Tumgik
#suku bangsa arab sebelum islam
aldisaputtraa · 1 year
Text
Raja-raja di Hirah
Sepeninggal Iyas, Kisra mengangkat seorang penguasa di Hirah dari bangsa Persia yang bernama Azazbah yang memerintah selama 17 tahun (614-631 M). Pada tahun 632 M, tampuk kekuasaan di sana kembali dipegang oleh keluarga Lakhm. Di antaranya adalah Al-Mundzir bin An-Nu'man yang dijuluki dengan "Al-Ma'rur." Umur kekuasaannya tidak lebih dari 8 bulan, sebab kemudian berhasil dikuasai oleh pasukan Muslimin di bawah komando Khalid bin Al-Walid.
Raja-raja di Syam
Pada masa Arab banyak diwarnai perpindagan berbagai kabilah, maka suku-suku Qudha'ah juga ikut berpindah ke berbagai daerah di pinggiran Syam dan mereka menetap di sana. Mereka adalah Bani Sulaih bin Halwan. Mereka dimanfaatkan bangsa Romawi sebagai tameng untuk menghadapi gangguan orang-orang Arab dan sekaligus sebanyak benteng pertahanan untuk menghadang bangsa Persia. Karenanya, bangsa Romawi mengangkat seorang raja dari suku ini dan kepemimpinannya berlangsung hingga beberapa tahun. Raja mereka yang terkenal adalah Ziyad bin Habullah. Dan bertahan hingga sejak awal abad kedua Masehi hingga akhir abad tersebut. Setelah kedatangan suku Ghassan yang mengalahkan Dhaja'amah. Bangsa Romawi mengangkat mereka sebagai raja bagi semua bangsa Arab di Syam. Ibukotanya adalah Daumatul Jandal. Suku Ghassan berkuasa sebagai kaki tangan kaisar Romawi, hingga meletus perang Yarmuk pada tahun 13 H. Raja mereka yang terakhir, jabalah bin Al-Aiham, memeluk agama Islam pada masa Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab.
Kekuasaan Di Hijaz
Ismail berkuasa di Mekkah dan mengurus Ka'bah selama hidupnya. Beliau meninggal pada usia 137 tahun. Selanjutnya, dua putranya menggantikan kedudukannya secara berurutan, yaitu nabat dan Qaidar. Ada yang berpendapat sebaliknya, yakni Qaidar lebih dahulu setelah itu Mudhadh bin Amru Al-Jurhumi. Dengan demikian kepemimpinan Mekkah beralah ke tangan orang-orang jurhum dan terus berada di tangan mereka. Anak-anak Ismail merupakan titik pusat kemuliaan, sebab ayahnya yang telah membangun Ka'bah, namun mereka tidak mempunyai kewenangan memerintah sama sekali.
Seiring dengan perjalanan waktu, kedudukan anak cucu Ismail terus mengalami kemerosotan, hingga keberadaan Jurhum bertambah lemah dengan kemunculan Nebukadnezar. Zaman Ismail diperkirakan berlangsung pada dua puluh abad sebelum Masehi.
0 notes
umrohhajiplus3 · 1 year
Text
Mengenal Negara Arab Saudi - UMROH & HAJI PLUS
Tumblr media
Umroh Haji Plus
Arab Saudi yang dewasa ini berbentuk negara kerajaan adalah negeri yang miliki catatan histori panjang perihal asal usul manusia. Di negeri inilah nenek moyang pertama manusia atau Nabi Adam AS hingga Nabi paling akhir Muhammad SAW hidup dan jalankan tugas-tugas syiar Islamnya. Sejarah manusia menyebutkan bahwa di Arab Saudi inilah tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa yakni di Padang Arafah (Jabal Rahmah) sehabis berpisah di bumi ini selama 200 (dua ratus) tahun.
Umroh Haji Plus
Para Sejarawan Barat maupun Timur menulis bersama dengan tinta emas bahwa Nabi Muhammad SAW secara benar-benar fantastis sukses menyebarkan agama Islam ke semua benua. Mulai berasal dari Iraq, Suriah, Libanon, dan Palestina di Jazirah Arab, sesudah itu ke Mesir, Maroko, Sudan di Afrika, selanjutnya ke Spanyol di Eropa, hingga ke India, Pakistan, Uzbekistan, Tajikistan dan China di Asia. Akhirnya ke Samudera Pasai di Aceh, Indonesia. Nabi Muhammad SAW dikagumi oleh pakar peristiwa dunia dikarenakan didalam tempo yang amat singkat, kurang berasal dari dua dasawarsa, risalah dan ayat Tuhan yang disampaikannya dapat menyebar ke semua benua.
SAUDI KINI. Sampai abad ke-19 di Arab Saudi tidak ada kekuasaan yang terlalu kukuh. Diantara sekian banyak keemiran (kerajaan) di Saudi, yang paling menonjol dan bertahan lama adalah Dinasti Sa’ud yang pada abad ke-14 telah menguasai keemiran di Dariyah, dekat kota Riyadh sekarang.
Pada abad ke-17, Dinasi Sa’ud menjadi meluaskan wilayahnya sedikit demi sedikit, supaya pada awal abad ke-18 mereka udah bisa menguasai Mekkah dan Madinah, dua kota suci terutama bagi umat Islam.
PEMERINTAHAN. Arab Saudi adalah negara kerajaan (monarki) yang didasarkan pada “Syariat Islam” agar semua sendi hukum dan ketetapan tata usaha pemerintahannya dilangsungkan berdasarkan hukum dan Undang-Undang Islam.
SYARI’AH. Terdapat sebuah badan yang berwenang memicu segala keputusan untuk ketertiban masyarakat. Beberapa aturan khusus dibikin bersama Dekrit Raja yang melakukan tindakan tidak saja sebagai pelaksana eksekutif, tetapi sekaligus juga pembuat undang-undang (legislatif). Karena itu, tak hanya punya kedudukan sebagai Kepala Negara di dalam pemerintahan, raja berperan terhitung sebagai Imam atau Pemimpin Agama.
PEMERINTAHAN DAERAH. Kerajaan Saudi terdiri berasal dari sejumlah provinsi yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Setiap Gubernur dibantu oleh Dewan Daerah yang anggotanya pada lain para Kepala Suku. Disamping sebagai dewan daerah, kepala suku juga merangkap sebagai walikota.
Untuk mobilisasi kekuasaan kehakiman, diangkat seorang Qadhi (hakim) mengepalai Badan Pengadilan. Kekuasaan Qahdi cuma terbatas pada persoalan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh kerajaan.
PETRO DOLLAR. Sebelum minyak ditemukan, Arab Saudi adalah negeri yang relatif tetap terbelakang. Rakyat pada kebanyakan terdiri berasal dari petani miskin atau penggembala yang hidup berpindah-pindah. Namun, sejak minyak ditemukan pada th. 1933, kehidupan bangsa ini terasa bangkit. Karena “Kaya Minyak” Arab Saudi dijuluki negeri “Petro Dollar”.
JAMAAH HAJI. Disamping minyak dan industri, sumber pendapatan Arab Saudi yang terlampau perlu lainnya tentu saja berasal berasal dari “Jamaah Haji” yang tiap tiap pas berkunjung menunaikan Ibadah Haji dan Ibadah Umrah. Berkat kekayaan yang dimilikinya, Arab Saudi banyak menopang keperluan Islam di semua dunia.
OBJEK WISATA. Arab Saudi punyai objek wisata yang benar-benar beragam, menawan, dan tak kalah menarik dibandingkan bersama dengan objek wisata di negara gurun pasir lainnya. Umpamanya di Pegunungan Asir, disana terdapat Taman Nasional bersama koleksi Flora dan Fauna khas pegunungan gurun. Tentu saja berkat iklim sejuknya yang cocok bagi keragaman Hewan dan Tumbuhan setempat yang khas gara-gara situasi geografisnya yang tidak sama bersama dengan area lain diseluruh Arab Saudi.
1 note · View note
endriatjeh · 3 years
Text
TERUNTUK SI MALAIKAT KECIL: Sisa-Sisa Kenangan, Serpihan Munajat & Nasihat
Tumblr media
Anakmu bukan milikmu
Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu.
___
Tulisan ini dibuat dalam rangka menutup ruang lupa tentang memori di ulang tahun pernikahan yang ke-tiga. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Setelah dua tulisan sebelumnya mengulas tentang pernikahan dan LDR yang saya jalani, kali ini saya pikir waktunya menceritakan tentang satu sosok mungil yang sudah dua tahun ini mewarnai hari-hari perjalanan rumah tangga kami.
Khawla namanya. Shafiya Khawla El-Batrisyiya lengkapnya. Nama ini pun dipilih setelah melalui diskusi yang panjang, dan tentu setelah mendengar banyak masukan. Begini kira-kira maknanya.
Shafiya, istri Rasulullah. Wanita yang terkenal cantik parasnya sampai-sampai Aisyah ra. pernah dibuat cemburu. Di saat gundah gulana karena cacian dan hinaan masyarakat Jahiliyah sekitar, Rasulullah sejukkan hatinya bahwa pada Ummul Mukminin yang satu ini berkumpul kemuliaan nasab, keislaman yang baik dan ketinggian akhlak.
Khawla, the female version of Khalid bin Walid. Dalam sebuah peperangan melawan pasukan Romawi, Khalid bin Walid, panglima perang saat itu bertanya tentang seorang prajurit yang sedang berjibaku di medan perang melawan musuh. “Siapa ksatria itu? Demi Allah, dia tidak peduli dengan keselamatannya”. Dialah Khawla binti Azwar, seorang wanita yang bersembunyi dalam baju zirah dengan pedang terhunus di tangan.
Batrisyiya, diambil dari bahasa Arab, artinya cerdas cendikia. Jika mengutip Buya Hamka, orang disebut cerdas kalau akalnya tajam, buah pikirannya baik, cepat mengambil kesimpulan karena paham maksud, terang otaknya, luas pandangannya, jauh tiliknya. Orang dikatakan cerdik pandai karena pemahamannya luas, penyelidikannya dalam, bacaannya banyak. Tidak canggung bergaul dengan segala lapisan karena banyak yang diketahui, karena ada pengetahuan dalam suatu masalah, sedia bertanggung jawab.
Setelah timbang sana sini, akhirnya nama dengan tiga suku kata inilah hasilnya. Karena hasil kompromi, jadi ya agak panjang karena mengakomodir “ingin” nya dua pikiran orang tuanya. Tentu saja tersirat banyak doa dalam nama, ya demikianlah doa, banyak semoganya.
Lahir pada 21 Maret 2019 di kota kecil berhawa sejuk, lereng Dieng, Wonosobo. Kehadirannya ibarat keajaiban kecil bagi kami, disambut dengan penuh ketakjuban, syukur dan suka cita. Bagaimana tidak, saat ia lahir bundanya masih menjalani magang cakim saat itu, saya sendiri di Medan, di tengah kondisi orang tuanya yang masih harus LDR-an dan banyak keterbatasan; sebuah kondisi yang sungguh sangat tidak ideal. Pertama tentu anugerah ini membahagiakan, menjadi pelipur lara. Tetapi juga menjalani kehidupan rumah tangga dalam kondisi yang demikian ditambah lagi membesarkan anak seorang diri, jauh dari sosok ayah tentu tidak mudah.
Jika boleh memutar waktu kembali, rasa- rasanya sulit untuk kembali melukiskan apa yang ada di pikiran dan benak saya dan bundanya sebagai orang tua. Semenjak mengandung Khawla, masa-masa penantian selama 9 bulan lamanya hingga detik-detik kelahiran boleh dibilang masa-masa yang mendebarkan, apalagi ini anak pertama. Ada banyak was-was, menuntut siaga setiap saat. Saya pikir apa yang dilukiskan Buya Hamka sebagai berikut cukup mewakili itu semua.[1]
“Telur yang kecil di dalam sperma (mani) itu melekat dalam rahim si ibu. Ditakdirkan Tuhan tidak akan tanggal lagi sampai waktu dia lahir. Dan selama dia melekat dalam rahim itu dia akan menghisap makanan yang masuk ke dalam rahim itu, sehingga sejak dia melekat dia telah menghisap darah ibunya untuk makanannya yang pokok. Tambah sehari si janin tabah membesar, berendam dalam darah ibu dan menghisap makanan ibu. Sehingga sejak mulai mengandung telah terasa oleh si ibu bagaimana anak itu menghisap, sehingga si ibu sendiri menjadi lemah, menjadi berubah selera. Si ibu makan, minum, menelan dan mencerna dan semua yang dimakan, diminum, dan dicerna itu disaring untuk dijadikan makanan oleh si janin. Terutama bisa si janin telah mulai tumbuh tulang, setelah melalui asa jadi nuthfah (air segumpal), ‘alaqah (darah segumpal) sampai kepada jadi mudhghah (daging segumpal) dalam masa 4 bulan sepuluh hari. Kemudian tumbuhlah tulangnya, dan tulang yang telah mulai tumbuh ini pun lebih banyak lagi meminta bahan makan, sehingga tenaga ibunya benar-benar diambilnya, sehingga si ibu jadi lemah. Malam-malam si ibu dengan bangga membukakan perutnya dan memperlihatkan kepada suaminya bahwa anak yang dalam kandungan mulai “nakal”, mulai keras gerak-geriknya. Begitu dia payah, namun dia senyum. Dia payah, tetapi dia senyum: payah mengandung, senyum mengingat bahwa tidak lama lagi dia akan memangku.
Sembilan bulan lamanya kondisi yang demikian dialami Bundanya, setiap hari, setiap saat. Saya sering bersedih hati jika mengingat masa-masa ini, ada perasaan bersalah yang besar, di saat-saat seharusnya kehadiran fisik begitu dibutuhkan, justru saya tidak di sana, saya tidak ada di sisi bundanya saat itu.
Hamka melanjutkan.[2]
“Maka datanglah bulannya, sekitar sembilan bulan dan mulailah terasa si anak akan lahir. Si anak akan memandang dunia nan luas dan si ibu menceringir dan merintih kesakitan, namun senyum tidak juga hilang dari bibirnya. Di saat itulah si ayah gelisah, dada berdebar, duduk tidak senang, berjalan keluar dan ke dalam, ke hilir dan ke mudik. Sambil setiap sejenak melihat jamnya, menunggu berita dari doktor atau bidan, sambil berdoa, sambil berseru dalam batin, selamatlah kiranya istriku melahirkan anakku. Maka dari jauh-jauh kedengaranlah anak menangis! Tandanya dia sudah lahir. Tidak berapa lama dukun atau bidan pun keluar dengan muka berseri menyatakan bahwa si buyung atau si upik sudah lahir dengan selamat. Si ayah terharu, air matanya berlinang. Ia kejar istrinya, dilihatnya anaknya sudah tidur di samping istri dan si istri masih saja tersenyum walaupun dia baru saja terlepas dari suatu kepayahan besar. Si ayah mulailah surut rasa harunya, lalu diciumnya kening atau pipi istrinya dan si istri pun mendambakan dirinya membiarkan diciumnya pula si anak yang tadi mulai merasakan hangat-dinginnya dunia, mulai terlancar dari perut ibunya menangis keras. Sekarang dia tidur nyenyak sekali, dan di pun menerima cium ayahnya.”
Demikianlah kira-kira detik-detik pada malam tanggal 21 Maret 2019 pukul 21.30 WIB. Mendengar berita yang mengejutkan saat subuh, dilanjutkan dengan perasaan kalut tak terhingga sepanjang perjalanan Medan-Wonosobo tak mungkin terulang untuk saya alami lagi, dan kekhawatiran itu terbayar ketika mendengar tangis bayi mungil di bangsal saat itu. Suara itu sesuatu, haru bahagia campur aduk. Tuhan memang punya skenario terbaiknya untuk kita.
___
Berikan mereka kasih sayangmu,
Tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tetapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
Yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam di masa lampau.
___
Hamka melanjutkan.
“Sesudah itu akan mulailah kepayahan yang baru, yaitu kepayahan mengasuh anak. Kepayahan mendengarkan tangisnya, kepayahan mencuci kotorannya, kepayahan memandikannya, kepayahan atas kepayahan, namun hatinya tetap senang. Kira-kira dua bulan sesudah dia dilahirkan barulah dia mulai memberikan obat penawar, atau obat jerih bagi kepayahan ibu itu. Dia mulai tersenyum.
Menyusukan dan membesarkan: seluruh daging dan seluruh kekuatan tulang diberikan, yang menjelma dalam air susu. Hari dan jiwa terpadu dalam pemeliharaan: semua diberikan dan semua dikurbankan dengan segala senang hati dan dengan segenap kegembiraan. Tak pernah bosan, tak pernah benci dan tak pernah mengeluh.”
Apa yang digambarkan Hamka di atas persis seperti ungkapan peribahasa Arab, “Sungguh jika bukan karena harapan dan cita-cita, tidak akan seorang ibu menyusui anaknya”. Pasca kelahirannya, banyak hal berubah. Benar adanya, kehadiran anak adalah tali pengikat hubungan manusia. Pun dalam keseharian, seakan semua sepakat bahwa kepentingan dan kebutuhan anak adalah prioritas. Ini yang saya pikirkan sebagai efek kasih sayang kepada anak tadi.
Tantangan terbesar setelah mengandung dan melahirkan anak ialah membesarkan dan mendidiknya. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang tua. Dalam konteks ini, kita perlu menginsafi dan mencermati apa yang disampaikan Buya Hamka tentang kehidupan rumah tangga.
“Islam menjadikan rumah tangga sebagai asa atau sendi pertama dari berdirinya suatu bangsa ataupun suatu agama. Pergaulan dengan ibu dan bapak di waktu kecil itulah yang dinamai dalam Ilmu Pendidikan dengan lingkungan pertama, atau yang disebut dalam bahasa Arab al-bai’atul ulaa”, sebelum manusia memasuki dua lingkungan lagi, yaitu lingkungan kawan bersekolah dan lingkungan sepermainan. Maka lingkungan pertamalah, ibu dan bapak yang meninggalkan kesan yang dalam sekali pada jiwa anak. Asuhan di waktu anak masih kecil itulah yang sangat penting menentukan hidup di hari dewasa kelak. Didikan yang diterima, permainan, pergaulan di masa kecil, tergambar dan tidak akan terlupakan selama-lamanya. Asuhan di waktu kecil itulah bibit pertama yang akan menumbuhkan rumah tangga bahagia dan dari rumah-rumah tangga inilah kelak akan tersusun masyarakat.”
Hari demi hari dalam membesarkan anak, dengan penuh pengharapan dan cita-cita itulah, perlu kita iring-iringkan pula banyak doa. Patutlah kita bermunajat dengan munajatnya Para Nabi dan Rasul ketika mendoakan keturunannya.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqan ayat 74).
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar-nya menjelaskan bahwa seorang hamba yang insaf belum merasa cukup kalau sekiranya ahli rumahnya, anaknya dan istrinya belum merasai kehidupan yang demikian pula. Seorang ‘Ibadurrahmah senantiasa bermohon kepada Tuhannya agar istri-istri mereka dan anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam hidup. Betapapun saleh dan hidup beragama bagi seorang ayah, belumlah dia akan merasa senang menutup mata kalau kehidupan anaknya tidak menuruti lembaga yang dituangkannya. Seorang suami pun demikian pula. Betapa pun condong hati seorang suami mendirikan kebajikan, kalau tidak ada sambutan dari istri, hati suami pun akan luka juga. Keseimbangan kemudi dalam rumah tangga adalah kesatuan haluan dan tujuan. Hidup muslim adalah hidup jamaah, bukan hidup yang nafsi-nafsi.
Semua kita yang beranak berketurunan merasa sendiri bahwa inti kekayaan ialah putra-putri yang berbakti, putra-putri yang berhasil dalam hidupnya. Putera berbakti adalah obat hati di waktu tenaga telah lemah. Apakah hasil itu? Dia berilmu dan dia beriman, dia beragama dan dia pun dapat menempuh hidup dalam segala kesulitannya, dan setelah dia besar dewasa tegak sendiri dalam rumah tangganya. Inilah anak yang akan menyambung keturunan. Dan inilah bahagia yang tidak habis-habisnya. Si ayah akan tenang menutup mata jika ajal sampai.
Sebagai penutup dari doa itu, dia memohon lagi kepada Allah agar dia dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa. Setelah berdoa kepada Allah agar istri dan anak menjadi buah hati, permainan mata karena takwa kepada Allah. Maka ayah atau suami sebagai penanggung jawab menuntun istri dan anak menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi imam, berjalan di muka sekali menuntun mereka menuju Jalan Allah.
Demikian penjelasan Hamka tentang salah satu doa untuk anak-anak kita.
Nabi Ibrahim, Ayah Para Nabi mendoakan keturunan-keturunannya sebagai berikut:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh” (QS. Ash-Shaffat ayat 100).
Nabi Ibrahim mengharapkan agar Allah memberinya keturunan. Karena sudah lama dia kawin, namun anak belum juga ada. Bertahun-tahun lamanya dia menunggu putra, tidak juga dapat. Ternyata kemudian bahwa istrinya yang bernama Sarah itu mandul. Dengan persetujuan anjuran istrinya Sarah itu, dia kawin lagi dengan Hajar, dayang dari Sarah, karena mengharapkan dapat anak. Dalam usia 86 tahun barulah permohonannya terkabul. Hajar melahirkan anak laki-laki yang beliau beri nama Ismail.
رَبِّ اجْ��َلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim ayat 40)
Dari Nabi Ibrahim, kita ketahui lahir keturunan Ishak yang muncul berpuluh Nabi-nabi dan Rasul-rasul; termasuk Yakub, Yusuf, Musa, Harun, Yusya’, Ilyasa, Ilyas, Zulkifli, Ayyub, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya dan Isa dan lain-lain dari Anbiya Bani Israil. Dan dari keturunan Ismail, datanglah penutup segala Nabi (khatimul anbiya), dan yang istimewa dari segala rasul (sayyidil mursalin), Muhammad saw. inilah keberkahan doa Nabi Ibrahim as.
Setelah membangun Kabah, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Baqarah ayat 128 Nabi Ibrahim bersama Ismail berdoa:
 رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Wahai Rabb kami, Jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang."
Pun dengan Nabi Zakaria as., ia berdoa kepada Allah swt:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS. Ali Imran: 38).
Nabi Musa as. berdoa kepada Allah swt.
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al Ahqaf ayat 15)
Terakhir, patutlah kita dengarkan sepenggal doa yang dipanjatkan Istri Imran ketika melahirkan Maryam yang termuat dalam QS. Ali Imran ayat 36.
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".
Istri Imran memohon kepada Tuhan agar anak itu diperlindungi. Dan kelak sebab dia perempuan, moga-moga kalau ada keturunannya, maka keturunan itu pun moga-moga kiranya diperlindungi Tuhan juga dari segala perdayaan dan pengaruh setan yang terkutuk, yang dirajam oleh kutuk Tuhan ke mana saja pun dia mencoba memperdayakan.
Demikianlah selayang pandang doa-doa untuk anak cucu keturunan kita sebagaimana termaktub dalam Al-Quran, yang tentu saja selayaknya kita pedomani dalam mendoakan keturunan-keturunan kita.
Setelah memanjatkan doa-doa kepada Allah swt. layaklah kita kutip nasihat yang disampaikan Luqmanul Hakim kepada anaknya tentang modal menjalani kehidupan di dunia; prinsip-prinsip yang patut menjadi bekal dan diingat-ingat hingga dewasa nanti sebagaimana tersurat dalam Al-Quran.
“Wahai anakku,  janganlah engkau persekutukan dengan Allah.”
Maksudnya janganlah mempersekutukan Tuhan yang lain dengan Allah, jangan berlaku syirik.
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah bertambah payah”.
Ayat ini menggambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan. Lemah sekujur badan ketika menghajan anak keluar. Maka hormati dan sayangi orang tua yang telah banyak berkorban dan bertaruh nyawa melahirkan kita.
“Dan memeliharanya dalam masa dua tahun”.
Yaitu sejak melahirkan lalu mengasuh, menyusukan, memomong, menjaga, memelihara sakit senangnya. Sejak dia masih terlentang tidur, sampai berangsur pandai menangkup, sampai berangsur bersingsut, sampai berangsur merangkak, sampai bergantung berangsur berjalan, bersiansur, tegak dan jatuh dan tegak, sampai tidak jatuh lagi. Dalam masa dua tahun. Sungguh sebuah proses yang lama dan menyita tenaga.
“Wahai anakku! Dirikanlah shalat dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf dan mencegahlah berbuat yang mungkar, dan sabarlah atas apapun yang menimpa engkau.”
Sembahyang adalah tiang agama. Dia membentuk pribadi agar berani menghadapi hidup dengan berbagai aneka persoalannya. Dan harus berani menyerukan yang ma’ruf, berani mencegah yang munkar, dan mesti tabah. Sabar!
“Dan janganlah engkau palingkan muka engkau dari manusia dan janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak. Sesungguhnya Allah tidaklah menyukai tiap-tiap yang sombong membanggakan diri”.
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan.”
Jangan cepat-cepat mendorong-dorong, takut kalau-kalau lekas payah. Jangan lambat tertegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan, bersikaplah sederhana.
“Dan lunakkanlah suara”.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Apatah lagi jika bergaul dengan orang ramai di tempat umum. orang yang tidak tahu sopan-santun lupa bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua dengan temannya itu saja yang duduk.
Adab sopan santun dalam pergaulan diperingatkan pula; jangan memalingkan muka dari manusia, hadapi orang dengan sepenuh hati. Jangan berjalan dengan sombong di muka  umi. Bertindaklah dengan serba sederhana, jangan kesusu dan jangan lamban, dan suara hendaklah dilunakkan. Semuanya ini adalah akhlak, menyuruh orang rendah hati tinggi cita-cita. Bukan rendah diri sehingga hina. Dan bukan pula melambung ke atas berlebih dari ukuran iri yang sebenarnya.
Banyak hal yang ingin Ayah dan Bunda nasihatkan, tidak cukup lembaran-lembaran kertas ini memuatnya.
Semoga menjadi wanita yang hebat ya Anak, yang baik paras dan budi, yang berani, yang gigih berjuang, yang bijak bestari. Hidup ini ibarat berjalan di tengah taman bunga yang berduri, meskipun mata kita melihat indahnya bunga-bunga bermekaran ditambah semerbak wangi, namun hati-hati pula melangkahkan kaki. Memang banyak harapan yang terbeban di pundak, memang hidup demikian adanya. Besar pengharapan, besar tanggungan beban.
Terima kasih Khawla sudah hadir mewarnai hari-hari Ayah Bunda. Terima kasih sudah menjadikan rumah mungil kita menjadi layaknya sebuah potongan kecil dari surga. Kekallah selalu sebagai memori indah bagi kami. Jika sudah dewasa nanti, ingat-ingat pesan-pesan ini.
___
Kau busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah.
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.
(Kahlil Gibran, SANG NABI)
-----------------
[1] Lihat Tafsir Al-Azhar Jilid 9 halaman 6652 tentang QS. Al-Ahqaf
[2] Lihat Tafsir Al-Azhar Jilid 9 halaman 6653 tentang QS. Al-Ahqaf
17 notes · View notes
alumanaasmprijal · 4 years
Photo
Tumblr media
kisah abu bakar assidiq
Abu Bakar As Siddiq  adalah khalifah (pemimpin) pertama setelah Rasulullah Muhamamad SAW  meninggal.  Abu Bakar memimpin umat Islam selama dua tahun dari 632-634 M (11-13 H).  Dikutip dari Khulafaur Rasyidin (2019), Abu Bakar adalah orang pertama  di luar keluarga Nabi yang memeluk Islam.  Ia adalah sahabat yang paling dicintai Nabi. Abu Bakar mengorbankan  harta bendanya untuk perjuangan Nabi.  Putri Abu Bakar, Siti Aisyah, dinikahkan dengan Nabi.  Gelas As Siddiq yang berarti amat membenarkan diberikan karena Abu Bakar  adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra Miraj.  Baca juga: Mengenal Yerusalem, Kota Suci Tiga Agama Pengangkatan sebagai khalifah  Setelah Nabi wafat dan sedang menunggu dimakamkan, kaum muslimin  mengadakan pertemuan di Safiqah (balai kota) Bani Saidah.  Mereka membicarakan siapa sosok yang tepat untung menggantikan Nabi.  Kelompok Ansar mengusulkan Sa'ad bun Ubadah.  Kabar itu terdengar para sahabat dan keluarga yang sedang mengurus  jenazah Nabi. Lalu tiga orang sahabat yakni Abu Bakar, Uamr bin Khattab,  dan Abu Ubaidah bin Jarrah menyusul ke pertemuan.  Saat kelompok Ansar bertemu kelompok Muhajirin, terjadi perdebatan.  Masing-masing bersikukuh mengajukan calon pemimpin pengganti Nabu.  Perundingan tak juga mencapai titik temu. Sampai Abu Ubaidah  menyampaikan:  "Sahabat-sahabatku dari kalangan Ansar, kalian adalah pihak yang pertama  menolong dan membela agama Islam. Oleh karena itu, janganlah kamu  menjadi orang pertama yang memecah belah dan merusaknya," ujar Abu  Ubaidah.  Baca juga: 4 Nama Khulafaur Rasyidin  Setelah suasana tenang, terpilihkan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi.  Alasan terpilihnya Abu Bakar yakni:      Sahabat nabi yang paling senior     Selalu dekat dengan Rasulullah sehingga tahu cara memimpin umat dan  negara     Dermawan sehingga kekayaan yang dimilikinya dapat digunakan untuk  perjuangan umat     Disegani kamu Quraisy karena tegas     Cerdas dan mau bekerja keras     Pernah menggantikan Nabi sebagai imam shalat ketika Nabi sakit  Pemerintahan Abu Bakar  Di masa kepemimpinannya yang singkat, Abu Bakar menyelesaikan perpecahan  yang terjadi di suku-suku bangsa Arab.  Beberapa suku tak mau lagi tunduk kepada pemerintah Madinah setelah  Rasul wafat. Mereka menganggap perjanjian berakhir seiring wafatnya  Rasul.  Baca juga: Saudi Berencana Pindahkan Makam Nabi Muhammad?  Abu Bakar menyelesaikan perpecahan ini lewat Perang Riddah atau perang  melawan kemurtadan. Panglima yang berjasa memimpin perang yakni Khalid  ibn Al-Walid.  Hal lain yang dihadapi Abu Bakar yakni orang yang tak membayar zakat,  dan orang-orang yang menganggap dirinya sebagai nabi pengganti Muhammad.  Abu Bakar juga mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Quran yang disalin menjadi  mushaf. Ia menjadikan ayat Quran dan As-Sunnah sebagai hukum.  Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan  mengirim tentara ke luar.  Pada 634 M, Abu Bakar mengirim Khalid bin Walid dan pasukannya ke Irak.  Mereka berhasil menguasai al-Hirah.  Ia juga mengirim ekspedisi ke Suriah di bawah pimpinan empat panglima  perang yakni Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan,  serta Syurahbil.  Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara  Abu Bakar wafat pada 23 Agustus 534 M di Madinah. Ia dimakamkan di  sebelah makam Nabi di Masjid an-Nabawi.  Sebelum meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada Umar bin Khattab. Umar pun  dipilih menggantikan Abu Bakar
3 notes · View notes
embunmerindu · 4 years
Text
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 6
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
*TEBUSAN SERATUS UNTA*
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
*Si Penguasa Yaman*
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
*Bendungan Ma'rib*
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.
Bersambung
*🍃💧 05.38. 100121
1 note · View note
senjaya · 5 years
Text
Kesamaan Tujuan
Ada hal yang masih sangat membekas di benak saya biarpun sudah berlalu 2 tahun lebih, saat ikut program akselerasi bisnis di kantor Google Mountain View. Tentang bagaimana mereka mengelola timnya.
Salah satu yang menarik, biarpun ini bukanlah satu-satunya di dunia, adalah semua Googlers (sebutan untuk para karyawan Google), tahu purpose dan corporate culture dari Google.
Jika kita berjalan di kantor Google, lalu sembarang menanyakan misi Google kepada salah satu orang Googlers secara acak, "saya bisa menjamin semuanya tahu mission statement Google", kata salah seorang manajer People Support nya Google.
Bukan hanya tahu, setiap leader di Google dituntut untuk memastikan pekerjaan yang timnya lakukan selalu align dengan misi Google. Dalam buku Work Rules, karya Lazlo Bock dicantumkan sebuah survey internal Google tentang relevansi pekerjaan sehari hari Googlers dengan misi perusahaan. Hasilnya hampir 90% Googlers menjawab pekerjaan harian mereka align dengan misi perusahaan.
Mengapa mengetahui kemana kita menuju dan mensinkronkan dengan aktivitas harian kita penting? Menurut saya karena hal itu bisa jadi gambaran seberapa kuat tim kita. Dan tim kuat adalah kunci kekuatan kemenangan.
Sejarah masa kejayaan Islam juga memberikan pelajaran soal hal ini. Salah satu yang terekam kisah masyurnya adalah saat umat Islam mampu menaklukkan bangsa Persia di Qadisiyyah. Persia adalah salah satu peradaban terbesar saat itu, selain Romawi.
Sebanyak 200 ribu lebih pasukan Persia bisa dikalahkan oleh hanya 30 ribu lebih pasukan Muslimin. Salah satu kuncinya adalah kekuatan kesatuan hati pasukan Muslimin.
Sebelum perang dimulai, ada diplomasi antara Saad bin Abi Waqqash, pimpinan pasukan Muslim di perang tersebut, dengan Rustum panglima tertinggi Persia yang terkenal sangat ahli strategi perang. Ditanya oleh Rustum, "Apa tujuan kalian datang ke sini?"
Dijawab oleh Saad bin Abi Waqqash: "Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan manusia kepada makhluk menuju penghambaan kepada Allah SWT saja. Membebaskan manusia dari kedzaliman menuju keadilan Islam. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia, menuju luasnya akhirat."
Waktu berlanjut, Rustum sengaja mengulur waktu untuk mulai menyerang pasukan Muslimin karena ia ingin melihat seberapa serius dan semangat kaum Muslimin tuk menyerang Persia. Total hingga 4 bulan lamanya belum juga perang fisik dimulai. Pasukan Muslimin juga tidak menyerang lebih dulu karena telah diamanahkan Umar bin Khattab, khalifah saat itu, untuk tidak menyerang sebelum musuh mulai menyerang.
Selanjutnya diundanglah delegasi Kaum Muslimin berikutnya, level yang lebih bawah dibanding Saad, yaitu Mughirah bin Syu’bah. Ketika ditanya oleh Rustum, jawabannya masih sama.
Hingga pasukan yang paling kroco ketika dipanggil dan ditanya jawabannya masih saja sama. Saat diundang Rustum ke tendanya yang sangat mewah dan megah, Rib'i bin Amir, seorang prajurit level bawah, seorang dari suku Badui, pakaiannya compang camping hingga banyak dihina para prajurit Persia, menjadi perwakilan Muslim tuk berdialog lagi dengan Rustum. Hasilnya, Ia juga menjawab hal yang persis sama dengan perwakilan Muslim yang lainnya ketika ditanya Rustum.
Saat itulah Rustum tahu, tidak akan mudah mengalahkan pasukan seperti ini. Mereka yang tujuan dari level tertinggi hingga terendahnya semua sama, tak ada sama sekali beda niatan-niatan di hati mereka. 
Pasukan Muslimin saat itu memang bukanlah pasukan terlatih dan profesional, mereka adalah kumpulan perwakilan kabilah-kabilah Arab yang ikut serta berperang dengan niat jihad. Tidak seperti pasukan Persia yang memang adalah tugas mereka sebagai prajurit terlatih dan profesional yang digaji untuk ikut berperang.
Singkat cerita pasukan Muslimin dengan ijin Allah menang dan menguasai wilayah kerajaan Persia. Mereka membuktikan kebenaran perkataan Rasulullah SAW saat memecahkan batu besar tuk menggali parit perang Khandaq. Bahwa umat Islam akan sampai dan menaklukkan Istana Kisra, pusat kekuasaan kekaisaran Persia suatu saat nanti.
Kesatuan tujuan, terlebih kesatuan hati, bukan hal remeh yang hanya berguna sebagai simbol saja. Ia bisa bekerja dengan sangat dasyat tuk menguatkan kita yang tadinya tercerai besar hingga punya semangat dan langkah yang terarah satu dan lebih kuat.
Ia memang harus diulang-ulang hingga semua anggota tim paham dan terinternalisasi. Namun saya sendiri kadang khawatir akan membosankan ketika membicarakan soal visi dan tujuan bersama. Hampir tiap pekan kami punya forum bersama tuk merefresh kembali mengapa perjuangan yang tidak sebentar ini ada.
Kadang memang benar terasa bosan dan hambar, tapi saya sadari kebosanan dan kehambaran hanya akan muncul ketika kita tidak benar-benar menjiwai tujuan kita. Kalau saat iman tinggi, semangat tinggi, dan tiap harinya secara utuh jujur kita menjiwai visi dan tujuan kita, maka akan tersampaikan semakin kuat, biarpun redaksinya sama. Tidak ada kebosanan dan kehambaran.
Ada PR di sisi saya, kita semua, bukan hanya soal kemampuan mengulang dan mengulang lagi kenapa kita berjuang, tapi soal kemampuan menghidupi dengan utuh dan jujur alasan ini di keseharian langkah kita. Apa yang jujur di hati dan terekspresikan dengan tindakan tulus, jauh lebih menguatkan kata dan interaksi dibanding retorika tanpa penjiwaan.
98 notes · View notes
maghfirama · 6 years
Text
Kewajiban Menuntut Ilmu dan Proses Berfikir
(Finding The Light)
 Jika hidup kita ini diibaratkan sebuah perjalanan, tentu kudu ada tempat ynag jadi tujuan. Kebayang kan jika sebuah perjalanan tanpa tujuan? Alamat ngalor ngidul. Ngga jelas arahnya mau kemana dan berakhir dimana. Dijamin bikin cape dan nguras tenaga. Makanya sebelum menentukan arah dan tujuan perjalanan, penting deh kita jawab pertanyaan , mau kemana kita ? ngapain kita berpergian? Apa saja yang mesti kita persiapkan, sebelum, selama, dan sesampainya di tujuan?
Intinya untuk menjawab semua pertanyaan di atas kita wajib mempunyai pengetahuan alias ilmu.  Mencari tahu, artinya adaah mencari pengetahuan, menemukan cahaya atau finding the light.
      Cari Ilmu untuk Hidupmu
Sobat kalo untuk perjalanan yang sehari dua hari saja kita butuh panduan ilmu apalagi untuk perjalanan seumur hidup yang kita jalani. Pastinya perlu banget. Belum lagi kita nggak tahu kapan berakhirnya perjalanan ini.  Makanya sangat beralasan untuk bersegera mencari ilmu untuk hidupmu.
Manusia butuh makan, minum, tidur, menikah, bekerja, bersosialisasi, dan yang pasti sebagai muslim kita juga butuh ibadah. Pertanyaannya, apakah semua butuh ilmu? Pastinya!
Misalnya makan, cara makan manusia tentu berbeda dengan hewan, dan pastinya cara makan manusia punya adab. Cara makan manusia pun punya ilmunya misalkan  makan dengan tangan kanan, tidak jalan sambil makan, tidak minum sambi berdiri, dan baca doa sebelum makan.
Biar ilmu yang kita dapat bisa memandu kita biar gak salah arah. Karena itu keadaan sekitar lingkugan nggak bisa dianggap sepele. Lingkungan yang mengantarkan ilmu tentang kehidupan kepda kita. Persis di film Tarzan, karena dia hidup awalnya di hutan dan besar dengan binatang, maka tingkah lakunya pun seperti binatang.
Contoh lagi, manusia dan monyet sama-sama makan pisang, tapi monyet Cuma makan pisang dengan cara dikupas kulitnya lalu langsung dimakan pisangnya. Berbeda dengan manusia, manusia nggak cuma makan pisak tok’ doang, tapi dikembangkan lagi untuk menikmati pisang tersebut, seperti keripik pisang, bolu pisang, kue pisang dll.
Dengan akal manusia bisa berpikir dan menyerap pengetahuan. Sehingga bisa menerima ilmu, bahkan mengembangkannya. Maka Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sempurna. Perhatikan dialog antara Allah nabi Adam as yang mewakili manusia, dan malaikat (QS. Al-Baqarah:30-33)
      Cari Ilmu untuk Ibadahmu
Tugas utama kita sebagai makhluk adalah beribadah. Persoalannya dari mana kita tahu cara ibadah yang bener? Yang akan diterima Allah swt? Nah disinilah pentingnya kita mencari ilmu. Apalagi menyangkut ibadah. Harus ada contohnya. Kudu ada petunjuknya. Musti ada teladannya. Gak boleh sembarangan apalagi mau sendiri. Karena kita muslim, maka panduan kita beribadah pastinya 100% dari Alquran dan Hadist Rasulullah SAW. Nggak boleh yang lain.
Sementara itu yang disebut ibadah, gak melulu urusannya cuman sholat, zakat puasa, haji dan sejenisnya. Yang itu termasuk ibadah ritual (mahdoh). Kalau mau dkategorisasikan, ibadah itu dibagi menjadi 2:
a.    Ibadah dalam arti khusus. Seperti sholat, puasa, zakat, pergi haji.
b.    Ibadah dalam arti umum. Yaitu segala aktivitas yang dilakukan seorang muslim, yang dilakukan dengan niat karena Allah, dan juga caranya benar. Patokan bener salahnya ya ke alquran dan hadist.
Inti dari ibadah itu yaitu niat dan caranya yang benar. Misalkan caranya benar tapi tidak diniatkan karena Allah maka itu bisa dikategorikan syirik alias menyekutukan Allah.
      Berjaya Karena Ilmu
Pentingnya ilmu buat kita bukan hanya membuka pikiran dan menerangi jalan hidup. Seperti yang pernah dialami oleh peradaban islam di puncak kejayaan selama 13 abad.
         Pada zaman bani umayyah (661-750M) kemajuan sains dan teknologi, utamanya di Andalusia dirasakan oleh masyarakat Eropa.
Olive Leaman menuturkan kondisi kehidupan intelektual di masa itu
“.... pada masa peradaban yang agung di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya ia dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”
 Bertolak belakang dengan kondisi perdaban islam yang sedang ada dipuncaknya, justru di saat yang sama dunia Barat mengalami masa “The Dark Ages”. Sebelum Islam datang menurut Gustav Le Bone, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya tahyul.
Gambaran kegelapan Eropa yang lain dilukiskan oleh William Draper
“pada saat itu ibukota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa. 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mahsyur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umum pun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur.”
       Mulianya Orang Berilmu
Diantaranya :
1.     Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu di dunia dan diakhirat. (QS. Al-mujadalah:11)
2.    Ilmu adalah warisan para nabi.
3.    Orang yang berilmu akan mendapatkan seluruh kebaikan.
4.    Menuntut ilmu atau mempunyai ilmu dan kemudian disebarkan adalah investasi tiada merugi.
5.    Menuntut ilmu sebagai kewajban.
       Inilah Kebangkitan Hakiki
Dalam lintasan sejarah kebangkitan peradaban dunia. Kita menyaksikan betapa ideologi merupakan pondasi kebangkitan atau rahasia kebangkitan umat atau bangsa. Sejarah mencatat ada negara-negara yang mengalami kebangkitan dengan kebangkitan pola pikirnya seperti kebangkitan Rusia dengan melakukan Revolusi Bolshevik 1917 di bawah pimpinan Lenin setelah bersama-sama menganut pemikiran komunis. orang-orang kapitalis pun mengalami kebangkitan sejak Revolusi Prancis dan Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad 18 dan awal 19. Bangsa Arab pun mampu bangkit dengan memluk pemikiran Islam pada abad ke-7.
Ahmad al-Qahsash dalam bukunya Dasar-Dasar Kebangkitan bahwa “ mabda (ideologi) pada suatu umat adalah sebab kebangkitannya”
       Let’s Move On
Masyarakat kita adlam menyikapi problematika didalam kehidupan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1.     Pemain, mereka yang sadar dan siap serta udah bergerak bersama untuk mnyelesaikan masalah yang ada. Bahkan mereka berjibaku, membina dan melatih dirinya dalam ilmu. Sehingga saat terjun langsung ke masyarakat bisa ngasih problem solving persoalan masyarakat. Mereka inilah yang memilih move on yaitu bergerak alias bangkit.
2.    Penonton, alias komentator mereka melihat fakta kerusakan di tengah masyarakat. Tapi mereka suka banget komentar terhadap perjuangan yang yang dilakukan oleh kelompok pertama. ada komentarnya yang mendukung. Tapi gak sedikit yang sok pinter, sok komentarin padahal aksinya sendiri untuk mansyarakat gak ada. Ada juga penonton yang layaknya supporter fanatik, kalo menang ikut senang, giliran kalah bikin ulah dan masalah.
3.    Masyarakat luar, mereka gak melihat atau bahkan cuek dengan kondisi sekitarnya. Persis seperti masyarakat diluar stadion  yang nggak ambil pusing dengan apa yang terjadi di dalam stadion, saat pertandingan berlangsung.
 Kita sebagai umat muslim sebaiknya jangan sampe ada di kelompok 2 apalagi kelompok 3, usahakan kita berada di kelompok 1 yaitu pemain. Karena move on itu menunjukkan kita care, move on itu kontribusi yang nyata atas apa yang terjadi di negeri ini.
 Kalo udah siap buat move on (ciee), kita harus tahu bergeraknya ke arah mana. Apalagi kita umat muslim move on-nya pastinya pake standarisasi islam (why why why?) karena Al-quran mengatur hidup manusia dari tidur sampai masalah dapur, masalah ibadah sampai urusan pemerintah, mulai kita bayi sampai urusan mati. Semua diatur dalam islam secara syamilan wa kamilan (lengkap dan menyeluruh). Kalo gak percaya cek aja Al-qurannya.
 Artinya islam bukan hanya agama ritual, tapi Islam sebagai way of life jalan hidup seorang muslim. Sehingga Islam tidak mengenal istilah sekularisme (memisahkan agama untuk mengatur kehidupan).
 Sekali lagi kalo kita mau jujur, umat islam dulu pernah bangkit dan berjaya ketika islam di jadikan  way of life. Sejarawan barat pernah  seperti Carleton S pernah mengatakan: “peradaban islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinentalyang terbentang dari suatu samudera ke samudera yang lain, dari iklim utara hinggatropik dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal didalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku”
 Dah ah segitu dulu. Terimakasih yang sudah menyempatkan membaca J
 Wassalamualaikum wr. wb.
Buku : Smart With Islam (materi dasar membina remaja dengan islam) buku ke 1
3 notes · View notes
aldisaputtraa · 1 year
Text
Kekuasaan Dan Emirat Di Kalangan Bangsa Arab
Para penguasa Jazirah Arab pada saat terbitnya matahari Islam bisa dibagi menjadi dua bagian:
1. Para raja yang mempunyai mahkota, tetapi pada hakikatnya mereka tidak bisa merdeka dan berdiri sendiri.
2. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa seperti kekuasaan para raja. Kebanyaka di antara mereka benar-benar memiliki kebebasan tersendiri. Bahkan, kemungkinan sebagian di antara mereka mempunyai subordinasi layaknya seorang raja yang dinobatkan.
Raja-raja yang dinobatkan adalah raja-raja Yaman, Ghassan dan Hirah. Adapun penguasa-penguasa lain di jazirah Arab tidak memiliki mahkota.
Raja-Raja di Yaman
Bangsa tertua yang dikenal di Yaman dari kalangan Arab Aribah adalah kaum saba'. Mereka bisa diketahui melalui penemua fosil aur, yang hidup dua puluh lima abad Sebelum Masehi (SM). Puncak peradaban dan pengaruh kekuasaan mereka dimulai pada sebelas tahun SM.
Sejak tahun 300 M sampai masuknya Islam ke Yaman. Pada masa-masa ini kekacauan, keributan, revolusi, dan peperangan antarsuku sering terjadi di antara mereka, yang justru membuat mereka menjadi mangsa bagi pihak luar, hingga kemerdekaan mereka pun terenggut. Pada masa itu bangsa Romawi masuk ke Aden. Atas bantuan bangsa Romawi ini pula orang-orang Habasyah dapat merebut Yaman pada awal tahun 340 M, yang sedang disibukkan oleh persaingan antara kabilah Hamdan dan Himyar.
Pada tahun 523 M, Dzu Nuwas, seorang Yahudi, memimpin pasukannya menyerang orang-orang Kristen dari penduduk najran, dan berusaha memaksa mereka meninggalkan agamanya. Karena menolak, maka Dzu Nuwas membuat parit-parit besar yang di dalamnya dinyalakan api, lalu mereka dilemparkan ke dalam api hidup-hidup, sebagaimana yang diisyaratkan Al-Qur'an pada firman-nya dalam surah Al-Buruj: 4.
Kejadian ini menimbulkan api dendam di hati orang-orang Kristen dan mendorong mereka untuk memperluas daerah kekuasannya dan penaklukan di bawah pimpinan kaisar Romawi untuk menguasai negeri Arab. Mereka memobilisasi orang-orang Habasyah dan menyiapkan armada lautnya. Serbuan ini dipimpin oleh Aryath pada tahun 525 M. Aryath menjadi penguasa negeri jajahannya dengan mandat Raja Habasyah hingga akhirnya dibunuh oleh Abrahah, anak buahnya sendiri. Abrahah menggantikan kedudukan Aryath di yaman setelah meminta restu rajanya di Habasyah. Abrahah inilah yang mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan Ka'bah, yang dikenal dengan Pasukan Gajah. Setelah Peristiwa Gajah penduduk Yaman meminta bantuan kepada orang-orang Persia. Mereka pun bersekutu melawan orang-orang Habasyah hingga akhirnya mampu mengusirnya dari Yaman dan mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 575 M, di bawah kepemimpinan Ma'di Ya'rib bin Saif Dzi Yazin Al-Himyari.
Setelah itu Kisra mengangkat penguasa dari bangsa Persia di Sana'a dan menjadikan Yaman sebagaibsalah satu wilayah kekuasaan Persia. Beberapa pemimpin dari bangsa Persia silih berganti menguasai Yaman dan era kepemimpinan mereka yang terakhir di Yaman adalah Badzan, yang kemudian memeluk Islam pada tahun 638 M. Dengan keislamannya ini berakhir pula kekuasaan bangsa Persia atas negeri Yaman.
.............
1 note · View note
princemilu · 3 years
Photo
Tumblr media
Masjid Merah Panjunan ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦩꦺꦫꦃꦥꦤ꧀ꦗꦸꦤ꧀ ᮙᮞ᮪ᮏᮤᮓ᮪ ᮙᮦᮛᮂ ᮕᮔ᮪ᮏᮥᮔᮔ᮪ ......... Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin tembikar atau jun. Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai benda cagar budaya. ..... Lanjut di komentar ✅ . #25december2020 #explorecirebon #mosque #masjidmerahpanjunan #nature #ourplanetdaily #neverafraid #withgalaxy #samsunggalaxys10plus #exploreindonesia (di Masjid Panjunan) https://www.instagram.com/p/CTbqnTtvrYk/?utm_medium=tumblr
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
"KEMENANGAN TALIBAN" -- Tulisan Menarik tentang Taliban oleh Yvonne Ridley, wartawan Inggris yang pernah ditawan Taliban
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Oleh: Yvonne Ridley   Sebagian besar media Barat membawa berita utama dan hype tentang kembalinya Taliban ke Afghanistan setelah pasukan tempurnya menyapu negara itu dengan kecepatan tinggi yang membuat ahli strategi militer terengah-engah. Dalam waktu 24 jam setelah menyampaikan pidato "Saya akan tetap berdiri", Presiden Ashraf Ghani malah melarikan diri dari Kabul ketika Taliban memasuki kota. Rupanya, dia telah pergi ke Tajikstan sementara pemerintahan sementara yang dipimpin oleh komandan Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar mengambil alih. Ghani tidak ingin tinggal dan melawan. Untungnya, Tentara Nasional Afghanistan setuju, mungkin karena dia dan pemerintahannya yang korup tidak layak dipertahankan; pasukan memberikan sedikit atau tidak ada perlawanan ketika Baradar tiba. Dalam waktu kurang dari seminggu, Taliban telah merebut sepuluh ibu kota provinsi, termasuk rumah spiritual gerakan itu di Kandahar. Pada Sabtu pagi, pasukannya mengepung ibu kota. Karena pemerintah dan media Barat telah menghabiskan tiga dekade untuk mengutuk Taliban, berita utama selama beberapa hari terakhir sepenuhnya dapat diprediksi. "Kembali ke Abad Kegelapan", teriak salah satunya di samping wajah seorang gadis Afghanistan yang tampak sangat ketakutan dan bingung. Saya merasa takut untuknya, meskipun sebagian besar deskripsi yang muncul dan cerita menakut-nakuti tidak memiliki substansi yang nyata. Tidak hanya outlet media Barat yang menjual singkat kepada publik, mereka berhasil menakut-nakuti semua orang dengan cerita pemerkosaan, pernikahan paksa, dan sekolah ditutup, serta kiasan biasa seperti main layang-layang dilarang.   Apa yang tidak ada dalam semua histeria adalah analisis, wawasan, atau bahkan fakta sederhana tentang bagaimana pasukan Taliban berhasil menyapu Afghanistan dengan merebut kota-kota strategis seperti Herat, Kandahar, dan Pul-e-Alam, ibu kota provinsi Logar, hanya dalam beberapa hari. Ya, ada pembantaian di tanah; dan, ya, ada kekejaman, tetapi itu terjadi di semua sisi. Seperti itulah perang. Mayat anak-anak ditarik keluar dari puing-puing di Kabul ketika AS dan Inggris menembakkan rudal jelajah terhadap Afghanistan di kota pada awal konflik ini pada tahun 2001 terlihat tidak berbeda dengan mayat orang tak berdosa terperangkap dalam baku tembak minggu lalu. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa tidak ada yang peduli untuk menghitung orang mati dan terluka saat itu jika mereka bukan tentara Amerika, Inggris atau NATO lainnya. Bagaimana Taliban berhasil menguasai Afghanistan? Sebagai permulaan, perlu diingatkan kepada diri kita sendiri bahwa, terlepas dari apa yang kita baca di media, gerakan tersebut bukanlah sekelompok kecil pemberontak yang baru-baru ini muncul kembali seperti beberapa tentara pop-up setelah AS mengumumkan penarikan pasukannya secara mengejutkan. Taliban terdiri dari orang-orang Afghanistan dengan dukungan rakyat di banyak bagian negara itu; itu tidak pernah benar-benar pergi. Ini adalah orang-orang yang berjuang di dalam dan untuk negara mereka sendiri, bukan penyusup.   Meskipun beberapa anggota Taliban asli masih berada di barisannya, gerakan ini sangat berbeda dari gerakan yang melarikan diri dari Kabul pada tahun 2001. Para ahli strategi dan pengambil keputusan utama tidak meninggalkan atau mengkompromikan keyakinan Islam mereka. Namun, mereka telah matang dan berkembang dan menganut pandangan yang lebih pragmatis tentang politik global. Sama seperti calon presiden saat itu Hamid Karzai menghabiskan sebagian besar tahun 2001 menyelinap masuk dan keluar dari Afghanistan membuat aliansi strategis dengan pemegang kekuasaan regional dan pemimpin suku, sejak 9/11 para pemimpin Taliban telah melakukan hal yang persis sama. Namun, alih-alih hanya mengandalkan dukungan dari dalam negeri, tim perunding Taliban juga menyadari bahwa aliansi dengan tetangga dan kekuatan regional sama pentingnya, terutama dalam hal perdagangan dan penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan. Menurut sumber saya – dan sejauh ini mereka tidak mengecewakan saya – pertemuan tingkat atas telah dilakukan Taliban dengan China, Rusia, Turki, Pakistan, Iran, dan negara-negara tetangga lainnya. Saya diberitahu bahwa semua pertemuan itu produktif dan positif. Mungkin ada alasan yang sangat praktis untuk ini. Teheran, misalnya, tidak perlu lagi menghadapi masalah, terutama di sepanjang perbatasan 950 km dengan Afghanistan. Mengingat kondisi geografis yang sulit di wilayah tersebut, hampir tidak mungkin untuk mengamankannya. Iran sudah memiliki banyak hal untuk dilawan lebih jauh, karena Israel terus mengancam untuk menyerang dan mendorong AS untuk bertindak melawan pemerintah di Teheran. Israel sudah terlibat dalam apa yang disebut perang bayangan dengan Iran di Teluk. Demikian pula, Pakistan memiliki tugas besar mengawasi perbatasan 2.640 km dengan Afghanistan sambil mengawasi tetangganya yang berpotensi bermusuhan dengan senjata nuklir, India di Kashmir yang diduduki. China memiliki masalah yang jauh lebih besar untuk dihadapi sebagai negara adidaya yang baru muncul, sehingga China juga tidak ingin terganggu oleh peristiwa di Koridor Wakhan, sebidang tanah sepanjang 350 km tetapi lebarnya kurang dari 15 km, berakhir di perbatasan terpendek Afghanistan yang hanya 75 km. Rusia juga memiliki masalahnya sendiri dan tidak ingin tersedot untuk memilah-milah Afghanistan. Moskow telah menempuh rute itu seperti yang kita semua tahu; Uni Soviet lama menginvasi Afghanistan pada 1979 hingga 1989, yang menyebabkan perang dan pendudukan selama 10 tahun, dan munculnya Al-Qaeda. Keterlibatan Soviet sama berbahayanya dengan kecelakaan militer Amerika dan Inggris di "kuburan kekaisaran". Fakta bahwa Taliban Sunni telah berbicara dengan Iran Syiah adalah tanda bahwa masalah sektarian beracun akhirnya bisa diselesaikan. Tidak semua orang akan senang dengan hal ini, tidak terkecuali sahabat baru dan mitra strategis Israel di Teluk, termasuk Arab Saudi. Keduanya saling membenci Iran yang didominasi Syiah, seperti halnya lembaga keagamaan Wahhabi yang berpengaruh di kerajaan itu.   Turki bisa menjadi sekutu yang baik karena telah membuat bobotnya terasa di dunia Muslim dengan pasukannya di Suriah, Libya, dan Qatar, tempat tim perunding Taliban bermarkas. Qatar sudah mempromosikan diri mereka sebagai mitra untuk perdamaian di arena lain; sekali lagi, para pesaingnya di Riyadh tidak senang. Mempertimbangkan semua ini, sangat tidak mungkin Afghanistan akan menjadi taman bermain bagi para jihadis atau magnet bagi para teroris. Jauh dari terisolasi, Afghanistan sekali lagi bisa menjadi jalur perdagangan utama dengan mitra bisnis yang signifikan. Kuncinya, seperti yang saya tulis beberapa minggu lalu, adalah bahwa "Waktunya telah tiba bagi Barat untuk mengambil langkah mundur yang besar dan berhenti mencampuri urusan Afghanistan selain memberikan bantuan dan dukungan kemanusiaan tanpa pamrih untuk menebus 20 tahun kehancuran." Saya mendukung klaim ini. Saya ingat bertanya kepada interogator Taliban saya selama penahanan saya yang terdokumentasi dengan baik di Afghanistan pada tahun 2001 tentang hubungan gerakan itu dengan Al Qaeda. "Mereka datang sebagai tamu kita dan sekarang bertindak sebagai tuan kita," jawab mereka terus terang. Jika itu mewakili perasaan umum saat itu, saya pikir kepemimpinan Taliban mungkin lebih selektif mengenai siapa tuan rumah di masa depan.   Mengingat bahwa Taliban tidak pernah mengekspor terorisme atau melakukan serangan militer di luar negaranya sendiri, saya pikir sangat tidak mungkin ia akan mentolerir mereka yang berencana mengekspor terorisme ke Barat. Patut diulangi bahwa tidak ada pejuang Taliban di dalam pesawat yang dibajak pada 9/11, sesuatu yang dilupakan banyak orang Amerika; terorisnya hampir semuanya orang Saudi. Ini akan mengejutkan beberapa jurnalis yang tidak mampu melihat Taliban sebagai sesuatu selain "teroris". Mereka melihat janggut, turban, dan pakaian khas serta hasil jurnalisme malas; Islamofobia dan rasisme mengikuti. Saya menduga bahwa prioritas Taliban akan mencakup penghapusan jejak ISIS dari wilayahnya. Jika ada politisi dan jurnalis yang tidak bisa — atau tidak mau — membedakan kedua kelompok tersebut, mereka perlu mempertimbangkan apakah mereka berada di pekerjaan yang tepat. Saat mereka memikirkan hal ini, biarkan mereka juga mempertimbangkan fakta bahwa upaya Barat untuk menopang salah satu pemerintah paling korup di dunia sangat membantu Taliban. AS telah mengeluarkan tiga triliun dolar untuk kampanye militernya yang gagal di Afghanistan; miliaran lagi telah diberikan sebagai bantuan, banyak di antaranya telah disedot oleh elemen-elemen jahat dalam rezim Ashraf Ghani. Sekarang banyak senjata dan peralatan Amerika yang dipasok ke Tentara Nasional Afghanistan dan pasukan lainnya berada di tangan Taliban. Inggris dan Uni Eropa juga telah menghabiskan banyak uang di Afghanistan.   Yang mengherankan, Eropa telah mengancam akan mengisolasi Afghanistan di panggung internasional jika Taliban mengambil alih kekuasaan lagi. Mengapa? Itu adalah bencana terakhir kali dan dengan mengisolasi Taliban, Uni Eropa menciptakan kondisi yang lebih subur bagi Al-Qaeda dan kelompok lain untuk berkembang. Telah dikatakan bahwa definisi kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. Rasisme Eropa mengaburkan penilaiannya. Mungkin reaksi yang paling mengejutkan datang dari Presiden AS Joe Biden, yang melontarkan kejutan sebelum berangkat ke tempat peristirahatan Camp David untuk akhir pekan. Orang-orang Afghanistan, katanya kepada wartawan, harus "berjuang untuk diri mereka sendiri" dan "berjuang untuk bangsa mereka." Biarlah ini menjadi pelajaran bagi semua orang yang melihat ke Amerika untuk mengawasi dunia. Pesan AS jelas: Kami mengebom, menginvasi, dan menduduki negara Anda dan sekarang kami telah berhenti, meninggalkan orang lain untuk menyelesaikan kekacauan yang kami buat. Apa alat propaganda untuk Taliban. Apakah mengherankan bahwa gerakan itu hanya menemui sedikit perlawanan di jalan menuju Kabul?   Saya mengatakan bertahun-tahun yang lalu bahwa Amerika dan sekutunya bukanlah solusi untuk Afghanistan, tetapi menjadi sumber masalah. Pasca-penahanan, Saya telah kembali ke Afghanistan berkali-kali dan saya dapat memberitahu Anda bahwa bergerak di seluruh negeri dengan burqa biru yang menyelimuti memungkinkan saya untuk mengamati imperialisme arogan Amerika dari jarak dekat. Itu menjijikkan. Saat kita melihat apa yang terjadi sekarang, mari kita ingat ini: Bukan penarikan cepat pasukan AS yang memungkinkan perebutan kekuasaan cepat Taliban, itu adalah kehadiran mereka di Afghanistan di tempat pertama. (Sumber: MEMO)
from Konten Islam https://ift.tt/37TJPO0 via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/kemenangan-taliban-tulisan-menarik.html
0 notes
najmanhuda · 4 years
Text
Buletin Maarif Institute #7
Tumblr media
Mengedepankan Dialog dan Musyawarah
—Oleh Ust. Hasibullah Satrawi
Musyawarah adalah salah satu ajaran penting dalam Islam. Setidaknya ada tiga ayat dalam al-Quran yang secara tegas memerintahkan kita untuk bermusyawarah dalam menghadapi segala masalah, khususnya yang terkait dengan orang lain. Ketiga ayat tersebut adalah:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imron, 159)
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy-Syura [42], 38)
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS At-Thalaq [65], 36)
Islam memang datang untuk menghentikan tradisi kekerasan dalam menyelesaikan konflik dan diganti dengan cara-cara perdamaian melalui dialog dan musyawarah. Apalagi, Islam berasal dari kata s-l-m (kata kerja infinitifnya; aslama-yuslimu-islaman) yang berarti ‘tunduk, menyerah, dan ‘memenuhi atau melakukan. Dalam konteks kalimat, ia bisa juga berarti al-silm dan al-salam yang berarti kedamaian dan perdamaian.
Asghar Ali Engineer, pemikir muslim asal India, lebih senang menafsirkan kata Islam dengan perdamaian (al-silm) dengan merujuk kepada misi perdamaian dan kedamaian yang intrinsik dalam wahyu. Mengutip Ahmad Amin, Asghar menganggap makna kedamaian dalam Islam sesuai dengan petunjuk al-Quran dan konteks zaman Nabi.
Sebagaimana dalam al-Quran ditunjukkan ada beberapa ayat, antara lain:
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang keras hati (Jahiliyah) menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang damai (qalu salama)” (QS. Al-Furqan: 63).
Secara kontekstual, kata kedamaian menunjukkan bahwa kedatangan Islam sebagai rahmat dan pengikat bagi kebiasaan orang Arab yang suka berperang dan bermusuhan berdasarkan emosi kesukuan. Orang-orang Arab masa itu terkenal sangat keras, arogan, dan frontal.
Sistem sosial bangsa Arab pada masa pra-Islam berjalan berdasarkan sistem kesukuan. Identitas seseorang berakar pada afiliasinya dengan klan dan suku tertentu. Klan merupakan struktur sosial yang dibangun oleh sejumlah keluarga besar dan suku merupakan asosiasi dari beberapa klan.
Sistem kesukuan menggambarkan kerasnya kehidupan orang-orang Arab. Peperangan dan kekerasan menjadi suatu keseharian yang integral dalam kehidupan mereka. Tidak ada satu alasanpun untuk menolak adanya kekerasan dalam kehidupan mereka. Peperangan setiap saat bisa terjadi guna memperluas pengaruh suku masing-masing dengan menjadikan suku-suku lain sebagai “wilayah jajahan". Mereka melakukan genjatan senjata pada bulan-bulan tertentu yang disepakati. Singkatnya, tiada hari tanpa perjuangan mempertahankan diri dengan segala upaya. Hukum saling menguasai dan balas dendam menjadi suatu hal yang lazim dalam pandangan hidup bangsa Arab.
Tradisi perang dan kekerasan inilah yang kemudian berusaha diminimalisir oleh Islam dan kemudian digantikan dengan cara-cara perdamaian melalui dialog dan musyawarah.
Teladan Nabi
Ada dua peristiwa penting yang dialami Nabi Muhammad satu peristiwa sebelum menjadi Nabi dan satu lagi setelahnya yang menunjukkan dasar-dasar pentingnya dialog dan musyawarah: yakni pembangunan kembali Mekkah tahun 605 M dan penaklukan kembali Mekkah pada tahun 630 M.
Ketika pada tahun 605 masyarakat Mekkah berjuang untuk membangun Ka'bah muncul konflik di kalangan beberapa suku mengenai siapa yang berhak untuk meletakkan "batu hitam" di atas Ka'bah. Konflik bermula ketika masing-masing klan saling berkeinginan untuk memperoleh kehormatan sebagai pengangkat batu tersebut dan meletakkannya di tempatnya. Setelah hampir lima hari terjadi perang urat syarat, muncul usulan dari orang tersepuh yang hadir agar mengikuti saran orang yang kemudian memasuki Ka'bah melalui pintu "Bab al-Shafa". Kebetulan yang beruntung melewati pintu tersebut adalah Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad yang dipercaya atas tugas menyelesaikan konflik tersebut meminta agar didatangkan jubah dan meletakkan batu hitam di atas jubah yang telah dibentangkan di atas tanah. Beliau kemudian meminta masing-masing klan untuk memegang pinggir jubah, kemudian mengangkatnya secara bersama-sama dan Nabi Muhammad mengambil batu tersebut untuk diletakkan di tempatnya. Maka dimulailah kembali pembangunan Ka'bah tersebut.
Peristiwa tersebut menunjukkan betapa Nabi sangat mengedepankan kebersamaan ketimbang kepentingan pribadi. Dengan kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya, Nabi bisa saja mengangkat batu tersebut dan melekakkan di Kabah. Namun, demi menjaga kebersamaan diantara suku-suku di Mekkah, Nabi mengajak para pemimpin suku untuk bersama-sama mengangkat baru suci tersebut.
Peristiwa kedua terjadi tahun 622 ketika Nabi bersama pasukannya berupaya kembali ke Mekkah setelah hijrah selama delapan tahun di kota Madinah. Orang-orang Mekkah yang merasa berbuat salah dengan mengusir Muhammad ke Madinah takut akan kemungkinan balas dendam yang mungkin menimpa mereka. Ketika memasuki Mekkah, Nabi Muhammad berpidato: "Apa yang akan kalian katakan dan apa yang kalian pikirkan?" Mereka menjawab, "Kami berkata dan berpikir baik: Saudara yang terhormat dan murah hati, Andalah yang memberi perintah." Kemudian Nabi pun mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya aku berkata seperti yang diucapkan saudarakan Yusuf: Pada hari ini tidak ada celaan yang ditimpakan atas kalian: Tuhan akan mengampuni kalian, dan Dialah Maha Penyayang di antara para penyayang."
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad baik sebelum maupun setelah menjadi Nabi ini merupakan contoh bagaimana konflik sesungguhnya bisa diatasi dengan cara damai, tanpa dengan kekerasan. Alih-alih mendorong kepada klan tertentu untuk meletekkan batu tersebut, Nabi memberikan kesempatan yang sama kepada mereka guna menghindari kemungkinan terjadinya konflik yang lebih tajam. Nabi juga tidak melakukan balas dendam, tetapi justru memberikan maaf kepada orang-orang Mekkah yang pernah melakukan kesalahan pada beliau.
Dari tindakan Nabi ini ada beberapa nilai inti yang bisa diidentifikasi untuk terciptanya dialog, musyawarah dan perdamaian. Pertama, kesabaran karena Muhammad mau mendengar terlebih dulu mengenai problem yang sesungguhnya. Kedua, menghargai mertabat kemanusiaan dengan memberikan kesempatan yang sama kepada pihak-pihak yang terlibat konflik. Ketiga, kehormatan tidak harus diperoleh dengan mengorbankan kehormatan pihak lain, tetapi bisa dengan cara membaginya secara setara. Keempat, berbagi bersama ini didasarkan atas partisipasi yang sama di antara semua pihak yang terlibat konflik. Kelima, perlu sikap kreatif untuk mencari media yang bisa menyelesaikan konflik. Keenam, memberikan maaf kepada pihak yang memang seharusnya diberi maaf.
Mendamaikan Konflik
Dialog, musyawarah dan perdamaian dibutuhkan karena kehidupan ini penuh dengan perbedaan. Setiap orang memiliki keinginan dan kepentingan mungkin berbeda dengan orang lain. Jika kepentingan tersebut bertabrakan dengan kepentingan orang lain, maka yang akan terjadi adalah konflik. Jalan terbaik untuk mengatasi konflik adalah dengan cara dialog dan musyawarah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt.
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al-Hujurat [48]. 10)
Bahkan, dalam ayat sebelumnya, Allah mengancam orang yang tidak mau berdamai dan malah berkhianat, agar diperangi.
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah;
Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS Al-Hujurat [48]. 9)
Perintah untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai diulang dalam banyak ayat lainnya, yakni Al-Baqarah, 182; An-Nisa, 128; Al-Anfal 61). Pengulangan ini tentu saja menunjukkan bahwa penyelesaian masalah dengan cara damai melalui dialog dan musyawarah adalah pilihan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Sebagai jalan terbaik dalam menyelesaikan konflik, tentu saja musyawarah membutuhkan prasyarat. Musyawarah dapat membuahkan hasil yang baik jika masing-masing orang bermusyawarah saling percaya satu sama lain dan menganggap orang lain sebagai setara. Syarat ini penting karena musyawarah tidak akan berjalan dengan baik jika ada anggota musyawarah yang merasa lebih tinggi dari yang lain. Itulah sebabnya, dalam musyawarah, berlaku pepatah yang sudah sangat populer: Lihatlah apa yang dibicarakan orang, dan jangan lihat siapa yang berbicara.
Pepatah ini ingin menegaskan bahwa dalam musyawarah, tidak terlalu penting dari siapa pendapat itu berasal. Yang jauh penting adalah apakah gagasan itu membawa maslahat atau tidak bagi kepentingan orang banyak.*
—Ust. Hasibullah Satrawi, alumni Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
0 notes
celotehku · 4 years
Text
Pertalian Majapahit-Pasai
Tumblr media
Ratu Nur Ilah merupakan salah satu penguasa perempuan yang terkenal dalam sejarah Kerajaan Pasai. Ia mangkat pada tahun 1380 Masehi. Ia diangkat menjadi ratu setelah Pasai diserang oleh Majapahit.
Mengenai sejarah perempuan perkasa ini sudah banyak ditulis oleh para ahli sejarah, diantara Dr Hoesein Djajaninggrat, yang langsung meneliti pahatan tulisan beraksara Arab di makanya. Kemudian Dr Othman M Yatim pakar arkeologi Islam Malaysi bersama Abdul Halim Nasir.
Menurut mereka, inskripsi yang terdapat pada nisan yang bertulisan Arab menyebutkan angka tahun mangkat sang Ratu yaitu Jumat 14 Zulhijah tahun 791 Hijrah, sedangkan yang tertera pada nisan yang berhuruf Jawa Kuno terpahat tahun 781 Hijrah. Jadi, antara kedua nisan itu terdapat selisih 10 tahun.
Menurut Dr W F Stutterheim, hal itu terjadi karena kesilapan pemahat sehingga, baginya, tahun yang tertera pada nisan yang bertulisan Jawa Kuno, yang bertepatan dengan tahun 1380 Masehi tersebut, merupakan tahun mangkatnya Ratu itu. Tulisan Jawa Kuno yang terpahat pada nisan yang sebuah lagi telah diteliti oleh Stutterheim dan dimuat dalam Acta Orientalia, Leiden, tahun 1936.
Hooykaas menerjemahkan syair di nisan itu sebagai berikut : “Ssetelah hijrah Nabi, kekasih, yang telah wafat, tujuh ratus delapan puluh satu tahun, bulan Zulhijah , 14, hari Jumat, Ratu iman Werda rahmat Allah bagi Baginda, dari suku Barubasa [di Gujarat], mempunyai hak atas Kedah dan Pasai, menaruk di laut dan darat semesta, ya Allah, ya Tuhan semesta, taruhlah Baginda dalam swarga Tuhan.’’
Prof Dr T Ibrahim Alfian adalam tulisannya dimuat dalam buku Wanita-wanita Perkasa di Nusantara, data lain yang berkaitan dengan sang Ratu, maupun yang berhubungan dengan takluknya Kedah kepada Pasai, sampai sejauh ini belumlah ditemukan, kecuali informasi dari nisan Ratu Nurilah yang tersebut di atas.
Meskipun demikian, pertalian kebudayaan antara Pasai dan Kedah telah terjalin lama seperti yang terlihat, antara lain, dari persamaan istilah untuk menyukat hasil-hasil pertanian, misalnya padi dan beras. “Stutterheim juga menganggap penyebutan dua kerajaan itu sangat menarik karena antara Pasai dan Kedah di waktu kemudian terdapat hubungan dagang, mengingat, di Selat Malaka, letaknya berseberangan. Mungkin hubungan inilah yang masih tersisa dari kesatuan Kerajaan Sriwijaya dan Kadara masa lalu, yaitu Sumatra dan Malaya,” jelasnya.
Namun yang menjadi pertanyaan baginya adalah mengapa di antara nisan Ratu Nur Ilah ini terdapat tulisan Jawa Kuno? Ratu Nurilah, sebagaimana disebutkan di atas, mangkat pada tahun 1380, masa Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk. “Patut dicatat bahwa Majapahit berada dalam puncak kejayaan pada pertengahan abad XIV berkat pimpinan Mahapatih Gadjah Mada. Dalam kitab Negarakrtagama yang digubah oleh Prapanca pada tahun 1365 disebutkan bahwa Samudra, tepatnya Samudra Pasai, adalah salah satu daerah yang ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit,” ungkapnya dalam tulisan tersebut.
Kemudian ia melanjutkan, sumber lain mengenai adanya serangan Majapahit terhadap Pasai terdapat dalam Kronika Pasai atau Hikayat Raja-raja Pasai. Meskipun tidak menyebutkan angka tahun penyerangan itu, hikayat ini masih memberikan indikasi waktu, yaitu dengan menceritakan nama raja yang berkuasa pada waktu serangan itu terjadi, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Ahmad.
Hikayat Raja-raja Pasai mengisahkan bahwa setelah tiga hari tiga malam berperang, kalahlah Pasai sehingga rakyat lari cerai berai. Laskar Majapahit masuk ke dalam kota Pasai dan menduduki istana Sultan Ahmad. Banyak rampasan dan tawanan yang mereka peroleh. Sultan Ahmad meninggalkan istana, melarikan diri ke suatu tempat kira-kira lima belas hari perjalanan dari negeri Pasai.
Setelah beberapa lama di Pasai, segala menteri punggawa dan rakyat Jawa dikerahkan oleh Senapati mereka naik ke bahteranya masing-masing, kembali ke Jawa, dengan memuat segala harta rampasan yang begitu banyak. Setelah sampai ke Majapahit, menurut Hikayat Raja-raja Pasai, Sang Nata bertitah, ‘’Akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, maka kesukaan hatinya’’. Titah itulah, kata Hikayat Raja-raja Pasai selanjutnya, yang menyebabkan ‘’maka banyak keramat di Tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu’’.
Dalam kaitan ini P De Roo de la Faille, dalam tulisannya ‘’Bij de Terreinschets van de Heilige Begraafplaats Goenoeng Djati’’, 1920, mengemukakan bahwa ditemukannya cungkub Puteri Cermen di desa Leran dengan candrasengkala 1313 atau 1308 Saka bertepatan dengan tahun 1391 atau 1386 Masehi menunjukkan telah adanya makam Islam di Gresik pada waktu itu. Hal itu, sesuai dengan dugaan de Roo de la Faile, bahwa koloni orang-orang Islam Gresik pada masa itu sesungguhnya berasal dari tawanan orang-orang Islam Pasai yang dibawa ke Majapahit.
Masih menurut Ibrahim Alfian, Dalam sebuah naskah Jawa, Tapel Adam, nama Pasai tercantum dalam sejarah pendakwah-pendakwah Islam pertama. Didalamnya diceritakan bahwa Syaikh Jumadilkubra adalah keturunan Zainul Abidin, sedangkan putera Jumadilkubra yang tertua adalah Maulana Ishak. ‘’wontening pase negeri, anyelammaken taiya, manjing Islam Nate Pase’’, dan puteranya yang kedua, Ibrahim Asmara, ‘’lumampah dateng Cempa’’.
Di dalam naskah Tapel Adam juga dikisahkan tentang Batara Majapahit yang memperisterikan puteri Raja Pasai dan saudara puteri itu datang ke Majapahit serta kemudian oleh Batara Majapahit dihadiahkan tanah Ampel-denta sebagai tempat kediamannya. Cerita seumpama ini terdapat pula dalam Hikayat Banjar yang juga akan dikemukakan di bawah ini.
Kemudian lanjut Ibrahim Alfian, pada akhir naskah Hikayat Raja-raja Pasai diceritakan sebagai berikut. ‘’Bahwa ini negeri yang takluk kepada Ratu [Raja] Negeri Majapahit kepada zaman pecahnya [kalahnya] Negeri Pasai, ratunya [rajanya] bernama Ahmad.’’
Cerita itu disertai dengan daftar nama-nama 35 buah negeri yang takluk kepada Majapahit, antara lain, untuk menyebutkan beberapa, Tiuman, Riau, Bangka, Sambas, Jambi, Kutai, Bima, Sumbawa, dan Seram. Hikayat Banjar juga menyebutkan bahwa yang takluk kepada Majapahit adalah Banten, Jambi, Palembang, Makasar, Pahang, Patani, Bali, Pasai, Campa, dan Minangkabau.
Nur Ilah Diangkat Jadi Ratu
Masih menurut Ibrahim Alfian, sebelum bala tentara Majapahit meninggalkan Pasai, kembali ke Jawa, rupanya pembesar-pembesar Majapahit telah mengangkat seorang raja, bangsawan Pasai, yang dapat dipercaya untuk memerintah Kerajaan Pasai. Raja ini tiada lain adalah Ratu Nur Ilah, keturunan Sultan Malikuzzahir, yang nisannya ditatah dengan huruf Jawa Kuno atas arahan yang diberikan oleh pembesar-pembesar Majapahit, tentunya.
Antara Kerajaan Majapahit dan Pasai terdapat hubungan persahabatan dan perdagangan yang sangat erat. Malaka yang mulai berkembang sebagai bandar dagang yang besar sekitar tahun 1400 Masehi mengakui peranan Pasai dan Majapahit dalam bidang perdagangan di Selat Malaka.
Tome Pires, yang menulis catatannya di Malaka dan India antara tahun-tahun 1512-1515 dalam Bahasa Portugis, dengan judul Suma Oriental, mengemukakan sebagai berikut. Malaka mengirim dutanya ke Majapahit untuk merayu Raja Jawa agar pedagang-pedagang Jawa mau melakukan kegiatan perdagangannya di Bandar Malaka. Raja Jawa mengemukakan kepada utusan Malaka itu, bahwa jung-jungnya telah lama sekali berlayar ke Pasai untuk berniaga dan ia mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan Pasai.
Di pelabuhan Pasai pedagang-pedagang Jawa memperoleh kedudukan istimewa dalam bentuk pembebasan dari keharusan membayar cukai impor serta ekspor dan perolehan barang dagangan yang baik dang menguntungkan. Raja Majapahit menambahkan, meskipun Raja Pasai menjadi vasal Majapahit, penentuan kebijaksanaannya dalam bidang perdagangan terserah kepada Raja Pasai sendiri. Ia sendiri tidak hendak menghapuskan kebiasaan yang telah lama ada dan telah disepakati sejak lama antara kedua kerajaan itu.
Setelah dutanya kembali ke Malaka, Raja Malaka mengirimkan pesan kepada Raja Pasai, mengharapkan kebaikannya agar menyetujui dan tidak berkecil hati jika Jawa berhubungan dagang dengan Malaka, serta memohon kebaikan Raja Pasai untuk megirimkan pedagang-pedagangnya beserta barang-barang dagangannya ke Malaka.
Raja Malaka juga menyampaikan bahwa ia telah mendapat jawaban dari Raja Majapahit, bahwa jika Raja Pasai bersetuju, Raja Majapahit akan berbesar hati. Raja Pasai kemudian mengirimkan utusannya ke Malaka untuk menyampaikan pesan bahwa Pasai tidak keberatan memenuhi permintaan Raja Malaka apabila Raja tersebut bersedia memeluk agama Islam. Akhirnya, Raja Malaka beserta segenap rakyatnya beriman akan Allah dan rasul-Nya dan sesudah itu banyak sekali pedagang Islam dari Pasai pindah berdagang ke Malaka, terutama bangsa Arab, Parsi dan Bengal.
Tautan antara Pasai dan Majapahit juga diungkapkan oleh Dr J J Ras dalam desertasinya yang dipertahankan pada tahun 1968 di Rijksuniversiteit Leiden, yaitu Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography. Di dalamnya dikisahkan tentang Raja Majapahit yang belum Islam, yang mengirim utusannya untuk meminang putri Pasai. Meskipun raja Pasai itu beragama Islam, ia tidak kuasa menolaknya, takut diserang oleh Majapahit. Ia hendak memelihara rakyat dan negerinya dari kebinasaan. Di Majapahit puteri Pasai itu diberi tempat tinggal yang terpisah, tiada bercampur dengan gundik-gundiknya yang lain, agar tiada memakan makanan yang haram.
Selang beberapa waktu datanglah saudara Puteri Pasai, Raja Bungsu namanya. Setelah beberapa lamanya ia di Majapahit, ia ingin kembali ke Pasai. Puteri Pasai itu tiada sekali-kali ingin saudaranya pulang ke Pasai, karena ia tidak mempunyai sanak saudara di Majapahit. Oleh karena Raja Bungsu berkeras hendak pulang juga ke Pasai maka puteri itu merasa sangat sedih. Karena Raja Majapahit sangat sayang kepada Puteri Pasai itu, dimintanya kepada Raja Bungsu agar tinggal saja di Majapahit, agar Puteri itu tidak sampai jatuh sakit. Raja Majapahit bertitah jika Raja Bungsu bersedia tinggal di Majapahit, ia dapat mendirikan rumah ditempat mana saja yang disukainya.
Akhirnya Raja Bungsu memilih Ampel sebagai tempat kediamannya dan Raja Majapahit berkenan meluluskan permohonan Raja Bungsu itu. Ketika menebas hutan di dukuh Ampel itu, Raja Bungsu menemukan kayu gading yang kemudian dijadikan tongkat. Sejak itu, dukuh itu terkenal dengan nama Ampelgading hingga sekarang ini. Karena desa Ampel hendak memeluk agama Islam, Raja Bungsu mengirim utusannya untuk menyampaikan hasrat tersebut kepada saudaranya, Puteri Pasai, yang kemudian meneruskannya kepada suaminya, Raja Majapahit.
Sabda Raja Majapahit menurut Hikayat Banjar, berbunyi demikian: ‘’Katakan arah Bungsu, barang siapa handak masuk Islam itu terima masukkan Islam itu. Jangankan desa itu, maski orang dalam nageri Majapahit ini, namun ia hendak masuk Islam itu, masukkan’’. Setelah suruhan Bungsu kembali ke Ampel, seluruh penduduk Ampel memeluk agama Islam.[]
0 notes
embunmerindu · 4 years
Text
-
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 53
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
*Aisyah dan Saudah*
Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula suku-suku pengembara Arab menolak beliau.
Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para pendukung Islam yang setia. Tali persaudaraan yang erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti itu.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah sejak masa sebelum diangkat menjadi Rasul.
Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah telah menjadi janda setelah suaminya meninggal di Habasyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong Saudah yang hampir hidup terlunta-lunta setelah suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama dinikahi Rasulullah sepeninggal Khadijah.
Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah, kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan semakin kerasnya orang Quraisy memusuhi beliau. Pada saat itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui lagi kedasyatannya dalam sejarah.
*Isra'*
Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih berseri dan berkilau seperti salju. Demikian heningnya saat itu sampai tidak terdengar suara burung malam, gemericik air, dan siulan angin.
"Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" sapa Malaikat Jibril.
Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.
Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari kuda tapi lebih besar dari keledai dengan sayap dikedua sisi tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia melangkah, jauhnya sama dengan jarak pandang.
Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril terbang mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka terbang melintasi padang-padang pasir menuju ke utara.
*Ifrit*
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa jin yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah doa kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam dan Ifrit tersungkur jatuh.
Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem, Palestina. Di atas Baitul Maqdis Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Ketiga nabi mulia itu ditemani nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.
Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah tiga buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air, dan satu lagi berisi susu.
*Mi'raj*
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu juga umatnya. Kalau ia mengambil khamr, ia akan tersesat dan begitu pula umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia akan dibimbing dan begitu juga umatnya."
Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi susu dan meminumnya dengan menyebut nama Allah. Jibril pun berkata kepada Rasulullah, "Anda telah diberkati dan begitu pula umat Anda, Muhammad."
Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit. Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq menunggu di bawah ditambatkan di pintu Baitul Maqdis. Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu besar dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit di jaga oleh malaikat agar tidak ada setan yang bisa mencuri-dengar rahasia-rahasia langit.
Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah bertanya kepada Jibril, lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah Malik, malaikat penjaga neraka, Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril,
"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan neraka?"
"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."
Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar tinggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia akan membakar segalanya.
*Illiyyin dan Sijjin*
Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi. Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di bawah Neraka Jahanam.
Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat itu. Malaikat Malik pun melakukannya dan menutup kembali pintu neraka.
Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan mengucapkan selamat seraya berkata,
"Roh yang baik dari tubuh yang baik."
Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki itu jadi keruh sambil berkata,
"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"
"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai roh keturunannya. Roh orang yang beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad membuat beliau kesal dan murung.
Bersambung
09.18 ☁️☁️☁️ 300121
0 notes
djisamsu · 4 years
Text
Begini Ushul Fikih Memandang istilah “Islam Nusantara”
Posted by: wahyudi June 23, 2015 in Artikel, slider, Uncategorized
krt
Islam adalah agama terahir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Ajaran Isam sangat mulia dan mengatur segala sendi kehidupan. Islam memerintahkan umat manusia untuk hanya menyembah Allah; “Tiada Tuhan selain Allah”.
Ketentuan Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sering disebut dengan syariat Islam. Syariat sendiri terbagi menjadi tiga bagian; akidah, akhlak dan muammalah dunyawiyah. Akidah terkait dengan kepercayaan seorang muslim mengenai keesaan Tuhan dan bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya.
Aklak tetkait dengan perilaku sehari-hari seorang hamba. Akhlak Islam mengatur seluruh gerak gerik seorang muslim, baik tetkait urusan yang sangat kecil, hingga persoalan besar. Islam mengatur sistem interaksi seorang muslim, baik etika dengan Allah, dengan manusia, binatang, alam raya bahkan juga dengan dirinya sendiri.
Muamalah dunyawiyyah terkait dengan urusan manusia dengan sesame dan berhubungan dengan hajat hidup antar mereka. Jadi, lengaplah ajaran Islam tersebut.
Islam datang tidak di ruang kosong, namun ia datang di tengah temgah budaya Arab. Islam memberikan solusi hukum terhadap berbagai persoalan yang sedang dihadapi masyarakat Arab waktu itu.
Sebelum Islam datang, bangsa Arab sudah merupakan bangsa yang berbudaya. Mereka juga mempunyai berbagai macam tradisi yang melekat dalam tatanan masyarakat. Budaya tersebut dibawa oleh nenek moyang mereka secara turun temurun.
Islam datang bukan untuk menghapus seluruh budaya Arab dan diganti dengan budaya baru. Meski demikian, Islam juga tidak membiarkan budaya Arab berjalan apa adanya tanpa ada proses seleksi. Islam memberikan tuntunan dan timbangan terkait dengan budaya tersebut. Tuntuntunan dan timbangannya tentu saja al-Quran dan sunnah nabi.
Di antara tradisi jahiliyah adalah sikap mereka yang suka menghormati tamu. Tradisi memberikan layanan terbaik kepada tamu ternyata sesuai dengan ajaran Islam. Untuk itu, Islam datang dan menguatkan tradisi tersebut. Rasululah saw bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليقل خيرا أو ليصمت ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم جاره ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم ضيفه ) رواه البخاري ومسلم .
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam, dan barangsiapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hormatilah tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hormatilah tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim
Orang Arab suka menolong saudaranya yang dizhalimi. Ini bisa dilihat dari kisah “Halfu al fudhul”, yatu tatkala ada suku Arab yang dizhalimi, maka berbagai suku arab, di antaranya dari Bani Hasyim, Bani Muthallib, Bani Asad, dan Bani Zahrah berkumpul di rumahnya Abdullah bin Jud’an untuk melakukan kesepakatan bersama, bahwa tidak boleh ada kezhaliman di antara suku Arab. Jika ada yang dizhalimi, maka semua suku tadi berkoalisi untuk memberikan pembelaan. Tradisi ini juga dikuatkan oleh Islam dengan sabda nabi Muhammad saw:
انصر أخاك ظالما أو مظلوما
Artinya: “Tolonglah saudaramu baik yang menzhalimi atau yang dizhalimi.” (HR. Bukhari)
Menolong orang yang menzhalimi dengan mencegah mereka agar tidak berlaku zhalim. Ini artinya kita menyelamatkan mereka dari siksaan api neraka. Menolong orang yang dizhalimi, dengan memberikan bantuan agar ia tidak dizhalimi orang lain.
Budaya qishash bagi pembunuh sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Bagi yang dimaafkan, boleh mengganti dengan 100 ekor unta. Ini persis seperti kasus Abdul Muthalib yang bernadzar jika mempunyai anak laki-laki, maka ia akan disembelih. Ternyata ia diberi rezki dengan kelahiran Abdullah. Ia sudah berniat untuk menyembelih bdullah, namun ditentang oleh keluarganya. Maka bdul Mutalib menggantikan nadzarnya dengan menyembelih 100 ekor unta dan disedekahkan kepada fakir miskin. Tradisi qishash ini sesuai dengan syariat Islam. Allah berfirman:
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 179)
Selain tradisi baik, bangsa Arab juga mempunyai tradisi buruk, seperti menyembah berhala, mengubur hidup-hidup bayi perempuan, perzinaan, perdukunan dan lain sebagainya. Tentu saja, perbuatan tadi bertentangan dengan syariat. Maka Islam datang untuk meluruskannya. Islam menyeru mereka untuk hanya menyembah Allah, tidak diperkenankan membunuh siapapun tanpa ada alasan yang benar, tidak boleh berzina dan melakukan perbuatan yang dapat mendekati zina, diharamkan melakukan perdukunan dan seterusnya.
Dari bebrapa contoh di atas, para ulama ushul berkesimpulan bahwa tradisi dibagi menjadi dua bagian:
Pertama, tradisi yang sesuai dengan syariah Islam. Tradisi seperti ini diperbolehkan oleh Islam. Untuk menguatkan argument ini, ulma ushul meletakkan kedah:
المعروف عرفا كالمشروط شرطا
Maksudnya, suatu tradisi baik yang telah terpaku di masyarakat dan tidak menyalahi syariat Islam, maka ia bagai sebuah syarat. Contoh, selepas shalat id, bagi masyarakat muslim Nusantara, dilanjutkan dengan acara silaturahmi. Jika kita shalat lalu berdiam diri di rumah, tidak berailaturrahmi ke sanak kerabat, tentu ini dianggap aneh. Silaturrahmi setelah shalat Ied sudah menjadi semacam “syarat tambahan” bagi perayaan Idul Fitri. Di kampung dulu, jika kita shalat tidak pakai peci, dianggap aneh. Peci menjadi semacam “syarat tambahan” untuk shalat.
Oleh karena pentingnya tradisi ini, para ulama ushul meletakkan kaedah lain, yaitu
العادة محكمة
Maksudnya bahwa tradisi menjadi timbangan hukum. Contoh dalam fikih dalam bab nikah. Jika seorang wanita dilamar seorang pria dan ia tidak menyebutkan nilai mahar, maka mahar yg berlaku adalah mahar yang umum dan sudah mentradisi di masyarakat tersebut.
Islam datang ke Indonesia dibawa oleh orang asing, baik India, Persia maupun Arab. Mereka k eNusantara juga dengan membawa tradisi bangsanya. Sedikit banayak tradisi tersebut berpengaruh terhadap tradisi nusantara. Surban yang biasa dipakai para kyai itu, merupakan tradiai Arab. Apem, makan khas bulan Syura dan Ramadhan itu adalah makanan bangsa Arab. Akulturasi budaya lokal dengan Arab paling nampak dari sisi bahasa. Bisa jadi 25 dari kosakata bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa Arab.
Bagaimana dengan Islam Nusantara? Kita harus mahami makna istilah ini secara cermat. Jika yang dimksud Islam Nusantara adalah Islam yang bersumber dari budaya dan tradisi Nusantara, jelas tertolak. Sumber hukum Islam ada dua, Quran dan sunnah. Tradisi Nusantara tidak dapat dijadikan sumber hukum menggantikan keduanya. Contoh, Bagi orang Jawa maka wanita dibolehkan shalat dengan memakai kemben. Atau orang Irian Jaya boleh shalat ekadar dengan koteka. Pemahaman seperti ini tidak dapat diterima dan bertentangan dengan syariat Islam.
Namun jika Islam Nusantara dimaksudkan sekadar mengambil budaya lokal yang sesuai dengan nilai Islam untuk dibumikan kembali, ini tidak menjadi masalah. Kaedah yang berlaku tetap seperti di atas, yaitu tradisi yang sesuai dengan syariat maka ia boleh dilakukan sementara yang tidak sesuai dengan syariat maka ia terlarang.
Sebagian mengatakan bahwa kita harus mengambil tradiai Islam Nusantara yang toleran dan meninggalkan tradisi Islam Arab yang radikal. Pertanyaannya, bukankah toleran itu ajaran Islam dan bukan hanya tradisi Nusantara? Perhatikan ayat berikut
لكم دينكم ولي الدين
Artinya: bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
من قتل نفسا معاهدا لم يرح رائحة الجنة وإن ريحها ليوجد من مسيرة أربعين عاما
Artinya: Barangsiapa yang membunuh seorang kafir dzimmi maka ia tidak akan dapat mencium bau surge, padahal bau surge itu bisa tercium dari jarak perjalanan 40 tahun. (HR. Bukhari)
Jadi, soal toleransi kepada non muslim, itu murni dari ajaran Islam dan bukan sekadar tradisi islam Nusantara. Toh banyak juga orang muslim Nusantara yang sikapnya tidak toleran. Sebaliknya, tidak semua orang Arab tidak toleran. Di Mesir ada agama Islam dan kriaten. Penganut dua agama tadi dapat hidup berdampingan tanpa ada masalah.
Pertanyaannya, apa sesungguhnya Islam Nusantara yang mereka inginkan? Jika Islam Nusantara ingin pribumisasi Islam, apakah maksudnya ingin membuang berbagai tradisi Islam yang berbau bukan berasal dari Nusantara? Apakah itu artinya mereka akan melarang para kyai agar tidak memakai sorban, melarang makan apem, merombak kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari serapan Arab?
Bagi saya sendiri, tradisi suatu masyarakat tidaklah menjadi persoalan. Tidak perlu kita berkoar-koar dengan istilah yang hanya akan membuat masyarakat bingung. Cukuplah Islam sebagai ajaran Islam. Islam sebagai timbangan terhadap segala prilaku umat manusia. Berbagai tradisi yang baik dan sesuai syariat, silahkan laksanakan. Namun yang tidak sesuai dengan syariat, tentu tertolak. Jadi, persoalannya menjadi sangat simple. Wallahu alam
0 notes
muhammadraihanhakim · 4 years
Photo
Tumblr media
                                      kisah abu bakar assidiq
Abu Bakar As Siddiq adalah khalifah (pemimpin) pertama setelah Rasulullah Muhamamad SAW meninggal. Abu Bakar memimpin umat Islam selama dua tahun dari 632-634 M (11-13 H). Dikutip dari Khulafaur Rasyidin (2019), Abu Bakar adalah orang pertama di luar keluarga Nabi yang memeluk Islam. Ia adalah sahabat yang paling dicintai Nabi. Abu Bakar mengorbankan harta bendanya untuk perjuangan Nabi. Putri Abu Bakar, Siti Aisyah, dinikahkan dengan Nabi. Gelas As Siddiq yang berarti amat membenarkan diberikan karena Abu Bakar adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra Miraj. Baca juga: Mengenal Yerusalem, Kota Suci Tiga Agama Pengangkatan sebagai khalifah Setelah Nabi wafat dan sedang menunggu dimakamkan, kaum muslimin mengadakan pertemuan di Safiqah (balai kota) Bani Saidah. Mereka membicarakan siapa sosok yang tepat untung menggantikan Nabi. Kelompok Ansar mengusulkan Sa'ad bun Ubadah. Kabar itu terdengar para sahabat dan keluarga yang sedang mengurus jenazah Nabi. Lalu tiga orang sahabat yakni Abu Bakar, Uamr bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah menyusul ke pertemuan. Saat kelompok Ansar bertemu kelompok Muhajirin, terjadi perdebatan. Masing-masing bersikukuh mengajukan calon pemimpin pengganti Nabu. Perundingan tak juga mencapai titik temu. Sampai Abu Ubaidah menyampaikan: "Sahabat-sahabatku dari kalangan Ansar, kalian adalah pihak yang pertama menolong dan membela agama Islam. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadi orang pertama yang memecah belah dan merusaknya," ujar Abu Ubaidah. Baca juga: 4 Nama Khulafaur Rasyidin Setelah suasana tenang, terpilihkan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi. Alasan terpilihnya Abu Bakar yakni:    Sahabat nabi yang paling senior    Selalu dekat dengan Rasulullah sehingga tahu cara memimpin umat dan negara    Dermawan sehingga kekayaan yang dimilikinya dapat digunakan untuk perjuangan umat    Disegani kamu Quraisy karena tegas    Cerdas dan mau bekerja keras    Pernah menggantikan Nabi sebagai imam shalat ketika Nabi sakit Pemerintahan Abu Bakar Di masa kepemimpinannya yang singkat, Abu Bakar menyelesaikan perpecahan yang terjadi di suku-suku bangsa Arab. Beberapa suku tak mau lagi tunduk kepada pemerintah Madinah setelah Rasul wafat. Mereka menganggap perjanjian berakhir seiring wafatnya Rasul. Baca juga: Saudi Berencana Pindahkan Makam Nabi Muhammad? Abu Bakar menyelesaikan perpecahan ini lewat Perang Riddah atau perang melawan kemurtadan. Panglima yang berjasa memimpin perang yakni Khalid ibn Al-Walid. Hal lain yang dihadapi Abu Bakar yakni orang yang tak membayar zakat, dan orang-orang yang menganggap dirinya sebagai nabi pengganti Muhammad. Abu Bakar juga mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Quran yang disalin menjadi mushaf. Ia menjadikan ayat Quran dan As-Sunnah sebagai hukum. Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan mengirim tentara ke luar. Pada 634 M, Abu Bakar mengirim Khalid bin Walid dan pasukannya ke Irak. Mereka berhasil menguasai al-Hirah. Ia juga mengirim ekspedisi ke Suriah di bawah pimpinan empat panglima perang yakni Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan, serta Syurahbil. Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara Abu Bakar wafat pada 23 Agustus 534 M di Madinah. Ia dimakamkan di sebelah makam Nabi di Masjid an-Nabawi. Sebelum meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada Umar bin Khattab. Umar pun dipilih menggantikan Abu Bakar  
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Israel dan India, Aliansi Islamofobia
Tumblr media
KONTENISLAM.COM - Bangsa Israel dan India berbagi banyak hal dalam sejarah modern mereka. Keduanya ditempa dalam wadah kolonialisme Inggris. Dalam memerintah keduanya, entitas kolonial menggunakan “pembagian dan penaklukan”: menempatkan suku atau kelompok agama melawan satu sama lain untuk mempertahankan konflik antar kelompok, yang mencegah mereka bersatu melawan musuh kolonial bersama.
Setelah Perang Dunia II, Inggris dipusingkan dengan biaya perang yang sangat besar. Eropa hancur. Perekonomian terpukul. Akibatnya, Kekaisaran melepaskan wilayah jajahannya. Mundurnya Inggris ini menyebabkan perang dan pengusiran massal dalam kasus Israel (1948) dan pembantaian antaragama di India (1947).
Jutaan umat Hindu dan Muslim diusir dari tanah air mereka selama Partisi, dan dalam banyak kasus dipaksa pindah ke negara yang tidak pernah mereka kenal.
Saat berada di Israel, satu juta penduduk asli Palestina secara etnis dibersihkan dari 400 desa, yang sebagian besar tetap ditinggalkan hingga hari ini. Mereka melarikan diri ke Suriah, Lebanon, Yordania, Tepi Barat, dan Gaza, menjadi pengungsi permanen di negara-negara yang tidak pernah mereka kenal.
Dilansir TRT World, sampai hari ini sebagian besar belum diberikan kewarganegaraan, atau terintegrasi dengan sukses.
Dari sekularisme …
Terlepas dari pertumpahan darah antaragama sebelum menjadi negara bagian, pemerintah sosialis sekuler mengambil alih kekuasaan di India (Kongres) dan Israel (Buruh). 
Kebijakan luar negeri India memperjuangkan gerakan non-blok, yang, pada gilirannya, bersimpati pada perjuangan Palestina. Ia beraliansi dengan Uni Soviet, yang menyediakan banyak perangkat keras militernya. Rusia juga merupakan sekutu utama negara-negara Arab dan menyediakan banyak persenjataan mereka.
Israel, di sisi lain, beralih ke barat untuk mendapatkan dukungan ekonomi dan militernya. Di atas segalanya, AS, dan pada tingkat yang lebih rendah Eropa, menjadi penjamin dan pelindungnya. Sebagian besar keselarasan ini ditentukan oleh persaingan Perang Dingin antara Uni Soviet dan negara ini.
Elit Partai Buruh yang memerintah Israel tanpa henti dari tahun 1948 hingga 1977, sebagian besar terdiri dari Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Eropa Timur. Orang Yahudi Arab (Mizrahim) dipandang lebih tidak beradab dibandingkan dengan saudara-saudara Eropa mereka, meskipun satu langkah lebih tinggi dalam skala sosial daripada orang Palestina Israel.
… menjadi nasionalisme agama
Pada tahun 1977, angin perubahan menyapu Partai Buruh sosialis yang sekuler dari panggung politik Israel setelah lebih dari tiga dekade mendominasi. Partai sayap kanan Likud, sebagian besar karena kekuatan kebencian Mizrahi pada rasisme dan pelecehan oleh Partai Buruh, berkuasa untuk pertama kalinya sejak berdirinya entitas Zionis.
Di India, Partai Kongres tidak pernah menghadapi oposisi yang serius hingga tahun 1980-an. Kemudian, sebuah partai nasionalis Hindu baru, Partai Bharatiya Janata (BJP), muncul dari gerakan paramiliter anti-Muslim, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS). Partai ini mempertahankan keyakinan mistik dalam supremasi rasial bangsa Hindu yang mencontoh fasisme Jerman dan Italia.
BJP didirikan pada tahun 1980. Salah satu pemimpin daerahnya yang paling menjanjikan adalah Narendra Modi, gubernur provinsi Gujarat. 
Pada 2002, setelah Muslim setempat membakar kereta yang dipenuhi para pelancong Hindu, umat Hindu Gujarat membalas dendam. Mereka mengamuk selama berhari-hari di pemukiman-pemukiman Muslim, hampir 1.000 tewas dalam pembantaian itu. 
Modi hampir tidak terdengar atau terlihat – sampai yang terburuk berakhir. Dia menolak untuk mengecam pembantaian itu dan membantah bertanggung jawab atas pembantaian tersebut. 
Modi juga ditolak visanya ke AS pada tahun 2005 dan visa bisnis/turisnya dicabut karena pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama – satu-satunya pria hingga saat ini yang telah menjadi sasaran pelanggaran khusus tersebut.
Bagaimanapun, Modi mengendarai gelombang semangat anti-Muslim ini untuk menjadi terkenal di tingkat nasional. 
Pada 2014, dia menggulingkan pemerintahan Kongres, yang telah memerintah negara itu hampir tanpa gangguan selama lebih dari enam dekade. 
Setelah berkuasa, dia mengulangi strategi Gujarat. Dengan menghindari provokasi Islamofobia secara langsung dan berbicara tentang India yang merupakan rumah bagi Muslim dan Hindu. Namun, kebijakan dan hukumnya membuktikan sebaliknya.
(Hidayatullah)
from Konten Islam https://ift.tt/3bR2xsg via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/05/israel-dan-india-aliansi-islamofobia.html
0 notes