#siput
Explore tagged Tumblr posts
bekicot1986keong · 2 months ago
Text
Tumblr media
19 notes · View notes
midori1974hijau · 2 years ago
Text
Tumblr media
7 notes · View notes
kulipro · 1 month ago
Text
Harga Simen Lori Siput Terkini 2025
Harga simen lori siput kini menjadi perhatian, terutama dalam kalangan kontraktor dan pembina.
Penghantaran simen menggunakan lori siput menjadi pilihan popular kerana kapasiti besar dan kos logistik yang lebih efisien.
0 notes
original393photo · 5 months ago
Text
Tumblr media
0 notes
tafakarim63 · 1 year ago
Text
Tumblr media
Siput kecil.. mempunyai cengkerang yg lembut dan badan nya sentiasa basah dengan lendir..munkin bertujuan utk menyejukkan badannya,suka tinggal dikawasan yg sejuk seperti da'wah kayu dan daun kering
1 note · View note
unteriors · 4 months ago
Text
Tumblr media
Sungai Siput, Perak, Malaysia.
25 notes · View notes
kazifatagar · 10 months ago
Text
Missing 10-Year-Old Found Dead in Sungai Siput
SUNGAI SIPUT: A 10-year-old girl, Nuraina Humaira Rosli, who went missing from Kampung Bersah, Pos Kuala Mu, was found dead in a swampy area near her village on Saturday. The student of Sekolah Kebangsaan (SK) Pos Kuala Mu had not returned home since Friday, prompting a search operation. Read More LM News University Criticised for Translation After Using “Eksesais” in Viral Poster Missing…
0 notes
Text
Tumblr media
Malayan Emergency. Sungai Siput, Perak. c 1956. Private Keith McDonald of 2nd Battalion, Royal Australian Regiment (2RAR), with his tracker dog Prince
14 notes · View notes
bersuara · 1 year ago
Text
Tumblr media
Pagi setelah semalam hujan tuh rasanya sejuk sekali. Udaranya masih bersih sampai menghantarkan ketenangan (asekkkk).
Tumblr media
Aku juga pagi ini melihat siput. Untung kamu siput ya, kalau kamu manusia, kamu akan sering dimaki-maki karena jalannya lamban.
Tumblr media
Hari ini kembali lari pagi dan aku baru sadar kalau selama aku memutari waduk sebanyak 3 kali, maka sama saja aku lari sepanjang 3 km. Rasanya mengatur nafas setelah lari itu membuat pikiranku lost. Aku hanya akan sibuk mengatur nafasku tanpa meladeni pikiranku yang setiap saat berisik. Itu kenapa dalam kurun waktu 2 bulan ini, aku suka lari sendirian maupun ditemani teman.
Tumblr media Tumblr media
Setelah lari, aku melipir duduk di pinggiran waduk sambil melihat para bocil main di bendungan waduk. Aku mau ikut join, tapi malas repot lepas sepatu hahaha. Lihat mereka yang ketawa sama teman-temannya, aku jadi ikutan ketawa. Masa kecil memang semembahagiakan itu lewat momen-momen sederhana.
Tumblr media
Sebenarnya aku mau ikut mencelupkan kaki ke dalam air, sekalian menangkap ikan-ikan kecil, sepertinya sangat seru hahahaha. Tapi ah next time saja aku bergabungnya.
Tumblr media
Selfieku terbantu oleh cahaya matahari ihiyyyy.
Tumblr media
Sekian cerita lari hari ini~~
- 7 Januari 2024
10 notes · View notes
brookstonalmanac · 1 year ago
Text
Events 6.16 (after 1910)
1911 – IBM founded as the Computing-Tabulating-Recording Company in Endicott, New York. 1922 – General election in the Irish Free State: The pro-Treaty Sinn Féin party wins a large majority. 1925 – Artek, the most famous Young Pioneer camp of the Soviet Union, is established. 1930 – Sovnarkom establishes decree time in the USSR. 1933 – The National Industrial Recovery Act is passed in the United States, allowing businesses to avoid antitrust prosecution if they establish voluntary wage, price, and working condition regulations on an industry-wide basis. 1940 – World War II: Marshal Henri Philippe Pétain becomes Chief of State of Vichy France (Chef de l'État Français). 1940 – A Communist government is installed in Lithuania. 1948 – Members of the Malayan Communist Party kill three British plantation managers in Sungai Siput; in response, British Malaya declares a state of emergency. 1955 – In a futile effort to topple Argentine President Juan Perón, rogue aircraft pilots of the Argentine Navy drop several bombs upon an unarmed crowd demonstrating in favor of Perón in Buenos Aires, killing 364 and injuring at least 800. At the same time on the ground, some soldiers attempt to stage a coup but are suppressed by loyal forces. 1958 – Imre Nagy, Pál Maléter and other leaders of the 1956 Hungarian Uprising are executed. 1961 – While on tour with the Kirov Ballet in Paris, Rudolf Nureyev defects from the Soviet Union. 1963 – Soviet Space Program: Vostok 6 mission: Cosmonaut Valentina Tereshkova becomes the first woman in space. 1963 – In an attempt to resolve the Buddhist crisis in South Vietnam, a Joint Communique was signed between President Ngo Dinh Diem and Buddhist leaders. 1972 – The largest single-site hydroelectric power project in Canada is inaugurated at Churchill Falls Generating Station. 1976 – Soweto uprising: A non-violent march by 15,000 students in Soweto, South Africa, turns into days of rioting when police open fire on the crowd. 1977 – Oracle Corporation is incorporated in Redwood Shores, California, as Software Development Laboratories (SDL), by Larry Ellison, Bob Miner and Ed Oates. 1981 – US President Ronald Reagan awards the Congressional Gold Medal to Ken Taylor, Canada's former ambassador to Iran, for helping six Americans escape from Iran during the hostage crisis of 1979–81; he is the first foreign citizen bestowed the honor. 1989 – Revolutions of 1989: Imre Nagy, the former Hungarian prime minister, is reburied in Budapest following the collapse of Communism in Hungary. 1997 – Fifty people are killed in the Daïat Labguer (M'sila) massacre in Algeria. 2000 – The Secretary-General of the UN reports that Israel has complied with United Nations Security Council Resolution 425, 22 years after its issuance, and completely withdrew from Lebanon. The Resolution does not encompass the Shebaa farms, which is claimed by Israel, Syria and Lebanon. 2002 – Padre Pio is canonized by the Roman Catholic Church. 2010 – Bhutan becomes the first country to institute a total ban on tobacco. 2012 – China successfully launches its Shenzhou 9 spacecraft, carrying three astronauts, including the first female Chinese astronaut Liu Yang, to the Tiangong-1 orbital module. 2012 – The United States Air Force's robotic Boeing X-37B spaceplane returns to Earth after a classified 469-day orbital mission. 2013 – A multi-day cloudburst, centered on the North Indian state of Uttarakhand, causes devastating floods and landslides, becoming the country's worst natural disaster since the 2004 tsunami. 2015 – American businessman Donald Trump announces his campaign to run for President of the United States in the upcoming election. 2016 – Shanghai Disneyland Park, the first Disney Park in Mainland China, opens to the public. 2019 – Upwards of 2,000,000 people participate in the 2019–20 Hong Kong protests, the largest in Hong Kong's history.
1 note · View note
bekicot1986keong · 2 months ago
Text
Tumblr media
9 notes · View notes
zenzafrel · 1 year ago
Text
inces01: kuih siput maksu
seperti biasa, pagi hari minggu adalah waktu yg seronok buat fathia dah anak buahnya. fathia akan mengajak ank buahnya yg commel berumo lappan taon utk mandi bersama.
"maksu! adek nak buat rambut ultraman!" jerit si kecik sambil menepuk2 perut maksunya yg juga turut bogel bersama.
selesai mengolah tanduk ultraman, fathia kemudiannya meratakan sabun keseluruh badan anak buahnya. fathia tertawa kecil melihat ' kuih siput ' anak buahnya tadi telah berubah bentuk menjadi keras dan membesar hampir sebesar marker pen.
"wow! dewasanya bentuk! cuma bersaiz mini je. hehe" fikir hatinya.
bentuk konek anak buah yg sedang keras tu buat dia teringat klip porn yg dilayannya semalam. spontan fathia mencapai sabun lux dan menggosok pepeknya sambil melayan perasaan. sambil mengusap pepek, sambil teteknya diramas2.
belum pun seminit fathia melayan perasaan tiba2 sabun lux terlepas dari genggamannya jatuh ke lantai dan meluncur ke bawah mesin basuh ditepinya.
fathia cuba merangkak untuk cuba mencapai sabun dibawah mesin basuh tetapi tak sampai. dia cuba jengah kebawah dan kelihatan sabun tu mcm tak berapa jauh.
mahu tak mahu fathia terpaksa merapatkan pipinya ke lantai. dengan keadaan menunggeng dadanya juga terpaksa direndahkan ke lantai agar posisi melentik begitu memudahkan lengan kanannya menggapai lebih jauh dibawah ruang sempit itu.
ketika tangan fathia meraba2 dan cuba menduga kedudukan sabun yg dicari itu tiba2 dirasakan seperti ada sesuatu mengusap perlahan2 dari belakang.
fathia tersentak dan terdiam seketika. perlahan2 dia menoleh kebelakang dan melihat anak buahnya td sedang leka meneliti pepeknya. hati kecil fathia tergelak melihat gelagat si kecil itu seperti tekun meneroka perkara baru. "korek la dek, maksu bg peluang kamu belajar jd dewasa. emmm… sedap jugak jari si kecik ni mengusap. hehe"
sabun bwh mesin masih belum dpt digapai. fathia pun menyambung pencarian tiba2… "ehh?? kau jolok apa dekk!!" fathia tersentak cemas bila merasakan suatu yg bukan seperti jemari si kecil tadi tiba2 menerobos masuk lubang pepeknya.
fathia menoleh ke belakang lg, kelihatan kedua2 telapak tangan si kecil td sudah pun melekap memegang kiri dan kanan bontotnya.
… … …
sila selesaikan kisah di atas tidak kurang 20 patah perkataan (10 markah) .
-contoh soalan PT3-
4 notes · View notes
itsjournalfi · 2 years ago
Text
📚"Aku kalau baca buku non-fiksi kaya siput. Karena butuh waktu buat memahami."
Ngga apa-apa, baca itu bukan untuk berlomba-lomba kecepatan tamat.
Ngga apa-apa, kemampuan menangkap materi itu milik masing-masing.
Ngga apa-apa, kalau masih ngerasa berat untuk baca buku non-fiksi.
Ngga apa-apa banget kalau belum bisa menerapkan setiap apa yang kita baca dalam buku non-fiksi. Teman-teman tahu, buku apa yang paling banyak dibaca teman-teman. Lihat saja deretan buku di rak teman-teman paling memakan tempat di genre apa.
Kalau aku, self improvement, self help.
Alhamdulillaah begitu banyak kesempatan baca ilmu-Nya lewat buku yang telah kita baca.
Tapi maaf Ya Allaah, jika kami belum bisa menerapkan semuanya. Kami hanya mengambil intisari, kami mengetahui dan mengambil apa yang kami butuh untuk kehidupan. Tapi Ya Allah, atas semua nikmat ilmu-Mu ini, kami bersyukur dapat kesempatan membacanya.
Ngga apa-apa banget kalau deretan buku di rak-mu itu hanya beberapa yang masih kamu ingat. Allah ngasih konsep me-murajaah, karena otak manusia terbatas. Ngga apa-apa, baca ulanglah.
Ngga apa-apa kalau kamu tidak paham, tidak setuju akan suatu bacaan. Karena tulisan itu pun diramu oleh manusia biasa.
Membaca itu jauh lebih penting daripada memikirkan hal diluar kemampuan diri. Dengan membaca kita akan memiliki sudut pandang. Dan itu sangat menyenangkan ketika telah merasakannya.
Salam literasi💐😊
4 notes · View notes
original393photo · 1 year ago
Text
Tumblr media
1 note · View note
ashrissilmi · 8 days ago
Text
Semua Pergulatan di Hati
Menjadi ibu ternyata menghadirkan begitu banyak pergulatan rasa. Benar-benar bertumbuh bersama, semua teori yang di pelajari sedari belum bersuami ternyata tidak dengan mudah diterapkan. Belum lagi perkara rumah tempat diri ini bertumbuh dulu, siapa sangka semua luka masih melekat dan terbawa. Bahkan tekad kuat untuk tak mengulangi kesalahan yang sama tak cukup untuk menghadirkan sikap yang lebih baik.
Semua naik dan turunnya perasaan dalam hati yang terwujud dalam kata dan tindak yang berujung penuh sesal. Do'a ku agar hati-hati yang masih bersih, suci dan rapuh ini Allah jaga. Anak-anak dengan maaf yang seluas samudra. Apalah mamak yang penuh rapuh ini, tertatih dan berjalan seperti siput dalam usahanya menjadi baik.
Keberadaan suami di dekat seorang ibu tidak bisa dipungkiri sangat membantu dalam menghadirkan kestabilan hati. Namun kekosongan nya pun tak boleh dijadikan alasan bukan? Hati sangat tahu dan sadar ia sedang mengemban tugas lain yang lebih prioritas. Lagi-lagi memang doa menjadi muara utama hati. Senjata terbaik jiwa. Berdoalah terus. Jika kau butuh kembali menulis, menulislah, bukankah sejak lama ia akrab membantu hati dan akalmu menyelaras?
Tak apa untuk sejenak beristirahat, memberi jeda, peluk dirimu, bersamai ia, berterimakasih padanya, maafkan ia, dan kembali bangkit melangkah, mengerahkan semua tenaga dalam semua upaya terbaik.
Juni Penuh Pergulatan
2026.
0 notes
efterarsferie · 16 days ago
Text
Moving On
Sesungguhnya Tuhan beserta orang-orang yang move-on. 
Sebab, hanya Dia yang tahu betapa beratnya hari-hari pasca putus itu. Ya, selain mereka yang putus tentunya. Semua tak akan sama. Rae sudah tahu. Dimulai dengan pagi yang sesak dengan tubuh-tubuh berhimpitan seperti ikan pepes dalam bus Transjakarta ini. Orang-orang menunduk menatap ponsel masing-masing. Atau ponsel temannya. Atau menjejalkan telinga dengan earphone. Atau saling pandang dengan canggung. Beberapa di antaranya tertidur, menguap hingga Rae ikut mengantuk.
Di hari-hari sebelumnya, akan ada Niko.
Memang tidak bersamanya sih, Rae tak segila itu juga menuntut pacar bersamanya terus. Maksudnya, kemarin-kemarin, tetap rasanya akan ada Niko. Wajahnya, membayang di kaca jendela bus. Pesan-pesan manis lewat WeChat yang muncul pada jendela notifikasi di muka ponsel. Atau sekadar telepon singkat, menyela suara Michael Buble yang menggelitik earphone, sekadar berkata, met pagi, Cantik. Aku baru bangun, tapi mata lengket serasa dilem, pakai lem Aibon. Kangen kamu. Atau entah apa, yang mampu membuat Rae senyum-senyum sendiri seperti orang sinting dan tak akan merasa seperti ikan pepes dalam daun pisang….
Tapi, harus kuat. Tak boleh cengeng! Ada empatbelas juta orang di kota ini—oke, empatbelas juta di siang hari berhubung separuhnya pulang ke Depok, Tangerang, Bekasi, menjelang matahari terbenam—dan mungkin separuhnya jomblo juga. Kasihan. Iya, Rae sekarang masuk ke dalam kaum itu. Tapi, dia tak sendiri, kan. Di luar sana mungkin ada sejuta jomblo lagi. Atau lebih. Ia masih muda, masih cantik, matahari hari ini cerah dan jalanan kota, jarang-jarangnya, terasa lancar. Harus semangat!
Rae menarik napas dalam, kembali memandang lurus ke depan.
Ada metromini tua melintas jalur dan kini melaju di depan bus. Laju bus melambat.
Sebuah Kijang Innova menyusul di belakangnya. Bus mulai merayap pelan.
Sepeda-sepeda motor menyusul. Lalu sebuah taksi, sepeda motor lagi, dan sebuah pick-up— dan mungkin setelah ini akan ada truk semen gulung dan tiga mobil kontainer lagi hingga separuh isi jalanan ikut meluap ke jalur busway. Bus pun tiba-tiba berhenti dengan sebuah sentakan. Lalu tak berjalan. Lama. Temperatur udara segera naik. Harus tetap sema—
Sebuah ponsel berdenting nyaring di antara himpitan tubuh-tubuh ikan pepes. Bukan ponsel Rae, melainkan milik gadis berbaju pink yang berdiri tepat di depannya, yang segera merogoh-rogoh tas kemudian menempelkan benda kecil itu ke telinga.
“Hai, Sayang, baru bangun?”
Sial.
“Iyaaa…, aku juga kangen kamu, nih….”
….
Sabar. Sabar….
***
Turun dari bus Transjakarta itu sebuah perjuangan.
Gadis berbaju pink dengan ponsel di telinganya itu merayap pelan di depan Rae dengan kecepatan siput, dan di setiap langkah turun mereka dari dalam kendaraan itu Rae harus menyaksikannya bercakap dengan sang pacar. Aku masuk kuliah dulu, ya? Iya. Kamu juga yang semangat kuliahnya, ya…. Hihihi. Ya udah, dadah. Sana, tutup teleponnya. Enggak, ah, kamu duluan yang tutup. Enggak. Kamu. Kamu duluan. Iiih…. Demikian hingga akhir dunia. Keluar dari shelter bus adalah kelegaan luar biasa. Itu pun berlangsungnya hanya beberapa saat!
Tak lama kemudian Rae masuk gerbang hotel tempat ia bekerja. Inilah perjuangan yang sebenarnya itu. Pertemuan dengan Niko bisa terjadi sewaktu-waktu di sini. Rae beringsut menyeberangi loading dock, tempat Chef Bhisma menerima suplai untuk pantry hotel. Serasa tentara berpakaian penuh dedaunan, berharap tak terlihat. Semoga tak ada Niko. Semoga tak ramai. Sebab ini juga tempat Niko dan teman-temannya; Ben, Julio, Noel, dan separuh anak-anak bar, biasa berkumpul untuk merokok selama waktu istirahat. Dan waktu istirahat bagi tiga shift hotel ini bisa terjadi kapan pun! Termasuk sekarang.
Ada mobil boks menyeberang. Rae memepetinya, semata-mata agar kehadirannya tak dilihat orang, hingga akhirnya ia tiba di antara pepohonan kecil sebelum belokan ke arah dapur. Pelan-pelan, ia mengintip.
Ternyata tak ada siapa-siapa.
Agak anti-klimaks juga. Tapi, baguslah. Hari masih pagi, pergantian shift belum akan terjadi dalam waktu setengah jam. Rae melompat naik ke selasar, agar ia bisa masuk dan turun lagi lewat tangga menuju ruang loker di lantai basement hotel tempat para pegawai hotel berganti penampilan, grooming, memakai seragam.
Tetap saja, entah salah siapa, kepala Rae tertarik ke arah lantai enam. Itu tempat bar hotel berdiri. Di suatu tempat pada balkon luas itu, di belakang meja bar, di antara pintu ayun dan botol-botol Chablis, Cognac, Merlot, Bacardi, mungkin ada Niko. Mungkin ia dapat shift malam semalam. Dalam seragam hotel dan grooming bartendernya yang memikat itu, membolak-balik shaker…. Ah, sedang apa, ya, dia?
Dasar bodoh, harus move-on. Tidak boleh cengeng! Rae memalingkan wajah, bergegas, masuk—mendorong pintu sekuat tenaga. Lalu—praaang!
Di baliknya ada Noel yang sudah terkapar di lantai. Sejumlah nampan saji berhamburan kemana-mana. Noel sendiri mengerang-erang, meraba-raba kening. “Rae! Astaga, ampun, Rae! Pelan-pelan, dong, buka pintunya….”
Semua orang dari arah lobi melongokkan muka. Juga petugas keamanan di pintu penghubung lorong dan lobi yang terbuka itu, sepasang petugas kebersihan dari arah tangga, tiga orang akuntan dari pintu divisi keuangan hotel, dan sejumlah orang dari dalam lift.
Tuhan….
Ternyata seperti inilah hari setelah putus cinta itu.
***
Dapur masih diisi oleh beberapa orang-orang shift malam ketika Rae masuk, mengenakan topi putih tinggi yang membuatnya harus merunduk tiap lewat pintu ayun. Mulut masih berkomat-kamit; semoga tidak bertemu Niko, semoga tidak teringat dia. Aroma mentega leleh di atas pan penggorengan memenuhi udara. Ada Mila yang sedang memisahkan kuning dari putih telur, matanya merah menahan kantuk. Rae menghampiri, mengikat celemek.
“Saus Bernaise,” ujar Mila. “Ngantuk banget gue, Rae, untung lo datang. Entar langsung masuk kuliah, lagi. Lo kuliah hari ini? Pinjem catetan bahasa Inggris kemarin, ya. Eh, kocok telurnya, dong, itu fetuccinni gue mendidih.”
“Gue kuliah sore. Iya, entar, ya. Abis shift.”
“Ih, tapi, enak lo. Pasti dianter Niko, ya.”
Tetap tenang. Ini pasti akan terjadi. Untuk bisa move-on, hal pertama yang orang harus lakukan setelah putus cinta atau musibah apa pun, adalah… move on. Itu dimulai dengan menerimanya dengan lapang dada. Apa adanya, jangan menyangkal–demikian kata para motivator yang konon separuhnya juga jomblo.
“Nggak. Gue udah putus.”
“APAAA?!”
Tutup panci jatuh ke lantai. Air rebusan fetuccinni luber keluar. Kompor mendesis keras. Mila ternganga. Chef Bhisma menoleh. Rae menunduk, berkonsentrasi mengocok telur.
“No chattering, ladies,” suara Chef Bhisma. “Mila, itu sausnya, cepat!”
“I-iya, Chef.”
Sunyi.
Tapi hanya sejenak.  “Lo putus?!” Mila memepet lagi. “Putus, Rae?! Sama Niko?!”
“Nggak. Sama Johnny Depp. Ya, iya, Mil. Emang gue pacaran ama siapa lagi.”
“But, Rae. This is Niko we’re talking about.”
“Emang yang lagi ngomongin William Hakim siapa?”
“William Hakim itu siapa?”
William Hakim itu tokoh novel yang pernah membuat Rae tergila-gila dan Niko cemburu. Dulu. Sekarang sih tidak lagi. Sebab Niko bukan pacarnya lagi. Dan sekarang Rae tak merasa perlu menjelaskan apapun pada Mila. Atau pada siapa pun. Tidak tentang Niko, William Hakim, atau pun Johnny Depp. Ia sedang berusaha move-on.
Tapi Mila tidak.
“I meant. Niko, Rae. He’s, like, he’s…, he’s crazy about you!”
“MILA!”
Chef Bhisma menggelegar. Dapur sunyi. Tapi lagi-lagi hanya sejenak. Rae melihat Mila hendak berbisik lagi, namun tatapan Chef mengikutinya dari ujung ke ujung. Akhirnya ia diam. Rae mengumpulkan cuka, garam dan lada untuk dicampurkan ke dalam telur.
Masih saja, rasanya ia mendengar Mila berbisik dari belakang, “Emang putus kenapa, Rae? Siapa yang mutusin?”
Gusti….
“Rae….”
Aku sedang berusaha melanjutkan hidup, demi Tuhan.
“Ra—“
Chef menoleh. Rae menjaga kepalanya tetap tertunduk, mencincang bawang. Mila terasa mendekat lagi, Rae mengendus keingintahuan lagi. Maka, sebelum Mila kembali keluar dengan pertanyaan yang sama itu, Rae segera menghadap Chef, “Kita kehabisan white wine, Chef.”
“Kehabisan apa, Rae?”
“White wine, Chef,” ulang Rae. “Dry white wine. Untuk saus Bernaise.”
“Sudah cek di pantry?”
“Yang terakhir di pantry sudah saya pakai, Chef,” ujar Ferry, yang hanya terlihat ujung topinya dari balik deretan loyang pastri. “Itu botol terakhir yang ada di pantry.”
Chef mendecak kesal. “Ya sudah, harus ke bar kalau gitu. Sana Rae ke bar, saya hubungi Daniel. Sekarang. Cepat!”
Mampus. Ke bar. Ke lantai enam. Itu—artinya—ia harus… ke bar. Tempat dimana Niko sangat mungkin berada. Bagaimana bila bertemu? Bagaimana bila mereka bertatapan? Bertatapan saja tak membuat Rae takut, siapa bilang ia sepengecut itu. Tapi, resiko setelah bertatapan itulah yang menakutkan. Iya, itu juga pengecut, sih. Tapi bagaimana bila nanti jadinya canggung. Bagaimana bila Rae kangen lagi? Gengsi!
Dan, bagaimana bila—
“Cepat, Rae! Sausnya sedang ditunggu tamu kamar suite!”
Sementara itu, hidup harus terus berjalan.
“Iya, Chef.”
Rae mendorong pintu dapur, ke luar. Di belakangnya, ia masih merasakan Mila memandang dengan tatapan penuh penantian, dan mendengar benaknya berkata, “Emang putus kenapa, Rae? Siapa yang mutusin?”
Aaaaaaargh!
***
Mereka ketahuan berciuman di lift.
Oleh Rini, petugas kebersihan.
Iya, memang gara-gara itu. Tapi, hingga insiden itu terjadi, satu minggu yang lalu, tak ada orang yang tahu Rae dan Niko berpacaran. Kecuali Mila, juga teman-teman dekat Niko. Itu artinya Ben, Julio, Noel. Juga beberapa anak restoran, concierge, FO, banquet, dan housekeeping. Hampir semua orang, sih. Tapi tidak termasuk Chef Bhisma, atasan Rae. Tidak termasuk Daniel, supervisor Niko di bar.
Sebab ini hotel berbintang, dan mereka bekerja di sini. Itu sebabnya Rae tahan pacaran diam-diam. Ia tak mau, bila sesuatu terjadi dengan kinerjanya, isu hubungan dengan Niko dibawa-bawa. Rae panic setelah insiden itu. Pertengkaran-pertengkaran menyusul dengan konstan dalam beberapa hari setelahnya. Dua hari yang lalu mereka akhirnya putus.
Dan kini Rae berdiri menghadap tempat dimana Niko biasa berdiri. Sebagai satu-satunya pegawai berseragam putih kitchen, di antara seragam hitam para bartender dan barista yang mulai membereskan kursi dan meja tanda tutup. Adakah Niko? Mata Rae jelalatan. Adakah Niko? Ya Tuhan. Semoga tak ada. Semoga dia sudah pulang.
Tidak boleh lembek!
Rae mendekati meja bar dengan wajah terpasang keras. Di balik pintu ayun, Daniel sang supervisor melihatnya segera. Ia melambai, sudah tahu untuk apa Rae datang. “Sebentar, Rae!” tukasnya.
Daniel muncul lagi dengan sebotol anggur putih dalam waktu kurang dari semenit. Rae menerimanya, berterima kasih.
Lalu tak tahu mengapa dirinya tak pergi-pergi.
“Ada lagi?” tanya Daniel.
Mungkin tak ada salahnya tanya. Biar lega. Tak apa-apa.
“Nggak ada,” jawab Rae. Daniel mengangguk. “Tapi, ng… Mas Daniel, kalau boleh tanya, Niko masuk shift apa ya, hari ini?”
Daniel memandangnya, curiga. Rae berpura-pura berwajah polos. Lama, ia menunggu. Lalu mulai berpikir, sepertinya salah ngomong. Harusnya tadi tidak perlu kepo-kepo amat.
“Niko ambil cuti dari kemarin.”
Yah. Kok nggak ada, sih?
“Oh. Makasih, Mas Daniel.” Rae cepat-cepat berbalik. Walaupun hatinya mencelos, walaupun ada kegalauan baru di sana. 
Tapi sebelum Rae mencapai tangga, sebuah panggilan terdengar.
“Rae!”
Mati.
Rae berbalik. Di belakangnya tampak Julio, masih dalam seragam barista, menyusul Rae sambil melambai-lambaikan sesuatu. Rae baru akan berkomat-kamit membacakan doa-doa baru ketika Julio berbicara, dengan suara yang sejelas-jelasnya, “Gue titip ke Niko, ya!”
Tuhan….
“Kausnya Niko!” ujar Julio.  Suaranya keras. Daniel berdiri menyaksikan. “Kemarin baju gue kesirem kopi, dia pinjemin ini. Bilangin makasih!”
Rae melihat pertanyaan-pertanyaan bermunculan di kening Daniel. Buru-buru ia pun memutar tubuh, melompati anak-anak tangga, kemudian menghilang ke dalam lift.
Ternyata Niko sedang cuti. Hm, begitu. Bagus. Pegawai ‘kan butuh cuti.
Tapi, untuk apa Niko cuti? Niko jarang cuti. Tapi–untuk apa Rae bertanya-tanya begini? Ia mulai kesal. Hari baru berjalan sebentar, tapi segini saja sudah berat. Lihat sudah berapa insiden yang terjadi. Tutup panci jatuh, Noel jatuh. Walaupun Noel jatuh bukan karena tutup panci. Belum lagi sekembalinya ke dapur, ia masih harus menghadapi Milla. Dan ini bahkan belum ada pukul sepuluh!
Angka di atas pintu lift berganti dengan lamban sekali. Terkurung dalam kotak itu membuatnya teringat lagi terakhir kali berada di sana—dengan Niko. Kaus yang dititipkan Julio itu adalah kaus hitam organisasi bartender mereka. Dulu, Rae senang setiap melihat Niko memakai kaus ini. Ia kelihatan tampan.
Baunya masih seperti bau Niko.
Rae masih merasa mencium aroma keringat yang bercampur wine dari sana ketika pintu lift berdenting membuka. Padahal, sih, bisa jadi itu keringat Julio. Iiiih. Iiiih. Tapi, seiring itu, tak tahu darimana, rindu menyusup lagi pelan-pelan. Rae mulai stres. Setan. Harus bagaimana lagi menguatkan diri?
Lift membuka. Dengan kesal Rae melompat keluar dan segera kembali ke dapur. Jantungnya berlari dalam kombinasi irama yang marah dan sedih. Rae memaki. Sesampai di dapur, didorongnya pintu kuat-kuat….
…dan, kali ini, mendapati Chef Bhisma meringis-ringis, terkapar di lantai.
“Raaaaaeeeeeeeeee!!!”
Somebody please kill me now.
***
Hari itu berakhir setelah satu pan saus carbonara yang gosong, meringue yang terlalu encer, cokelat praline yang kaku seperti es batu, dan lima butir telur pecah.
Saat ini ia berdiri di belokan tangga lantai tiga kos Niko. Ada kamar di lantai itu yang ia tinggali bersama Ben dan Noel, sebagai tempat persinggahan sehabis mereka kembali dari shift malam. Sisanya, ketiganya akan pulang ke Depok, Bekasi, dan Tangerang seperti tujuh juta penduduk Jakarta yang lain.
Itu berarti kamar itu lebih sering kosong. Mungkin sekarang juga. Tak apa. Bila ternyata kosong, bagus. Rae tinggal menaruh kausnya di depan pintu.
Ia naik. Ah, lampu kamar menyala. Sayup-sayup terdengar suara televisi. Ada sepasang sepatu hitam besar di atas keset. Tanda pemiliknya bertubuh tinggi, berkaki panjang. Seperti Niko. Tapi, masalahnya, Ben dan Noel juga bertubuh tinggi dan berkaki panjang. Mereka juga bersepatu hitam, itu dress-code semua pegawai hotel. Intinya, entah siapa yang berada di balik pintu itu, Rae tak tahu.
Rae mengetuk. Terdengar suara langkah mendekat ke pintu. Mengapa detik-detik ini menegangkan? Ah, semoga saja bukan—
Sesosok dalam kaus hitam bartender muncul. Lalu seraut wajah… tampan. Aroma tubuh yang Rae kenal.
"Rae?”
Niko, di hadapannya. Mengerutkan kening. Semua kata dalam kamus bahasa Indonesia pun seperti hilang.
“Julio titip ini!” Rae segera mengulurkan kaus. “Aku disuruh ke bar, aku nggak nyari kamu, kok! Pantry kehabisan wine! Soalnya bar yang punya. Terus aku ketemu Julio. Terus aku… turun. Ke kitchen. Terus, aku… nabrak Chef Bhisma.”
“Apa…?”
“Tapi dia nggak apa-apa, kok! Dia cuma perlu istirahat. Dikompres pakai air es. Aku juga dimarahin, dikit, gara-gara bikin meringue encer. Aku juga bikin saus carbonara gosong. Aku juga mecahin telurnya… Ferry.“
“Telurnya… Ferry?“
“Bukan! Telur supnya Ferry, maksudku, tapi, nggak apa-apa. Soalnya jariku kejepit lobster. Habis Mila tanya-tanya terus kenapa kita putus, siapa yang mutusin. Aku bilang, iya, emang aku yang mutusin. Dia tanya, kenapa diputusin. Aku bilang, malu ketahuan pacaran sama orang-orang hotel. Dia tanya, emangnya nggak sayang lagi sama Niko. Aku—“
“Rae….”
“Aku bilang, aku nggak tau, tapi, aku—aku—“
Kalimatnya terhenti, capek juga mengoceh. Rae pun mengangkat wajah. Niko tak lagi menginterupsi, tak lagi berkata-kata. Ia hanya sepasang mata yang menatap; diam, dalam. Hening. Di detik itu, Rae pun tahu, ia telah jatuh…. Bodo amatlah.
“Aku… kangen sama kamu.”
Rae mengangkat wajahnya. Menunggu. Siap-siap diusir. Menyiapkan kata-kata pembelaan diri….
“Kamu mau masuk dulu?”
Hanya itu yang diucapkan Niko. Rae tercengang. Hendak melepas sepatu, masuk, mengikuti si pemilik kamar, namun seketika itu Rae tahu, ada yang lebih penting yang perlu ia lakukan saat ini.
Yaitu, menghambur ke dalam pelukannya.
Ia sungguh rindu.
Ketika Niko membalas lingkaran lengannya, Rae pun tahu, ia memang tak bisa lepas.
Memang disini tempat hatinya.***
0 notes