Suhail doesn’t feel like that. I think he’s bi in this fic tho, upon consideration?
And he walks out and looks at the moon, and he knows the word for it in many languages but he doesn’t know how they connect, why they clump like fruit pulp in water or spread out or are borrowed. and for a split second you glimpse the grief of what he wanted! He was going to trace the words in those poems everyone knows anyway, the ones he didn’t read today.
Then he turns and goes home for the night, somebody’s son, and 35 days later she rides up from the cities to the South, with a gift.
2 notes · View notes
stampzt · 1 year
Photo
Tumblr media
"The Concourse of the Birds", Folio 11r from a Mantiq al-tair (Language of the Birds) MET DT227734 - La Conférence des oiseaux — Wikipédia
2 notes · View notes
taufiq-2022 · 2 years
Text
Pergi Ke Pameran Buku; Harus Tahu Ini !
Segala puji bagi Allah ﷻ tuhan semesta alam yang telah memberikan kita berbagai macam rahmat dan hidayahnya, shalawat berselimutkan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada sang panutan alam Nabi Muhammad ﷺ yang telah mewariskan berbagai jenis ilmu kepada umatnya sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua di dunia maupun akhirat. Pada tulisan kali ini penulis hanya ingin berbagi sedikit pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan dunia perpustakaan dan buku- buku turast (klasik), terlebih sekarang dengan adanya acara Cairo International Book Fair 2023 (CIBF) yang mana merupakan salah satu ajang pameran buku tahunan terbesar kedua didunia yang diselenggarakan di Mesir dan diramaikan oleh perpustakaan-perpustakaan dari berbagai negara dengan menyajikan berbagai jenis buku dari mulai buku turast hingga kontemporer. Berbicara tentang Mesir maka dapat dipastikan tidak akan pernah lepas dari sejarah, budaya dan karya-karya ilmunya yang terbentang luas bak samudera, semua ini tidak lain ialah merupakan hasil dari perjuangan dan ijtihad orang-orang terdahulu yang telah turun temurun hingga saat ini. Lantas alasan apalagi yang membuat kita tidak bersyukur atas semua nikmat ini ? ada pepatah bijak mengatakan “Zaman sekarang itu berbagai ilmu sudah dikumpulkan, buku-buku telah dicetak, maka tidak ada alasan lagi untuk malas belajar kemudian tenggelam dalam kebodohan.” ya memang benar segala sesuatu itu kembali kepada diri masing-masing individu, tetapi setidaknya wasilah atau fasilitas belajar yang tersedia di zaman sekarang memang sudah jauh lebih lengkap jikalau dibandingkan dengan zaman dulu, semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu semangat dalam belajar dan haus akan ilmu pengetahuan.
Sampai sini dapat dipahami bahwa acara pameran buku ini merupakan salah satu kesempatan emas yang harus digunakan sebaik mungkin oleh para penuntut ilmu, disamping persediaan buku di pameran ini lebih lengkap, dijual dengan harga yang terjangkau bahkan tak jarang buku-buku tersebut dibagikan secara gratis dan yang lebih utamanya, pameran ini menjadi kesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang dunia perpustakaan, namun dibalik semua itu ada beberapa hal yang perlu diketahui dan difahami secara benar oleh seorang penuntut ilmu agar lebih mantap serta lebih matang dalam memahami peta perpustakaan turast maupun kontemporer serta bagaimana cara memilih kitab yang muktamad, diantaranya :
• Apa perbedaan antara buku muthala’ah dan buku ta’allum ?
Buku muthalaah yang dimaksud disini ialah buku bacaan yang dikonsumsi sebagai penambah wawasan saja tetapi tidak diharuskan membacanya secara takrar (mengulang-ulang) serta tidak memilik manhaj secara khusus untuk tahapan membacanya, contohnya seperti kitab Qiimatuzzaman, Shafahat-min shabril ‘ulama dsb.
Sedangkan buku ta’allum ialah buku yang bacaan yang berguna untuk membangun malakah atau pondasi keilmuan seseorang dan diharuskan membacanya membacanya secara takrar serta memiliki manhaj khusus untuk tahapan membacanya baik itu ilmu maqashid ataupun ilmu alat, contohnya membangun tahapan dalam belajar fiqh, bagaimana berlogika dalam mantiq, gramatika dalam nahwu, retorika dalam balaghah atau bidang spesialis tertentu yang mana semua ilmu tersebut memilik kitab dan manhaj khusus dalam tahap mempelajarinya.
• Apa saja pembagian jenis titik fokus berbagai model perpustakaan ?
Pertama; perpustakaan yang hanya mempunyai titik fokus meraup keuntungan dan berbisnis atau bisa disebut dengan model perpustakaan tijariy.
Kedua; perpustakaan yang mempunyai titik fokus penyebaran paham yang diamini baik dalam segi fiqh, aqidah dsb yang demikian rupa biasa disebut dengan model perpustakaan madzhabiy.
Ketiga; perpustakaan yang mempunyai titik fokus syiar, dakwah dan penyebaran otentikasi ilmu dsb kemudian yang seperti ini biasa disebut model perpustakaan ilmiy dan tentunya model ini adalah model yang paling recommended untuk dikunjungi karena ia lebih mementingkan ilmu itu sendiri dibandingkan yang lainnya.
• Apa perbedaan antara matan, syarah dan hasyiyah ?
Matan ialah semacam ringkasan suatu bidang ilmu tertentu untuk memudahkan seseorang dalam mengahafal.
Syarah ialah semacam penjelasan atau komentar terhadap matan tertentu, biasanya dijelaskan secara menyeluruh perkata yang terdapat pada matan.
Hasyiyah ialah komentar terhadap matan atau syarah, terkadang penulis hanya mengomentari atau menjelaskan beberapa kata atau kalimat yang menurut penulis kurang tepat maupun kurang jelas.
Selain itu ada juga yang namanya taqrirat ; yaitu semacam konklusi atau penjelasan singkat sebagai point penting dari ketiga unsur diatas.
• Apa itu tahkik ?
Secara KBBI, yang dimaksud tahkik ialah penetapan kebenaran dengan bukti. Sedangkan secara kaidah filologi ialah proses penelitian pada sebuah naskah manuskrip (makhthuthah), guna menerbitkannya kedalam percetakan secara amanah dan teliti serta keakuratan diksi serta redaksi berdasarkan data yang dimiliki oleh penulis.
• Bagaimana cara memilih kitab yang recommended ?
Tips untuk memilih kitab turast ialah dengan memperhatikan beberapa hal dibawah ini :
1.Siapa penulisnya
2.Siapa pentahkiknya
3.Apa penerbitnya
4.Fotokopi manuskrip
5.Taqridz (testimony) ulama, jika ada
Sedangkan tips untuk memilih kitab kontemporer ialah hampir sama dengan yang sebelumnya, hanya saja lebih memperhatikan penulis dan biografinya, terpercaya, terkenal dsb dan biasanya agar meminta rekomendasi dari guru ataupun senior.
• Apa buku prioritas bagi pemula ?
1.Buku-buku keazharan; a).Al-Azhar Jami’an wa Jami’atan, b).Al-azhar fi Alfi ‘Amm, c).Al-Azhar Nasy’atuhu wa Dauruhu, 4).Al-Madrasah Al-Azhariyyah
2.Buku-buku kisah ulama; a).Shafahat min Shabri Al-Ulama, b).Qimatu Az-Zaman, c).Masyahid Al-jalal
3.Buku-buku etika murid; a).Ta’lim Al-muta’allim, b).Tadzkirat As-Sami’
4.Buku-buku penunjang sesuai takhasus-nya
5.Buku-buku mubtadi’ dalam ilmu alat dan maqashid.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui seseorang penuntut ilmu agar lebih mantap dalam memahami peta perpustakaan turast maupun kontemporer serta memahami bagaimana cara memilih kitab yang muktamad, sebagai penutup dari tulisan ini penulis akan menyampaikan dua kisah menarik dari para ulama; yang pertama kisah ulama yang bernama Abu Bakr Ahmad bin Aliy yang terkenal dengan panggilan “Khatib Bagdadiy” beliau merupakan seorang ulama ahli hadist dan sejarawan yang berasal dari kota Baghdad,Iraq, lahir pada tahun 392 H kemudian wafat pada tahun 463 H, disebutkan oleh Imam Dzahabiy didalam kitabnya yang berjudul “Tadzkiratul Al-Huffadz” bahwa ia berkata“ Ketika beliau (Khatib Baghdadiy) berjalan atau bepergian maka ditanganya ada buku yang sedang dibaca olehnya.”. Selanjutnya ada juga satu kisah dari seorang ulama yang bernama Habib Abdullah bin Umar bin Yahya Ba’lawiy beliau merupakan seorang ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman, wafat pada tahun 1265 H, disebutkan oleh Al-Allamah Muhammad Ahmad Umar Asy-Syathiriy didalam salah satu risalahnya bahwa ia berkata “ Saya teringat kisah beliau pada saat malam pertama dihari pernikahannya, Pada saat tengah malam beliaupun memasuki kamar pengantinnya, lantas sang istripun berdandan dan berhias agar terlihat cantik nan mempesona, setelah masuk ke dalam kamarnya kemudian beliau menemukan buku yang berjudul “Al-Irsyad” milik Syekh bin Al-Muqriy Al-Yamaniy, kemudian ketika sang istri telah siap dan selesai berdandan, akan tetapi uniknya beliau tetap tidak menghiraukannya tetapi malah asyik larut membaca buku tersebut beberapa jam sampai adzan shubuh tiba,hingga sang istripun tertidur lelap, dan beliau sama sekali tidak menghiraukan istrinya ketika malam tersebut karena menurutnya sibuk dengan ilmu itu lebih penting dari pada sibuk dengan seorang pengantin.” Dari kedua cerita diatas kita mengetahui bahwa rasa cinta dan perjuangan para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu begitu besar dan sangat layak untuk kita jadikan motivasi agar kita dapat lebih giat serta semangat dalam belajar. Aamin yarabbal ‘alamin
6.Buku-buku peningkat bahasa; a).Maqamat Al-Hariri, b).Karya-karya Syeikh Thaha Hussein dan Muhammad Al-Ghazali
Sumber: Seminar Rihlah Ma’ridh PMIK With Al-ustadz Rizky Andrian, Qiimatu Az-Zaman Karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah
Tumblr media
3 notes · View notes
magnoliawise · 2 years
Text
Uluwul Himmah
Dewasa ini rasanya bermimpi adalah suatu hal yang mahal, semakin bertambah umur juga bukannya meningkat keberanian kita malah menciut, takut gagal, takut kalah saing, takut ga sanggup meneruskan dengan alasan 'kurang passion' dan yah banyak alasan² lain.
Pda sebuah percakapan sederhana dengan seorang karib kami membicarakan tentang Uluwul Himmah, mungkin terkesan klise namun ini menjadi bagian yang menarik karena berkaitan langsung dengan fakta bahwa anak muda hari ini, tidak banyak yang berani bermimpi, bermimpi pun kebanyakan perkara dunia dan terbatas untuk dirinya saja, berapa hitungannya dengan orang-orang yg mau bermimpi besar, spesifik, dan bertujuan mencerdaskan ummat, entahlah saya juga belum riset.
Kata seorang karib lain, mimpi sangat berkaitan erat dengan tujuan, "mungkin kamu ga berani bermimpi karena kamu belum tau tujuan mu apa" , sejenak saya berfikir dan muncul pertanyaan "affah iyahh?" Rasanya aku tahu kok apa yg ingin ku raih, apa yang jadi tujuan utama, pasti ujung-ujungnya ke akhirat kok, ga sekedar dunia. Tapi mengapa ini tidak membuat perubahan? sekedar memantik saja, saya rasa tidak.
Jadi apa yang salah? Keseriusan, banyak juga orang mau dan berani bermimpi, namun hanya pada saat tidur saja, Eh?! Maksud saya tidak dengan kesadaran. Disini ahmiyah Uluwul Himmah berperan.
Orang yg memaknai mimpinya dengan orang yang hanya 'sekedar' bermimpi jelas beda, kau pikir ulama-ulama hari ini yg memiliki puluhan karya di era akselerasi waktu hari ini adalah hal mudah dengan mimpi receh seperti kebanyakan orang? Seperti Syaikh Said Faudah misalnya (foto di slide kedua) beliau telah menulis banyak kitab dalam ilmu kalam dan menjadi rujukan untuk madzhab asy'ariy di era ini.
Syaikh Mahmud Said Mamduh dalam keluasan ilmu beliau dalam ilmu hadist,
Syaikh Ahmad Ma'bad yang dengan keluarbiasaan ilmunya mampu menguasai ilmu ilal hadist, jelas ilal hadist tdk bisa dilihat kecuali oleh ahlinya
Syaikh Fauzi Konate, yang tidak bisa diragukan lagi keilmuan beliau dalam bidang lughoh, Sibawaih zaman ini, dan tetap unggul dalam bidang keilmuan lain, mantiq, ilmu kalam, fiqh misalnya
Dan masih banyak lagi, karena keterbatasan ilmu saya dan keterbatasan caption instagram, mari kita cukupkan.
Ini menjadi bukti bahwa menjadi ulama hari ini bukanlah hal mustahil, bahkan menjadi spesialis dalam bidangnya pun sangat mugkin..
Tapi apa yg akhirnya membuat kita tdk mau barang memikirkan atau sekedar membayangkan menjadi ulama-ulama yg sudah di mention diatas?
Recehnya Himmah dan ke-skeptisan kita. Jadi, pilihan ada tangan anda. Sejarah sudah berbicara tinggal dirimu mau melangkah kemana.
3 notes · View notes
frozenwolftemplar · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Details from “The Concourse of the Birds", Folio 11r from a Mantiq al-Tayr (Language of the Birds). Art by Habiballah of Sava.
https://www.metmuseum.org/art/collection/search/451725
5 notes · View notes
danishalfaaz · 4 months
Text
Koi mantiq koi daleel nahi
Tu zaroori,to bas zaroori hai
Jese qismat PE ikhtiyar nahi
Ye mohabbat bi La sha'oori hai
kon seekha hai sirf baaton se
Sabko ik hadsa zaroori hai
0 notes
metmuseum · 5 months
Photo
Tumblr media
"Shaikh San'an beneath the Window of the Christian Maiden", Folio18r from a Mantiq al-Tayr (Language of the Birds). ca. 1600. Credit line: Fletcher Fund, 1963 https://www.metmuseum.org/art/collection/search/451726
13 notes · View notes
elmu-alat-na-nyaho · 1 year
Text
Mengenal Ilmu Tata Bahasa Arab
Dina bahasa Arab, aya tata bahasa, saperti
- nahwu,
- sharaf,
- balaghah,
- mantiq.
1. Ilmu nahwu
Setiap bahasa nu diucapkeun mengandung 2 unsur, nyaeta
- sora
- makna (arti).
sora nyaeta arus suara nu dihasilken ku alat ucap manusa,
sedengkeun makna atawa harti eta kandungan isi pikiran jeung perasaan nu aya dina sora .
- Dina tata bahasa Arab, ilmu nahwu berperan penting dina ngabentuk sebuah kalimat jadi jelas.
- Ilmu nahwu
nyaeta ilmu nu ngagarap dasar-dasar jeung proses-proses pembentukan susunan kata jadi kalimat.
- dijerona kabagi jadi
1. mabni
2. mu'rah (bentuk kata statis jeung dinamis),
3. nakirah
4. ma'rifah (bentuk kata umum jeung tertentu),
5. kalam (susunan kata).
2. Ilmu sharaf
- Ilmu sharaf nyaeta ilmu nu mempelajari bentuk kata.
- dijerona aya
1. kata perintah (kerja),
2. larangan,
3. bentuk lampau,
4. ayeuna,
5. nu bakal datang.
Contona nyaeta
1. fiil amr,
2. fiil nahyi,
3. fil madhi,
4. fiil mudhari,
5. isim masdar,
6. fail,
7. maf'ul.
- Ilmu sharaf eta meliputi
1. kalimat (kata),
2. bina' kalimat (struktur kata),
3. wazan kalimat (timbangan kata),
4. perubahan bentuk kalimat (kata).
3. Ilmu balaghah
- Ilmu balaghah nyaeta ilmu anu mempelajari kefasihan dina nyarita.
- Ilmu balaghah bakal nyieun susunan kalimat jadi indah. Sebab, balaghah berkaitan erat jeung sastra.
- Ilmu balaghah eta meliputi
1. ilmu ma'ani (ilmu jang ngajaga kasalahan ngomong),
2. ilmu bayan (ilmu nu ngajaga omongan tina nu teu dina tujuan),
3. ilmu badi' (ilmu nu ngahias susunan kalimat).
kitu diterangkeun Syekh Abdurrahman al-Akhdhari dina kitabna Jawhar al-Maknun.
Kitab Tata Bahasa Arab
1. Al-Ajurumiyyah (Muhammad bin Dawud as-Shonhaji)
2. Al-Imrithiy (Syarafuddin Imrithii)
3. Alfiyah (Ibn Malik) jeung Syarah Alfiyah (Ibnu Aqil)
4. Qawa'id al-Lughah al-Arabiyyah (Fu'ad Ni'mah)
5. Jami' al-Durus al-Arabiyyah (Syaikh Al-Ghulayainiy)
6. Al-Arabiyyah li al-Nasyi'in (Mamlakah Su'udiyyah Arabiyyah)
7. Silsilah al-Ta'lim al-Lughah al-Arabiyyah (Jami'ah Ibn Su'ud)
8. Mudzakkirah fi al-Nahwi wa al-Sharfi (Jami'ah Islamiyah Madinah)
9. Jawahir al-Balaghah
10. Jawhar Maknun (Imam Akhdhoriy)
11. Al-Balaghah wa al-Naqd (Mamlakah Su'udiyyah Arabiyyah)
12. Nushush al-Adabiyyah (Mamlakah Su'udiyyah Arabiyyah)
13. Jam'u al-Mu'allaqat min al-Asy'ar al-Jahiliyyah
=============
0 notes
anonimlaaa · 1 year
Text
Firasat,
Aku gatau apakah quote "Firasat perempuan itu selalu benar" itu adalah sebuah kebenaran.
Tp aku merasakannya, kadang kek ga percaya dan sedikit ga masuk akal, Masak bener sih apa yg aku prasangkain, gitu.
Contohnya td diminta buat ngisi kajian, udh dr lama aku punya firasat buat ngisi di mudzakaroh pertemuan kedua.
Dan wal hasil Benar.
Daann ini ga sekali aja, dlu pun iya pas ngisi kajian mantiq aku bilang ke temen² "keknya aku ga ngisi pertemuan ini tp pertemuan besok", dan benar.
Kayak masih bingung gt,
Dan memang semenjak Mts aku sering banget mimpi hasil ujian yg aku ujianin, dan pasti ga keluar drpd yg aku mimpiin.
Ngrasa kek "weeh ada apa sm aku?"
Kadang takut, takut kalo mimpi burukpun juga terealisasikan, naudzubillah.
Yg tau atas jawaban ini tolong bantu yak, maaciiw :)
0 notes
selfremind · 1 year
Text
Dah kahwin apa yg perlu kita didik anak
1. Tauhid (Aqidah)
2. Feqah (Ibadah)
3. Tasawuf (Akhlak, Adab)
4. Mantiq (Falsafah)
5. Sirah (Kenal Rasulullah, Sejarah)
6. Kewangan (Business)
1 note · View note