Tumgik
#sarung kursi kantor
produksisarung · 6 months
Text
terbaik, 081809584233 produksi sarung kursi kantor
Tumblr media
terbaik, 081809584233 produksi sarung kursi kantor
Produksi sarung: bhs,tangan,jok motor,kulkas,galon,wadimor,gajah duduk,mangga,ardan,atlas,DLL.
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA 0818-0958-4233. Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
produksi sarung kursi kantor
#produksisarungkursikantor
0 notes
Text
WA. 0813-5987-3112 Harga Sarung Kursi Futura Jogja
WA. 0813-5987-3112 Harga Sarung Kursi Futura Jogja
Klik https://wa.me/6281359873112 MENARIK!!! Dekorasi Meja Prasmanan Sederhana, Cover Meja Prasmanan, Renda Taplak Meja Prasmanan, Jual Cover Meja Pesta Dan Sarung Kursi Ketat, Cover Meja Bulat Pesta
Kami Laris Jaya Makmur bergerak di bidang konveksi pembuatan sarung kursi, tablak meja, rumbai, dan plafon tenda untuk acara pernikahan, ulang tahun, hajatan, dsb. Kecamatan Kutorejo - Kabupaten Mojokerto - Langsung Ownernya - Mas Afif 0813-5987-3112 Atau Klik https://wa.me/6281359873112
0 notes
magang1-gm · 3 months
Text
(hub 0821-3108-7971)Sovenir Kantor Buatan Malang Terbaik: Unggulan dari Kualitas Hingga Kekhasan
Tumblr media
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, memilih sovenir kantor yang tepat tidak hanya sebagai tanda penghargaan, tetapi juga sebagai representasi dari identitas dan nilai perusahaan. Di Malang, Anda dapat menemukan berbagai sovenir kantor buatan Malang yang tidak hanya menonjolkan kualitas terbaik tetapi juga kekhasan budaya lokal. Artikel ini akan menjelaskan mengapa penting untuk memilih sovenir kantor dari Malang, serta mengulas beberapa pilihan terbaik yang tersedia. Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
Mengapa Memilih Sovenir Kantor Buatan Malang?
Kualitas Unggulan
Sovenir kantor buatan Malang dikenal dengan kualitasnya yang unggul. Pengrajin lokal menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan teknik produksi yang cermat untuk menghasilkan produk yang tahan lama dan menarik.
Kekayaan Budaya Lokal
Setiap produk sovenir kantor Malang mencerminkan kekayaan budaya dan seni tradisional khas Jawa Timur. Hal ini membuatnya tidak hanya sebagai hadiah, tetapi juga sebagai warisan budaya yang bisa diapresiasi.
Dukungan terhadap Ekonomi Lokal
Dengan memilih produk buatan Malang, Anda turut mendukung ekonomi lokal dan memberdayakan pengrajin serta industri kreatif di daerah tersebut.
Pilihan Terbaik dari Sovenir Kantor Buatan Malang
1. Kerajinan Anyaman Rotan
Kerajinan anyaman rotan dari Malang menampilkan keindahan dan kekuatan bahan alam lokal. Beberapa contoh produknya adalah:
Keranjang Penyimpanan: Keranjang penyimpanan dengan motif tradisional Malang, cocok untuk menyimpan dokumen atau barang-barang kecil di kantor.
Kursi Santai: Kursi santai dari anyaman rotan yang nyaman digunakan, menambah sentuhan alami dan elegan di ruang tunggu perusahaan.
2. Batik Malangan
Batik Malangan adalah kebanggaan budaya lokal yang terus dikembangkan. Beberapa pilihan batik Malangan untuk sovenir kantor meliputi:
Kemeja Batik: Kemeja batik dengan motif modern yang cocok dipakai dalam acara formal atau sehari-hari di kantor.
Sarung Meja: Sarung meja berbahan batik Malangan untuk menambahkan sentuhan budaya dalam dekorasi ruang kerja.
3. Wayang Kayu
Wayang kayu merupakan seni tradisional yang menggambarkan tokoh-tokoh epik dalam cerita Jawa. Beberapa contoh produknya adalah:
Wayang Golek: Wayang golek dengan detail halus dan warna-warna yang cerah, cocok untuk dijadikan dekorasi di ruang kantor atau sebagai koleksi pribadi.
Wayang Kulit Miniatur: Wayang kulit miniatur sebagai hadiah yang unik dan bernilai seni tinggi untuk klien atau kolega bisnis.
4. Seni Lukis Pemandangan Malang
Lukisan pemandangan Malang menghadirkan keindahan alam dan arsitektur kota. Beberapa pilihan seni lukis untuk sovenir kantor termasuk:
Lukisan Gunung Bromo: Lukisan indah yang menggambarkan Gunung Bromo sebagai ikon alam Malang yang terkenal.
Lukisan Kota Tua Malang: Lukisan yang menghadirkan suasana kota tua Malang dengan detail arsitektur dan budaya lokalnya.
Tips Memilih Sovenir Kantor Buatan Malang yang Tepat
Tinjau Kualitas Produk
Pastikan untuk memeriksa kualitas bahan dan detail produk sebelum memutuskan untuk membeli. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sovenir kantor yang dipilih memiliki nilai estetika dan fungsionalitas yang baik.
Pilih Produk yang Mencerminkan Identitas Perusahaan
Pilihlah produk yang sesuai dengan nilai-nilai dan identitas perusahaan Anda. Hal ini akan membantu memperkuat citra perusahaan di mata karyawan, klien, dan mitra bisnis.
Pertimbangkan Kesesuaian Harga
Meskipun kualitas adalah hal yang penting, pertimbangkan juga kesesuaian harga produk dengan anggaran yang telah ditetapkan. Temukan produk buatan Malang yang memberikan nilai terbaik untuk investasi Anda.
Mengapa Memilih Kami?
Kunjungi koleksi eksklusif kami dari sovenir kantor buatan Malang yang terbaik. Kami menawarkan produk-produk dengan desain unik dan kualitas terbaik yang tidak akan Anda temukan di tempat lain. Segera kunjungi toko kami untuk melihat pilihan lengkap dan pesan sekarang! Lihat koleksi eksklusif kami sekarang! Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
Studi Kasus: Keberhasilan Penggunaan Sovenir Kantor Buatan Malang
Perusahaan Pariwisata
Sebuah perusahaan pariwisata di Malang menggunakan kerajinan anyaman rotan lokal sebagai sovenir kantor untuk klien internasional mereka. Keputusan ini tidak hanya memperkuat hubungan bisnis tetapi juga mempromosikan keindahan alam dan seni tradisional Malang.
Startup Teknologi
Sebuah startup teknologi yang berkantor di Malang menggunakan batik Malangan sebagai bagian dari strategi branding mereka. Batik dipilih karena kekhasan motifnya yang menggambarkan keindahan alam dan budaya lokal. Hasilnya, sovenir ini menjadi perbincangan yang positif di kalangan klien mereka.
Perusahaan Konsultan
Sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Malang menggunakan wayang kayu sebagai hadiah spesial kepada klien-klien mereka. Wayang kayu dipilih karena nilai seni dan keunikan yang tinggi, sehingga memberikan kesan mendalam kepada penerima.
Kesimpulan
Sovenir kantor buatan Malang adalah pilihan terbaik untuk memperkuat hubungan bisnis dan menunjukkan apresiasi terhadap budaya lokal. Dengan memilih produk yang berkualitas dan unik, Anda tidak hanya memberikan hadiah tetapi juga menghargai kekayaan seni dan warisan budaya Malang. Segera kunjungi kami dan temukan koleksi eksklusif kami. Lihat koleksi eksklusif kami sekarang! Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
0 notes
kriswanternaptul21 · 1 year
Text
Toko Furniture Terbesar di Bandung, 0857 8442 0658
Tumblr media
0857-8442-0658, jual sofa di bandung, toko sofa di bandung, toko sofa di bandung cimahi, jual sofa bekas di bandung, jual peralatan sofa di bandung, jual sofa bandung, jual sofa bed inoac di bandung, jual sofa bed anak di bandung, jual sofa bed bandung, jual sofa minimalis bandung, harga jasa cuci sofa di bandung, harga sofa di bandung, sofa minimalis harga dibawah 2 juta di bandung, harga sofa ruang tamu di bandung,, toko furniture di bandung, toko furniture terbesar di bandung, toko mebel terlengkap di bandung, grosir mebel bandung, toko furniture terdekat dari lokasi saya, toko furniture murah terdekat, toko meubel bandung murah, toko mebel pasir koja bandung, toko furniture cimahi, toko mebel murah di bandung, toko mebel termurah di bandung, toko mebel jati di bandung, toko mebel di bandung yang bagus, toko mebel minimalis di bandung, toko mebel di bandung, toko mebel di bandung barat, nama toko mebel di bandung, alamat toko mebel jepara di bandung, alamat toko mebel di bandung,, toko furniture kantor di bandung, toko furniture di bandung, toko furniture bekas di bandung, toko furniture jati di bandung, alamat toko furniture di bandung, nomor telepon toko furniture di bandung, nama nama toko furniture di bandung, toko furniture di cicadas bandung, toko furniture di jalan veteran bandung, toko furniture di ujung berung bandung,, produsen sofa murah bandung, sofa di bandung, produsen bandung sofa terbaru, pusat sofa bandung toko sofa murah di bandung, sofa minimalis harga dibawah 2 juta di bandung, toko sofa di bandung, toko sofa terdekat, harga sofa murah dibawah 1 juta, harga sofa minimalis untuk ruang tamu kecil, harga sofa ruang tamu, harga sofa bed, jual sofa murah surabaya, jual sofa murah di malang, jual sofa murah, jual sofa murah terdekat, jual sofa murah jakarta, jual sofa murah di medan, jual sofa murah di makassar, jual sofa murah di denpasar, jual sofa murah jogja, jual sofa murah di jogja, toko sofa murah terdekat, toko sofa murah di jogja, toko sofa murah di bandung, toko distributor sofa murah, toko sofa murah di surabaya, toko sofa murah di medan, toko bahan sofa murah, toko sofa murah surabaya, toko sofa murah di bekasi, toko sofa murah di jogja, toko sofa murah di surabaya, toko sofa murah di medan, toko sofa murah di bekasi, toko sofa murah di depok, toko sofa murah di malang, toko sofa murah di denpasar, toko sofa murah di tanah abang, toko sofa murah di cilegon, harga sofa murah, harga kursi tamu sofa murah, harga kursi sofa murah,harga bangku sofa murah, harga sarung sofa murah, harga kursi sofa murah dan bagus, harga sofa murah dibawah 2 juta, harga puff sofa murah, harga sofa santai, harga sofa bangku, harga kasur sofa, harga sofa lipat kasur, jual kain sofa, harga sofa jati, harga sofa kulit asli, harga kasur busa lipat sofa, harga ganti busa kursi kayu, sofa minimalis 321, harga sofa jaguar mini, harga kasur sofa bed, sofa mewah murah, jual sofa terdekat, harga sofa minimalis terbaru, harga sofa ruang tamu minimalis, sofa kulit murah, harga kursi ruang tamu minimalis, harga kursi jaguar mini, sofa sudut l, sofa 2 seater minimalis, harga in the box sofa bed, sofa l murah, harga sofa kulit, daftar harga sofa minimalis untuk ruang tamu kecil,
0 notes
turisiancom · 2 years
Text
TURISIAN.com – Menyebut Kota Kendari, maka yang tersirat dalam ingatan kita adalah budaya dan seni tradisional yang tinggi. Sampai saat ini, dari generasi ke generasi seni dan budaya tersebut masih terus terpelihara dengan baik. Belakangan, musik-musik beraroma tradisional itu masih sering terdengar mengalun melalui petikan dawai-dawai. Dalam satu suasana, alunan musik itu kembali terdengar dari petikan seorang pemuda yang tengah duduk di atas kursi, untuk menghibur sejumlah orang di kala matahari mulai tenggelam. Ketika didekati, irama musik ini ternyata berasal dari sebuah alat musik tradisional berwarna cokelat. Sebuah alat musik yang  menyerupai gitar yang memiliki dawai yang oleh masyarakat disebut dengan Gambus. BACA JUGA: 4 Tempat Wisata di Kendari yang Menarik Buat Tujuan Liburan Akhir Pekan Petikan musik tradisional ini mampu menyejukkan suasana hati dari kebisingan knalpot kendaraan yang lalu lalang di Kota Kendari, sore itu. Musiknya pun tak kalah menarik dibandingakan dengan berbagai jenis musik modern saat ini. Tepat di sudut Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau Kemenkumham Sulawesi Tenggara, alat musik tradisional ini dimainkan oleh seorang pemuda bernama Ade Rahmatullah (27 tahun). Topi adat Suku Tolaki Di tangan pria yang lahir di Desa Tawanga, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, alat musik Gambus seakan menghipnotis pendengar. BACA JUGA: Mencicipi Kelezatan Kuliner Khas Kendari, Coba 4 Makanan Ini Tentu,  karena iramanya mampu membuat orang ikut bernyanyi. Ade yang lahir 3 September 1995 ini tampil memainkan alat musik Gambus dengan lagu yang diciptakan ayahnya bernama Burhan Balano, juga merupakan pemain Gambus. Dengan menggunakan topi adat Suku Tolaki dan pakaian adat Tolaki serta syal kuning yang merupakan sarung adat, membuat Ade tampil lebih menawan. Ia dan sang ayah tampil di sebuah panggung mini yang dinamakan Pojok Aspirasi milik Kanwil Kemenkumham Sultra. BACA JUGA: Pulau Kartika dengan Suguhan Pantai yang Jernih dan Berpasir Putih Penampilan Ade bersama sang ayah di panggung yang berukuran kurang lebih 5x3 meter dengan tinggi sekitar 40 cm itu diinisiasi oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sultra Silvester Sili Laba. Hal itu dilakukan karena muncul ketakutan di benak pria asal Nusa Tenggara Timur ini akan keberadaan musik Gambus. Silvester merasa memiliki kewajiban untuk melindungi setiap warisan leluhur bangsa, sehingga dia mengajak para musisi untuk tampil menghibur di lingkungan kantornya. BACA JUGA: Nikmati Kesegaran Alam di Air Terjun Andawe Konawe! Sebagai warisan leluhur nenek moyang, maka suatu kewajiban bagi generasi penerus bangsa untuk melindungi dan merevitalisasi alat musik tradisional Gambus. Upaya melestarikan alat musik tradisional ini sangat penting dilakukan, sehingga warisan nenek moyang atau leluhur bangsa ini tidak diklaim oleh bangsa atau negara lain. Melindungi Kepunahan Musik Gambus Perlindungan terhadap alat musik Gambus yang ada di Sulawesi Tenggara dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM sehingga diharapkan dapat terus diwariskan ke generasi penerus dan tidak sampai diklaim oleh negara lain. Kepala Kanwil Kemenkumham Sultra Silvester Sili Laba mengaku sebagai bentuk perlindungan musik warisan budaya Gambus, pihaknya telah menerbitkan Hak Kekayaan Intelektual untuk jenis musik tersebut. BACA JUGA: Pulau Kondo di Bombana Suguhkan Pemandangan Alam yang Memesona Bagi dia, irama gambus adalah musik rakyat, namun belum dicatat dan diakui secara resmi oleh negara. Jangan sampai kita terlambat, ini jangan sampai negara luar mengklaim bahwa ini ciptaannya. Ini budaya kita. Pria yang kerap menyapa orang dengan panggilan kakak ini mengatakan akan memberikan perlindungan hak kekayaan intelektual komunal. Tujuaannya, guna melindungi warisan budaya yang sudah turun temurun dilestarikan di Sultra, termasuk Suku Tolaki. Perlindungan diberikan dengan
mendaftarkan Gambus sebagai warisan budaya Suku Tolaki untuk mendapat pengakuan hak cipta. Dan terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham RI, sehingga tidak ada pihak lain yang mengklaim. Tak hanya itu, sebagai bentuk dukungan pelestarian musik Gambus, Silvester mengaku akan mengajak musisi Gambus. Utamanya, yang telah mendapatkan Surat Pencatatan Ciptaan untuk masuk dapur rekaman di Jakarta. ***
0 notes
kamusjelita · 3 years
Text
Cover Kursi Sarung Kursi Kantor
Cover Kursi Sarung Kursi Kantor
Cover Kursi Sarung Kursi Kantor   Cover kursi ini adalah pilihan mudah dan murah untuk membuat kursi kantor anda terlihat lebih mewah dan menawan. Terbuat dari bahan polyester yang kuat dan mudah dicuci, sehingga memudahkan dalam perawatannya. Size :-bagian sandaran : tinggi : 27-35 cm, panjang kiri ke kanan : 35-45 cm-bagian dudukan: tinggi : 40-55cn panjang kiri ke kanan : 40-50 cm Bahan :…
View On WordPress
0 notes
sarungkursi · 2 years
Video
undefined
tumblr
lEMBUT!!! WA. 0856-4514-7822 Grosir Sarung Kursi Bogor
KLIK -> https://wa.me/6285645146822 ELEGANT!!! Jual Sarung Cover Kursi Di Provinsi Yogyakarta, Jual Sarung Kursi Makan Di Provinsi Yogyakarta, Sarung Kursi/Cover Kursi Yogyakarta, , Jual Sarung Kursi Plastik Murah Dan Berkualitas
0 notes
jualcoverkursi · 3 years
Video
undefined
tumblr
LEMBUT!!! WA. 0856-4514-7822 Grosir Sarung Kursi Kabupaten Kolaka Utara
KLIK -> https://wa.me/6285645146822 RAPI!!! Sarung Kursi Makan Elastis, Sarung Kursi Makan Shopee, Jual Sarung Kursi Murah, Cover Kursi Kantor, Sarung Kursi Makan Lazada
Kami Laris Jaya Makmur bergerak di bidang konveksi pembuatan sarung kursi, tablak meja, rumbai, dan plafon tenda untuk acara pernikahan, ulang tahun, hajatan, dsb.
Desa Kebonagung RT.18, RW. 06 Kec. Sukodono Kab. Sidoarjo (Depan Bakso Lumintu)
Langsung Ownernya
Mas Afif 0856-4514-7822
0 notes
Text
TERLARIS!!! jual sarung kursi deskorasi di Gunung Sugih 0856-4514-7822
https://youtu.be/pubToG-BE8c
TERLARIS!!!, Klik https://wa.me/6285645147822, Jual Sarung Kursi Kantor, Jual Cover Kursi Kantor, Jual Sarung Kursi Pesta Murah, Jual Sarung Kursi Murah - Jual Cover Meja ( Bisa Cod ), Konveksi Sarung Kursi Murah
AFIF JAYA adalah usaha yang bergerak dibidang konveksi sarung kursi sarung bantalan kursi berfungsi untuk melindungi kursi dari kotoran,goresan dan untuk menambah keindahan kursi yang berupa seni murni yang terdapat pada sarung kursi yang bermotif.
Apabila berminat hubungi Bapak AFIF :
0856-4514-7822 atau Klik https://wa.me/6285645147822
alamat: Desa Kebonagung, Kec. Sukodono Kab. Sidoarjo Jawa Timur
#JualSarungKursiKantor, #JualCoverKursiKantor, #JualSarungKursiPestaMurah, #JualSarungKursiMurah-JualCoverMeja(BisaCod), #KonveksiSarungKursiMurah
0 notes
pensil-tumpul · 2 years
Text
Gerimis, Payung, dan Mewahnya Masa Kecil
Tumblr media
Tadi petang, menuju isya, urusan di kantor redaksi baru usai. Semua alat kerja sudah rapi masuk ke dalam tas. Baru saja mulai beranjak dari kursi, gerimis turun.
Biasanya, ketika hujan saya lebih memilih menepi atau berteduh sampai hujan sedikit reda. Memakai jas hujan adalah aktivitas yang menyebalkan bagi saya.
Tapi petang tadi, saya tak membawa motor ke kantor. Jadi saya tak perlu melakukan pekerjaan menyebalkan itu.
Saya pulang jalan kaki dengan sebuah payung yang saya pinjam dari kantor (Saya lupa kapan terakhir memakai payung). Jarak kantor ke tempat tinggal saya memang tak jauh, hanya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki (aktivitas yang semakin jarang saya kerjakan).
Perjalanan singkat itu membawa saya menyelami masa lampau.
Bunyi gerimis yang jatuh ke permukaan payung, mengingatkan saya saat jalan pulang dari langgar (saat masih rajin mengaji waktu SD dulu), sekitar lima belas tahun silam. Saat musim hujan, payung adalah benda wajib yang dibawa ke langgar.
Dulu, saya dan teman-teman kampung berangkat mengaji menjelang maghrib, lalu pulang sekitar jam 9 malam. Sedikit dari kami yang membawa senter, biasanya kami membawa daun kelapa kering dari rumah untuk dibakar sebagai penerang saat pulang ngaji.
(Tentu, selain bau keringat, sampai di rumah badan kami semua bau sangit. Tak hanya itu, sandal jepit kami juga penuh lumpur, juga sarung dan bagian belakang baju kami (Ibu saya yang paling sering marah karena ini). Sebagai informasi, rumah dan langgar tempat kami mengaji cukup jauh, sekitar 3 kilometer, sebagian jalannya adalah aspal rusak, sisanya jalan tanah berlumpur).
Gerimis malam itu juga membuat saya mengingat kembali momen pulang sekolah di tengah hujan. Semua buku kami tinggal di laci sekolah, juga sepatu. Jarang kami membawa payung, kecuali saat pagi hari sudah hujan.
Pilihannya dua, menunggu di sekolah, atau lari menerobos hujan. Tapi kami membuat pilihan lain. Kami memotong daun pisang di belakang sekolah dengan penggaris plastik, lalu kami gunakan sebagai payung. Karena kebiasaan itu, kami sering kena marah pemilik kebun jika ketahuan.
Aroma petrichor malam itu juga mengingatkan saya saat hujan-hujanan pulang dari lapangan bola menjelang maghrib. Saya masih bisa merasakan was-wasnya saat pulang terlalu sore, apalagi dengan kondisi basah kuyup dan pakaian penuh lumpur. Sudah pasti yang saya takutkan adalah omelan Ibu saya. Tapi itu masih mending, sesekali Ibu hanya mendiamkan saja selama berjam-jam saat saya pulang terlalu sore. Itu yang paling saya takutkan.
Semua adegan itu berputar di memori saya dalam perjalanan singkat petang tadi. Entah bagaimana, meski gerimis masih turun, payung saya tutup. Saya ingin sekali merasakan gerimis itu jatuh langsung di kepala dan muka saya.
Tetiba, saya sangat merindukan masa anak-anak. Saya ingin mengingat semua momen mahal itu di beberapa menit sisa perjalanan saya dengan paripurna.
Saya ingin mendengar lagi gelak tawa teman-teman kecil saya saat berkejaran di tengah hujan, saya ingin merasakan air yang mengalir dari pelepah daun pisang ke tangan hingga membasahi ketiak baju sekolah, saya ingin mendengar suara tubuh yang terpelanting di tanah licin karena di seleding temannya.
Saya ingin, tapi tak mungkin.
1 note · View note
pusatsarungkursi · 3 years
Text
Tumblr media
HALUS!!! WA. 0856-4514-7822 Jual Cover Kursi Kantor
.
.
KLIK -> https://wa.me/6285645146822 BERKUALITAS!!! Jual Cover Kursi Kantor Terbaik, Sarung Kursi Kantor Cover Kursi, Sarung Penutup Kursi Kantor, , Harga Sarung Kursi Kantor Murah
.
.
Kami Laris Jaya Makmur bergerak di bidang konveksi pembuatan sarung kursi, tablak meja, rumbai, dan plafon tenda untuk acara pernikahan, ulang tahun, hajatan, dsb.
Desa Kebonagung
RT.18, RW. 06
Kec. Sukodono
Kab. Sidoarjo
(Depan Bakso Lumintu)
Langsung Ownernya
Mas Afif 0856-4514-7822
.
.
#sarung kursi murah, #sarung kursi makan set, #membuat sarung kursi, #sarung kursi napolly 101, #sarung kursi napolly 209
1 note · View note
notedown · 4 years
Text
Cerita dan Berita Masa Korona
ANDHINA RATRI
Yak, pasti sudah banyak yang mulai kehilangan hitungan hari berapa lama #dirumahaja. Dari yang hitungannya presisi hari per hari, jadi minggu per minggu, perlahan bergeser jadi satuan bulan. Kali ini yang aku ingat persis adalah tanggal 14 Maret sebagai hari terakhir keluar dan bertemu teman-teman dalam keadaan “bebas”. Walaupun pada saat itu, kami secara hati-hati memilih lokasi pertemuan. Mencari tempat makan yang sepi di daerah Cikini, agar tidak perlu ke mall dan berpapasan dengan banyak orang.
Tumblr media
Ini foto terakhir saya berkumpul bareng temen-temen alumni WUR yang sedang di Jakarta.
Pada hari pertemuan itu, saya sudah punya firasat bahwa ini adalah pertemuan terakhir sebelum pada akhirnya di hari berikutnya, kantor saya mengumumkan bahwa kami semua akan WFH. Waktu itu kebijakan kantor menerapkan WFH dengan durasi dua minggu. Saat itu saya dapat pengecualian untuk bisa pergi wawancara dalam masa WFH, karena proses pengambilan data wawancara saya belum selesai. Kebijakan dua minggu terkesan ‘cukup’ menyesuaikan masa inkubasi virus, walau dalam hati, saya merasa ini tidak akan selesai secepat itu.
Hari ini yang sudah menyentuh dua bulan (dari 15 Maret - 17 Mei) saya di rumah, sepertinya tidak banyak yang berubah. Terlebih Jakarta menjadi pusat pandemi yang saat ini saya juga sudah tidak mengikuti beritanya. Sudah tidak tahu lagi angka presisi penambahan kasus tiap harinya. Namun, rasanya belum ada perasaan “lega” bahwa usaha yang sudah dilakukan seluruh pihak membuat saya merasa yakin akan keberhasilannya. Oleh karena itu, saya sendiri cukup memilih jenis berita yang saya ikuti. Demi kesehatan diri sendiri.
Ketika saya berkomunikasi dengan teman-teman, masih sering saya dapati pertanyaan seperti,”Andhin pulang ke Jogja?”, “Andhin nanti mudik gimana, bisa?” atau “Tetap di Jakarta nanti lebarannya gimana, shalat ied?” dll. Saya sendiri tidak paham kenapa teman-teman saya masih memiliki keyakinan bahwa lebaran tahun ini akan berjalan seperti biasanya. Misalnya, akan ramai orang pakai baju baru, pergi shalat Ied, mengunjungi saudara, kemudian juga mudik. Jujur saja, bayangan-bayangan tentang lebaran yang seperti itu sudah hilang dari benak saya. Saya sudah mempersiapkan diri untuk keadaan yang paling buruk. Bahwa tiada shalat Ied untuk lebaran tahun ini, karena jelas akan menyebabkan kerumunan dan pengumpulan massa yang cukup besar. Tidak akan berkunjung ke rumah saudara secara fisik, karena akan meningkatkan kemungkinan transmisi virus. Apalagi berpikir beli baju baru, itu tidak sama sekali terlintas. Prioritas saya saat ini satu, saya tetap bertahan selama mungkin di rumah, karena saya tidak tahu apa yang terjadi di luar.
Bisa jadi pemikiran saya tersebut tidak sama dengan banyak orang, yang terbiasa dengan suasana meriah lebaran. Bagi saya, lebaran tidak di rumah Jogja, bukan kali pertama. Sudah beberapa kali saya merayakan lebaran di tempat perantauan. Jadi, saya tidak akan terlalu kaget atau bersedih akan hal ini. Orang tua saya juga sangat cukup memahami kondisi ini. Dari awal mereka tahu bahwa saya tidak pulang, dan lebih baik saya di Jakarta hingga keadaan membaik.
Ada satu pertimbangan yang juga lebih masuk akal bagi saya untuk tetap bertahan dalam kondisi ini. Cerita ini tidak banyak saya bagikan, hingga saya menuliskan ini. Bahwa, di awal-awal WFH, minggu kedua, saya mendapat berita yang lumayan mengejutkan. Pagi itu ada berita lelayu (meninggal) di grup Whatsapp kantor saya. Kurang lebih begini:
“(Berita lelayu), kayaknya kita beberapa kali berkomunikasi sama bapak ini ya?” - pesan dari advisor kami
“(Saya biasanya tidak secepat ini membuka grup, tapi kebetulan dan kemudian saya baca perlahan, bahkan berulang kali, nama di berita tersebut sangat familiar) Pak XX ini narasumber wawancaraku” - saya segera membalas saat sadar bahwa nama orang yang meninggal tersebut saya kenal
“Kapan kalian wawancara? Bapak ini meninggal dalam keadaan PDP, beliau terindikasi covid-19” - pesan dari advisor kami yang lain, yang juga mendapat info dari instansi terkait
Pagi itu, saya seperti melayang rasanya. Tapi tetap mencoba tenang. Namun, gambaran banyak kemungkinan terus melintas di kepala saya. Grup WA kantor mendadak ramai, langsung mengambil tindakan untuk contact tracing, cari kemungkinan tes, dan lain-lain. Pada bulan Maret itu, jumlah alat tes masih sangat terbatas, bahkan hanya PDP yang bisa dapat tes, beda dengan hari ini, ketika alat rapid test mulai banyak beredar, kapasitas lab juga meningkat. Saat itu, jika belum benar-benar sesak nafas dan harus dijemput ambulans rasanya susah untuk bisa ikut tes. Angka yang ada di portal web juga masih sedikit. Kami semua mencari cara bagaimana bisa dapat tes, karena jika saya positif, akan banyak tindakan lain yg perlu dilakukan.
Ternyata, bayangan stigma itu memang nyata. Pikiran saya sudah jauh hingga bagaimana kalau nanti saya harus dijemput ambulans, bisa-bisa setelah tes saya tidak punya tempat tinggal lagi, karena pemilik kos akan mengusir saya. Bagaimana jika saya positif, karena tepat satu hari dari hari wawancara tersebut saya bertemu beberapa deputi, yang besokannya meeting dengan menteri. Bagaimana jika saya yang menularkan. Bagaimana jika saya benar-benar harus diisolasi. Bagaimana jika saya sebenarnya negatif, tapi saat saya harus tes malah jadi tertular. Banyak sekali yang saya pikirkan. Namun, saya juga harus menjaga kesadaran, karena pikiran tersebut dapat melemahkan imun di tubuh saya dan membuat saya menjadi rentan.
Setelah percakapan di grup WA tersebut, saya langsung mencoba melaporkan diri ke call center DKI Jakarta, kemudian memberikan kronologi dan lain-lain. Akhirnya, saya mendapatkan kontak puskesmas terdekat. Walau sempat salah rujukan, akhirnya saya mendapat kontak petugas puskesmas di area domisili saya. Lalu, saya diberi jadwal untuk datang ke puskesmas.
Sore itu, perasaan saya campur aduk saat mau ke puskesmas. Sempat panik karena tidak punya masker (karena memang sempat langka dan harganya mahal sekali). Hingga teman kantor saya mengirimkan masker miliknya sebelum saya pergi. Saya ke puskesmas mengendarai motor sendiri, karena saya benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Resikonya terlalu besar.
Sesampai di puskesmas, saya ditanya oleh petugas jaga di depan gerbang, apa keperluannya. Saya bilang saya sudah janjian, dan lain-lain. Disitu, saya berusaha untuk tidak berbicara dengan siapapun. Bisa dibayangkan jika pengunjung lain yang duduk di kursi tunggu tahu bahwa saya ODP, mereka bisa tidak tenang melihat saya. Petugas puskesmas sepertinya juga tahu itu, sehingga proses komunikasi dengan saya dilakukan terpisah. Setelah menunggu, saya dimasukkan ke ruang khusus untuk periksa. Kosong isinya, sepertinya memang sudah dikhususkan untuk pemeriksaan covid-19. Di dalam ruangan yang kosong dan tidak ada siapa-siapa rasanya juga tidak tenang. Bagaimana kalau sebelum saya ada yang sudah positif kesini, hingga saya tidak berani menyentuh apapun. Takut.
Tumblr media
Ini adalah ruang periksa tempat saya menunggu
Setelah kurang lebih 30 menit saya menunggu, ada dua orang tenaga kesehatan yang masuk ke ruangan. Satu dari petugas tersebut mengenakan APD darurat, yang dibuat dari mantel plastik. Miris melihatnya. Petugas lainnya tidak memakai APD namun menggunakan masker dan sarung tangan. Dalam hati saya,”pasti jadi petugas ini juga deg-degan rasanya ketemu saya, karena kalau saya positif, mereka bisa ada kemungkinan tertular”. Kemudian, saya ditanya BPJS, yang hampir saja membuat saya tidak bisa diperiksa karena faskes saya di Tanah Abang (puskesmas dekat kantor). Namun, akhirnya bisa. Pertanyaan yang diberikan ke saya seputar informasi dasar seperti BB, TB, golongan darah, riwayat kesehatan dan gejala yang saya rasakan, ukur tensi, suhu badan, dan lain-lain. Saat itu, suhu badan saya normal, 36 derajat Celcius. Kemudian semua rekam medis saya dicatat dalam borang khusus untuk kasus covid-19 yang akan dilaporkan ke pusat. Hari itu saya resmi tercatat ODP. Saya melengkapi angka ODP hari itu yang pertama kalinya menembus angka 2000. Lagi-lagi dalam hati saya “wah di dalam angka itu ada saya salah satunya”. Oiya, saya tidak mendapat tes apapun hari itu. Saat saya bertanya, mereka menjawab sesuai dugaan, karena saya tidak sesak nafas sampai berat, saya tidak bisa dites. Walaupun saya ada kontak dekat dengan pasien (yaitu dalam kasus saya: wawancara dua jam di ruangan tertutup berhadapan). Sore itu saya kembali namun belum bisa tenang. Pulang dari puskesmas saya buru-buru mandi dan semua baju saya cuci. Saya tidak mau ambil resiko.
Selang beberapa hari, tepatnya pada tanggal 29 Maret, akhirnya saya mendapat panggilan untuk rapid test. Satu kelegaan, akhirnya saya bisa mendapat kepastian. Bisa mendapatkan tes yang saat itu perbandingannya 1 banding 1 juta penduduk itu rasanya campur aduk juga. Satu sisi, saya tahu banyak orang juga yang kesulitan mendapatkan akses tes ini, namun di sisi lain, tes ini bukan untuk diri saya sendiri, ada banyak nama yang menunggu status saya. Mereka menunggu dengan was-was dan gelisah juga. Kemudian, 30 Maret, saya datang lagi ke puskesmas untuk tes. Saya sudah mengenakan masker lengkap juga kacamata (berita munculnya penularan dari mata membuat saya harus siaga juga). Waktu itu, lokasi tes ada di halaman SD sebelah puskesmas. Sengaja dibuat di ruangan terbuka dan terpisah untuk meminimalisir potensi transmisi.
Tumblr media
Ini adalah bilik untuk tes covid-19 yang dibuat di halaman sekolah
Saya menunggu sambil berdiri, untung saat itu hanya dua orang yang menunggu. Tentu kami tidak saling bicara, karena kami sama-sama tahu akan resikonya. Berdiri berjauhan hingga tiba giliran. Saat sudah tiba giliran saya, kemudian dipersilakan duduk, dicocokkan datanya, tentu ini penting agar tidak tertukar, kemudian petugas memberikan label khusus pada tabung tes saya, ada nama saya disitu. Lalu, proses rapid test ini dilakukan, dengan mengambil sampel darah dari tangan kanan saya. Deg-deg an rasanya. Saya sampai benar-benar memastikan untuk melihat bahwa jarum yang tadi dipakai adalah baru, dll. Saya sadar, resikonya terlalu besar untuk lengah di saat seperti ini. Pulang dari tes, saya langsung mandi, setidaknya mengurangi potensi tertular karena petugas menyentuh tangan saya dengan APD yang sudah kontak dengan pasien lain.
Malam harinya, ada satu WA yang muncul di handphone saya, berisi, “mbak berikut adalah hasil rapid test hari ini (disertai lampiran gambar, tidak ada kata kata lain)”. Lagi-lagi rasanya gelisah. Saya tidak berani membukanya, saya takut dan gemetar. Selama hidup, tidak pernah saya menginginkan status “negatif” kecuali dari covid-19 ini, hehe. Hingga akhirnya, tanpa melihat layar, saya forward pesan itu ke rekan kantor saya, biar dia yang melihatnya untuk saya. Tangan saya sudah berkeringat dingin. Membayangkan kemungkinan terburuk. Hingga, masih dengan tangan gemetar, saya mengintip pesan dari rekan saya yang bisa dilihat dr layar walau dalam keadaan terkunci. Dia bilang “alhamdulillah Ndin, negatif, lega banget rasanya”. Langsung lemas badan saya membaca itu, lemas karena lega. Sangat lega. Membaca hasil tes ini jauh dari deg-degannya saya dalam menunggu hasil tes lain seumur hidup.
Lalu, saya membalas pesan dari petugas tersebut dan diberitahukan bahwa dalam tujuh sampai sepuluh hari saya harus melakukan rapid test lagi, untuk memastikan saya benar-benar negatif. Jika hasilnya positif, saya akan mendapat tes swab. Lalu, setelah sepuluh hari dari tes, saya yang belum mendapatkan jadwal tes kedua, bertanya ke petugas puskesmas. Jawabannya begini,”maaf mbak, baru menginfokan, alat tes kami habis dan kami belum bisa melakukan tes lagi”. Mmm, sedih sekali rasanya. Hal lain yang membuat saya sedih bercampur marah adalah saya menemukan seseorang membuat posting-an yang cukup menjadikan twitter gaduh karena dia menjualn alat rapid test. Iya menjualnya dengan bebas. Tanpa perlu surat dll. Bagaimana bisa, fasilitas kesehatan tidak punya alatnya, tapi ada warga yang mencari untung dari menjual alat kesehatan bahkan tidak melalui toko bersertifikat? Geram sekali rasanya. Saya sendiri beruntung selama proses itu dipantau kesehatannya dan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Bagaimana jika ada orang yang benar-benar membutuhkan untuk dites, namun terhambat karena ada yang menimbun alat rapid test sehingga susah diakses oleh faskes? Saya tidak habis pikir melihat fenomena ini, oportunis sekali.
Lalu, singkat cerita, akhirnya saya sudah tidak berstatus ODP, sudah clear dan negatif. Saya sudah cukup lega, rekan kantor saya juga lega, karena saya berpotensi tertular covid-19 saat tugas kantor. Oiya, bapak yang meninggal tadi meningkat statusnya dari PDP menjadi positif covid-19. Hasilnya baru keluar seminggu setelah meninggal (sedih sekali tau proses ini lambat yang membuat penanganannya juga lambat dan berakibat fatal). Pengalaman ini cukup saya rasakan sekali saja, dan menjadi bagian dari catatan perjalanan hidup saya. Ini bekal saya untuk lebih hati-hati juga, sehingga bayangan mudik itu sirna dalam pikiran saya. Tidak lagi ODP namun saya tetap beranggapan bahwa bisa jadi saya OTG, atau carrier. Ini akan membahayakan banyak orang. Ataupun, jika benar-benar saya bersih, berkumpul dengan banyak orang bisa membawa kemungkinan transmisi dari orang yang tidak saya kenal dan ketahui status kesehatannya.
Jadi, cerita ini saya tulis sebagai bagian dari pengingat saya. Bahwa tinggal di Indonesia, merasakan harus rapid test seperti sebuah kemewahan, yang bisa jadi biasa saja di negara lain. Bayangan tentang stigma negatif juga muncul, ini perasaan yang nyata. Ini juga jadi pengingat bagi saya untuk bisa meletakkan empati saya pada mereka yang harus tertular covid-19 hingga kehilangan nyawa, pun juga bagi keluarga yang ditinggalkan. Sedih sekali pasti, sakit sendirian, tidak boleh dijenguk, dan hingga meninggal tidak boleh diantar. Saya doakan teman-teman yang membaca tulisan saya ini sehat semuanya, tetap hati-hati, jaga kesehatan dan kebersihan, pakai masker untuk melindungi diri dan orang lain. Covid-19 ini nyata, sekali tertular, bisa jadi itu saat terkahir kita bertemu dengan semua keluarga dan sahabat. Jadi jangan sampai itu terjadi. Untuk semua tenaga kesehatan yang menjadi garda depan, saya ucapkan terima kasih atas dedikasinya. Semoga Indonesia bisa segera melewati ini semua, aamiin :)
Jakarta, 17 Mei 2020
1 note · View note
Text
WA. 0813-5987-3112 Jual Taplak Meja Kantor
WA. 0813-5987-3112 Jual Taplak Meja Kantor
Klik https://wa.me/6281359873112 PRODUSEN!!! Taplak Meja Makan, Taplak Meja Prasmanan, Taplak Meja Tamu, Taplak Meja Bulat Pesta, Model Taplak Meja Pesta
Kami Laris Jaya Makmur bergerak di bidang konveksi pembuatan sarung kursi, tablak meja, rumbai, dan plafon tenda untuk acara pernikahan, ulang tahun, hajatan, dsb.
Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto
Langsung Ownernya
Mas Afif 0813-5987-3112 Atau Klik https://wa.me/6281359873112
WA. 0813-5987-3112 Jual Sarung Kursi Di Purwokerto
flickr
0 notes
magang1-gm · 3 months
Text
(hub 0821-3108-7971)Sovenir Kantor Buatan Malang Terbaik: Unggulan dari Kualitas Hingga Kekhasan
Tumblr media
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, memilih sovenir kantor yang tepat tidak hanya sebagai tanda penghargaan, tetapi juga sebagai representasi dari identitas dan nilai perusahaan. Di Malang, Anda dapat menemukan berbagai sovenir kantor buatan Malang yang tidak hanya menonjolkan kualitas terbaik tetapi juga kekhasan budaya lokal. Artikel ini akan menjelaskan mengapa penting untuk memilih sovenir kantor dari Malang, serta mengulas beberapa pilihan terbaik yang tersedia. Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
Mengapa Memilih Sovenir Kantor Buatan Malang?
Kualitas Unggulan
Sovenir kantor buatan Malang dikenal dengan kualitasnya yang unggul. Pengrajin lokal menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan teknik produksi yang cermat untuk menghasilkan produk yang tahan lama dan menarik.
Kekayaan Budaya Lokal
Setiap produk sovenir kantor Malang mencerminkan kekayaan budaya dan seni tradisional khas Jawa Timur. Hal ini membuatnya tidak hanya sebagai hadiah, tetapi juga sebagai warisan budaya yang bisa diapresiasi.
Dukungan terhadap Ekonomi Lokal
Dengan memilih produk buatan Malang, Anda turut mendukung ekonomi lokal dan memberdayakan pengrajin serta industri kreatif di daerah tersebut.
Pilihan Terbaik dari Sovenir Kantor Buatan Malang
1. Kerajinan Anyaman Rotan
Kerajinan anyaman rotan dari Malang menampilkan keindahan dan kekuatan bahan alam lokal. Beberapa contoh produknya adalah:
Keranjang Penyimpanan: Keranjang penyimpanan dengan motif tradisional Malang, cocok untuk menyimpan dokumen atau barang-barang kecil di kantor.
Kursi Santai: Kursi santai dari anyaman rotan yang nyaman digunakan, menambah sentuhan alami dan elegan di ruang tunggu perusahaan.
2. Batik Malangan
Batik Malangan adalah kebanggaan budaya lokal yang terus dikembangkan. Beberapa pilihan batik Malangan untuk sovenir kantor meliputi:
Kemeja Batik: Kemeja batik dengan motif modern yang cocok dipakai dalam acara formal atau sehari-hari di kantor.
Sarung Meja: Sarung meja berbahan batik Malangan untuk menambahkan sentuhan budaya dalam dekorasi ruang kerja.
3. Wayang Kayu
Wayang kayu merupakan seni tradisional yang menggambarkan tokoh-tokoh epik dalam cerita Jawa. Beberapa contoh produknya adalah:
Wayang Golek: Wayang golek dengan detail halus dan warna-warna yang cerah, cocok untuk dijadikan dekorasi di ruang kantor atau sebagai koleksi pribadi.
Wayang Kulit Miniatur: Wayang kulit miniatur sebagai hadiah yang unik dan bernilai seni tinggi untuk klien atau kolega bisnis.
4. Seni Lukis Pemandangan Malang
Lukisan pemandangan Malang menghadirkan keindahan alam dan arsitektur kota. Beberapa pilihan seni lukis untuk sovenir kantor termasuk:
Lukisan Gunung Bromo: Lukisan indah yang menggambarkan Gunung Bromo sebagai ikon alam Malang yang terkenal.
Lukisan Kota Tua Malang: Lukisan yang menghadirkan suasana kota tua Malang dengan detail arsitektur dan budaya lokalnya.
Tips Memilih Sovenir Kantor Buatan Malang yang Tepat
Tinjau Kualitas Produk
Pastikan untuk memeriksa kualitas bahan dan detail produk sebelum memutuskan untuk membeli. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sovenir kantor yang dipilih memiliki nilai estetika dan fungsionalitas yang baik.
Pilih Produk yang Mencerminkan Identitas Perusahaan
Pilihlah produk yang sesuai dengan nilai-nilai dan identitas perusahaan Anda. Hal ini akan membantu memperkuat citra perusahaan di mata karyawan, klien, dan mitra bisnis.
Pertimbangkan Kesesuaian Harga
Meskipun kualitas adalah hal yang penting, pertimbangkan juga kesesuaian harga produk dengan anggaran yang telah ditetapkan. Temukan produk buatan Malang yang memberikan nilai terbaik untuk investasi Anda.
Mengapa Memilih Kami?
Kunjungi koleksi eksklusif kami dari sovenir kantor buatan Malang yang terbaik. Kami menawarkan produk-produk dengan desain unik dan kualitas terbaik yang tidak akan Anda temukan di tempat lain. Segera kunjungi toko kami untuk melihat pilihan lengkap dan pesan sekarang! Lihat koleksi eksklusif kami sekarang! Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
Studi Kasus: Keberhasilan Penggunaan Sovenir Kantor Buatan Malang
Perusahaan Pariwisata
Sebuah perusahaan pariwisata di Malang menggunakan kerajinan anyaman rotan lokal sebagai sovenir kantor untuk klien internasional mereka. Keputusan ini tidak hanya memperkuat hubungan bisnis tetapi juga mempromosikan keindahan alam dan seni tradisional Malang.
Startup Teknologi
Sebuah startup teknologi yang berkantor di Malang menggunakan batik Malangan sebagai bagian dari strategi branding mereka. Batik dipilih karena kekhasan motifnya yang menggambarkan keindahan alam dan budaya lokal. Hasilnya, sovenir ini menjadi perbincangan yang positif di kalangan klien mereka.
Perusahaan Konsultan
Sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Malang menggunakan wayang kayu sebagai hadiah spesial kepada klien-klien mereka. Wayang kayu dipilih karena nilai seni dan keunikan yang tinggi, sehingga memberikan kesan mendalam kepada penerima.
Kesimpulan
Sovenir kantor buatan Malang adalah pilihan terbaik untuk memperkuat hubungan bisnis dan menunjukkan apresiasi terhadap budaya lokal. Dengan memilih produk yang berkualitas dan unik, Anda tidak hanya memberikan hadiah tetapi juga menghargai kekayaan seni dan warisan budaya Malang. Segera kunjungi kami dan temukan koleksi eksklusif kami. Lihat koleksi eksklusif kami sekarang! Untuk informasi lebih lanjut, call 0821-3108-7971.
0 notes
anginlalu · 5 years
Text
Kado Untuk Liani
Namaku Amran. Umurku 13 tahun. Keluarga kami baru pindah rumah. Agar lebih dekat dengan kantor kerja Ayah, kami pindah ke sebuah rusun di Slipi. Rusun ini sebenarnya terdiri dari 3 gedung. Gedung A, B, dan C. Rumah baru kami terletak di lantai 15, yang paling tinggi di gedung A. Gedung B dan C terdiri dari 20 lantai.
Karena pindah rumah, maka aku dan adikku, Ardi, juga harus pindah sekolah. Sekolahku yang baru tidak terlalu buruk. Begitu pula adikku. Tapi karena kami anak baru, kami masih harus menyesuaikan diri.
Tadinya ayah bekerja sebagai karyawan toko di dekat rumah nenek. Tapi beberapa minggu ke belakang, katanya ayah mau pindah kerja ke Jakarta. Ayah bilang, “Pekerjaan baru ini lebih menyenangkan”.
Ibuku tidak bekerja. Sehari-hari ia berada di rumah sambil menyirami bunga-bunganya yang baru ia beli. Sepertinya membosankan ya menjadi ibu. Setiap hari cuma berdiam diri di rumah, tidak bisa bermain keluar. Tapi katanya, kalau ibu tidak di rumah, “Nanti kamu gak bisa makan telur dadar kesukaanmu”.
Sebelum pindah, ayah sering mengajak kami bermain di kolam di dekat sawah kakek. Airnya bersih dan ikannya besar-besar. Ayah juga suka membawakan kami keripik. Adikku suka sekali snack itu. Tapi semenjak pindah, ayah cukup sibuk dan tidak bisa terlalu sering bermain dengan kami. Maka, suatu hari, ayah mengajak kami ke pasar dan membelikan kami sarung tangan dan bola kasti. Kami diajak ke loteng rusun untuk bermain lempar-tangkap.
Permainannya menyenangkan. Kecuali bagian-bagian ketika kami melempar terlalu keras dan bolanya jatuh dari loteng. Kata ayah, “Selama belum kenal dengan orang-orang, bermainlah di sini”. Kami sering bermain di loteng setelah itu.
Suatu siang, ketika kami sedang bermain di loteng, lemparanku melenceng jauh hingga mengarah ke gedung sebelah. Bola itu masuk ke jendela sebuah kamar di sana. Mungkin sekitar lantai 16, atau mungkin 17.
“Tuh kan, asal lempar sih”, kata Ardi. Dengan muka cemberut, aku menatap balik Ardi yang mengesalkan itu. Jendela kamarnya memang selalu terbuka. Setiap kami bermain di loteng, hanya kamar itu yang jendelanya terbuka. Kami tidak tahu siapa yang tinggal di sana karena ruangannya selalu gelap. Apa jangan-jangan, kamar itu ada hantunya? Entahlah, mana ada hantu di siang-siang bolong?
Aku sudah lelah dan malas mencari bolanya. “Beli bola baru aja deh, Di. Pakai tabunganku gak apa-apa kok”, kataku. Tabunganku memang cuma sedikit, tapi mungkin cukup untuk beli bola baru.
“Ihh, nanti ku bilang ke ayah, dimarahin loh”, balasnya.
“Eh, jangan dong. Kok main bilang-bilangin sih”, ujarku dengan nada panik.
“Yaudah kakak cari bolanya sana. Aku tunggu di sini”, katanya.
“Bantuin dong. Kan kita main berdua. Nyari bolanya juga berdua dong”, balasku dengan nada kesal.
Lalu, kami dikejutkan dengan kejadian yang tidak terduga. Bola kasti itu tiba-tiba jatuh ke hadapan kami berdua. Kami saling menatap. Kemudian tatapan kami sedikit demi sedikit beralih ke arah kamar yang ada di gedung B. Jantungku berdegup kencang. Keringatku mengalir deras hingga membasahi leher. Semua bunyi bising jalanan seketika menjadi hening. Kami menatap kamar itu selama beberapa detik sambil bertanya-tanya keheranan.
“Kak, apaan tuh?!”, adikku bertanya keheranan sambil menunjuk ke kamar tadi.
Dengan ketakutan, aku mencoba mendekat untuk mencari tahu. Kemudian terdengar suara reot dari balik kamar itu diiringi dengan penampakkan seorang perempuan yang duduk di atas kursi roda.
Sekonyong-konyong kami langsung berteriak ketakutan, “Aaaaah. Hantu!!!”.
Kami dengan terbirit-birit berlari menjauh dan bersembunyi di belakang tumpukkan meja di loteng. Adikku yang penasaran itu mencoba untuk melihatnya lagi. Ia mengintip pelan-pelan ke arah kamar tadi. Aku melihatnya sambil menunggu teriakan apalagi yang akan dia keluarkan. Pandangannya seperti kebingungan.
Tangannya mencoba menarik-narikku sambil berbisik, “Kak, sini lihat deh”.
Dalam hatiku, “Mampus. Masa suruh lihat setan sih”.
“Gak mau, jangan”.
“Eh, sini lihat dulu, ga ada setannya”.
Karena aku malah jadi penasaran, aku mencoba memberanikan diri mengintip lewat atas meja. Mataku sedikit-sedikit bergerak melihat ke arah kamar tadi. Lalu, aku yang pensaran itu dibuat terkejut. Di kamar itu tidak ada setan. Akan tetapi justru seorang anak perempuan yang duduk di atas kursi roda.
“Coba ke sana, Kak”, ujar Ardi.
Aku yang juga sama penasarannya dengan dia kemudian maju, “Ayo, bareng”.
Kami berdua mendekat ke arah anak perempuan itu. Anak itu mengenakan sweater hijau dengan rok batik yang lusuh. Mata kirinya ditutupi perban putih yang sepertinya baru diganti. Rambutnya panjang dan berwarna hitam. Ia menggunakan kursi roda dan duduk di balkon di depan kamarnya. Ketika kami sudah cukup dekat, bibirnya yang pucat itu melekuk perlahan memberi sinyal senyuman kepada kami. Tangannya melambai lesu menyapa kami berdua, tapi ia tidak bicara apa-apa.
Aku menatap adikku. Ia juga menatap balik. Kemudian kami membalas sapa anak itu dengan lambaian dan senyuman yang kelihatannya sedikit terpaksa karena kebingungan. Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku.
Aku bertanya, “Nama kamu siapa?”.
Dia hanya menatap kami tanpa memberi jawaban. Tangannya yang lemah itu kemudian memberi isyarat seakan-akan sedang melempar sesuatu.
“Kak dia minta lempar bolanya kali”, kata adikku.
Aku kemudian mengambil bola kami dan melemparkannya ke arahnya. Anak perempuan itu mengambilnya dan mengikatkan selembar kertas menutupinya. Lalu ia lemparkan lagi ke arah kami. Adikku mengambil bolanya dan membuka kertas yang menutupinya itu.
“Bacain, Kak, kayaknya dia nulis nama”, kata adikku.
Kemudian aku mengambil kertas itu dan membuka lipatannya. Di sana tertulis,
“Salam kenal. Namaku Liani. Maaf aku tidak bisa bicara.”
Tanganku masih memegang kertas itu, kemudian tatapanku tertuju padanya. Ia membalas tatapanku dengan senyuman. Lagi-lagi senyuman lemah.
“Katanya, Namanya Liani. Dia bilang dia gak bisa bicara”, ujarku pada Ardi.
“Ohh gitu. Kasian ya, Kak”.
Sambil melambai-lambai, adikku berteriak kepada anak itu, “Halo, Liani. Namaku Ardi. Maaf ya tadi Kak Amran lempar bola ke kamarmu”.
Mendengar ucapannya, aku juga teringat bahwa harus minta maaf kepada anak itu, “Liani. Maaf tadi aku lempar bola ke kamarmu. Salam kenal juga ya”.
Anak perempuan itu membalas dengan mengangguk-angguknan kepalanya. Ia lalu mengisyaratkan tangannya lagi. Aku lemparkan kembali bola dan kertas itu ke arahnya. Ia kemudian mengambil pensil dan menuliskan sesuatu di kertas. Lalu ia remas kertas itu menutupi bola dan melemparnya lagi. Aku mengambilnya dan membaca tulisannya.
“Gak apa-apa. Boleh ikut main?”
“Katanya dia mau ikut main, Di. Bolehin atau engga?” tanyaku ke Ardi.
Adikku lalu tiba-tiba menendang kakiku seperti kesal, “Ya bolehin lah, Kak. Dasar jahat”.
Dasar Ardi tukang tendang kaki.
“Aww sakit tau. Ya aku kan cuma nanya”, balasku dengan kesal.
Ketika aku melihat anak perempuan itu lagi, ia tertawa. Semenjak saat itu, kami sering bermain lempar bola bersama. Kalau hujan turun, biasanya kami tetap bermain, apalagi kalau ibu sedang tidur. Kalau ibu bangun kami suka kena marah. Tapi Liani tidak ikut bermain jika hujan. Dia hanya menonton dari balik jendela kamarnya.
Pernah suatu siang kami bermain lempar-tangkap dengannya, lemparan Liani tidak cukup jauh dan akhirnya bola itu jatuh ke gang yang memisahkan gedung A dan B. Saat itu, wajahnya menunjukkan penyesalan. Ia kemudian menempelkan kedua tangannya seperti sedang meminta maaf.
Adikku kemudian bilang, “Haha, gak apa-apa, Lia. Nanti biar Kak Amran yang ambil”.
“Lah, kok aku?!”.
“Yaudah ntar aku bantuin deh. Lia tunggu di sana ya!”, ujar Ardi.
Kami kemudian mencari-cari di tumpukan rongsokan di gang itu. Gang itu bau. Sepertinya ada yang membuang sampah di sana. Setelah setengah jam kami cari, akhirnya kami menemukan bolanya dalam keadaan basah dan bau. Kami membawa balik bolanya ke atas untuk dicuci dan dikeringkan.
Ketika kami kembali ke loteng, kami menemukan plastik putih tergeletak. Aku mengambilnya dan membukanya. Di sana ada makanan dan kertas. Kuambil kertas itu dan kulihat isinya.
“Ini buat kalian. Maaf ya bolanya jatuh.”
Makanan itu ternyata adalah snack keripik. Ini snack kesukaan adikku.
Setelah melihat isinya, adikku segera berteriak, “Makasih ya, Liani! Aku suka Keripik!”.
Liani yang duduk di balkon hanya tertawa melihat kami berebut makan keripik yang ia beri.
Selama beberapa minggu, kami sering bermain bersama. Ardi bahkan menceritakan ini ke ayah dan ibu.
Mendengar cerita kami, ayah bilang, “Baik-baik ya sama Liani. Sepertinya kalian satu-satunya teman dia”.
Ibu juga bilang ke kami, “Hati-hati kalau melempar. Nanti terlalu keras, kan kasian dia”.
Ayah dan ibu sepertinya memang tidak kenal Liani ataupun keluarganya, tapi mereka berdua senang jika kami berteman dengannya.
Suatu hari, ketika sedang bermain, Liani meremas kertas dan mengikatnya di bola. Ia melemparkannya kepada kami. Sepertinya ia mau bilang sesuatu. Aku lalu mengambilnya dan membaca isi kertasnya.
“Besok lusa hari ulang tahunku. Datang ya! Kamarku di lantai 16 nomor 51a.”
Adikku bertanya, “Apa isinya, Kak? Dia mau ngasih keripik lagi?”.
“Ihh, pikiranmu keripik doang”.
“Dia bilang dia ulang tahun besok lusa. Kita diundang buat datang. Mau gak?”, tanyaku.
“Ohh, iya dateng yuk, Kak. Kita beliin hadiah yang bagus”.
Adikku kemudian mendekat ke arah Liani dan berteriak, “Liani, tenang aja. Besok lusa kami datang bawa hadiah yang bagus ya!”.
Permainan hari itu selesai. Di kamar, kami berdua mengobrol.
“Di, mau belikan apa buat Liani?”, tanyaku pada Ardi.
Dengan bersemangat, Ardi bilang, “Kita beliin bola kasti aja, Kak. Tapi bola yang bagus. Besok kan sabtu, kita beli dulu ke pasar”.
“Yaudah, tapi kita patungan ya. Tabungan kakak kan kamu pakai beli topi kemarin. Sekarang belum banyak”, jawabku ke Ardi.
Lalu Ardi membalas, “Hehe. Oke kalau gitu, Kak. Nanti liat dulu ya tabunganku ada berapa”.
Keesokan harinya, selepas solat subuh, kami mengumpulkan uang tabungan kami dan menghitungnya. Setelah dijumlah, kami punya uang sebesar 47.000.
“Di, kalau cuma segini sih gak cukup buat beli bola”, kataku setelah menghitung uang yang ada.
“Kalau kita minta ke ayah dan ibu aja gimana, Kak?”.
“Jangan, Di. Ayah dan Ibu juga kan ada keperluan lain”.
“Yaudah, Kak. Kita ke pasar aja dulu. Siapa tahu dapat yang harganya segitu”.
Akhirnya, setelah kami sepakat, kami bersiap-siap dan bergegas menuju ke pasar. Kami berlari menuju pintu keluar.
Ibu yang sedang di dapur kemudian bertanya, “Eh, pada mau ke mana? Sarapan dulu!”.
Aku hanya menjawab, “Mau ke pasar. Sebentar aja kok, Bu. Hehe”.
Kami lalu segera berangkat menuruni gedung.
Di pasar, kami mencari ke mana-mana. Pasar itu besar, tapi kami harus cari sampai ketemu.
Kami bertanya ke suatu toko, “Pak, jual bola kasti?”.
Penjual toko itu menjawab, “Ada, Dek”.
“Harganya berapa, Pak?”.
“60.000 aja, Dek”.
Karena kami tidak punya uang sebanyak itu, kami beralih ke toko lain. Ternyata tidak ada yang menjual bola kasti seharga 47.000. Para penjual di pasar bilang rata-rata harganya di atas 50.000. Setelah 2 jam berkeliling. Aku dan adikku kemudian berhenti di salah satu teras toko. Adikku yang kelelahan karena belum sarapan itu kemudian menangis.
“Huwaaa. Bolanya gak ada, Kaaak… Kita gak bisa kasih hadiah buat Liani. Huwaaaa…”, dia bicara sambil berurai air mata.
Aku juga bingung. Dengan uang segitu, mana bisa beli bola kasti, apalagi bola kasti yang bagus.
Aku bilang ke adikku, “Udah jangan nangis. Cari lagi aja yuk. Masih ada toko lain kayaknya di sebelah sana”, aku menunjuk ke salah satu sudut pasar.
Sambil dibasahi air mata, adikku mengusap pipinya yang merah itu. Kami kemudian berjalan lagi mencari bola kasti untuk diberikan pada Liani sebagai hadiah ulang tahunnya. Setelah mencari cukup lama, kami menemukan sebuah toko alat olahraga. Ketika kami sedang melihat-lihat bola-bola di etalase, seorang bapak-bapak mendekati kami.
“Mau beli apa, Dek?”, tanya bapak itu.
Karena sudah lelah, aku ceritakan saja semuanya pada bapak itu, “Pak, kami mau kasih hadiah bola kasti untuk teman kami. Katanya besok dia ulang tahun. Tapi tabungan kami cuma ada 47.000, Pak. Dari tadi kami cari-cari di pasar, gak ada yang menjual bola kasti di bawah 50.000, Pak”.
Mendengar ceritaku, bapak tadi kemudian bertanya, “Anak yang baik. Nama kamu siapa?”.
“Saya Amran, Pak. Ini adik saya, Ardi. Dia tadi nangis karena gak nemu bola yang murah”.
Sepertinya bapak tadi cukup kasihan melihat kami. Bapak itu kemudian bertanya lagi, “Temen kamu namanya siapa?”.
“Temen kami namanya Liani, Pak”, jawabku.
Bapak itu sedikit terkejut, “Wah, perempuan to? Masa anak perempuan main bola kasti?”.
“Dia gak punya temen, Pak. Cuma kami temennya. Kami suka main lempar-tangkap bareng. Makanya kami mau belikan bola untuk jadi hadiah ulang tahunnya”.
Bapak itu kemudian tersenyum mendengar ceritaku.
Ia kemudian berkata lagi, “Kalian baik banget ya. Kalau gitu sini bapak belikan bola untuk kalian ya. Nih, lihat. Mau bola yang mana?”
Mendengar ucapan itu, seketika Ardi langsung tersenyum. Mata merahnya itu kemudian menjadi berseri karena senang sekali ada orang yang mau membantu. Aku kemudian menunjukkan bola yang ingin kubeli. Harganya 95.000. Akan tetapi bapak itu tidak menghiraukannya. Ia membelikan bola itu untuk kami, dan bahkan memberi kami uang tambahan.
Sambil tersenyum, bapak itu berkata, “Ini buat beli kertas kado sama ongkos pulang ya, Dek. Salam buat orang tua kalian”.
Kami berdua mengucapkan terima kasih kepada bapak tadi dan mencium tangannya. Dengan hati yang gembira, kami berdua segera pulang ke rumah. Ketika masuk rumah, ibu segera menyuruh kami makan. Kami segera makan dan menceritakan apa yang terjadi kepada ibu dan ayah kami.
“Padahal kalian bilang aja. Kalau untuk beli bola, ibu ada uang kok”, ujar ibuku.
“Kami gak mau merepotkan ibu dan ayah”, jawabku.
Ayahku kemudian berujar, “Kalian sudah jadi anak baik. Kalau begitu, besok kita ke rumah Liani bareng-bareng ya”.
Di malam harinya, kami membungkus kado dan menulis ucapan selamat ulang tahun untuk Liani. Kami tidur dalam keadaan sangat gembira malam itu.
Tibalah hari minggu, hari ulang tahun Liani. Seperti biasa, kami sarapan pagi terlebih dahulu. Kami bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Liani.
“Amran, kadonya udah dibawa?”, tanya ayah padaku.
“Udah, Yah. Dipegang Ardi”.
Kami kemudian berangkat ke Gedung B pada pukul 9 pagi.
Ketika sampai di lantai 16, kami mencari-cari alamat rumah Liani.
“Nomor 51a, Yah”, kataku pada ayah.
Kami mencari bersama-sama.
“Nomor 48, nomor 49, nomor 50, nomor 51, nah ini dia 51a”, ucap ayahku.
Ayah mengentuk pintu sebanyak tiga kali. Tok, tok, tok. Secara perlahan, pintu itu kemudian terbuka. Dari balik pintu, ada seorang nenek yang menyapa kami.
“Ada yang bisa dibantu?”, tanya nenek itu.
“Selamat pagi, Nek. Benar ini rumahnya Liani?”, kata ayah.
“Benar, Pak. Ini dengan Ayah Amran dan Ardi ya?”, ternyata nenek itu sudah tahu kedatangan kami.
“Benar, Nek. Kami datang ke ulang tahun Liani”, ujar ayah.
Adikku yang tidak sabar kemudian bertanya, “Lianinya di mana, Nek? Boleh masuk?”.
Nenek tadi kemudian mempersilakan kami masuk, “Tunggu dulu ya di sini”.
Kami dipersilakan duduk di ruang tamunya dan disuguhkan teh hangat. Nenek tadi kemudian duduk di kursi.
“Amran sama Ardi, terima kasih ya sudah mau main sama Liani. Setiap kali kalian main, Nenek ada di rumah dan memperhatikan. Liani kelihatan senang dan bahagia ketika bermain dengan kalian”.
Nenek itu kemudian melanjutkan ceritanya, “Setiap hari, Liani gak bisa ke mana-mana. Liani menderita Leukimia dan bisu sejak lahir, Pak, Bu. Keadaannya lemah sekali sejak umurnya 5 tahun. Ia tidak bisa keluar rumah dan bermain seperti anak-anak lain. Makanya ketika ada teman yang mau bermain dengannya, ia sangat senang. Ia punya buku catatan harian. Setiap malam, Liani menulis tentang Amran dan Ardi. Ketika Amran dan Ardi tidak datang karena tugas sekolah atau yang lain, ia hanya bisa duduk di depan balkon sambil berpura-pura melempar kertas sendirian. Ia bilang ingin mengundang Amran dan Ardi ke ulang tahunnya”.
Aku tidak terkejut bahwa Liani punya penyakit itu. Memang tampaknya sangat pucat setiap kali kami bermain. Mendengar cerita itu, ibuku penasaran dan bertanya pada nenek itu,
“Kalau boleh tahu, sekarang Liani sedang di mana, Nek?”.
“Ehem”, nenek itu sedikit terbatuk. “Jadi gini, Bu. Hari jumat kemarin setelah bermain bersama anak-anak, kondisi Liani ternyata melemah. Saya bawa dia ke rumah sakit untuk dirawat di sana”.
Entah mengapa mata nenek itu sedikit bersinar. Sepertinya ia menangis.
“Setelah saya bawa ke rumah sakit, kondisi Liani terus menunjukkan penurunan. Kemarin pagi, saat di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa kondisinya kritis. Saya hanya bisa pasrah. Dokter sudah berusaha keras selaa beberapa jam. Setelah berjuang cukup lama, akhirnya… Liani tidak tertolong. Sore kemarin, Liani meninggal”.
Sang nenek tidak bisa menahan air matanya. Ibuku hanya bisa memegang mulut sambil mengusap-usap rambut Ardi.
“Jadi Liani ada di mana, Bu?”, tanya Adikku yang masih kecil itu.
Ibu hanya membaliknya dan memeluknya. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan anak polos itu. Ibu cuma bilang, “Liani gak ada, Dek”, sambil sedikit-sedikit mengusap-usap matanya.
Nenek itu kemudian melanjutkan ucapannya, “Sebelum meninggal, Liani sempat menulis di bukunya. Katanya, ia ingin berterima kasih pada Amran dan Ardi. Terima kasih ya sudah mau bermain dengan cucu nenek”.
Sampai saat ini, nenek itu tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia terisak-isak sambil memegang wajahnya yang sudah renta itu. Aku melihat ayah dengan badannya yang tetap tegak. Pandangannya tertunduk ke bawah. Jari-jarinya saling bersilangan.
Ia kemudian mengucapkan sesuatu, “Nek, semoga Liani tenang di kuburnya ya. Kami sekeluarga mengucapkan bela sungkawa. Semoga Allah menjaganya selalu”.
Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia itu sekarang menjadi hari yang sedih. Adikku hanya bertanya-tanya ke ibu tentang Liani. Sementara Ibu hanya bisa memeluknya karena tidak bisa menjawab. Ayah kemudian menyatakan rasa empatinya dan memberikan uang untuk membantu sang nenek. Kami kemudian hanya bisa memeluk sang nenek dan bergegas pulang. Entah mengapa aku tidak menangis. Tapi ada bagian kecil dari hatiku yang terasa sakit.
Aku sendiri masih tidak percaya bahwa Liani sudah tidak ada. Ia seumuran denganku, tapi aku dalam kondisi sehat, sementara ia sudah meninggal. Rasanya aneh anak-anak harus meninggal. Bukannya yang meninggal itu orang tua?
Sepertinya aku telah kehilangan sesorang yang sudah seperti keluarga. Mungkin, Liani memang sudah menjadi keluarga kami. Tapi sekarang satu keluarga kami sudah berpulang.
Kami tidak berhenti bermain semenjak hari itu. Bahkan, kami menggunakan bola hadiah itu untuk bermain. Kami pikir itu bisa mengingatkan kami berdua kepadanya.
Kado untuk Liani sepertinya tidak bisa kami berikan sekarang. Tapi di kehidupan yang nanti, aku akan menemuinya dan memberikan kado ini langsung kepadanya.
Selamat ulang tahun, Liani.
1 note · View note
fredelinaorlin-blog · 6 years
Text
Aku Jadi Pelampiasan Mertua
IsatanaCerita awal dari kisah ku,ketika aku baru saja pulang dari kerja dan melihat ibu mertuaku yang sedang asik bermain, ini kisahku denganya mari kita simak. Aku Dimas, 31 tahun. Menikah, punya 2 anak. Istriku sangat cantik. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di Bandung. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri. Mertua aku tinggal di kota P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke kota P tersebut. Aku pergi naik motor. Sesampainya di kota P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua perempuanku datang menyambut. “Kok sendirian Dimas? Mana anak istrimu?” tanya ibu mertuaku. “aku ada tugas kantor disini, Ma. Jadi mereka tidak aku ajak. Lagian aku cuma sebentar kok, Ma. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku. “O begitu.. Akan mama siapkan makanan buat kamu,” ujar ibu mertuaku. Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar. “Papa mana, Ma?” tanyaku. “Papa lagi ke rumah temannya ngurusin obyekan,” jawan ibu mertuaku. “Kamu mau pulang jam berapa, Dimas?” tanya ibu mertuaku. “Agak sorean, Ma. aku akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam naik motor dari Bandung,” kataku. “Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu,” ujar ibu mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa kaos dan kain sarung. “Ini punya Papa, pakailah nanti,” kata ibu mertuaku. Iya, Ma,” kataku sambil terus melanjutkan makan ibu mertuaku berumur 42 tahun. Sangat cantik mirip istriku. Badan ramping, buah dada besar walau agak turun karena usia. Pantatnya sangat padat. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV. Cerita Sex Sedarah Ibu Mertua “Loh katanya mau tidur?” tanya ibu mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan. “Sebentar lagi. Ma. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara. “Tahukah kamu, Dimas.. Bahwa mama sangat senang dengan kamu?” tanya ibu mertuaku kepadaku memecah kesunyian.“Kenapa, Ma?” tanyaku. “Dulu sejak pertama kali datang kesini mengantar istrimu pulang, mama langsung suka kamu. Ganteng, tinggi, sopan, dan ramah,” kata ibu mertuaku. Aku hanya tersenyum. “Sekarang kamu sudah menikahi anak mama dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..,” kata ibu mertuaku lagi. “Mama sangat akung kamu, Dimas,” kata ibu mertuaku lagi. “aku juga akung mama,” ujarku. “Ada satu hal yang ingin mama lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..,” kata ibu mertuaku. “Apa itu, Ma?” kataku. “Mama ingin memeluk kamu walau sebentar..,” ujar ibu mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk. “Kenapa begitu, Ma?” tanyaku lagi. “Karena dulu mama sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa akung,” kata ibu mertuaku. Aku tatap mata ibu mertuaku. Kemudian aku tersenyum. “aku yang akan peluk mama sebagai rasa akung aku ke mama,” ujarku sambil beringsut mendekati ibu mertuaku sampai badan kami bersentuhan. Kemudian aku peluk ibu mertuaku erat. ibu mertuakupun balas memeluk aku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi. “Boleh mama cium kamu Dimas? Sebagai tanda akung?” tanya ibu mertuaku. Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, lalu tersenyum dan mengangguk. ibu mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. ibu mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik ibu mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pundakku. Secara spontan aku membalas ciuman ibu mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah.. Nafas ibu mertuaku terdengar agak cepat. Tangan ibu mertuaku masuk ke dalam kain sarung, lalu menyentuh kontolku dari luar CD. Tangannya lalu mengusap pelan lalu mulai meremas kontolku. Kontolku langsung tegang. Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. ibu mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan mama mertua sambil merasakan nikmatnya diremas kontol. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. ibu mertuaku masuk. “Sudah mau tidur, Dimas?” tanya ibu mertuaku. “Belum, Ma,” ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. ibu mertuaku juga ikut duduk di sampingku. “Kamu marah tidak atas kejadian tadi,” tanya ibu mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum. “Tidak, Ma. Justru aku senang karena ternyata mama sangat akung dengan aku,” jawabku. ibu mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku. “Sebetulnya dari dulu mama memimpikan hal seperti ini, Dimas,” ujar ibu mertuaku. “Tapi karena istrimu dan papamu selalu ada, ya mama hanya bisa menahan perasaan saja..,” ujar ibu mertuaku sambil mencium bibirku. Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani. Tanganku mulai meraba buah dada ibu mertuaku dari luar dasternya. Aku meremasnya perlahanan. Tangan ibu mertuakupun segera melepas kain sarung yang aku pakai. Tangannya langsung meraba dan meremas kontolku dari luar CD-ku. Kontolku makin mengeras. ibu mertuaku merogoh kontolku hingga berdiri tegak. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengocok dan meremas kontolku. Akupun terus meremas buah dada ibu mertuaku. Tak lama, ibu mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. ibu mertuaku segera naik ke tempat tidur, dan aku segera menaiki tubuhnya. Aku kecup bibirnya. “Mama senang kamu datang hari ini, Dimas.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa akung mama kepada kamu…” ujar ibu mertuaku sambil menciumku. “aku juga senang karena mama sangat menyayangi aku. Saua akan menyayangi mama…” kataku sambil memagut leher ibu mertuaku. ibu mertuaku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutanku kemudian turun ke buahdada ibu mertuaku. Kujilati dan gigit-gigit kecil puting susu ibu mertuaku sambil tangan yang satu meremas buah dada yang lain. “Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah ibu mertuaku semakin merangsang gairahku. Tapi ketika lidahku mulai turun ke perut, tiba-tiba ibu mertuaku memegang kepalaku. “Jangan ke bawah, Dimas.. Mama malu. Segera masukkin saja.. Mama sudah tidak tahan…” ujar ibu mertuaku. Aku tersenyum dan maklum karena ibu mertuaku termasuk orang yang konvensional dalam masalah sex. Aku buka lebar paha ibu mertuaku, lalu aku arahkan kontolku ke memek mertua yang sudah basah dan licin. Tangan ibu mertuaku segera memegang kontolku lalu mengarahkannya ke lubang memeknya. Tak lama.. Bless.. Kontolku langsung memompa memek ibu mertuaku. Terasa tidak seret, tapi masih enak rasanya menjepit kontolku.. “Ohh.. Sshh.. Oh, Dimas.. Mmhh…” desah mertuku ketika aku memompa kontolku agak cepat. ibu mertuaku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya. Tak lama, tiba-tiba ibu mertuaku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang. “Oh, Dimas.. Mama mau keluarr.. Mmhh…” jerit kecil ibu mertuaku. “Terus setubuhi mama…” desahnya lagi. Beberapa saat kemudian tubuh ibu mertuaku melemas. Dia telah mencapai orgasme.. Akupun berhenti sejenak memompa kontolku tanpa mencabutnya dari memek ibu mertuaku. Memeknya terasa makin licin oleh air maninya. “Mama belum pernah merasakan nikmat seperti ini, Dimas,” ujar ibu mertuaku sambil mengecup bibirku. “Terima kasih, Dimas…” ujarnya lagi sambil tersenyum. Akupun segera mengerakan kontolku menyetubuhi lagi ibu mertuaku. “Boleh Dimas minta sesuatu, Ma?” tanyaku sambil terus memompa kontolku. “Apa?” ujar ibu mertuaku. “aku mau setubuhi mama dari belakang. Boleh?” tanyaku. ibu mertuaku tersenyum. “Boleh tapi mama tidak mau nungging. Mama tengkurap saja ya?” ujar ibu mertuaku. “Iya, Ma,” ujarku sambil mencabut kontolku. ibu mertuaku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakinya. “Ayo, Dimas,” ujar ibu mertuaku. Aku segera masukkan kontolku ke memek ibu mertuaku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Mata mertuaku terpejam, dan sesekali terdengar desahannya. Akupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kontolku. Kemudian terasa ada sesuatu rasa yang sangat kuat ingin keluar dari kontolku. Kupercepat gerakanku menyetubuhi ibu mertuaku. Ketika hampir mencapai klimaks, aku cabut kontolku, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air maniku keluar banyak di punggung dan pantat ibu mertuaku. “Ohh.. Enak, Ma…” kataku. Kugesekkan kontolku ke belahan pantat mertuaku. Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, ibu mertuaku berkata, ” Tolong bersihkan punggung mama, Dimas..”. “Iya, Ma,” ujarku. Lalu aku bersihkan air maniku di tubuh ibu mertuaku. itu lah kisah ku yang terkutuk berasama mertuaku yang nakal DIBACA JUGA ARTIKEL DIBAWH INI Market Update Internasional 30 Januari 2019 Ahok Alias Btp Telah Keluar Dari Mako Brimob Perkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan  
Tumblr media
Read the full article
4 notes · View notes