Tumgik
#merugikan
tvpapua-blog · 6 months
Text
Kapolresta Imbau Masyarakat Tidak Lakukan Aksi yang Merugikan
tvpapua.com, Jayapura, 29/12 Jayapura – Masyarakat di Kota Jayapura mari bersama menjaga situasi Kamtibmas tetap aman dan tenang dan damai. Hal tersebut merupakan imbauan Kapolresta Jayapura Kota Kombes Pol. Dr. Victor D. Mackbon, S.H., S.IK., M.H., M.Si di Jayapura melalui awak media, Jumat (29/12) pagi. Dalam wawancaranya Kapolresta KBP Victor Mackbon meminta agar seluruh elemen masyarakat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
gaulislam · 1 year
Text
Pacaran Merugikan
gaulislam edisi 814/tahun ke-16 (9 Dzulqa’idah 1444 H/ 29 Mei 2023) Masih banyak aja sih remaja yang ngelakuin pacaran. Padahal, udah jelas banget bahayanya. Entah udah berapa korban yang diberitakan media massa (yang nggak diberitakan bisa jadi lebih banyak lagi). Tentu korban pacaran yang dimaksud. Ada yang hamil duluan lalu ditinggal pergi cowoknya. Nggak sedikit yang malah hilang nyawa saat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bogorone · 2 years
Text
Dinilai Merugikan, Komunitas Sopir Angkot Protes Keberadaan BisKita Trans Pakuan
Dinilai Merugikan, Komunitas Sopir Angkot Protes Keberadaan BisKita Trans Pakuan
BogorOne.co.id | Kota Bogor – Para pengemudi angkutan umum di Kota Bogor yang tergabung dalam Komunitas Sexy, TheFha, Monster, dan Bismillah, mengadukan keberanaan BisKita Trans Pakuan ke rumah aspirasi Melli Darsa (MD) Center di jalan Cempaka Kota Bogor, Sabtu (10/12/22). Salah satu supir angkutan umum Marwansyah mengatakan, bahwa keberadaan transportasi Biskita yang ada di Kota Bogor merugikan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kurniawangunadi · 9 months
Text
Kesempatan
Nggak semua kesempatan bisa kita dapatkan, kalau kemudian ada orang yang membukakan atau memberi kesempatan. Kata guruku, coba aja dulu meski kita nggak yakin, kerjakan semaksimalnya kita, soalnya kalau orang lain berani ngebukain dan ngasih kesempatan itu tandanya mereka bisa melihat sesuatu di dalam diri kita yang gak kita sadari, yang kita sendiri juga gak tahu. Tapi, mereka percaya dan berani bertaruh atas kesempatan yang diberikan itu. Cobalah untuk berupaya sekuat tenaga, tunjukkan upaya yang maksimal, karena itu yang bisa kita kendalikan, soal hasil biar urusan nanti. Paling tidak, kita menunjukkan bahwa kita sesungguh-sungguh itu, kita berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan, kita nggak sia-siain kesempatan yang udah dibukain, yang udah dikasih.
Sebab, banyak dari mereka yang membuka dan memberi kesempatan itu tidak hanya melihat hasilnya, tapi juga upaya kita. Nggak menutup kemungkinan, besok-besok kita akan terus diberikan kesempatan baru. Kesempatan yang akhirnya membuat kita berkembang melebihi apa yang kita pikirkan selama ini. Karena keterbatasan pengetahuan kita melihat diri sendiri.
Suatu hari kita bisa menjadi orang yang memberi kesempatan, membukakan jalan bagi orang lain. Kalau saat kita, kita sedang dibukakan jalannya. Jangan tutup jalan itu dengan kemalasan, nggak niat ngerjainnya, ngilang, menyalah-nyalahkan orang lain, dan berbagai hal yang membuat pintu kesempatan berikutnya tidak lagi terbuka. Pada kondisi yang tertekan, biasanya orang akan menunjukkan bagaimana respon dan coping mechanism nya. Kalau respon kita merugikan, coping mechanism kita tidak memecahkan masalah. Barangkali sudah cukup. Kapasitas kita memang hanya sedemikian aja, nggak bisa lebih dari itu. Kalau mau lebih dari itu, maka kita harus bisa mengelola diri kita sendiri dengan lebih baik terlebih dahulu.
Kalau kita berharap memegang hal-hal besar, maka risiko - konflik - dan berbagai macam tantangannya akan semakin besar. Kalau ingin berkembang lebih jauh, pasti nggak enak, nggak nyaman, gak menyenangkan sama sekali.
Apakah kamu pernah menutup jalan yang pernah dibukakan orang lain untukmu?
435 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Muqollibul Qulub
Bicara tentang self-care seringkali tricky banget karena definisi tentang self-care tuh seringkali berdasarkan proyeksi kita terhadap apa yang telah kita alami. Bagi orang yang hidupnya selalu hectic, slow living adalah self-care. Sementara bagi orang yang hidupnya baru nemu tujuan, mungkin bentuk self-care-nya adalah kerja keras. Buku-buku self-care pun sangat bervariasi. Ini yang kadang membuat kita bingung ke arah mana hidup kita sebenarnya.
Ada yang bilang bahwa tanda kehidupan yang baik adalah hati selalu tenang dan tidak gelisah. Bahwa tanda manisnya iman adalah ketika kita bisa kalem ketika ditimpa cobaan berat. Apakah demikian? Apakah gelisah itu tanda bahwa manusia sedang jauh dari Allah? Yang maha menenangkan jiwa?
Belajar hidup dengan ADHD membuat gue belajar banyak hal tentang cara kerja jiwa. Dan ternyata ketenangan yang seringkali kita impikan ya memang tidak selalu ada. Tidak selalu kita capai and that's okay.
Kadang kita hidup dengan dopamin yang cukup sehingga bisa beraktifitas dengan baik. Kadang kita hidup dengan dopamin yang kurang sehingga sulit sekali berkonsentrasi.
Neurotransmitter effect is real.
Belakangan gue nyoba ngatur pola makan dengan protein diusahakan tinggi dan tanpa gorengan. Dopamin gue cenderung stabil dan nggak cepat stress. Tapi kadang perkara imbalance hormon or neurotransmitter juga bukan seperti saklar yang ada on-off nya. Maka definisi self-care versi gue adalah bersabar merawat diri sendiri. Ngasih makan-makanan yang baik, disiplin istirahat dan bersabar juga dengan mood yang tidak nyaman akibat neurotransmitter yang tidak seimbang.
Gue nggak lagi meromantisasi ADHD atau ngasih excuse kalo tiba-tiba mood gue jelek. Ini gue tulis karena ketenangan hati itu seringkali dikaitkan dengan iman. Padahal hati dan jiwa yang bergejolak tuh ya mungkin aja memang fitrahnya manusia. Entah karena punya masalah, entah karena struktur otak yang beda.
Berapa kali penyandang neurodivergent ditakut-takuti dengan "gelisah adalah tanda kurang iman", bahwa pengobatan ke psikiater akan membuat kita bergantung dan lepas kendali terhadap diri kita sendiri. Maka kepada Allah gue menitipkan diri gue ketika pikiran gue tidak sedang dalam kondisi baik. Semoga Allah berkenan menjaganya selalu. Agar jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain. Dan jika pikiran gue sedang dalam kondisi baik, semoga Allah selalu memberi kesempatan untuk berbuat baik.
....
Hari ini ngerasain banget tenaga full tapi nggak mampu konsentrasi. Akhirnya gue cuma diem dan minum air anget sambil ngadep jendela. Yang muncul di kepala gue adalah:
"Ya Allah aku sudah berusaha dengan baik agar tidak mudah stress dan tubuh ini senantiasa dalam kondisi baik. Maka jika mood hamba berantakan lagi, engkau yang maha membolak-balikkan hati. Kutitipkan kepada-Mu dan jaga dengan baik"
Selanjutnya gue nulis tumblr ini dan ya again gue kepikiran buat bilang bahwa gelisah itu hanyalah signal yang harus dimaknai lebih jauh lagi. Bukan tanda bahwa yang maha menenangkan hati sedang tidak mau menenangkan kamu. Rahmat Allah itu luas. Bersabar dalam kegelisahan sampai kita bisa berdiri tenang juga termasuk ruang untuk mendapatkan pahala. Berikhtiar ke psikiater biar bisa hidup dengan baik juga bagian dari kebaikan.
137 notes · View notes
terusberanjak · 8 months
Text
"Jatuh cinta" paling tidak merugikan adalah jatuh cinta kepada Allah dan "dicintai" paling menguntungkan adalah dicintai Allah.
@terusberanjak
394 notes · View notes
andromedanisa · 3 months
Text
aku menangis sendiri dalam lelah, dalam sepi, dalam-dalam. aku menangisi sesuatu yang entah mungkin belum aku miliki atau aku menangisi atas penyesalan terhadap sesuatu yang telah kumiliki. aku tak paham..
bulan Ramadhan, bulan dimana seharusnya ku sibukkan diriku dengan melakukan ibadah dan ketaatan kenyataannya aku disibukkan dengan sesuatu yang akan hilang sewaktu-waktu (perihal dunia). aku yang paham bahwa aku tak seharusnya demikian namun tetap saja tak beranjak dari tempatku sekarang.
ada apa dengan diriku ya Allaah, mengapa aku bisa sejauh ini dariMu. setiap hari aku mencoba untuk memahami diriku namun aku tak pernah menemukan diriku dengan versi yang lebih tenang, lebih membahagiakan. aku selalu sibuk membereskan airmata yang selalu jatuh agar tak diketahui dunia. sekali lagi aku disibukkan dengan perkara dunia yang sewaktu-waktu bisa hilang kapan saja.
bulan Ramadhan ini aku merasa sangat lelah sekali, sekadar berdiri dengan kedua kakiku saja rasanya tak sekuat dulu. kala mengingat itu aku kembali menangis. rupanya aku pernah sangat bersemangat kala menujuMu. mempelajari ilmu untuk mendekatkan diriku kepadaMu. kini rasanya hampa terlebih banyak lelah. benar, dunia begitu melelahkan sekali..
kini, aku mencoba mengulang kembali perjalananku. meski tertatih aku mencoba meyakinkan diriku kembali bahwasanya ampunanMu sungguh luas dan terbuka untukku. dalam doaku, hanya meminta ampunanMu saja. "Allaah, ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku."
doa itu mampu menembus relung hatiku yang telah lama jauh dariMu. aku menangis kembali setiap kali aku mengulang doa-doaku. ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku. bagiku, bila Engkau telah mengampuniku, aku merasa sangat begitu ringan kala aku menjalani hidupku. kala Engkau mengasihaniku, aku merasa sangat begitu lapang dan tenang dalam menjalani kehidupanku.
setiap hari aku selalu berpikir, "apa peranku, apa yang bisa aku perbuat, mengapa aku hanya seperti ini saja setiap harinya. mengapa tidak begini, mengapa tidak begitu." pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengulang setiap waktu dalam kepalaku. dan kini, aku mencoba untuk melepaskan semuanya. aku ingin kembali dalam keadaan tenang. dan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melepaskan dan memulangkan semua kekhawatiran.
aku menanamkan dalam diriku, biar Allaah yang tentu jalan hidupku, biar Allaah yang mengatur baiknya nanti bagaimana. sebab kala aku menginginkan ini dan itu dan tak berjalan sebagaimana, aku merasakan lelah dengan begitunya.
Allaah, aku menulis dengan begitu panjang sekali. keluhanku terlalu banyak untuk ukuran diriku. ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku. sungguh ya Allaah, kala dibulan ini bulan dimana semua kebaikan dilipat gandakan dan ampunan terbuka lebar. maka sungguh merugikan diri ini jika aku tak mendapatkan ampunan dariMu.
Allaah, tolong aku. jangan tinggalkan aku. aku mencari banyak jawaban dari semua pertanyaanku, maka disaat itulah dunia berpaling sejauh-jauhnya meninggalkanku. rupanya aku salah menaruh sesuatu yang sedari awal memang semu dan rapuh.
wahai diri, tak ada kata terlambat untuk kembali kepada ampunan Allaah. kembalilah dengan seluruh perasaanmu, letakkanlah semuanya sesuai dengan tempat semestinya. jangan khawatirkan apa-apa yang bukan menjadi ranahmu, sayang. sebab kau sudah merasakannya bukan? bahwasanya semua itu sangat melelahkan bagimu.
kembalilah dengan apa yang tersisa pada dirimu saat ini, sebelum terlambat, sebelum dirimu menyesal telah berakhir semuanya. mulai saat ini paksalah dirimu untuk tidak mencintai atau menaruh dunia pada hatimu. melepaskan itu sulit tapi hidup dalam keadaan lelah setiap harinya sebab dunia untuk sungguh akan menguras dan merugikan dirimu. melembutlah wahai diri, melembutlah..
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.. (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–)
ya Allaah, aku pulang menuju ampunanMu tak mengapa kan? belum terlmbatkan? maka terimalah aku, ampunilah aku, ampunilah aku ya Allaah..
108 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months
Text
Debat capres #1
Semalam tadinya aku malas nonton debat, ya karna udah hopeless aja, mau ada debat atau gak, kemungkinan yang menang ya itulah, yang kampanye simpel makan siang susu yang disukai masyarakat akar rumput. Terus ternyata aku segabut itu untuk nonton selama 2.5 jam. Ditambah live komen di WA grup dengan teman-teman yang sama kritisnya.
Topiknya soal hukum dan HAM. Sesi 4 menit pertama, udah taulah ya yang bagus ngomongnya dan makjleb siapa. Sisa paslon malah meleber kemana-mana dari topik, dan bisa gak sih gausah teriak-teriak? wkwk.
Selama debat, counter argument-nya dari masing-masing paslon menarik. Yang jago ngomong jago counter argument akan tetap seperti itu, yang pasrah dengan topik karna emang merugikan buat dirinya "ya mau gimana lagi" dan memperlihatkan mimik kecapean berdiri terus, ditambah tantrum walau mengulang-ngulang kalimat "udahlah kita bukan anak kecil".
Topik hukum dan HAM, tapi pertanyaan bebas yang diajukan malah meleber ke polusi lah, ke IKN lah (ya walaupun ini berkaitan dengan Undang-undang). Mau nanya, ini timses nya emang cuma jago gimmick apa gimana? Kasian loh yang di podium, jadi bahan hujatan netizen twitter semalaman, bahkan sampe hari ini. Kasian buzzer akun gede centang biru buat dukung paslon nya, udah dibayar mahal tapi gak bisa baku hantam sama netizen yang masih bisa mikir.
Soal hukum dan HAM. Tadinya aku cuma sebatas tau "oh ada penculikan tahun 98, beberapa hilang belum tau ada dimana dan nasibnya gimana". Cuma sebatas itu. Sampai akhirnya semalam googling, cari detail kejadian kasus tersebut. Wow, serem sih, bukan cuma diculik, ternyata di-aniaya dsb. Pantesan disebut "tindak kejahatan berat".
Forum di X (twitter) itu cukup seimbang yang pros dan cons, beda sama platform sebelah (ig/tiktok) yang satu arus. Pasca debat, beberapa bilang, harus ada yang bikin resume debat tadi malam, diangkat ke tiktok, biar para genZ dan millenial yang 50% voters itu bisa lihat dan tau kasus/debat semalam, bukan cuma gimmick aja.
Any way, siapapun yang menang, kita berkontribusi terhadap negara ini akan gimana ke depannya. Semoga tulisan ini bisa terbaca oleh teman-teman yang apatis dengan per-pilpres-an tahun 2024.
13 Desember 2023
73 notes · View notes
bersuara · 11 days
Text
Sempat ingin berhenti untuk menceritakan kejadian apa pun yang aku rasakan dan lalui. Karena kata sebagian orang, kegiatan oversharing di sosial media itu kegiatan sharing yang berkedok pamer. Padahal, manfaat dari oversharing ngga se sempit itu.
Selama yang di posting tidak merugikan, tidak menyudutkan pihak mana pun, menurutku rasanya sah-sah saja.
Karena aku ngga mau terlibat perasaan emosional yang mendalam dengan orang lain, aku terkadang membatasi diriku untuk ngga terlalu banyak cerita ke orang lain selain yang benar-benar aku anggap teman dan dekat.
Alhasil, menceritakan banyak hal melalui tulisan adalah salah satu cara yang aku ambil sejak masa remaja.
Aku lebih leluasa menceritakan apa pun. Rasa takutku akan tanggapan orang lain mengenai kehidupanku perlahan berkurang. Aku mampu berekspresi apapun melalui tulisan yang aku buat secara sadar.
Jadi, pilihan untuk berhenti untuk oversharing tidak pernah aku amini. Aku jadikan oversharing melalui tulisan sebagai terapiku dalam memahami setiap emosi yang aku rasakan.
Minusnya, aku terlalu nyaman dengan duniaku sendiri. Aku ngga bisa seterbuka itu kepada orang lain.
- 8 Juni 2024
26 notes · View notes
penaimaji · 10 months
Text
Bersikap
Aku melihat lingkar pertemanan mamaku, masyaAllah supportif sekali. Di usia yang mungkin tidak lagi muda, mama masih semangat melakukan hal-hal yang bermanfaat. Begitu pula ayahku, meski sebenarnya introvert, tapi beliau memang aktivis sedari dulu. Banyak teman yang care dan setia, juga saling membantu satu sama lain
Aku belajar dari mereka saat menghadapi masa dikhianati teman sendiri, mungkin tidak mudah. Hmm aku tidak tahu persis apa yang dirasakan mereka saat itu, yang jelas respon antara mama dan ayahku tentu berbeda
Btw..anak pertama itu selalu tau cerita-cerita orangtuanya ya.. lucunya kadang mama atau ayah juga curhat ke aku, dan memberi ibrah bagaimana sikap yang seharusnya. Waktu kecil atau masih remaja dulu cuma sekadar tau, akhirnya saat dewasa, mulai menyadari dan belajar bagaimana merespon atau menyikapi sesuatu
Kuperhatikan ada satu teman mamaku yang toxic, sampai banyak teman-teman lain yang menjauhinya, aku juga tidak tau apa alasannya, tapi mamaku memilih tidak. Mama hanya memberi batasan dan membatasi interaksi. Lalu, mama menemukan dukungan dalam sirkel pertemanannya yang lain
Berbeda dengan ayahku, beliau benar-benar memutus pertemanan yang merugikan tanpa banyak pertimbangan. Aku tau sirkel ayah sangat luas, tapi hanya sebatas pekerjaan, di luar itu, ayah hanya punya tiga teman dekat yang awet puluhan tahun sampai hari ini
Manakah yang baik? Keduanya baik, setiap individu tentu berhak memilih keputusan yang membuat dia merasa nyaman. Yang benar ialah ketika kita berani mengambil keputusan, merasa cukup dengan diri sendiri, juga tidak peduli apa kata orang lain
Aku yang sekarang baru berusia 27 tahun, mungkin belum mengalami banyak hal dalam hidup. Namun aku belajar, bagaimana cara menjadi orang yang pertengahan
Tetaplah berbuat baik pada semua orang tanpa pandang bulu. Kita tidak pernah tau amal mana yang akan dinilai oleh Pencipta. Lalu, buatlah batasan, kalau sudah berbuat baik, tapi ia malah berbuat jahat atau berkhianat, tinggalkan dengan tegas, karena itu salah satu cara menghargai diri kita sendiri
Tidak mengapa untuk memberikan jeda pada diri sendiri, berteman dengan siapa saja (merawat pertemanan yang sudah ada); kemudian lebih berhati-hati lagi dalam memilih teman dekat
Pena Imaji
99 notes · View notes
ummufaqyh · 10 months
Text
Terlalu melelahkan bagi kita untuk menyenangkan semua orang di dunia ini. Sebab pasti akan selalu ada yang kita lakukan dan orang lain tak menyenanginya.
Tidak mengapa my dear, takaran kepuasan manusia tidak akan pernah bisa untuk kita isi penuh. Selama kita berjalan di jalan yang tidak merugikan orang lain, dan kita hanya terus mengharap ridho Allah. Maka, itu cukup.
- khadijah1998
100 notes · View notes
rumelihisari · 6 months
Text
Perokok adalah salah satu orang yang egoistis di bumi
Ini cuma opini pribadi, boleh untuk nggak setuju. Tapi serius, kadang bingung sebenarnya ada nggak, sih, aturan yang tertulis dari para penguasa untuk para perokok? Kayak misal harus merokok di ruangan tertentu atau disediakan tempatnya.
Soalnya yang terjadi kayak ada aturan yang enggak tertulis, kalau ada orang yang merokok, kitalah yang menghindar. Entah di rumah di tempat umum, di jalan, di motor. Iya kadang ada juga yang seenaknya ngerokok saat mengendarai motor, enggak mikirin asap yang terbang kena pemotor lain. Pernah juga ngalamin ini soalnya. Sebebas itu mereka menikmati rokok di manapun.
Makin ke sini nyium asap rokok dikit aja sesak bawaannya. Apalagi dua tahun setelah menikah ini jarang banget berinteraksi dengan asap rokok. Semoga ada solusi untuk para perokok, ya. Biar enggak merugikan orang lain.
41 notes · View notes
sehabisterang · 11 months
Text
Semua orang nggak bakal paham dan ngerti sama pilihan yang udah kita ambil. Bahkan kasarnya, mereka terkadang ikut campur dan merasa paling 'oke' akan pilihan yang udah kita buat, kadang juga mereka jadi benci sama kita karena kita nggak ngelakuin apa mau mereka.
Tapi, selagi kita yakin akan pilihan itu. Jangan dengerin orang lain, fokus aja, jalani semuanya sebaik mungkin.
Kadang-kadang egois itu baik buat diri kita sendiri. Orang lain berhak ngasih saran, dan jangan lupa juga kalo kita berhak buat nolak saran dari mereka. Kadang-kadang kebanyakan orang lupa akan hal itu. Selagi tidak merugikan orang lain, apa salahnya?
76 notes · View notes
hellopersimmonpie · 1 year
Text
Siang ini, gue makan bareng temen. Kami sama-sama capek banget. Dunia kami beberapa hari ini tuh sama-sama nggak ramah. Temen gue berbagi cerita sambil nangis. Gue biasanya ngasih kata-kata lembut ke dia. Tapi kali ini, gue juga sama-sama capek. Akhirnya yang gue bilang ke dia:
Selama ini, orang tuh memandang gue sebagai orang yang selalu mandiri. Bisa berdiri sendiri. Kalau dalam kelompok ada masalah besar, gue selalu di posisi nggak bisa lari. Dipaksa bertanggung jawab.
Gue udah berusaha banget untuk bertanggung jawab. Sekuat tenaga. Kalau kerjaan gue bagus, orang nggak akan inget. Gue nggak akan dapat apresiasi. Tapi begitu kerjaan gue nggak bener, nggak ada yang memaklumi.
Kita di posisi yang sama.
Sama-sama butuh kata-kata yang lembut. Butuh apresiasi. Butuh support system.
Ternyata, orang kayak kita tuh kuat bukan karena kita beneran kuat dari sananya. Tapi kita nggak pernah punya ruang buat jadi lemah. Gue tuh beneran pengen sesekali clingy, sesekali ada yang memaklumi, sesekali aja ada yang berkata baik ke gue.
Gua selalu dibilang rebel, susah diatur, susah taat aturan. Padahal gue tuh sebenernya lebih suka jadi follower. Asalkan yang nge-lead gue tuh reliable dan gue bisa trust. Aturan, dalam beberapa hal, nggak bisa membuat kebutuhan semua orang terpenuhi. Gue kritis tuh bukan karena sekedar rebel. Tapi sejak kecil gue tuh sering banget jadi korban aturan yang merugikan gue. Gue nggak mau orang lain ngerasain itu.
Lidah gue kelu. Habis itu kami sama-sama nangis wkwk. Setelah itu kami puas banget dan jadi ketawa. What a life.
Gue kalo bisa mendirikan klub tukang sapu kayaknya bakal ngumpul banyak.
...
Menjadi perempuan itu tidak mudah. Di ruang publik yang tidak ramah, pertama kali dateng tuh skill kita pasti diragukan. Untuk upgrade diri, belum tentu dapat support system.
Nanti ketika harus hamil dan menyusui, sering kena blaming:
"Salah banget merekrut perempuan"
Kalau misalnya kesulitan "menyeimbangkan" peran antara menjadi Ibu dan kerjaan kantor, kena blaming:
"Kamu tuh jadi Ibu kok nggak multitasking"
Belum lagi ketika di usia matang dan belum menikah, ada aja hal-hal yang menjadi celah untuk menurunkan nilai:
"Keburu tua dan expired"
"Terlalu pinter dan kritis makanya cowok tuh takut"
"Kalo terlalu memprioritaskan kerjaan, nggak akan capable buat mencintai keluarga"
.....
Nanti kalau misal ruang publik benar-benar menempa kami sampai kami benaran matang, kami juga disalahkan atas kematangan tersebut. Dibilang terlalu dominan, dibilang bikin insecure dan banyak lagi.
....
Dari semua kelelahan yang kami alami belakangan ini, alih-alih berpikir tentang support system sehingga kami bisa berkembang dengan baik, orang tuh lebih milih mengatur:
Bagaimana kami bertindak?
Bagaimana kami harus berbicara?
Padahal sebagai manusia, kami juga punya nalar dan kompas moral yang insya Allah nggak bakal harmfull ke orang lain. Tapi kenapa ya, untuk hidup dengan baik dan jadi diri sendiri aja, banyak banget hal yang harus ditabrak.
....
Pada akhirnya, gue tuh ikhlas aja dengan alam dan lingkungan yang demikian. Semoga Allah memberi kesabaran dan support system yang baik. Sehingga kami bisa menjadi manusia produktif yang semua potensi kebaikannya bisa keluar dan mengalirkan kebaikan bagi banyak orang.
Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.
255 notes · View notes
hanamaulida · 3 months
Text
Sudah berada di fase, lagi sakit (bahkan sampai dirawat di rumah sakit) tapi nggak mau ada yang jenguk. Kecuali orang2 yang benar2 siginifikan dan penting dalam hidup aja.
Pas kembali masuk kantor, ada yang bilang gini :
"Lo kemarin sakit? Dirawat? Kok nggak bilang2. Gw malah tau dari bidang lain masa"
"Hehe iya teh. Repot lah harus pengumuman sakit. Lagian kemarin seluruh anggota keluarga lagi pada sakit, jadi ribet aja nanti nerima2 tamu. Pengen istirahat"
Dalam hati, orang-orang nganggep gw aneh nggak ya? Ansos gitu? Bisa2nya orang lagi sakit nggak pengen ditengok dan BILANG NGGAK MAU DITENGOK🤣
Tapi ya gapapa, I'm just set the boundaries for my self. Yang penting nggak merugikan orang lain dan menyampaikan dengan baik2.
19 notes · View notes
apriliakinasih · 4 months
Text
Prokrastinasi
Sejauh yang kualami, salah satu pemicu kebiasaan menunda-nunda pekerjaan adalah rasa malas. Rasa malas pun ada pemicunya. Salah satunya adalah mood atau suasana hati.
Biasanya, kalau sesuatu yang harus kita kerjakan atau selesaikan itu bukan sesuatu yang kita inginkan atau kita minati, maka kita akan cenderung malas mengerjakannya. Kemudian kita memutuskan untuk menunda mengerjakannya. Menunggu sampai benar-benar ada niat untuk menyentuh pekerjaan tersebut.
Pada saat menunggu itu, pasti kita akan merasa terbebani. Pundak juga terasa berat. Selalu kepikiran, bahkan sampai suntuk dan stress. Belum lagi jika kita berpikir bahwa pengerjaannya harus sempurna. Akibatnya, kita menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan bagaimana mengerjakannya dengan sempurna. Setiap hari hanya dipikirkan saja, tapi tak kunjung mencoba untuk mencicil mengerjakan.
Selain itu, kebiasaan menunda pekerjaan juga disebabkan karena merasa masih punya banyak waktu.
"Ah nanti sajalah, masih ada waktu sebulan."
"Nanti deh, masih ada waktu seminggu."
Pas sudah mepet deadline baru ada niatan mengerjakannya. Akibatnya, yang harusnya pekerjaan kita bisa jauh lebih baik, jadi terkesan asal selesai. Yang tadinya sudah ada niatan ingin memberikan yang terbaik, ternyata hanya mampu mengerjakan ala kadarnya. Kenapa? Karena terburu-buru dan sudah tak ada waktu.
Jika kita sadari, menunda pekerjaan punya dampak yang merugikan, terutama bagi diri sendiri. Pertama, kalau kita terus-menerus menunda pekerjaan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menunda pekerjaan biasa disebut dengan istilah prokrastinasi. Kalau sudah menjadi kebiasaan, maka akan melekat pada diri kita dan susah untuk dihilangkan.
Kedua, karena kita memiliki kebiasaan prokrastinasi, maka kita pun akan disebut sebagai prokrastinator. Ya, prokrastinator adalah sebutan bagi orang yang suka menunda pekerjaan. Maukah kita jika kita dicap sebagai prokrastinator?
Ketiga, semakin ditunda, pekerjaan juga akan semakin menumpuk, pikiran pun juga akan semakin suntuk. Percayalah, menunda pekerjaan hanya akan membuat pikiran menjadi tambah stress. Kalau sudah stress, makan terkadang terasa tidak enak, tidur pun tak nyenyak. Merasa terbebani dan tidak tenang karena masih punya tanggungan yang harus diselesaikan.
Keempat, kebiasaan menunda pekerjaan juga akan merusak kepercayaan orang lain yang telah diberikan pada kita. Sebagai contoh, ketika kita bersepakat untuk mengerjakan satu proyek penelitian dengan seorang teman. Misalnya pengerjaannya memakan waktu selama 2 bulan. Kemudian, karena penelitian tersebut tidak sesuai dengan minat kita, dan kita juga merasa punya banyak waktu, maka kita terus saja menunda mengerjakannya. Sampai pada akhirnya, apa yang menjadi tugas kita tidak bisa terselesaikan dengan baik. Bahkan, kita tidak banyak membantu dalam proses pengerjaannya karena kehabisan waktu. Sehingga, di kesempatan yang akan datang, orang akan malas untuk bekerja sama lagi dengan kita. Kita mungkin tidak akan diajak lagi untuk mengerjakan penelitian selanjutnya, sebab orang sudah beranggapan bahwa kita tidak bisa mengerjakan dengan baik. Saat itulah kita telah kehilangan kepercayaannya. Padahal, tadinya mereka sudah percaya bahwa kita mampu. Sayangnya, kita menyia-nyiakan kepercayaan itu. Rugi sekali, bukan?
Maka, mulai saat ini, jika punya tugas apapun yang harus diselesaikan, jangan lagi menunda untuk mengerjakannya. Apalagi dengan alasan malas dan tidak mood. Berikan yang terbaik untuk orang-orang yang telah percaya pada kemampuan kita, dan jangan buat mereka kecewa.
Hapus kebiasaan menunda-nunda pekerjaan itu dengan cara memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sebab, untuk bisa melakukan yang terbaik pasti butuh waktu dan persiapan yang matang, sehingga hasil pengerjaannya tidak asal-asalan. Jadi, tidak ada alasan untuk membuang-buang waktu dengan percuma. Segera kerjakan dan jangan hanya dipikirkan.
Sempatkan untuk mengerjakan, bukan mengerjakan ketika sempat.
Ah iya, ada nasihat dari salah seorang teman yang hingga hari ini masih kuingat. Dia bilang,
"Mood booster terbaik adalah tanggung jawab."
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab, terhindar dari kebiasaan prokrastinasi, dan bisa menyelesaikan dengan baik apapun yang telah ada di pundak.
(28 Februari 2024| 16:37 WIB)
21 notes · View notes