Tumgik
#sok z kela
kelolololol · 1 year
Text
sok z kela receipt:
1 oramg juic
2 cofe
3 kel
4 mix it all tougether, drink, don't do the three letters
1 note · View note
Text
Blessed
Waaaa sudah Jumat lagi dan minggu ini ngapain coba hayo? As usual, ZERO progress lagi. Harusnya targetnya adalah udah nyelesaiin draft biar next Monday bisa di-circulate ke team karena next Friday meeting HUF. Udah berhasil ngeplot si S sih tapi at least ya…. walaupun terus kenapa-nya abis itu gimana-nya nggak tahu. Well, anyway, as usual, mari kita count our blessings especially on these last 2 days:
Kemarin berhasil jalan kaki ke dept! Eh iya belum ngecek google fit ya. Intinya senang walaupun agak kesiangan (suka bingung deh kenapa belakangan ini selalu baru kebangun jam 9 ya… apakah karena kecapean hari sebelumnya… tapi nggak juga sih sebetulnya). Terus suka heran I literally didn’t see anyone (well, nyapa ada 2 nenek2 gitu sih papasan, tapi beneran 40menit jalan kaki mungkin ketemu manusia less than 10?). Sementara kalau di rumah ya keluar rumah aja tengok kanan kiri udah ngelihat 10 manusia. Ya tapi nggak apple to apple juga sih, rumahku di kampung padat penduduk di ibukota negara dan ini sekarang ku di Oxford yang literally adalah small town berpopulasi 150k.
Kemarin juga sudah menyelesaikan Research Integrity course! Ini adalah salah satu condition untuk the upcoming transfer. Jadi ya merasa produktif aja udah nyelesaiin itu terlepas dari ketidakberprogresan penulisan draft lol.
Tadi siang makan siang sama Leon di Gloucester Green! Beli souvlaki £6, cukup kenyang abis makan, tapi sekarang jam 1700 dan sudah lapar lagi. Untungnya sudah pesan nasi terong balado ke Bu Yani jadi malam ini akan makan itu! + Pesen siomay dan bakwan juga mungkin buat dimakan besok karena di kulkas masih ada bihun sisa masak semalam.
Rabu malam dimasakin Lamb sama Kalina dan Arthur! Dan main boardgame sama teman-temannya Kalina pada datang ke rumah yaitu Jake, Sarah, dan Fabian. Kita main villainous, agak nggak ngerti sih sesungguhnya dan mayan complicated but anyways it always feels good to interact with new people jadi yaudah senang-senang aja.
Tadi juga udah ketemu sama Bu Yani dan Nadia pas ngambil makan, terus as usual ngobrol basa basi aje kan ye. Doi katanya mau ke tempat Anne dan Larissa buat ngambil angklung punyanya PPI Oxford terus bahas “Noni nggak mau nyalon jadi ketua? Kan lebih bagus kalau yang jadi ketua yang udah lama di sini daripada anak2 baru” yhaaaa w ketawa aja kan. Ini aja kemaren setahunan udah mau nangis CUMA jadi sekretaris departemen + kepala divisi PPI UK terus yakali jadi Ketua PPI, ngapain amat. Kujawab dengan diplomatis saja “hehe nggak deh bu, saya mah bantu-bantu aja, mensupport dari belakang”
Beberapa hari belakang ini lagi rajin masak, sempat masak nasigoreng, mi ala2, terus semalem bihun. Sebetulnya fun sih. Dan lebih sehat juga! Karena jadi banyak makan sayur kan. Cuma emang PR aja nyucinya tuh. Dan sekarang juga harus ngabisin sayur!!! Abisan kan gabisa ya beli tomat barang 1 biji doang gt. Well, bisa sih, tapi harganya sama aja kayak kalo beli seplastik isi 6 misalnya, kan jadi sayang. Cuma ya berarti harus diabisin sesegera mungkin karena si sayur ini shelf lifenya nda lama ☹
Sudah submit draft jurnal ke JGT HAHA. Chaos banget ini transisi dari CPUI ke PUI betul-betul ga keurus elah kenapa sih Non. Mana kemaren ada miskom juga, si Mas Iskandar tiba-tiba nge-reply ngasih comment ke draft terus udah kucomment balik e ternyata bukan Mas Iskandar harusnya reviewernya tapi Mba Winda alias si Mas Iskandar salah baca info. Jadi-lah segala revisianku ke komennya Mas Iskandar nda kepake alias terbuang saja. Well, gapapa sih nanti masih bisa kabarin ke Mba Winda yang draft ini sekarang kayanya jadi lebih bagus.
Terus sekarang juga lagi ambil free class Yale Uni di Coursera namanya The Science of Well-Being, lupa awalnya kenapa dan dari mana, kayanya baca twitnya Bileh deh. Terus yaudah lagi week 2 aja: materinya Savoring and Gratitude alias ini tuh SOLAT gaksi HAHA. Intinya we are instructed to take our time off of what we usually do and see and list our gratitude. Semakin rutin dan sering kita lakukan ini in a day, makin bagus. Yaudah intinya solat ajade. Di week 1 kita disuruh scoring lagi di mana our happiness/mental state is, tujuannya ya buat tracking aja if there is any change before and after we took this class. And you know what berapa score saya?
Tumblr media
Overall well-beingnya adalah 4,75. Eeeeh ok not bad, actually… mendekati 5 lah. Ini ku melihatnya sebagai nilai tengah lah ya, nggak lagi buruk-buruk amat tapi ya nggak lagi bagus-bagus amat juga. Di yang authentic happiness itu different set of tests nilainya adalah 2,21 out of 5. Masih mendekati nilai tengah juga. Yang no 3 itu subjektif, so I put 3 there. Lebih karena I feel like I still can do my daily commute and activities I guess?
Terus di kelas ini ku juga disuruh ambil tes to see what my signature strengths are and this is the result:
Tumblr media
Tentu saja no 1 adalah Kindness HAHA as if there’s not 10+ people said the same thing to myself: “Lo tu terlalu baik Non” lolz. No 2 fairness, wow such a Libra trait. No 3 appreciation of beauty & excellence: probably explains a lot why I’m such a museum nerd. No 4 agak ga yakin if that fits me? Because I sure hate working with other people, but I guess ku gapunya strength lain makanya teamwork yang comes up. Well, anyway, yaudah jadi ku sekarang sedang beristiqomah mengikuti kelas ini. Nanti ku-review gimana kelasnya kalau udah beres ya manteman, so far tapi seru sih, kalau pengen liat-liat dulu coba enroll dulu ajaa.
Sempat call sama Abi juga! Bahas masalah hidup saya, bahas masalah hidup dia. Tapi menarik banget deh, aku berada di fase di mana hampir jarang banget kan ada orang yang nanya “lo pakabar non? gimana sekarang? what’s up?” dalam artian bukan basa-basi, jadi pas kemarin cerita a-z ke Abi tu rasanya pengen nangis banget. Ku di awal balesnya yang sok cool gitu “well, nothing much, gini-gini aja” eh terus tapi pas dilanjutin ternyata di dalam diriku ini banyak banget yang piled up dan jadi cerita BUANYAK banget sama Abi. Dia pun juga gitu. Sedih tapi emang kami nggak bisa relate at all, ku ga paham kehidupan PPDS di Salemba sana seperti apa, dan begitu pula Abi ya susah paham kehidupan per-DPhil-an ku di Oxford ini gimana. But at least we’re still there for each other, tho. Dengan didengerin aja ternyata sudah helpful sekali yah ternyata.
Hmm what else ya. Asa banyak deh yang mau diceritain tapi ternyata sekarang sudah habis gatau lagi mau ngetik apa. AH! I’m back again on Duolingo! Sudah masuk 16 day streak! Woohoo! Sekarang lagi berusaha merebut posisi no 1 ku di Diamond League jadi habis ini kayanya akan duolingo-an.
Terus barusan ngecek my last post, di situ ku menulis akan ngedraft tulisan ke Kak Davit and you know what? Di hari itu tanggal 13 itu akhirnya ku menyelesaikan tulisanku ke Kak Davit! Ditunggu yaa nanti kalau sudah dipos di webnya doi. Tulisan ecek-ecek sih tapi ya mayan lah buat kalau lagi yang gaada bacaan.
Barusan banget juga abis ngeformat LPJ departemen PPI UK ke format slide PPT di drive. Mayan seru ya ternyata dalam setahun yang di-achieve betul-betul banyak sekali….
Bunga buat Tharina sudah sampai! Mungkin bermanfaat untuk teman-teman yang lagi butuh cheer their friends up, just send your friends bouquet of flowers!!! Huge thanks to Lambang yang sudah menginisiasi ini semua dan juga anggota geng sampah yang sudah turut berkontribusi ke misi ini. I also sometimes buy myself flowers just because. It’s good to celebrate yourself once in a while.
Tumblr media
Dah deh sepertinya itu dulu untuk grateful journal hari ini. Besok agendanya akan main badminton nyoba tempat baru di Iffley sport centre jam 10-12 terus jam 13nya akan ada talkshow ini!:
Tumblr media
Btw this will be my first time ngasih webinar via whatsapp group(?) aku juga unfamiliar dengan formatnya tapi we’ll see. Aku gatau masih pada bisa register apa nggak sekarang, but if any of you guys want to join, feel free to do so! Kayanya Oktober kalau nggak salah juga akan ada talk lagi tapi yang ngadain geosains UI gitu? Lupa tapi topiknya apa haha. Yah beginilah hidup saya weekend. Kalau nggak ngajar kelas olim (alias sudah selesai karena KSN-Pnya sudah terlaksana this week!) ya ngisi webinar-webinar gini aja. Bingung, kapan mainnya ya… Pengin nonton Hometown Cha3x dan Hosplay dari season 1 aja ga kesampe-sampean dah huft. @30.18 1750pm 17/09/2021
1 note · View note
adoctobepullet · 4 years
Text
Ranah-Nya bukan Ranah Kita.
Hari ini mau cerita sedikit perihal belajar ikhlas terhadap apa-apa yang telah kita usahakan. Mungkin pengalaman ini untuk beberapa orang adalah sesuatu yang tidak penting atau sekadar “halah cuma ditolak asisten doang, lebay” dan seterusnya. Tapi bagi beberapa orang merupakan sebuah reflected about themselvs as far as they fell understanding about some knowledge, about sharing is caring, experience is the best teacher, and as good as people are who want to learn, to share, and to be userfull to other. Sekitar pukul 09.30 WIB ada salah seorang teman tiba-tiba whatsapp dengan emoticon nangis. Kemudian aku tanya, kamu kenapa? Lantas dia menjawab aku nggak masuk kualifikasi asisten di salah satu laboratorium X, ujarnya. Jauh-jauh hari aku berusaha menyiapkan diri, agar ketika pengumuman tersebut keluar dengan kemungkinanan terburuk, pundakku kuat. Kuat untuk menerima apapun itu hasilnya, kokoh untuk bangkit setelah dijatuhkan ekspektasi, dan lapang untuk memerima konsekuensinya. Sebelumya kita sama-sama mengincar laboratorium tersebut untuk applay menjadi salah satu asisten, tapi qodarullah kita sama-sama tidak masuk, huhu. Tidak bisa dipungkiri sedih itu pasti. Kita hanya sebatas manusia, ketika apa-apa yang telah kita ikhtiarkan terjadi tidak sesuai harapan, disitu kita mengalami proses belajar. Belajar tentang mengikhlaskan, membiarkan sesuatu pergi dan re-planning what will we do, sejauh mana perjuangan kita akan berlanjut. Apakah setelah tidak masuk dalam kualifikasi asisten kita akan merenungi nasib, menyalahkan diri sendiri, dan hal-hal negatif lainnya. Atau malah sebaliknya, mencari waktu untuk memahami diri, menggali potensi, dan hal-hal positif yang lain. Self-healing juga boleh, karena hati, pikiran, dan fisik kita juga butuh ‘’sembuh’’. Kamudian kita juga belajar tidak menuhankan ikhtiar, ketika kita merasa sudah mengerahkan seluruh kemampuan terbaik untuk mengusahakan apa yang kita angankan, kemuadian ternyata hasil tidak sesuai dengan yang direncanakan, tak jarang merutuki takdir –termasuk aku :(- tiba tiba terucap kalimat kaliamt yang seharusnya tidak perlu terucap ‘’Ya Allah, aku udah belajar mati matian, ngerjain laporan juga udah sebaik-baiknya, kelas dan tugas juga ga pernah absen. Gimana sih?! Pointnya balik lagi, Allah itu Best of Scenario. Ingat di surat 2: 216 “Allah bilang bahwa boleh jadi kamu membenci sesuatu, tapi itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetui sedangakan kita tidak.” Kalo kamu pikir dinamika hidup dan belajar senano-nano itu, aku sependapat yok tos dulu. Hidup bukan matematika dimana 2x2=4 tapi di dalamnya ada variabel-variabel di luar kapasitas kita. Yaps, bener ada yang lebih kuasa dari kuasa kita, Dia adalah Yang Mahakuasa. Dalam hidup ada fasenya dimana kita diizinkan meraih apa yang kita inginkan dan ada fase dimana kesempatan itu memihak pada kita. Namun bagaikan sisi koin, di sana pula ada fase dimana kita hanya diizinkan menulis tapi tidak menjadi bagian dari apa yang kita tulis. Memang sulit di fase-fase kedua. Tapi balik lagi, kita hanya manusia yang eksistensinya tidak ada-apa apanya dibandingkan eksistensi-Nya. Tugas kita ikhtiar dengan sebaik-baik iktiar, berdoa dengan sekuat-kuat doa, dan tawakal dengan setulus-tulus tawakal. Terus diri kita selanjutnya gimana? Kita gali lagi deh, bawasannya seseorang yang beriman itu, ketika diberi ujian maka dia akan bersabar dan ketika diberi nikmat bakan bersyukur. Bersabar adalah kontji haha, lagi lagi urgensi sabar ini memang sulit, realita nggak sesimpel teori. Aku menulis ini bukan berarti sudah jago, paling bener, atau sok nasehatin ya. Tapi buat reminder terutama diriku sendiri, kalo memang setiap apa yang kita inginkan itu tidak selalu bisa kita dapat. So, tulislah impian kita mengguanakan pensil, then berikan penghapusnya kepada Allah, agar Dia menghapus apa-apa yang tidak baik dan menggantinya dengan apa apa yang terbaik, untuk kita pastinya.
Kalau plan A bukan milik kita, masih ada plan B, C, D, sampai Z. Pastikan kita bisa gunakan kesempatan itu :)
Semangat
1 note · View note
moonsieure · 4 years
Conversation
#3 'Follow Your Passion'
Uta: Nan, apakah kamu bahagia bisa kuliah sesuai passion?
Nan: Haha. Udah tanya ke diri sendiri, Ut?
Uta: Butuh sudut pandang yang berbeda.
Nan: Kamu tahu nggak kalau 'talent is overrated'?
Uta: Pernah dengar, belum baca bukunya.
Nan: Nah, gini, Ut. To be honest, gambarmu tuh biasa aja. Rata-rata. Nggak lebih bagus daripada vektornya temenmu yang anak Desain Produk. Mungkin, istilahnya, belum ada ciri khas?
Uta: Iya. Aku kan sudah bilang, butuh struggling berkali-kali lipat lagi untuk bisa nembus DC atau Marvel.
Nan: Sori ya...lagian nggak mungkin juga kalau kamu nggak aware tentang potensi diri kamu sendiri. Tapi, kamu emang berada di lingkungan yang orang-orangnya nggak terlalu bisa ngegambar, Ut. Makanya, gambarmu jadi yang paling bagus di SMA dulu.
Uta: You're still the greatest observer. Aku jadi penasaran, kenapa coba kamu masuk sastra? Katamu, bakat itu overrated. Berarti kamu nggak merasa berbakat menulis, dong?
Nan: Absolutely. Dulu kamu juga bilang kalau tulisanku terlalu komersil—nggak pure. Kelihatan banget pengin menang supaya dapat uang. Nulis puisi pun aku nggak jago.
Uta: Nan...kamu bisa masuk kelas IPA waktu SMA itu suatu prestasi yang gemilang lho, bagi banyak orang. Coba kalau kamu stay in track, mungkin kamu sudah jadi anak FK atau teknik atau MIPA, bukannya ilmu budaya. Lalu kamu sudah jadi orang paling bahagia di seluruh dunia...
Nan: ...atau justru tidak. Nggak ada jaminan kalau kita melakukan A maka hasilnya B, Ut. Selama masih di dunia, anomali itu tetap ada. Apa gunanya plan A, B, C, sampai Z kalau rumus kehidupan dunia udah kayak rumus reaksi Kimia?
Uta: Uhm...faktor X.
Nan: Tepat. Nih ya, Ut, apa kamu pikir aku nggak tahu kalau nilai ulangan Akuntansimu selalu tertinggi di kelas? Sok-sokan nggak mau ikut Olimpiade Ekonomi, lagi. Kenapa coba kamu begitu? Kamu berusaha setia dengan pencarian dan penemuan melalui passion 'menggambar'-mu itu?
Uta: Bicaramu kok muter-muter, sih, Nan. Iya, perihal itu kamu yang tahu cerita lengkapku, orang nomor satu.
Nan: Lah kamu tadi tanya tentang kuliah sesuai passion. Udah kebal denger celetukan 'kuliah sesuai passion itu bullshit'?
Uta: Aku merasa kamu telah berasumsi bahwa aku menyesal karena nggak mendalami Ekonomi. Kalau aku jadikan menggambar sebagai side-job then I chose FEB over FSRD, regardless it ain't my passion, probably my life would be...much easier, gitu, Nan?
Nan: Persis seperti kamu mengompori aku dengan bahasan tentang fakultas Saintek yang jauh lebih cemerlang.
Uta: Yah, namanya juga kuliah sesuai passion. Bagian menyenangkannya karena apa yang kita lakukan adalah hobi, ya, Nan. Tingkat stress berbanding lurus dengan gaji? Hahaha.
Nan: Kok kayak ragu-ragu gitu ngomongnya. Ya jelas, Ut, mana ada orang hobi ngitung duit yang nggak ada wujudnya? Ngapalin cara kerja jantung sampai ke penyakit, penanganan, pencegahan...lalala. Terus bikin proyek ala DIY tapi dengan formula dan perhitungan yang gila? Hobi itu ya melukis, menulis, membaca, fotografi, musik, menari...
Uta: ...kecuali anomali.
Nan: Orang-orang terlampau jenius.
Uta: Van Gogh nggak jenius? Da Vinci? Picasso? Monet?
Nan: Anomali?
Uta: Strange, odd, freak, rare, weird, bizzare...you.
Nan: You too.
4 notes · View notes
hujanmimpi · 7 years
Text
Belle’s Diary || Kok Bisa Kuat?
Kemarin ada sebuah pertanyaan yang mampir dari salah satu sahabat, “Kok bisa kuat banget sih? Caranya gimana?” Tentunya pertanyaan itu menjurus pada aktivitas yang saya lakukan selama ini. Yang pada akhirnya membuat saya tergerak untuk bercerita ke teman-teman semua. Anyway, terima kasih kamu karena kembali datang dengan pertanyaan yang membuat saya berkontemplasi dan jujur pada diri sendiri, sekali lagi.
Kami bersahabat sejak dipertemukan dalam kelas yang sama pada saat SMA. Dia adalah salah satu life support saya. Dia adalah seseorang yang tahu salah satu kisah terburuk di hidup saya. Oke, kembali dengan pertanyaannya tadi. Reaksi pertama saya ketika dia bertanya itu adalah tersenyum sekaligus berkaca-kaca. Kenapa?
Jadi begini, saya akan sedikit membahas tentang kehidupan persekolahan saya. Anggap saja sedang mengenang, bukan menggenang ya hehe. Long story short, kebetulan ketika kelas 3 SD, saya pindah ke Yogyakarta. Di benak saya pertamanya adalah kehidupan baru yang lebih baik sedang berada di depan mata. It was fun, in my dream of course. Sampai kemudian saya bertemu dengan keadaan yang membuat saya berpikir, bagaimana cara saya beradaptasi dengan lingkungan yang baru? Bagaimana saya memahami bahasa daerah baru yang juga menjadi mata pelajaran di sekolah itu? Bahasa daerah yang benar-benar asing. Karena dulu di Jakarta bahasa daerah yang dipelajari adalah bahasa Sunda.
Sejak SD saya senang berteman dengan siapa saja, bergabung dengan siapa pun, bahkan menolak untuk diantar jemput dan memilih untuk naik sepeda. Karena dengan begitu saya merasa akan menjadi cepat untuk bisa beradaptasi. Tapi entah kenapa, mungkin juga karena saya murid pindahan, di SD itulah saya justru menjadi korban bullying.
Dikucilkan ketika jam pelajaran olahraga, berkali-kali disindir ketika tidak ada guru, bahkan hingga sepeda saya pun ikut dirusak dengan tanpa alasan. Waktu itu, apa yang bisa saya lakukan selain menangis? Tidak ada. Karena, saya dibesarkan dengan ajaran untuk tidak membalas perbuatan jahat seseorang dengan perbuatan jahat juga. Dengan kata lain, menerima dengan ikhlas setiap perlakuan mereka adalah hal yang saya jalani bertahun-tahun hingga lulus.
Kehidupan SMP saya berlangsung berbeda, ketika saya memberanikan diri memilih sekolah yang tidak sama dengan pilihan teman-teman SD saya. Sewaktu SMP itulah saya kenal beberapa sahabat yang sampai dengan detik ini, masih begitu sering saya repotkan ketika berkunjung ke Yogyakarta. Jika di SD saya lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan kegiatan les di luar sekolah. Ketika SMP saya justru lebih ekspresif dan betah menghabiskan waktu untuk mengikuti kegiatan di sekolah, seperti pramuka, kemah, paskibra, hingga mc-ing acara-acara keagamaan di sekolah. Hal yang begitu berbeda jauh dengan pengalaman SD saya.
Pun begitu juga ketika saya akhirnya kembali pindah ke Jakarta saat SMA. Saya betul-betul kembali harus beradaptasi. Saya ingat sekali, pertama kali datang ke sekolah sebelum MOPDB itu saya menggunakan angkot karena kebetulan hujan. Waktu itu saya telat, belum lagi saya harus terpleset di koridor karena lantai yang licin, ditambah saya juga kebingungan mencari kelas. Karena ya itu tadi yang saya bilang, saya kembali harus beradaptasi. Tidak punya teman sama sekali, tidak kenal siapa pun, dan benar-benar sendirian. Oleh sebab itulah saya akhirnya merasa perlu untuk ikut kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler. Kenapa? Di pikiran saya hanyalah agar kejadian sewaktu SD tidak terulang lagi. Trauma? Mungkin iya.
Ikut OSIS buat saya adalah sesuatu hal berharga di hidup. Saya jadi lebih bebas untuk mengeluarkan pendapat (saya ini cerewet fyi hehe), saya bisa kenal dan dekat dengan lebih banyak stake holder di sekolah maupun di sekolah lain (zaman-zaman ketika mengisi penyuluhan HIV/AIDS di sekolah lain, that was funnnn!).
Mungkin saya sudah pernah bilang di postingan saya dulu, kontur rahang wajah saya ini tegas. Efeknya ya saya jadi terlihat jutek. Mungkin itu yang bikin kakak kelas saya akhirnya tidak suka dengan saya, yang katanya sok dekat dan kenal sama ini itu. Hingga akhirnya saya lagi-lagi di-bully. Terlebih ketika saya harus orasi sebagai salah satu kandidat ketos. Di flyer foto saya begitu banyak coretan dan hinaan bagi saya. Motif orang tersebut sebetulnya hanyalah alasan pribadi, yang bisa dikatakan ‘menga-ada’ (udah kayak sinetron memang wk). Tapi yaaa, itulah hidup saya yang tidak pernah bisa dibilang sepenuhnya bahagia dan sempurna, seperti yang mungkin saat ini teman-teman lihat di media sosial saya.
Maka, berangkat dari situlah mungkin secara tidak sadar kepribadian saya terbentuk. Sampai dengan yang melekat di mata orang-orang yang mengenal saya saat ini adalah, i’m an independent woman, saya pelit sama diri sendiri, saya terlalu banyak mikir, saya terlalu struktural dan semuanya berdasarkan perencanaan. Saya tidak bisa langsung menelan sesuatu secara bulat dan utuh, saya pemilih, dan saya terlalu berusaha untuk bisa mengerjakan semua hal dengan sempurna. Hingga pada akhirnya membuat beberapa orang merasa tidak cukup yakin untuk berkenalan dan cukup dekat dengan saya. Jadi buat yang sampai detik ini bertahan di dekat saya, sungguh, saya beruntung punya kalian dan terima kasih atas kerelaannya mengenal saya lebih jauh!
Kepanjangan ya curhatnya hehe, oke kembali ke pertanyaan sahabat saya tadi, bagaimana saya bisa kuat? Saya rasa, pengalaman hiduplah yang akhirnya membuat saya bisa sekuat ini. Begitu banyak hal yang terjadi membuat saya ditempa oleh semesta, hingga kemudian mau tidak mau, siap tidak siap, saya memang hanya harus kuat. Karena ya pilihan yang tersedia hanya itu.
Sejujurnya saya punya satu alasan besar yang membuat saya selalu bisa kembali semangat menjalani sesuatu, meski lelah dan keluhan itu ada di diri saya. Namanya manusia hidup, merasakan lelah dan berkeluh wajar, kan? Hmmm…. Apa dan siapa? Mungkin saya akan mengutip apa yang saya katakan pada sahabat saya itu, “Kalau bukan saya, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau mudanya aja masih leha-leha dan nggak mau capek-capek, nanti tuanya mau kayak apa?”
You only live once, itu mungkin pegangan hidup saya sampai detik ini. Apakah saya pernah iri sama hidup orang lain? Pernah, tentu saja. Apakah saya ingin juga bisa ini itu, ke sana ke sini, capai cita-cita A-Z seperti orang lain? Oh ya jelas, pastinya begitu. Tapi saya, sudah sampai di titik di mana saya akan kembali bertanya ke diri sendiri. Apakah saya mau untuk tetap menjadi orang-orang yang iri itu atau saya bergerak melakukan perubahan untuk diri saya? Apakah saya lagi-lagi harus merendahkan diri saya dan mengucilkan diri saya, serta melabeli bahwa saya ini bukan siapa-siapa dan tidak bisa menjadi apa-apa? Oh tentunya, tidak!
Mungkin saya tidak bisa berbuat banyak untuk orang lain. Mungkin saya belum mampu ke sana ke sini seperti teman-teman saya. Mungkin saya juga belum bisa untuk ini itu seperti kebanyakan orang. Tapi di benak saya kini tertanam, semoga saya bisa berguna setidaknya untuk diri sendiri, keluarga dan mereka yang percaya pada saya. Setidaknya, saya bisa membuat mereka bangga dengan kontribusi positif dan kontribusi kecil dari saya ini. Setidaknya, saya tidak perlu mengakhiri hidup saya dengan membunuh mimpi orang lain atau mengkhianati mimpi orang lain. Setidaknya, saya tidak melupakan bantuan dari orang-orang, yang sampai detik ini bisa membuat saya berdiri tegak dan berada di podium kehidupan seperti sekarang. Justru jika mungkin, kenapa bukan saya yang menjembatani dan membantu mimpi orang lain? Hanya itu yang sekarang menjadi alasan saya ingin tetap berjuang dan bergerak dalam banyak hal yang semoga membaikkan dan menguatkan.
Di sini, sekarang dan saat ini, saya membagikan kisah ini bukan tanpa tujuan. Alasan saya membagikan ini adalah sebagai proses penerimaan diri saya sendiri tentunya. Dan juga untuk mengingatkan teman-teman semua bahwa yang bisa membuat diri kita kuat dan bertahan itu pilihannya adalah diri sendiri. Lingkungan berpengaruh memang, namun dengan lingkungan yang sudah kita pilih untuk bisa menyokongnya. Bukan dengan mendengarkan lingkungan yang terus-terusan menjatuhkan.
Everything has changed. Semua kehidupan saya berangsur membaik, entah itu dari keluarga pun dari lingkungan pertemanan. Look at me now, i survived. Dan saya percaya, teman-teman juga bisa survive seperti saya, bahkan lebih. Karena saya tahu, dan saya percaya, jika saya bisa, kamu juga bisa!
Salam penuh cinta, Stefani Bella, and I’m proud to be me!
196 notes · View notes
luthfiapuci · 3 years
Text
DAY 1: describe your personality
Sebagai seseorang yang pernah belajar mata kuliah ‘teori kepribadian’ di kelas matrikulasi untuk penyesuaian karena saat itu kuliah lanjutan lintas jurusan, menjelaskan kepribadian diri seperti apa benar-benar tantangan buatku. Bimbang harus jelasin pakai teori Freud/Jung/Adler/Horneye/Fromm/Erikson atau ya jelasin pakai bahasa sehari-hari aja gak usah sok-sokan pakai teori :” ahahahaha.
Dari intro di atas, kayaknya udah mulai terlihat ya kepribadianku kayak gimana :” biar gak lama ceritanya, aku bakal cerita kepribadianku tanpa teori.
Kalau digambarkan kepribadianku seperti apa dengan satu kata, sepertinya perfeksionis adalah kata yang tepat. Turunan dari perfeksionis itu adalah ribet, mudah panik, procrastinate, dan terkadang too much information. Perfeksionis bikin ribet diri sendiri (dan gak jarang juga orang lain di sekitar) karena segalanya harus dikerjakan serba tepat sesuai keinginan dan kalau salah mesti melakukannya dari ulang (diulang, dari awal lagi). Perfeksionis bikin mudah panik karena salah sedikit jadi kepikiran, belum tepat maka harus dari ulang, beda sama rencana awal jadi misuh-misuh sendiri, dan akhirnya bisa sampai overthinking hingga self-blaming. Perfeksionis bikin menunda-nunda sesuatu karena segalanya mesti dipersiapkan secata matang dulu, hingga terkadang banyak hal yang selesai dengan makan waktu lebih lama dari seharusnya. Perfeksionis bikin diri ini yang tadinya cuma perlu cerita tentang A malah jadi cerita tentang B, C, D (dan gak jarang bisa sampai Z), supaya konteksnya jelas, informasinya lengkap, semua orang harus tahu persis cerita yang ada di kepalaku, tapi jatuhnya malah jadi too much information.
Terkadang kalau mengaku sebagai perfeksionis, rasanya mah gak yang perfect banget juga. Terkadang juga, mengaku sebagai perfeksionis konotasinya rada-rada negatif ya (iya gak sih?). Jadi selanjutnya mau cerita juga kata lain yang bisa menggambarkan kepribadianku, kata-kata yang baik-baik: paling senang bikin orang ketawa/happy (in a good way) dengan cerita/jokes-ku; suka berbagi (khususnya) makanan enak supaya semua orang bisa cobain apa yang aku makan; saking tinggi berempati jadi mudah nangis; (bagi beberapa orang) bisa bikin orang lain jadi diri sendiri hingga nyaman cerita apa aja ke aku; family-oriented; loyal dan compassionate; dan kalau mengacu dari MBTI itu, aku adalah tipe INFP. Introvert yang beneran homebody, recharge energi dengan banyak me time di rumah, tapi tetap bisa nambah energi juga kalau ketemu dan kenalan dengan orang baru dan menikmati berkumpul dengan teman-teman. (*catatan: beberapa keterangan di paragraf ini juga mengacu dari pendapat orang lain tentang aku, sengaja kubilang ini biar gak dikira narsis :” ahahaha (mulai overthinking dan too much information lagi :”))
Wow, panjang juga ya ceritanya.  Niatnya ikutan challenge ini cuma mau jawab dengan singkat aja, malah kayak buat esai gini jadinya. Ahahaha. Udah ah, dadah! Sampai ketemu di challenge hari-hari berikutnya. 
0 notes
srisulastri · 6 years
Text
Berhenti jadi hakim dadakan
"Eh kamu tahu gak, si A sama si B mau nikah. Mereka itu dulunya satu organisasi bareng....gak nyangka mereka sekarang mau nikah. Kyaknya udah lama ada sesuatu diantara mereka"
"Hey tau kabar si Y sama si Z gak? Mereka yang dulunya sering agenda kemana-mana tuh, kyaknya udah dari dulu emang ada apa-apa diantara mereka"
Beberapa waktu kebelakang ini banyak kabar pernikahan dari teman yang memang saat kuliahnya satu organisasi bareng. Bahkan sering rapat dan bekerjasama. Misal ketua dengan sekertaris, kadep bidang A dengan kadep bidang B. Ada juga ketua rohis dengan ketua keputriannya. Setau saya mereka ini orang-orang yang sudah tidak diragukan lagi kepahamanya tentang adab berinteraksi dengan lawan jenis. Setelah kuliah mereka akhirnya banyak yang menikah. Namun, terkadang banyak gosip yang menimpa pasangan seperti ini (walaupun mungkin gak semua). Banyak saya mendengar orang diluar sana bilang "ah kyaknya dia mah udah ada apa-apa dari dlu" "ah kyaknya mereka mah prosesnya gak bener, jalannya salah" dan bla bla...
Pernikahan itu bukan permainan kehidupan yang bisa sembarangan kita jalani. Dia sangat sakral dan sudah ada ketentuan jalannya untuk menuju kesana. Bagi orang-orang yang ingin menjaga dirinya dari ikatan yang ilegal sebelum akad, saya percaya mereka akan menempuh proses pernikahan itu dengan proses yang sesuai tuntunan agama. Seberapapun mereka harus bertemu banyak orang saat masih dalam pencarian. Sebelum, saat dan sesudah menikah bukankah keberkahan yang selalu kita harapkan? Tentunya untuk memperoleh hal tersebut memang harus sekuat tenaga menjaga diri kita sebelum ada ikatan halal.
Tapi, takdir Allah antara satu orang dengan orang lain itu tidak sama. Ini yang tidak boleh kita lupakan. Ada yang ternyata menikah dengan teman satu kelasnya, teman SMA nya dulu, teman satu organisasinya dan lain sebagainya. Padahal saat barengan dulu mereka terjaga dari ikatan yang ilegal. Karena sama-sama tahu itu tidak boleh. Ada juga orang yang menikah dengan jalan dijodohkan, atau baru kenal beberapa saat. Skenario Allah siapa yang tahu. Kalaupun memang jalannya harus satu organisasi dulu mungkin itu cara Allah untuk mengenalkan mereka. Pun gak ada yang tau rahasia Allah dibalik itu semua. Kita hanya bisa memetik ribuan hikmahnya saja.
Jalan setiap orang itu berbeda. Tidak harus selalu sama dengan kita. Apalagi merasa jalan kita yang paling benar.
"Yah, kan gak ada yang tahu. Orang yang keliahatanya paham juga belum tentu menjalankan se ideal itu"
Nah kalau gak ada yang tahu, sebenarnya kamu juga gak tahu kan, kenapa kamu jadi sok tahu? Ada yang lupa sepertinya. Kamu sudah tabayyun belum? Klarifikasi menanyakan kebenarannya.
Pernikahan itu jalan kebaikan. Memang jalan yang harus ditempuhnya sudah ada aturanya tersendiri sesuai syariat. Tapi bagaimanapun proses yang dilalui oleh si calon penganten kita gak ada hak untuk kepo apalagi men cap yang tidak-tidak. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang telah mereka lalui. Biar itu menjadi urusannya. Toh setelah undangan disebar adab kita adalah mendoakan untuk kebaikannya. Semoga pernikahanya membawa keberkahan. Kebaikan untuk semua, dirinya,keluarganya ataupun keturunannya nanti.
Ya saya sih senang-senang aja ketika denger kabar dari orang yang keduanya sudah dikenal sejak lama, hehe..apalagi tahu tentang potensi keduanya. Rasanya takjub aja sama ketetapan Allah. Selalu luar biasa. Menyatukan dua orang yang sekufu.
Nah jadi saran saya, berhentilah menjadi hakim dadakan.
_Ditulis setelah mendengar kabar yang tidak baik terhadap pernikahan adek kelas yang menikah dengan ketua rohisnya dulu_
1 note · View note
ohlalune · 5 years
Text
Étudier Le Français✏
Bonsoir! Je m'apelle Prita👋
Udah segitu aja bahasa prancisnya🙂. Lagi suka banget sama bahasa prancis ditambah tadi baru aja ikutan trial class bahasa prancis dari Institut Français d'Indonésie (IFI) Bandung secara gratis! Tapi itu memang khusus buat para pemula yang memang sama sekali belum mengenal bahasa prancis sih. Alasan aku suka bahasa prancis karena unik aja gitu mulai dari cara penulisan sampai ke pengucapannya. Walaupun memang susah banget ngikutin pronounce-nya. Dan sempat nonton film Prancis yang rame banget dan jadi favorite list film aku, yang judulnya Le Fabuleux Destin d'Amélie Poulain (Amélie). Recommended banget deh!
Pengalaman aku sore ini seneng dan seru banget. Selain ketemu sama orang baru yang sama-sama penasaran dengan bahasa prancis—tentunya bisa kenal lebih dekat sama bahasa unik ini. Walaupun memang yang diajarkannya dasar banget.
Aku sampai lokasi pukul setengah 5, yang bikin aku bingung kok gerbangnya ditutup sih padahal di dalamnya ada orang. Keliatan karena disitu ada cafenya juga. Tapi detik itu—sambil kebingungan, aku ambil jalan lurus menuju gramedia saja, karena memang belum waktunya kelas dimulai. Setengah jam lagi. Aku duduk dibangku depan gramedia untuk istirahat karena lumayan jalan kaki selama kurang lebih 10 menit di hari yang cerah dengan memakai sweater rajut warna maroon cukup membuat berkeringat. Setelah 15 menit, baru aku lihat-lihat buku.
Kali kedua aku ke IFI, ada bapak penjaga diam di gerbang. Baru menyapa saja, si Bapak langsung menuju posnya lalu menekan sesuatu hingga pagar terbuka sendiri ke arah kiriku. "Oh gini cara kerjanya," bilangku dalam hati. Pantas aja daritadi nutup. Canggih dan lumayan ketat juga berarti. Aku diberi visitor card oleh Bapak tadi, lalu memasuki lobi dan diarahkan ke tempat semacam perpustakaan untuk menunggu. Gemas banget sebenarnya selama duduk disitu pengin baca dan lihat-lihat bukunya. Tapi sudah terbayang sih pasti semuanya bahasa prancis. "Udah deh ah gak usah sok-sok-an," bilangku lagi dalam hati.
Pukul 5 lebih 10 menit mungkin, aku dengan yang lainnya diarahkan ke ruang lantai atas dan telah disediakan bangku berbentuk U. Lalu mas-mas berambut pirang masuk dengan kalimat bahasa prancisnya yang sama sekali kita gak ngerti. Kita mengikuti semua perintahnya itu lebih dominan karena bahasa isyaratnya.
Ekspektasi aku sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukan pengajarnya tadi sore. Aku kira kelasnya akan berjalan secara serius layaknya bangku di kelas perkuliahan atau di tempat bimbingan belajar. Nama pengajarnya kalau gak salah Sarwono. Kayanya sekitaran itu deh namanya, lupa!😂. Tapi buat cari aman karena kelupaan, aku mau panggil dia pakai kata "Monsieur" aja yang artinya Pak (hasil browsing) walaupun tampangnya bukan bapak-bapak sih. Metode ngajarnya sangat interaktif dan menyenangkan diselip sama game ala-ala tapi masih dapet banget bahasa prancis yang mau disampaikan. Justru ternyata lebih gampang menyerap. Selain itu, aku kira bakal ada tulis-menulis atau catat-mencatat tapi situasi sore tadi seakan gak memberi waktu untuk mencatat. Lagipula nyatetnya gimana? Pengucapan dengan penulisan bahasa sangat berbeda, awam deh pokonya untuk kita termasuk aku. Jadi modal kita hanya ingatan aja dan modal pengajarnya sekadar ngomong doang. Untungnya metode yang digunakan Monsieur ini membuat lebih gampang diingat.
Pertama, kita dikenalin kata dasar tentunya dengan cara pengucapan karena hanya modal ngomong. Yaitu kata bonjour yang artinya halo dan cuma bisa diucapkan dari pagi hingga sore. Lalu kalimat perkenalan, yaitu je m'apelle (nama), elsapelle (nama teman) yang artinya perkenalkan nama saya...... dia (perempuan) namanya..... Catatannya kalau untuk ke laki-laki pakai kata ilsapelle. Kedua, diperkenalkan angka dalam bahasa prancis dari angka 0 sampai 10. Gak cuma mengenalkan sembarang bahasa aja tapi diajarkan mengenai budaya orang Prancis yang kalau bertemu dan menyapa selalu cipika-cipiki, makanan khas seperti bouguette, bahasa prancis lainnya yang mendasar seperti "au revoir", "bonne nuit", "salut", "merci", "de rien", "oui", dan lain sebagainya. Lalu sampai ke kata serapan dari bahasa prancis ke bahasa indonesia sepeti trotoar dan toilet.
Sebenarnya hanya itu sih, karena sayang waktu yang disediakan hanya 60 menit. Kurang lama dan gak kerasa banget padahal seru. Cukup berkesan, dan ternyata bahasa prancis menurutku—jujur susah, karena bener-bener beda antara penulisan dan pengucapan bahasanya tuh. Jadi sebelumnya memang harus tau dulu cara pengucapan huruf alphabet dari a sampai z. Walaupun susah, aku masih cinta sih sama salah satu bahasa unik ini. Berhubung mood dan kesukaanku ini musiman, semoga aja berumur panjang suka bahasa prancisnya, biar lebih banyak ilmu dan gak setengah-setengah aja kalau suka dan kepo sama sesuatu hehe.
Merci!
0 notes
kelolololol · 1 year
Text
A WIEC planuje zorbic na meeta z moimi besties ta planszowke z gambola (KNUJ I WALCZ) z karta "wypij sok z kela" that owuld be sooo cooool mann
0 notes
rindalolita · 5 years
Text
Best friend
Kita bisa memilah, tapi kita tidak bisa memilih siapa yang harus datang dan yang harus pergi di dalam kehidupan kita.
Salah satunya adalah pada masa SMA, putih abu-abu. Kenangannya akan banyak selalu dikenang, akan banyak di ceritakan, haru, biru, abu-abu, jingga, dan lainnya.
Terlalu banyak warna-warni kisah disana, ada pada tempatnya sendiri, yang paling dalam. Dimana saya tahu apa itu artinya “sahabat” dan persahabatan. Hahaha
Gotta get back to you ~
Sepuluh tahun bukan hal yang sebentar, menghabiskan hampir separuh hidup saya dengan sahabat saya yang sebentar lagi akan menikah dalam hitungan bulan.
Percaya gak percaya? Kita bisa temenan seawet ini. Kita tak banyak berkabar, karena beda kota pun karena beda kesibukan. Tapi dia ada pada tempat tersendiri dalam hati saya. Dia selalu siap mendengarkan apa yang ingin saya ceritakan, tentang lika-liku perjalanan hidup saya di kota perantauan, tentang asmara, tentang apa saja, kadang hal konyol dan tidak penting.
Ketakutan terbesar saya adalah, ketika dia telah menikah. Apa masih bisa kita bersahabat seperti sekarang? Apakah dia masih siap mendengar cerita saya yang suka mengada-ngada dan gak jelas jeluntrungannya ? Ah semoga ya femila, aku bahagia, kamu bahagia.
Sebentar lagi, hitungan bulan. Kamu menjadi istri orang lain. Kamu menjadi istri seorang abdi negara, yang kamu harus siap mengikuti dimana suami mu ditugaskan.
Semoga ya femila, masih ada tempat bagiku untuk selalu bercerita.
Menjadi sahabat yang tidak pernah luntur dimanapun kita berada.
Ada pada cerita-cerita, yang akan selalu di kenang.
Terimakasih sudah selalu mendengarkan ceritaku dari A sampai Z. Selalu menjadi sosok yang seolah dewasa padahal usia kita selisih 6 bulan.
Saya berkali-kali bersyukur, ketika Allah memilihkan pertemuanku dan pertemuanmu di X-7, menjadi teman sekelas selama 3 tahun yang awalnya kamu ingin masuk jurusan IPS malah ditaruh di IPA, jadinya kita sebangku 3 tahun deh.
Kamu yang sok-sokan jadi designer ketika mau jahit seragam baru menjelang kenaikan kelas XI, yaudah lah phee aku bikin rok designya ikut kamu aja (pasrah)
Kamu yang selalu bawa kaca kemana-kemana, kalau bosen pelajaran ke kamar mandi bareng 10-15 menit baru balik di bela-belain jalan muter lewat kelas-kelas mengelilingi SMASA.
Kita yang nggak mau ujian beda paket. Ngerjain ujian sebangku dengan kode paket sama biar bisa contek-contekan. Aku bisa sedikit matematika, dan kamu bisa sedikit kimia. Kita tukeran ilmu hehe
Ngerjain praktik elektro sambil tak temenin masa2 pdktmu sama ... kok ya mau aku dadi obat nyamuk pada waktu itu :(
Kita yang kelas X bisa main motoran sampe simpang lima kediri sudah mengebohkan jagat raya dengan embel-embel “nganyarin SIM”
Kita yang kalau berantem diem2an gak sampe tiga hari karena pasti gak kuat. Kadang selucu itu ya. Ingin ngakak.
Kita yang ndouble extra, ikutan nari, dance, karena buat selingan sekalipun gak punya talenta banget yang penting bondo nekat di jajal disek. Eh malah kita tampil ngecheers di POPDA, kita nari bareng di prosesi HUT SMASA, kita juara padusa antar kelas, kita perform tampil drama bareng di HUT SMASA cherybellan yg videonya sampe hari ini masih ada di youtube.
Aku gahabis pikir dengan pertemanan ini, pertemanan bucin. Iya aku bucin ke kamu femila, aku sayang kamu. Kadang kamu jadi adik yang menggemaskan, kadang jadi kakak paling dewasa yang aku di seneni dan dijudesi terus. Huhhh
Yang jelas masih banyak cerita-cerita kita yang tidak bisa diceritakan.
Doaku bersama dengan kebahagiaanmu
Terimakasih sudah menampung curahan hati panjang lebar tentang hari ini.
Tentang segudang kekhawatiran
Semoga selalu ..
.
.
Salam dari barat
Koncoan saklawase
Jakarta, 20 Agustus 2019
23 : 53
0 notes
syahiidahm · 6 years
Text
Mengganti kata "HARUS" versi Syah
1. Pahami tujuan pesan yang akan kita sampaikan.
2. Be creative mengarahkan jawaban anak/lawan bicara. Sadari deh, kata "harus" itu mematikan cara lain yg bisa kita pilih. Gini deh, maksud tujuannya adalah Z, kita ada di posisi A, brrti masih ada banyaaak cara kan biar sampe ke Z. Gk cuma K doang. Atau M doang. Yakaan? Naah seringnya nih kita (gue dan mungkin kalian), terlalu malessss buat cari cara lain. Yg gue tahu ya cuma itu dan males membuka diri, fikiran, atas kemungkinan2 yg ada. Misal, dalam kasus gue ini, gue tau rere radang, tau ni anak kondisinya gk enak nih tenggorokannya. Sebelumnya, gue ngerasa paling tau apa yang terbaik buat dia. Hati2, jangan terjebak! Iya sih gue guru shadow nya, iya sih gue org terdekatnya dikelas, tapi bukan brrti kondisi itu membuat saya tidak mendengarkan pendapatnya.
Old me: tapi kan biasanya kalo batuk2 ya harus minum lah."
New me: Lah? Siapa yg mengharuskan???
Old me : ya kaaan harus minum biar batuknya berenti.
New me: beb, yang ngerasain batuk kan bukan situuu. Tp si Rere. Yang tau apa yang terbaik buat dia ya dia sendiri. Lu cuma butuh percaya ama pilihannya. Jgn sok tau.
3. Respect pendapatnya. Jadilah manusia yg terbuka. Dan menerima pendapat dan sudut pandang orang lain. Gue kasih contoh masih dalam kondisi yg sama ya, di kesempatan yg beda. Kali ini di kelas audio visual.
"dingiiin (sambil tiduran ngeringkuk di atas pahaku)"
"dingin ya? (sy memberi simpati padanya) R mau apa biar gk dingin?"
"pake selimut"
"tp disini gaada selimut. Adanya bantal." (kasih opsi biar dy punya pilihan lain selain selimut)
"mau pake bantal"
Padahal yg ada dikepalaku pake jaket. Wkwk. Tuh kan! Betapa banyak opsi yg bisa diambil selain selimut.
4. Mengganti kata Harus dengan "Perlu" atau "Butuh".
Another kesempatan, masih di ruang audio visual.
"uhuk uhuk"
Gue tau dy sakit, dan gue jg tau ini mengganggu temannya yg sedang nonton, gue tau rere butuh minum.
Saya bisa aja memilih buru2 lgsg keluar buat ambil botol minumnya, terus nyuruh dy minum biar enakan. Tp saya memilih untuk tawarkan langsung opsinya. Karna dikondisi ini butuh cepat mengambil keputusan, sebelum teman2nya makin terganggu.
"sayang, kamu butuh minum, kamu mau minum? Minum yuk keluar"
"iyaa"
5. Persisten sama apa yang ingin diperjuangkan. Setelah minum, R masih batuk2 dan lemes bgt. Saya tau akan sgt tidak efektif kalo sy bolak balik nawarin murid spesial sy ini minum. Saya tau apa tujuan saya : bawa minum masuk ke ruang audio visual, biar R gk bolak balik. Tp kondisinya, di ruang tsb, dilarang masukin makanan/minuman.
Saya tau, dan bisa saja memilih pasrah dan minta R jg pasrah nerima keadaan. Tp saya memilih untuk persisten ama keinginan. Sy minta izin ke guru yg ada di dalam ruangan, buat bawa masuk minum rere.
"Miss, R boleh bawa masuk minumnya ga?" sy tetap respect ama gurunya dan peraturan, tp saya bisa bernegosiasi dg cara yg baik jika saya tau keinginan dan tujuan sy.
"boleh boleh bawa aja"
See? Saya belajar bahwa, pasrah itu ada di titik terakhiiirrr bgt kalo kita udah nyoba berbagai macam cara. Jd kalo ada maksud kebaikan yg ingin saya sampaikan, tp kepentok keadaan, saya memilih untuk tetap memperjuangkan yang saya mau dengan cara yang elegan. Gak langsung nerima gitu aja. Dan saya yakini ini akan berefek buat orang2 sekitar saya.
0 notes
yuleprime-blog · 6 years
Text
Rana’s Friend
Hallo, nama gue Rana. Dan ini adalah “aksi nekat” gue untuk minta maaf ke cowok paling drama dalam hidup gue bernama Vito. Seperti apa aksi nekat gue ini? Silahkan dibaca...
 Well, gue ini bukan perempuan dengan tipe yang semuanya itu harus serba nekat. Engga, ga kaya gitu. Sebelum gue melakukan aksi nekat yang paling konyol dalam hidup gue, gue udah mulai berdiskusi ke beberapa cowok untuk tau respon mereka, kalo misalkan ada cewek yang pernah punya salah ke mereka di masa lalu.
Dan inilah kalimat awal gue dan respon mereka:
“eh gue mau nanya dong, kalo misal nih, kalian punya temen cewek, yang pernah punya masalah ke kalian tapi udah lama, kalian bakal gimana?”
X1: Ya gue bakal maafin lah, kasian kalo ga dimaafin, apalagi cewek (seandainya Vito punya sifat kaya gitu, gue pasti bahagia banget sekarang, ga usah pusing dan ribet mikirin gimana perasaan dia waktu gue gas di luar kendali gue)
X2: Ya paling juga, gue udah lupa Ran, udah lama juga kan masalahnya, ngapain diinget-inget ga ada gunanya juga. “trus lo maafin ga?” ya maafin aja lah, kasian cewek, Tuhan aja maha pemaaf, masa kita manusia biasa ga bisa maafin (Seandainya ini Vito)
X3: Gue tanya dulu masalahnya apa, kan masalah udah lama tuh, gue juga udah rada lupa, kali aja dulu, gue juga pernah ada salah sama itu cewek, kan ga ada yang tau, lagian juga manusia ga ada yang sempurna kali Ran, jadi ya sama-sama introspeksi sama saling minta maaf aja, kali bisa silahturahmi lagi kaya dulu, putus silahturahmi kan dosa Ran (Seandainya ini Vito)
X4: Udah gue lupain lah Ran, ngapain amat inget-inget masalah masa lalu, emang penting, lagian hidup gue juga banyak yang harus diurusin, banyak yang harus gue pikirin, jadi ya udah, lupain aja, toh ga ada gunanya (Ini Vito banget sih)
“Trus gue sebagai cewek harus apa? Minta maaf? Nyamperin dia ke kampusnya?”
X1: Ga usah lah Ran, ngapain, lo cukup bilang minta maaf aja ke dia, dia juga udah tau kok maksud lo “tapi kalo misalkan dia ga maafin gue?” ya itu biar jadi urusan dia sama TuhanNya, Tuhan aja maha pemaaf, masa dia engga? Kan gitu Ran, ya tapi itu semua terserah lo sih Ran, kalo lo mau nyamperin dia ke kampusnya dan bilang maaf langsung ya gapapa (Jadi gimana? Samperin kagak? -_-)
X2: Udah samperin aja Ran, kampusnya deket ini kan dari rumah lo, naik angkot cuma sekali, naik busway juga bisa, daripada lo selalu pusing sama masalah masa lalu lo sama dia, mending lo kelarin cepetan deh, gue juga capek dengernya ga kelar-kelar masalah lo (O K  B H A I Q B O S Q U)
X3: Emang kampusnya dimana? Kalo deket, samperin aja, tapi kalo jauh, jangan, kasian lo nya juga, udah jauh-jauh, capek-capek tapi malah ga ketemu sama dia, buang-buang waktu dan tenaga lo aja Ran, mending pake buat hal lain yang lebih bermanfaat “engga jauh sih, deket dari rumah gue, tapi ya itu, gue malu nih, masa gue yang nyamperin cowok, ogah amat, emang gue cewek apaan” yaelah Ran, niat lo kan baik, buat minta maaf, bukan buat nembak dia, kecuali kalo lo niatnya buat nembak dia, baru deh tuh, lo boleh malu, kalo niat lo baik, buat apa lo malu? Toh Tuhan juga tau kali, maksud lo nyamperin dia apa, bukan maksud jahat, tapi maksud baik, buat minta maaf, udah lah Ran, ga baik putus silahturahmi sama manusia, dosa, lo mau dapet dosa? Engga kan? (susah emang diskusi sama manusia seperti ini)
X4: Aduh Ran, udah deh, hidup itu udah susah, jangan lo bikin tambah susah lagi deh, kalo lo ada salah sama dia, yaudah minta maaf aja, kan udah selesai, ngapain lo pake ke kampusnya segala yang ada lo malah bikin malu diri lo sendiri aja, lagian juga lo emang tau fakultas, jurusan dan angkatan dia? Kampusnya dia itu ga kecil yaa, ga usah aneh-aneh deh Ran (eh kalo dengan kata maaf udah selesai, ga akan gue mulai drama baru yang berkepanjangan kaya gini, lo kira gue seneng, lo kira gue suka dengan drama alay kaya gini, basi tau ga, kalo gue ga tau A-Z tentang Vito ngapain amat gue melakukan aksi nekat gue buat dia, emang dia siapa? Emang dia seganteng siapa? Shawn Mendes? Andrew Garfield? Kan bukan)
Dan dari hasil diskusi gue ke 4 temen cowok gue, pertahanan (harga) diri, iman, logika, akal sehat dan hati gue runtuh, akhirnya gue memutuskan dan memilih untuk... ke kampusnya dia... oke drama dimulai (lagi)
Karna gue ini anaknya keras kepala, sebenernya gue diskusi atau engga dengan beberapa temen cowok gue, ga akan ngerubah apapun sih wkwk, kecuali meruntuhkan pertahanan diri gue dan merendahkan harga diri gue sebagai wanita (anjay bahasa lo kampret) tapi yaa karna gue (masih) punya temen cowok dan gue butuh saran mereka, kenapa engga kalo gue mencoba menanyakan kegalauan gue sama mereka? Toh Vito sama temen gue juga sama kan? Sama sama cowok, cuma bedanya Vito ribet banget asli, sensitif parah, drama banget (gue aja kalah sebagai cewek) sok banget dan dia itu kalo udah ngebales chat gue, asli kaya orang lagi balapan liar, bawaannya nge gas, gue juga heran, padahal gue udah neken ego seminimal mungkin (ngalah abis abisan, karna gue lebih tua dari dia) , tetep aja, di gas lagi, di gas lagi, ga takut mati To? wkwk
Tapi sebelum gue memutuskan untuk beneran melakukan aksi nekat gue dengan mendatangi kampusnya dia, alangkah baiknya kalo gue sambil nunggu moment yang tepat, biar nanti kalo misal gue ketemu dia langsung, gue bisa alibay “abis nganterin temen ngurusin skripsi” padahal mah “gue mau minta maaf sama lo yaa, kalajengking (karna dia zodiaknya Scorpio, oke ini tidak penting, maafkan) dan kalo pun misal gue ketemu dia langsung dan dia nge gas gue pasti jawab “heh, lo pikir lo siapa? Lo seganteng apa? Pendek aja belagu, lo sama gue juga, tinggian gue yaa, makanya rajin  minum susu sama olahraga, rajin berenang kek, main lompat tali, main basket, jangan kebanyakan main cewek mulu lu, ga ada untungnya tau (lah ini ngapa begini alurnya, oke gue halu, maafkan yaa) dan respon dia pasti kaya gini “dasar cewek aneh, cewek gila, ga jelas lu”
Udah lah, udah ketebak isi otak lu kalajengking, lo mau ngomong apa, sebelum kejadian, gue udah tau duluan isi otak lo, dan kalimat apa yang bakal lo kasih ke gue, kalo misal kita ketemu lagi, pasti ujung-ujungnya nge gas lagi, hadeh ga capek apa nge gas mulu...
Beneran deh, gue bukan tipe orang yang pergi kemana mana tanpa tujuan, kan biasanya ada tuh, orang yang pergi kemana, tapi tujuannya ga jelas, atau ga ada tujuannya sama sekali, atau yang lebih parahnya lagi tujuan awal berbanding terbalik dengan realitanya, ya yang kaya gitu gitu deh, gue paling ga bisa. Apalagi gue melakukan aksi nekat ini hanya demi sebuah cowok, demi mendapatkan maaf dari cowok yang dramanya harus ditangani oleh psikolog handal sekelas Kak Seto dan Kak Tika Bisono, ga banget deh. Makanya sambil menunggu moment itu datang, gue mulai nyusun strategi dan mulai mempersiapkan semuanya (seperti apa semuanya itu? Padahal mah ga nyiapin apa-apa juga, ngapain amat, males iyuh, haha)
“Niat baik (pasti) selalu ada jalannya” pernah baca atau denger kalimat itu? Kalimat itu bener ga sih? Menurut gue sih, bener. Karna ketika gue bener-bener ingin melakukan niat baik dengan minta maaf sama dia secara langsung, Tuhan beserta alam semesta kaya denger doa gue dan menjawabnya.
Trus tbtb temen, adik kelas, dan anak temen nyokap gue nge chat gue untuk minta gue ke kampus mereka dengan berbagai keperluan dan kepentingan (menurut gue sih ini ga penting, buat keren-kerenan aja lah, toh banyak orang menggunakan kata ini, kepentingan) terlepas gue pernah minta mereka juga buat temenin gue ke kampus mereka buat liat liat fakultas dan jurusan yang ada di kampus mereka, tapi ga pernah direspon -_- entah ada angin apa, mereka tbtb ngedeketin gue dan nge chat gue (btw temen, adik kelas dan anak temen nyokap semuanya perempuan lho yaa)
Temen gue. Namanya Simi, dia anak jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga tapi masuknya Fakultas Teknik (gue juga heran kenapa masuk ke Fakultas Teknik, padahal ada Fakultas Ilmu Pendidikan, tapi ya udah lah, nalar tiap orang beda beda) dia temen MAN gue dulu, anaknya baik, asik, cantik dan banyak cowok yang suka sama dia dan ngedeketin dia, beda sama gue yang dari SMP sampe MAN ga pernah punya temen, kecuali sahabat (karna emang ga suka sama sekolahnya makanya begitu, wkwk) tapi ya gitu, kalo udah ngomong cempreng banget asli, gue ga tau deh, dia dari kecil dikasih makan apaan, sampe bisa secempreng itu kalo udah ngomong, dikasih makan terompet naga kali yaa, entah lah. Dia ini lagi sibuk dan pusing-pusingnya sama skripsi, kata dia sih, dosennya ribet, entah lah, tingkat ribet seseorang kan beda beda yaa, gue ga tau juga sih tingkat ribet si Simi itu kaya apa, banyak maunya mungkin, kaya ibu ibu muda yang lagi hamil anak pertama wkwk, karna gue sama dia dulu waktu sekolah emang ga pernah punya track record yang aneh-aneh dan macem-macem, jadi yaa sampe kapanpun, kalo kita mau komunikasi satu sama lain, ya ga masalah, kan ada tuh orang yang males komunikasi satu sama lain hanya karna orang itu punya track record jelek sama orang lain atau mungkin banyak orang, dan tbtb putus silahturahmi gitu aja
Karna gue orangnya bukan tipekal yang kaya gitu, jadi yaa prinsip gue sederhana “selama gue ga ada masalah sama orang lain atau siapapun itu, dan selama orang lain dan siapapun itu ga pernah senggol senggol hidup gue (cari masalah) kalo gue masih bisa komunikasi dan terus komunikasi sama mereka, kenapa gue harus memutus tali silahturahmi? Semua orang ga akan pernah tau, apa yang terjadi di masa depan, ga usah terlalu jauh deh, bahas masa depan, hari esok aja ga ada yang tau kan, kita akan berhadapan dengan siapa, bertemu dengan siapa, ngobrol dengan siapa atau mungkin meminta tolong dan bantuan dengan siapa? Who knows? Makanya silahturahmi dengan siapapun itu perlu dan wajib, kalo misalkan kita butuh apapun, kita masih punya temen yang bisa diandalkan atau mungkin temen yang masih bisa menolong kita (anjay) sebenernya hal ini juga sih yang ingin gue terapin ke Vito, gue pengen banget jadi temennya dia, tau lingkungan dan temennya, tau keluarganya, pokoknya tau banyak deh tentang dia, meskipun Khalida, temen seangkatan SMP dia pernah bilang “aduh nek, dia itu ga banget deh anaknya dan dia itu ga cocok banget sama lo. Kalo saran gue nih yaa, mending lo jauh jauh deh dari dia, dia itu ga banget nek, beneran” dan meskipun gue tau, kalo isi otaknya dia ini penuh ke-negatif-an...
Temen gue yang kedua namanya Aling, dia anak dari jurusan Pendidikan IPS tapi masuknya ke Fakultas Ilmu Sosial (FIS) satu fakultas sama Vito (gue semakin heran kenapa semua jurusan yang ada kata pendidikan nya bukan masuk ke fakultas yang semestinya (Fakultas Ilmu Pendidikan) ntahlah, asli jangan dipikirin, ga bikin lo kaya juga wkwk) dia ini sebenernya bukan temen gue, dia ini adalah sahabat dari sahabat gue (nah lho, bingung kan lo, makanya jangan dipikirin, dibaca aja, wkwk) tapi karna kita satu frekuensi kalo udah cerita dan dia ini anaknya juga jenaka parah melebihi gue, jadi yaa, nyambung aja gitu, dan sahabat gue juga ga keberatan kalo gue sama dia jadi deket meskipun deketnya juga baru, itu juga karna dikenalin sama sahabat gue, kalo engga yaa, boam. Dia sama Simi juga sama, sama-sama pusing ngerjain skripsi, alesannya juga sama, padahal beda jurusan dan fakultas, gue ga ngerti dah, mungkin semua mahasiswa semester akhir yang lagi ngerjain skripsi atau tugas akhir merasakan hal yang sama.
Adik kelas gue, namanya Dita, dia anak dari jurusan Seni Rupa dan masuk ke Fakultas Bahasa dan Seni (nah ini baru nyambung, daritadi kek elah) dia anak angkatan 2015 yang nyentrik parah, keren abis dan pokoknya nyeni banget lah (se-lebay itu gue dalam memuji orang, baiklah) awal mula gue kenal dia berawal dari WIKI DPR angkatan 7, disana gue dan dia sama sama jadi wartawan di DPR, not officially but working like a true reporter, dan gue masih inget dengan motivasi dia mengikuti WIKI DPR itu apa “karna saya ingin mematahkan anggapan orang yang bilang kalo anak seni itu apatis, tidak peduli akan sekitar dll” menurut gue motivasi dia keren, ga tau sih menurut kalian kaya gimana. Dan kita mulai deket sejak kita sering ikut liputan bareng di DPR, dan disitulah kedekatan antara kita terjadi, dan ternyata dia selama ini ngefans berat sama kakak gue, haha
Anak temen nyokap, namanya Linda, dia anak dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan masuk ke Fakultas Ilmu Pendidikan (nah gitu kek, ya allah akhirnya bener juga, capek aing mencerna nama jurusan dan fakultas di kampus mereka) dia anak angkatan 2015 yang kecil, imut, mungil, cantik, pokoknya kalo gue lagi jalan sama dia, berasa ibu dan anak (padahal mah dari segi muka, beda jauh wkwk, cakepan dia kemana mana) awal gue deket sama dia karna dia adalah adik dari temen SD gue, dan nyokapnya juga lumayan deket lah sama nyokap gue, jadi lah kami yang sudah dan saling dekat, haha ga jelas. Karna nyokapnya tau, kalo kakak gue hobi dan sering banget dapet endorsement produk kecantikan aneka rupa (you know lah produk kecantikan aneka rupa itu kaya apa dan gimana) jadi kalo setiap dateng ke rumah gue, pasti selalu kode keras untuk pengen dapetin produk kecantikan yang sama, dan gue sama keluarga gue bener-bener seneng kalo ada orang yang terang-terangan pengen banget dapet apa yang gue atau kakak gue dapet, daripada sirikin gue atau kakak gue di belakang, mending jujur toh? Lebih baik, toh juga gue sama kakak gue bener-bener seneng dan ga keberatan. Dan nyokapnya juga pernah bilang “kalo Linda itu juga suka fashion, ajak dia ke acara fashion gitu dong Ran” waduh kalo itu, aku tanya kakak aku dulu yaa, soalnya aku kalo kemana-mana sama dia, dia yang ajak, jadi aku ga pernah tau dia dapet undangan dari mana dan dapet undangan berapa.
Dan inilah percakapan gue dengan ke 4 temen perempuan gue yang kuliahnya di kampus yang sama dengan Vito
Rana dan Simi
Rana : Mi skripsi lo udah sampe mana? Perlu gue bantu ga? (ini pertanyaan nyolot sih, langsung nyinggung soal skripsi, bagus ga di gas kaya Vito nge gas gue)
Simi : Ga tau nih Na, gue pusing, dosen pembimbing gue banyak maunya, giliran gue udah turutin, maunya beda lagi, nanti kalo gue butuh bantuan, gue kontek lo yaa
Rana : Kalo lo butuh bantuan gue, kontek aja yaa, gue siap bantu, kalo lo perlu temen buat nemenin lo bimbingan, kabarin gue aja, insya allah gue siap buat nemenin lo bimbingan, sekalian jalan jalan ke kampus lo
Simi : Lo yakin mau nemenin gue bimbingan skripsi? Gue bimbingan lama lho, itupun juga dosennya labil mau bimbingan sama gue, suka tbtb mendadak batal bimbingan, kan rese dan lagian juga yaa, kampus gue itu kecil, ga se-gede kampus lo, lo masih yakin mau kesana? Dan mahasiswanya juga masih mending mahasiswa di kampus lo, gue saranin jangan deh, daripada nanti lo nyesel
Rana : Elah gapapa kali, lagian semua kampus sama aja ah, menurut gue, udah lah selow aja sama gue
Simi : Yaudah deh kalo gitu
Ga lama setelah itu
Simi : Na, gue besok mau bimbingan nih, lo jadi mau ikut gue ga?
Rana : Boleh, lo besok bimbingan jam berapa?
Simi : Jam 9 nih, pagi bet yaa, gue besok otw jam berapa njir, gue dari Bekasi, ya allah
Rana : Jam 6 lah wkwk, lo naik kereta kan?
Simi : Enak aja lo, pagi banget, gue bawa motor kok dari rumah
Rana : Oh kalo itu sih selow aja Mi, jam 8 juga jadi
Simi : Jam 8 yaa, yaudah deh, gue biasa berangkat jam segitu juga sih (lah ngapa nany jam berangkat sama gue, et dah -_-)
Beberapa saat kemudian
Simi : Na, besok ga jadi deh
Rana : Lah ngapa?
Simi : Biasa dosen gue, dia minta kirim email aja
Rana : Oh yaudah
Simi : Maaf yaa, dosen gue emang ngeselin
Rana : Selow
 Rana dan Aling
Rana : Ling, kalo lo ga sibuk, ajak gue jalan jalan ke kampus lo dong, gue penasaran sama kampus lo, pengen liat kaya apa
Aling : Lo yakin mau ke kampus gue Na? Kampus gue itu ya gitu gitu aja, kecil, ga kaya kampus lo, gede banget, sampe ada danau dan bis dalam kampus, kalo kampus gue mah, elah, dikasih bis juga ga bakal muat karna udah kebanyakan mobil
Rana : Iya gue yakin pengen ke kampus lo, sekalian jalan jalan, boleh yaa?
Aling : Boleh sih boleh, cuma gimana yaa, gue lagi ribet sama skripsi nih, gimana yaa
Rana : Nah, ikut nemenin lo ngurus skripsi juga gapapa deh, gue sekalian mau ketemu sama seseorang di FIS
Aling : Oh gitu, yaudah kalo emang mau lo kaya gitu, nanti gue kabarin deh, btw lo mau ketemu siapa di FIS? Setau gue anak FIS ga cakep-cakep amat dah, masih mending anak kampus lo Ran
Rana : Oke, ada deh, rahasia lah, kepo
Aling : Siapa? Cowok lu yaa? Kok gue ga tau?
Rana : Bukan yaa -_-
Beberapa saat kemudian
Aling : Ran, gue besok mau ke kampus nih, lo jadi ikut gue ga?
Rana : Jadiii, jam berapa ke kampusnya?
Aling : Siangan deh kayanya, karna sekre bukanya siang
Rana : Oke, kabarin lagi aja yaa
Aling : Oke, besok ketemuan disana aja yaa
Rana : Siap
Besoknya...
Aling : Ran, gue besok ke kampus jam 11, kita ketemuan jam 11 di kampus gue yaa
Rana : Oke, tapi lo tunggu gue di depan pintu gerbang kampus lo yaa
Aling : Pintu gerbang kampus gue ada banyak, pintu gerbang yang mana nih?
Rana : Yang depannya ada halte busway
Aling : Oh disitu, yaudah oke
Setelah gue sampe ke kampusnya akhirnya gue berhasil ketemu sama Aling
Aling : Beneran nih lo gapapa nemenin gue ngurus skripsi? Gue ga enak sama lo sumpah, lagian juga nanti bakalan lama deh ngurus skripsinya, karna gue juga mau perpus FIS juga
Rana : Iya gapapa, emang kenapa dah? Kaku banget lo sama gue haha, gue juga pengen ke FIS juga kok, selow
Aling : Ya gue ga enak aja sama lo, lo kan bukan temen gue, tapi sahabatnya sahabat gue, gue takutnya lo ngadu ke dia
Rana : Ya allah, ya engga lah, ngapain amat, kan ini emang permintaan gue, selow aja Ling, duh
Aling : Yaudah deh, kita ke sekre dulu yaa
Rana : Oke
Setelah urusan skripsi Aling selesai, Gue dan Aling ke Perpus FIS
Aling : Kita ke perpus yaa, gue mau cari bahan buat skripsi gue
Rana : Oke selow
Aling : Oh iya, lo jadi ketemu seseorang di FIS?
Rana : Jadi
Aling : Janjian ketemuan dimana?
Rana : Hah? Janjian? Gue ga janjian dimana mana (tergila sepanjang sejarah, jangan ditiru)
Aling : Hah? Serius lo? FIS ada banyak jurusan, emang lo tau jurusan dia apa? Salah salah lo bisa nyasar di fakultas gue, eh tapi gapapa juga sih lo nyasar disini, kan fakultas gue kecil, paling lo cepet nemu jalan keluarnya wkwk, kan kata lo sekalian jalan jalan, jalan jalan di FIS aja yaa
Rana : Iya serius, gue tau kok jurusan dia apa, udah tenang aja, gue udah tau dia dari jurusan angkatan berapa, lo ga usah khawatir, kalo gue ilang, gue tinggal nanya orang, pintu keluar sebelah mana wkwk
Aling : Oke hati hati yaa, btw, gue kayanya di perpus agak lama deh, kalo urusan lo udah selesai, lo balik duluan aja gapapa, gue beneran ga enak banget sama lo, lagian gue juga masih harus nunggu temen gue di perpus
Rana : Oh gitu, yaudah gapapa, makasih banyak yaa, gue keatas dulu
Alhasil ketika gue udah sampe FIS, gue liat kelasnya udah bubar dong, kosong ga ada orang sama sekali, mana gue udah bawa bawa coklat lagi, benyek pula
-_- sampe rumah, gue taro freezer dan gue makan sendiri, nice!
Rana Dita
Dita : Kaaak, besok free ga?
Rana : Free dong, kenapa?
Dita : Aku besok ada pameran lukisan nih di kampus, kakak dateng yaa
Rana : Wah boleh banget tuh, jam berapa pamerannya?
Dita : Kayanya sih siang kak, karna kita tim panitia harus persiapan dulu kan
Rana : Oh gitu oke, aku pasti dateng kok
Dita : Oke deh kak, makasih banyak yaa kak
Dan ternyata ketika gue udah sampe sana, gue ga liat ada pameran apapun dan gue ga ketemu sama Dita juga -_- tapi gue berhasil ketemu adik kelasnya dan menitipkan sesuatu ke adik kelasnya buat dia dan memulai drama dan perang baru
Rana dan Linda
Rana : Linda, aku mau kasih kamu lipstik sama bedak nih
Linda : Wah boleh banget Mbak, aku mau dong
Rana : Kamu besok selesai kelas jam berapa?
Linda : Waduh mbak, aku besok full nih, baru selesai sore paling
Rana : Gapapa, biar aku ke kampus kamu aja
Linda : Hah? Serius mbak mau ke kampus aku?
Rana : Iya serius
Linda : Emang mau ngapain mbak?
Rana : Mau kasih lipstik sama bedak lah
Linda : Ya allah mbak ga usah, mbak kasih ke papa aku aja dirumah
Rana : Udah gapapa, sekalian aku mau ketemu orang juga di FIS
Linda : Oh gitu, yaudah deh
Alhasil gue berhasil ketemu Linda buat kasih lipstik dan bedak, dan tidak berhasil ketemu Vito tapi berhasil kasih sesuatu ke temennya yang membuat drama dan perang dimulai kembali...
Jakarta, 29 Januari 2019 20 : 43
Di lantai atas rumah ku sambil dengerin lagu Girls Like You Maroon 5
Dan karna dipaksa Bunga Zuchrufiah Labibah untuk kembali menulis
0 notes
firauliya · 7 years
Text
Bismillahirrahmanirrahim.
Saya percaya setiap detail kehidupan ada hikmah yang Allah beri ke setiap orang yang menjalaninya. Seperti sekarang, Alhamdulillah saya mendapat nilai yang tersebar range-nya dari bawah sampe atas, dan saya merasa mungkin Allah meminta saya untuk mensarikan pembelajaran ini supaya bisa bermanfaat untuk orang lain. InsyaAllah I will make a more proper summarisation later, in the end of my study. But in the case someone needs it for his or her dissertation, I hope that this brief explanation would be able to help you :)
Note: ini untuk school saya. Bisa jadi beda parameter untuk setiap school (http://www.sps.ed.ac.uk/gradschool/current_students/taught_msc_students/assessment/pg_marking_scheme). Btw 100% penilaian untuk school saya adalah melalui essay, jadi kami ga ada ujian sama sekali. Jangan lupa ini rangkuman saya saja ya, bisa jadi saya salah dan sok tau
50 - 54: deskriptif, atau analisis tapi argumennya lemah. Essay saya yang berada di nilai ini mempunyai kesalahan lugu hehe. Jadi, saya mau “menjilat” si dosen dengan mengambil banyak saripati dari buku yang beliau tulis. Bahkan referensi yang saya lampirkan lebih dari 30 paper/buku, jadi sejujurnya saya berharap dengan nilainya. Tapi ternyata, saya salah mengerti maksud ekplisit maupun implisit dari buku si dosen :”D Hikmah: kalau ga yakin dengan isi buku si pemberi nilai, jangan panjang lebar menjelaskan, apalagi sok tau dikasih interpretasi diri sendiri, tentang buku itu
55 - 59: deskriptif, dengan sedikit analisis yang masuk akal tapi kurang “menggigit”. Saya juga kurang paham sebenernya, karena satu essay saya yang di nilai ini sebenernya cukup saya percaya dengannya. Tapi syukuri saja.
60 - 65: nilai saya paling banyak berkisar di sini. Ini yang selalu saya lakukan: 
jangan cuma deskriptif, jangan sampai. 
Kalau mau memakai teori dari satu sumber, harus sertakan argumen kita (critical thinking) tentang kenapa kita memakai sumber tersebut padahal banyak argumen lain. Caranya gimana? Misal kita memakai teori A, sertakan keterangan semacam “teori ini memang mendapatkan kritik dari cukup banyak study semacam x y z. Tetapi, saya percaya bahwa A bisa diterapkan di kasus ini karena a b c”. 
Sokong setiap argumen. Yes, I mean it: setiap. Jangan biarkan ada satu kalimat-pun ngambang (hipotesis, sok tau) yang tanpa sokongan. Mau sok tau sebenernya sih ga masalah, mau ga masuk akal idenya-pun juga gapapa, tapi syaratnya: ada referensi (referensinya resmi jangan lupa, kalau di google, search yang pdf dari konferensi; bukan web. Atau kalau udah tau keyword pastinya, langsung aja selancar di google scholar) yang mendukung. 
Setiap mensitasi satu pemikiran dari orang lain, jangan lupa tambahkan pendapat kita sendiri yang sejalan dengan pemikiran itu. Jadi ga tambal sulam ngerangkum pemikiran-pemikiran orang lan aja (karena kalau begitu, jadinya essay yang deskriptif)
Referensi di kisaran 20-30 buah
66 - 70: (skip, saya ga ada nilai yang berada di range ini ternyata)
71 - 75: selain memenuhi semua aspek di atas, usahakan sertakan ide baru yang cukup original. Ga cuma deskriptif, ga cuma nganalisis, tapi sertakan ide. Sehingga menandakan kita selain udah mengerti tentang kasus tersebut tapi juga bisa sedikit menambahkan tambahan pengetahuan. Caranya? Bikin diagram untuk menjelaskan alur hubungan organisasi, misalnya. Kalau relevan, plus kasih saran harusnya ada tambahan kayak apa di organigram tersebut
76 - 80: saya harus sangat berterima kasih sama temen yang ngebantu perhitungan statistical di essay ini. Selain tentu harus memenuhi semua unsur-unsur di atas, di essay ini saya melampirkan ide penggunaan metode perhitungan yang bener-bener baru. Plus kenapa saya menggunakan metode tersebut, rasionalisasi dari setiap pemilihan indikator perhitungan, dan analisis dari hasil yang didapat. Dukung semua itu dengan referensi yang valid. Ohya referensi yang valid itu sebisa mungkin ga cuma satu ya. Jadi seperti pada essay saya yang beragumen kalau faktor “agama” menentukan preferensi dalam memilih di pemilu, karena tau kalau ini adalah hal yang kontroversional maka saya tuliskannya seperti ini: “Thus, although many other factors indeed also influenced the preference of people in using their vote, many studies and surveys reveal that there are particularly strong linkages between people’s religion and their choice in elections in many areas of Indonesia (Lingkaran Survei Indonesia, 2008; Tahir, 2012; Abdillah, 2013; Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli, 2015; Julijanto, 2015; Sofianto, 2015)”. Kalau ada kesempatan, insyaAllah saya berniat memasukkan paper ini ke konferensi :) (tapi sekarang fokusnya di tesis dulu).
PS: bisa ditebak kan dari persebaran nilai ini, berapa GPA saya hehehe. Yap. Udah ga bisa lulus dengan predikat disctintion. Tapi saya sudah sangaaatttt menyukuri nilai dan ilmu yang saya dapat kok :) Alhamdulillah. Waktu yang saya lewatkan di sini adalah amanah, dan semoga Allah dan Indonesia ridho dengan apa yang saya lalui di sini.
PPS: buat para calon mahasiswa yang belum punya pengalaman nulis, ga perlu khawatir. Saya juga belum punya paper sama sekali kok (kecuali tugas akhir pada S1. Tugas akhir itu saya coba submit ke konferensi NUS tapi ditolak mentah-mentah). IELTS writing saya cuma 5.5 - 6.0 dari empat kali nyoba. Bahkan, nilai essay pertama yang saya dapat di sini bernilai 49! Ini nilai pemanasan dari kelas academic writing, ga masuk ke penilaian tapi bermakna kalau kualitas tulisan saya masih kayak gitu ya saya bahkan ga bisa dapet gelar Msc. Nilai kedua saya tau ga berapa? 25! Hahaha ini juga nilai pemanasan Alhamdulillah. Completely failed, emang salah sih salah ngerti pertanyaan hehe. Tapi intinya, jalani aja sambil lakuin yang terbaik yang bisa kita lakuin. 
Butuh alokasiin waktu berapa lama untuk menulis? Tergantung masing-masing. Di semester pertama, saya butuh 1 minggu untuk menyusun ide dan membaca referensi, dan 2 minggu untuk menulis. Tapi ada juga essay yang saya tulis dalam sekitar 48 jam mulai dari nol (jangan ditiru, lagi punya masalah pribadi waktu itu. Dan horror banget perasaan pas ngebut meng-essay). Di semester kedua, udah mulai bisa ngatur waktu jadi saya targetin draft pertama selesai dua minggu sebelum deadline, lalu submit ke proofreader gratis (fasilitas kampus) yang maksimal harus submit seminggu sebelum deadline. Alhasil, dengan pola ini, nilai rata-rata pada semester kedua naik sekitar lima point dibanding semester pertama.
Pembagian waktu gimana? Semester pertama, masih keteteran dan baru bisa kelar baca paper wajib di pagi hari sebelum kelas berlangsung. Tapi semester kedua, saya sengajain pas libur (sebelum masuk kuliah) udah selesai semua bacaan untuk 2-3 minggu pertama. Lalu sebulan sebelum kelas berakhir, saya sudah selesaiin semua bacaan hingga pertemuan terakhir. Jadinya di sebulan terakhir itu bisa bener-bener fokus untuk mengessay. & ini langkah yang rupanya cocok dengan saya :)
Semoga bermanfaat.
Mohon juga kalau berkenan mengirimkan doa supaya tesis saya bisa maksimal dan bermanfaat bagi umat, bangsa, dan masyarakat.
2 notes · View notes
supermaxima · 7 years
Text
Why Do I Write? (1)
Biar apa tuh judulnya pakai bahasa orang lain? Biar keren? Gak kok, gak nemu aja pengganti dengan feel yang sama kalau pakai bahasa sendiri. Halah, alasan! Iya, memang. Kan ditanya, ya dijawab toh.
Mari kita cukupkan saja keabstrakan ini! Kalau tidak tahan, silakan langsung dilewati. Kalimat-kalimat berikutnya tidak dijamin akan terbebas dari hal-hal serupa.
Dulu, duluuu banget, dengan entengnya aku menjadikan ‘menulis’ sebagai jawaban setiap ada pertanyaan mengenai hobi. Dan ‘menulis’ di sini benar-benar sesuatu yang dimaknai secara harfiah. Aku senang menuliskan kembali apapun itu, tulis tangan.
Zaman masih sd -entah kelas berapa, antara tiga dan empat-, aku suka sekali dengan koran, apalagi rubrik Si Palui -semacam Si Kabayan versi Banjar-. Cerita-cerita yang kusuka lalu kutulis ulang, tulis tangan. Dan jadilah aku menjuluki diri sendiri sebagai seorang penulis. Lama-lama, akhirnya sadar sendiri kalau kegiatan itu aneh, kurang kerjaan. Dan ada cara yang lebih praktis kalau mau koleksi tulisan koran, bikin kliping. Tapi sering sedih sendiri tiap kali mau gunting, sayang sama halaman sebelahnya.
Sejak mengenal perklipingan ini, rubrik kesukaanku bertambah. Gak cuma Si Palui, tapi juga kolom karya yang isinya cerpen/cerbung/puisi. Sayang, kolom itu cuma ada setiap hari Minggu.
Kalau diingat-ingat, bohong banget ngaku hobi ‘menulis’ sejak masih jadi bocah ingusan. Seingatku, bikin tulisan itu pasti karena ada tugas mengarang di mapel Bahasa Indonesia. Biasalah, cerita liburan anak sd yang dimulai dengan ‘pada suatu hari’ dan konjungsi antarkalimatnya yang cuma ‘lalu’ di sepanjang karangan. Serius, itu betul-betul kejadian. Aku masih ingat karena setelah membaca karyaku itu, aku dipuji sebagai penulis dengan kata ‘lalu’ terbanyak haha.
Memasuki sekolah menengah, semakin banyak ilmu baru yang didapat mengenai kepenulisan. Bahasanya gini amat ya, padahal cuma mau nyebut mapel Bahasa Indonesia wkwk. Ternyata tulisan itu gak cuma cerita berlibur di rumah nenek, tapi juga ada yang namanya biografi, surat, diary, esai, pokoknya banyak deh. Di masa inilah aku coba-coba gabung ekskul sastra -yang sebenarnya saat itu aku masih gak tau apa bedanya dg kelas Bahasa Indonesia regular-. Udah banyak lupanya sih, tapi lumayan juga, masih ada satu karya yang kuingat sampai hari ini. Karya yang sebenarnya tugas membuat puisi dengan mengurai nama diri. Masih ingat karena dulu bikinnya susah, apalagi baris z f f. Sayang kan kalau udah dibikin susah-susah, eh malah lupa.
Selain sedikit mulai mengenal dunia sastra, di masa ini juga aku mulai mengenal yang namanya diary. Entah kapan pertama kali punya diary (sd/mts), yang jelas isinya belum berupa tulisan, masih gambar-gambar gak jelas. Seingatku dulu ada yang ngasih sebagai kado ulang tahun, warna pink ada gemboknya. Diary betulan pertama kali juga lupa punya pas kelas berapa, entah dikasih juga atau beli sendiri. Yang jelas waktu itu inisiatif nulis diary betulan karena ikut-ikutan teman, atas dasar pemikiran 'kayaknya asik deh’. Dasar bocah, ckckck.
Selain tulisan pribadi, bisa dibilang masa sekolah menengah pertama ini menjadi masa paling produktif berkarya dalam hal tulis-menulis secara umum. Karena sebuah tulisan (yang katanya) esai, aku mengikuti suatu ajang kompetesi bergengsi zaman itu. Sejak saat itu, aku merasa karya-karyaku diapresiasi lalu mulai berani mendaftarkan diri untuk lomba menulis cerita daerah (fsln?) atau sekadar mengumpulkan tulisan untuk mading sekolah.
Untuk lomba fsln (iya gak sih namanya ini?), tingkat kabupaten pun gak juara. Yaiya sih, orang ceritanya lebih mirip mitos di Indosiar daripada legenda/mitos daerah setempat wkwk. Tapi itu gak menyurutkan semangatku yang saat itu bercita-cita ingin menjadi penulis. Aku bahkan punya satu buku tulis yang isinya kumpulan tulisan tanganku, baik karya sendiri maupun karya orang lain. Isinya macam-macam, ada cerbung, cerpen, puisi, quotes, apapun itu. Paling senang kalau ada yang meminjam buku itu lalu mengembalikannya sambil mengapresiasi. Rasanya tuh melayang-layang, bikin makin semangat menulis! Duh, di mana ya buku itu sekarang?
Bukan cuma tulisan versi offline, versi digitalnya pun masa itu udah ada. Ada beberapa tulisan yang sok diketik padahal ceritanya gak kelar-kelar, draft berkepanjangan. Sampai komputernya keburu rusak karena kena virus. Ckckck, tewas sebelum lahir mereka. Oiya, aku juga pernah bikin skenario drama, bawang merah bawang putih apa ya? Tulisan tangan dan prematur juga haha.
Awal-awal sma masih kecipratan semangat menulis zaman mts. Bahkan waktu itu pernah nekat ikutan lomba kompilasi cerpen ngajakin teman-teman zaman mts. Ya, akhirnya gak menang sih emang. Tapi masih aja semangat mau nulis buat ikut event/lomba apapun itu. Pokoknya dulu gencar banget nyari-nyari info lomba menulis.
(Mungkin) akhirnya lelah sendiri. Gak lagi heboh mengejar-ngejar kompetisi tulis-menulis. Tapi masih bertahan di kepenulisan dengan join ekskul jurnalistik. Gabung di ekskul ini jatah nulisnya gak begitu banyak sih, karena lebih sering kebagian editing sama layouting. Bisa pakai ms publisher aja dulu tuh rasanya udah keren banget, tambah keren lagi kalau soksok ngelembur karena deadline haha. Eh tapi ekskul ini pas zamannya kita emang keren sih, kita banyak ngasih ide-ide fresh gitu, semacam rebranding produk-produk kita. Ada Mas Jupri dan Sahabat Jupri, BulJum (Buletin Jumat), Bu Jupri (Buletin Jurnalistik Pribadi), Mabok-nya Jupri (Majalah Tembok Jurnalistik Pribadi), dan ada blognya juga. Dan kerennya lagi, semuanya low budget banget-nget, dominasi hitam putih aja, paling mahal juga ya kertasnya aja yang berwarna.
Di masa sma inilah aku akhirnya mengenal tumblr -lagi-lagi karena teman-. Trus, iseng-iseng bikin akun. Mulanya, akunku berorientasi notes. Aku mencari-cari konten yang kiranya disukai orang-orang agar mendapatkan atensi. Aku pun gencar membagikan alamat akunku. Sampai muncul pertanyaan, “buat apa?”
Berkali-kali arah konten tumblr ini simpang siur, which is absolutely random. Anggap saja sebagai proses pencarian jati diri akun ini. Mau diapakan ia. Mau dibawa kemana. Mau diisi apa saja. Mau dibentuk seperti apa.
Konten masa lalu akun ini pun dibiarkan tetap ada, hitung-hitung sebagai rekam jejak. Biarlah ia menjadi bagian dari proses pendewasaan diri si pemilik akun. Barangkali suatu saat, aku dan para pembaca (jika ada) membutuhkannya sebagai pengingat, pembelajaran, atau sekadar kunjungan ke masa lalu.
Pada akhirnya, aku menulis karena-oleh-untuk diriku sendiri, aku-sentris. Aku mengingatkan diriku sendiri dengan menulis, sebab aku seorang pelupa. Aku menulis, (semoga) ada yang membaca. Ketika salah satu di antara kita mulai lupa, setidaknya satu lainnya masih terjaga. Terima kasih telah membaca, aku butuh diingatkan.
***
Zeini Afifah Jakarta, 26 Maret 2017 Drafted, 18.02
ps. Kalau kepo tapi ogah baca narasi, liat aja bagian yg dibold. Kira-kira itu udah menjawab pertanyaan judul kok.
1 note · View note
semakindekat · 8 years
Text
Nak, ini Ibuk.
Nak, (kalian tau?) ibuk nulis lagi, setelah cukup lama gak nulis panjang-panjang. Kali ini yang menjadi objeknya adalah kalian, tak apa-apa kan?
Teruntuk anak-anak ibuk, anggap saja ini semacam surat cinta, kalian bahagia dikasih surat cinta? Setidaknya kalian tau lah ya bahwasanya kalian selalu punya porsi tersendiri di hati ibuk 😊.
Nak, sebelumnya maafkan ibuk ya, sebagai guru (yang agak muda) ibuk sangat jauh dari sempurna bahkan mendekatipun tidak. Sebenarnya kita sama-sama belajar, kalian belajar sebagai siswa dimana ibuk sebagai fasilitatornya, sedangkan ibuk juga belajar menjadi guru seutuhnya. Kita sama-sama mencari ilmu, mungkin tingkatan ilmunya saja yang berbeda. Bahkan kita sama-sama saling memberi ilmu, banyak sekali ilmu yang ibuk dapatkan dari kalian, ilmu yang tak hanya bisa dijelaskan dengan teori saja, yang tak bisa dimisalkan dengan x,y, dan z, yang tak bisa didapatkan dengan memodifikasi rumus-rumus identitas trigonometri (yang sering kalian keluh kesahkan itu, hehee).
Maaf ya untuk teriakan-teriakan semacam ini… “Paduka, buku catatannya mana?!” “Kalian dari mana? Di luar saja, gak usah masuk!” “Ndeeh, Wahyu samo Hafis maota juo lai!” “Dayat ko ndak baranti mangecek!” “Bacamin-camin juo lai Anggia?
Maklumilah, hormati guru-gurumu, hargai mereka. Bukankah kita akan dihargai apabila kita juga menghargai? Rules-nya gampang bukan? Sekian lama bercengkrama dengan kalian, tampaknya kalian setipe, suka dengan pendekatan personal, akan lebih senang dan merasa lebih diperhatikan dan dipahami jika diajak bicara empat mata, maka “deep conversation”-nya akan tampak hasilnya.
Satu lagi, maaf juga untuk anak-anak ibuk yang suka debat bahas liga champion di kelas, yang awalnya bilang 0-4 kalah lawan PSG di leg 1 gak mungkin bisa membalas di leg ke 2. Now, see? 6-1 lolos perempat final loh hehee..maaf ya karena ibuk suka barca😉, selera itu masing-masing, nak. Piisss.
Nak, terima kasih telah menjadi reminder-nya ibuk, tiap kali tebersit untuk melakukan hal-hal yang (masih) berbau ke-alay-an dan ke-abege2-an, langsung terlintas di pikiran “Ingat anak didik, ingat umur, jaga image, jaga image, jaga image!”. Tanpa sadar kalian sudah menambah kadar kedewasaan di diri ibuk.
Nak, penuhilah hari-harimu dengan hal-hal positif, hiasilah hari-harimu dengan semangat yang membara, kenali bakatmu sedini mungkin, gunakan masa-masa remajamu dengan sebaik-baiknya, hormati orang tuamu di rumah dan sekolah (ini bukan sok-sok an jadi motivator bak Mario Teguh ya😂), Ibuk hanya belajar dari pengalaman, life is too short to spend your precious adolescence with “berleha-leha ria tak jelas”. Kalian muda, nak.
Nak, apa kalian bisa dipercaya? Mau dibocorkan satu rahasia? Mau? Sip..siipp..okay! (gaya Tatan si anak selebgram😅) Nak, sebenarnya ibuk iri kepada kalian. Seandainya waktu bisa terulang kembali, ingin sekali rasanya ibuk kembali ke masa-masa kalian sekarang, masa putih abu-abu, masa dimana cita-cita masih tergantung tinggi, masa dimana harapan masih terbentang luas, masa dimana prestasi bisa diukir sebanyak-banyaknya, masa-masa emas. Ahh, seandainya mesin waktu itu benar-benar ada.
Ingat ya, tugas kalian adalah belajar, tugas kalian bukan untuk menjadi pintar. Pintar adalah bonus dari keseriusan belajar kalian. Jadi…. Serius belajar = pintar Menyepelekan belajar = …………… (isi sendiri, hehee)
Love you to infinity and beyond, salam sayang, ibuk😘.
Bukittinggi, 14 Maret 2017.
6 notes · View notes
haceel · 8 years
Text
Kepada Kamu, Kalung Merah
6 Januari 2017 
“Nek geting ojo nemen-nemen, mengko mundakno nyanding” 
Begitu kata Ibuku. 
Terjemahan : “Kalau benci sama orang itu jangan berlebihan, nanti (takutnya) malah jadi bergandengan”
-------------------------------------------------------------------------------------
Surat dariku, 
Tidak terasa ya, 
Semalam adalah ritual 6 Januari ketiga kita di sini. 
Selamat Ulang Tahun ya, 
Entah sudah beratus-ratus malam yang sudah kita lalui dengan cerita suka dan cita selama tiga tahun di tanah rantau ini, 
Pernah terbayang nggak sih, yang dulunya “takut” untuk menyapa dan berteman akhirnya bisa menjadi teman sedekat sekarang. Yang bahkan tidurnya aja jejeran kadang-kadang juga seranjang. Pernah terbayang nggak sih Man, akhirnya kamu menjadi orang yang paling dekat selama disini. 
Enam tahun sudah kita berteman. Nggak kerasa ya? Iya nggak kerasa. Dua tahun sekelas bareng di SMA, tetanggaan kelas pas kelas XII, dan akhirnya sekarang hampir 3 tahun satu kos dengan kamar bersebelahan. 
Sekali lagi, 
Selamat mengulang 6 Januari ketiga ya man. 
Harapanku bisa mengulangi ritual-ritual tanggal-tanggal keramat kita sampai kelak. Menjadi sahabat sampai kelak. Menjadi dekat sampai kelak. Entah sampai kapan. Maaf untuk ritual 6 Januari yang kurang inovasi. Maaf juga, ku tidak bisa terlalu manis denganmu. Ya gimana mau (sok-sokan) manis man, sepet manisnya aku, buruk jeleknya aku, kisah A-Z nya aku, udah kamu tahu semua. Yaaaa... tahulah ya karakter kita masing-masing kaya gimana.  
Kepada Kamu, yang Berkalung Merah 
Harapan dan doa-doa baik semoga segera dikabulkan oleh Tuhan ya man. Duh man, sekali lagi ku nggak ngerti harus ngomong apa. Yaaa.. kamu tahulah artinya apa kalau aku udah nggak bisa berkata-kata kaya gini. 
Terima kasih. 
Terima kasih telah menjadi teman yang selama ini sabar banget ngehadepin aku, dengerin curhat sampai cerita-cerita gak jelasku. Jangan bosan-bosan ya Man. Tetep jadi Mantha yang kaya gini. Yang enak buat di bully. Yang enak buat diajakin cerita. Yang enak diajakin diskusi. Yang enak diajakin berdebat. Yang Kreatif. Yang (sering banget) nggak on time. 
Kamu Superman, bukan Nelson. haha... 
Kepada kamu, yang lahir di 6 Januari. 
Bagaimana pertemuan pertama kita, first impression dari kamu (dan sebaliknya) sepertinya tidak pernah terlupakan. Gimana dulu sebel dan takutnya pas ketemu sama kamu (begitupun sebaliknya). Yang akhirnya pas kelas XI mulai bisa deket sampai akhirnya sedeket sekarang. Yah, sekali lagi Tuhan memang tidak pernah bercanda. 
Dear Mantha,
Selamat ulang tahun ya. 
Dari aku. 
Yang (juga) berkalung hijau. :P
5 notes · View notes