Tumgik
#wahabiyyah
darulilmger-blog · 7 years
Text
Schreiben vom Bruder von Muhammad ibn Abdul Wahab (MIAW) an ihn
Schreiben vom Bruder von Muhammad ibn Abdul Wahab (MIAW) an ihn
Der Shaykh, der Qādī, Sulaymān ibn abd Il-Wahhāb [rahimahullāh gest. 1210 n.H.] schreibt an seinen Bruder folgendes:
وأما التبرك والتمسح بالقبور وأخذالتراب منها، والطواف بها، فقد ذكره أهل العلم فبعضهم عده في المكروهات، وبعضهم عده في المحرمات، ولَم ينطق واحد منهم بأن فاعل ذلك مرتد كما قلتم أنتم، بل تكفرون من لم يكفر فاعل ذلك، فالمسألة مذكورة في [كتاب الجنائز] في الدفن وزيارة الميت
“Was das…
View On WordPress
0 notes
aliftafatwas · 7 years
Text
Shaykhul-Islaam Ibn Taymiyyah as one of Ahlus-Sunnah
Shaykhul-Islaam Ibn Taymiyyah as one of Ahlus-Sunnah
Question: Some people told me that there is a thing called “Wahabiyyah”, but I explained to them that there is no such thing called “Wahabiyyah”; that this is merely a name given by those who claim to be Ashraf (Muslim descendants from the Prophet’s family) to turn people away from the reformative call. Yet, one of them retorted saying that Shaykh Muhammad Ibn ‘Abd Al-Wahhaab (may Allaah be…
View On WordPress
0 notes
Tulisan: Pesatnya Wahabiyyah
□■□■□■□■□
Setiap dakwah di media sosial penuh sekali dengan dakwahnya pemahaman wahabiyyah, dan akibatnya banyak pula yg akhirnya tahu tidak tahu, sadar tidak sadar menerima saja pemahaman tersebut. Kebanyakan adalah memang yg dari kalangan awam, yg ketika mendengar, melihat, membaca, maka langsung menerima. Sementara bagi yg mengerti tinggal lihat source, penulis, rujukan, asal muasal tulisan, tafsir yg mana, sudah bisa ditebak itu tulisannya kaum/ulama wahabiyyah atau sunni/aswaja.
Saya kurang suka dengan klaim yg menyebut kaum mereka salafy. Banyak dari kita sudah tahu bahwa Salafi itu cuma 3 abad. Satu, generasi sezaman dengan Rasullulah. Dua, generasi thabiin. Tiga, generasi thabiuth-thabiin. Pembelajar yg baik pastinya langsung mencari tahu siapa-siapa saja yg ada di dalam 3 generasi ini. Tidak ada yg lebih baik pemahaman Islamnya dari 3 generasi tersebut. Merekalah salafiyyah. Maka generasi setelahnya sampai generasi kita sebutannya khalaf.
Sebagai generasi khalaf, pastinya kita hanya akan mengikuti apa-apa yg diajarkan oleh generasi salaf. Jadi, jika ada ulama generasi khalaf yg tidak mengikuti kaidah-kaidah yg diajarkan oleh salafiyyah, maka patut ditinggalkan. Apalagi bila sampai membuat fatwa sendiri, menarik kesimpulan dalam pemahaman agama di luar metode pemahaman salafiyyah, seperti tidak manut pada 4 ulama mazhab dan lebih manut pada petuah ulamanya misalnya, maka jelas itu patut untuk tidak diikuti, bahkan ditinggalkan. Begitu bukan?
Keislaman kita semua adalah salaf bila cara kita mengkaji dan menyimpulkan sudah mengikuti pemahaman ulama salaf. Jadi, jelas salaf tidak bisa diklaim oleh mereka para wahabiyyah, yg jalan kembali kepada Qur'an dan sunnah nya berdasarkan pemahaman tersendiri dan berbeda dengan metode para salafiyyah. Untuk lebih tahu maksud saya, perhatikan ulama-ulama rujukan wahabiyyah ketika mereka mengkaji agama. Tidakkah bersambung sanad ilmunya ke generasi salaf? Masih belum paham? Makanya harus dipelajari sendiri, diperdalam sendiri nasab dan 'ijazah asatidznya/sanad keilmuannya. Pasti ketemu maksud saya. Hal ini sulit untuk dijelaskan bila tidak ditemukan dan dipelajari sendiri. Ustadz Adi saja susah memaparkannya ketika ingin menjelaskan ini, susah mengemasnya agar lebih mudah ditangkap maksud yg ingin disampaikan. Susah dicerna, apalagi bila keinginan untuk memahami hanya setengah-setengah, maunya disuapi tapi tidak mau memahami sendiri misalnya.
Perlu sekali mencari tahu nasab dan ijazah (sanad keilmuan) asatidz, agar tidak sekadar manut pada asatidz dan paham-paham tertentu, supaya tahu jalan dan metodologi salaf dalam kembali kepada Al Qur'an dan sunnah tidak sampai keliru. Supaya kita berusaha dengan sebaik-baiknya dengan harapan berada pada jalurnya para ulama generasi Salaf.
"Masalah" nya lagi, bagi yg sudah mengenal kaum wahabiyyah dan paham2nya, bisa memilah, sehingga hanya akan mengambil dakwah mereka yg sejalan sama paham sunni. Ajaran-ajaran yg tidak sejalan dengan apa yg diajarkan ulama aswaja, pastinya ditinggalkan. Bahkan sekadar quote-quote masalah sepeleh pun bisa tercium wahabinya, terlihat dari rujukannya. Namun sepanjang itu baik dan tidak menyimpang, kadang tetap di-share. Bukan berarti yg men-share itu wahabiyyah juga. Karena saya sering begitu. Salah tidak ya? (Setidaknya itu cara belajar aswaja, ambil yg baik/benar tinggalkan yg buruk/keliru, karena menilik bagaimanapun mereka juga ulama, jadi biarpun ada keliru dalam pahamnya, cukup tinggalkan penyimpangannya, lurusnya ambil. Cara pandang muslim sunni menghargai ulama.)
Namun "masalah" terjadi ketika yg menerima adalah kaum awam plus kurang suka mencari tahu asal usul yg ia terima lebih dalam. Tidak ada filternya. Apa-apa yg dibaca, dilihat, didengar, itulah yg diterima. Habis.
Pertanyaannya. Mengapa dakwah-dakwah wahabiyyah lebih unggul dan begitu gencar melebihi dakwahnya ahlussunnah wal jamaah terutama melalui media sosial, tapi di dunia nyata tidak pernah muncul, sembunyi-sembunyi? Saya ustadz-ustadznya saja jarang mendengar nama-namanya, kecuali si mbah Ust. Jawaz, Abduh Tuasikal, Khalid, Syafiq Riza, Firanda, Badrussalam, dan beberapa ust lainnya yg memakai domisili di belakang namanya sebagai cirinya, seperti Zainudin Al Banjary, Ambony, dll..
Lihat saja di seluruh media sosial penuh sekali dengan tulisan-tulisan dari kaum mereka saja. Juga coba ketikkan masalah apapun seputar agama di google, yg muncul di hasil pencarian teratas hampir semuanya dari situs berpaham wahabiyyah. Bisa jadi selama ini kita merasa bukan seorang wahabiyyah, tetapi termasuk pengunjung setia website yg dikelola wahabiyyah dan manut sama ustadz-ustadznya. Bagi yg masih awam agama, tentunya sulit mengenali apakah ustadz maupun website yg jadi langganan bermuatan faham Wahabi atau Ahlussunnah Wal Jamaah? 
Bayangkan bagaimana nasib saudara-saudara kita yg awam, baru belajar sudah masuk kandangnya wahabiyyah salafiyyun. Ranahnya sudah bid'ah-bid'ahan. Yg dibid'ahkan temen-temen yg *maaf* mungkin udah belajar duluan. Bahkan ustadz-ustadz sekaliber ust. Adi, Abdul Somad, Buya Yahya, Idrus Ramli dia sesatkan. Kan lucu?
Fenomena-fenomena seperti ini jika dibiarkan dan tidak disaingi, maka "Islam" seakan diambil alih oleh paham-paham wahabiyyah. Kalau media sosial penuh oleh paham ajaran mereka saja, kasihan kita yg baru saja mau belajar malah masuk kandang wahabiyyah. misalnya. Sunni akan tenggelam, terutama ketika nanti perlahan ilmu sudah Allah angkat dari dunia (ketika satu per satu ulamanya wafat).
Saran saya kalau mendengar kajian, baik asatidznya, dakwahnya, maka dengarlah dari dua sisi (dari kedua paham tersebut), lama-lama akan tahu sendiri perbedaannya, pahamnya, caranya mengambil rujukan, caranya menyimpulkan perkara agama, caranya menyampaikan pemahaman, lama-lama akan terlihat makin jelas. Oh wahabi itu seperti itu.. oh aswaja itu seperti ini dan baik akal maupun hati akan tergugah sendiri memilah mana yg haq dan mana yg bathil.
7 notes · View notes
alfawaaidnet-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
🚇SIAPA SEBENARNYA AL-WAHABIYYAH - JANGAN SALAH ALAMAT! Sekilas Info: • Al-Imam al-Lakhmi, wafat tahun 478H • Abdul Wahhab bin Rustum (di Afrika Utara), wafat tahun 211H • Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (Saudi Arabia), lahir tahun 1115H wafat tahun 1206H - - - - (※) Al-Imam al-Lakhmi yang wafat tahun 478H berfatwa bahwa: “Al-Wahabiyyah adalah salah satu dari sekte kelompok sesat khawarij.” (※) Kemudian pakaian kedustaaan ini tentang kesesatan Abdul Wahab ar-Rustumiyyah (wafat tahun 211H) di pakaikan oleh orang-orang yang benci dengan dakwah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (Saudi Arabia) yang mana beliau rahimahullah belum lahir waktu itu sedangkan Fatwa al-Lakhmi menyatakan sesat Abdul Wahab ar-Rustumiyyah. (※) Jarak antara Fatwa sesat dan lahirnya asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah sekitar 637 tahun. Maka ini adalah sesuatu tuduhan dusta yang keji ditujukan kepada asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah yang lahir 1115H dan wafat 1206H. Sebagaimana yang telah dituduhkan dari pihak orang-orang yang tidak setuju dengan dakwah beliau rahimahullah; seperti dari kalangan orang-orang Kuffar dan Syi'ah Najis serta dari orang-orang kalangan Sufiyyah. Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah kepada kami dan kepada orang-orang yang senantiasa mencari kebenaran tentang siapa sebenarnya asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah. 📚[Diringkas dari artikel Manhajul Anbiya yang berjudul meluruskan tuduhan miring terhadap Wahabi] Url: http://bit.ly/Fw410706 { Judul dari Admin } 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net ✍🏻__ t.me/s/Fadhlulislam/1167 https://www.instagram.com/p/B9rRCr0BQJ8/?igshid=1wu9xh6hbtozz
0 notes
islamvidgram-blog · 6 years
Video
🎥 Wahabi: Syekh Bin Baz itu Syiah karena menjuluki wahabi (?) Kenapa Malu disebut Wahabi? Jika kami menyebut Wahabi ada beberapa jawaban dari mereka: 1. Iya saya pengikut Al Wahab ( asma Allah Ta'ala yang berarti Yang Maha Memberi). (Alasan yang diada adakan kaum wahabi) 2. Wahhabi adalah julukan yang diberikan oleh Syiah untuk memecah belah Islam. (Alasan yang diada adakan kaum wahabi) 3. Wahhabi adalah penisbatan ke Abdul Wahhab bin Rustum (Alasan yang diada adakan kaum wahabi) padahal yang dinisbatkan ke Beliau adalah Wahbiyyah bukan Wahhabiyah 4. Jika dinisbatkan ke Muhammad bin Abdul Wahab seharusnya Muhammady bukan Wahhabi karena Abdul Wahab adalah nama Bapaknya. (Alasan yang diada adakan kaum wahabi) Terus kenapa Imam Syafii dijuluki dengan nama kakeknya bukan dijuluki nama beliau sendiri muhammady. Imam Ahmad bin Hanbal bukan dijuluki Ahmady melainkan Hambali (ayahnya) ? Wahabi benar benar tak tau penisbahan nama kelompok dalam islam. Kenapa selalu mengelak dengan Sebutan Wahabi ada apa gerangan? Apakah ada sesuatu yang ditutup-tutupi yang tidak pantas untuk diketahui? Coba kita lihat pendapat Syekh bin Baz. Siapa Beliau? - Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz - lahir di Riyadh - 1909 M/1330 H - mufti (penasehat agung) kerajaan Arab Saudi - rektor Universitas Islam Madinah - guru dari Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Ini pernyataan Syekh Bin Baz dalam kitab Fatawa Nur ‘ala al-darb: يقول السائل: فضيلة الشيخ، يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم؟ هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه؛ لأنه دعا إلى الله عز وجل في النصف الثاني من القرن الثاني عشر Seseorang bertanya kepada Syaikh: “Sebagian manusia menamakan Ulama-Ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi [Wahabiyyah], adakah Anda ridho dengan nama tersebut ? Dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan Anda dengan nama tersebut ?” Syaikh Ibnu Baz menjawab sebagai berikut : “Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejd [Najd], mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab.➡Lanjut Komentar #Islam_Vidgram (di Badan Rehabilitasi Korban Faham Wahabi Republik Indonesia (BRKFWRI))
0 notes
Note
Assalamu alaikum. Why are some people labelled as “madkhalis”? what are the ideologies of this group of people?
Wa Alayk Assalaam
Firstly the Madaakhila(pl of Madkhalee), or Madkhalis, in truth, are an Arab tribe from the southern part of the Arabian Peninsula, modern day Saudi, near Jazaan/Yemeni border. They have produced and brought forth many notable scholars but the most notable and well known of them are Shaykh Rabee’ ibn Hadee ibn Umayr al Madkhee, his son Shaykh Muhammad ibn Rabee’, Shaykh Muhammad ibn Hadee, Shaykh Zayd ibn Ali al Madkhlaee, and others whom we know and do not know here in the West. These are the true Madkhalis.
Now what you are asking about is the slurr used against those who defend and respect Shaykh Rabee’. Much like the “Wahabi” slurr introduced by the British during their occupation and colonization of India(and later what would lead to years of tribalistic/racist conflict with the splitting of Pakistan and India)  “madkhali” is an insult used by those who despise Shaykh Rabee’ for his stances against individuals like:
Osama ibn Laaden and the early “Jihadist” movements
Salman al Owdah, the liberal saudi preacher 
Hassan al Banna, Sayyed Qutb and their group known as the “Muslim Brotherhood”
Shaykh Rabee’ for over 40 years has been a major critic of any group or individuals who go out and preach innovated teachings or ideals or incite the Muslims towards movements that are not in line with the legislation of Allah. Earning him the ire of nearly every group that affiliates themselves with this religion.
The Khawarij hate him because he exposes the idiocy of their death fantasies that have lead to nothing but destruction of nations and exploitation of  vulnerability of the safety of Muslims all over the world.
The sufis hate him because, as a scholar of hadeeth, he is too “strict” in his understanding of Islaam and thusly prohibits their exaggerated forms of worship and praise for their so called “saints”, by demanding they show proof from the Quran, Sunnah, and narrations of the salaf to justify any religious action they wish to under take. Sufis are, mostly, mystic. They overly focus on chanting and singing which is also why most western academics push for this “type” of Islaam to be pushed on Muslims so as to make Islaam more palatable to people in the West.
The point is that the Madkhalis do not exist outside of the literal family with the name “Madkhalee”. There is no sect called Madkhalis the same way there is no sect called Wahhabis or Wahabiyyah. It is only meant to insult those who stand with Shaykh Rabee’ based upon daleel and respect his status as one of the most prolific scholars in the past 50 years or so. May Allah grant him a long, beneficial life upon his obedience.
0 notes
ibnusalim123 · 7 years
Text
*Mengikuti Jejak Ulama dan Taat Asas dalam Ber-NU: MEMPERKOKOH ASWAJA MERAWAT BHINEKA*
Oleh: KH. Marzuki Mustamar dalam Halaqoh Kebangsaan di Pondok MIA Tulungagung pada Sabtu, 12 Agustus 2017 Bahwa isu yang dihembuskan oleh orang Malang, tetangga beliau sendiri, tentang tuduhan pada KH. Said Aqil Sirajd, dengan fitnah bahwa Kyai Said menjadi makelar tanah Seminari yang awalnya milik H. Muslimin dan sekarang menjadi milik Kristen, ini pertama kali muncul pada waktu sebelum Muktamar Makasar. Saat itu, Kyai Said dipanggil pihak Lirboyo selaku almamater Kyai Said untuk tabayun. Hasil tabayun adalah, tidak benar Kyai Said menjadi makelar tanah Seminari di Malang, karena transaksi tanah Seminari di Malang terjadi pada tahun 1982 dan Kyai Said kembali ke Indonesia diajak Gus Dur pada tahun 1994. Selain itu, pembeli tanah dari H. Muslimin adalah seorang Haji dari Pasuruan dengan alasan akan dibangun SMP. Lha padahal Haji dari Pasuruan ini memang orang yang disuruh oleh pihak Seminari untuk membeli tanah tersebut yang nantinya akan diperuntukkan bagi pembangunan Gereja Seminari. Hal ini dilakukan karena Haji Muslimin sang pemilik tanah, tidak mau menjual tanah jika dibeli orang Kristen. Saat tabayun di Lirboyo, Kyai Said menjelaskan semua tuduhan yang dialamatkan kepada Kyai Said di hadapan Mbah Idris, Mbah Anwar Mansur, Gus Imam dan Masyayikh Lirboyo lainnya. Mulai tuduhan Syi’ah, tuduhan makelar Seminari, tuduhan liberal, tuduhan antek Wahabi, semuanya dijelaskan dihadapan para masyayikh Lirboyo saat itu, dan clear bahwa tuduhan itu adalah fitnah yang keji. Saiki aku tak tekon sampean kabeh (Kyai Marzuki mengajak dialog para hadirin), kalau guru-guru Kyai Said wis ridha, wis isa nampa penjelasane Kyai Said, njur sampean kabeh sing dudu guru lan dudu sapa-sapa kok gak percaya Kyai Said, apa sampean luwih alim dari Mbah Idris Lirboyo? Luwih pinter dari para masyayikh Lirboyo?. Yen sampean luwih pinter lan luwih alim, ya sak karepmu (pungkas Kyai Marzuki). Saiki masalah NU. Banyak orang yang bilang, ”Saya NU- nya Mbah Hasyim yang lurus, bukan NU ala Gus Dur yang liberal bukan pula NU yang dipimpin Kyai Said”. Sing muni ngono iku mesti wong gak faham. Muktamar 33 di Jombang yang oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) secara de facto dan de jure menyatakan Kyai Ma’ruf Amin dan Kyai Said adalah Rois Aam dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ahwa kui sapa wae? Ada Mbah Maimun Zubair Sarang, Kyai Ma’ruf Amin Jakarta, Kyai Nawawi Abdul Jalil Sidogiri Pasuruan, Kyai Mas Subadar Pasuruan, Tuan Guru Turmudzi NTB, Kyai Maktum Hanan Cirebon, Kyai Ali Akbar Maimun Medan, Kyai Dimyati Rois Jawa Tengah, dan Kyai Kholilurrahman Kalimantan Barat. Semuanya sudah ACC bahwa Rais Aam dan Pimpinan PBNU periode 2015-2020 adalah Kyai Ma’ruf Amin dan Kyai Said Aqil Sirajd. Lha apa sing ngomong, "Saya NU asli ala Mbah Hasyim, bukan NU ala Gus Dur”, kuwi luwih alim tinimbang Mbah Maimun Zubair?, luwih alim dari Mbah Nawawi Abdul Jalil Pondok Sidogiri Pasuruan?, dan lebih alim dari para anggota Ahwa yang sudah menetapkan PBNU yang sah? Sak karepmu wis. Kemudian, kalau ada alumni Lirboyo, alumni Sidogiri, atau alumni pondok manapun yang tidak percaya pada Kyainya, gurunya, sampean delok nek kitab ngumaryotho (عمريطى) -sebutan ngumaryotho adalah sindiran Kyai Marzuki kepada yang ngaku ustafz tapi gak bisa baca kitab gundul sehingga tulisan Arab yang harusnya dibaca Imrithi malah dibaca ngumaryotho- nadhoman unine “idzil fata Hasba’ tiqoodihi rufi’, wa kullu man lam yantaqid lam yantafi" (setiap murid yang punya cita-cita tinggi tapi kok gak punya keyakinan pada gurunya, maka murid tersebut tidak akan mendapat ilmu manfaat”. Dadi santri kok su'udzon dengan gurunya, ya susah mendapat kemanfaatan. Oleh karenanya, mari kita husnudzon kepada para Kyai-Kyai kita. Lha kalau gak bisa, gak alim, apalagi bukan ahli ibadah, lebih baik diam, jangan kebanyakan tanya dan mengkritisi tanpa nandhangi gawean. Jelas semuanya? (Tanya Kyai Marzuki kepada hadirin). Sak iki masalah Gus Dur. Kalau ada yang bilang Gus Dur liberal, Gusdur antek Asing, iku mesti wong sing durung teko pikirane. Gus Dur kontroversi, betul. Tapi kontroversi tersebut adalah siasat, taktik, strategi untuk mencapai tujuan kemaslahatan dan mengurangi kemadharatan. Lha kok gak seperti mbah Hasyim?, karena situasi dan jaman yang berbeda, maka butuh taktik dan strategi yang berbeda pula. Misalnya, Gus Dur berpelukan dengan Romo Mangun Jogja Selatan, seorang misionaris handal. Menurut Kyai Mahfudz Jogja, rangkulan Gus Dur dengan Romo Mangun adalah untuk mengurangi gerakan Kristenisasi di Jogja. Lha kok bisa?, ya bisa saja. Kalau Gus Dur akrab dan dekat dengan Romo Mangun, pastilah saat kegiatan sosial, bagi sembako, pengobatan, pastilah sang Romo ngajak Gus Dur. Lha saat kegiatan bareng Gus Dur, sang Romo Mangun gak berani melakukan dan menjalankan misi Kristenisasi seperti biasa. Inilah cerdasnya Gus Dur. Trus masalah Gus Dur meresmikan Kong Hu Cu dan Tahun Baru Imlek sebagai agama sah orang China serta Imlek sebagai libur nasional. Sesungguhnya, ini adalah taktik dan strategi Gus Dur untuk membebaskan Muslim di China untuk menjalankan agama Islam dan bisa melaksanakan Haji ke Baitullah. Karena sebelumnya, seluruh muslim yang ada di China ditekan dan diawasi serta dilarang menjalankan kegiatan beragama, termasuk larangan berhaji. Alhamdulillah, Marzuki menjadi saksi pada tahun 2000 untuk pertama kali ada jamaah haji dari China, setelah Gus Dur melakukan lobi dan negoisasi dengan Perdana Menteri China saat Gus Dur menjabat Presiden RI. "Genah ora?", tanya Kyai Marzuki kepada para hadirin yang disambut tepuk tangan dan shalawat nabi. Gus Dur iku, lek wulan pasa ngaji kitab Hikam, Fathul Mu'in ya nglonthok, thariqohe Syadziliyah, wiridan ya sregep, tirakate luar biasa, Ahlussunnah wal Jama’ah Asy ‘ariyah wal Maturidiyah, Hizbnya juga josh, NU patlikur karat. Ora ana bedane dengan Abahe KH. Wahid Hasyim, pun pula gak ada nylewengnya dengan NU yang di dirikan Mbah Hasyim Asy’ ari. Sampean rungokne. Gus Dur iku, cucu laki-laki pertama dari anak pertama. Sampean pikir lan mbayangke kepriye tresnane Si Mbah maring putu lanang dari anak pertama, sing pinter sisan”. Saya yakin, Gus Dur pasti ada di hati kakeknya. _*Dadi lek ana sing wani-wani ngina Gus Dur, iku padha karo ngina Mbah Hasyim.*_ "Paham blok?, blok lor, blok kidul". Lha njur kok ada yang bilang NU ala Mbah Hasyim, bukan NU ala Gus Dur, bukan pula NU Kyai Said. Ini sebenarnya adalah strategi kelompok di luar NU untuk memecah NU dan menghancurkan NU. Mangkane dulur, mangga kita husnudzon kalian Kyai kita. Lek sampean bingung, tekon. Lek gak bisa ya diam. Gak usah kokean omongan. Ingat cerita Nabi Musa yang banyak bertanya saat mengikuti Nabi Hidr untuk belajar kepada Nabi Hidr. Gara-gara kebanyakan bertanya, Nabi Musa harus berpisah dengan Hidr As. Kalau ditanyakan bagaimana cara meyakini kebenaran pendapat para Kyai kita?. Caranya adalah dengan menghormati dan mengikuti dawuh-dawuhnya. Aja sampek ana crita, warga NU luwih percaya dengan orang di luar NU. Jangan pula orang NU justru separuh Wahabi utawa ISIS. Sapa kuwi Wahabi?. Di dalam kitab An- Nushus al-Islamiyah al-Rad ‘ala Madzhabil Wahabiyyah karya Kyai Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang Gresik, Wakil Rais Akbar dan Pendiri NU. Dalam kitab ini juga ada tulisan Mbah Maimun Zubair dan Kyai Aziz Mashuri Denanyar. Di sana dijelaskan siapa itu Wahabi ”وقد اعد هذه الفرقة اعداء الاسلام واطلقوا عليها الحركه السلفيه لتحارب الاسلام باسم الاسلام. اما شيخهم محمد ابن عبد الهاب فقد تخرج على يد جاسوس المستعمرات البريطانيه، جيفري همفر” Dan musuh-musuh Islam telah mempersiapkan sebuah sekte/firqah yang diberi nama gerakan kelompok Salafi dengan maksud dan tujuan untuk memerangi dan menghancurkan Islam menggunakan nama Islam. Adapun pendiri Wahabi yang juga disebut Salafi adalah Muhammad bin Abdul Wahab yang telah berlutut di bawah kendali inteljen tentara Britania (CIA) yang bernama Jefri Hampher. Jadi musuh-musuh Islam sengaja menghancurkan Islam dengan nama dan sebutan Islam juga. Padha karo arep menghancurkan NU dengan nama NU juga. Makane ana NU garis-garisan kuwi, sing kemana-mana selalu nggaris kancane. Kadang juga, akeh wong NU sing kapusan mbi pakaian sing digawe ”Serbane gedhe, gamisan klimis, lek ngomong sithik-sithik “kher-kher alhamdulillah”, ternyata akhir-akhire ngajak musuhi tokoh NU, ragu dengan amaliyah NU, ragu dengan Kyai, karena Kyai gak ngarab-ngarab blas, mung tampilane ya sarungan, irunge ya gak mbangir, bajune pakai hem, kopyahan ireng. Sampean eling-eling, ”ابغض العبد الى الله ثوبه الانبياء و عمله جبالين”, hamba yang paling dibenci oleh Allah adalah hamba yang berpenampilan ala Nabi tapi amalnya katrok kayak orang pelosok pegunungan (jauh dari peradaban). Hormat Habib iya, ta’dzim Kyai juga harus. Senajan jenenge Paijo lek memang alim, lan nglonthok kitab kuning, akhlake luhur terpuji, iku wajib dihormati ketimbang sing jenenge ndek KTP Hadrotus syekh bin Syekh as-Syekh, tapi gak isa maca kitab kuning lan gak gelem ngaji lan gak gelem ngamalne ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dahulu Kyai Ahmad Sidiq, Kyai As’ad menjadi garda depan yang menyatakan bahwa Pancasila adalah azas tunggal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Alasannya jelas. Bahwa antara Pancasila dan al- Qur’an tidak bertentangan dan tidak perlu dipertentangkan. Keduanya bukan harus memilih salah satu, tapi keduanya bisa dijalankan bersama. Mbah Yasin Yusuf Blitar, Wali dan Mubaligh NU di Istana jaman Pak Karno menyampaikan bahwa: Cerminan Pancasila ada pada tradisi NU yang bernama Tahlilan. 1. Lafadz Tahlil “Laa ilaaha illallah” Qulhuwallahu Ahad itu adalah cerminan Hablum minallah yang dalam Pancasila ”Ketuhanan yang Maha Esa”. 2. Sila Keua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” (Hablul minannas) Jajal sampean delok, sing teko nek tahlil iku kabeh mesthi beradab, mboten enten tiyang dugi tahlil simpakan thok. 3. Persatuan Indonesia (besatu dalam Bhineka Tunggal Ika). Tahlil juga demikian. Tidak membedakan siapa yang diundang. Yang swasta, yang pegawai, santri, Kyai, bahkan Kristen pun kalau mau datang, ya gak apa-apa. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyaratan dan perwakilan. Imam gak pakai voting. Senajan muda, kalau memang disepakati ya layak jadi Imam. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di dalam tahlilan juga demikian, sing iso maca, sing mung turu, sing maca ikhlas, sing pejabat, rakya, olehe padha. Gak ada pembedaan. Jadi, Pancasila sebagai azas tunggal itu sudah final sejak Mbah Hasyim dulu, yang kemudian pada zaman Pak Harto diwajibkan bagi semua organisasi massa atau organisasi partai politik di Indonesia, dan yang pertama kali menerima Pancasila sebagai azas tunggal secara lahir batin ya Nahdlatul Ulama, yang dipaparkan oleh Kyai Ahmad Shiddiq. Jadi kalau ada yang bilang bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah thoghut dan Khilafah adalah yang syah, bahkan bendera Rasul bukan merah putih, tapi warna hitam dan bertuliskan “La ilaaha illallah Muhammadurrosulullah”. Ini kudu dijelaske siji-siji: Pancasila dan UUD 1945 iku kesepakatan yang lahir dari bangsa Indonesia setelah menggali nilai-nilai luhur budaya dan adat istiadat serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Sekarang saya tanya, HTI, PKS, Saudi Arabia sekali pun, dalam hal menata managemennya, apakah tidak menggunakan kesepakatan? Jajal wacanen AD/ART HTI, PKS, bahkan aturan masuk bandara Saudi, apakah bukan kesepakatan? Njur sing kesepakatan Indonesia lapo di thoghut-thoghutno? Saiki masalah bendera. Ana sing usul merah putih ditambah kalimat tauhid. Bagi NU, kalimat tauhid sudah biasa diucap saat wiridan setelah shalat dan saat tahlilan, bahkan ditancapkan di hati dan gak perlu di kibar-kibarno. Lha kalau ditanya, "kan lebih bagus ditampakkan untuk syi’ar Islam?" Lha…..ini yang disebut “Kalimatul haq wa uriduhal bathil” kalimatnya betul tapi tujuannya salah. Ingat para hadirin. Indonesia iku dudu mung Jawa. Ada Bali yang mayoritas Hindu, Papua yang mayoritas Kristen. Jajale umpama Mbah Hasyim tidak menjelaskan kepada KH. Wachid Hasyim bahwa menghapuskan kalimat “beserta kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi Pemeluknya” adalah hakikat kemenangan umat Islam. Karena justru dengan menghapus kalimat tersebut, Islam bisa berkembang di Bali, Papua, dan Keutuhan Indonesia bagi Mbah Hasyim dan ulama’ Nusantara lebih penting dari pada mempertahankan argumen dan ego sectoral serta kepuasan sesaat. Dan ini terbukti hari ini, kalau gak percaya, silahkan coba berdakwah ke Timor Leste. Sulit para hadirin, karena sudah bukan bagian Indonesia. Justru dengan konsep Pancasila dan UUD 1945 di Papua hari ini ada Pondok alumni Lirboyo, pondok alumni Tebuireng, bahkan di Sentani hari jadinya digelar Sholawatan dan yang ngaji Marzuki. (disambut gelak tawa dan riuh tepuk tangan hadirin). Kadang kita itu lupa punya masalah di kaki ada asam urat, di mata ada kadar gula yang tinggi, serta punya hipertensi, tapi gara-gara nuruti keinginan lambe (mulut) krana pingin njajal gulai kambing, sate, es podheng, akhire malah sikile diamputasi. Ini ibarat, andaikan kita njajal penerapan syari’ah Islam di Indonesia. Karena Indonesia terdiri dari suku bangsa dan bahasa yang heterogen yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Oleh karenanya jika ada yang ngomong penegakan syariat Islam, justru iku ngono sak jane arep menghancurkan Indonesia. Ya padha dengan Wahabi, “Memerangi Islam dengan nama Islam”. Njajal ISIS sing jarene arep adeg negara Islam sing genderane ireng ditulisi kalimat tauhid iku. Pernah gak mateni tentara Israil? Gak pernah. Karena apa? Mereka bersekutu. Kalau membunuh orang Islam? Selalu dan pasti. iku ngono kabar TV Al- Jazeerah. Monggo dulur, aja sampek metu saka NU. Dadi santri nderek Kyai, NU sampai mati. Karena NU tidak pernah ingkar sunnah dan NU nderek sawaadul a’dzham (kelompok mayoritas). Al- Faatihah. ❇❇❇❇❇❇❇❇❇
0 notes
darulilmger-blog · 7 years
Text
Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali und Tawassul
Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali und Tawassul
Shaykh abd al-Ghanī al-Maqdisī überliefert in seinem “Sahīh [!!!]” von Abī Sa’īd al-Khudrī, Allāh möge Wohlgefallen an ihm haben, sagte, dass der Gesandte Allāhs ﷺ sagte:
‎مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِينَ عَلَيْكَ ، وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا ، فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً…
View On WordPress
0 notes
darulilmger-blog · 7 years
Text
Shaykh Abd ul-Ghanī al-Maqdisī al-Hanbalī [541-600 n.H.] der "Grabanbeter" ?
Shaykh Abd ul-Ghanī al-Maqdisī al-Hanbalī [541-600 n.H.] der “Grabanbeter” ?
Shaykh Abd ul-Ghanī al-Maqdisī al-Hanbalī [541-600 n.H.] der “Grabanbeter” ?
Imām adh-Dhahabī widmete ihm eine 20 Seiten lange Biographie und schreibt:
‎الْإِمَامُ الْعَالِمُ الْحَافِظُ الْكَبِيرُ الصَّادِقُ الْقُدْوَةُ الْعَابِدُ الْأَثَرِيُّ الْمُتَّبَعُ عَالِمُ الْحُفَّاظِ تَقِيُّ الدِّينِ أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الْغَنِيِّ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ سُرُورِ بْنِ رَافِعِ بْنِ…
View On WordPress
0 notes
darulilmger-blog · 7 years
Text
Verbat Abu Hanifa Tawassul durch den Propheten?
Verbat Abu Hanifa Tawassul durch den Propheten?
Verbat Imām Abū Hanīfah, Allāh möge Sich seiner erbarmen, den Tawassul durch das beste Geschöpf, dem Gesandten Allāhs ﷺ ?
Es wird von Qādī Abū Yūsuf al-Kūfī überliefert, dass al-Imām al-A’dham Abū Hanīfah [rahimahullāh 80-150 n.H.] sagte:
لا ينبغي لأحد أن يدعو الله إلا به، والدعاء المأذون فيه المأمور به ما استفيد من قوله تعالى: (ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها
“Es ist nicht angebracht [d.h.…
View On WordPress
0 notes
darulilmger-blog · 7 years
Text
Der Nutzen von Lā ilāha il'Allāh
Der Nutzen von Lā ilāha il’Allāh
Hudhayfa ibn al-Yaman, Allāh möge ihm wohlgefällig sein, sagte, dass der Gesandte Allāhs ﷺ sagte:
يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلَا صَلَاةٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ وَلَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي لَيْلَةٍ فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنْ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْعَجُوزُ…
View On WordPress
0 notes
darulilmger-blog · 7 years
Video
Al-Hazimi Vs. Erdogan
0 notes
alfawaaidnet-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
🚇JULUKAN “WAHABIYYAH” ATAU “JAMIYYAH” YANG DILONTARKAN KEPADA AHLUSSUNNAH ADALAH MAKAR MUSUH² DAKWAH Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah Pertanyaan: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, sungguh ahlul bid'ah telah berusaha untuk menjelekan citra ahlus sunnah dahulu dan sekarang dengan menyematkan julukan-julukan yang membuat umat lari. Seperti julukan; • al-Mujassimah, • al-Hasyawiyyah, • al-Musyabbihah. Sekarang mereka menjuluki ahlussunnah dengan; • al-Wahabiyyah dan • al-Jamiyyah. Maka bagaimana sikap seorang pencari ilmu dengan julukan-julukan seperti ini dan menjelaskan hakikatnya kepada manusia? Beliau -hafidzahullah- menjawab: (※) Yang pertama, wajib atasnya untuk menjelaskan kepada manusia, mungkin saja sebagian mereka tertipu, tidak tahu. Mereka mendengarkan julukan-julukan ini semua, namun tidak mengetahui hakikatnya. (※) Jelaskan kepada mereka bahwa nama-nama dan julukan-julukan ini tidak ada hakikatnya. Dan ini merupakan makar dari musuh-musuh dakwah. Kita jelaskan kepada mereka apa itu Wahabiyyah atau apa itu Jamiyyah, sebagaimana yang mereka katakan. (※) Terangkan pada mereka supaya mereka meminta kepada orang yang melontarkan julukan-julukan ini: “Kalian yang mencela Wahabiyyah, coba jelaskan kepada saya, apa madzhab wahabiyyah yang kalian cela itu?” Maka niscaya mereka tidak akan memiliki celah untuk menjawabnya. (※) Kemudian, jelaskan pula apa itu Jamiyyah. “Jelaskan pula apa madzhabnya sehingga saya diminta untuk menjauhinya?” Niscaya mereka tidak akan mampu untuk menjawabnya. Maka itu semua hanya julukan-julukan semata. Maka yang wajib bagi setiap muslim untuk meninggalkan perkara ini semua, memperingatkan darinya, tidak ikut-ikutan masuk dalam masalah ini. Semua ini, tidaklah memudharatkan ahlus sunnah sedikitpun. Sekalipun mereka dijuluki dengan Hasyawiyyah, Mujassimah atau yang lainnya selama mereka di atas al-haq. Semua itu tidak memudharatkan mereka. Url: http://bit.ly/Fw410705 { Judul dari Admin } 📮••••|Edisi| t.me/s/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net ✍🏻__ t.me/s/ForumSalafyPurbalingga | Audio: http://bit.ly/3aV1zZ7 https://www.instagram.com/p/B9oxNJCBWWD/?igshid=o5d4cuay2o7e
0 notes
aliftafatwas · 7 years
Text
Wahabiyyah and Shaykh Muhammad ibn `Abd Al-Wahhaab
Wahabiyyah and Shaykh Muhammad ibn `Abd Al-Wahhaab
Question: Some people told me that there is a thing called “Wahabiyyah”, but I explained to them that there is no such thing called “Wahabiyyah”; that this is merely a name given by those who claim to be Ashraf (Muslim descendants from the Prophet’s family) to turn people away from the reformative call. Yet, one of them retorted saying that Shaykh Muhammad Ibn ‘Abd Al-Wahhaab (may Allaah be…
View On WordPress
0 notes