Tumgik
#warahmah
andromedanisa · 17 days
Text
laki-laki bekerja seumur hidupnya.
aku pernah membaca sebuah kalimat yang ketika membacanya aku menangis, kalimatnya kurang lebih seperti ini, "laki-laki bekerja seumur hidupnya."
lalu setelahnya ada keterangan sebuah ayat QS. At-Taubah:105, "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allaah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allaah) yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
itulah mengapa para wanita diperintahkan untuk taat dan berkhidmat kepada seorang suami. sebab laki-laki akan bekerja seumur hidupnya. sebab ia adalah seorang qawwam (pemimpin) bagi keluarganya. maka ia bertanggung jawab akan hal itu hingga akhir.
betapa melelahkannya dunia, namun ia harus berlelah-lelah menghadapi itu semua. seorang wanita sekaligus istri itu juga melelahkan dan semua orangpun akan merasakan kelelahan selama masih didunia. aku paham, sebab aku sendiri ketika sebelum menikah juga bekerja.
aku masih ingat betul betapa melelahkannya menjadi seorang pekerja. sekalipun pekerjaan menyita banyak waktu dikantor. memang bukan fisik yang lelah, namun hati, pikiran rasanya lelah sekali. setiap kali lelah hanya bisa berdoa agar Allaah menolongku dari kondisi yang demikian.
setelah menikah, aku menemukan jawaban atas doaku yang dulu pernah aku pintakan kepada Allaah. kini, begitu lapang dan tenang. maka benarlah fitrah seorang wanita adalah rumahnya. apresiasi kepada mereka para wanita yang bekerja ataupun yang memilih berkarir dirumahnya.
kini doaku lebih sederhana, "ya Allaah, kuatkanlah pundak para suami, para ayah, yang bekerja sebab Engkau perintahkan kepada mereka, berikanlah kemudahan atas segala urusan mereka, lancarkanlah rezeki mereka, bahagiakanlah hati mereka dengan keluarga yang menyayangi mereka, berikanlah surga kepada mereka yang bekerja mencari nafkah yang halal dan meninggalkan yang haram sebab mencintai keluarganya karenaMu."
oleh karena itu wahai diriku, banyak-banyaklah bersyukur kepada Allaah atas kondisimu saat ini. banyak-banyaklah meminta untuk keselamatan dunia dan akhiratnya, teruslah untuk mau tumbuh dan terus belajar menjadi seorang wanita yang tenang, wanita yang sholihah, wanita yang tau kapan harus bersikap kepada suami, wanita yang selalu menyenangkan hatinya,. teruslah berkhidmat dan taat kepadanya sebab Allaah telah memerintahkan itu kepadamu.
sejatinya para suami atau ayah itu mencintai keluarganya bukan sekadar ucapan manis saja, melainkan tanggung jawabnya hingga seumur hidupnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. jangan banyak menuntut kepada makhluk, sebab hanya akan kecewa pada akhirnya.
berkhidmat, taat, dan patuh kepada suami adalah bentuk ketaatan kita kepada Allaah sebab Allaah yang memerintahkan akan hal itu. wanita dan laki-laki memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing, dan tidak ada kedzaliman akan hal itu.
semoga Allaah mengkaruniahkan banyak-banyak kebaikan kepada para suami, kepada para ayah hebat di muka bumi ini. "ya Allaah, kumpulkanlah kami kembali bersama orang-orang yang kami cintai."
terimakasih untuk pembuktiannya, terimakasih untuk tanggung jawabnya, terimakasih untuk semua kebaikannya yang jauh sebelum aku memintanya. atasa kebaikan Allah kepada diri ini. dan aku bersyukur atas semua itu. semoga Allaah menjaga pernikahan kaum muslimin dimanapun berada dengan ketenangan, sakinah, mawadah, warahmah...
sudut ruang || 22.42 || 07.09.24
121 notes · View notes
ceritasiolaa · 4 months
Text
Apa itu Keluarga Ideal?
Tumblr media
Kita pasti punya visi, misi, dan tujuan dalam pernikahan. Pastinya juga kita berharap memiliki keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Sebuah gambaran menjadi keluarga ideal yang kita impikan.
Menjadi suatu hal dipertanyakan jika kita tidak memiliki visi, misi, bahkan tujuan dalam pernikahan nantinya. Mengapa? Sebab pernikahan itu akan terasa hambar jika kita tidak memiliki tujuan. Sama seperti kehidupan yang kita jalani saat sendiri, pasti akan terasa seakan tidak ada arah jika kita tidak punya tujuan hidup.
Aku yakin, setiap kita akan mengharapkan keluarga ideal dalam kehidupannya. Setiap kita akan punya rangkaian mimpi yang berharap akan terwujud di dalam kelarga kecil kita nanti.
Namun, sudahkah impian-impian menjadi keluarga ideal itu kita dasarkan atas yang Allah ridhoi?
Sudahkah harapan-harapan kita untuk keluarga kecil kita nanti menerapkan islam yang kaffah (menyeluruh)?
Sebuah tulisan yang (selalu) menjadi pengingat untuk diriku juga, bahwa kita sebagai manusia harus menaruh harap hanya pada Sang Pencipta. Memiliki tujuan apa pun dengan jalan terbaik untuk mencapai ridho-Nya.
Bagaimana caranya?
Tentunya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan menjadikan role model kita adalah manusia terbaik, yaitu Rasulullah SAW. Banyak sekali kisah Rasulullah dengan istri-istri dan anak-anaknya yang dapat menjadi pedoman bagi kita. Kisah beliau yang begitu indah, kadang tidak disangka "ternyata ada manusia yang begitu bersih jiwanya" seperti beliau.
Jadi, jangan jadikan pedoman dalam keluarga ideal kita adalah seorang selebgram, youtuber, atau manusia yang kita anggap pernikahan dan kehidupan keluarganya sangat bahagia. Kita masih melihat dari segi sosial media saja, namun belum tahu bagaimana kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin kita bisa ngefilter, yang baik bisa diambil dan dibuang buruknya. Tapi jangan sampai menjadikan mereka sebagai role model kehidupan ya hehe.
Kisah Rasulullah SAW, atau juga para shahabat dapat menjadi contoh bagi kita untuk menjalaninya kehidupan berkeluarga. Kita bisa membacanya di buku-buku sirah.
Oh iya, yang terpenting untuk menerapkan impian menjadi keluarga ideal adalah adanya pasangan untuk menemani.
Nah gimana kamu, sudah ada yang menemani untuk menempuh perjalanan bersama belum?
| Medan, 29 Mei 2024
46 notes · View notes
coretan-sn · 1 month
Text
Nikah muda dengan tidak pacaran, Istri cantik, berprestasi, anak-anaknya lucu-lucu, ekonominya mapan, masih aja KDRT. Semuanya bisa terjadi, semua ketidakmungkinan yang buruk bisa menimpa. Semuanya di luar kendali manusia, iblis bisa menyelinap dari celah mana saja.
Manusia lemah, maka jangan lupa selipkan do’a di setiap sujud panjang “Semoga di jodohkan dengan seseorang yang takut pada-Nya, semoga dijadikan keluarga sakinah mawadah warahmah, dan semoga selalu di peluk dengan hidayah-Nya” karena tidak menutup kemungkinan, ujian sekarang jauh lebih berat. Banyak fitnah di akhir zaman, tanpa iman manusia seperti burung tanpa sayap.
Sekian, lanjut kerja lagi.
Besok dst tulisannya ga boleh melow-melow lagi yaww
12 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Half Deen
Samudera kehidupan itu bernama pernikahan. Bahteranya bernama Sakinah Mawaddah Warahmah. Walau langit tak selamanya terang. Hidup kadang terombang ambing gelombang. Ombak tak selamanya landai. Angin pun bisa menuai badai. Sebelum perjalanan itu dimulai. Sebelum akad tertunai dan tangis haru berderai. Pastikan terkembang layar taqwa. Ilmu sebagai cahaya pemandu dua jiwa. Pelabuhannya keberkahan visi berkeluarga. Insya Allah, awal yang baik menguatkan perjuangannya. Karena Sakinah Mawaddah Warahmah. Diawali tuntunan dari Rasulullah ﷺ tercinta. Untuk setiap insan yang merindukan rumah tangga bahagia.
Bandung, 28 September 2023.
32 notes · View notes
ismahaha · 4 months
Text
Kita Usahakan Rumah Itu
Tema berat, karena membahas keluarga ideal, yang aku sendiri agak takut membahaskannya di publik. Tapi, kita bicara umum. Baik, kita lanjut.
Ideal bagi beberapa orang tentunya punya banyak pendapat dan pandangannya masing-masing. Kalau kita di Islam, ya tentu menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Dengan pengupayaan masing-masing, dan dengan caranya masing-masing antara suami, istri, anak.
Bicara keluarga ideal, bismillah. Semoga apa-apa yang tertulis tidak menjadikan pembaca sebagai pembaca bodoh 'halu aja', tapi 'aamiin' yang tulus.
Aku yang pernah men-cap diri sebagai orang yang tak mau menikah, dan alumni dari orang yang tidak pernah memikirkan perkara rumah tangga, juga pernah membayangkan, betapa indahnya sepasang kasih tinggal dalam satu rumah yang siap menjalani bahteri rumah tangga baru dan ibadah sepanjang masa.
Entah itu membayangkan visual isi rumah, bagaimana patuhnya menjadi istri yang siap menyambut suaminya pulang kerja, saling menjadi pendengar yang baik, dan pembelajar yang baik pula. Berproses menjadi lebih baik, menonton TV bersama, menikmati hidangan perdana yang dimasukkan istri yang baru belajar dengan rasa yang agak anu, adu argumen setelahnya saling minta maaf, dan banyak hal.
Sedikit membuat hati terasa lebih luwes, dan ikhlas. Bahwa kita harus menyadari semua bisa dicapai, dengan rido Allah kalau memang kita bisa mempersiapkannya dengan baik.
Iman yang bisa menjaga.
Hubungan baik dengan Allah yang bisa memperluas sabar kita.
Bahwa, mewujudkan keluarga ideal rupanya bukan cuma soal ingin seperti apa dan bagaimana, tapi bagaimana keteguhan iman dua sepasang ini menjaga rumah tangganya dalam kesucian.
Sudahlah, aku tak bicara banyak. Semoga apa yang kita usahakan, terus melibatkan Allah. Dan kalau kita memang mengusahakan rumah itu, kita perlu juga mengusahakan bagaimana sepantasnya kita untuk mencapai tujuan itu.
Sehat-sehat, panjang umur. Aamiin.
#tautannarablog7
#day24
7 notes · View notes
kencurkedua · 10 days
Text
usrah thayyibah
perjalanan membangun bisnis keluarga yang sedang aku tempuh sekarang, membawaku pada suatu kesadaran. ternyata, membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah itu bukan hanya tanggung jawab orang tua. anak yang sudah beranjak dewasa dan paham kemana arah keluarga islam dibangun, mestinya turut andil dalam mewujudkan-nya. melalui peran-peran yang ada tentunya. yaa sesimpel rapihin kamar sendiri.
jadi, aku tidak ingin menyebutku sebagai sandwich generation atau apapun itu istilahnya tentang anak yang bertanggung jawab atas ekonomi keluarga.
aku ingin menyebutku sebagai anak yang sedang berusaha membangun usrah thayyibah-nya semampu dan semaksimalnya. aamiin.
seru banget. agustus september ini banyak sekali kesadaran yang Allah titipkan. semoga aku bisa amanah deh ya dengan kesadaran ini. aamiin.
terakhir, doain semoga keluarga aku masuk surga.
5 notes · View notes
anisahmahar · 3 days
Text
Tanya #1
Kemarin, aku dan suami sama-sama refleksi tentang apa saja yang menjadi harapannya setelah tiga bulan pernikahan. Kurang lebih, Mas menjawab begini. "Semoga selalu sakinah mawaddah warahmah, langgeng terus sampai surga." Tentunya, aku kebagian tugas untuk mengaminkannya dengan serius.
...
Aku masih tidak percaya bisa berada di titik ini. Menjadi seorang istri adalah amanah baru bagiku. Alhamdulillah, Allah telah mempertemukanku dengan belahan jiwa. Kami sama-sama tidak saling mengenal sebelumnya. Tidak pernah tahu namanya, apalagi berjumpa. Kami adalah orang asing yang tidak saling tahu wajah, tabiat, dan latar belakang masing-masing. Namun akhirnya, kami saling berusaha mengenal satu sama lain melalui perkenalan singkat. Ya, bisa dibilang, taaruf.
Sebelumnya, aku pernah mendengar cerita tentang Mas dari rekan kerjaku. Sekitar 2 tahun yang lalu, beliau pernah menceritakan perjalanan hidup seorang laki-laki. MasyaAllah, sabar sekali ia dan insyaAllah cerminan orang yang tegar. Saat itu aku hanya simpati, tidak ingin tahu lebih. Cukup sampai di situ.
Waktu berlalu. Di pertengahan Januari 2024, saat perjalanan tugas ke luar kota, rekan kerjaku bertanya padaku. Masih ingatkah tentang lelaki yang pernah diceritakannya dulu?
"Ya masih ingat." Setelah ku jawab demikian, beliau terdiam cukup lama. Seorang laki-laki yang diceritakan rekan kerjaku ini adalah sepupunya sendiri. Meski cerita itu sudah cukup lama, aku tetap mengingat garis besarnya. Karena memang banyak sekali pelajaran hidup yang bisa diambil.
"Memangnya kenapa, Pak? Mau ngajak saya jadi keluarga besar kah?" Spontan ku jawab demikian.
"Hehe." Beliau hanya tertawa kecil khas bapak-bapak paruh baya.
Alhasil, diskusi singkat itu berujung tawaran untuk taaruf. Singkat, padat, dan tentu aku bingung. Entah kenapa kali ini aku tidak menolak, mungkin karena aku sudah mengenal lama siapa yang menjadi perantaraku. Setelah memvalidasi dengan berbagai pertanyaan yang menurutku penting, hipotesaku mengatakan "Tidak ada salahnya untuk dicoba ya kan?" Dan aku menjadi lebih tenang karena yang menjadi jembatan adalah orang yang insyaAllah paham batasan dan tuntunan agama. (Bersambung)
21.09.24/AM
Di waktu menunggunya pulang
2 notes · View notes
ulakauni · 6 days
Text
Karena pernikahan bukan main-main. Mempersatukan dua keluarga, maka mulai detik ini memang harus benar tertuju fokus utamaku.
Kamu dan semua hal yang ada paada dirimu, akan kuterima dengan sepenuh hati. Semoga kamu juga bisa menerima semua keseluruhan diriku.
Terimakasih, karena dari sekian banyak pilihan, kamu mau menujuku. Mari kita rayakan setiap detiknya dengan kebahagiaan.
Trauma, luka, dan semua kesedihan apapun yang pernah kita rasakan. Mari kita peluk bersama. Kita sembuhkan sambil berjalan. Jika tidak bisa cepat kita bisa lewati pelan-pelan.
Intinya kamu mau menerimaku dan semua masa lalu ku, aku menerimamu dan masa lalumu, lalu kita ciptakan masa depan yang benar-benar menjadi milik kita.
Maaf ya, jika aku masih sering galau. Aku hanya meluruhkan semua perasaanku agar aku tidak lagi mengingat semua hal yang terjadi padaku saat sudah bersamamu. Agar lukaku tidak menyakitimu.
Mari kita buat keluarga kita nanti sesuai dengan konsep pernikahan yang sakinah, mawadah, warahmah. Dengan rujukan QS. Ar-Rum:21
{ وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰ⁠جࣰا لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا وَجَعَلَ بَیۡنَكُم مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ }
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. [Surat Ar-Rum: 21]
2 notes · View notes
aurorabreeze · 2 months
Text
Sebuah lirik lagu Hal - Terima kasih
terima kasih atas segala rasa, pada hari itupun aku turut bahagia
yeah, aku bahagia mendengar kabar dirimu menikah dengan wanita pilihanmu, wanita yang kau pinang, wanita yang akan menemani mu sampai hari tua. dia; wanita shalihah pilihanmu. Walaupun aku tahu kabar menikah bukan dari dirimu langsung, bahkan aku tau kabarnya dari sahabatku, yang ternyata dirimu menikah dengan temannya sahabatku. tidak apa, sungguh tidak apa.
Aku berharap, memang dia wanita pilihanmu yang akan benar-benar terbaik untuk dirimu dan akan terus menemanimu hingga maut memisahkan.
Aku percaya bahwa Allah tau yang terbaik untukku, Allah akan mendekatkan yang baik serta menjauhkan yang tidak baik untukku. Aku ingin berpesan; tolong jaga dia, bimbing dia dengan tulus, bahagiakan dia, semoga pernikahan kalian; sakinah mawaddah warahmah dan selalu dalam perlindungan Allah SWT. terima kasih, salam.
3 notes · View notes
kenziemanan · 6 months
Text
Tumblr media
20220306 Kondangan
Semoga Sakinah Mawadah Warahmah
3 notes · View notes
andromedanisa · 9 months
Text
Apa salah ya kalau belum hamil?
Tumblr media Tumblr media
Atas pertolongan Allaah sudah memasuki pernikahan empat tahun. Memasuki tahun keempat pertanyaan yang menghampiri lebih tajam dibandingkan dengan awal-awal pernikahan. Di awal aku tidak terlalu memikirkan, namun selalu saja aku jatuh perihal bagaimana dengan perasaan suami, orangtuaku, dan juga mertuaku. aku pikir seiring berjalannya waktu pertanyaan itu akan hilang dengan sendirinya, rupanya tidak .
Ada satu hari dimana aku dinyatakan hamil, saat memasuki pernikahan satu tahun sepuluh bulan. aku tahu benar bagaimana perasaan dan wajah-wajah bahagia dari suami, orangtua, dan mertua. Lalu sampai pada titik, Allaah berkehendak lain. Janin tersebut gugur.
Lalu hamil kembali saat usia pernikahan dua tahun sembilan bulan. Qadarullaah harus gugur dan menjalani kuretase.
"Gugur mulu" komentar yang pernah ku dapatkan..
Sedih? Jelas. aku sangat terpukul. Dan komentar lebih sangat tajam bila dibandingkan dengan sebelum hamil.
aku pikir tidak hanya yang belum hamil saja yang mendapatkan pertanyaan demikian. Yang belum menikah dan bertemu jodohnya juga sering mendapatkan pertanyaan yang kurang lebih sama. Kapan?
Hanya karena Allaah menetapkan sebuah takdir sampai detik ini masih menunggu perihal anak. Dulu pun tak luput dari pertanyaan "Kapan menikah" seolah semua keadaan harus sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Menatap kasian, mencibir dibelakang, bahkan menanyai didepan umum dengan kondisi diiringi dengan tawa agar tidak terlihat menyakitkan kemudian memberi nasehat-nasehat yang tidak perlu. Kalau tidak diabaikan dilabeli orang yang tidak bisa menerima nasihat.
Ditatap kasihan lalu sejurus pertanyaan pamungkas, kasihan ya belum jua ketemu jodohnya. Kasihan ya belum jua punya anak nanti siapa yang akan mendoakan kita kalau kita telah tiada. Dan sebagainya, dan sebagainya yang terlalu panjang untuk dituliskan kembali
Sebetulnya ini sedikit kurang nyaman. Apa yang harus dikasiani ? Hanya karena masih sendiri? Hanya karena belum punya anak? Kedua keadaan bukan berarti diri ini kekurangan kasih sayang. Ada Allaah yang Maha Penyayangnya tidak bisa diukur dengan apapun yang senantiasa menyayangi hambanya tiada batas, ada kedua orang tua yang dengan izin Allah menyayangi dengan tulus tanpa tapi.
Hanya karena Allaah mengehendaki sebuah takdir belum menikah atau belum punya anak bukan berarti Allah tidak sayang. Melainkan setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Setiap orang sedang berusaha berdamai dengan takdir yang telah ditetapkan untuknya.
Kini, memasuki usia pernikahan empat tahun lebih sembilan bulan. aku berada di titik biar Allaah yang menentukan jalan doa kita, agar kita paham bagaimana rasanya menyerah menjadi seorang hamba. aku hanya ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang bersama orang-orang yang ku sayangi. Kehidupan yang mungkin tidak semua orang berada dititik ini. Kehidupan yang tenang..
Menikah, dan mempunyai anak tidak menjamin sebuah kebahagiaan. Sungguh, ini bukan semata karena pembelaanku saja. Menikah dan mempunyai anak adalah salah satu anugerah Allaah yang patut diupayakan dan disyukuri dengan penuh syukur.
Keduanya bukan tolak ukur untuk bahagia. Karena pada hari ini ada yang menikah namun berpisah, ada yang memiliki anak juga berpisah. Rumah tangga sakinah mawadah warahmah adalah sebuah karunia Allaah. Dan tolak ukurnya bukan dengan ukuran dunia.
Pada akhirnya tak lupa pada setiap do'a apa pun selalu menyertakan "Terbaik menurut engkau Ya Allaah". Jadi ketika sesuatu yang aku minta belum Allaah kabulkan. Hal itu tak lantas membuat ku berburuk sangka pada Allaah.
Sebagaimana buku pertama lahir karena telah banyak kesedihan yang terlewatkan. Dalam Sedihmu Berbaik Sangkalah Kepada Allaah. Semoga pada akhirnya hanya rasa syukur yang akan dilangitkan. Tidak ada didunia ini yang abadi, sekalipun itu kesedihan dan beratnya sebuah penantian. Jangan jauh-jauh dari Allaah, biar Allaah yang kuatkan saat semua orang telah menyerah dan berhenti berupaya.
Lalu kalau ditanyai sebuah pertanyaan yang diawali dengan kapan? Apa yang harus dijawab?
Setiap kali merasa capek sama pertanyaan kapan ini kapan itu, aku yakin, aku belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang penantiannya jauh lebih lama. Perihal jodoh ataupun buah hati.
Maka jawabku, tidak semua takdir harus kita pahami maksud dan tujuannya mengapa Allaah menguji kita dengan demikian dan demikian. Pada akhirnya tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Maryam meski beliau tidak menikah. Dan tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Aisyah radhiyallahu anha meski beliau tidak memiliki buah hati.
Urgensi hidup bukanlah perihal pencapaian melainkan beribadah kepada Allaah sebagaimana para Nabi, para sahabat yang tetap beriman sekalipun takdir itu terasa tidak menyenangkan. Manisnya sebuah takdir tidak terletak pada apa yang telah kita capai, melainkan keridhoan Allaah.
Tak selamanya hujan akan terus turun, tak selamanya malam akan terus bergulir. Kehidupan ini pun demikian, tidak selamanya. Sebab Allaah yang telah menetapkan semuanya sesuai dengan kadar kemampuan kita sebagai seorang hamba..
Menuju penghujung, 21 Desember 2023
272 notes · View notes
aisndry · 4 months
Text
Keluarga Ideal
Ketika ditanya "Kamu ingin seperti apa untuk mencapai keluarga yg Ideal"?
Aku bingung karena blm mengalaminya. Aku sering terpikir dan melihat orang-orang di sekelilingku termasuk juga dalam Film-Film tuk melihat "Apa itu arti Keluarga". Film yg terkenal salah satunya adalah Keluarga Cemara. Banyak hikmah yg diambil dari Film tsb yg menceritakan sosok ayah, ibu dan anak-anak.
Aku pun terpikat dengan ceramah yang diberikan Ustadz Adi Hidayat saat di Padang, dari situ ku celetuk dengan teman, "Enak ya punya Suami seperti Ustadz Adi". Terus kawan pun membalas, "Kamu lihat dulu gimana sosok Istrinya". Seketika pun ku tertegun. "Apa ku bisa mendapatkan yg seperti itu?" dalam diamku.
Aku mulai berkaca dan merenung. Aku harus berubah menjadi lebih baik!!! Aku ga tau Keluarga yg dikatakan Sakinah, Mawaddah dan Warahmah. Namun, ku yakin setiap insan kita adalah pembelajar. Mulai dari diri sendiri dulu, upgrade diri baik ruhiyah maupun jasadiyah.
Aku ingin keluarga ku seperti keluarga Rasulullah Saw, Fatimah dan Ali, Salahuddin Al Ayyubi, yang memiliki tujuan untuk menegakkan Islam dan memberi kebermanfaatan. Aku yakin Allah telah menakdirkan manusia berpasang-pasangan Laki-laki dan perempuan untuk berdampingan menyempurnakan separuh agama. Allah akan memberikan pasangan tersebut pada waktu dan tempat yang tepat ketika diri ini telah siap. Ketika diri pun siap, maka keluarga yang diberikan pun akan baik karena masing-masing kita telah belajar mempersiapkan diri. Anak yg baik, pintar, maupun keberuntungan lainnya itu adalah hadiah dari Allah. Sedangkan kerikil rumah tangga adalah ujian dari Allah agar dapat saling mengisi keterbatasan dan mendewasakan dalam berkeluarga. Keluarga yg ideal tidak selalu ideal karena kesempurnaan hanya milik Allah. Keluarga baik Suami, istri dan anak-anak harus memahami perannya masing-masing dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai keharmonisan yang Sakinah, Mawaddah dan Warahmah.
3 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years
Text
Bulan, Bintang, Matahari
sebuah fiksi, terinspirasi dari coretan Hema dalam MV Surat Cinta Untuk Starla
Sialan!
Seberapa kali pun aku menatap dinding coretan berisi kutipan ini aku selalu merasakan gejolak amarah yang tak berdasar. Padahal hanya seutas tulisan singkat berupa 'a moon cannot shine without a star' yang dicoret dengan pilox putih di dinding bangunan di mana aku melintas setiap berangkat kerja.
Hmm, ayolah. Anak sekolah mana yang tidak tahu bahwa kemampuan bulan bersinar karena pengaruh cahaya matahari. Bintang tak ada urusannya dengan itu. Ah, aku lupa orang-orang menyebut matahari sebagai bintang pula.
"Kamu kenapa suka lihat tulisan itu setiap kali kita lewat sini?"
Nah, barangkali manusia ini penyebab semuanya. Manusia sejenis bulan yang tidak memiliki kemampuan bersinar tanpa bantuan orang lain.
"Kamu juga tahu kan yang membuat bulan bercahaya itu matahari, kok ada ya orang yang beranggapan bulan bercahaya karena bintang?"
"Astaga May, bisa-bisanya kamu protes soal i.."
"Ini tuh ngga cuma soal orang bodoh yang buat gravity sembarangan di gang sempit dengan kutipan yang menyimpang, ini soal kebenaran Raka, ini tuh semacam kamu yang.."
"Semacam aku yang berpikir kalau Aulina yang sudah jadi bintang itu adalah yang tepat, padahal selama ini ada Tari yang selalu ada?"
Raka berjalan terlebih dahulu, meninggalkanku dengan rasa dongkol dengan kecamuk kebodohannya bertahun-tahun.
Akan aku ceritakan tentang bulan, bintang dan matahari yang ada di hidupku.
Raka, manusia tak peka yang beranggapan bahwa cinta adalah kekuatan paling besar di muka bumi, hingga percaya manusia yang tak memiliki cinta adalah manusia yang penuh kegelapan dan tak tahu caranya menikmati hidup. Aku sepakat awalnya, tapi praktiknya dia hanya mendefenisikan cinta antara hubungan laki-laki dan perempuan, terlalu dangkal bukan? Makanya, saat menjadi jomblo seperti sekarang, ia tak bisa apa-apa, hanya mengikutiku bekerja di manapun aku sedang ingin bekerja.
Aulina, perempuan paling bersinar yang pernah aku kenal. Seorang aktivis perempuan yang berdaya dan memiliki keluarga sakinah mawaddah warahmah yang percaya bahwa kunci sukses pernikahan adalah menikahi laki-laki yang membuatmu merasa dihargai, maka jika kau telah merasa dihargai sekalipun cinta tak bekerja rumah tangga itu tetap akan harmonis. Prinsip hidup yang aku kagumi awalnya, hingga satu titik aku melihat kerasnya dinding dalam upaya Aulina menghapus cinta dari daftar hidupnya. Padahal bukankah dihargai adalah sebuah bentuk dari cara mencintai?
Tari, perempuan yang mempercayai dongeng itu penuh keyakinan bahwa suatu hari Raka akan melihatnya. Tari tak memiliki banyak keinginan dan prinsip hidup, baginya Raka adalah segalanya. Segala yang membuatnya rela menolak puluhan laki-laki karena rasa percaya bahwa kelak Raka akan memilihnya. Tari si matahari paling hangat yang hanya buta soal satu keinginan, perihal Raka. Seandainya ia tak pernah jatuh cinta pada Raka, maka Tari akan benar menjadi pusat semesta. Ah, aku lupa menghitung berapa orang yang membenci Tari karena cintanya itu.
Raka dan Tari memiliki banyak kesamaan, yang tak pernah dipaksakan. Mereka secara alamiah menjadi dua orang yang kompak tanpa banyak perdebatan. Aku seperti melihat dua burung manis yang bertengger di dahan paling rindang setiap mereka berintraksi.
Sedangkan dengan Aulina, Raka adalah pengikut setia. Patuh terhadap setiap keputusan tanpa pernah bertanya kenapa.
Suatu waktu aku pernah bilang ini kepada Raka, jika kau kehilangan akal sehat karena sesuatu, artinya sesuatu itu tidak baik. Tapi ia mencemoohku dengan balasan yang begitu menohok, jika kau tak pernah kehilangan sesuatu, artinya kau tidak pernah memiliki apapun.
Sejujurnya aku sepakat dengan kalimat itu, namun rasanya aku tetap ingin protes jika itu tentang akal. Maka imbas dari perdebatan kami hari itu aku mendiamkannya selama tiga hari.
Beberapa hari setelah obrolan kami perihal gravity itu aku mendengar kabar tentang Tari. Mendung dalam duka menghampirinya, dan Raka masih bersikeras bahwa segala kepeduliannya adalah bentuk solidaritas sesama. Sedang aku berulang kali menyakinkan si bodoh itu bahwa kelak ia akan menyesal karena terlalu pongah dengan pemahamannya tentang cinta.
Aku tahu aku benar soal Raka, tapi ia selalu mengabaikan segala argumenku. Bahkan saat sekarang, ia muncul di halaman rumahku dengan tampilan acak-acakan membawa selembar kertas berwarna pink rose di tangannya. Sungguh aku tertawa terbahak-bahak dalam hati, hanya saja demi kesopanan aku biarkan Raka menangis sesunggukan menguraikan kelumat di dadanya.
Tapi yang mengejutkan setelah itu adalah...
Bersambung... (kalau mood)
06.01.2023
33 notes · View notes
mahfuzhah · 2 years
Text
Jours #2 : Ruang
Menuju satu semester usia pernikahan ternyata telah memberimu banyak sekali hadiah dan pelajaran.
Awalnya kukira aku sudah khatam dengan teori-teori kelas pra-nikah yang aku ikuti kala itu. Ternyata mengalaminya sendiri membuatku (sedikit) paham. Mengapa banyak orang tua mendoakan, semoga menjadi keluarga yang sakiinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang penuh rasa cinta, kasih sayang, dan ketenangan. Bukan hanya romantic love, cinta yang menggebu-gebu. Tetapi everlasting love / deep love, cinta dalam jangka waktu yang lama hingga ke surga. Cinta yang membuatmu saling memuliakan, juga saling menghormati.
Menuju satu semester usia pernikahan, telah memberimu salahsatu pelajaran berharga tentang Ruang.
Selalu sediakan ruang di hatimu tentang segala perasaan yang hadir. Entah itu cinta, bahagia, atau saat terluka. Agar perasaan bahagia ataupun kecewa tidak terlalu memenuhi ruang hatimu, dan masih ada ruang disana.
Ketika kamu memiliki harapan dan ekspetasi tentang pasanganmu, maka sampaikan. Atau bagaikan buku baru yang akan kamu warnai bersama dengannya (kamu tidak memiliki ekspetasi apapun terhadapnya), karena kamu pun baru mengenalnya. Keduanya tetap membutuhkan adaptasi satu sama lain, terutama saat menemukan perbedaan. Maka mulailah untuk selalu kompromi dengan segala perbedaan yang kamu temukan, lalu pada tingkat lebih tinggi kamu sudah dapat bersikap penuh toleransi kepada pasanganmu. Selama hal-hal tersebut bukan sesuatu hal yang prinsipal, Inilah yang bisa saling mendewasakan satu sama lain, hingga saling menguatkan.
Karena kini, kamu bersama seseorang yang juga bagian dari hidupmu. Saling melengkapi - saling mengisi - saling mencintai.
Jakarta, 5 Januari 2023
41 notes · View notes
febrianawisnu · 7 months
Text
Alhamdulillah, beberapa hari lalu kami berkesempatan makan malam berdua untuk merayakan satu tahun perjalanan pernikahan. Kami menunggu makanannya cukup lama, tapi berkat itu kami jadi punya waktu mengobrol. Obrolan pun sampai ke topik: memaknai kembali sakinah mawaddah warahmah. Tiga harapan di doa yang paling sering kami terima saat menikah tahun lalu. Maknanya tidak main-main, dan bisa luas sekali untuk dibahas. Tidak banyak yang kami bahas saat itu, tapi setidaknya ada beberapa hal yang menginspirasi saya menulis tentang ini.
Sakinah, artinya tenteram dan tenang. Kami percaya sebuah pernikahan yang menghadirkan rasa tenteram akan meringankan dan membebaskan hati. Saya teringat sebuah penggalan kalimat yang ditulis Kahlil Gibran di buku Sayap-Sayap Patah (Broken Wings), diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono: "Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya." Satu-satunya hal yang tidak bisa dipaksakan adalah cinta. Pernikahan bisa dipaksakan, tapi tidak dengan cinta. Kami ingin menghadirkan cinta yang membebaskan itu, yang memberdayakan sebuah pernikahan bukan membelenggu. Salah satu kuncinya adalah dengan membentuk pernikahan yang tenteram, dimana ada komunikasi yang baik disertai rasa saling percaya, bertanggungjawab, dan mau untuk mengerti. Ketenteraman memberi ruang pada tubuh dan jiwa untuk berkarya sebebas-bebasnya, terbang tanpa rasa takut, karena tahu bahwa selalu akan ada rumah yang nyaman untuk kembali.
Mawaddah, yang berarti kasih sayang. Menurut kami, mawaddah adalah bentuk cinta yang bersumber dari fitrah manusia - yaitu cinta dengan alasan. Manusia adalah makhluk rasional dan pernikahan adalah sebuah keputusan, produk dari rasionalitas manusia. Sebuah pernikahan bisa terjadi karena alasan-alasan yang kuat, bukan? Entah karena kecocokan pandangan, kebutuhan untuk ditemani, ataupun alasan-alasan lain. Adanya alasan dalam pernikahan tidak menihilkan cinta, justru ia bisa jadi menguatkan. Pernikahan menghadapkan kita pada berbagai realita hidup yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang akan menentukan nasib pernikahan. Kemampuan kita untuk berpikir dan berlogika justru dapat menyelamatkan pernikahan. Ia mampu menumbuhkan ribuan alasan untuk menguatkan dan menambah kasih sayang dalam pernikahan. Mungkin inilah salah satu kunci banyak pernikahan yang bisa dijalani dengan bahagia hingga akhir hayat.
Rahmah, yang bisa diartikan ampunan, karunia, atau cinta tanpa syarat yang diberikan oleh Allah. Kata rahmah sendiri dekat dengan kata rahim yang juga bisa diartikan sebagai rahim seorang ibu. Rahmah adalah bentuk cinta yang paling murni karena bersumber dari penciptanya - yaitu Allah. Di titik ini mungkin saya belum benar-benar bisa menguraikan makna rahmah. Tapi yang saya yakini, cinta dari Allah ini selalu ada dan luas sifatnya. Namun seringnya, manusia terlalu keras kepala, sok tahu, dan merasa mampu melakukan berbagai hal tanpa pertolongan dan cinta-Nya. Keinginan untuk bisa mengendalikan semua hal dalam pernikahan inilah yang mungkin menjadikan pernikahan terasa sulit, bahkan mungkin menyakitkan. Manusia menciptakan sendiri keterbatasan untuk mampu menyadari, memahami, menerima, dan mencicipi betapa manis dan luas rahmah-Nya. Saya percaya, kemauan untuk menyadari ketidakberdayaan lalu berserah dan mengharapkan rahmah-Nya mengizinkan sebuah pernikahan untuk terus tumbuh. Saya ingin keputusan-keputusan yang kami ambil dalam pernikahan didasari dengan harapan untuk mendapat rahmah-Nya, agar kami mampu menumbuhkan dan menguatkan cinta apapun kondisinya. Saya teringat kata Erich Fromm, cinta yang murni tak hanya membuat kita bisa mencintai dan dicintai, tapi juga menjadi seorang pencinta. Seorang pencinta tak perlu objek untuk dicinta, ia akan mampu mencintai segala hal - semua yang dilabeli baik atau buruk - karena segala yang ia manifestasikan adalah cinta. Mungkin mengharapkan rahmah ini mendidik kita menjadi seorang pencinta. Saya belum benar-benar paham bagaimana menjadi seorang pencinta itu, tapi setidaknya sedikit paham bahwa rahmah adalah bentuk cinta yang menyadarkan betapa sebuah pernikahan tak akan berdaya tanpa pertolongan dan luasnya ampunan serta karunia-Nya.
Semoga kami bisa meraih sakinah mawadah warahmah dan mampu terus memaknainya. Semoga catatan ini juga bisa menjadi pengingat untuk perjalanan kami.
Tak lupa, terima kasih Kemal untuk satu tahun yang menyenangkan ini.
4 notes · View notes
ppuspitya · 10 months
Text
Setelah sekolah yang ku jalani saat ini ;
Aku merasa ingin semakin menyederhanakan kehidupan -kehidupan yang fana dan mengembalikan pada sesuatu yang fitrah.
Aku kira, akan tergoda dengan pencapaian terbang tingginya orang lain,
Ternyata, aku hanya mau tenang yang menjadi pemenang.
.
.
Ya Allah yang maha penyayang dan maha mampu mewujudkan setiap keinginan,
.
Jadikanlah aku seorang ratu di kerajaan kecilku nanti, yang mendampingi seorang raja yang hadirnya untuk kemaslahatan ummat.
Sehingga melangkah bersama, sampai tak ada kata yang mampu mendefinisikan rasa gembira itu, dalam naungan sakinah, mawadah dan warahmah.
.
BIJB Kertajati, 18/11/2023
3 notes · View notes